Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia – Nya
lah, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sholat Sunnah Tahiyatul Masjid” tepat
pada waktunya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Fiqih. Dengan membuat tugas ini semoga wawasan kami semakin bertambah, aamiin.

Dalam menyelesaikan makalah ini, tim penulis telah banyak mendapat bantuan dan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini tim penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada ibu Popon Suwantini, S. Ag. selaku guru MTsN 3 Kota Bekasi dan Bapak
Dr. H. Buchori, M.Pd.I selaku kepala sekolah MTsN 3 Kota Bekasi

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami semogapenulisanmakalah yang sederhana ini bisa memberikan manfaat kepada kita
semua.

Ziyaadatur Rahmah Nur


DAFTAR ISI

 Bab I Pendahuluan .............................................................................. 1


 Bab II Pembahasan .............................................................................. 2
 Pengertian Sholat Tahiyatul Msjid .......................................... 4
 Siapa yang dikecualikan untuk tidak mengerjakan Sholat Tahiyatul
Msjid .......................................................................................... 4
 Beberapa Masalah/Hukum yang Berkaitan dengan Sholat Tahiyatul
Masjid ........................................................................................... 5
 Bab III Kesimpulan dan Saran ................................................................ 9
 Bab IV Penutup .............................................................................. 10
 Daftar Pustaka .............................................................................. 11

Ziyaadatur Rahmah Nur


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat di tinggalkan bagi umat muslim yang sudah
mukalaf. Dalam syariat Islam sholat itu terbagi kepada dua macam, yaitu sholat fardhu dan sholat
sunnah. Sengaja disayriatkan sholat sunnah ialah untuk menambal kekurangan yang mungkin
terdapat pada sholat-sholat fardhu, maka perlu disempurnakan dengan sholat sunnah. Selain itu
juga karena sholat itu mengandung keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain.
Banyak sekali macam-macam sholat sunnah yang disaryiatkan. Dengan demikan maka pada
kesempatan kali ini kami akan menguraikan dari macam-macam dari sholat sunnah.

2. Rumusan Masalah

A. Pengertian shalat Tahiyatul masjid


B. Siapa yang dikecualikan untuk tidak melaksanakan sholat Tahiyatul Masjid
C. Berapa masalah/hukum yang berkaitan dengan sholat Tahiyatul Masjid

3. Tujuan

Tujuan dari shalat 2 rakaat ini adalah untuk menghormati masjid.Karena masjid memiliki
kehormatan dan kedudukan mulia yang harus dijaga oleh orang yang memasukinya,yaitu dengan
tidak duduk sehingga melaksanakan shalat sunnah Tahiyatul Masjid

Ziyaadatur Rahmah Nur


Ziyaadatur Rahmah Nur
BAB II
PEMBAHASAN

Shalat tahiyatul masjid disyariatkan pada setiap saat, ketika seseorang masuk masjid dan
bermaksud duduk di dalamnya. Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i & Ahmad bin Hambal,
yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz, & Ibnu Al-Utsaimin –rahimahumullah.

Dalam hadis yang diriwayatkanoleh Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu
‘alaihiwasallam bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia
duduk.” (HR. Al-Bukhari no. 537 & Muslim no. 714)

Jabir bin Abdillah –radhiyallahu ‘anhu– berkata :

Artinya,“Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sedang berkhutbah, dia pun duduk. Maka beliau langsung bertanya padanya, “Wahai
Sulaik, bangun dan shalatlah dua raka’at, kerjakanlah dengan ringan.” Kemudian beliau bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang berkhutbah,
maka hendaklah dia shalat dua raka’at, dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan.” (HR.
Al-Bukhari no. 49 dan Muslim no. 875)

Para ulama sepakat tentang disyariatkannya shalat 2 rakaat bagi siapa saja yang masuk
masjid & mau duduk di dalamnya. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai hukumnya.
Mayoritas ulama berpendapat shalat Tahiyatul Masjid adalah sunnah & sebagian berpendapat
wajib. Yang jelas tidak sepantasnya seorang muslim meninggalkan syariat ini.

Ziyaadatur Rahmah Nur


Mayoritas ulama berpendapat bahwa shalat tahiyatul masjid adalah sunnah karena ada
indikasi lain yang menyoal pada status hukum sunnah dan tidak wajib. Di antaranya

Pertama, hadis Abdullah bin Busr,

Artinya,“Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang melangkahi pundak-pundak manusia


sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkhutbah, maka beliau berkata, “Duduklah,
sungguh engkau telah menyakiti mereka.” (Shahih, HR Abu Dawud (1118), di shahihkan oleh
Syeikh Al-Albani)

Kedua, hadis Thalhah bin Ubaidullah radhiyallahu Anhu, beliau berkata,

Artinya, “Seorang laki-laki dari penduduk Nejd yang rambutnya berdiri datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, kami mendengar gumaman suaranya, namun kami tidak dapat
memahami sesuatu yang dia ucapkan hingga dia dekat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab,‘Islam adalah shalat lima waktu siang dan malam.‘ Dia bertanya lagi, ‘Apakah saya
masih mempunyai kewajiban selain-Nya? ‘ Beliau menjawab, ‘Tidak, kecuali kamu melakukan
shalat sunnah.” (HR. Bukhari (46), Muslim (11/76))

Ketiga, hadis AbuWaqid Al Laitsi radhiyallahu Anhu, beliau berkata,

Ziyaadatur Rahmah Nur


Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid
bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dimana satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam (di depan), sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga
berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?”Adapun salah seorang diantara mereka,
dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada
Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah
pun berpaling darinya.”(HR. Bukhari (66) Muslim (2176))

A.Pengertian sholat Tahiyatul Masjid

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Tahiyyatul Masjid adalah shalat yang dilakukan
sebanyak dua Roka’at, dan dikerjakan oleh seseorang ketika masuk ke masjid. Adapun hukumnya
termasuk sunnah berdasarkan konsensus karena hal itu merupakan hak setiap orang yang akan
masuk ke masjid, sebagaimana dalil-dalil yang telah disebutkan.” (Fathul Bari: 2/407)

B. Siapa Yang Dikecualikan Untuk Tidak Mengerjakan Shalat Tahiyatul Masjid?

Ibnu Hajar juga berkata, “Dikecualikan bagi khotib masjid, yang akan masuk ke masjid
untuk shalat, dan berkhutbah di hari jum’at, maka seorang khotib tidak perlu melakukan shalat
Tahiyatul Masjid. Dikecualikan juga bagi pengurus masjid, karena ia diberi amanah untuk
senantiasa keluar masuk masjid, jika setiap keluar masuk di perintahkan untuk shalat tahiyatul
masjid, tentu hal itu akan memberatkan baginya. Sebagaimana pula tidak disunnahkan bagi
seseorang yang masuk ke masjid sedangkan imam telah menegakkan shalat fardhu atau telah
selesai dikumandangkan iqamat, karena sesungguhnya shalat fardhu telah cukup walaupun tidak
shalat tahiyatul Masjid.” (Subulus Salam: 1’/320)

Namun sebagian Ulama’ berpendapat disunnahkan melakukan tahiyatul Masjid setiap kali
masuk ke Masjid. Hal ini sebagaimana pendapat imam Nawawi, dan ini pendapat yang dipilih
oleh ibnu Taimiyyah, dan Ahmad bin Hambal. (Al-Majmu’: 4/75)

Ziyaadatur Rahmah Nur


Imam Syaukani rahimahullah berpendapat, “Bahwa shalat Tahiyatul Masjid disyari’atkan,
meskipun berkali-kali masuk ke masjid, sebagaimana secara ekplisit dinyatakan dalam hadits.
(Nailul Authar: 3/70)

Tahiyatul masjid tergolong sebagai penghormatan terhadap masjid. Hal itu sepadan dengan
ungkapan salam ketika masuk ke suatu tempat, sebagaimana seorang yang memberi salam kepada
sahabatnya ketika bertemu.

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Sebagian yang lain mengilustrasikan dengan memberi


salam kepada pemilik masjid (Allah subhanahu wata’ala). Karena maksud dilakukannya tahiyatul
masjid adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan kepada masjid, sebab seseorang yang masuk
ke rumah orang lain, yang diberi salam adalah pemiliknya bukan rumahnya. (Hasyiyah Ibnul
Qasim: 2/252)

Beberapa Masalah/Hukum Yang Berkaitan Dengan Shalat Tahiyatul Masjid

Masalah Pertama:

Disyari’atkannya untuk shalat Tahiyatul Masjid di setiap waktu (tidak ada waktu yang
terlarang), karena ia termasuk shalat yang berkaitan dengan sebab (yaitu karena masuk ke masjid).
Inilah pendapat yang dipilih oleh Syeikhul islam ibnu Thaimiyyah, majduddin Abul Barakat, Ibnul
Jauzi, dan yang lain. (Al-inshof : 2/802, Al-Muharrar : 1/86, Nailul Authar : 3/62, Fatawa li ibni
Thaimiyyah : 23/219)

Pendapat ini juga dipilih oleh Syeikh Muhammad bin Utsaimin (Syarah Mumthi’ ” (4/179)) dan
juga Syeikh Ibnu Baz dalam kitab fatawa.

Masalahan Kedua:

Waktu/pelaksanaan shalat Tahiyatul Masjid adalah ketika masuk ke masjid dan sebelum
duduk. Adapun jika ia sengaja duduk, maka tidak di syari’atkan untuk mengerjakan shalat
tahiyatul masjid. Hal itu dikarenakan telah kehilangan kesempatan (yaitu ketika masuk masjid dan
sebelum duduk). (Ahkam Tahiyatul Masjid, 5)

Ziyaadatur Rahmah Nur


Masalah Ketiga:

Adapun jikalau ia masuk masjid dan langsung duduk karena tidak tahu atau lupa dan belum
mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, maka ia tetap disyari’atkan untuk mengerjakan shalat
tahiyatul masjid, karena orang yang diberi uzur (karena lupa atau tidak tahu) tidak hilang
kesempatan untuk megerjakan shalat tahiyatul masjid, dengan syarat jarak antara duduk dengan
waktunya tidak terlalu lama. (Fathul Bari, 2/408)

Masalah Keempat:

Apabila ada orang yang masuk ke Masjid sedangkan azan dikumandangkan, maka yang
sesuai syari’at adalah menjawab adzan dan menunda sebentar untuk shalat Tahiyatul Masjid,
karena saat itu menjawab adzan lebih penting. Kecuali kalau ia masuk ke masjid pada hari jum’at,
sedangkan adzan untuk khutbah tengah dikumandangkan, maka dalam kondisi seperti ini
mendahulukan shalat tahiyatul masjid daripada menjawab azan (agar bisa mendengarkan
khutbah). Karena mendengarkan khutbah lebih penting.” (Al-Inshaf, 1/427)

Masalah Kelima:

Apabila ada orang yang masuk ke masjid sedangkan imam saat itu sedang berkhutbah,
maka tetap disunnahkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, dan hendaknya
meringankannya/mempercepatnya (Al-Fatawa li Ibni Taimiyyah, 23/219). Hal ini sebagaimana
dalam hadits Nabi, “Maka janganlah ia duduk kecuali telah mengerjakan dua raka’at” (HR
Bukhari (1163) dan Muslim (714)). Begitu pula dalam hadits yang lain,´“Hendaklah ia kerjakan
dua raka’at, dan hendaklah meringankanya.” (HR Bukhari (931), Muslim (875)). Jika seorang
khatib hampir selesai khutbah, dan menurut dugaan kuat jika ia mengerjakan shalat Tahiyatul
Masjid akan ketinggalan shalat wajib (shalat jum’at), maka hendaknya ia berdiri untuk
mengerjakan shalat jum’at, dan setelah selesai shalat Jumat hendaknya ia jangan sampai langsung
duduk tanpa mengerjakan shalat tahiyatul masjid.

Masalah Keenam:

Penghormatan di Masjidil Haram adalah Thawaf, hal ini sebagaimana dikemukakan

Jumhur Fuqaha’. Imam Nawawi berkata, “Shalat Tahiyyatul Masjidil untuk Masjidil
Haram adalah Thawaf, yang dikhususkan bagi pendatang. Adapun orang yang Muqim/menetap

Ziyaadatur Rahmah Nur


disitu maka hukumnya sama seperti masjid-masjid yang lain (yaitu disunnahkan shalat Tahiyatul
Masjid)” (Fathul Bari: 2/412)

Namun sebagai catatan, hadits yang dijadikan rujukan dalam masalah ini adalah hadits
yang tidak shahih/benar. Bahkan tidak ada asalnya dari Nabi. Lafaz hadits tersebut adalah:

“Tahiyat bagi Al-Bait (Ka’bah) adalah thawaf,” (Lihat Adh-Dhaifah no. 1012 karya Al-Albani –
rahimahullah-).

Jadi kesimpulannya shalat Tahiyatul Masjid berlaku untuk semua masjid, termasuk
masjidil haram. Sehingga orang yang masuk masjidil haram tetap dianjurkan baginya untuk
melakukan tahiyatul masjid jika dia ingin duduk.

Masalah Ketujuh:

Shalat qabliyah dapat menggantikan tahiyatul masjid, karena maksud dari shalat tahiyatul
masjid adalah agar orang yang masuk masjid memulai dengan shalat, sedangkan ia telah
melaksanakan shalat sunnah rawatib. Jika ia berniat shalat sunnah rawatib sekaligus shalat
tahiyatul masjid atau berniat shalat fardhu maka ia telah mendapat pahala secara bersamaan.
(Kasyful Qana’: 1/423)

Masalah Kedelapan:

Adapun seorang imam, maka cukup baginya untuk mendirikan shalat fardhu tanpa shalat
Tahiyatul Masjid. Hal itu dikarenakan imam datang di akhir dan kedatangannya dijadikan sebagai
tanda untuk mengumandangkan iqamat. (Subulus Salam: 1329)

Adapun jikalau imam telah datang sejak awal waktu, maka tetap disyari’atkan bagi imam
untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, sebagaimana makmum. Hal itu sebagaimana
keumuman dalil, “Jika salah seorang dari kalian masuk ke Masjid, maka janganlah duduk sehingga
ia shalat dua raka’at terlebih dahulu.” (HR Bukhari (444), Muslim (764))

Ziyaadatur Rahmah Nur


Mengenai shalat di tanah lapang (seperti shalat ied, istisqa’), maka tidak disyari’atkan
untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, (Al-Fawakihul Adidah : 1/99)

Namun sebagian ulama’ ada yang membolehkan shalat tahiyatul Masjid di tanah lapang
karena di tinjau dari segi hukumnya sama seperti shalat berjama’ah di dalam masjid. (Al-inshaf:
1/246). Namun yang lebih rajih insya Allah pendapat yang pertama, karena berbeda dari sisi
tempatnya dan juga dzahirnya hadits : “Jika salah seorang dari kalian masuk ke Masjid…. (HR
Bukhari dan Muslim)

Masalah Kesembilan:

Tidak dipungkiri bahwa shalat tahiyatul masjid berlaku utk siapa saja, laki-laki &
perempuan yang hendak melakukan shalat berjama’ah di masjid. Hanya saja para ulama
mengecualikan darinya khatib Jum’at, dimana tak ada satupun dalil yang menunjukkan bahwa
Nabi –shallallahu Alaihi wassalam- shalat tahiyatul masjid sebelum beliau khutbah. Akan tetapi
beliau datang & langsung naik ke mimbar (Al-Majmu’: 4/448).

Hikmah dari Shalat Tahiyatul Masjid:

Hikmah dari mengerjakan Shalat Tahiyatul Masjid adalah sebagai penghormatan terhadap Masjid,
sebagaimana seseorang masuk ke rumahnya dengan mengawali ucapan salam, dan juga
sebagaimana seseorang yang mengucapkan salam kepada sahabatnya disaat keduanya bertemu.

Semoga Allah memberi pertolongan kepada kita agar kita senantiasa dimudahkan dalam
memahami agama Islam yang benar, dan dimudahkan dalam mengamalkannya dan
mendakwahkannya.

Ziyaadatur Rahmah Nur


Ziyaadatur Rahmah Nur
BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ada
sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada pula
yang dilaksanakan berjamaah ataupun secara munfarid. Namun tetap dilaksanakan oleh
Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia. Dari semua sholat sunnah pada intinya atau
kesimpulannya Shalat sunnah dilakukan untuk menambah atau menutupi kekurangan –
kekurangan ibadah wajib.

B. SARAN

Sholat sunnah akan mendapatkan pahala apabila di kerjakan, maka apabila kita
inginmendapatkan pahala tambahan disamping sholat wajib dapat di laksanakan dengan
melakukansholat sunnah, wallohu a’lam

Ziyaadatur Rahmah Nur


BAB IV

PENUTUP

Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ada
sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada pula
yang dilaksanakan berjamaah ataupun secara munfarid. Namun tetap dilaksanakan oleh
Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia. Dari semua sholat sunnah pada intinya atau
kesimpulannya Shalat sunnah dilakukan untuk menambah atau menutupi kekurangan –
kekurangan ibadah wajib.

Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan, kita pelajari
mendapatkan anugrah dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua. Dengan semangat
belajar yang tinggi pula insyaallah dapat menegakkan tiang agama dan mendapatkan tempat yang
mulia kelak di hari akhir amin ya robbal alamin.

Ziyaadatur Rahmah Nur


Daftar pustaka

 https://muslim.or.id>18829-shalat-tahiyatul-masjid
 contohmakalahpai.blogspot.com
 https://ibh3.wordpress.com

Ziyaadatur Rahmah Nur

Anda mungkin juga menyukai