Anda di halaman 1dari 38

LEGAL :

LOGISTICS & TRANSPORTASI


Modul Pelatihan
Program Retooling Kompetensi Dosen Vokasi 2019
Gedung Raflesia, Kampus Politeknik Pos Indonesia, Bandung, 2 Agustus 2019

Instruktur :
DR. DHANANG WIDIJAWAN, S.H., M.H.
dhan_poltekpos@yahoo.com, 0818 428 255
Dosen Politeknik Pos Indonesia
& Sekolah Tinggi Manajemen Logistik, Bandung

POLITEKNIK POS INDONESIA


Bandung, 2 Agustus 2019
LEGAL :
LOGISTICS & TRANSPORTASI

• BAGIAN I
• BAGIAN II
• BAGIAN III
LEGAL :
LOGISTICS & TRANSPORTASI
BAGIAN I
KONTEN :
• Definisi Logistik
• Logistics Flows
• Transportasi Sebagai Bagian Dari SCM/Logistik
• Hightlight Skema Hukum Transportasi Nasional
• Hukum
• Hukum Transportasi
• Kontrak Transportasi
• Hukum Kontrak/Perjanjian
• Surat/Dokumen Muatan (Barang) Dalam Regulasi Transportasi
• Dokumen Pengangkutan (LLAJ, KA, Pelayaran, Penerbangan,
Multimoda)
DEFINISI LOGISTIK
Istilah logistik, berawal dari dunia militer. Logistik :
the science of planning and carrying out the movement and maintenance of
forces.... those aspects of military operations that deal with the design and
development, acquisition, storage, movement, distribution, maintenance,
evacuation and disposition of material; movement, evacuation, and
hospitalization of personnel; acquisition of construction, maintenance,
operation and disposition of facilities; and acquisition of furnishing of services

Logistik :
• merupakan ilmu perencanaan, pelaksanaan pergerakan, dan pemeliharaan
dari kekuatan …. segala aspek operasi militer yang berhubungan dengan :
o desain dan pengembangan, akuisisi, penyimpanan, permindahan,
distribusi, pemeliharaan, evakuasi dan pembagian/penempatan material
o pergerakan, evakuasi, dan perawatan personel, akuisisi konsruksi,
pemeliharaan, operasi dan penempatan fasilitas; dan akuisisi dari
perlengkapan pelayanan.”
(______, “Cetak Biru Penataan Dan Pengembangan Sektor Logistik Indonesia”, Kemenko
Perekonomian, 2008, hlm. 6)
DEFINISI LOGISTIK
Logistik :
rangkaian kegiatan persiapan, pengelolaan (manajemen), dan tindakan,
berupa : pengadaan, perawatan, distribusi, dan penyediaan (untuk
mengganti) perlengkapan (peralatan), perbekalan, sumber daya
manusia, dan transportasi, untuk memperoleh kondisi terbaik dan
menguntungkan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta : Balai Pustaka, 2001, hlm. 680).

Logistics :
the process of planning, implementing and controlling the efficient, cost
effective flow and storage of raw materials in process inventory,
finished goods and related information flow from point of origin to
point of consumption for the purpose to customer requirement
(Council of Logistics Management (CLM), dalam Efraim Turban, David King, Jae Lee, Dennis
Viehland, Electronic Commerce …, Loc. Cit.)
DEFINISI LOGISTIK
Logistic Management (Council of Supply Chain Management
Professional/CSCM) :
• is the part of Supply Chain Management that plans, implements, and
controls the efficient, effective forward and reverse flow and storage
of goods, services and related information between the point of
origin and the point of consumption in order to meet customers'
requirements
Manajemen Logistik :
• merupakan bagian dari Manajemen Rantai Suplai yang
merencanakan, menerapkan, dan mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektifitas dari arus dan penyimpanan barang, jasa dan
informasi yang terkait, dari hulu-ke-hilir dan sebaliknya, mulai dari
titik asal barang tersebut hingga titik tempat digunakan atau
dikonsumsinya barang tersebut, untuk dapat memenuhi persyaratan
dan permintaan dari pelanggan
(Donald J. Bowersox, David J. Closs, dan M. Bixby Cooper, Supply Chain Logistics Management,
Mc. Graw Hill : Michigan State University, 2007, pg. 7).
DEFINISI LOGISTIK

Logistik (Donald J. Bowersox, David J. Closs, & M. Bixby Cooper, 2007) :


• melibatkan kombinasi antara manajemen penawaran, persediaan
barang, transportasi, dan pergudangan, penanganan bahan, dan
kemasan, yang terintegrasi dalam setiap fasilitas jaringan yang
bertujuan untuk mendukung pengadaan, manufaktur, dan
operasional melalui koordinasi fungsi operasional secara terpadu
yang berfokus pada pelayanan konsumen.
• pada konteks yang lebih luas rantai pasokan, sinkronisasi operasional
sangat penting bagi konsumen dan penyuplai/pemasok secara
terintegrasi
DEFINISI LOGISTIK
Istilah Logistik (PP Angkutan Multimoda (8/2011) Penjelasan Pasal 2
Ayat (4) Huruf a)
• Pengurusan Transportasi :
o kegiatan Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) (freight forwarding)
adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik
barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi
terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui
transportasi darat, perkeretaapian, laut, dan/atau udara yang
dapat mencakup kegiatan pengiriman, penerimaan, bongkar
muat, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan,
pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen,
penerbitan dokumen angkutan, pemesanan ruangan
pengangkut, pengelolaan pendistribusian, perhitungan biaya
angkutan, klaim, asuransi atas pengiriman barang, penyelesaian
tagihan dan biaya-biaya lainnya yang diperlukan, dan penyediaan
sistem informasi dan komunikasi, serta layanan logistik.
DEFINISI LOGISTIK

Istilah Logistik (UU Pos (38/2009) Penjelasan Pasal 1 Angka 1) :


• Pos :
o layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan
paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan
keagenan pos untuk kepentingan umum

Istilah Logistik (UU Pos (38/2009) Penjelasan Pasal 5 Ayat 1 Huruf c) :


• Layanan logistik :
o berupa kegiatan perencanaan, penanganan, dan pengendalian
terhadap pengiriman dan penyimpanan barang, termasuk
informasi, jasa pengurusan, dan administrasi terkait yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara Pos
LOGISTIC FLOWS
LOGISTIC FLOWS
TRANSPORTASI SEBAGAI BAGIAN DARI SCM/LOGISTIK
HIGHLIGHT SKEMA HUKUM TRANSPORTASI NASIONAL
Tujuan • Kepastian, Ketertiban
Definisi Hukum • Keadilan (Manfaat)

Perdata, Dagang : Privat Bisnis Regulasi Publik : UU, PP, PM, Perda ….

Kontraktual (Perjanjian)

Transportasi/
(Peng) Angkutan
Pengirim (Origin) (Part of SCM/Function of
Penerima (Destination)
• Individu, Bdn Ush/Hk Logistics) • Individu, Badan Usaha/Hk
pergerakan (movement) barang &/orang, kepentingan tertentu (value added : ekonomis, efisien)
hak, kewajiban, tanggung jawab (fairness)

Jenis Alat (Angkutan/Moda) Regulasi (Perundang-undangan)


• Darat (D) • KA, truk, mobil, …. • UU LLAJ, UU KA Interko-
• Laut (L) : S, D, P • kapal, ferry, perahu, …. • UU Pelayaran neksi
• Udara (U) • pesawat, helikopter, …. • UU Penerbangan (UU Pos,
• Multimoda (M) • kombinasi D, L, U, M • UU Multimoda UU ITE)
• Pipa (P) : G, BBM • saluran pipa, …. • UU MGB/Minerba
Tujuan •Kepastian,
Definisi Hukum
Ketertiban
•Keadilan (Manfaat)

• Multi Definisi tentang Hukum :


o Definisi tentang hukum tidak selalu sama
o Sesuai/tergantung pada perubahan pandangan hidup dari zaman ke
zaman (tradisional dan modern)
o Para sarjana telah lama mencari batasan hukum, tapi belum ada
yang dapat memberikan suatu batasan/definisi yang tepat
o Batasan yang diberikan bermacam-macam, berbeda satu sama lain,
dan tidak lengkap
• lmmanuel Kant (Belanda, 1800) :
o "Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihren Begriffe von
Recht“
(para Juris masih mencari suatu definisi mengenai pengertian
tentang hukum)
• Dari berbagai definisi :
o definisi/rumusan hukum mengandung unsur-unsur :
 aturan
 dibuat oleh yang berwenang (negara, pemerintah)
 untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat (nilai, norma :
agama, sosial, budaya, politik, ekonomi)
 memiliki ciri-ciri :
 memerintah, melarang, memaksa
 (menjatuhkan) sanksi (hukuman) bagi pelanggar
 agar ditaati
Hukum

Transportasi/
(Peng) Angkutan
(Part of SCM/Function of Logistics)

Salim (2000) :
• Transportasi :
o kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari satu
tempat ke tempat lain. Transportasi mencakup 2 unsur penting :
 pemindahan/pergerakan (movement)
 secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan
penumpang ke tempat lain
Miro (2005) :
• Transportasi :
o usaha memindahkan, mengerakkan, mengangkut, atau
mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain,
sehingga objek lebih bermanfaat/berguna untuk tujuan tertentu
(added value : dikonsumsi, diolah/diproses lebih lanjut)

H.M.N Purwo Sutjipto :


• Pengangkutan :
o perjanjian
o antara pengangkut dan pengirim :
 pengangkut menyelenggarakan pengangkutan barang dan/
atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
(selamat, utuh : tidak rusak/cacat/berubah/berkurang)
 pengirim membayar uang (biaya) angkutan
• Ciri-ciri (Usaha, Bisnis) Pengangkutan :
1. berdasarkan perjanjian (kontraktual)
2. kegiatan ekonomi (jasa)
3. berbentuk perusahaan (badan usaha/hukum)
4. menggunakan alat angkut/moda

• Hukum Transportasi :
o norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemilik
jasa angkutan dan pengguna jasa angkutan

• Obyek Hukum Transportasi :


1. orang
2. barang
Dasar Hukum &
Ruang Lingkup Pengangkutan

• Sumber Hukum Transportasi :


1. Kitab UU Hukum Perdata (KUH Perdata)
2. Kitab UU Hukum Dagang (KUH Dagang)
3. Regulasi/peraturan perundang-undangan (UU Transportasi :
LLAJ, Pelayaran, Per-KA-an, Penerbangan, Multimoda)

• Angkutan Darat :
o Buku I Bab V Pasal 90-98 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD)
o UU 22/2009 (Lalu Lintas & Angkutan Jalan/LLAJ)
Dasar Hukum &
Ruang Lingkup Pengangkutan

• Angkutan Udara :
o UU 1/2009 (Penerbangan)
o PP 3/2000 (Angkutan Udara)

• Angkutan Laut
o Buku II Bab V-VB Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
 perjanjian carter kapal
 pengangkutan barang & orang
o UU 17/2008 (Pelayaran)
o PP 82/1999 (Angkutan Di Perairan)
o KepMen 33/2001 (Penyelenggaraan Angkutan Laut)
Sifat Perjanjian Pengangkutan

• Konsensuil (konsensus, kesamaan/persetujuan kehendak)


• Tidak harus tertulis (lisan)
• Pengangkut tidak memiliki Hak Retensi (menahan, 493 KUHD),
namun dapat menggunakan Pasal 94 KUHD melalui Putusan
Pengadilan (Hakim), apabila Penerima melakukan wanprestasi
(ingkar janji)

• Pasal 493 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) :


o pengangkut tidak berwenang untuk menahan barang guna menjamin apa yang
harus dibayar dalam urusan pengangkutannya

• Pasal 94 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) :


o bila terjadi penolakan penerimaan barang ... atau timbul perselisihan … hakim
memerintahkan … untuk diadakan pemeriksaan oleh ahli, … atau
menyimpannya dan membayar biaya pengangkutan …
o biaya pengangkutan dibayar melalui penjualan (lelang) barang
KONTRAK TRANSPORTASI
DALAM ALUR PERGERAKAN BARANG (SCM/LOGISTIK)

Warehouse

Kontrak
HUKUM KONTRAK/PERJANJIAN
SEPERANGKAT HUKUM YANG MENCAKUP :
1. NILAI-NILAI, ASAS-ASAS, KONSEP-KONSEP, NORMA-NORMA
2. (YANG) TERTULIS (HUKUM POSITIF/PERATURAN PER-UU-AN)
3. (DAN) TIDAK TERTULIS (KEBIASAAN, KESUSILAAN, KEPATUTAN)
4. (DALAM) PRAKTIK :
A. BISNIS (UMUMNYA)
B. (DAN) HUKUM BISNIS (KHUSUSNYA)
5. (YANG) BERFUNGSI :
MENGAKOMODASI, MEMFASILITASI, DAN MEMPROTEKSI PROSES HUKUM :
A. PERTUKARAN KEPENTINGAN
B. HAK DAN KEWAJIBAN
6. (DALAM RANGKA) PERALIHAN / PENGUASAAN KEKAYAAN (BENDA, UANG, BARANG,
EKONOMIS, HAK MILIK)
7. (YANG) DIFORMULASIKAN DALAM KONTRAK SECARA ADIL, PASTI, DAN EFISIEN
8. SEJAK PRA-CONTRACTUAL, PADA SAAT TERJADINYA CONTRACT, DAN POST-
CONTRACTUAL
9. (SEBAGAI) PRODUK DARI SISTEM HUKUM YG RASIONAL DAN FORMAL
(Muhammad Syaifuddin, 2012, hlm. 27)
ASAS-ASAS
HUKUM KONTRAK

KUH Perdata KUH Perdata


Pasal 1320, 1338 Pasal 1319, 1338
Konsensualisme
Kebebasan
(sepakat/persesuaian
kehendak)
Berkontrak

KONTRAK

Mengikat (pacta
Itikad Baik
sunt servanda)

KUH Perdata KUH Perdata


Pasal 1320, 1338 Pasal 1338
SYARAT
KEABSAHAN KONTRAK
KUH Perdata
Pasal 1329, 1330

SYARAT SUBYEKTIF
Sepakat Cakap

KONTRAK
KUH Perdata Pasal 1320

(Sebab
(Hal)
Yang)
Tertentu
SYARAT OBYEKTIF Halal
UNSUR-UNSUR KONTRAK

Esensalia
(Inti)

Komponen
Kontrak
Naturalia Aksidentalia
(Alami) (Pengecualian)
Unsur-unsur Kontrak :

a. Esensialia (Pokok/Inti) :
Unsur yang harus ada dalam kontrak.
Misal : harga dan barang merupakan unsur pokok/inti (esensial)
bagi adanya kontrak jual beli

b. Naturalia (Alamiah) :
Ketentuan per-UU-an yang dapat dimasukkan dalam kontrak.
Dianggap ada. Jika tidak dimasukkan, maka, kontrak tetap sah,
dan yang berlaku adalah ketentuan per-UU-an (bersifat
melengkapi kontrak).
Misal : biaya kontrak kredit (akta notaril) yang harus dibayar
debitor, meskipun hal tsb tidak tercantum dalam kontrak kredit.

c. Aksidentalia (Pengecualian) :
Syarat yang tidak harus ada dalam kontrak, melainkan dapat
dicantumkan untuk menjamin suatu kepentingan tertentu (Kreditor).
Misal : selama Debitor belum melunasi utang, Debitor tidak boleh
mengajukan kredit ke Pihak Lain tanpa persetujuan Kreditor/
Bank.
KONTRAK DAN KEWAJIBAN
KEPERDATAAN

KUH Perdata Pasal 1234, 1320 (3), 1335, 1337, 1334 (1)

Memberikan 1. Dapat digunakan Asas hukum :


2. Dapat/diperbolehkan Impossibilium
Sesuatu nulla obligation
diperdagangkan
est (ketidak-
3. Dapat dinilai dgn uang
mungkinan
4. Mungkin dilakukan meniadakan
OBYEK / 5. Bernilai ekonomis kewajiban)
PRESTASI :
Benda, Tenaga,
Pemikiran, Hak, Tidak
Berbuat
Keahlian Berbuat
Sesuatu
Sesuatu
KUH Perdata Pasal 1338, 1339

ITIKAD BAIK, KEPATUTAN


PENAFSIRAN KONTRAK
(KUH Perdata Pasal 1342-1351)

1. Kata-kata yang telah jelas tidak boleh ditafsirkan (Pasal


1342)
2. Kembali pada maksud dan tujuan (Pasal 1343)
3. Jika terdapat 2 macam penafsiran, dipilih yang paling
mungkin :
a. untuk dilaksanakan (Pasal 1344)
b. pengertian yang paling selaras (Pasal 1345)
4. Jika terdapat keragu-raguan, ditafsirkan menurut kebiasaan
/kepatutan (Pasal 1345, 1346, 1349) (secara profesi, ahli)
5. Menurut kebiasaan secara diam-diam dimasukkan dalam
kontrak meskipun tidak secara tegas dinyatakan
(enumeratif, Pasal 1347)
PENAFSIRAN KONTRAK
(KUH Perdata Pasal 1342-1351)

6. Harus diartikan dalam hubungan (klausul yang) satu


dengan (klausul) yang lainnya (terstruktur, sistematis,
komprehensif) (Pasal 1348)
7. Luasnya rumusan kata-kata dilimitasi semata-mata sesuai
hal-hal yang nyata-nyata berdasarkan maksud dan tujuan
(Pasal 1350, 1343)
8. Apabila akan menjelaskan perikatan, maka tidak dianggap
untuk mengurangi/membatasi kekuatan kontrak menurut
hukum dalam hal-hal yang tidak dinyatakan (Pasal 1351).
SURAT/DOKUMEN MUATAN (BARANG) DALAM REGULASI TRANSPORTASI
Pengirim/ Darat KBU UU LLAJ
Expeditur Kereta Api UU Per-KA-an
Laut Kapal UU
S/D Kontrak
(Perjanjian) Angkutan Pos
M (B) UU Pelayaran
Per- SDP : Sungai (Psl 16 :
airan Danau, Pe- Wajib
(Moda) angkut
nyeberangn
Transporter kiriman
Udara Pesawat UU Penerbangan
Pos)
Min 2 moda
Multi PP
berbeda dlm
• KUH Dagang Pasal 90 moda 1 kontrak Multimoda
o Surat Muatan :
 Perjanjian antara Pengirim atau Ekspeditur dan Pengangkut (Nakhoda Kapal)
 mengenai penyelenggaraan pengangkutan, ganti rugi keterlambatan, dan hal-
hal lainnya sesuai dengan kesepakatan, yang
 meliputi pula (mencantumkan keterangan tentang) :
 nama, berat, ukuran, merek, dan jumlah barang, nama Penerima, nama dan
alamat Pengangkut (nakhoda kapal), upah (biaya/ongkos) pengangkutan,
tanggal penandatanganan (Pengirim/Ekspeditur)
 pencatatan dalam daftar (harian) oleh Ekspeditur (KUHD 86, 454 dst., 506)
Dokumen Pengangkutan (1)
• Pelayaran (UU 17/2008 : Pelayaran, Penjelasan Pasal 38 Ayat (2))
o Dokumen Muatan (Bill of Lading/Konosemen & Manifest)
o Charter Kapal :
 Konosemen (Charterpartij) : tanda terima barang dari
pengangkut kepada pengirim barang

• Penerbangan (UU 1/2009 : Penerbangan, Pasal 1 Angka 28) :


o Surat Muatan Udara (SMU, Airway Bill) :
 dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau
bentuk lainnya, yang merupakan salah satu bukti adanya
perjanjian pengangkutan udara antara pengirim kargo dan
pengangkut, dan hak penerima kargo untuk mengambil kargo
Dokumen Pengangkutan (2)
• Lalu Lintas & Angkutan Jalan (LLAJ, UU 22/2009, Penjelasan Pasal
166 Ayat (3) Huruf b)) :
o Surat Muatan Barang (SMB) :
 surat yang menerangkan jenis dan jumlah barang serta asal
dan tujuan pengiriman. Pengangkutan barang dengan surat
muatan barang tidak termasuk angkutan untuk barang
pribadi

• Kereta Api (UU Perkeretaapian, UU 23/2007 Pasal 141 Ayat (3)) :


o Surat Angkutan Barang (SAB) :
 merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan
barang
Dokumen Pengangkutan (3)
• Angkutan Multimoda (PP 8/2011, Pasal 2 Ayat (3) dan Ayat (4), Pasal 3
Ayat (1) dan Ayat (2)) :
o Dokumen Angkutan Multimoda (DAM) :
 meliputi kegiatan, sejak diterimanya barang oleh badan usaha
angkutan multimoda (BUAM) dari pengguna jasa AM sampai
diserahkannya barang kepada penerima barang dari BUAM sesuai
perjanjian dalam dokumen angkutan multimoda
 BUAM bertanggung jawab terhadap kegiatan penunjang angkutan
multimoda yang meliputi pengurusan :
 transportasi
 pergudangan
 konsolidasi muatan
 penyediaan ruang muatan, dan/atau
 kepabeanan untuk AM ke LN dan ke DN
 kegiatan AM dapat menggunakan moda transportasi darat,
perkeretaapian, laut, dan/atau udara (kendaraan bermotor, KA,
kapal, dan pesawat udara
Lima (5) Prinsip Tanggung Jawab
Dalam Hukum (PTJH) Pengangkutan (1)
1. PTJH berdasarkan Unsur Kesalahan (Fault Liability/Liability Based On Fault
Principle) :
2. PTJH berdasarkan Praduga/Dianggap Untuk Selalu Bertanggung Jawab
(Presumption Of Liability Principle)
3. PTJH berdasarkan Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
(Presumption of Non Liability Principle)
4. PTJH berdasarkan Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability Principle)
5. PTJH berdasarkan Pembatasan (Limitation Of Liability Principle)
Lima (5) Prinsip Tanggung Jawab
Dalam Hukum (PTJH) Pengangkutan (2)
1. PTJH berdasarkan Unsur Kesalahan (Fault Liability/Liability Based On Fault Principle):
• Seseorang bertanggung jawab apabila terdapat unsur kesalahan (KUH Perdata
Pasal 1365, 1366, dan 1367)
2. PTJH berdasarkan Praduga/Dianggap Untuk Selalu Bertanggung Jawab (Presumption
Of Liability Principle)
• Seseorang selalu dianggap bertanggung jawab, sampai dapat membuktikan tidak
bersalah
o Dalam Hukum Pengangkutan Udara, terdapat 4 Doktrin (Pendapat Para Ahli
Hukum). Tiga (3) Doktrin diantaranya menyatakan, Pengangkut bebas dari
tanggung jawab apabila dapat membuktikan, bahwa :
 kerugian disebabkan oleh hal diluar kemampuan/kekuasaan Pengangkut
 telah diambil tindakan yang diperlukan untuk menghindari kerugian
 kerugian yang timbul bukan karena kesalahan Pengangkut
Satu (1) Doktrin lainnya menyatakan, Pengangkut tidak bertanggung jawab
apabila kerugian disebabkan :
 kesalahan/kelalaian penumpang, atau
 kualitas (mutu) barang (tidak baik)
Lima (5) Prinsip Tanggung Jawab
Dalam Hukum (PTJH) Pengangkutan (3)
3. PTJH berdasarkan Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
(Presumption of Non Liability Principle)
• Seseorang selalu dianggap tidak bertanggungjawab sampai ada putusan
bersalah dari pengadilan, misalnya :
o kehilangan/kerusakan bagasi kabin/tangan yang dibawa penumpang
(merupakan tanggung jawab penumpang, bukan pengangkut)
4. PTJH berdasarkan Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability Principle)
• Pelaku Usaha (Pengangkut) bertanggung jawab secara langsung tanpa
mensyaratkan unsur kesalahan tetapi pada kerugian yang ditimbulkan
(liablity based on risk) (strict liabilty pada common law system)
• Harus ada unsur kesalahan, namun, karena untuk membuktikan terlalu
sulit, maka Pelaku Usaha (Pengangkut) langsung mengganti kerugian
(strict liability pada civil law system)
Lima (5) Prinsip Tanggung Jawab
Dalam Hukum (PTJH) Pengangkutan (4)
5. PTJH berdasarkan Pembatasan (Limitation Of Liability Principle)
• Adanya klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuat Para
Pihak dalam Perjanjian/Kontrak, misalnya :
o pada surat/dokumen muatan barang (darat/laut/udara), tercantum
ketentuan yang menyatakan bahwa apabila barang yang diterima
berada dalam kondisi rusak/hilang/berubah/tidak utuh/sesuai, maka
konsumen (hanya) akan memperoleh ganti rugi (dibatasi), misalnya :
10 x biaya pengiriman

Anda mungkin juga menyukai