4.1.3Struktur organisasi
jam. Pada tabel 4.2 berikut ini salah satu contoh bentuk data rekap
pada subsistem feeding dan untuk rekap data pada subsistem yang
lain akan diberikan pada lampiran B.
Gambar 4.6 merupakan level III dari Gambar 4.5 yang merupakan
break down elemen yang terdapat di Subsistem Conveying I.
Feeding System
1 09M653 UNIF(159, 264)
2 09M654 UNIF(106, 363)
3 09M101 94 + 291 * BETA(0.112, 0.112)
4 09M102 UNIF(126, 294)
5 09M103 UNIF(60, 229)
6 09M104 74 + WEIB(29.7, 0.483)
7 09M105 224 + 84 * BETA(0.271, 0.31)
8 09M106 16 + EXPO(78.7)
9 09M107 -0.001 + EXPO(42.7)
Granulasi System
1 09M108 0.999 + WEIB(47.6, 0.488)
2 09P952A (Water) 45 + WEIB(31.3, 0.26)
3 09P952B (Water) 45 + WEIB(31.3, 0.26)
4 H3PO4 TRIA(33, 158, 283)
5 09P800A (NH3) UNIF(135, 291)
6 09P800B (NH3) 231 + 286 * BETA(0.112, 0.112)
7 09P705A (H2SO4) 55.5 + 73 * BETA(0.252, 0.277)
8 09P705B (H2SO4) 0.999 + WEIB(27.3, 0.339)
9 09E104 UNIF(5, 142)
10 Pipe Reactor 45 + WEIB(35.7, 0.4)
11 09M109 (Granulator) -0.5 + LOGN(10.8, 18.8)
44
Drying System
1 Natural gas UNIF(72, 260)
2 Fuel oil 128 + WEIB(19.8, 0.263)
3 09P107A/B 99 + 156 * BETA(0.0649, 0.0381)
4 09C104 (Blower) 215 + WEIB(9.26, 0.265)
5 09C105 (Blower) Constan 1x 416
6 09B101 (Furnace) -0.001 + WEIB(7.61, 0.45)
7 09M111 15 + EXPO(49.1)
8 09M112 -0.001 + WEIB(22.8, 0.57)
Screening System
1 09V102 (Diverter) UNIF(192, 345)
2 09V103 79 + GAMM(282, 0.245)
3 09M113A (Screen Feeder) 5 + 241 * BETA(0.118, 0.114)
4 09M113B (Screen Feeder) 6 + 241 * BETA(0.118, 0.114)
5 09F101A (Screen) 2 + WEIB(28.5, 0.535)
6 09F101B (Screen) 8 + EXPO(65.1)
7 09M114 -0.5 + 97 * BETA(0.452, 1.64)
8 09M115 (Screen Feeder) 105 + 194 * BETA(0.033, 0.0363)
9 09F102 (Polishing Screen) 3 + EXPO(92.3)
Cooling System
1 09E105 82 + EXPO(61.7)
2 09C103 UNIF(56, 191)
3 09C102 -0.001 + WEIB(24.3, 0.408)
4 09FB101 61 + EXPO(49.8)
5 09M116 9 + WEIB(28.8, 0.256)
46
Coating System
1 09M119 68.5 + 37 * BETA(0.553, 0.483)
2 09P109 UNIF(120, 306)
3 09M124A/C 87 + WEIB(21.7, 0.464)
4 09M117 37 + EXPO(156)
5 09M118 -0.5 + LOGN(21.6, 65.8)
Bagging System
1 09M403 4 + GAMM(405, 0.282)
2 09M404 55.5 + 85 * BETA(0.36, 0.33)
3 09M503 47 + GAMM(307, 0.255)
4 09M505A-1 NORM(150, 40.7)
5 09M505A-2 64 + EXPO(192)
6 09M505B-1 63 + EXPO(44.4)
7 09M505B-2 42.5 + 63 * BETA(0.4, 0.519)
Feeding System
1 09M653 0.48 + EXPO(1.72)
2 09M654 UNIF(0.35, 2)
3 09M101 UNIF(3, 4.43)
4 09M102 1.42 + 0.89 * BETA(0.875, 0.779)
5 09M103 0.44 + WEIB(0.703, 1.42)
6 09M104 -0.001 + WEIB(2.16, 0.624)
7 09M105 0.22 + LOGN(3.1, 3.96)
8 09M106 0.16 + 2.84 * BETA(0.0836, 0.183)
9 09M107 LOGN(3.49, 8.44)
Granulasi System
1 09M108 7 * BETA(0.374, 1.14)
2 09P952A (Water) 0.22 + 1.49 * BETA(0.812, 0.846)
3 09P952B (Water) LOGN(1.31, 1.46)
4 H3PO4 0.02 + 0.71 * BETA(0.709, 0.959)
5 09P800A (NH3) 0.28 + 1.61 * BETA(0.0719, 0.0446)
6 09P800B (NH3) 0.9 + 0.57 * BETA(0.851, 0.813)
7 09P705A (H2SO4) 0.32 + 2.08 * BETA(0.9, 0.941)
8 09P705B (H2SO4) LOGN(2.88, 3.42)
9 09E104 WEIB(12.8, 0.526)
10 Pipe Reactor NORM(1.94, 0.729)
11 09M109 (Granulator) -0.001 + WEIB(2.98, 0.817)
49
Drying System
1 Natural gas 0.14 + 4.41 * BETA(0.313, 0.46)
2 Fuel oil 7 + 9 * BETA(0.509, 0.476)
3 09P107A/B 1.37 + 4.51 * BETA(0.854, 0.947)
4 09C104 (Blower) 2 + 12 * BETA(0.435, 0.513)
5 09C105 (Blower) Constan 1x 1.08
6 09B101 (Furnace) WEIB(1.98, 1.04)
7 09M111 WEIB(2.78, 0.48)
8 09M112 -0.001 + 96 * BETA(0.0342, 0.385)
Screening System
1 09V102 (Diverter) 2.51 * BETA(1.03, 0.769)
2 09V103 1 + 2.74 * BETA(0.747, 0.965)
3 09M113A (Screen Feeder) 0.04 + EXPO(1.21)
4 09M113B (Screen Feeder) 7 * BETA(0.383, 0.496)
5 09F101A (Screen) 8 * BETA(0.585, 1.02)
6 09F101B (Screen) 9 * BETA(0.449, 0.851)
7 09M114 -0.001 + EXPO(6.03)
8 09M115 (Screen Feeder) 0.22 + 0.31 * BETA(1.07, 0.714)
9 09F102 (Polishing Screen) 0.09 + 2.82 * BETA(0.867, 0.856)
Cooling System
1 09E105 0.15 + 1.12 * BETA(0.908, 0.811)
2 09C103 8.88 * BETA(0.456, 0.786)
3 09C102 EXPO(2.83)
4 09FB101 3.57 * BETA(0.774, 1.1)
5 09M116 0.18 + GAMM(1.91, 1.42)
51
Coating System
1 09M119 WEIB(4.88, 0.625)
2 09P109 7 * BETA(0.0279, 0.0631)
3 09M124A/C LOGN(3.02, 11)
4 09M117 UNIF(0.999, 4.39)
5 09M118 5.85 * BETA(0.419, 0.944)
Bagging System
1 09M403 4.83 * BETA(0.626, 1.12)
2 09M404 0.05 + 2.35 * BETA(1.27, 0.815)
3 09M503 1.73 * BETA(0.728, 0.888)
4 09M505A-1 0.11 + 1.61 * BETA(0.626, 0.849)
5 09M505A-2 0.59 + LOGN(1.22, 1.26)
6 09M505B-1 LOGN(1.12, 2.03)
7 09M505B-2 LOGN(1.52, 3.8)
hubungan yang dimiliki oleh mesin satu dengan mesin yang lain
meliputi (O’ Connor, 1995) :
− Hubungan Seri, yakni hubungan antara mesin yang satu
dengan mesin yang lain dimana jika dalam rangkaian mesin
tersebut, salah satu mesin mengalami kegagalan atau rusak
maka sistem yang ada akan berhenti.
− Hubungan Paralel, yakni hubungan antara mesin yang satu
dengan mesin yang lain dimana sistem akan mengalami
kegagalan atau berhenti jika dua atau lebih mesin (yang
terhubung secara paralel) mengalami kegagalan.
− Hubungan m dari n mesin, yakni hubungan antara mesin yang
satu dengan mesin yang lain dimana sistem memiliki jumlah
minimal mesin (m mesin) yang harus dapat dioperasikan dari
jumlah yang ada (n mesin) agar sistem yang ada tetap
berjalan sedang mesin yang lain merupakan mesin cadangan
apabila mesin tersebut mengalami kegagalan.
− Hubungan Stand By, yakni hubungan antara mesin yang satu
dengan mesin yang lain dimana terdapat satu atau lebih mesin
yang bertindak sebagai subtitute atau pengganti bilamana
mesin utama (yang dijalankan dahulu) mengalami kegagalan.
Jika mesin utama tersebut selesai diperbaiki maka mesin
pengganti tersebut juga akan dihentikan. Pada gambar 4.7
merupakan model simulasi untuk level I dari Unit Phonska,
sedangkan untuk model simulasi keseluruhan Pabrik dapat
dilihat pada lampiran D.
54
c) Logika Dinamis
Dalam simulasi sendiri tidak hanya faktor logika statis yang
berperan karena simulasi digunakan untuk menirukan tingkah
laku yang dinamis daripada sistem. Sehingga sangat penting
untuk dapat memvalidasi performansi dinamis dari model
yang dibuat ketika model sedang di-running. Cara terbaik
untuk dapat melakukan validasi ini adalah memberikan
gambar animasi pada program simulasi. Sehingga variabel
penting dan keadaaan sistem dapat dimonitor atau dilihat
ketika program dijalankan. Sama dengan logika statis,
sangatlah bijaksana untuk menggunakan pengetahuan dari
pihak perusahaan dari sistem yang disimulasikan dengan
membuat gambar dinamis untuk mempermudah dalam
pemahaman.
60
Tabel 4.18 Rekap Waktu Antar Kerusakan Hasil Simulasi untuk Sistem Plant
Sistem Plant
1 1 6 7 5 15 2 2 3 7 23
4 5 3 8 6 2 5 1 12 12 2
2 4 4 12 14 6 1 7 26 13
1 2 28 14 21 23 27 8 32 6
1 19 30 1 9 1 5 14 5 3
13 5 5 1 1 30 21 5 9 2
2 1 1 12 20 3 19 33 22 10
63
Subsistem
Feeding Granulasi Drying Screening Cooling Coating Bagging
43 23 2 46 10 5 113
38 3 16 8 9 65 153
182 1 8 52 9 43 142
43 4 76 14 19 15 421
52 34 4 1 28 178
209 49 8 4 41 92
• Subsistem Feeding
Distribusi : Weibull 2
Parameter Beta : 1,4184
Parameter Eta : 108,5683
Parameter Gamma : 0
• Subsistem Granulasi
Distribusi : Weibull 2
Parameter Beta : 0,7067
Parameter Eta : 64,2213
Parameter Gamma : 0
• Subsistem Drying
Distribusi : Weibull 3
Parameter Beta : 0,9287
Parameter Eta : 38,4827
Parameter Gamma : 1,21
• Subsistem Screening
Distribusi : Weibull 3
Parameter Beta : 1,0014
Parameter Eta : 42,2758
Parameter Gamma : - 0,1949
• Subsistem Cooling
Distribusi : Weibull 2
Parameter Beta : 0,5328
Parameter Eta : 1132,7055
Parameter Gamma : 0
• Subsistem Coating
Distribusi : Weibull 2
Parameter Beta : 0,5349
Parameter Eta : 892,3518
Parameter Gamma : 0
65
• Subsistem Bagging
Distribusi : Weibull 2
Parameter Beta : 1,1003
Parameter Eta : 770,8532
Parameter Gamma : 0
Dimana :
t adalah waktu simulasi
β adalah nilai parameter beta
η adalah nilai parameter eta
γ adalah nilai parameter gamma
mesin yang satu dengan mesin yang lain dalam perusahaan yang
diamati. Cara yang kedua inilah yang akan dieksperimenatasikan
melalui penelitian kali ini. Cara ini dipilih mengingat model
simulasi yang dibuat mensimulasikan hubungan antara mesin
yang satu dengan mesin yang lain.
Dari hasil perhitungan Plant reliability dapat diketahui
bahwa subsistem yang memiliki nilai keandalan paling rendah
adalah subsistem Granulasi. Dari beberapa macam equipment atau
mesin yang berada didalam subsistem granulasi, yang memiliki
data waktu antar kerusakan yang paling banyak adalah equipment
conveyor 09M109. Sehingga yang akan dijadikan objek
eksperimentasi model adalah equipment tersebut dengan harapan
dapat meningkatkan Reliability dari subsistem granulasi.
Conveyor 09M109 merupakan conveyor yang
mengalirkan material dari subsistem Granulasi menuju subsistem
Drying. Jadi equipment tersebut terhubung secara seri didalam
sistem sehingga jika terjadi kerusakan pada equipment tersebut
proses produksi pun juga akan berhenti. Dari data historis dapat
kita ketahui bahwa equipment tersebut sering sekali mengalami
kerusakan sehingga sistem produksi terhenti.
Dalam eksperimentasi ini akan dicobakan bagaimana
bagaimana jika terdapat 2 buah mesin conveyor 09M109 yang
terhubung secara paralel. Asumsi yang digunakan untuk
penggunaan mesin yang baru tersebut adalah distribusi waktu
antar kerusakan yang dimiliki sama dengan distribusi waktu antar
kerusakan pada mesin yang lama dan tidak ada biaya penambahan
mesin. Untuk pengembangan modelnya dapat dilihat pada gambar
4.11 di halaman selanjutnya.
67