Makalah Telinga Berair DR Yus Dalton
Makalah Telinga Berair DR Yus Dalton
PENDAHLUAN
Telinga merupakan salah satu dari kelima alat indera manusia. Gangguan yang
terjadi pada organ ini dapat berakibat buruk bagi penderita, yaitu tidak dapat
melakukan kegiatan mendengar secara optimal.
Keluhan utama telinga dapat berupa gangguan pedengaran /pekak (tuli), suara
berdenging/berdengung (tinnitus), rasa pusing yang berputar (vertigo), rasa nyeri
dalam telinga (otalgi), keluar cairan dari telinga (otore). 1
Otore adalah sekret yang keluar dari liang telinga. Cairan yang keluar dari
telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat mendukung diagnosis. Apakah
sekret ini keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah
berapa lama. Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret
yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau
busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya
infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan jernih, harus waspada adanya cairan
likuor serebrospinal. 1
1
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum : untuk mengetahui penyebab dan penanganan otore.
2. Tujuan Khusus : untuk menyelesaikan tugas referat wajib dari kepaniteraan
klinik di SMF THT-KL RS Bayukarta Karawang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Telinga 3.4,5
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau cavum tympani, dan
telinga dalam atau labyrinth. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan
keseimbangan. Struktur anatomi telinnga dapat dilihat pada gambar 1 :
A. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit
dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit
3
pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar
2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat
di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit
tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam
kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
4
B. Auris medial / Telinga tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di
antara kedua membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus
dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen. Telinga tengah merupakan
rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa
sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
5
Incus : Eustachius berhubungan
Stapes : Dengan nasopharinx dan membuka pada saat menelan
4) Tuba Auditoria / Tuba Auditorius / Tuba Eustachius
6
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII).Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius
internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.
Bagian-bagian dari telinga dalam terdiri atas :
1) Labirinthus osseus / Tulang labirin
a) Cochlea
Berisi duktus cochlear
Teridiri dari :
o Skala vestibule
o Skala medial
o Skala tympani
Skala vestibule dan media dipisahkan oleh membrane vestibularis.
Skala media dan tympani dipisahkan oleh membrane basilaris, dibagian
permukaan terdapat organ corti (sel rambut).
b) Canalis semicircularis yaitu berisi ductus semicircularis dengan
berujung pada ampula.
c) Vestibula merupakan organ keseimbangan tubuh.
Terdiri atas :
Sacculus
Utriculus
2) Labirynthus membranaceus / Labirin membranosa
Terdiri dari :
a) Labirynthus vestibularis
b) Labirynthus cochlearis
Mengandung :
a) Cairan
Perilimfe (kaya ion Natrium)
Endolimfe (kaya ion Kalium)
b) Sel rambut
c) Masa gelatinosa (mempengaruhi terhadap kecepatan impuls
saraf)
7
Terdapat beberapa system yang berkaitan dengan system pendengaran antara
lain:
1) Musculus / Otot
a) Otot ekstrinsik
Musculus Auricularis Anterior
Musculus Auricularis posterior
Musculus Auricularis Superior
b) Otot intrinsic
Musculus elicis mayor
Musculus helicis minor
Musculus tragicus
Musculus anti tragicus
Musculus obliqus auricularis
Musculus tranversus auricularis
Musculus auricularis / auriculare
3) Os Temporal
a) Pars Squamosa
Terdapat tonjolan ke arah depan ( Processus zygomaticus
Ossis Tempolaris
Bagian caudal ( Tuberculum articulare)
Lekukan di caudal ( Fossa mandibularis)
b) Pars Tympatica
c) Pars Styloidea (tonjolan memanjang )
d) Pars mastoidea (bagian caudal dari Os temporal)
Tonjolan kearah caudal ( Processus Mastoideus)
e) Pars Petrosa ( berbentuk pyramid besisi 3 dengan puncak
petromedial)
8
4) Persarafan
a) Nervus Vagus R Auricularis : sebelah luar, peremukaan luar
membran timpani
b) Nervus Auricularis magnus R posterior : di belakang daun telinga
c) Nervus Auricularis magnus R anterior : di permukaan depan daun
telinga
d) Nervus Mandibularis
e) Nervus auriculo temporalis
f) Nervus meatus acustici eksterni 3-5 berada di akar depan daun
telinga, dasar, dinding depan dan atap saluran pendengaran luar,
lapisan luar membran tympani, dan membrane tympatic
g) Nervus facialis
h) Nervus auricularis posterior R auricularis berada di semua otot
daun telinga
2.2. Otore
Otore adalah sekret/cairan yang keluar dari liang telinga. Sekret yang keluar
dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat mendukung diagnosis,
misal jernih atau purulen, mengandung darah atau tidak, berbaukah, pulasatil atau
non-pulsasi. Gejala penyerta yang lain juga harus di perhatikan, seperti adanya
ganguan pendengaran, tinitus dan otalgia (nyeri telinga). Sekret yang keluar dapat
purulen, mukoid atau mukopurulen, sekret seperti ini menandai adanya infeksi pada
telinga. sekret dapat pula jernih yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis dermatosis
meatus akustikus externa atau mungkin sekret yang jernih itu berasal dari cairan otak
(serebrospinalis). Semua tipe otore ini dapat mengandung darah, bisa masif karena
trauma dan berbagai neoplasma. Sekret dapat tidak berbau dan berbau sangat busuk
(biasanya pada kolesteatoma). Biasanya sekret ini non-pulsatil, tetapi bila berada di
6
bawah tekanan hebat di celah ruang telinga tengah, maka ia akan berpulsasi.
Gambaran sekret yang bersifat purulen dapat dilihat pada gambar 2:
9
Gambar 2. sekret purulen
Sumber : http://othorrea.htm
2.3. Etiologi
Berdasarkan lamanya gejala, otore dapat dibagi menjadi otore akut dan otore kronis.
10
2. Otore kronik (lebih dari enam minggu)
1. Otitis media supuratif kronik (penyebab tersering)
2. kolesteatoma
3. benda asing di telinga
4. Granuloma
5. imunodefisiensi
6. Neoplasma 8
Penyakit yang dapat menyebabkan otore kronis dapat dilihat pata bagan 1:
Otore kronis
11
2.4. Differensial Diagnosis 1,9,11,12,13
1. Akibat trauma
a. laserasi/ruptur membrane timpani akut
Ruptur atau perforasi membran timpani akibat trauma
Manifestasi klinis :
pusing
vertigo
gangguan pendengaran
perdarahan dari telinga
otalgi
penurunan pendengaran yang fluktuatif
otorrhea/draining ear
eritema membram timpani
tinnitus
12
bengkak postaurikula
13
3. Infeksi organ, abses
a. Otitis eksterna difus
Dapat terjadi sekunder pada OMSK atau OMA. Otitis eksterna difus bisasanya
mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Kulit liang telinga hiperemis
dan edem dengan batas yang tidak jelas serta tidak terdapat furunkel. Kadang-
kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir
(mucin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
14
rasa nyeri semakin hebat, kemudian liang telinga tertutup jaringan
granulasi yang cepat tumbuhnya, sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fascial.
Penatalaksanaan :
Antibiotika dosis tinggi terhadap pseudomonas selama enam minggu. Bila
perlu dialakukan debridement pada jaringan nekrotik di liang telinga dan
cavum timpani, yang terpenting gula darah harus dikontrol.
2. Otitis media serosa kronik (glue ear), sekret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung
lama. Sektretnya dapat kental seperti lem (glue ear).
15
Penatalaksanaan :
Mengeluarkan secret dengan miringotomi dan memasang pipa
ventilasi. Pada kasus awal dapat diberi dekongestan. Bila
medikamentosa tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi.
OMA (Otitis media akuta) merupakan peradangan akut sebagian atau seluruh
periostium telinga tengah. OMA biasanya diawali dengan terjadinya infeksi
akut saluran napas atas (ISPA). Mukosa saluran pernapasan atas mengalami
inflamasi akut berupa hiperemi dan odem, termasuk juga pada mukosa tuba
eustachius sehingga terjadi penyumbatan ostiumnya yang akan diikuti dengan
gangguan fungsi drainase dan ventilasi tuba eustachius. Kavum timpani
16
menjadi vakum dan disusul dengan terbentuknya transudat hydrops ex vacuo.
Infliltrasi kuman pathogen ke dalam mukosa kavum timpani yang berasal dari
hidung atau faring menimbulkan supurasi.
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa ringan
dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang
dewasa, dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila
terjadi perforasi spontan membrana timpani atau setelah dilakukan
miringotomi (insisi membran timpani). Gejala lain dapat berupa keluarnya
cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. Pada
pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal,
dan tidak terjadi nyeri bila aurikula digerakan. Membrana timpani tampak
merah dan sering menggelembung.
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium :
1) stadium oklusi tube eustachius
2) stadium hiperemis
3) stadium supurasi
4) stadium perforasi
5) stadium resolusi.
17
f. Otitis media supuratif kronik
OMSK merupakan infeksi kronis di telingan tengah dengan perforasi
membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah.
18
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya
kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada
otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe
campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-
tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
g. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß
hemoliticus / pneumococcus
Manifestasi klinis :
nyeri otot leher
penururan daya pengecapan
abnormalitas nervus kranialis
pusing
paralise nervus fascialis
kelemahan otot wajah unilatral
sakit kepla
Vertigo
Demam
Malaise
otalgi dengan membrane timpani normal
pembengkakan daerah mastoid
Kehilangan pendengaran
Mastoid tenderness/ nyreri tekan mastoid
Otorrhea/draining ear
Postauricular Swelling Edema
19
4. Alergi, kelianan kolagen, penyakit autoimun
a. Psoriasis
b. Fistula CSF
Manifestasi klinis ;
sakit kepala
rinore
otore
20
c. CSF rhinorrhea syndrome
Manifestasi klinis :
sakit kepla
sakit kepala bertambah berat ketika berdiri
rinore/ drainase csf pada hidung
otore/ drainase csf pada telinga
Mekanisme penyakit ;
kelainan sturktur dana antomi
trauma
d. Kolesteatoma intracranial
Manifestasi klinis :
pusing
sakit kepala
Nystagmus
Vertigo
otore/ discharge telinga
6. Berasal dari proses di dalam telinga
a. kolesteatoma telinga tengah
kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma
bertambah besar.
Manifestasi klinis
pusing
paralisis nervus fascialis
kelemahan wajah unilateral
nystagmus
vertigo
kehilangan pendengaran mendadak
otalgi dengan membrane timpani utuh
verigo
masalah pedengaran
gatal pada liang telinga
21
tuli saraf
otore / discharge telinga
otore purulen
tuli menddadak
2.5. Diagnosis 8
1. Otitis Externa
1. Bakterial otitis eksterna akut
1. Sedikit mukus putih, mungkin kental
2. Bakterial Ctitis eksterna kronik
1. Discharge berdarah dengan jaringan
3. Otitis Externaakibat jamur (Otomycosis)
1. Discharge seperti benang halus
2. warna: putih, hitam, abu, biru kehijauan, atau kuning
22
3. Penyebab lainya
1. Kebocoran cairan serebrospinal: discharge berupa cairan jernih
2. Trauma: mukus berdarah
3. Osteomyelitis: discharge telinga yang berbau busuk
Bila terdapat tanda-tanda infeksi maka dapat diterapi dengan antibiotika serta
obat tetes telinga. Antibiotika yang dianjurkan adalah golongan penisilin atau
ampisilin, bila pasien alergi terhadap golongan ampisilin dapat diberikan eritomisin.
23
Pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman maupun bahaya dapat
dilakukan pembedahan dengan berbagai teknik seperti, mastoidektomi sederhana,
mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan komplikasi, miringoplasti,
timpanoplasti, serta pendekatan ganda timpanoplasti.
Sebagian besar kasus trauma juga dapat sembuh tanpa penanganan khusus.
Bila tidak dapat sembuh secara alami, maka dapat melakukan tindakan operasi.
2.7. Pencegahan
Ada beberpa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya otore.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya otore adalah sebagai
berikut :
1. Hindari infeksi telinga. Berusaha menghindari kontak dengan orang yang sedang
sakit.
2. Memberi ASI pada bayi sehingga bayi mendapat antibody dari ibu dan
meningkatkan daya tahan tubuhnya.
3. Hindari masuknya benda asing ke dalam telinga
4. Bila berada di daerah yang bising, gunakan pelindung telinga.
5. Jaga telinga tetap kering setelah kontak dengan air (mandi, berenang). 10
24
BAB III
PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tengggorokan Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesi. 2007.
2. George Krucik, MD. Ear Discharge. 2013 available from :
http://www.EarDischarg.Causes.Treatment.Prevention.htm.,diunduh tanggal
27/9/2013 pukul 12.00 WIB
3. Snell, Richard S. Anantomi Klinik untuk Mahasisawa Kedokteran. Edidi keenam.
Jakarta : EGC. 2006.
4. Makalah otitis media.2012. available from : http://www.Artikelkedokteran.com. ,
diunduh tanggal 27/9/2013 pukul 12.10 WIB
5. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31375/5/Chapter%20I.pdf
6. Otorea (cairan telinga, sekret, drainase telinga). 2011. available from :
http:///www.othorrea/mixmedic/Otore_cairan.telinga.sekret.drainasetelinga.htm. ,
diunduh tanggal 27/9/2013 pukul 12.05 WIB
7. Otorrhea-Gejala,Penyebab, dan Pengobatan. Marry. 2010. available from :
http://byebyedoctor.com/otorrhea. , diunduh tanggal 27/9/2013 pukul 12.25 WIB
8. Otorrhea. 2013. available from : http://othorrea.htm. , diunduh tanggal 27/9/2013
pukul 12.20 WIB.
9. Differential Diagnosis For Otorrhea/draining ear. available from :
http://othorrea/Differential-Diagnoss-For-Otorrhea/draining-ear.htm. , diunduh
tanggal 27/9/2013 pukul 12.30 WIB
10. Ways to Prevent Ear Discharge. 2013. Available from : http://Ear-Discharge-
CausesTreatments&Prevention.htm. , diunduh tanggal 27/9/2013 pukul 12.27 WIB.
11. Desak G.W., Agustini, Artini, Yuliandari. All In One Siap UKDI.Jakarta : Grasindo.
2013.
12. Arif M., kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiwk S. Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.2001.
13. SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi ketiga. Surabaya : Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. 2005.
26