Anda di halaman 1dari 57

Motor Asinkron

3-fasa
Mochammad RAMELI
Teknik Sistem Pengaturan - Jurusan Teknik Elektro – FTI – ITS

2017
Obyektif:
• Mengenali komponen-komponen motor induksi asinkron 3-fasa
• Mempelajari prinsip kerja motor induksi asinkron 3-fasa:
• Konsep medan putar
• Torsi motor induksi
• Mempelajari model dan karakteristik steady-state motor induksi
asinkron 3-fasa

2
Motor Induksi
• Sekitar 65% energi listrik di USA dikonsumsi oleh motor-motor listrik.
Pada sektor industri sendiri terdapat sekitar 75% total energi yang
diserap oleh motor-motor dan dari 90% nya berupa motor induksi.
• Alasan utama banyak dipakainya motor induksi di industri adalah
karena kokoh, handal, mudah perawatan, dan relatif murah harganya.
• Kerapatan daya -nya, daya keluaran per berat mesin, adalah lebih
besar daripada motor dc dengan daya yang sama.

3
Motor Induksi Asinkron 3 – fasa

4
Motor Induksi Asinkron 3 – fasa

U1 V1 W1

W2 U2 V2

5
Motor Induksi Asinkron 3 – fasa

6
7
Konsep Dasar Motor Induksi 3 – fasa
• Mesin induksi terbentuk
dari adanya kumparan
stator dan satu
kumparan rotor.
• Rangkaian stator  tiga
pasang kumparan,
• saling terpisah-berjarak
120 derajat satu dgn.
lainnya, dan
• dieksitasi oleh sumber
suplai tiga-fasa.
“Timbul Medan Putar”
8
Rangkaian Stator
R S T

U1 V1 W1

W2 U2 V2

9
Medan Putar
Tiga kumparan elektromagnetik identik, V
dipasang pada titik-titik puncak satu segitiga
sama-sisi, dan dilewati arus tiga-fasa;
y

300

200

100

0
0

-100
0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045
x

U
-200

-300

membangkitkan satu medan-putar di titik-pusat


Géométri-nya dgn satu kecepatan sama dgn
frekuensi sumber listrik. W
10
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Positif
Négatif
U

y
300

200

100

0
x

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018

-100

-200

-300 V
W

11
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Positif
Négatif
U

y
300

200

100

0
x

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018

-100

-200

-300 V
W

12
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Positif
Négatif
U

y
300

200

100

0
x

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018

-100

-200

-300 V
W

13
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Positif
Négatif
U

y
300

200

100

0
x

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018

-100

-200

-300 V
W
Etc.…
14
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

15
Fluks celah-udara dibangkitkan berputar searah jarum-jam.
Fluks-putar atau medan-putar adalah satu keunggulan sistem tiga-fasa yang
digunakan dalam distribusi tenaga listrik.
Kecepatan putar fluks celah-udara adalah satu putaran setiap siklus ac. Waktu
satu siklus ac adalah  = 1/f,  f = frekuensi tegangan suplai.
Kecepatan medan-putar celah udara ns adalah:

ns  f  rev/sec atau putaran per detik

ns  60 f  rev/min atau putaran per menit

ns dikenal sebagai kecepatan sinkron karena magnitudenya serempak dengan


frekuensi suplai.
Untuk f = 50 Hz, maka kecepatan sinkron motor ns = 60 x 50 = 3000 rev/min
16
Perputaran dari motor induksi dapat dijelaskan dengan menggunakan persamaan
hukum Faraday dan gaya Lorentz.
Bila satu konduktor yang dilewati arus berada didalam medan magnit uniform,
maka pada konduktor akan timbul gerakan elektro-mekanika yang keterkaitannya
dijelaskan dengan persamaan berikut:

e = Blv  hukum Faraday

F = Bli  gaya Lorentz

dimana B = kerapatan fluks, l = panjang konduktor yang dilewati arus, v = kecepatan


konduktor relatif terhadap kecepatan medan magnit, dan i = arus konduktor.
F dan e masing-masing adalah gaya dan tegangan induksi yang bekerja pada
konduktor.
17
Prinsip Kerja Motor Induksi 3-fasa
V

W
Magnit bergerak memotong
satu tangga konduktor.

18
Prinsip kerja Motor Induksi Asinkron 3-f
1) Pada setiap konduktor yang sedang dipotong oleh fluks magnit akan timbul
satu tegangan induksi:
➢ E = Blv  (hukum Faraday).
2) Tegangan induksi yang timbul segera memproduksi satu arus I, mengalir keluar
dari konduktor yang persis berada dibawah permukaan kutub-magnit, menuju
ujung batang konduktor dan kembali melalui konduktor yang lain.
3) Karena konduktor yang mengalirkan arus berada didalam medan magnit dari
magnit permanen, maka pada konduktor akan bekerja satu gaya mekanik
➢ F = Bli  (gaya Lorentz).
4) Gaya yang dibangkitkan selalu mendorong konduktor searah dengan arah
pergerakan medan magnit.

19
Persamaan umum medan-putar, ditulis dalam bentuk:

e = f(,n)
T = g(,i)
dimana f(.) dan g(.) adalah notasi fungsi, dan  = fluks,
T = torsi yang dibangkitkan oleh arus yang lewat di konduktor, dan
n = kecepatan relatif antara konduktor dan fluks celah-udara, i = arus rotor.
kecepatan steady-state rotor harus selalu sedikit lebih rendah daripada
kecepatan sinkron untuk membangkitan magnitude torsi yang dikehendaki.

Bila kecepatan rotor = kecepatan sinkron (n = 0), arus rotor akan turun menjadi nol,
dan torsi akan hilang.
Jadi, rotor tidak dapat tetap berada pada kecepatan sinkron dan mesin melambat
dengan kecepatan yang lebih rendah.
20
Perbedaan antara kecepatan rotor (n atau ) dan kecepatan sinkron (ns atau s)
dikenal sebagai slip s,

n  ns  n  s  
s   
ns s ns s

dimana = 2(n/60), n = putaran per menit (rpm), dan  = radian/detik.

Catatan:
# slip saat starting, yaitu saat kecepatan motor = nol, adalah samadengan satu.
# kondisi tanpa-beban, yaitu saat kecepatan motor sangat dekat dengan
kecepatan sinkron, maka nilai slip adalah = nol.

21
Bila motor berputar serempak dgn medan-putar, kecepatan relatif antara rotor dan
medan putar adalah NOL.
Tegangan induksi  Tidak ada !

Rotor SELALU berputar dgn kecepatan lebih-rendah dari medan-putar.


Akibatnya rotor selalu dipotong oleh medan-putar dan berubah sbg satu batang
magnit.
Karena itu disebut Motor Asinkron

Perbedaan kecepatan tsb disebut sbg slip.

22
Persamaan:
N, Ns = Kecepatan dalam rpm
Kecepatan sinkron 60. f
Ns 
(medan-putar) P P = Jumlah pasang kutub

Ns  N
Slip dalam %  s f = frékuensi suplai dalam Hz
Ns

Slip operasi nominal bernilai sekitar 5%

23
P = Jumlah pasang kutub
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

U U U

V
W
W W
V V

U
U
V V V
W W W

W
V
U U

Satu pasang kutub 2 pasang kutub 4 pasang kutub

60. f 60. f 60. f


Ns  Ns  Ns 
1 2 4
dengan frékuensi suplai 50Hz
Ns = 3000 rpm Ns = 1500 rpm Ns = 750 rpm
24
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen Motor Induksi


Satu rangkaian ekivalen fasa-tunggal untuk motor induksi dapat disusun dengan
langkah pertama: memisahkan  rangkaian stator  dan rotor.

Karakteristik Motor Induksi-25


Rangkaian stator:
• terbentuk dari satu kumpulan kumparan tembaga digulungkan pada
inti besi. Kumparan memiliki tahanan R1 dan reaktansi induktif X1.
• Inti terbuat besi campuran, memiliki impedansi yang dapat
dinyatakan dengan satu kombinasi linier resistansi-tahanan dan
reaktansi paralel (Rm dan Xm).
• Penyajian model inti besi dipakai untuk mendekati model efek
histerisis dan arus pusar (eddy current).
• Jumlah arus di Rm dan Xm disebut sebagai arus magnetisasi Im.
Besaran Rm dan Xm masing-masing memiliki nilai ohmic yang tinggi.

26
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen stator


Banyaknya gulungan pada kumparan stator
adalah N1, dan kerugian tegangan efektif
padanya adalah E1;
 nilainya = tegangan sumber V dikurangi
tegangan jatuh/hilang pada impedansi
kumparan.
  
E1  V  I 1 ( R1  jX 1 )
Arus megnetisasi Im merupakan sebagian kecil dari arus I1 dan dapat
diabaikan untuk motor dengan beban besar.
Karakteristik Motor Induksi-27
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen rotor


Rangkaian rotor memerlukan satu analisa khusus/spesial.
Pertama: rotor dalam keadaan diam/berhenti.
mesin induksi berperilaku sama seperti transformator.
Kumparan rotor dapat diekivalenkan dengan satu impedansi yang memiliki
tahanan R2 dan reaktansi induktif X2,
Banyaknya gulungan pada kumparan rotor adalah N2, dan terminal-terminalnya
dihubung-singkat.

Tegangan induksi di kumparan E2 N 2


rotor pada saat diam/berhenti 
adalah E2, dan berlaku: E1 N1
Karakteristik Motor Induksi-28
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Dimisalkan rotor berputar dengan kecepatan n. Pada kondisi demikian, tegangan


induksi pada kumparan rotor Er adalah sebanding dengan kecepatan relatif n
antara rotor dan medan magnit.
Tegangan induksi pada saat diam/berhenti adalah E2 sebanding dengan kecepatan
sinkron (n = ns).
E2  ns
Er  ns  n

Tegangan rotor Er yang timbul pada satu kecepatan sebarang n adalah:

Er ns  n

E2 ns
E r  sE 2
Karakteristik Motor Induksi-29
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Frekuensi arus rotor adalah juga tergantung pada n.
Pada saat diam/berhenti (n= ns), frekuensi E2 atau I2 adalah sama dengan
frekuensi suplai kumparan stator f.
Pada saat kecepatan yang lain, frekuensi arus rotor tergantung pada kecepatan
kumparan rotor memotong medan magnit. Jadi, sangat tergantung pada
kecepatan relatif n.
Pada saat rotor diam-berhenti, frekuensi rotor fss adalah

f ss  n,  n  n s
f ss  f
Pada kecepatan lain sebarang, frekuensi rotor fr adalah

f r  n,  n  n s  n
Karakteristik Motor Induksi-30
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Perbandingan frekuensi rotor bergerak kecepatan sebarang dengan rotor diam-berhenti


adalah,

fr f r ns  n
 
f ss f ns
f r  sf
Persamaan tegangan dan frekuensi
fungsi slip merubah rangkaian ekivalen
rotor (kecepatan sebarang) menjadi
seperti gambar disamping.
Rotor memiliki bentuk rangkaian
ekivalen yang lebih umum untuk
kecepatan rotor sebarang.
Reaktansi induktif rotor pada rangkaian ini adalah

X r  2f r L2  2sfL2  s ( 2fL2 )  sX 2


Karakteristik Motor Induksi-31
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Reaktansi induktif rotor pada rangkaian ini adalah

X r  2f r L2  2sfL2  s ( 2fL2 )  sX 2


dimana L2 = induktansi kumparan rotor, dan X2 = reaktansi induktif rotor saat
berhenti/diam.

Arus rotor dari motor induksi Ir pada kecepatan sebarang:


 
 s E2  E2
Ir  atau  Ir 
R 2  jsX 2 R2
 jX 2
s
Persamaan diatas mendorong modifikasi
rangkaian rotor menjadi seperti yang
diper-lihatkan gambar disamping.

Karakteristik Motor Induksi-32


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen rotor pada semua kecepatan




 E2
Ir 
s E2 Ir 
R2  jsX 2 R2
 jX 2
s

Awal Modifikasi
Karakteristik Motor Induksi-33
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Pendekatan rangkaian ekivalen motor induksi


Rangkaian ekivalen rotor dan stator diletakan berdampingan seperti di (a),
selanjutnya disederhanakan dengan mengeliminasi perbandingan kumparan,
dan mereferensikan semua parameter dan variabel ke sisi stator, spt di (b).

Karakteristik Motor Induksi-34


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

• Tahanan R’2 dan reaktansi induktif X’2 dari kumparan rotor ditinjau pada
rangkaian stator dihitung sbb:
2
 N1 
R  R 2 
'
2

 N2 
2
 N1 
X  X 2 
'
2

Dimana  N2 
N1 = banyaknya gulungan pada kumparan stator, dan
N2 = banyaknya gulungan pada kumparan rotor.
• Arus rotor ditinjau pada rangkaian stator I’2 dapat dihitung sebagai,

 N2 
I  I r 
'
2

 N1 
Karakteristik Motor Induksi-35
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen motor induksi


Untuk mempermudah analisa rangkaian rotor, maka elemen R’2/s dibagi menjadi
dua komponen: ' '
R2 R2
 R2 
'
(1  s )
s s
Dengan komponen tahanan rotor dibagi dua, maka rugi-rugi kumparan rotor
dapat dihitung secara terpisah dari pembangkitan daya.
Rangkaian ekivalen sekarang dapat disajikan oleh gambar dibawah.

Karakteristik Motor Induksi-36


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen dapat dimodifikasi dengan membuat  Im<<I1,


Akibatnya  I1  I’2, dan

sehingga impedansi kumparan stator dan rotor adalah terhubung seri, seperti
dibawah:

Karakteristik Motor Induksi-37


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Rangkaian ekivalen motor induksi


Tahanan Rek dan Xek pada gambar
didefinisikan sbb:

Rek  R1  R '
2

X ek  X 1  X '
2

Elemen resistif (R’2/s)(1-s) menyatakan beban motor, termasuk beban mekanik dan
rotasi. Beban rotasi meliputi gesekan dan tahanan-angin (windage).
Perhatikan: nilai tahanan beban tergantung pada kecepatan motor.

Motor tanpa-beban nilai slip mendekati s = 0, tahanan beban sangat besar.


Motor saat starting, memiliki nilai slip = satu, nilai tahanan beban = nol.
Karakteristik Motor Induksi-38
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Aliran daya pada motor induksi


Daya masukan (Pin)

Rugi-rugi stator: Rugi Daya celah-udara


tembaga (Pcu1) Rugi (Pg)
inti-besi (Piron)

Daya dibangkitkan
Rugi tembaga
(Pd)
rotor (Pcu2)

Rugi rotasi (Prot) Daya keluaran (Pout)

Motor Listrik -39


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Aliran Daya Aktif

Karakteristik Motor Induksi-40


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

• Diagram pada gambar diatas memperlihatkan aliran daya dari motor induksi.
Masukan daya ke motor Pin diserap atau dikonsumsi pada rangkaian stator,
sebagian dalam bentuk rugi-rugi kumparan Pcu1 dan rugi-rugi besi Piron.
• Sisa daya Pg disebut daya celah-udara, mengalir lewat melalui celah-udara ke
rangkaian rotor.
• Sebagian daya dikonsumsi tahanan rotor sebagai rugi-rugi tembaga Pcu2 dan
sisanya disebut daya yang dibangkitkan Pd.
• Bagian dari daya yang dibangkitkan adalah rugi-rugi rotasi karena gesekan,
tahanan-angin, dsb; dan sisanya adalah daya keluaran Pout yang akan
dikonsumsi beban.
Daya masukan dapat dihitung sebagai berikut,

Pin  3VI 1 cos  1


dimanan V adalah tegangan fasa sumber dan 1 adalah sudut fasa arus.
Karakteristik Motor Induksi-41
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

• Rugi-rugi tembaga stator Pcu1 dan rugi-rugi inti Piron dapat dihitung dengan
menggunakan rangkaian ekivalen,
2
V
Pcu1  3I R1
1
2
Piron 3
Rm
• Daya celah-udara dapat dihitung dengan:

Pg  3E I cos  2
' '
2 2

dimana 2 adalah sudut fasa diantara E’2 dan I’2.


• Daya celah-udara dapat juga dihitung sebagai:
'
R
Pg  3( I ) '
2
2 2

s Karakteristik Motor Induksi-42


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

• Rugi-rugi rotor adalah:

Pcu 2  3( I ) R  sPg
' 2
2
'
2

• Daya yang dibangkitkan adalah


'
R
Pd  Pg  Pcu 2  3( I 2' ) 2 2 (1  s )  Pg (1  s )
s

• Daya yang dibangkitkan motor adalah daya poros dikonsumsi oleh


beban mekanik ditambah rugi-rugi rotasi.

Karakteristik Motor Induksi-43


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Daya motor induksi


-dapat disajikan dalam komponen mekanika seperti torsi dan kecepatan.

1. Daya mekanik adalah daya celah-udara, yang samadengan torsi Td


dibangkitkan oleh fluks (gaya Lorentz) kali kecepatan fluks s.
Pg  Td  s
2. Daya mekanik adalah daya yang dibangkitkan,
Pd  Pg (1  s )  Td  s (1  s )  Td 
dimana  adalah kecepatan rotor

• Rugi-rugi rotasi mereduksi torsi, sehingga daya keluaran adalah

Pout  T ,  T Td
Karakteristik Motor Induksi-44
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Detail aliran daya motor induksi

Berdasarkan Analisa diatas,


diagram aliran daya motor
induksi  dapat disajikan
dalam bentuk lebih detail
seperti gambar disamping.

Karakteristik Motor Induksi-45


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Karakteristik Torsi motor induksi


• Arus rotor dihitung menggunakan rangkaian ekivalen motor induksi, untuk
membentuk karakteristik kecepatan-torsi motor,
V
I 
'
2
2
 R  '
 R1    X ek2
2
 
 s 

• Torsi motor, dihitung dari daya dibangkitkan dibagi dengan kecepatan rotor:
Pd3 ' 2 2 R '
3V 2 R 2' (1  s )
Td   (I 2 ) (1  s ) 
  s  R2 
'
2

s  R1    X ek 
2

 s  
Karakteristik Motor Induksi-46
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Dari persamaan slip diperoleh nilai  = s(1-s).


Jadi, Pd 3V 2 R 2'
Td  
  R2 
'
2
 *)
s s  R1    X ek 
2

 s  
V adalah tegangan fasa-fasa dan persamaan torsi diatas menyatakan torsi motor
yang disuplai oleh sumber tiga-fasa.
Karakteristik slip-torsi (atau kecepatan-torsi)
motor induksi disusun dengan menggunakan
persamaan torsi *).


Karakteristik Motor Induksi-47


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Pembagian karakteristik kecepatan-torsi

Karakteristik kecepatan-torsi dapat


dibagi dalam tiga daerah utama,
seperti gambar disamping:
slip besar, slip kecil, dan torsi maks.

Pd 3V 2 R 2'
Td  
  R2 
'
2

s s  R1    X ek 
2

 s  

Karakteristik Motor Induksi-48


Pd 3V 2 R 2' M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
Td  
  R2 
'
2

s s  R1    X ek 
2

 s  

• Pada daerah slip besar yang juga dikenal sebagai daerah starting, persamaan
torsi motor didekati dengan menetapkan nilai:

2
 R  '
3V 2 R2'
 R1 

  X ek2

2
Td 
 s  s s X ek
2

• Dengan menetapkan s = 1 pada pendekatan slip besar, torsi starting dapat


dihitung dengan:
2 '
3V R
Tst  2

s X 2
ek
Karakteristik Motor Induksi-49
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Untuk daerah slip kecil yaitu saat kecepatan rotor mendekati sinkron, torsi motor
dapat didekati dengan menetapkan nilai:
R'
3V 2 s
R1  2
 X ek  Td 
s  s R 2'
Untuk menghitung torsi maksimum dan slip pada torsi maksimum smaks, turunan
pertama persamaan torsi terhadap slip harus dibuat samadengan nol.
R 2'
Hasilnya sebagai berikut: s maks 
R12  X ek2
Pd 3V 2 R 2'
Td  
  R 2' 
2
 3V 2
s s  R1    X ek  Tmaks 
2

 s  
2 s [ R1  R12  X ek2 ]
Perhatikan,  slip pada torsi maksimum, smaks adalah sebanding linier dengan tahanan rotor, dan
magnitude torsi maksimum adalah tidak tergantung nilai tahanan rotor.
Untuk motor dengan tahanan rotor yang besar, torsi maksimum terjadi pada kecepatan rendah

Karakteristik Motor Induksi-50


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Prosedur starting
• Pada banyak kasus, motor induksi tidak memerlukan prosedur starting karena
arus starting secara umum telah dibatasi nilainya oleh impedansi kumparan.
• Untuk motor-motor besar dengan tahanan kumparan kecil, arus starting dengan
nilai yang berlebihan akan membahayakan motor dan satu mekanisme starting
harus digunakanuntuk menjamin safety.
• Bila arus magnetisasi dapat diabaikan, maka arus starting I’st2 dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan arus rangkaian ekivalen motor induksi.
• Pada persamaan ini, nilai slip disetel sama dengan satu.
I 2' 
V V
I 
'

R 
2
 R 2'  2
 R1    X ek2 ' 2

 s  1 R 2  X ek2
Untuk mereduksi arus starting satu motor induksi, dapat digunakan beberapa metoda. Dimana
yang paling biasa digunakan adalah berdasarkan penurunan tegangan terminal atau menyisipkan
satu tahanan pada rangkaian rotor.
Karakteristik Motor Induksi-51
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Gambar disamping memperlihat-kan


karakteristik motor induksi dengan dua
nilai tegangan kerja yang berbeda.

Pd 3V 2 R 2'
Td  
  R2 
'
2

s s  R1    X ek 
2

 s  

Penurunan tegangan menghasilkan satu penurunan arus starting yang sebanding linier.
Torsi starting dan torsi maksimum motor juga akan ikut menurun.

Catatan : nilai torsi adalah sebanding dengan kuadrat tegangan.


 satu penurunan tegangan 20% akan menurunkan arus starting sebesar 20%, tetapi
menurunkan torsi starting dan torsi maks. masing2 sebesar 36%.
 motor beban penuh, arus starting mungkin tidak cukup kuat memutar poros.
Karakteristik Motor Induksi-52
Pd 3V 2 R 2'
Td   M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik
  R 2' 
2


s s  R1    X ek 
2

 s  

Karakteristik kecepatan-torsi untuk nilai


tahanan rotor berbeda.
Bila satu tahanan ditambahkan pada
rangkaian rotor, maka torsi starting dan slip
pada torsi maksimum akan naik.
Metoda starting demikian sangat cocok
untuk mesin dengan beban-berat.

Penyisipan tahanan rotor hanya dapat dilaksanakan bila tahanan rotor dapat dijangkau dengan
menggunakan satu sikat-arang dan slip-ring.
Untuk motor sangkar-bajing, terdapat beberapa tipe motor yang memiliki kumparan rotor dibuat
dari bahan campuran yang menampilkan efek-kulit (skin effect) pada frekuensi kerja 60 Hz.
Tahanan starting rotor adalah sangat tinggi karena adanya efek kulit tersebut.
Saat kecepatan motor naik, frekuensi rotor akan menurun dan efek kulit mulai menurun; dan
tahanan rotor menurun sesuai dengan tahanan nominalnya.

Karakteristik Motor Induksi-53


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Starting Motor induksi rotor kumparan

Resistor eksternal terhubung cincin-geser


motor induksi rotor-kumparan.

Pd 3V 2 R 2'
Td  
  R 2' 
2

s s  R1    X ek 

2

 s  

Karakteristik Motor Induksi-54


M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

Satu motor induksi memiliki satu tahanan stator 3 ohm, dan tahanan rotor dilihat pada sisi
stator adalah 2 ohm. Reaktansi induktif ekivalen Xek = 10 ohm.
 Hitung perubahan torsi starting bila tegangan diturunkan 10%.
 Hitung juga besar nilai tahanan yang akan disisipkan pada rangkaian rotor untuk mencapai
torsi maksimum pada saat starting.

Torsi starting dapat dihitung dengan pendekatan slip besar s = 1.


3V 2 R 2'
Tst 
 s X ek2
Bila TA = torsi starting pada tegangan penuh dan TB = torsi starting
pada tegangan reduksi, maka:
2
TA  V  
  TB = 0,81 TA
T B  0,9V 

Jadi, torsi starting menurun sebesar 19%.


Karakteristik Motor Induksi-55
M. RAMELI: Pengaturan Penggerak Elektrik

• Untuk menghitung nilai tahanan yang disisipkan pada rangkaian rotor,


agar membangkitkan torsi maksimum saat starting, digunakan
persamaan slip maksimum dengan nilai smaks harus disetel = 1.

R 2'  Rtam
'
s maks  1 
R12  X ek2
'
Rtam  R12  X ek2  R 2'  9  100  2  7,54..ohm

Nilai tahanan yang disisipkan adalah sebesar 7,54 ohm.

Karakteristik Motor Induksi-56


57

Anda mungkin juga menyukai