Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS SEFALOMETRI

Foto sefalometri (Sefalogram) merupakan rekam ortodonti yang sangat berguna untuk
menentukan kelainan skeletal, letak gigi, dan profil wajah. Meskipun demikian penentuan
diagnosis maloklusi tidak dapat hanya didasarkan pada analisis sefalometri saja. Kombinasi
semua analisis akan akan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang keadaan pasien.

Pemakaian sefalometri yang praktis dan sederhana digunakan untuk mengetahui


kelainan letak gigi (protrusi, retrusi), kelainan letak rahang atas dan rahang bawah terhadap
basis kranium.

Untuk mengidentifikasi titik – titik pada sefalogram sebaiknya dikenali lebih dahulu
titik – titik pada tengkorak kering. Pertama – tama perlu diketahui dulu titik – titik yang
penting, kemudian dua titik dihubungkan menjadi garis, dua garis yang berpotongan menjadi
sudut. Pembacaan biasanya pada besarnya sudut untuk untuk menentukan apakah suatu
struktur anatomi normal atau menyimpang dari normal.

Beberapa titik kranial yang sering dipergunakan

S (Sella) : titik tengah ruang sella tursika

N (Nasion) : perpotongan bidang sagital dengan sutura frontonasalis, merupakan


pertemuan kranium dan muka

Beberapa titik di maksila yang sering digunakan

A (Subspinale): titik paling dalam pada kontur premaksila di antara spina nasalis
anterior dan gigi insisivi

SNA (Spina Nasalis Anterior) : Ujung spina nasalis anterior

SNP (Spina Nasalis Posterior) : batas posterior palatum

Beberapa titik di mandibula yang sering digunakan

B (Submentale) : titik yang paling dalam pada kontur mandibula di antara


insisivi dan dagu

Po (Pogonion) : titik paling luar pada dagu


Garis (yang menghubungkan dua titik) yang sering digunakan

SN : merupakan garis yang menghubungkan Sella dan Nasion

Analisis Skeletal

Letak maksila dan mandibula dapat dilihat pada sudut SNA, SNB, dan ANB. Sudut
SNA adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik A. Sudut ini menyatakan posisi
maksila yang diwakili titik A terhadap basis kranial (SN). Besar sudut SNA untuk populasi
surabaya rata – rata adalah 840. Sedangkan besar sudut rerata SNA untuk ras Kaukasoid
adalah 820. Normalnya SNA adalah 82 ±2 (80-84). Besar sudut SNA dipengaruhi letak titik
A dalam arah sagital apakah lebih anterior atau posterior sedangkan garis SN bisa dianggap
stabil letaknya. Bila sudut SNA lebih besar dari normal, berarti maksila terletak lebih ke
anterior (kelas 2 skeletal) demikian juga sebaliknya.

Sudut SNB adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik B. Rata – rata untuk
populasi surabaya sebesar 810, sedangkan rata – rata untuk ras Kaukasoid adalah 800.
Normalnya sudut SNB adalah 800 ±2 (78-82). Sudut ini menyatakan posisi mandibula
terhadap basis kranial. Besar sudut dipengaruhi letak titik B dalam arah sagital apakah lebih
anterior atau posterior. Bila sudut SNB lebih besar dari normal, berarti mandibula terletak
lebih ke anterior (kelas 3 skeletal), begitu juga sebaliknya.

Sudut ANB merupakan perbedaan antara sudut SNA dan SNB dan menyatakan relasi
maksila dan mandibula yang besarnya dalam keadaan normal untuk populasi surabaya adalah
30. Untuk menginterpretasikan sudut ANB, harus diketahui besar sudut SNA dan SNB karena
hanya dengan melihat besar sudut ANB belum dapat diketahui rahang mana yang tidak
normal.

Sebagai contoh, besar sudut ANB 70 bisa didapat dari sudut SNA 880 dan SNB 810
yang berarti maksila lebih ke anterior sedangkan mandibula letaknya normal, atau bisa juga
sudut SNA 840 dan sudut SNB 770 yang berarti letak maksila normal sedangkan mandibula
lebih ke posterior, atau juga maksila lebih ke anterior misalnya SNA 860 dan mandibula lebih
ke posterior misalnya sudut SNB 790.

Bila hanya diketahui besar sudut ANB, hanya dapat diketahui kecenderungan
maloklusi yang terjadi ialah bila besarnya lebih besar daripada 40 cenderung terdapat
maloklusi kelas II skeletal, sedangkan bila besarnya lebih kecil dari 00 (misalnya -20) berarti
terdapat maloklusi kelas III skeletal. Semakin besar sudut ANB semakin besar perbedaan
letak maksila dan mandibula.

Garis SN (basis kranii)

Titik – titik untuk Analisis Sefalometri

Daftar Pustaka

Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar Cetakan 1. Surabaya: Airlangga University Press.
ISBN 978-979-1330-39-8.

Rahardjo,Pambudi. 2008. Diagnosis Ortodontik Cetakan 1. . Surabaya: Airlangga University


Press. ISBN 978-979-1330-25-1.

Anda mungkin juga menyukai