Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur bahan
kimia, cukup banyak jenisnya,sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam sampel.
Analisis kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kajian dari kimia organik
sehingga tidak dimasukkan dalam bagian kimia analitik. Bahan kimia dalam sampel organik
juga cukup banyak ragamnya sesuai dengan struktur dari bahan tersebut. Bahan kimia
organik molekuler berbeda cara penetapannya dengan bahan kimia anorganik ionik.
Kation golongan kedua dibagi menjadi dua sub golongan yaitu sub golongan tembaga
dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam
ammonium polisulfida, sulfida dari sub golongan tembaga tak larut sementara sufida dari
golaongan sub arsenic melarut dengan membentuk garamtio.
Sub golongan tembaga terdiri dari merkurium(II), timbal(II), bismuth(III), tembaga(II),
dan kadmium(II). Disebabkan karena kelarutan timbal (II) klorida yang relative tinggi
pengendapan bagian terbesar ion timbal(II) dengan asam klorida menjadi kurang sempurna.
Sehingga dalam pengerjaan analisis sistematik, ion-ion timbal masih tetap ada, ketika
mengendapkan golongan kedua. reaksi-reaksi ion timbal(II) sudah diuraikan bersama dengan
reaksi-reaksi kation golongan pertama. Klorida, sulfat, dan nitrat dari kation-kation sub
golongan tembaga sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida, dan
karbonatnya tidak larut dalam air. Beberapa kation dalam sub golongan tembaga seperti
merkurium(II), tembaga(II), dan kadmium(II) cenderung membentuk ion kompleks.
1.2 RumusanMasalah
1) Apa saja yang termasuk golongan kedua sub golongan tembaga?
2) Bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi disetiap ion golongan kedua sub golongan
tembaga?

1.3 Tujuan
1) Mengidentifikasi golongan kedua dari sub golongan tembaga.
2) Memaparkan reaksi-reaksi yang terjadi disetiap ion golongan kedua sub golongan
tembaga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Golongan II A


Kation-kation golongan dua terbagi menjadi 2 sub-golongan yaitu sub–golongan
tembaga (Golongan IIA) dan sub-golongan arsenik (Golongan IIB). Dasar dari pembagian ini
adalah kelarutan endapan sulfida dalam aminium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-
golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini, sedangkan sulfida dari sub-golongan
arsenik dapat larut dengan membentuk garam tio.
Sub-golongan tembaga atau disebut golongan IIA terdiri Merkurium(II), Timbal(II),
Bismut(III), Tembaga(II), dan Kadmium(II). Meskipun bagian terbesar ion timbal(II)
diendapan dengan asam klorida encer bersama ion-ion lain dari Golongan I, pengendapan ini
agak kurang sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbal(II) klorida yang relatif tinggi. Maka
dalam pengerjaan analisis sistematik, ion-ion timbal masih akan tetap ada, ketika bertugas
mengendapan golongan kation kedua.
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah
larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut. Beberapa kation
dari sub-golongan tembaga (merkurium(II), tembaga(II), dan Kadmium(II)) cenderung
membentuk kompleks (amonia, ion sianida, dan seterusnya).
Pemisahan dan identifikasi kation-kation Golongan IIA
Untuk pemisahan dan identifikasi kation-kation Golongn IIA (Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, dan
Cd2+) terdapat dua metode yang dianjurkan. Dari reagensia yang dipakai, metode-metode ini
disebut (a) metode asam sulfat dan (b) metode natrium hidroksida.
2.2 Pemisahan Golongan IIA dengan metode asam sulfat.
Sampel direaksikan dengan H2S, yang memungkinkan endapan mengandung HgS,
PbS, Bi2S3, CuS, dan CdS. Pindahkan ke suatu piala atau cawan porselen, tambahkan 5 – 10
mL HNO3 encer, didihkan perlahan-lahan selama 2 – 3 menit, saring dan cuci dengan dengan
sedikit air.
Residu (1) : berwarna Hitam, diduga mengandung HgS kemudian larutkan dengan campuran
larutan NaOCl dan 0,5 mL HCl encer. Tambahkan HCl encer kembali pada larutan, HgS
akan larut dalam campuran NaOCl-HCl dengan membentuk HgCl2 lalu didihkan untuk
menghilangkan Cl2 yang berlebih dan dinginkan. Tambahkan larutan SnCl2, reaksi antara
merkurium dengan timbal(II) klorida mula-mula menjadi berwarna putih, lalu endapan putih
berubah menjadi abu-abu atau hitam maka dapat disimpulkan Hg2+ dalam sampel.
Filtrat (1) : filtrat dari hasil reaksi antara sampel yang diduga mengandung kation golongan
IIA dengan HNO3 mungkin mengandung nitrat dari Pb, Bi, Cu, dan Cd. Untuk menguji
adanya kandungan Pb dengan menambahkan H2SO4 encer dan alkohol, yang menghasilkan
endapan putih PbSO4 yang menunjukan adanya Pb. Jika terdapat Pb dalam filtrat, tambahkan
H2SO4 encer kepada sisa larutan, pekatakan dalam lemari asam samapi muncul uap putih

2
yang berguna untuk menghilangkan HCl dan HNO3. Kemudian dinginkan , dan tambahkan
10 mL air, aduk lalu diamkan selama 2 – 3 menit, saring dan cuci dengan sedikit air.
Residu (2) : berwarna putih, yang diduga mengandung PbSO2 tuang 2 mL amoniumasetat
10% melalui penyaringan bebrapa kali. Kemudian tambahkan kedalam fitrat beberapa tetes
asam asetat encer dan larutan K2CrO4, yang akan membentuk endapan kuning PbCrO4 maka
dapat disimpulkan filtrat mengandung Pb.
Filtrat(2) : Filtrat diduga mengandung nitrat dan sulfat dari Bi, Cu, dan Cd. Filtrat ini
ditambahkan dengan NH3 pekat sampai larutan memiliki pH basa. Penambahan NH3
berlebihan ini menghasilkan pengendapan Bi(OH)3 dan pembentukan kompleks tetraamina
dari Cu2+ dan Cd2+ yang larut.
Residu: Bila residu berwarna putih, mungkin mengandung Bi(OH)3. Residu tersebut dicuci,
lalu dilarutkan dalam HCl encer dengan volume yang kecil dan dituang kedalam larutan
natrium tetrahdidroksostanat(II) dingin. Larutan natrium tetrahidroksostanat ini didapat
dengan cara mereaksikan NaOH dengan larutan SnCl2. Jika terdapat endapan hitam, maka
sampel mengandung Bi.
Cara lain untuk menguji adanya kandungan Bi dalam sampel bisa dilakukan dengan
melarutkan sedikit endapan putih dengan HNO3 encer sebanyak 2-3 tetes. Teteskan larutan
sebanyak 1 tetes di atas kertas saring, lalu dibasahi dengan reagensia KI-kinkonina. Bila
terdapat bercak merah-jingga, maka terbukti adanya Bi pada sampel.
Filtrat (3): Filtrat mungkin mengandung [Cu(NH3)4]2+ dan [Cd(NH3)4]2+. Bila filtrat
berwarna biru tua, maka filtrat mengandung Cu dalam jumlah cukup banyak. Adanya Cu ini
dapat dibuktikan dengan mengasamkan sebagian filtrat menggunakan asam asetat encer serta
penambahan larutan K4[Fe(CN)6]. Adanya endapan coklat kemerahan membuktikan adanya
Cu dalam sampel.
Pada sisa filtrat, ditambahkan larutan KCN setetes demi setetes sampai warna menghilang,
lalu tambahkan lagi 1 mL berlebih. Alirkan H2 S selama 20 hingga 30 detik. Jika endapan
kuning atau kadang tidak berwarna merupakan endapan CdS hal ini membuktikan adanya Cd
pada endapan. Saring endapan, larutkan sebagian endapan dalam 1 mL HCl encer, didihkan
untuk memisahkan H2 S dan bagian asam lain. Lakukan uji kadion 2B diatas 1 tetes larutan.
Cd ditunjukkan dengan adanya bercak merah jambu.
2.3 Pemisahan kation golongan II A dengan NaOH
Endapan yang diduga mengandung HgS, PbS, Bi2S3, CdS dan CuS dipindahkan ke
endapan ke sebuah piala atau cawan porselen. Ditambahkan kira-kira 5 mL HNO3 encer,
dididihkan perlahan selama beberapa menit, lalu disaring dan dicuci dengan sedikit air.
Terdapat filtrat dan residu dari pelarutan endapan dengan HNO3.
Residu(1): Apabila terdapat residu berwarna hitam, maka residu mengandung HgS.
Pembuktian adanya ion Hg2+ dengan pelarutan residu dalam campuran NaOCl dan 0,5 mL
HCl encer. Tambahkan 1 mL HCl encer dan dididihkan untuk mengusir Cl2 yang berlebih,
lalu dinginkan. Tambahkan SnCl2. Adanya ion Hg2+ ditunjukkan dengan endapan putih
menjadi berwarna abu-abu atau hitam.

3
Filtrat (1): Filtrat mungkin mengandung Pb2+, Bi3+, Cu2+ dan Cd2+. Filtrat ini ditambahkan
dengan NH3 pekat berlebih hingga pengendapan sempurna.
Residu (2): Residu dari filtrat 1 mungkin mengandung Bi(OH)3 dan Pb(OH)2. Residu
ditambahkan dengan 5 mL larutan NaOH, dipanaskan, lalu disaring.
Filtrat (2): Dari hasil filtrat 1 yang ditambahkan dengan larutan NH3 pekat berlebih diduga
mengandung [Cu(NH3)4]2+ dan [Cd(NH3)4]2+. Tidak terdapat Cu apabila filtrat tidak
berwarna, karenanya langsung dilakukan uji terhadap Cd dengan mengalirkan H2S selama 10
hingga 20 detik ke dalam larutan amoniakal itu. Hasil endapan kuning menunjukkan adanya
CdS, hal ini membuktikan adanya Cd dalam filtrat.
Apabila filtrat berwarna biru, maka terdapat Cu. Larutan dibagi menjadi dua, namun dengan
bagian yang tak sama. Bagian yang kecil diasamkan dengan asam asetat encer dan
ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6]
Adanya endapan coklat kemerahan menunjukkan terdapat Cu.
Pada bagian yang lebih besar ditambahkan larutan KCN setetes demi tetes hingga larutan
hilang warnanya. Setelah itu alirkan H2S selama 10 hingga 20 detik.Endapan kuning
menunjukkan adanya CdS
Sehingga terbukti terdapat Cd pada filtrat.
Residu (3): Diduga terdapat Bi(OH)3 dalam residu. Residu dicuci dengan sedikit air lalu
dilarutkan dengan larutan natrium tetrahidroksostanat(II) di atas saringan. Jika endapan
menghitam, maka terbukti ada Bi pada residu.
Cara lain dapat dilakukan dengan cara penambahan 2-3 tetes HNO3encer pada endapan.
Teteskan sebanyak 1 tetes larutan ini pada kertas saring yang telah dibasahi dengan reagensia
kinkonina kalium. Adanya Bi ditandai dengan terdapat bercak merah jingga.
Filtrat (3): Dari residu (4), filtrat mungkin mengandung tetrahidroksoplumbat [Pb(OH)4]2-.
Filtrat ini diasamkan dengan asam asetat encer dan penambahan K2CrO4. Pb terbukti ada dari
endapan kuning filtrat yang merupakan PbCrO4.
2.4 Reaksi-reaksi Kation Golongan IIA
2.4.1 MERKURIUM (Hg)
Merkurium adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu normal, dan
memiliki densitas 13,534 g.mL-1 pada suhu 25oC. magnesium tidak bereaksi dengan asam
klorida atau asam sulfat encer (2M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Reaksi-reaksi
ion merkurium(II) dapat dipelajari dengan menggunakan larutan merkurium(II) nitrat encer
(0,05M) sebagai sampel.
1. Hidrogen sulfida( gas atau larutan jenuh)
Merkurium(II) nitrat direaksikan dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam
(ditambah HCl encer) mula-mula akan terbentuk endapan putih merkurium(II) klorosulfida
(persamaan (a)), yang akan terurai bila ditambahkan hidrogen sulfida lebih lanjut (hidrogen
sulfida berlebih), dan akhirnya terbentuk endapat hitam merkurium(II) sulfida (persamaan
(b).

4
3Hg2+ + 2Cl- + 2H2S → Hg3S2Cl2 + 4H+ (a)
Hg3S2Cl2 + H2S → 3HgS + 2H+ + 2Cl- (b)
Merkurium(II) sulfida merupakan salah satu endapat yang paling sedikit larut (Ksp : 4 × 10-
54
). Endapan ini tidak larut dalam air, asam nitrat encer panas, hidroksida, alkali atau
amonium sulfida (tidak berwarna). Endapan Merkurium(II) sulfida akan dilarutkan dengan
natrium sulfida, dimana ion kompleks disulfomerkurat(II) terbentuk :
HgS + S2- → [HgS2]2-
Kemudian dengan menambahkan amonium klorida pada larutan , merkurium(II) sulfida akan
mengendap kembali, yang akan diencerkan dengan air raja.
Air raja melarutkan endapan:
3HgS + 6HCl + 2HNO3 → 3HgCl2 + 3S + 2NO + 4H2O
Merkurium(II) klorida tidak terdisosiasi pada kondisi-kondisi ini. Belerang tetep tertinggal
sebagai endapan putih, tetapi dengan mudah melarut jika larutan dipanaskan, dengan
membentuk asam sulfat:
2HNO3 + S → SO2− +
4 + 2H + 2NO

2. Larutan Amonia
Larutan merkurium(II) nitrat direaksikan dengan larutan amonia akan membentuk endapan
putih yang terdiri dari merkurium(II) oksida dan merkurium(II) amidonitrat
2Hg2+ + NO− +
3 + 4NH3 + H2O → HgO.Hg(NH2)NO3 + 3NH4

3. Natrium Hidroksida
Bila ditambahkan sedikit natrium hidroksida kedalam Larutan merkurium(II) nitrat akan
memebentuk endapan merah-kecoklatan dengan komposisi yang berbeda-beda, jika
ditambahkan dalam jumlah yang stokiometris, endapan berubah warna menjadi kuning ketika
terbentuk merkurium(II) oksida
Hg+ + 2OH- → HgO + H2O
Endapat tak larut dalam natrium hidroksida berlebih, namun sangat mudah larut dalam asam.
Reaksi diatas adalah khas ion-ion untuk merkurium(II) sehingga dapat dipakai untuk
membedakan merkurium(II) dari merkurium(I).
4. Kalium iodida
Kalium iodida ditambah perlahan-lahan kepada larutan merkurium(II) nitrat terbentuk
endapat merah merkurium(II) iodida
Hg+ + 2I- → HgI2
Endapan akan larut dalam reagensia berlebih, akan membentuk ion tetraiodomerkurat(II) :
HgI2 + 2I- → [HgI4]2-
Larutan kalium tetraiodomerkurat(II) yang basa, dipakai sebagai reagensia yang selektif dan
peka untuk ion amonium.

5
5. Kalium Sianida (racun)
Tidak menimbulkn berubahan apa-apa dalam larutan merkurium(II) nitrat encer (berbeda dari
ion-ion lain dari sub-golongan tembaga (golongan IIA)).
6. Timah(II) klorida
Bila ditambahkan dalam jumlah yang sedang dalam larutan merkurium(II) nitrat encer akan
terbentuk endapan putih dan seperti sutera yaitu merkurium(I) klorida:
2Hg2+ + Sn2+ + 2Cl- → Hg2Cl2 + Sn4+
Reaksi ini dipakai secara luas untuk menghilangkan kelebihan ion timah(II), yang dipakai
untuk reduksi pendahuluan, dalam titrasi oksidasi-reduksi.
Jika reagensia ditambahkan lebih banyak lagi, merkurium(I) klorida direduksi lebih lanjut,
dan terbentuklah endapan hitam, merkurium.
Hg2Cl2 + Sn2+ → 2Hg + Sn4+ + 2Cl-
Uji bercak dengan adanya anilida : dengan setets larutan uji yang terdapat di atas kertas
saring atau lempeng bercak, dengan setetes larutan timah(II) klorida, dan setetes anilida.
Terdapat noda coklat atau hitam dari logam merkurium.
7. Lembaran atau Mata Uang Tembaga
Jika setetes merkurium(I) nitrat ditaruh diatas permukaan tembaga yang mengkilap, terbentuk
endapan logam merkurium :
Cu + Hg 2+
2 → Cu + 2Hg
2+

Dengan memebilas, kemudian dikeringkan dan digosok-gosok permukaannya dengan kain


kering, kita memperoleh bercak keperak-perakan yang mengkilap. Dengan memanaskan
bercak itu dalam nyala bunsen, merkurium menguap dan permukan tembaga yang berwarna
merah akan terlihat kembali.
8. Reagensia Dienkuprato(II) sulfat
Larutan merkurium(II) nitrat dengan kalium iodida akan membentuk endapan lembayung-
biru tua dalam larutan netral atau amoniakal. Mula-mula dhasilkan ion tetraiodomerkurat(II):
Hg2+ + 4I- → [HgI4]2-
Kemudian hasil dari reaksi tersebut akan bereaksi dengan ion kompleks dienkuprat,
membentuk endapan dienkuprato(II) tetraiodomerkurat(II):
[Cu(en)2]2+ + [HgI4]2- → [Cu(en)2][HgI4]
Reaksi ini peka, tetapi ion kadmium yang membentuk garam kompleks yang serupa akan
mengganggu.
9. Uji Kobalt(II) tiosianat
Larutan uji, ditambah reagensia sejumlah volume yang sama (kadar kira-kira 10%, yang baru
dibuat), kemudian gosok-gosok dinding bejana dengan batang kaca. Terbentuk endapan
kristalin yang berwarna biru tua, yaitu kobalt tetratiosianatomerkurat(II):

6
Hg2+ + Co2+ + 4SCN- → Co[Hg(SCN)4]
Uji tetes : taruh setetes larutan uji di atas lempeng bercak, tambahkan sebutir kristal amonuim
tiosianat, lalu sedikit kobalt(II) asetat padat. akan muncul warna biru jika ada ion
merkurium(II).
10. Uji kering
Semua senyawa merkurium, tidak peduli keadaan valensinya, membentuk logam merkurium
bila dipanaskan dengan dengan natrium karbonat anhidrat yang berlebih.
2.4.2 TIMBAL (Pb)
Timbal adalah unsur kelima kolom keempat belas dalam tabel periodik. Hal ini
diklasifikasikan sebagai logam pasca-transisi, logam berat, dan logam miskin. Atom Timbal
memiliki 82 elektron dan 82 proton dengan 4 elektron valensi di kulit terluar.
Dalam kondisi standar Timbal adalah logam keperakan yang lembut dengan warna
kebiru-biruan. Timbal menjadi abu-abu gelap setelah bersentuhan dengan udara. Logam
Timbal sangat lunak (dapat dipotong menjadi lembaran tipis) dan elastis (dapat ditarik
menjadi kawat panjang). Timbal adalah konduktor listrik yang buruk bila dibandingkan
dengan logam lain.Timbal adalah unsur yang sangat berat. Timbal dicampurkan dengan
unsur-unsur lain untuk membuat berbagai mineral termasuk galena (timbal sulfida), anglesite
(timbal sulfat), dan Kerusit (timbal karbonat). Pada uji nyala timbal menghasilkan warna biru
muda.
Timbal memiliki rapatan yang tinggi (11,48 g/ml pada suhu kamar).Timbal mudah larut
dalam asam pekat (8M) dan membentuk nitrogen oksida.
3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O
Gas nitrogen (II) oksida yang tak berwarna bila dicampur dengan udara akan
teroksidasi menjadi nitrogen dioksida yang berwarna merah :
2NO (tidak berwarna) + O2 2NO2 (merah)
Reaksi reaksi dari ion timbal (II),larutan timbal nitrat (0,25 M) atau timbal asetat (0,25 M)
dapat dipakai untuk mempelajari reaksi reaksi sebagai berikut:

1. Asam klorida encer (klorida yang larut)


Membentuk endapan putih dalam larutan dingin dan tidak terlalu encer :
Pb2+ + 2Cl- PbCl2

PbCl2 endapan larut dalam air panas (33.4 g/l) pada 100o C,dalam kondisi sedang 9,9 g/l
pada 20o C),tetapi memisah lagi sebagai kristal kristal yang panjang seperti jarum setengah
dingin.Selain larut dengan air panas juga dapat larut dalam asam klorida pekat atau kalium
klorida pekat,dimana akan membentuk ion tetrakloroplumbat(II) :

PbCl2 + 2Cl- [PbCl4]2-

7
Jika endapan tetrakloroplumbat (II) dicuci dengan cara dekantasi dan ditambah amonia encer
,maka tidak terjadi perubahan yang nampak [perbedaan dari ion merkurium (I) atau ion
perak],meskipun ada terjadi reaksi pertukaan-endapan dan membentuk timbal hidroksida:

PbCl2 + 2NH3 + 2H2O Pb(OH)2 + 2NH4+ + 2Cl-

2. Larutan amonia.

Membentuk endapan putih timbal hidroksida :

Pb2+ + 2NH3 +2H2O Pb(OH)2 + 2NH4+

Endapan tidak larut dalam reagensia berlebihan.

3. Natrium Hidroksida.

Membentuk endapan timbal hidroksida:

Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2

Endapan larut dalam reagensia berlebihan,dimana membentuk ion tetrahidroksoplumbat (II):

Pb(OH)2 + 2OH- [Pb(OH)4]2-

Jadi timbal hidroksida mempunyai sifat amfoter.Hidrogen peroksida (a) atau amonium
peroksodisulfat (b),bila ditambahkan pada larutan tetrahidroksoplumbat (II),membentuk
endapan hitam timbal dioksida dengan mengoksidasikan timbal bivalen menjadi bervalensi 4:

[Pb(OH)4]2- + H2O2 PbO2 + 2H2O + 2OH- (a)

[Pb(OH)4]2- + S2O2−
8 PbO2 + 2H2O + 2SO2−
4 (b)

4. Dinatrium hydrogen fosfat: endapan putih timbal fosfat


3Pb2+ + 2HPO2−
4 ↔ Pb3(PO4)2 + 2H
+

Reaksi ini dapat-balik, asam-asam kuat(asam nitrat) melarutkan endapan. Endapan ini juga
larut dalam natrium hidroksida.
5. Kallium sianida(Racun): endapan putih timbal sianida

Pb2+ + 2CN- Pb(CN)2

Yang tak larut dalam reagensia berlebihan. Reaksi ini dapat dipakai untuk membedakan ion
timbal(II) dari merkurium(I) dan perak(I), yang bereaksi secara berlainan.
6. Kalium iodida: endapan kuning, timbal iodida
Pb2+ + 2I- PbI2

8
Endapan larut sedang-sedang saja dalam air mendidih, menghasilkan larutan yang tak
berwarna, dari mana endapan memisah lagi sebagai keeping-keping berwarna kuning
keemasan setelah mendingin.
7. Natrium sulfit dalam larutan netral: endapan putih, timbal sulfat
Pb2+ + SO2−
3 ↔ PbSO3

Endapan kuning kurang larut dibandingkan timbal sulfat, meskipun dapat dilarutkan baik
oleh asam nitrat encer
2.4.3 BISMUT (Bi)
Bismut adalah logam berwarna putih-kemerahan, kristalin, dan getas. Unsur ini memiliki titik
lebur 271,5°C. Bismut tidak larut dalam asam klorida disebabkan memiliki potensial standar
0,2 V, tetapi larut dalam beberapa asam pengoksid seperti berikut.
a) Asam nitrat pekat
2Bi + 8HNO3 → 2Bi3+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O

b) Air raja
Bi + 3HCl + HNO3 → Bi3+ + 3Cl- + NO + 2H2O

c) Asam sulfat pekat


2Bi + 6H2SO4 → 2Bi3+ + 3SO2−
4 + 3SO2 + 6H2O

Bismut membentuk ion tervalen dan pentavalen, namun ion tervalen Bismut, Bi3+, adalah ion
yang paling umum terbentuk. Bismut hidroksida (Bi(OH)3) merupakan basa lemah, sehingga
garam-garam dari unsur ini mudah terhidrolisis. Sedangkan ion bismutil, BiO+, membentuk
garam yang tak larut contohnya BiOCl (bismutil klorida). Untuk membuat ion bismut tetap
larut dalam larutan, maka perlu untuk mengasamkan larutan. Sedangkan garam dari ion
pentavalen bismut, BiO3- (ion bismutat) kebanyakan tidak larut dalam air.
Ion bismut memiliki beberapa reaksi ion. Pertama adalah ion bismut direaksikan dengan
hidrogen sulfida. Reaksi ini menghasilkan endapan hitam yang merupakan bismut sulfida.
2Bi3+ + 3H2S → Bi2S3 + 6H+
Endapan tersebut dapat dilarutkan dengan asam klorida yang telah dididihkan. Dari reaksi
tersebut, gas hidrogen sulfida dibebaskan.
Bi2S3 + 6HCl → 2Bi3+ + 6Cl- + 3H2S
Selain endapan hitam bismut sulfida dilarutkan dengan asam klorida, endapan bismut sulfida
juga dapat dilarutkan dengan asam nitrat panas. Reaksi ini membentuk endapan putih
belerang.
Bi3+ + 8H+ + 2NO3- → 2Bi3+ + 3S + 2NO + 4H2O

Kedua, reaksi ion bismut dengan natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan bismut(III)
hidroksida dalam bentuk endapan putih. Endapan ini sangat sedikit terlarut dalam reagensia
berlebih pada larutan dingin. Akan tetapi endapan bismut(III) hidroksida ini dapat larut dalam
asam dengan persamaan reaksi:
Bi(OH)3 + 3H+ → Bi3+ + 3H2O
Apabila endapan dididihkan, endapan akan kehilangan air dan berubah warna menjadi putih
kekuningan.

9
Bi(OH)3 → BiO.OH + H2O
Endapan baik terhidrasi maupun telah terdehidrasi dapat dioksidasi dengan 4-6 tetes H2O2
pekat. Oksidasi ini akan membentuk ion bismutat.
BiO.OH + H2O2 → BiO− +
3 + H + H2O

Ketiga, reaksi ion bismut dengan kalium iodida. Penambahan tetes demi tetes kalium iodida
menghasilkan bismut(III) iodida dalam bentuk endapan hitam. Endapan ini mudah larut
dalam reagensia berlebih, dan membentuk ion tetraiodobismutat berwarna jingga. Bila ion
tetraiodobismutat diencerkan dengan air, maka reaksi akan berbalik dan bismut iodida hitam
mengendap kembali.
BiI3 + 3I- ⇆ [BiI4]-
Endapan hitam bismut(III) iodida bila dipanaskan dengan air, maka akan berubah menjadi
jingga karena pembentukkan bismutil iodida.

Apabila suatu garam bismut dituangkan ke dalam air yang banyak, makan akan menghasilkan
endapan putih garam basa bismut yang larut dalam asam mineral encer, tetapi tidak larut
dalam asam tartarat yang membedakan bismut dengan stibium, dan hidroksida alkali yang
membedakan bismut dengan timah.
Ion bismut dapat direaksikan dengan dinatrium hidrogen fosfat dan menghasilkan endapan
kristalin berwarna putih yang merupakan bismut fosfat.
Bi3+ + HPO2− 4 → BiPO4 + H
+

Endapan kristalin putih tersebut sedikit larut dalam asam mineral encer. Hal ini membedakan
ion bismut dari ion-ion kation golongan IIa.
Ion bismut dapat diuji dengan uji kering menggunakan uji pipa tiup. Suatu senyawa yang
mengandung bismut bila dipanaskan di atas arang dengan natrium karbonat dalam nyapa
pipa-tiup, akan diperoleh manik logam yang getas dikelilingi oleh kerang kuning oksidanya.

2.4.4 TEMBAGA (Cu)


Tembaga adalah logam berwarna kemerahan, lunak, dapat ditempa. Unsur yang termasuk
dalam golongan transisi ini melebur dalam suhu 1038°C. Tembaga memiliki potensial
elektroda standar positif +0,34 V (untuk pasangan Cu/Cu2+), sehingga tak dapat larut dalam
asam klorida dan asam sulfat encer meskipun dengan adanya oksigen membuat tembaga
dapat sedikit larut. Asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, dan air raja dapat melarutkan
tembaga dengan mudah.
a) Melarutkan tembaga menggunakan asam nitrat pekat
3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O

b) Melarutkan tembaga menggunakan asam sulfat pekat


Cu + 2H2SO4 → Cu2+ + SO42- + SO2 + 2H2O

c) Melarutkan tembaga menggunakan air raja


3Cu + 6HCl + 2HNO3 → 3Cu2+ + 6Cl- + 2NO + 4H2O

Terdapat dua deret senyawa tembaga yaitu senyawa tembaga(I) dan senyawa tembaga(II).
Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna
merah dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa tersebut tidak berwarna.
Kebanyakan garam Cu(I) tidak larut dalam air dan perilakunya mirip dengan perilaku

10
senyawa Ag(I). Senyawa tembaga(I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II),
yang dapat diturunkan menjadi tembaga(II) oksida, CuO, yang memiliki warna hitam.
Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna, baik dalam bentuk hidrat, padat,
maupun dalam larutan air. Warna biru ini khas hanya untuk ion tetrakuokuprat(II) saja. Batas
terlihatnya warna ion kompleks [Cu(H2O)4]2+ (warna ion tembaga(II) dalam larutan air)
adalah 500 μg dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga(II) anhidrat,
seperti tembaga(II) sulfat berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air,
tembaga(II) selalu terdapat sebagai ion kompleks tetraakuo, yang selanjutnya akan disebut
sebagai ion tembaga(II) Cu2+ agar lebih sederhana dalam penyebutan.

Ion tembaga(II) memiliki beberapa reaksi ion. Reaksi ion tembaga(II) yang pertama adalah
dengan hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh). Reaksi ini menghasilkan endapan hitam
CuS.
Cu2+ + H2S → CuS + 2H+
Untuk mendapatkan endapan yang mudah disaring, maka larutan harus asam. Apabila larutan
tidak asam atau hanya asam lemah, maka akan diperoleh endapan koloid hitam kecoklatan.
Penggumpalan (koagulasi) dapat dilakukan dengan menambah sedikit asam dan dididihkan.
Endapan ini tidak larut dalam asam sulfat encer (1M) mendidih, natrium hidroksida,
natrium sulfida, ammonium sulfida, dan sedikit larut dalam polisulfida. Namun endapan
tembaga(II) sulfida tersebut dapat dilarutkan dengan asam nitrat panas, dan meninggalkan
endapan putih belerang.
3CuS + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 3S + 2NO + 2H2O
Apabila dididihkan lebih lama, belerang akan mengoksidasi menjadi asam sulfat dan
diperoleh larutan yang jernih dan biru.

Endapan tembaga(II) sulfida juga dapat dilarutkan dengan kalium sianida, yang
nantinya membentuk ion tetrasianokuprat(I) yang tidak berwarna dan terbentuk ion disulfida.
2CuS + 8CN- → 2[Cu(CN)4]3- + S22−
Bila dalam keadaan basah dibiarkan terkena udara, tembaga(II) sulfida cenderung teroksidasi
menjadi CuSO4 dan karenanya menjadi dapat larut dalam air.

Reaksi ion kedua adalah ion tembaga(II) ditambahkan dengan larutan ammonia dalam
jumlah yang sangat sedikit. Reaksi ini menghasilkan endapan biru garam basa (tembaga
sulfat basa) yang larut dalam reagensia berlebihan.
2Cu2+ + SO2−4 + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4
+

Hal ini menyebabkan terjadinya warna biru tua oleh pembentukan ion kompleks
tetraaminokuprat(II).
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + SO2− 4 + 2OH
-

Reaksi ion ketiga adalah reaksi ion tembaga(II) dengan natrium hidroksida dalam
larutan dingin. Reaksi ini menghasilkan endapan biru tembaga(II) hidroksida. Endapan
Cu(OH)2 tidak larut dalam regensia berlebih. Bila dipanaskan, endapan akan menjadi
tembaga(II) oksida hitam oleh dehidratasi.
Cu(OH)2 → CuO + H2O
Dengan adanya asam tartarat atau asam sitrat dalam larutan, tembaga(II) hidroksida
tidak diendapkan oleh basa alkali, tetapi larutan menjadi berwarna biru. Jika larutan yang
basa ini diolah dengan zat-zat pereduksi tertentu seperti hidroksilamina, hidrazina, glukosa,

11
dan asetaldehida, maka tembaga(I) hidroksida yang kuning mengendap dari larutan yang
hangat, yang kemudian diubah menjadi tembaga(I) oksida merah, Cu2O dengan pendidihan.
Larutan garam tembaga(II) yang bersifat basa, mengandung asam tartarat, biasa dikenal
sebagai larutan Fehling. Larutan ini mengandung ion kompleks [Cu(COO.CHO)]2-.

Reaksi ion keempat adalah reaksi ion tembaga(II) dengan kalium iodida. Reaksi ini
digunakan dalam analisis kuantitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri. Reaksi ini
menghasilkan endapan tembaga(I) iodida berwarna putih, akan tetapi larutan menjadi
berwarna coklat tua karena terbentuknya ion tri-iodida (iod).
2Cu2+ + 5I- → 2CuI + I3−
Ion tri-iodida akan tereduksi ion iodida yang tak berwarna dengan penambahan natrium
tiosulfat berlebih pada larutan. Warna putih pada endapan akan menjadi terlihat. Reduksi
dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationat.
I3− + 2S2O2− -
3 → 3I + S4O6
2−

Terdapat beberapa uji kering untuk menguji adanya tembaga. Pada uji pipa tiup bila senyawa
tembaga dipanaskan dengan karbonat alkali di atas arang akan diperoleh logam tembaga yang
merah, tetapi tidak terlihat oksida.Pada uji manik boraks akan bewarna hijau saat panas dan
biru ketika dingin setelah dipanaskan dalam nyala oksidasi, berwarna merah dalam nyala
reduksi yang akan diperoleh baik dengan menambahkan runutan timah. Sedangkan pada uji
nyala senyawa yang mengandung tembaga akan memiliki nyala hijau terutama pada
kehadiran halida, misalnya membasahi dengan asam klorida sebelum dipanaskan.

2.4.5 KADMIUM (Cd)

Kadmium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodic dengan lambang Cd dan
nomor atom 48. Kadmium bersifat lunak dengan warna putih perak, yang dapat ditempa
dengan tanah liat. Dapat melebur dengan suhu 321℃, larut dengan lambat pada asam encer
dengan melepaskan hydrogen dikarenakan potensial elektrodanya negatif.
Cd + 2H + → Cd + H2
Kadmium membentuk ion bivalenya itu asam basa yang dalam ionisasinya
menghasilkan ion 2H + . Dalam hal ini ion bivalen yang dihasilkan tak berwarna atau jernih.
Kadmium klorida, nitrat dan sulfat larut dalam air. Sedangkan sulfidanya tak larut dan
berwarna kuning.
Reaksi dalam ion kadmium(II) dengan larutan kadmium sulfat 0,25M
1. HidrogenSulfida (gas atau larutan air jenuh)menghasilkan endapan kuning cadmium
sulfida

Cd2+ + H2 S → CdS + 2H +

12
Reaksi ini dapat balik apabila konsentrasi asam kuat dalam larutan di atas 0,5M,
pengendapan akan menjadi tidak sempurna. Endapan tak larut dalam kalium sianida ini yang
membedakan ion cadmium daritembaga.
2. LarutanAmonia (bila ditambahkan tetes demi tetes) menghasilkan endapan putih
kadmium(II) hidroksida.

Cd2+ + 2NH3 + 2H2 O → Cd(OH)2 + 2NH4+


Endapan dapat larut dalam asam, dimana kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
Reagensia yang berlebihan melarutkan endapan, dimana ion-ion tetraaminakadmium(II)
terbentuk dengan hasil tak berwarna:
Cd(OH)2 + 4NH3 → [Cd(NH3 )4]2+ + 2OH −
3. NatriumHidroksida endapan putih kadmium (II) hidroksida :

Cd2+ + 2OH − → Cd(OH)2


Endapan tidak larut dalam reagnesia berlebihan, warna dan komposisinya tetap tak
berubah apabila dididihkan. Asam encer melarutkan endapan dengan menggeser
kesetimbangan kekiri.
4. KaliumSianida merupakan endapan putih cadmium sianida, bila ditambahkan per
lahan-lahan ke pada larutan:

Cd2+ + 2CN− → Cd(CN)2

Reagensia yang berlebihan melarutkan endapan, dimana ion tetrasianokadmiat(II)


terbentuk:
Cd(CN)2 + 2CN − → [Cd(CN)4 ]2−
Perbedaan yang menyolok pada kestabilan kompleks-kompleks tembaga dan cadmium
tetrasianato, dipakai dalam pemisahan ion-ion tembaga dari kadmium.
5. KaliumTiosianat perbedaan dari tembaganya adalah tidak terbentuknya endapan.
6. KaliumIodida perbedaan dari tembaganya adalah tidak terbentuknya endapan.
7. Dinitro-p-difenilkarbazida (0,1%)membentuk produk yang berwarna coklat dengan
cadmium hidroksida, yang berubah menjadi biru kehijauan dengan formaldehida.
Ditaruh setetes larutan uji asam,netral, atau amoniakal di atas lempeng bercak dan
campur dengan 1 tetes larutan natrium hidroksida 2M dan 1 tetes larutan kalium sianida
(10%) ditambahkan 1 tetes pereaksi dan 2 tetes larutan formaldehida (40%). Terbentuklah
endapan coklat dengan cepat berubah menjadi biru kehijauan. Reagensia apabila sendiri
akan berwarna merah dalam larutan basa, dan berwarna lembayung dalam formaldehida.
Maka sebaiknya dibandikan warna yang dihasilkan dalam uji blanko dengan air murni,
apabila yang diuji adalah cadmium dengan jumlah sangat sedikit. Dengan kepekaan
0,8𝜇𝑔 Cd dan batas konsentrasi 1 dalam 60.000. dengan adanya tembaga dalam jumlah

13
yang banyak, harus dipakai 3 tetes dari masing-masing larutan kalium sianida dan
formaldehida dengan kepekaan 4 𝜇𝑔 Cd dan tembaga sebanyak 400 kali lipatnya.

8. 4-nitronaftalena-diazoamino-azo-benzena (0,02%)
Taruh setetes reagensia diatas kertas reaksi tetes, diatambahkan satu tetes larutan uji
dimana harus diasamkan terlebih dahulu dengan asam asetat 2M dan mengandung sedikit
natrium kalium tartrat kemudian satu tetes kalium hidroksida 2M. Dihasilkan suatu
bercak berwarna merah jambu terang yang dikelilingi lingkaran biru dengan kepekaan
0,025𝜇𝑔 Cd.
Gangguan dari tembaga, nikel, kobalt, besi, kromium, dan magnesium dicegah
dengan menambahkan natrium kalium tartrat pada larutan uji (dapat dihilangkan sebagai
perak iodida dengan menambahkan sedikit larutan KI) dan merkurium yang mengganggu.
Merkurium dapat mengendap sebagai logam.
9. UjiKering
a. Uji Pipa Tiup.
Seluruh senyawa cadmium bila dipanaskan dengan alkali karbonat di atas arang,
menghasilkan kerak berwarna coklat cadmium oksida CdO.
b. Uji Pipa.
Garam cadmium direduksi oleh natrium oksalat menjadi unsure kadmium,
yang biasanya diperoleh sebagai cermin logam, dikelilingi oleh sedikit kadmium
oksalat coklat. Pada pemanasan dengan belerang logam itu berubah menjadi
cadmium sufida kuning.
Ditaruh sedikit garam cadmium dicampur dengan natrium oksalat sama berat,
dalam sebuah tabung pemijar kecil lalu dipanaskan. Terjadilah cermin logam
kadmium dengan pinggiran yang coklat. Dibiarkan agar dingin, ditambah sedikit
bunga belerang dan dipanaskan lagi. Cermin logam lama kelamaan akan berubah
menjadi sulfida dengan ditandai perubahan warna menjadi jingga, yang menjadi
kuning setelah didinginkan.

14
BAB III
KESIMPULAN

Kation golongan II A atau bisa disebut sebagai golongan sub tembaga ini terdiri dari
Pb, Hg, Bi, Cu, Cd. Kation-kation ini tidak larut dalam polisulfida. Pemisahan kation ini
dapat dilakukan dengan cara yaitu menggunakan metode asam sulfat dan natrium hidroksida.

Pertanyaan :
1. Saat ditambahkan H2S membentuk HNO3, fasanya apa? (Zakirotul, Kelompok 2)
2. Kenapa Bismut harus ditambah dengan KI berlebih? (Alma, kelompok 9)
3. Waktu uji dengan H2S? cara pengalirannya bagaimana? Uji H2S mengapa
mengandung Kalium tartat? Jika tidak mengandung apa akibatnya? (Rizka, kelompok
6)
4. Dalam uji-uji ada kepekaan dan batas konsentrasi, apa maksud dari keduanya? (
Khalizah, kelompok 5)
5. Pada uji kering apakah uji pipa dengan menggunakan natrium oksalat termaksud uji
kering? (rafli, kelompok 1)
6. Uji Kadmium dengan larutan amonia, CdOH asam mengapa reaksi bergeser ke arah
kiri? Kalau kekanan apa yang terjadi? Reagensia berlebih tidak terdapat endapan, jika
tidak berlebih apa akibatnya? (Mahdum, kelompok 7)
7. Terakhir pada uji pipa Cd dengan.... menggunakan cermin logam apa? Dan fasanya
apa? (Lely, kelompok 3)
8. Asam sulfat ditambah dengan alkohol apa fungsinya? Dan bagimana bila tidak
menggunakan alkohol? (Rosalina, kelompok 8)
9. Apa fungsi penambahan bunga belerang? (Mega, kelompok 10)
Jawaban
1. Pada skema yang ditampilkan, dijelaskan bahwa setelah filtrat diberi H2S hingga
terjadi endapan sempurna, filtrat kemudian ditambahkan HNO3, bukan ditambahkan
H2S dan terbentuk HNO3. Untuk fasa, baik H2S, HNO3, maupun filtrat sampel semua
berfasa aqueous atau larutan.
2. Dalam uji identifikasi ion Bismut menggunakan KI sebenarnya cukup diberikan tetes
demi tetes agar mendapatkan endapan hitam Bismut(III) iodida. Apabila penambahan
KI ini berlebih, maka akan menyebabkan endapan hitam BiI3 akan menjadi ion
tetraiodobismutat yang berwarna jingga
3. Cara pengaliran H2S dilakukan secara perlahan untuk memudahkan pengamatan
apakah pengendapan terjadi secara sempurna atau belum.
4. Batas konsentrasi merupakan pengenceran terbesar dimana uji masih memberikan
hasil positif. Batas ini dinyatakan sebagai angkabanding zat terhadap pelarut atau
larutan. Kepekaan (sensitifitas) adalah sinonim dari batas konsentrasi.
5. Iya, karena natrium oksalat yang digunakan dalam uji pipa berfase padat dan bukan
berupa larutan.
6. Reaksi bergeser ke kiri hal ini dikarenakan ketika diuji dengan larutan amonium, hal
ini berpengaruh terhadap konsentrasi yang ada sehingga apabila konsentrasi pereaksi

15
ditambah, reaksi bergeser ke kanan atau ke arah produk. Sedangkan jika konsentrasi
pereaksi dikurangi, reaksi bergeser ke arah kiri atau ke arah pereaksi, sehingga
konsentrasi pereaksi bertambah. Sedangkan untuk reagensia berlebih berfungsi untuk
melarutkan endapan sedangkan apabila reagensia tidak berlebih maka endapan tidak
bisa larut dan berpengaruh terhadap reaksi yang terjadi.
7. Cermin logam sendiri pada uji Cd merupakan hasil yang diperoleh apabila garam
kadmium dicampur dengan natrium oksalat. Dimana nanti lama kelamaan akan
berubahb menjadi jingga yang berasal dari sulfida.
8. Endapan putih PbSO4 dapat larut dalam asam sulfat panas atau pekat, hal ini dapat
membuat adanya kemungkinan ion Pb tidak terdeteksi. Oleh karena itu ditambahkan
etanol yang berfungsi membuat kelarutan PbSO4 menjadi jauh lebih rendah.
9. Fungsi penambahan bunga belerang dalam uji ini bunga belerang sendiri merupakan
H2S dimana berfungsi untuk mengubah suasana dari basa menjadi asam. Juga menjadi
pereaksi spesifik sehingga cd dapat diketahui atau diidentifikasi.

16
Daftar Pustaka

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka
Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang

17

Anda mungkin juga menyukai