Laporan Praktikum Percobaan Hukum Mendel
Laporan Praktikum Percobaan Hukum Mendel
KELOMPOK 1
Agustina Fajar H (01)
Aisya Assrafy (02)
Alfariza Dika A (03)
Andi Sanjaya (04)
XII MIPA 5
2018/2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Kuasa karena atas
semua limpahan rahmat-Nya, praktikum yang berjudul Percobaan Hukum Mendel
(Kancing Genetika) dapat kami selesaikan. Pada kesempatan ini kami sampaikan
terimakasih kepada :
1. Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi petunjuk sehingga kami berhasil
melangsungkan praktikum ini.
2. Ibu Ariswati Baruno, S. Pd, M. Si, pembimbing yang memberi pencerahan
berfikir serta kreatifitas sehingga praktikum ini terlaksana.
3. Kakak-kakak PPL dan teman-teman yang telah membantu kami dalam studi
dan memberi dukungan.
Akhirnya, kepada pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, kami
ucapkan terimakasih atas bantuannya.
Penyusun
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organisme untuk
mereproduksi jenisnya. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan
organisme yang sama. Suatu keturunan akan lebih menyerupai orangtuanya daripada
individu lain yang spesiesnya sama, tapi hubungannya lebih jauh. Perpindahan sifat
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan penurunan sifat yang dikenal
dengan istilah hereditas. Selain itu, adapun variasi: keturunan yang memiliki
penampilan yang sedikit berbeda dari orangtuanya atau saudara sekandungnya.
Mekanisme hereditas dan variasi menjadi perhatian seiring abad ke-20.
Menurut Mehler (1996), definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orang
tua pada keturunannya merupakan penyederhanaan yang berlebih karena
sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya adalah satu set alel dari
masing-masing orang tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel),
kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi dengan
lingkungan untuk membentuk karakter fenotif (Meilinda, 2017).
Dari Campbell (1999), istilah hereditas akan mengenalkan terminologi Gen dan
Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki sepasang
alel yang khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif
apabila individu memiliki pasangan alel yang sama, maka individu tersebut
bergenotipe homozigot dan jika berbeda maka disebut heterozigot (Meilinda, 2017).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hukum Mendel mengatur tentang perbandingan pada
persilangan?
Tujuan
1. Membuktikan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
4
Manfaat
Mengetahui prinsip hukum Mendel dalam berbagai pewarisan sifat dan dapat
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
1. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang
sealel (segregation of allelic genes). Menurut Hukum Mendel I, tiap organisme
memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel berpisah
sehingga mesing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika
dua gamet bertemu pada fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel
yang mengendalikan satu sifat. Hukum Mendel I tersebut sesuai dengan teori
pewarisan sifat karena alel-alel tersebut menjelaskan mengapa Hukum Mendel I
dapat dibuktikan dengan persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat
beda).
Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah yang digunakan. Istilah-
istilah itu diantaranya (Brown, T.A, 1993).
a. Parental (P): induk
b. Filial (F): keturunan
c. Keturunan pertama (F1): anak
d. Keturunan kedua (F2): cucu
e. Genotipe: sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh: AA, Aa, aa,
AABb
f. Fenotipe: sifat menurun yang tampak dari luar, contoh: besar, kecil, tinggi,
pendek
g. Dominan: sifat gen yang memiliki ekspresi lebih kuat yang dapat
menutupi/mengalahkan sifat yang dibawa gen alelnya, disimbolkan dengan
huruf kapital, contoh: AA, BB, MM
h. Resesif: sifat gen yang tidak muncul (tertutup) karena kalah oleh sifat
pasangannya, akan muncul apabila bersama-sama gen resesif lainnya,
disimbolkan dengan huruf kecil, contoh: aa, bb, mm
i. Homozigot: pasangan gen yang sifatnya sama, contoh: AA, aa, MM, bb
j. Heterozigot: pasangan gen yang tidak sama, contoh: Aa, Mm, Bb
6
Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan
kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom
yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam
fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kenyataannya, seringkali terjadi
penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh
beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot
letal dan sebagainya.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat
memisah secara bebas.
2. Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi atau pengelompokan gen
secara bebas (independent assortment genes). Hukum Mendel II menyatakan
bahwa apabila dua individu memiliki dua pasang sifat atau lebih maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas tidak bergantung pada pasangan sifat
yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan, misalnya bentuk
dan warna biji, tidak saling mempengaruhi. Hukum ini berlaku untuk persilangan
dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
a. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sidat
beda. Contoh persilangan (dihibrid) yang dilakukan Mendel adalah persilangan
antara tanaman kapri galur murni yang berbiji bulat dan berwarna kuning dengan
tanaman kapri berbiji keriput dan berwarna hijau. Biji bulat dominan terhadap
biji keriput, sedangkan warna biji kuning dominan terhadap biji hijau. Pada
7
persilangan tersebut dihasilkan tanaman F1 yang semuanya berbiji bulat dan
berwarna kuning.
Mendel kemudian menyilangkan sesama tanaman F1 dan hasilnya adalah F2
yang menunjukkan adanya empat kombinasi fenotipe. Kombinasi tersebut
menunjukkan adanya pengelompokan dua pasang gen secara bebas yang dikenal
sebagai Hukum Mendel II.
8
a. Atavisme (Interaksi Gen)
Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi
beberapa gen, contohnya bentuk pial (jengger) ayam. Pada ayam terdapat
bermacam bentuk pial ayam, contohnya pial mawar, pial ercis, dan pial tunggal.
Alel untuk pial mawar (R) dominan terhadap pial tunggal (r). Adapun pial ercis
(P) dominan terhadap pial tunggal (p). pial tunggal bergenotip pprr; pial erscis
bergenotip PPrr atau Pprr; dan pial mawar bergenotipe ppRR atau ppRr. Gen R
dan P bukan alel, tapi masing-masing dominan terhadap alelnya. Jika ayam
berpial ercis homozigot disilangkan dengan ayam berpial mawar homozigot,
keturunannya tidak memiliki pial ercis atau mawar, tetapi pial bentuk lain yang
disebut pial walnut. Gen untuk pial mawar dan gen untuk pial ercis mengadakan
interaksi menghasilkan pial walnut seperti pada ayam-ayam F1 pada persilangan
berikut.
b. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila
berdiri sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara bersamaan
dengan gen dominan lain. Kriptomeri dapat dipandang sebagai epistasis resesif.
Suatu contoh kriptomeri adalah warna bunga Linaria maroccana. Galur
murninya berwarna merah dan putih. Pigmen antosianin yang menyebabkan
warna pada bunga, jika terdapat dalam kondisi plasma sel yang asam akan
berwarna merah, sedangkan pada kondisi basa akan berwarna ungu. Hal tersebut
karena adanya gen A yang menyebabkan terbentuknya antosianin dan alelnya
gen a yang menyebabkan plasma sel bersifat basa dan alelnya gen b
menyebabkan plasma sel bersifat asam.
9
Perhatikan persilangan ini.
P : Bunga merah Bunga putih
×
(AAbb) (aaBB)
G : Ab aB
F1 : AaBb 100% bunga ungu
P : Bunga ungu Bunga ungu
×
(AaBb) (AaBb)
G : AB AB
Ab Ab
aB aB
ab ab
F2 : 9A_B_ Bunga ungu
3A_bb Bunga merah
3aaB_ Bunga putih
1aabb Bunga putih
10
Epistasi Resesif
Warna rambut tikus ditentukan oleh gen A untuk warna abu-abu dan
alelnya gen a untuk warna hitam. Selain kedua gen itu, agar warna rambut
dapat diekspresikan juga perlu adanya gen W. alel gen W, yaitu gen w,
menyebabkan warna tidak dapat diekspresikan sehingga tikus akan
berwarna putih. Di sini terlihat bahwa gen homozigot resesif ww
menutupi gen A ataupun a. dengan demikian, untuk keluarnya warna
hitam atau abu-abu, seekor tikus harus memiliki gen W.
Perkawinan antara tikus hitam dan putih hoomozigot akan menghasilkan
keturunan atau F1 yang semuanya berwarna abu-abu. Jika tikus abu-abu
ini dibiarkan kawin sesamanya, akan didapatkan tikus F2 berwarna abu-
abu, hitam, dan putih dengan rasio fenotipe 9 : 3 : 4.
d. Gen-Gen Komplementer
Gen-gen komplementer merupakan gen-gen yang saling berinteraksi atau
bekerja sama untuk memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen
tersebut tidak ada, pemunculan fenotip tersebut dapat terhalang. Sebagai contoh
adalah pembentukan warna ungu pada bunga tanaman kacang. Pembentukan
warna ini melibatkan dua gen dominan, yaitu gen A dan P. tidak adanya salah
satu gen dominan itu menyebabkan tidak terbentuknya warna ungu sehingga
bunga berwarna putih.
11
Perhatikan persilangan berikut.
Bunga putih Bunga purtih
P : ×
(AApp) (aaPP)
G : Ap aP
F1 : AaPp 100% Bunga ungu
Bunga ungu Bunga ungu
P : ×
(AaPp) (AaPp)
AP AP
Ap Ap
G :
aP aP
ap ap
9 A_P_ Bunga ungu
3 A_pp Bunga putih
F2 :
3 aaP_ Bunga putih
1 aapp Bunga putih
Persilangan antara dua tanaman kacang berunga putih homozigot
menghasilkan tanaman kacang F1 yang semuanya berbunga ungu. Jika F1
disilangkan sengan sesamanya, akan didapat tanaman kacang F2 yang berbunga
ungu dan putih dengan perbandingan 9 : 7.
e. Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel
memengaruhi sifat tertentu. Contoh polimeri terdapat pada warna biji gandum.
Warna merah pada biji gandum ditentukan oleh gen M1 dan M2, sedangkan
alelnya m1 dan m2 menyebabkan biji gandum tidak berwarna atau berwarna
putih, makin banyak jumlah gen penghasil warna (gen M), warna biji gandum
makin merah. Sebaliknya, makin sedikit gen M, makin berkurang warna merah
pada biji gandum. Pembentukan satu sifat oleh lebih dari satu gen ini disebut
poligen.
Persilangan antara tanaman gandum berbiji merah dan tanaman berbiji putih
homozigot menghasilkan tanaman gandum F1 yang semuanya berwarna merah.
Warna merah pada F1 itu tidak semerah induknya. Jika F1 disilangkan sesamanya,
12
akan diperoleh tanaman gandum F2 berbiji merah dan putih dengan perbandingan
15 : 1.
13
BAB III
METODOLOGI
Prosedur Percobaan
1. Duduk sesuai dengan kelompok masing-masing.
2. Membaca LKPD dengan saksama.
3. Salah satu perwakilan kelompok mengambil alat yang akan digunakan untuk
praktikum.
4. Tempelkan label pada gelas beaker pertama dan kedua sebagai individu
jantan (♂) generasi F1, gelas beaker ketiga dan keempat sebagai individu
betina (♀) generasi F1. Kemudian gelas beaker kelima ditempeli label A dan
gelas keenam ditempeli label B.
5. Percobaan terbagi menjadi 3, yaitu :
1) Membuktikan Hukum Mendel II (Dominasi Penuh)
a. Sebelum memulai percobaan, perhatikan ketentuan berikut.
Kancing genetika dianggap sebagai gamet-gamet yang
mengandung gen dominan maupun resesif yang dihasilkan oleh
generasi F1 yang berperan sebagai induk kedua.
Kancing merah (B) dominan terhadap kancing putih (b).
14
Kancing kuning (K) dominan terhadap kancing hijau (k).
Lambang B untuk biji bulat, dan b untuk biji keriput.
Lambang K untuk biji kuning, dan k untuk biji hijau.
b. Pisahkan 20 pasang kancing warna merah dan putih masng-masing
menjadi 2 bagian yang sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol)
dan gamet metina (kancing bercekungan).
c. Campurkan gamet jantang masing-masing dari kancing merah dan
putih juga gamet betina masing-masing dari kancing merah dan putih.
Masukkan kancing jantan ke dalam gelas berlabel ♂ dan kancing
betina ke dalam gelas berlabel ♀.
d. Pasangkan secara acak dan masukkan ke dalam gelas beaker A.
e. Lakukan langkah (a) dan (b) untuk kancing kuning dan hijau.
Pasangkan secara acak dan masukkan ke dalam gelas beaker B.
f. Pertemukan setiap pasang dari gelas A dan B sampai habis, catat
macam dan jumlah fenotip serta genotip pada tabel.
g. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.
15
e. Aduklah kedua gelas beaker agar letak kancing setiap warna tidak
berkumpul di suatu sudut.
f. Lakukan pengambilan secara acak satu kancing dari gelas ♀ dan gelas
♂. Kemudain pasangkan dan catat macam dan jumlah genotip
maupun fenotipnya pada tabel.
g. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Rasio genotipe
BBKK : BBKk : BBkk : BbKK : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
3 : 2 : 3 : 6 : 11 : 7 : 3 : 3 : 2
Rasio Fenotipe
Bulat Bulat Keriput Keriput
: : :
Kuning Hijau Kuning Hijau
22 : 10 : 6 : 2
17
Rasio genotipe
MM : Mm : Mm
14 : 32 : 14
Rasio fenotipe
Bunga Bunga Bunga
: :
Merah Pink Putih
14 : 32 : 14
Resio genotipe
MMPP : MMPp : MMpp : MmPP : MmPp : MMpp : mmPP : mmPp : mmpp
2 : 4 : 3 : 6 : 11 : 4 : 2 : 4 : 4
Rasio fenotipe
Bunga Bunga Bunga
: :
Ungu Merah Putih
26 : 4 : 10
18
Analisis Data
Pada percobaan pertama yaitu persilangan dihibrid, dari persilangan tersebut
diperoleh hasil 22 model gen dengan genotip BBKK, BBKk, BbKK, BbKk dan
fenotipnya bulat kuning, 10 model gen dengan genotip BBkk, Bbkk dan
fenotipnya bulat hijau, 6 model gen dengan genotip bbKK, bbKk dan fenotipnya
keriput kuning, 2 model gen dengan genotip bbkk dan fenotipnya keriput hijau.
Percobaan kedua yaitu persilangan untuk membuktikan sifat intermediet pada
penyimpangan semu Hukum Mendel. Dari persilangan tersebut diperoleh hasil
14 model gen dengan genotip MM dan fenotipnya Bunga Merah, 32 model gen
dengan genotip Mm dan fenotipnya Bunga Pink, serta 14 model gen dengan
genotip mm dan fenotipnya Bunga Putih.
Percobaan ketiga yaitu persilangan untuk membuktikan sifat kriptomeri pada
penyimpangan semu Hukum Mendel. Dari persilangan tersebut diperoleh hasil
26 model gen dengan genotip MMPP, MMPp, MmPP, MmPp yang berfenotip
Bunga Ungu, 4 model gen dengan genotip MMpp, Mmpp yang berfenotip Bunga
Merah, serta 10 model gen dengan genotip mmPP, mmPp, mmpp yang berfenotip
Bunga Putih.
19
Pembahasan Data Kelas
20
FENOTIP
Kelompok Keriput Keriput
Bulat Kuning : Bulat Hijau : :
Kuning Hijau
1 22 : 10 : 6 : 2
2 10 : 5 : 4 : 1
3 23 : 6 : 8 : 3
4 21 : 8 : 5 : 6
5 19 : 11 : 9 : 1
6 27 : 2 : 4 : 5
7 21 : 7 : 8 : 4
8 27 : 5 : 6 : 2
180
Bulat kuning = 320 × 16 = 9
61
Bulat hijau = 320 × 16 = 3,05 (mendekati 3)
54
Keriput kuning = 320 × 16 = 2,7 (mendekati 3)
25
Keriput hijau = 320 ×= 1,25 (mendekati 1)
21
Percobaan 2 : Membuktikan Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Intermediet)
GENOTIP
Kelompok
MM Mm mm
1 14 32 14
2 16 28 16
3 15 30 15
4 15 32 13
5 20 23 17
6 17 26 17
7 15 30 15
8 11 38 11
Jumlah 123 239 118
FENOTIP
Kelompok
Merah : Pink : Putih
1 14 : 32 : 14
2 16 : 28 : 16
3 15 : 30 : 15
4 15 : 32 : 13
5 20 : 23 : 17
6 17 : 26 : 17
7 15 : 30 : 15
8 11 : 38 : 11
123
Bunga merah = 480 × 4 = 1,025 (mendekati 1)
239
Bunga pink = 480 × 4 = 1,99 (mendekati 2)
118
Bunga putih = 480 × 4 = 0,98 (mendekati 1)
Sifat intermediet merupakan sifat yang muncul diantara sifat dominan dan resesif
yang menghasilkan sifat baru. Penyimpangan semu jenis ini muncul pada persilangan
monohibrid, seperti pada persilangan bunga Mirabilis jalapa. Hukum Mendel sifat
intermediet memiliki perbandingan 1 : 2 : 1. Dapat dilihat dari hasil perhitungan
perbandingan di atas, pada Percobaan 2 diperoleh perhitungan yang hampir
22
mendekati teoritisnya, ini terbukti bahwa penyimpangan semu intermediet
menghasilkan perbandingan 1 : 2 : 1.
FENOTIP
Kelompok
Ungu : Merah : Putih
1 26 : 4 : 10
2 23 : 6 : 11
3 23 : 8 : 9
4 23 : 6 : 11
5 24 : 5 : 11
6 12 : 16 : 12
7 23 : 8 : 9
8 27 : 4 : 9
182
Bunga ungu = 320 × 16 = 9,1 (mendekati 9)
56
Bunga merah = 320 × 16 = 2,8 (mendekati 3)
82
Bunga putih = 320 × 16 = 4,1 (mendekati 4)
24
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hasil perhitungan perbandingan pada setiap persilangan sesuai dengan
Hukum Mendel.
2. Perbandingan yang dihitung dari data kelas menunjukkan adanya
penyimpangan yang semu karena prinsip Hukum Mendel tetap berlaku, hal
ini hanya disebabkan oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri
tertentu.
Saran
Pada saat penghitungan perbandingan dibutuhkan ketelitian yang tinggi agar data
yang peroleh dapat dibuktikan kebenarannya.
25
LAMPIRAN
26
Daftar Pustaka
27