3-fasa
Mochammad RAMELI
Teknik Sistem Pengaturan - Jurusan Teknik Elektro – FTI – ITS
2017
Obyektif:
• Mengenali komponen-komponen motor induksi asinkron 3-fasa
• Mempelajari prinsip kerja motor induksi asinkron 3-fasa:
• Konsep medan putar
• Torsi motor induksi
• Mempelajari model dan karakteristik steady-state motor induksi
asinkron 3-fasa
2
Motor Induksi
• Sekitar 65% energi listrik di USA dikonsumsi oleh motor-motor listrik.
Pada sektor industri sendiri terdapat sekitar 75% total energi yang
diserap oleh motor-motor dan dari 90% nya berupa motor induksi.
• Alasan utama banyak dipakainya motor induksi di industri adalah
karena kokoh, handal, mudah perawatan, dan relatif murah harganya.
• Kerapatan daya -nya, daya keluaran per berat mesin, adalah lebih
besar daripada motor dc dengan daya yang sama.
3
Motor Induksi Asinkron 3 – fasa
4
Motor Induksi Asinkron 3 – fasa
U1 V1 W1
W2 U2 V2
5
Motor Induksi Asinkron 3 – fasa
6
7
Konsep Dasar Motor Induksi 3 – fasa
• Mesin induksi terbentuk
dari adanya kumparan
stator dan satu
kumparan rotor.
• Rangkaian stator tiga
pasang kumparan,
• saling terpisah-berjarak
120 derajat satu dgn.
lainnya, dan
• dieksitasi oleh sumber
suplai tiga-fasa.
“Timbul Medan Putar”
8
Rangkaian Stator
R S T
U1 V1 W1
W2 U2 V2
9
Medan Putar
Tiga kumparan elektromagnetik identik, V
dipasang pada titik-titik puncak satu segitiga
sama-sisi, dan dilewati arus tiga-fasa;
y
300
200
100
0
0
-100
0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045
x
U
-200
-300
Positif
Négatif
U
y
300
200
100
0
x
-100
-200
-300 V
W
11
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Positif
Négatif
U
y
300
200
100
0
x
-100
-200
-300 V
W
12
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Positif
Négatif
U
y
300
200
100
0
x
-100
-200
-300 V
W
13
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Positif
Négatif
U
y
300
200
100
0
x
-100
-200
-300 V
W
Etc.…
14
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
15
Fluks celah-udara dibangkitkan berputar searah jarum-jam.
Fluks-putar atau medan-putar adalah satu keunggulan sistem tiga-fasa yang
digunakan dalam distribusi tenaga listrik.
Kecepatan putar fluks celah-udara adalah satu putaran setiap siklus ac. Waktu
satu siklus ac adalah = 1/f, f = frekuensi tegangan suplai.
Kecepatan medan-putar celah udara ns adalah:
W
Magnit bergerak memotong
satu tangga konduktor.
18
Prinsip kerja Motor Induksi Asinkron 3-f
1) Pada setiap konduktor yang sedang dipotong oleh fluks magnit akan timbul
satu tegangan induksi:
➢ E = Blv (hukum Faraday).
2) Tegangan induksi yang timbul segera memproduksi satu arus I, mengalir keluar
dari konduktor yang persis berada dibawah permukaan kutub-magnit, menuju
ujung batang konduktor dan kembali melalui konduktor yang lain.
3) Karena konduktor yang mengalirkan arus berada didalam medan magnit dari
magnit permanen, maka pada konduktor akan bekerja satu gaya mekanik
➢ F = Bli (gaya Lorentz).
4) Gaya yang dibangkitkan selalu mendorong konduktor searah dengan arah
pergerakan medan magnit.
19
Persamaan umum medan-putar, ditulis dalam bentuk:
e = f(,n)
T = g(,i)
dimana f(.) dan g(.) adalah notasi fungsi, dan = fluks,
T = torsi yang dibangkitkan oleh arus yang lewat di konduktor, dan
n = kecepatan relatif antara konduktor dan fluks celah-udara, i = arus rotor.
kecepatan steady-state rotor harus selalu sedikit lebih rendah daripada
kecepatan sinkron untuk membangkitan magnitude torsi yang dikehendaki.
Bila kecepatan rotor = kecepatan sinkron (n = 0), arus rotor akan turun menjadi nol,
dan torsi akan hilang.
Jadi, rotor tidak dapat tetap berada pada kecepatan sinkron dan mesin melambat
dengan kecepatan yang lebih rendah.
20
Perbedaan antara kecepatan rotor (n atau ) dan kecepatan sinkron (ns atau s)
dikenal sebagai slip s,
n ns n s
s
ns s ns s
Catatan:
# slip saat starting, yaitu saat kecepatan motor = nol, adalah samadengan satu.
# kondisi tanpa-beban, yaitu saat kecepatan motor sangat dekat dengan
kecepatan sinkron, maka nilai slip adalah = nol.
21
Bila motor berputar serempak dgn medan-putar, kecepatan relatif antara rotor dan
medan putar adalah NOL.
Tegangan induksi Tidak ada !
22
Persamaan:
N, Ns = Kecepatan dalam rpm
Kecepatan sinkron 60. f
Ns
(medan-putar) P P = Jumlah pasang kutub
Ns N
Slip dalam % s f = frékuensi suplai dalam Hz
Ns
23
P = Jumlah pasang kutub
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
U U U
V
W
W W
V V
U
U
V V V
W W W
W
V
U U
26
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Er ns n
E2 ns
E r sE 2
Karakteristik Motor Induksi-29
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Frekuensi arus rotor adalah juga tergantung pada n.
Pada saat diam/berhenti (n= ns), frekuensi E2 atau I2 adalah sama dengan
frekuensi suplai kumparan stator f.
Pada saat kecepatan yang lain, frekuensi arus rotor tergantung pada kecepatan
kumparan rotor memotong medan magnit. Jadi, sangat tergantung pada
kecepatan relatif n.
Pada saat rotor diam-berhenti, frekuensi rotor fss adalah
f ss n, n n s
f ss f
Pada kecepatan lain sebarang, frekuensi rotor fr adalah
f r n, n n s n
Karakteristik Motor Induksi-30
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
fr f r ns n
f ss f ns
f r sf
Persamaan tegangan dan frekuensi
fungsi slip merubah rangkaian ekivalen
rotor (kecepatan sebarang) menjadi
seperti gambar disamping.
Rotor memiliki bentuk rangkaian
ekivalen yang lebih umum untuk
kecepatan rotor sebarang.
Reaktansi induktif rotor pada rangkaian ini adalah
E2
Ir
s E2 Ir
R2 jsX 2 R2
jX 2
s
Awal Modifikasi
Karakteristik Motor Induksi-33
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
• Tahanan R’2 dan reaktansi induktif X’2 dari kumparan rotor ditinjau pada
rangkaian stator dihitung sbb:
2
N1
R R 2
'
2
N2
2
N1
X X 2
'
2
Dimana N2
N1 = banyaknya gulungan pada kumparan stator, dan
N2 = banyaknya gulungan pada kumparan rotor.
• Arus rotor ditinjau pada rangkaian stator I’2 dapat dihitung sebagai,
N2
I I r
'
2
N1
Karakteristik Motor Induksi-35
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
sehingga impedansi kumparan stator dan rotor adalah terhubung seri, seperti
dibawah:
Rek R1 R '
2
X ek X 1 X '
2
Elemen resistif (R’2/s)(1-s) menyatakan beban motor, termasuk beban mekanik dan
rotasi. Beban rotasi meliputi gesekan dan tahanan-angin (windage).
Perhatikan: nilai tahanan beban tergantung pada kecepatan motor.
Daya dibangkitkan
Rugi tembaga
(Pd)
rotor (Pcu2)
• Diagram pada gambar diatas memperlihatkan aliran daya dari motor induksi.
Masukan daya ke motor Pin diserap atau dikonsumsi pada rangkaian stator,
sebagian dalam bentuk rugi-rugi kumparan Pcu1 dan rugi-rugi besi Piron.
• Sisa daya Pg disebut daya celah-udara, mengalir lewat melalui celah-udara ke
rangkaian rotor.
• Sebagian daya dikonsumsi tahanan rotor sebagai rugi-rugi tembaga Pcu2 dan
sisanya disebut daya yang dibangkitkan Pd.
• Bagian dari daya yang dibangkitkan adalah rugi-rugi rotasi karena gesekan,
tahanan-angin, dsb; dan sisanya adalah daya keluaran Pout yang akan
dikonsumsi beban.
Daya masukan dapat dihitung sebagai berikut,
• Rugi-rugi tembaga stator Pcu1 dan rugi-rugi inti Piron dapat dihitung dengan
menggunakan rangkaian ekivalen,
2
V
Pcu1 3I R1
1
2
Piron 3
Rm
• Daya celah-udara dapat dihitung dengan:
Pg 3E I cos 2
' '
2 2
Pcu 2 3( I ) R sPg
' 2
2
'
2
Pout T , T Td
Karakteristik Motor Induksi-44
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
• Torsi motor, dihitung dari daya dibangkitkan dibagi dengan kecepatan rotor:
Pd3 ' 2 2 R '
3V 2 R 2' (1 s )
Td (I 2 ) (1 s )
s R2
'
2
s R1 X ek
2
s
Karakteristik Motor Induksi-46
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
s
V adalah tegangan fasa-fasa dan persamaan torsi diatas menyatakan torsi motor
yang disuplai oleh sumber tiga-fasa.
Karakteristik slip-torsi (atau kecepatan-torsi)
motor induksi disusun dengan menggunakan
persamaan torsi *).
Pd 3V 2 R 2'
Td
R2
'
2
s s R1 X ek
2
s
s
• Pada daerah slip besar yang juga dikenal sebagai daerah starting, persamaan
torsi motor didekati dengan menetapkan nilai:
2
R '
3V 2 R2'
R1
X ek2
2
Td
s s s X ek
2
s X 2
ek
Karakteristik Motor Induksi-49
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Untuk daerah slip kecil yaitu saat kecepatan rotor mendekati sinkron, torsi motor
dapat didekati dengan menetapkan nilai:
R'
3V 2 s
R1 2
X ek Td
s s R 2'
Untuk menghitung torsi maksimum dan slip pada torsi maksimum smaks, turunan
pertama persamaan torsi terhadap slip harus dibuat samadengan nol.
R 2'
Hasilnya sebagai berikut: s maks
R12 X ek2
Pd 3V 2 R 2'
Td
R 2'
2
3V 2
s s R1 X ek Tmaks
2
s
2 s [ R1 R12 X ek2 ]
Perhatikan, slip pada torsi maksimum, smaks adalah sebanding linier dengan tahanan rotor, dan
magnitude torsi maksimum adalah tidak tergantung nilai tahanan rotor.
Untuk motor dengan tahanan rotor yang besar, torsi maksimum terjadi pada kecepatan rendah
Prosedur starting
• Pada banyak kasus, motor induksi tidak memerlukan prosedur starting karena
arus starting secara umum telah dibatasi nilainya oleh impedansi kumparan.
• Untuk motor-motor besar dengan tahanan kumparan kecil, arus starting dengan
nilai yang berlebihan akan membahayakan motor dan satu mekanisme starting
harus digunakanuntuk menjamin safety.
• Bila arus magnetisasi dapat diabaikan, maka arus starting I’st2 dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan arus rangkaian ekivalen motor induksi.
• Pada persamaan ini, nilai slip disetel sama dengan satu.
I 2'
V V
I
'
R
2
R 2' 2
R1 X ek2 ' 2
s 1 R 2 X ek2
Untuk mereduksi arus starting satu motor induksi, dapat digunakan beberapa metoda. Dimana
yang paling biasa digunakan adalah berdasarkan penurunan tegangan terminal atau menyisipkan
satu tahanan pada rangkaian rotor.
Karakteristik Motor Induksi-51
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Pd 3V 2 R 2'
Td
R2
'
2
s s R1 X ek
2
s
Penurunan tegangan menghasilkan satu penurunan arus starting yang sebanding linier.
Torsi starting dan torsi maksimum motor juga akan ikut menurun.
s
Penyisipan tahanan rotor hanya dapat dilaksanakan bila tahanan rotor dapat dijangkau dengan
menggunakan satu sikat-arang dan slip-ring.
Untuk motor sangkar-bajing, terdapat beberapa tipe motor yang memiliki kumparan rotor dibuat
dari bahan campuran yang menampilkan efek-kulit (skin effect) pada frekuensi kerja 60 Hz.
Tahanan starting rotor adalah sangat tinggi karena adanya efek kulit tersebut.
Saat kecepatan motor naik, frekuensi rotor akan menurun dan efek kulit mulai menurun; dan
tahanan rotor menurun sesuai dengan tahanan nominalnya.
Pd 3V 2 R 2'
Td
R 2'
2
s s R1 X ek
2
s
Satu motor induksi memiliki satu tahanan stator 3 ohm, dan tahanan rotor dilihat pada sisi
stator adalah 2 ohm. Reaktansi induktif ekivalen Xek = 10 ohm.
Hitung perubahan torsi starting bila tegangan diturunkan 10%.
Hitung juga besar nilai tahanan yang akan disisipkan pada rangkaian rotor untuk mencapai
torsi maksimum pada saat starting.
R 2' Rtam
'
s maks 1
R12 X ek2
'
Rtam R12 X ek2 R 2' 9 100 2 7,54..ohm