Anda di halaman 1dari 99

PENGARUH PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA

PROMOSI KESEHATAN IBU HAMIL TERHADAP


PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA
PETUGAS PENYULUH KESEHATAN DI KABUPATEN
BANYUMAS ..................................................................................................... 1-12
Elia Nur A’yunin1, Elviera Gamelia2, Siti Masfiah3

EFEKTIFITAS PELATIHAN DALAM PENINGKATAN


PERAN KADER SEBAGAI PENDAMPING KELUARGA
IBU HAMIL DI PUSKESMAS II SUMBANG .............................................. 13-27
Arrum Firda Ayu M, Elviera Gamelia, Siti Masfiah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENGGUNAAN KONDOM SECARA KONSISTEN
PADA ODHA YANG MENGAKSES TERAPI
ANTIRETROVIRAL DI RSUP DR. KARIADI
SEMARANG ................................................................................................... 28-44
Tri Subiantoro1), Zahroh Shaluhiyah1), Syamsulhuda BM1

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DALAM


PROMOSI KESEHATAN TENTANG PENULARAN
HIV/AIDS PADA IBU RUMAH TANGGA ................................................... 45-53
Ulfah Agus Sukrillah, Sugeng Riyadi, Herry Prasetyo

PENGARUH DERAJAT HIPERTENSI, LAMA


HIPERTENSI DAN HIPERLIPIDEMIA DENGAN
GANGGUAN JANTUNG DAN GINJAL PASIEN
HIPERTENSI DI POSBINDU CISALAK PASAR ......................................... 54-67
Sri Wahyuningsih, Muttia Amalia, Nurfitri Bustamam

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


INSUFFICIENT MILK SUPPLY DAN TEKNIK
MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN KADER
KESEHATAN .................................................................................................. 68-76
Lutfatul Latifah, Mekar Dwi Anggraeni, Aprilia Kartikasari

PENINGKATAN KESEHATAN KERJA DAN


MINIMALISASI STRESS KERJA TERHADAP
PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PADA
PEDAGANG KECIL BERBASIS HUMAN APPROACH
DI PURWOKERTO UTARA .......................................................................... 77-85
Suryanto, Heryanto, Panuwun Joko
PEMILIHAN, PENYIMPANAN DAN KUALITAS
GARAM BERIODIUM PADA TINGKAT KELUARGA
DI KELURAHAN TIMBULHARJO, KECAMATAN
SEWON, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA .................................. 86-97
Nurul Laila Azizah, Waryana, Abidillah Mursyid
PENGARUH PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA PROMOSI
KESEHATAN IBU HAMIL TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN PADA PETUGAS PENYULUH KESEHATAN
DI KABUPATEN BANYUMAS

EFFECT OF MOTHERHOOD HEALTH PROMOTION DEVELOPMENT


MEDIA TRAINING ON HEALTH PROMOTOR’S KNOWLADGE AND
SKILL IN BANYUMAS DISTRICT

Elia Nur A’yunin1, Elviera Gamelia2, Siti Masfiah3

1
Prodi Kesehatan masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta
2,3
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas
Jenderal Soedirman

ABSTRAK

Tingginya AKI secara tidak langsung dipengaruhi faktor edukasi pada ibu hamil. Edukasi pada ibu
hamil erat kaitannya dengan kemampuan petugas penyuluh kesehatan dalam menjalankan
tugasnya yaitu meracang media untuk penyebarluasan informasi. Untuk dapat meningkatkan
kemampuan petugas penyuluh kesehatan maka diperlukan sebuah pelatihan pengembangan media
promosi kesehatan ibu hamil dengan harapan dapat meningkatan pengetahuan dan keterampilan
pembuatan media. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pelatihan pengembangan
media promosi kesehatan ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada
petugas penyuluh kesehatan di Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan adalah quasi
eksperimental dengan rancangan one group pretest and postest design. Sampel penelitian
diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 32 orang. Analisis data yang
digunakan adalah uji wilcoxcon. Hasil penelitian ini menunjukan pada perbandingan pretest dan
postest I ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan kesehatan ibu hamil (P=0,003) dan
keterampilan pembuatan media (P=0,000) dan pada perbandingan postest I dengan postest II
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan kesehatan ibu hamil (P=0,002) dan
keterampilan pembuatan media (P=0,011). Dengan demikian pelatihan dapat disarankan untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada pembuatan media promosi kesehatan lainnya.
Kata Kunci : Pelatihan, Pengetahuan, Keterampilan, Petugas Penyuluh

1
2 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 1-12

ABSTRACT

High maternal mortality has indirect relation influenced by motherhood education. Motherhood
education has inderect reletion to the ability of the health promotor is design the media for
dissemination the information. In order to improve ability of heatlh promotor’s, traning
development on motherhood health promoting media is required. The purpose of this study was to
know the effect of motherhood health promotion media development training on health promotor’s
knowledge and skill in the district Banyumas. The method was a quasi experimental with one-
group pretest and posttest design. Sampel which were 32 people obtained by using purposive
sampling technique. Analysis of data used is wilcoxcon test. The results comparisons between the
pretest and posttest I showed there were significant differences in maternal health knowledge
(P=0,003) and skill of making media (P=0,000). The results comparisons between the postest I and
posttest II showed there were significant difference in maternal health knowlegde (P=0,002) and
skill of making media (P=0,011). The suggested that training to use in increasing their knowledge
and skills in designing another health promotion media.
Keywords : Training, Knowledge, Skill, Health Promotor

Pendahuluan di Provinsi Jawa Tengah (DKK


Banyumas, 2011)
Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator Persalinan yang tidak aman
penting dalam menentukan derajat merupakan salah satu penyebab
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu di Indonesia. hal
kematian ibu di Provinsi Jawa tersebut bisa disebabkan karena
Tengah untuk tahun 2011 keterbatasan akses perempuan
berdasarkan laporan dari terutama untuk pertolongan
kabupaten/kota sebesar persalinan (Mardela, 2012). Mardela
116,01/100.000 kelahiran hidup. (2012) menyatakan terdapat
Angka ini mengalami peningkatan pengaruh dari edukasi pada ibu hamil
bila dibandingkan dengan AKI pada di wilayah kerja Puskesmas Melong
tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 Tengah dalam persiapan persalinan
kelahiran hidup. Angka kematian ibu aman.
di Kabupaten Banyumas untuk tahun
Pengaruh edukasi pada
2011 sebesar 129,35/100.000
masyarakat ini tidak terlepas dari
kelahiran hidup dan merupakan
peranan petugas kesehatan di suatu
jumlah kematian ibu tiga terbesesar
wilayah kerja khususnya jabatan
fungsional penyuluh kesehatan.
Elia N, Pengaruh Pelatihan Pengembangan Media Promosi Kesehatan 3

Salah satu tugas pokok dari jabatan pengalaman dan keterampilan


fungsional penyuluh kesehatan petugas penyuluhan kesehatan dalam
masyarakat yang telah ditetapkan pengembangan media promosi
oleh Departemen Kesehatan RI tahun kesehatan. Hasil yang diharapkan
2008 adalah melakukan setelah pelatihan yaitu meningkatnya
penyebarluasan informasi dan pengetahuan dan keterampilan
membuat rancangan media. petugas dalam pengembangan media
Kepiawaian dari penyuluh kesehatan promosi kesehatan sebagai upaya
dalam penyebarluasan informasi dan meningkatkan pengaruh edukasi
perancangan media sangat penting yang diberikan oleh jabatan
dalam pengaruh edukasi pada fungsional penyuluh kesehatan
masyarakat. kepada sasaran.

Gamrin dkk (2012) Berdasarkan latar belakang


menyatakan kurangnya kemampuan tersebut, perlu dilakukan penelitian
penyuluh kesehatan masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui
disebabkan karena rendahnya pengaruh pelatihan terhadap tingkat
pengetahuan, pengalaman dan pengetahuan dan keterampilan
keterampilan enyuluh, sehingga petugas penyuluh kesehatan dalam
berdampak pada cakupan program pengembangan media kesehatn ibu
promosi kesehatan belum mencapai
standar nasional. Untuk itu
diperlukan suatu pelatihan guna Metode Penelitian

meningkatkan pengetahuan, Jenis penelitian yang


pengalaman dan keterampian digunakan adalah penelitian quasy
penyuluh. exprimental dengan rancangan

Hal tersebut di dukung dengan penelitian one group pretest dan

pendapat Notoatmodjo (2003) posttest design. Pengukuran

tentang tujuan penting dalam dilakukan pada satu kelompok

pelatihan adalah peningkatan dengan tiga kali pengukuran,

pengetahuan dan keterampilan. pengukuran pertama dilakukan

Untuk itu pelatihan diperlukan untuk sebelum pelatihan (pretest),

meningkatkan pengetahuan, pengukuran kedua (postest I)


4 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 1-12

dilakukan setelah pelatihan dan memiliki pengalaman pelatihan


pengukuran kedua (postest II) sebanyak 90,6%.
dilakukan tiga minggu setelah
pelatihan. Sampel penelitian
diperoleh dengan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu 2. Pengetahuan Media Promosi
petugas penyuluh kesehatan di Kesehatan
Kabupaten Banyumas yang
mengikuti seluruh kegiatan pelatihan Hasil uji statistik pretest dan
pengembangan media berjumlah 32 postest I pada pengetahuan media
orang. Analisis data yang digunakan promosi kesehatan menggunakan uji
adalah uji wilcoxon. Variabel yang wilcoxon dengan hasil besar nilai p =
diamati adalah pengetahuan media 0,662 (α<0,05) menunjukkan tidak
promosi kesehatan, pengetahuan ada perbedaan yang signifikan antara
kesehatan ibu hamil dan pretest dan postest I. Namun
keterampilan pembuatan media. berdasarkan perubahan niali rata-rata
skor pengetahuan pada pretest 14,66
menjadi 14,78 pada postest I dapat
Hasil dan Pembahasan
menunjukan terdapat perubahan
1. Karakteristik Responden peningkatan skor rata-rata

Responden dalam penelitian ini pengetahuan setelah diberikan

mayoritas berusia 25-29 tahun pelatihan walaupun peningkatannya

(34,3%) dengan umur 48 tahun dan sangat kecil yaitu 0,21 (0,81%).

usi termuda adalah 23 tahun. Peningkatan terbesar terdapat pada

Mayoritas berjenis kelamin wanita pertanyaan tentang macam-macam

(81,2%). Responden berpendidikan media (kelebihan media cetak)

formal terakhir sebagai sarjana sebesar 18,8%. Grafik peningkatan

(68,8%). Masa kerja paling paling skor rata-rata pengetahuan media

lama 25 tahun dan terbaru 2 tahun promosi kesehatan dapat di lihat

dengan mayoritas masa kerja 0-4 pada gambar 1.

(56,3%). Mayoritas responden belum


Elia N, Pengaruh Pelatihan Pengembangan Media Promosi Kesehatan 5

Skor Skor Rata- Uji Yang Nilai


α Simpulan
Pengetahuan rata Digunakan p
Tidak ada
14,7 0,66 0,0
Pretest - Postest I 14,66 Uji Wilcoxon perbedaan
8 2 5
pengetahuan
Tidak ada
Postest I - Postest 15,1 0,12 0,0
14,78 Uji Wilcoxon perbedaan
II 6 1 5
pengetahuan
Tabel 1. Hasil Uji Beda Variabel Pengetahuan Media Promosi Kesehatan

Hasil dari penelitian ini sesuai (68,8%) dengan latar belakang


dengan penelitian Tjahyani (2007) pendidikan di kesehatan terdiri dari
yaitu tidak terdapat perbedaan Sarjana Kesehatan Masyarakat
pengetahuan tentang komunikasi (S.MK) 86,4%. Selain itu dengan
interpersonal yang signifikan namun melihat tugas pokok sebagai petugas
terdapat peningkatan rata-rata skor penyuluh kesehatan yaitu melakukan
pada pengetahuan pada petugas perancangan media tentu para
kesehatan di RSU Dr. Soedono petugas penyuluh kesehatan sudah
Madiun. Menurut Tjahyani (2007) dibelaki tentang pengetahuana
hasil tersebut dikarenakan tentang media terlebih dulu. Hal
pengetahuan awal dari responden tersebut dapat menjadi penyebab
yang sudah baik dilihat hasil uji T- pengetahuan tentang media tidak
Test karena responden telah mengalami perubahan signifikan
mendapatkan bekal dari pendidikan yang dikarenakan sudah baiknya
formal responden. pengetahuan awal dari responden.

Responden pada penelitian ini Hasil uji statistik postest I dan


adalah petugas penyuluh kesehatan postest II pada pengetahuan media
yang sebagian besar memiliki promosi kesehatan menggunakan uji
pendidikan formal terakhir sarjana wilcoxon dengan hasil nilai p (0,121)
6 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 1-12

lebih besar dari nilai alpha (0,05) menunjukan terdapat perubahan


menunjukkan tidak ada perbedaan peningkatan skor rata-rata
yang signifikan antara postest I dan pengetahuan walaupun sangat kecil
postest II. Namun berdasarkan yaitu 0,38 (2,51). Dengan
perubahan niali rata-rata skor peningkatan paling tinggi pada item
pengetahuan pada postest I 14,78 pertannyaan macam- macam media
menjadi 15,16 pada postest II dapat (media cetak) sebesar 18,8%.

Gambar 1. Grafik Pengetahuan Media Promosi Kesehatan

Hasil dari penelitian ini sesuai Hal tersebut dimungkinkan


dengan penelitian yang dilakukan karena ingatan responden ditunjang
oleh Linda (2006) yaitu tidak dengan pengetahuan dan pengalaman
terdapat perbedaan pengetahuan yang berasal dari profesi responden
perawatan pusat pada bidan namun sebagai penyuluh kesehatan. hal
bila dilihat dari rata-rata skor tersebut diperkuat dengan teori dari
pengetahuan maka terlihat terdapat Notoatmodjo (2003) yang
peningkatan skor rata-rata menyatakan pengalaman pada masa
pengetahuan perawatan tali pusat bekerja merupakan salah satu yang
pada perawat yang dilakukan setelah mempengaruhi pengetahuan
2 bulan pelaksanaan pelatihan. hal seseorang, semakin lama seorang
tersebut menunjukana ingatan bekerja tentu akan mendapatkan
tentang pengetahuan media bersifat pengalaman kerja lebih banyak.
teguh yaitu dapat menyimpan kesan
dalam waktu lama, tidak mudah lupa
(Notoatmodjo, 2007).
Elia N, Pengaruh Pelatihan Pengembangan Media Promosi Kesehatan 7

3. Pengetahuan Kesehatan Ibu pengetahuan pada pretest 11,34


Hamil menjadi 12,16 pada postest II dapat
menunjukan terdapat perubahan
Hasil uji statistik pretest dan peningkatan skor rata-rata
postest I pada pengetahuan kesehatan pengetahuan setelah diberikan
ibu hamil menggunakan uji wilcoxon pelatihan yaitu 0,82 (6,74%). Dengan
dengan hasil besar nilai P (0,003) peningkatan paling besar pada
lebih kecil dari nilai alpha (0,05) imunisasi TT (frekuensi imunisasi
menunjukkan ada perbedaan yang TT) sebesar 53,7%. Tabel
signifikan antara sebelum dan peningkatan skor rata-rata
sesudah pelatihan. Berdasarkan pengetahuan kesehatan ibu hamil
perubahan niali rata-rata skor dapat dilihat pada tabel 2.
Skor Skor Rata- Uji Yang
Nilai p α Simpulan
Pengetahuan rata Digunakan
Ada
12,1
Pretest - Postest I 11,34 Uji Wilcoxon 0,003 0,05 perbedaan
6
pengetahuan
Ada
Postest I - Postest 11,6
12,16 Uji Wilcoxon 0,002 0,05 perbedaan
II 9
pengetahuan
Tabel 2. Hasil Uji Beda Variabel Pengetahuan Kesehatan Ibu Hamil

Hasil perbedaan yang signifikan menyatakan terdapat peningkatan


yaitu peningkatan nilai rata-rata skor pengetahuan pada petugas kesehatan
dapat dimungkinkan karena tentang tuberkolosis setelah
pengaruh dari informasi pengetahuan mengikuti pelatihan tuberkulosis.
kesehatan ibu hamil yang baru Hal tersebut sesuai dengan pendapat
diperoleh pada masa pelatihan Maulana (2009) menyatakan suatu
sehingga informasi pengetahuann tujuan dari pelatihan adalah untuk
masih terekan kuat dalam ingatan. meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan pada
Hasil penelitian ini sejalan
petugas guna mengembangkan
dengan penelitian yang dilakukan
sumber daya manusia.
oleh Naidoo, et al. (2011) yang
8 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 1-12

Hasil uji statistik postest I dan (4,02%). Penurunan tersebut terjadi


postest II pada pengetahuan pada 2 item pertannyaan. Walaupun
kesehatan ibu hamil menggunakan hanya terdapat 2 item pertanyaan
uji wilcoxon dengan hasil nilai p yang menurun, namun persentasinya
(0,002) lebih kecil dari nilai alpha sangat besar yaitu pada pertannyan
(0,05) menunjukkan ada perbedaan pengukuran LILA (risiko
yang signifikan antara postest I dan makrosomia) sebesar 46,9% dan
postest II. Namun perbedaan yang pada pertanyan imunisasi TT
ditunjukan dari hasil uji statistik (frekuensi imunisasi TT) sebesar
yaitu terjadi penurunan nilai rata-rata 25%. Penurunan rata-rata pada
skor pada postest I 12,16 menjadi postest II dapat diihap pada gambar
11,69 pada postest II sebesar 0,47 2.

Gambar 2. Grafik Pengetahuan Kesehatan Ibu Hamil

Hasil penelitian ini sejalan responden tidak memiliki


dengan penelitian yang dilakukan pengalaman yang cukup dalam
oleh Prasetyaning dkk. (2005) yang pengetahuan kesehatan ibu. Hal
hasil penelitiannya juga tersebut dapat dilihat dari distribusi
menunjukkan penurunan jawaban yang menurut paling besar
pengetahuan keamanan pangan pada yaitu pada item pertanyaan imunisasi
pejamah makanan pada postest II TT, karena responden yang
yang dilakukan 2 bulan setelah berprofesikan sebagai petugas
penelitian. Hal tersebut dikarenakan penyuluh kesehatan tidak pernah
adanya proses lupa pada diri melakukan praktik imunisasi TT
manusia. Proses lupa tersebut karena secara langsung, dikarenakan praktik
Elia N, Pengaruh Pelatihan Pengembangan Media Promosi Kesehatan 9

TT hanya dapat dilakukan oleh doter, Hasil penelitian ini menunjukan ada
bidan dan perawat. Hal tersebut perbedaan keterampilan secara
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo signifikan atara sebelum dan sesudah
(2003) yang menyatakan pengalaman pelatihan dengan hasil nilai P (0,000)
bekerja dapat berpengaruh pada lebih kecil dari alpha (0,05),
pengetahuan seseorang. peningkatan yang ditunjukan pada
rata-rata skor pelatihan yaitu terjadi
4. Keterampilan Pembuatan Media
peningkatan 7,21 (74,01%).
Skor Skor Rata- Uji Yang
Nilai p α Simpulan
Keterampilan rata Digunakan
0,0 Ada perbedaan
Pretest - Postest I 2,50 9,62 Uji Wilcoxon 0,000
5 keterampilan
Postest I - Postest 0,0 Ada perbedaan
9,62 9.00 Uji Wilcoxon 0,011
II 5 keterampilan
Tabel 3. Hasil Uji Beda Variabel keterampilan Pembuatan Media

Peningkatan tersebut terjadi di mengimport gambar atau objek


semua item keterampilan. lainnya pada lembar kerja.
Peningkatan tertinggi sebesar 90,3% Peningkatan keterampilan responden
yaitu pada item keterampilan dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Keterampilan Pembuatan Media

Hasil penelitian ini sejalan terdapat peningkatan keterampilan


dengan penelitian yang di lakukan komunikasi terapeutik pada
oleh Zaki, dkk. (2009) dengan hasil mahasiswa perawat, sebab menurut
10 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 1-12

hasil penelitian yang berkaitan (0,011) lebih kecil dari nilai alpha
dengan penggunaan indera (0,05) menunjukkan ada perbedaan
didapatkan bahwa melihat, yang signifikan antara postest I dan
mendengarkan, mengerjakan sendiri postest II. Namun perbedaan yang
dan berpikir dapat berpengaruh ditunjukan dari hasil uji statistik
sebesar 80-90% penangkapan materi. yaitu terjadi penurunan nilai rata-rata
skor pada postest I 9,62 menjadi 9,00
Hasil penelitian ini juga sejalan
pada postest II sebesar 0,62.
dengan penelitian oleh Masfiah dkk
Penurunan terbesar terjadi pada item
(2017) dengan hasil bahwa terdapat
keterampilan penyimpanan lembar
perbedaan keterampilan pembuatan
kerja dengan format jpeg yaitu
media film animasi pada petugas
21,9%.
penyuluh kesehatan di Kabupaten
Banyumas antara sebelum dan Adanya penurunan nilai
sesudah diberikan pelatihan. keterampilan pembuatan media pada
Diketahui peningkatan rata – rata postest II dibandingkan dengan
skor antara pretest dengan posttest I postest I memiliki kesamaan hasil
yaitu sebesar 100 %. dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zaki, dkk. (2009) yang
Hal tersebut diperkuat dengan
menunjukan penurunan keterampilan
pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa
postest keterampilan komunikasi
semakin banyak dan sering diberikan
terapetik setelah 1 bulan
stimulus, maka semakin
dibandingkan dengan postest susadah
memperkaya tanggapan pada subjek
pendidikan pada mahasiswa
belajar. Menurut Herijulianti dkk.
keperawatan. Penurunan tersebut
(2001) menyatakan bahwa motode
dapat disebabkan kurangnya daya
praktik langsung merupakan salah
ingat seseorang setelah satu bulan
satu metode yang dapat digunaan
kemudian, juga karena tidak sempat
untuk memberikan keterampilan
membaca kembali modul yang telah
Hasil uji statistik postest I dan dibagikan (Wiroatmodjo dalam Zaki,
postest II pada keterampilan dkk., 2009). Hal tersebut dapat
pembuatan media menggunakan disebabkan karena keterampilan
wilcoccon dengan hasil nilai P pembuatan media merupakan
Elia N, Pengaruh Pelatihan Pengembangan Media Promosi Kesehatan 11

keterampilan prosedural yang menunjukan tidak terdapat


membutuhkan praktik berulang kali perbedaan (p=0,121)
agar dapat menjadi kebiasaan refleks
baru yang tidak mudah hilang
Saran
(Sugiarto, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian
maka disarankan untuk dapat
Simpulan dan Saran dilakukan suatu pelatihan media
Simpulan lainya yaitu pada media cetak seperti
poster, booklet, flayer dan pada
1. Hasil penelitian pada
media elektronik seperti flim, radio
perbandingan pretest dan postest
spot dengan pelatihan metode
I menunjukan bahwa terdapat
praktik langsung.
perbedaan signifikan yaitu pada
variabel pengetahuan kesehatan Bagi peneliti lain dapat
ibu hamil (p=0,003) dan melakukan penelitian lebih lanjut
keterampilan pembuatan media mengenai faktor-faktor yang
(p=0,000) sedangkan pada berpengaruh pada keberhasilan
variabel pengetahuan media pelatihan dalam pemingkatan
promosi kesehatan menunjukan pengetahuan dan keterampilan yang
tidak terdapat perbedaan belum terungkap pada pembahasan
signifikan (p=0,662). penelitian ini sebeprti motivasi dari
2. Hasil penelitian pada peserta pelatihan.
perbandingan postest I dan
postest II menunjukan bahwa
Daftar Pustaka
terdapat perbedaan signifikan Dinas Kesehatan Kabupaten. 2011. Profil
yaitu pada variabel pengetahuan Kesehatan Kabupaten Banyumas
2011. Dinas Kesehatan Kabupaten
kesehatan ibu hamil (p=0,002) Banyumas. Purwokerto.
Departemen Kesehatan. 2008. Modul
dan keterampilan pembuatan
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi
media (p=0,011), sedangkan Kesehatan di Puskesmas.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
pada variabel pengetahuan Gamrin, B., Ridwan M. T. dan M.
media promosi kesehatan Furqaanaiem . 2012. Kemampuan
Penyuluh Kesehatan Masyarakat
terhadap Cakupan Program
Promosi Kesehatan di Kabupaten
12 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 1-12

Maros. Laporan Penelitian. Naidoo, S., Taylor, M., Esterhuizen, T.M.,


Fakultas Kesehatan Masyarakat. Nordstrom, D.L., Mohamed, O.,
Universitas Hasanuddin. Makassar. Knight, S.E., Jinabhai, C.C. 2011.
(Tidak dipublikasikan) Changes in healthcare Workers’
Knowledge about Tubercolosis
Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S.
Following a Tubercolosis Training
2001. Pendididkan Kesehatan Gigi.
Programme. Education for Health
EGC. JakartaLinda. 2006.
Volume 14 (2), Agustus 2011.
Perawatan Tali Pusat Menggunakan
ASI di Kecamatan Gading Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Cempaka Kota Bengkulu, Pelatihan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Sebagai Sarana Promosi Kesehatan Jakarta.
untuk Bidan Puskesmas. Thesis.
_____________. 2007. Promosi Kesehatan
Program Studi Ilmu Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Masyarakat Jurusan Ilmu-ilmu
Jakarta.
Kesehatan. Universitas Gadjah
Mada. Jogyakarta. (tidak Prasetyaning, A., Sudargo, T., dan Susilo, J.
dipublikasikan) 2005. Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Penjamah Makanan
Linda. 2006. Perawatan Tali Pusat
yang Diberikan Pelatihan
Menggunakan ASI di Kecamatan
Keamanan Pangan di Instalasi Gizi
Gading Cempaka Kota Bengkulu,
RS. Jantung Harapan Kita.
Pelatihan sebagai Sarana Promosi
Indonesian Journal of Clinical
Kesehatan untuk Bidan Puskesmas.
Nutrition Volume 2 (2), Juni 2005.
Thesis. Program Studi ilmu
Kesehatan Masyarakat Jurusan Sugiarto, I. 2011. Mongoptimalkan Daya
Ilmu-ilmu Kesehatan. Universitas Kerja Otak. Gramedia Pustaka
Gadjah Mada. Yogyakarta (tidak Utama. Jakarta.
dipublikasikan)
Tjahyani, R.K. 2007. Pengaruh Pelatihan
Mardela, A. P. 2012. Rencana Pemilihan Komunikasi Interpersonal terhadap
Penolong dan Tempat Bersalin Ibu Kemampuan Komunikasi bagi
Hamil Setelah Diberikan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
Pendidikan Kesehatan tentang Umum Dr. Soedano Madiun.
Persiapan Persalinan. Skripsi. Thesis. Program Studi Ilmu
Fakultas Ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat Jurusan
Universitas Padjajaran. Bandung. Ilmu-ilmu Kesehatan. Universitas
(Tidak dipublikasikan) Gadjah Mada. Jogyakarta. (tidak
dipublikasikan)
Masfiah, S., Gamelia, E., Firda, A.,
Paramasatya, A. 2017. Efektifitas
Pelatihan Media Audio-Visual
Zaki, R., Werdati, S., dan Dewi, F.S.T.,
Terkait Anemia Ibu Hamil dalam
2005, Efektivitas Role Play,
Peningkatan Kompetensi Petugas
Penayangan VCD dan Modul
Penyuluh Kesehatan di Kabupaten
dalam Meningkatkan Keterampilan
Banyumas. Jurnal Kesmas
Indonesia. Volume 8 Nomer 3, Komunikasi Terapetik Mahasiswa
Januari 2017 STIKES Jenderal Ahmad Yani
Yogyakarta. Berita Kedokteran
Maulana, H.D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Masyarakat Volume 25 (3),
EGC. Jakarta September 2009.
EFEKTIFITAS PELATIHAN DALAM PENINGKATAN PERAN KADER
SEBAGAI PENDAMPING KELUARGA IBU HAMIL DI PUSKESMAS II
SUMBANG

THE IMPROVEMENT OF CADRE ROLE AS A FAMILY COUNSELLOR OF


PREGNANT WOMEN IN II SUMBANG PRIMARY HEALTH CARE

Arrum Firda Ayu M, Elviera Gamelia, Siti Masfiah


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman
(arrum.firda.am@gmail.com, 081804415698)

ABSTRAK
Jumlah kematian maternal di Kabupaten Banyumas menempati urutan ke 4 dari
35 kabupaten di Jawa Tengah pada tahun 2015. Angka Kematian Ibu di Kabupaten
Banyumas pada tahun 2014 sebesar 114,73 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu
faktor dominan yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah peran keluarga. Keluarga
ibu hamil adalah salah satu kelompok potensial dalam masyarakat yang dekat dengan
ibu hamil dan dapat menjadi mitra kader kesehatan kesehatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi efektifitas pelatihan dalam peningkatan peran kader sebagai
pendamping keluarga ibu hamil di Puskesmas II Sumbang. Penelitian ini menggunakan
metode quasi experiment pre dan post dengan control design. Populasi dalam penelitian
ini adalah kader ibu hamil di desa di wilayah Puskesmas II Sumbang. Hasil dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan tidak efektif dalam peningkatan peran
kader yaitu peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kader sebagai pendamping
ibu hamil.
Kata kunci: Kader, pendamping keluarga ibu hamil, Sumbang
ABSTRACT

The number of maternal deaths in Banyumas Regency was ranked 4th out of 35 districts
in Central Java by 2015. The mortality rate of mother in Banyumas District in 2014 is 114.73
per 100,000 live births. One of the dominant factors that affect the condition is the role of the
family. The family of pregnant women is one of the potential groups in a society close to
pregnant women and can become a health cadre partner. This study aimed to identify the
effectiveness of training in increasing the role of cadres as a family counsellor of pregnant
women in Puskesmas II Sumbang. This research used pre and post quasi experiment method
with control design. The population in this study was cadres of pregnant women in the village in
the area of Puskesmas II Sumbang. The results of this study indicated that training was not
effective in improving the role of cadres ( knowledge, attitude and communication skills of
cadres) as a family counsellor of pregnant women.

Keywords: Cadre, family counsellor of pregnant women, Sumbang

13
14 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

PENDAHULUAN menduduki peringkat ke 6 tertinggi


Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah untuk
merupakan salah satu indikator kasus kematian ibu di tahun 2012
penting dari derajat kesehatan yaitu 32 kasus kematian (Dinkes
masyarakat. AKI menggambarkan Jateng, 2012).
jumlah kematian wanita dengan Peran banyak pihak
penyebab yang berhubungan dibutuhkan untuk mengurangi AKI.
dengan gangguan selama Melibatkan masyarakat melalui
kehamilan dan penanganannya pemberdayaan merupakan langkah
(tidak termasuk kecelakaan), tepat sehingga masyarakat ikut
melahirkan dan dalam masa nifas memiliki tanggung jawab sesuai
(42 hari setelah melahirkan). AKI dengan perannya masing-masing
masih menjadi masalah besar di (Notoatmojo, 2007). Sebagai upaya
Indonesia, karena setiap tahun dalam menurunkan Angka
angka penurunannya belum Kematian Ibu (AKI), pemerintah
mencapai target yang ditentukan. merumuskan program Gerakan
Tujuan Millenium Development Sayang Ibu (GSI), yaitu sebuah
Goals (MDGs) nomor 5 program pemberdayaan masyarakat
menargetkan AKI di Indonesih melibatkan kerjasama dengan
harus mencapai 110 per 100.000 pemerintah dengan tujuan
kelahiran hidup pada tahun 2015. meningkatkan kualitas hidup
Indonesia harus bekerja keras perempuan. Salah satu bentuk
karena AKI di Indonesia masih kegiatan dari GSI pemberdayaan
jauh dari target tersebut. Data tahun kader dalam mendampingi keluarga
2012 menyebutkan AKI di ibu hamil. Keluarga ibu hamil
Indonesia mencapai 359 per penting untuk selalu ikut memberi
100.000 kelahiran hidup (Prakarsa, dukungan baik materiil maupun
2013). AKI di Provinsi Jawa non materiil kepada ibu hamil.
Tengah tahun 2012 juga belum Hasil penelitian Gamelia,
mencapai target MDGs, walau dkk (2015) menyebutkan bahwa
angkanya tidak sebesar AKI sebanyak 50% ibu hamil belum
Indonesia, yaitu 116,34 per 100.000 mendapatkan dukungan keluarga
kelahiran hidup (Dinkes Jateng, yang baik dalam perawatan
2013). Kabupaten Banyumas kehamilan berupa 65% keluarga
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 15

belum memberikan informasi post test with control group. Populasi


seputar perawatan kehamilan, 57% dalam penelitian ini adalah kader
keluarga belum menginformasikan kesehatan di wilayah puskesmas II
tentang kebersihan diri ibu hamil, Sumbang. Populasi dalam penelitian ini
73% keluarga belum menemani ibu adalah 40 kader dari 4 desa yaitu desa
hamil melakukan olahraga ringan, Sikapat, Limpakuwus, Kotayasa,
52% keluarga belum menyiapkan Gandatapa. Sampel yang diambil
makanan yang bergizi bagi ibu adalah total sampel. Kontrol group
hamil dan 52% keluarga belum dilakukan di wilayah 2 desa yaitu desa
mengingatkan konsumsi tablet Fe. Banjarsari Kulon dan Banjarsari Wetan.
Di Kabupaten Banyumas Data dianalisis dengan uji independent
khususnya di wilayah kerja t-test dan wilcoxon test.
Puskesmas II Sumbang masih HASIL DAN PEMBAHASAN
ditemukan adanya budaya 1. Karakteristik Kader
perawatan kehamilan yang Kader pada kelompok perlakuan
berkembang yaitu mitos seputar sebanyak 18 responden (47.4%)
pantangan makanan, kebiasaan berumur 36 – 45 tahun, 27 responden
yang harus dilakukan oleh ibu (71.1%) bekerja sebagai ibu rumah

hamil dan tradisi ngupati mitoni tangga, 16 responden (42.1%)

serta rendahnya dukungan keluarga merupakan tamatan SD/sederajat dan

tentang perawatan kehamilan yang 29 responden (76.3%) memiliki


pendapatan kurang dari 1.450.000.
merupakan faktor penghambat ibu
Sedangkan pada kelompok kontrol
hamil dalam melakukan perawatan
sebanyak 19 responden (50.0%)
kehamilan yang sesuai dengan
berumur 36 – 45 tahun, 25 responden
kesehatan. Penelitian ini bertujuan
(65.8%) bekerja sebagai ibu rumah
untuk mengidentifikasi efektifitas
tangga, 12 responden (31.6%)
pelatihan dalam peningkatan peran
merupakan tamatan SD/sederajat dan
kader sebagai pendamping keluarga
27 responden (71.1%) memiliki
ibu hamil di Puskesmas II
pendapatan kurang dari 1.450.000
Sumbang.
(Lebih detail dapat dilihat dalam tabel
METODE PENELITIAN 1)
Penelitian ini merupakan
penelitian quasi experiment pre and
16 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

Tabel 1 Karakteristik Kader Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan


Pendapatan

No Variabel Kategori Perlakuan Kontrol


(N=38) (N=38)
n % n %
1. Umur Remaja Akhir (17 – 25 tahun) 1 2.6 - -
Dewasa Awal (26 – 35 tahun) 11 28.9 6 15.8
Dewasa Akhir (36 – 45 tahun) 18 47.4 19 50.0
Lansia Awal (46 – 55 tahun) 8 21.1 10 26.3
Lansia Akhir (56 – 65 tahun) - 2 5.3
Manula (>65 tahun) - 1 2.6
2. Pekerjaan Petani 4 10.5 2 5.3
Pegawai Swasta 1 2.6 2 5.3
Ibu Rumah Tangga 27 71.1 25 65.8
Tidak Bekerja 2 5.3 1 2.6
Buruh Pabrik 1 2.6 - -
Lainnya 3 7.9 8 21.1
3. Pendidikan Tamat SD 16 42.1 12 31.6
Tamat SMP 11 28.9 10 26.3
Tamat SMA 10 26.3 11 28.9
Diploma 1 2.6 1 2.6
Universitas - - 4 10.5
4. Pendapatan >1.450.000 9 23.7 11 28.9
29 76.3 27 71.1
<1.450.000

Sumber : Data Primer, 2017

2. Efektifitas Pelatihan dalam Pengetahuan kader tentang


Peningkatan Pengetahuan Kader perawatan kehamilan yang diukur
Efektifitas pelatihan dalam dalam kegiatan ini menggunakan 22
peningkatan pengetahuan kader terkait item pertanyaan. Intervensi dilakukan
perawatan kehamilan dalam penelitian dengan memberikan Pendidikan
ini diukur dengan membandingkan kesehatan dalam bentuk pemberian
hasil intervensi pada kelompok materi oleh peneliti tentang materi
perlakuan dengan kelompok tentang perawatan kehamilan pada
pembanding/kontrol sebelum dan sesi pertama. Materi yang
setelah kelompok diberikan intervensi disampaikan meliputi definisi
berupa pelatihan. Pelatihan yang kehamilan, kelompok risiko pada
dilakukan memuat dua konten, yaitu kehamilan, pemeriksaan kehamilan,
tentang perawatan kehamilan dan gizi ibu hamil, indikator perawatan
tentang ketrampilan komunikasi untuk kehamilan, mitos ibu hamil, kelas ibu
menjadi seorang pendamping keluarga hamil. Metode yang digunakan
ibu hamil.
adalah ceramah dan dilanjutkan
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 17

diskusi tanya jawab di akhir materi (secara lengkap dapat dilihat di tabel
dibantu dengan alat LCD. 2)

Hasil distribusi pengetahuan


kader tentang perawatan kehamilan
Tabel 2 Distribusi Pengetahuan Kader tentang Perawatan Kehamilan Pada Kelompok
Perlakuan dan Kontrol

Variabel n Nilai rata- Nilai Nilai Minimal – Peningkatan


rata tengah Nilai Maksimal (%)
(mean) (median)
Kelompok Perlakuan
Pre test 38 18.82 19.00 13 – 22
4.20
Post test 38 19.61 20.00 16 - 22
Kelompok Kontrol
Pre test 38 17.45 17.00 13 – 21
7.22
Post test 38 18.71 19.00 12 – 22
Sumber : Data Primer Terolah 2017
pada kelompok perlakuan test, nilai terendah yaitu 13 dan nilai
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre tertinggi yaitu 22, kemudian
test adalah 18.82 dan mengalami meningkat pada saat post test yaitu
kenaikan pada saat post test menjadi menjadi nilai terendah 16 dan nilai
19.61. Nilai median pre test dan post tertinggi 22. Sedangkan pada
test juga mengalami kenaikan dari kelompok kontrol (dapat dilihat dalam
19.00 menjadi 20.00. Pada saat pre tabel 3),
Tabel 3 Hasil Independent T Test Pengetahuan Kader tentang Perawatan
Kehamilan Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sebelum
Mendapat Pendidikan Kesehatan

Variabel Nilai Rata - t (koefisien p value keterangan


Rata beda)
Pre test pengetahuan kader tentang perawatan kehamilan
Kelompok 18.82
Perlakuan
3.225 0.002 Signifikan
Kelompok 17.45
Kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2017
hasil distribusi pengetahuan kenaikan dari 17.00 menjadi 19.00.
kader tentang perawatan kehamilan Pada saat pre test, nilai terendah yaitu
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre 13 dan nilai tertinggi yaitu 21,
test adalah 17.45 dan mengalami kemudian sedikit berubah pada saat
kenaikan pada saat post test menjadi post test yaitu menjadi nilai terendah
18.71. Nilai median pengetahuan pre 12 dan nilai tertinggi 22.
test dan post test juga mengalami
18 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

Sebelum melakuka uji beda menunjukkan nilai p sebesar 0.002,


setelah hasil intervesi pada kelompok ada perbedaan pengetahuan kader
perlakuan dan kelompok kontrol tentang perawatan kehamilan dengan
dilakukan uji Independent T Test nilai rata-rata kelompok perlakuan
untuk melihat kondisi awal dari dua yang lebih tinggi daripada kelompok
kelompok tersebut. Uji beda kondisi kontrol (lebih detail dapat dilihat
awal pengetahuan perawatan dalam tabel 4).
kehamilan dari dua kelompok
Tabel 4 Hasil Uji Paired T Test Pengetahuan Kader tentang Perawatan
Kehamilan Responden Kelompok Perlakuan

T (koefisien beda) p value


Pengetahuan tentang -4.282 0.028
perawatan kehamilan pre test
deibandingkan dengan post
test
Sumber : Data Primer Terolah 2017

Hal ini tidak sesuai dengan terkait perawatan kehamilan sebelum


hipotesis awal peneliti. Kondisi ini dan sesudah mendapat pendidikan
akan memungkinkan mempengaruhi kesehatan dapat dilihat dalam tabel 5.
hasil intervensi.
Hasil uji beda pada kelompok
perlakuan terkait pengetahuan kader
Tabel 5 Hasil Uji Paired T Test Pengetahuan Kader tentang Perawatan
Kehamilan Responden Kelompok Kontrol

T (koefisien beda) p value


Pengetahuan tentang -4.230 0.000
perawatan kehamilan pre test
deibandingkan dengan post
test
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Hasil menunjukkan nilai p= sesudah mendapat pendidikan
0.028, sehingga dapat disimpulkan kesehatan. Hasil uji beda pada
bahwa terdapat perbedaan secara kelompok kontrol dapat dilihat dalam
signifikan pengetahuan terkait tabel 6,
perawatan kehamilan sebelum dan
Tabel 6 Hasil Mann Whitney Pengetahuan Kader tentang Perawatan Kehamilan
Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sesudah Mendapat
Pendidikan Kesehatan
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 19

Variabel Peringkat Z (koefisien p value keterangan


Rata - Rata beda)
Post test pengetahuan kader tentang perawatan kehamilan
Kelompok 41.92
Perlakuan
-1.371 0.170 Tidak Signifikan
Kelompok 35.08
Kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Tabel 6 menunjukkan antara kelompok perlakuan dan
perbandingan pengetahuan kader kelompok kontrol, hasil uji Mann
terkait perawatan kehamilan sebelum Whitney diperoleh nilai p sebesar
dan sesudah mendapat pendidikan 0.170, bahwa tidak ada perbedaan
kesehatan pada kelompok kontrol yang signifikan variabel pengetahuan
adalah 0.000, terlihat juga terdapat kader tentang perawatan kehamilan
perbedaan pengetahuan terkait yang signifikan pada kelompok
perawatan kehamilan sebelum dan perlakuan dengan kelompok kontrol
sesudah mendapat pendidikan sesudah diberi pendidikan kesehatan
kesehatan. Dan ketika dibandingkan (dapat dilihat ditabel 7).
hasil akhir yaitu setelah perlakuan
Tabel 7 Pengetahuan Terkait Perilaku Perawatan Kehamilan pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Variabel n Nilai rata- Nilai Nilai Minimal – Peningkatan


rata tengah Nilai Maksimal (%)
(mean) (median)
Kelompok Perlakuan
Pre test 38 65.97 67.00 38 – 77
3.32
Post test 38 68.16 67.00 60 – 79
Kelompok Kontrol
Pre test 38 67.32 67.00 58 – 79
1.44
Post test 38 68.29 68.50 58 - 78
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Sehingga dapat dikatakan bahwa control tidak ada perbedaan.
pelatihan ini tidak efektif untuk Penelitian ini tidak sesuai dengan
meningkatkan pengetahuan kader. Hal penelitian yang dilakukan oleh
ini menjadi input berharga bagi (Sarwani,2014). Penelitian tersebut
peneliti untuk melihat lebih mendalam menyatakan bahwa ada perbedaaan
fenomena dilapangan kenapa kenapa pengetahuan kader setelah diberikan
pelatihan tidak berhasil meningkatkan intervensi. Penelitian ini juga tidak
pengetahuan kader. sejalan dengan Patompo dan Sukirman
Pemberian materi ini tidak (2011) yang menyatakan bahwa
efektif, dilihat dari p value sebelum kegiatan pemberian intervensi kepada
dan sesudah diberikan intervensi, baik kader menyebabkan perbedaan
kelompok perlakuan dan kelompok pengetahuan kader. Selain itu,
20 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

penelitian lain yaitu penelitian Saputri setelah kelompok diberikan intervensi


(2014) juga menyatakan bahwa berupa pelatihan. Sikap diukur dengan
metode ceramah juga efektif dalam skala likert dengan 4 skala, dengan
meningkatkan pengetahuan kader. konten terkait sikap yang seharusnya
Penelitian Susanti di Gunung Kidul kader miliki dalam mendukung
(2013) menyatakan bahwa perawatan kehamilan ibu.
pemberdayaan kader Posyandu Sikap Kader terkait perilaku
berpengaruh secara bermakna sebelum perawatan kehamilan yang diukur
dan sesudah diberikan intervensi. dalam kegiatan ini menggunakan 20
Menurut penelitian item pertanyaan. Intervensi dilakukan
Soeparmanto di Malang (1999), bahwa dengan memberikan materi kepada
factor yang mempengaruhi perilaku kader terkait dengan peran kader
penyuluhan kader posyandu adalah dengan metode ceramah dan diskusi
perilaku pembina kader, pendapat (tanya jawab).
pada nilai-nilai perawatan kehamilan,
kepercayaan kader pada perawatan Hasil distribusi sikap kader
kehamilan, tingkat pengetahuan kader tentang perawatan kehamilan (secara
dan kelengkapan alat untuk lengkap dapat dilihat di tabel 8)
penyuluhan. Sehingga, kurang
efektivitasnya metode ceramah
sebagai cara metode yang digunakan
dalam pendidikan kesehatan ini
dimungkinkan karena adanya
ketidaklengkapan alat untuk
penyuluhan.
3. Efektifitas Pelatihan dalam
Peningkatan Sikap Kader
Sama seperti pengukuran
efektifitas pengetahuan, pengukuran
efektifitas pelatihan terhadap sikap
kader diukur dengan membandingkan
hasil intervensi pada kelompok
perlakuan dengan kelompok
pembanding/kontrol sebelum dan
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 21

Tabel 8 Hasil Independent T Test Sikap Terkait Perilaku Perawatan Kehamilan


Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sebelum Mendapat
Pendidikan Kesehatan

Variabel Nilai Rata - t (koefisien p value keterangan


Rata beda)
pre test sikap terkait perilaku perawatan kehamilan
Kelompok 65.97
Perlakuan
-0.875 0.384 Tidak Signifikan
Kelompok 67.31
Kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Pada kelompok perlakuan menjadi nilai terendah 58 dan nilai
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre tertinggi 78.
test adalah 65.97 dan mengalami Kondisi awal sikap dari
sedikit kenaikan pada saat post test kelompok intervensi maupun
yaitu 68.16. Pada saat pre test, nilai kelompok kontrol diukur dengan uji
terendah variabel yaitu 38 dan nilai Independent T Test. Uji beda kondisi
tertinggi yaitu 77, kemudian awal sikap perawatan kehamilan dari
mengalami peningkatan pada saat post dua kelompok menunjukkan nilai p
test yaitu menjadi nilai terendah 60 sebesar 0.384 (tabel 9), tidak ada
dan nilai tertinggi 79. Sedangkan pada perbedaan sikap terkait perilaku
kelompok kontrol, sikap terkait perawatan kehamilan pada saat pre
perawatan kehamilan berdasarkan test antara kelompok perlakuan dan
table 8 menunjukkan bahwa nilai rata- kelompok kontrol sebelum mendapat
rata pre test adalah 67.32 dan pendidikan kesehatan. Kondisi ini
mengalami sedikit kenaikan pada saat sesuai hipotesis peneliti bahwa
post test menjadi 68.29. Pada saat pre sebelum perlakuan dilakukan dua
test, nilai terendah yaitu 58 dan nilai kelompok diharapkan dalam kondisi
tertinggi yaitu 79, kemudian tidak yang sama.
berubah pada saat post test yaitu
Tabel 9 Hasil Uji Paired T Test Sikap Terkait Perilaku Perawatan Kehamilan
Responden Kelompok Perlakuan

T (koefisien beda) p value


Sikap terkait perilaku -1.897 0.066
perawatan kehamilan pre
test deibandingkan dengan
post test

Sumber : Data Primer Terolah 2017


22 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

Hasil uji beda pada kelompok sesudah mendapat pendidikan


perlakuan terkait sikap kader terkait kesehatan dapat dilihat dalam tabel 10.
perawatan kehamilan sebelum dan

Tabel 10 Hasil Uji Paired T Test Sikap Terkait Perilaku Perawatan Kehamilan
Responden Kelompok Kontrol

T (koefisien beda) p value


Sikap terkait perilaku -1.440 0.158
perawatan kehamilan pre
test deibandingkan
dengan post test
Sumber : Data Primer Terolah 2017

Nilai p untuk perbandingan sikap terkait perilaku perawatan


sikap terkait perilaku perawatan kehamilan sebelum dan sesudah
kehamilan sebelum dan sesudah mendapat pendidikan kesehatan pada
mendapat pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol adalah p= 0.158
kelompok perlakuan adalah 0.066, (tabel 11) tidak terdapat perbedaan
tidak terdapat perbedaan secara secara signifikan sikap terkait perilaku
signifikan sikap terkait perilaku perawatan kehamilan sebelum dan
perawatan kehamilan sebelum dan sesudah mendapat pendidikan
sesudah mendapat pendidikan kesehatan.
kesehatan. Sedangkan perbandingan
Tabel 11 Hasil Independent T Test Sikap Terkait Perilaku Perawatan
Kehamilan Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sesudah
Mendapat Pendidikan Kesehatan

Variabel Nilai Rata - t (koefisien p value keterangan


Rata beda)
Post test sikap terkait perilaku perawatan kehamilan
Kelompok 68.16
Perlakuan Tidak
-0.107 0.915
Kelompok 68.29 Signifikan
Kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Perbandingan hasil akhir yaitu perbedaan yang signifikan variabel
setelah perlakuan antara kelompok sikap terkait perilaku perawatan
perlakuan dan kelompok kontrol, hasil kehamilan pada kelompok perlakuan
uji Independent T Test diperoleh nilai dengan kelompok kontrol sesudah
p sebesar 0.915 (tabel 12), tidak ada diberi pendidikan kesehatan.
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 23

Pemberian intervensi dengan kader. Hal ini dikarenakan kader


metode ini kurang efektif. Penelitian mempunyai kemauan yang tinggi
ini sejalan dengan penelitian Wijayanti untuk berpartisipasi ditunjukkan dari
di Kediri (2014) yang menyatakan 40 kader yang ada, sebesar 95% kader
bahwa berdasarkan analisis kovarians menghadiri undangan kegiatan
dengan menggunakan data pre test dan intervensi. Selain itu, berdasarkan
post test sikap sebagai perancu distribusi usia Kader yang hadir bahwa
diperoleh nilai p=0,213 yang artinya semua adalah ibu-ibu, sehingga pernah
tidak ada perbedaan peningkatan sikap melakukan perawatan kehamilan.
kader posyandu pasca pelaksanaan dan Dapat dikatakan bahwa kader telah
diskusi (tanya jawab). Peningkatan mempunyai pengalaman perawatan
sikap responden yang menunjukkan kehamilan sebelumnya. Sehingga
hasil tidak efektif pada penelitian ini menyebabkan tidak adanya perbedaan
dipengaruhi oleh jangka waktu sikap tentang perawatan kehamilan
pengambilan data yang dilakukan satu sebelum dan sesudah intervensi.
hari yang sama padahal perubahan 4. Efektifitas Pelatihan dalam
sikap seseorang juga dipengaruhi oleh Peningkatan Ketrampilan Kader
jangka waktu seseorang dalam Ketrampilan kader sebagai
mengingat suatu pesan. Sesuai teori pendamping keluarga diukur dengan
yang mengungkapkan bahwa orang check list, dilakukan dengan
kemungkinan masih mengingat isi observasi oleh peneliti kepada kader
pesan yang disampaikan dalamwaktu ketika kader praktik menyampaikan
10-14 hari setelah pesan itu
informasi kepada sasaran.
disampaikan akan tetapi lupa
Keterampilan kader dalam
padasiapa sumber pesan, yang pada
menjadi fasilitator yang diukur dalam
akhirnya perubahan sikap yang terjadi
kegiatan ini menggunakan 18 item
tidak akan sebanyak sewaktu masih
pertanyaan. Ketrampilan diukur
ingat siapa sumber pesan atau
dengan melakukan observasi kepada
komunikatornya.
kader dalam melakukan praktik
Namun penelitian ini tidak
pemberian edukasi kepada kelompok.
sejalan dengan Patompo dan Sukirman
Intervensi dilakukan dengan
(2011) yang menyatakan bahwa
memberikan ceramah dan tanya jawab
kegiatan pemberian intervensi kepada
.
kader menyebabkan perbedaan sikap
24 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

Tabel 12 Keterampilan Kader dalam menjadi Fasilitator pada Kelompok


Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Variabel n Nilai rata- Nilai Nilai Minimal – Peningkatan
rata tengah Nilai Maksimal (%)
(mean) (median)
Kelompok Perlakuan
Pre test 38 12.87 13.00 5 – 18
6.91
Post test 38 13.76 14.00 9 – 17
Kelompok Kontrol
Pre test 38 12.16 12.50 7 – 15
1.27
Post test 38 13.53 14.00 10 - 17

Hasil analisis distribusi menjadi 13.53. Nilai median pre test


variabel keterampilan kader dalam dan post test juga sedikit mengalami
menjadi fasilitator pada kelompok kenaikan dari 12.50 menjadi 14.00.
perlakuan berdasarkan tabel 12 Pada saat pre test, nilai terendah yaitu

menunjukkan bahwa nilai rata-rata 7 dan nilai tertinggi yaitu 15,

pre test adalah 12.87 dan mengalami kemudian sedikit berubah pada saat

sedikit kenaikan pada saat post test post test yaitu menjadi nilai terendah
10 dan nilai tertinggi 17.
yaitu 13.76. Pada saat pre test, nilai
Kondisi awal ketrampilan
terendah variabel yaitu 5 dan nilai
kader dari 2 kelompok menunjukkan
tertinggi yaitu 18, kemudian
kondisi yang sama. Independent T
mengalami sedikit mengalami
Test diperoleh nilai p sebesar 0.189,
peningkatan pada saat post test yaitu
tidak ada perbedaan keterampilan
menjadi nilai terendah 9 dan nilai
kader dalam menjadi fasilitator pada
tertinggi 17. Sedangkan pada
saat pre test yang signifikan antara
kelopmpok kontrol nilai rata-rata pre
kelompok perlakuan dan kelompok
test adalah 12.16 dan mengalami
kontrol sebelum mendapat pendidikan
sedikit kenaikan pada saat post test
kesehatan (tabel 13).

Tabel 13 Hasil Independent T Test Keterampilan Kader dalam menjadi


Fasilitator Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sebelum
Mendapat Pendidikan Kesehatan

Variabel Peringkat Z (koefisien p value Keterangan


Rata - Rata beda)
Post test keterampilan kader dalam menjadi fasilitator
Kelompok 41.78
Perlakuan Tidak
-1.313 0.189
Kelompok 35.22 Signifikan
Kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 25

Hasil uji beda pada kelompok Nilai p = 0.069 berarti tidak perbedaan
perlakuan terkait ketrampilan kader secara signifikan keterampilan kader
untuk menjadi fasilitator pendamping dalam menjadi fasilitator sebelum dan
keluarga ibu hamil sebelum dan sesudah mendapat pendidikan
sesudah mendapat pendidikan kesehatan (tabel 14).
kesehatan dapat dilihat dalam tabel 10.
Tabel 14 Hasil Uji Paired T Test Keterampilan Kader dalam menjadi Fasilitator
Responden Kelompok Perlakuan

T (koefisien beda) p value


Sikap terkait perilaku -1.871 0.069
perawatan kehamilan pre
test deibandingkan
dengan post test
Sumber : Data Primer Terolah 2017

Sedangkan nilai p untuk 0.05, sehingga dapat disimpulkan


perbandingan keterampilan kader bahwa terdapat perbedaan secara
dalam menjadi fasilitator sebelum signifikan keterampilan kader
dan sesudah mendapat pendidikan dalam menjadi fasilitator sebelum
kesehatan pada kelompok kontrol dan sesudah mendapat pendidikan
adalah 0.000 berarti nilai p < kesehatan (tabel 15).

Tabel 15 Hasil Independent T Test Keterampilan Kader dalam menjadi


Fasilitator Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sesudah
Mendapat Pendidikan Kesehatan

Variabel Nilai Rata - t (koefisien p value keterangan


Rata beda)
Post test keterampilan kader dalam menjadi fasilitator
Kelompok 13.76
Perlakuan Tidak
-0.518 0.606
Kelompok 13.52 Signifikan
Kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2017
Hasil akhir perbandingan kontrol sesudah diberi pendidikan
kelompok kontrol dan kelompok kesehatan (tabel 15).
perlakuan setelah intervensi Peningkatan keterampilan kader
menunjukkan tidak ada perbedaan yang menunjukkan hasil tidak efektif
signifikan, dengan nilai p = 0.915 pada penelitian ini dipengaruhi oleh
berarti p > 0.05, tidak ada perbedaan jangka waktu pengambilan data yang
yang signifikan variabel ketrampilan dilakukan satu hari yang sama padahal
kader dalam menjadi fasilitator pada perubahan keterampilan seseorang
kelompok perlakuan dengan kelompok juga dipengaruhi oleh jangka waktu
seseorang dalam mengingat suatu
26 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 13-27

pesan. Sesuai teori yang di metode pelatihan, metode pelatihan yang


mengungkapkan bahwa orang dilakukan seharusnya memilih metode yang
kemungkinan masih mengingat isi lebih interaktif, seperti diskusi kelompok

pesan yang disampaikan dalamwaktu atau brain storming.

10-14 hari setelah pesan itu


disampaikan akan tetapi lupa
padasiapa sumber pesan, yang pada UCAPAN TERIMA KASIH
akhirnya perubahan keterampilan Peneliti mengucapkan terima kasih
yang terjadi tidak akan sebanyak kepada LPPM UNSOED yang telah
sewaktu masih ingat siapa sumber membantu memberikan bantuan dana
pesan atau komunikatornya. Kegiatan untuk dapat terlaksananya kegiatan
pemberian intervensi dengan metode penelitian ini.
ceramah tidak efektif karena menurut
teori bahwa mengubah keterampilan DAFTAR PUSTAKA
seseorang tidak bisa dilakukan dengan Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan
metode ceramah dan diskusi (tanya Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
jawab). Selain itu apabila ingin Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2012.
Laporan Kesehatan Ibu dan Anak. P2
mengetahui bagaimana keterampilan Yankes.: Banyumas.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2015.
seseorang, maka harus dilakukan Laporan Kesehatan Ibu dan Anak. P2
dalam jangka waktu minimal 3 bulan Yankes.: Banyumas
Gamelia E, Purnamasari DU, Anandari D. 2015;
pengamatan. Model Promosi Kesehatan Berbasis
Perdesaan Dalam Perawatan
Penelitian ini tidak sejalan Kehamilan Ibu di Kabupaten
Banyumas. Riset Institusional
dengan penelitian Kurniawan, 2014
Universitas Jenderal Soedirman.
yang menyatakan bahwa pelatihan Gamelia E, Purnamasari DU, Anandari D. 2016.
Rural-Based Health Promotion Model
berpengaruh terhadap pengetahuan for Pregnant Women in Banyumas
District. Jurnal Kesehatan Masyarakat
dan keterampilan mahasiswa UKM Nasional. Volume 12 No 1
plakat Jurusan Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2013. Profil Kesehatan Indonesia.
(Kurniawan, 2014) Kurniawan,A. 2014. Pengaruh Pelatihan
Pembuatan Media Cetak Kesehatan
SIMPULAN DAN SARAN Lingkungan Terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Mahasiswa UKM Plakat
Efektifitas pelatihan dalam Jurusan Kesehatan Masyarakat
UNSOED. Jurnal Kesmas Indonesia.
peningkatan pengetahuan, sikap dan
Volume 7 No 1
ketrampilan kader sebagai fasilitator Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka
pendamping keluarga ibu hamil dalam Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Pengantar Pendidikan
penelitian ini tidak efektif. Saran untuk
Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka
kegiatan penelitian serupa adalah perbaikan Cipta. Jakarta.
Arrum F.A, Efektifitas Pelatihan Peningkatan Peran Kader 27

Patompo dan Sukirman. 2011. Pengaruh


Penyuluhan Kesehatan Metode
Ceramah tentang Tanaman Obat
Keluarga terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap Kader
Kesehatan, Jurnal Pendidikan Dokter.
Vol.7 No 8.
Rahmaniar AMB, Taslim NA, Bahar
B. 2013. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kekurangan Energi Kronis
pada Ibu Hamil di Tampa Padang,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Saputri, YFE. 2014. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Metode Ceramah
Dan Audio Visual Terhadap
Pengetahuan Kader Tentang Sadari Di
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
(Naskah Publikasi)
Sarwani, D. 2014. Efektifitas Ceramah terhadap
Pengetahuan Kader Kesehatan tentang
Penyakit Talasemia di Kecamatan
Pekuncen dan Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas.
Volume 8 No 1.
Soeparmanto, P. 1999. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Penyuluhan
Kader Posyandu Kepada Ibu Hamil.
Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Vol 9 No 1
Susanti, ED. Pengaruh Pemberdayaan Kader
Posyandu terhadap Pengetahuan dan
Sikap Ibu Balita dalam Pemberian
Nutrisi di Posyandu Dusun Tambakrejo
Desa Sodo Kecamatan Paliyan
Kabupaten Gunung Kidul. (Naskah
Publikasi)
Wijayanti, W. 2014. Perbedaan Peningkatan
Pengetahuan Dan Sikap Kader
Posyandu Tentang Pelaksanaan
Relaktasi Pasca Penyuluhan Antara
Menggunakan Metode Diskusi
Kelompok Dan Ceramah Interaktif.
Jurnal Edu Health. Vol 4 No 2.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
KONDOM SECARA KONSISTEN PADA ODHA YANG MENGAKSES
TERAPI ANTIRETROVIRAL DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

CONSISTENT CONDOM USE AND ASSOCIATED FACTORS AMONG


PEOPLE LIVING WITH HIV/AIDS IN DR. KARIADI PUBLIC HOSPITAL,
SEMARANG

Tri Subiantoro1), Zahroh Shaluhiyah1), Syamsulhuda BM1)


1
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Sebagian ODHA yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dapat menimbulkan
risiko IMS, risiko infeksi HIV yang resisten dan risiko HIV pada pasangan. Penelitian ini
bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA
yang mengakses ARV di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan
desain cross sectional. Responden penelitian sebanyak 90 orang yang ditentukan secara purposive
sampling. Inkonsistensi kondom pada ODHA sebesar 32,2% dengan alasan terbanyak tidak
tersedia kondom (31%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom secara tidak
konsisten adalah laki-laki (p=0,031), lama diagnosis HIV ≥ 36 bulan (p=0,030), efikasi diri rendah
terhadap kondom (p=0,004), jumlah pasangan seksual multipel (p=0,008), tidak mendiskusikan
tentang kondom (p=0,001) dan sikap permisif pasangan seksual terhadap kondom (p=0,013).
Lama terapi ARV ≥ 36 bulan (p=0,013) dan status HIV pasangan seksual positif atau tidak
diketahui (p=0,024) berisiko lebih rendah terhadap inkonsistensi kondom. Komunikasi, Informasi
dan Edukasi tentang pentingnya penggunaan dan diskusi dengan pasangan tentang penggunaan
kondom ditargetkan pada ODHA laki-laki, yang memiliki pasangan seksual multipel, terdiagnosis
HIV ≥ 36 bulan dan jumlah CD4 rendah pada saat ODHA mengambil ARV dan atau kegiatan
Kelompok Dukungan Sebaya.

Kata Kunci : Kondom, ODHA, HIV/AIDS

ABSTRACT
Some PLHIVs in Semarang engage in unprotected sexual behaviors that may put them at
risk of contracting STIs, re-infection with drug resistant viral strains and transmit HIV to their
couples. This study was aimed to assess condom use and associated factors among PLHIVs in Dr.
Kariadi Public Hospital Semarang. A cross-sectional study was conducted. 90 PLHIVs were
included in the study selected. Inconsistent condom use among PLHIV was 32.2% with the major
reasons given for not using condoms were unavailable of condom (31%). Factors associated with
risky sexual practices included: being male (p=0,031), length of time since being HIV positive ≥
36 months (p=0,030), lack of self-efficacy in using condoms (p=0,004), multiple sexual partners
(p=0,008), not discussing about condom use (p=0,001) and attitudes of sexual partners toward
condom use (p=0,013). Positive sero-status partner or partners of unknown sero-status (p=0,013)
and taking ARV for longer time (p=0,024) were associated with less inconsistent condom use.
Information, Education and Communication on the importance and discussion about condom use
for PLHIVs should target to male PLHIVs with his partner, had been diagnosed HIV ≥ 36 months,
have multiple sexual partner with low CD4 count at follow up care and or Peer Support Group
activities.

Keywords : Condom, PLHIVs, HIV/AIDS

28
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 29

PENDAHULUAN (Mardhiati & Handayani, 2011)


Penemuan obat antiretroviral Sebagian ODHA di Semarang
(ARV) tahun 1996 menurunkan melakukan hubungan seksual tanpa
angka kematian dan kesakitan serta kondom pada hubungan seksual
meningkatkan kualitas hidup ODHA. sesama ODHA. (Masfiah, 2008)
(Kemenkes, 2014) Case Fatality Perluasan akses ART dan
Rate akibat AIDS di Indonesia peningkatan jumlah ODHA yang
menurun dari 13,86% (2004) hidup lebih lama membentuk sumber
menjadi 1,67% (2013). Hasil potensial infeksi saat viral load HIV
penelitian di Inggris (2014) masih terdeteksi tetapi kesehatan
menunjukkan perkiraan usia membaik. Apabila ODHA tidak
meninggal ODHA dilihat dari usia konsisten menggunakan kondom,
saat memulai ART hampir sama menempatkan diri mereka dalam
dibandingkan populasi umum. (T. risiko infeksi menular seksual,
May, et al., 2014) infeksi HIV jenis lain, dan
Pada awalnya, kondisi menempatkan pasangan ODHA pada
kesehatan yang buruk mencegah risiko infeksi HIV (Engedashet,
ODHA dari aktivitas seksual. ART Worku, & Tes, 2014)
dapat memperbaiki kondisi Penelitian Komisi
kesehatan ODHA sehingga hasrat Penanggulangan AIDS Nasional
seksual muncul kembali dan ODHA pada ODHA di Indonesia termasuk
dapat terlibat kembali dalam 23 ODHA di Jawa Tengah
hubungan seksual (Allen, et al., (Semarang dan Salatiga)
2011) menunjukkan sebanyak 35 responden
Penelitian Spiritia dan menderita IMS (KPAN, 2006)
Universitas Muhammadiyah Prof. Beberapa jenis infeksi oportunistik
Dr. Hamka di 53 kabupaten pada ODHA di RSUP Dr. Kariadi
Indonesia menunjukkan ODHA yang Semarang yang dilaporkan pada
masih aktif melakukan hubungan tahun 2009 dan termasuk dalam IMS
seksual sebanyak 72,5% dan 51,3% adalah herpes (1,4%) dan
ODHA selalu menggunakan kondom Candidiasis vaginalis (1,1%) (Sofro,
setiap berhubungan seksual 2009)
30 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

Berdasarkan estimasi Jawa Tengah termasuk Semarang


Kementerian Kesehatan dan KPAN, menunjukkan 80% LSL tidak
jumlah ODHA di Indonesia tahun mempunyai pasangan seks tetap,
2006 sebanyak 193.030 orang, 11% 7,1% mempunyai pasangan tetap
di antaranya memiliki pasangan wanita tinggal bersama dan 12,9%
tetap. Prevalensi HIV di kelompok mempunyai pasangan tetap pria
pasangan tetap ODHA dikhawatirkan tinggal bersama. Hal ini berarti LSL
meningkat apabila ODHA tidak berisiko menularkan dan tertular
mempraktikkan hubungan seksual HIV serta IMS dari partner
dengan kondom. (Sugiarto, 2011) seksualnya saat mereka belum
Penelitian Spiritia dan Universitas ataupun setelah mengetahui status
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka di HIVnya (Demartoto, 2012)
53 kabupaten Indonesia Laporan bulanan perawatan
menunjukkan sebagian besar ODHA HIV dan ART Dinas Kesehatan Kota
menikah (43%) (Mardhiati & Semarang menunjukkan jumlah
Handayani, 2011) kumulatif orang dengan ART sampai
Sampai Juli 2012 ditemukan akhir Oktober 2015 adalah 938 orang
1.981 ODHA di Semarang dan terbesar berasal dari RSUP Dr.
didominasi pelanggan pekerja seks Kariadi Semarang yaitu 577 orang
komersial (PSK) sebanyak 43%, dengan golongan usia terbanyak 20-
sedangkan ODHA pada PSK 49 tahun.
sebanyak 13% (257 orang). Setiap Berdasarkan latar belakang di
malam dari 257 PSK yang mengidap atas, menjadi penting untuk
HIV, maka terdapat 771 laki-laki dilakukan penelitian mengenai
dewasa yang berisiko tertular HIV penggunaan kondom secara
(257 PSK dikali 3 pelanggan PSK). konsisten pada ODHA yang
Apabila di antara mereka memiliki mengakses antiretroviral di RSUP
istri maka akan terjadi penularan Dr. Kariadi Semarang dan faktor-
HIV pada istri mereka. (AIDS faktor yang mempengaruhinya.
Watch, 2012)
Penelitian tahun 2010 pada
kelompok lelaki seks lelaki (LSL) di
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 31

METODE kuesioner terstruktur berdasarkan


Jenis penelitian yang dipakai Social Learning Theory berisi
adalah explanatory research dengan informasi mengenai karakteristik
pendekatan cross sectional. sosiodemografi (jenis kelamin, usia,
Penelitian ini dilakukan dengan agama, jenis pekerjaan, tingkat
metode kuantitatif. Populasi pendidikan, dan status pernikahan,
terjangkau adalah ODHA dewasa orientasi seksual), status kesehatan
yang aktif dalam hubungan seksual (durasi terdiagnosis HIV, lama terapi
dan tercatat aktif mengakses ART di ARV, dan jumlah CD4), faktor
RSUP Dr. Kariadi Semarang sampai personal yang terdiri dari riwayat
Mei 2016. Jumlah ODHA lebih dari faktor risiko HIV, pengetahuan
20 tahun yang aktif mengakses ART tentang IMS, HIV/AIDS, kondom
di RSUP Dr. Kariadi sampai bulan dan pencegahan positif, sikap terkait
Mei 2016 adalah 607 orang. penggunaan kondom secara
Kriteria inklusi penelitian konsisten, efikasi diri terhadap
meliputi berusia 17 tahun ke atas, penggunaan kondom dan faktor
aktif dalam hubungan seksual lingkungan yang terdiri karakteristik
sebulan terakhir, datang mengambil terkait pasangan seksual (jumlah,
ARV saat penelitian dilakukan jenis, status HIV dan lama tinggal
(Oktober-November 2016) dan dengan pasangan sekarang), diskusi
bersedia untuk menjadi responden. tentang penggunaan kondom dengan
Kriteria eksklusi penelitian meliputi pasangan dan sikap pasangan seksual
ODHA yang tidak dapat terhadap penggunaan kondom dan
berkomunikasi dengan baik dan penggunaan kondom secara
menderita penyakit atau gangguan konsisten pada responden.
jiwa berat. Jumlah sampel minimal Sebelum dilakukan
90 orang diambil menggunakan rule pengumpulan data, dilakukan uji
of thumb karena jumlah pasti validitas dan reliabilitas kuesioner di
populasi terjangkau tidak diketahui Balai Kesehatan Paru Masyarakat
dengan teknik purposive sampling. Wilayah Semarang. Analisis data
Pengumpulan data dengan mengunakan software SPSS dengan
face to face interview menggunakan dengan cara univariat (distribusi
32 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

frekuensi), bivariat (x2 dan Fisher’s terapi ARV (≥ 36 bulan) (51,1%),


Exact Test), dan multivariat (regresi dan memiliki jumlah CD4 ≥ 200
logistik). Persetujuan etika diperoleh sel/mm3 (77,8%). Hasil analisis
dari Komisi Etik Penelitian bivariat menunjukkan jumlah CD4
Kesehatan FK UNDIP/RSUP Dr. berhubungan dengan penggunaan
Kariadi Semarang. kondom (p value=0,028) dan hasil
tabulasi silang menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN inkonsistensi kondom lebih besar
A. Karakteristik Sosiodemografi (55%) pada ODHA dengan CD4 <
Berdasarkan hasil analisis 200 sel/mm3 (Tabel 1). Hasil analisis
univariat, sebagian besar responden multivariat menunjukkan jumlah
berjenis kelamin laki-laki (67,8%), CD4 tidak lagi berhubungan dengan
berusia dewasa muda (< 36 tahun) penggunaan kondom, sedangkan
(51,1%), beragama Islam (86,7%), lama terdiagnosis HIV (p value=
bekerja (73,3%), jenjang pendidikan 0,03) dan lama terapi ARV (p value=
terakhir SMA (51,1%), sudah 0,013) hubungan dengan penggunaan
menikah (60%), dan heteroseksual kondom. Lama terapi ARV bersifat
(72,2%). Hasil analisis bivariat protektif terhadap inkonsistensi
menunjukkan semua faktor penggunaan kondom (Tabel 2).
sosiodemografi tidak berhubungan C. Faktor Personal
terhadap penggunaan kondom, Hasil analisis univariat
sementara jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar
berhubungan terhadap penggunaan responden memiliki riwayat faktor
kondom pada analisis multivariat (p risiko penularan HIV sebagai
value=0,031 dan OR=28,244). pelanggan WPS (36,7%). Sebagian
(Tabel 1). besar responden (53,3%) memiliki
B. Status Kesehatan pengetahuan yang baik tentang IMS
Hasil analisis univariat terkait dan HIV/AIDS, kondom dan
status kesehatan menunjukkan bahwa pencegahan positif, memiliki sikap
sebagian besar responden sudah lama positif terhadap penggunaan kondom
terdiagnosis HIV (≥ 36 bulan) (75,6%), memiliki efikasi diri yang
(54,4%), sudah lama mendapatkan
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 33

tinggi terhadap penggunaan kondom (47,8%), dan belum lama (<48


yang konsisten (81,1%). bulan) tinggal dengan pasangan
Berdasarkan hasil analisis seksual mereka (54,7%),
bivariat dan multivariat, riwayat mendiskusikan penggunaan kondom
faktor risiko penularan dan dengan pasangan seksual (71,1%),
pengetahuan tentang IMS, dan memiliki sikap yang positif
HIV/AIDS, kondom dan pencegahan terhadap pendapat pasangan tentang
positif tidak berhubungan terhadap penggunaan kondom (77,8%).
penggunaan kondom pada ODHA. Jika dilihat dari hasil analisis
Apabila dilihat dari hasil analisis bivariat karakteristik pasangan
bivariat, sikap terkait penggunaan seksual tidak berhubungan terhadap
kondom berhubungan terhadap penggunaan kondom pada ODHA.
penggunaan kondom (p value= Sementara hasil analisis multivariat
0,005), tetapi pada analisis menunjukkan bahwa jumlah
multivariat tidak lagi berhubungan pasangan seksual (p value=0,008 dan
terhadap penggunaan kondom pada OR= 53,778) dan status HIV
ODHA. Jika dilihat dari hasil analisis pasangan seksual (p value=0,024 dan
bivariat (p value=0,000) dan OR=0,056) berhubungan dengan
multivariat (p value=0,004 dan Odds penggunaan kondom pada ODHA.
Ratio 20,287) efikasi diri terhadap ODHA yang memiliki pasangan
penggunaan kondom memiliki seksual lebih multipel mungkin
hubungan terhadap penggunaan untuk menggunakan kondom secara
kondom (Tabel 1 dan Tabel 2). tidak konsisten. ODHA yang
D. Karakteristik Terkait memiliki pasangan positif
Pasangan Seksual (serokonkordan) atau tidak
Berdasarkan hasil analisis mengetahui status HIV pasangan,
univariat, sebagian besar responden lebih kecil kemungkinannya untuk
memiliki satu pasangan seksual menggunakan kondom secara tidak
dalam hubungan seksual satu bulan konsisten. Hasil analisis bivariat (p
terakhir (92,2%), memiliki pasangan value=0,000) dan multivariat (p
tetap (66,7%), tidak mengetahui value=0,001 dan OR=38,682)
status HIV pasangan seksual mereka menunjukkan bahwa diskusi tentang
34 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

kondom berhubungan dengan 10,7) menunjukkan sikap pasangan


penggunaan kondom. Hasil analisis seksual berhubungan terhadap
bivariat (p value= 0,006) dan penggunaan kondom (Tabel 1 dan
multivariat (p value=0,013 dan OR= Tabel 2).
Tabel 1. Hasil Analisis Bivariat

No Variabel Independen Jenis Uji p value


1 Jenis Kelamin x2 0,577
2 Usia x2 0,449
3 Agama Fisher 1,000
4 Status Pekerjaan x2 0,696
5 Tingkat Pendidikan x2 1,000
6 Status Pernikahan x2 0,334
7 Jenis Orientasi Seksual x2 0,780
8 Riwayat Faktor Risiko x2 0,318
9 Lama Diagnosis HIV x2 0,300
10 Lama Terapi ARV x2 0,134
11 Jumlah CD4 x2 0,028
12 Tingkat Pengetahuan x2 0,180
13 Sikap x2 0,005
14 Efikasi Diri x2 0,000
15 Jumlah Pasangan Seksual Fisher 0,206
16 Jenis Pasangan Seksual x2 0,577
17 Status HIV Pasangan Seksual x2 0,950
18 Lama Tinggal dengan Pasangan Seksual x2 1,000
19 Diskusi x2 0,000
20 Sikap Pasangan Seksual x2 0,006

Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik

Variabel Koefisien p value OR 95% CI


Jenis Kelamin 3,341 0,031 28,244 1,356-588,311
Lama Diagnosis HIV 4,395 0,030 81,034 1,545-4250,861
Lama Terapi ARV -5,178 0,013 0,006 0,000-0,337
Efikasi Diri 3,010 0,004 20,287 2,591-158,834
Jumlah Pasangan Sekual 3,985 0,008 53,778 2,843-1017,156
Status HIV Pasangan -2,885 0,024 0,056 0,005-0,689
Diskusi 3,655 0,001 38,682 4,243-352,687
Sikap Pasangan Seksual 2,370 0,013 10,7 1,635-70,043

A. Karakteristik Sosiodemografi kondom pada analisis multivariat.


Hasil analisis bivariat Hasil penelitian sama dengan
menunjukkan semua faktor penelitian di Kota Debrezeit Ethiopia
sosiodemografi tidak berhubungan yang menunjukkan jenis kelamin
terhadap penggunaan kondom, berhubungan dengan penggunaan
sementara jenis kelamin kondom pada ODHA. Persamaan
berhubungan terhadap penggunaan hasil penelitian karena persamaan
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 35

karakteristik responden dan Hasil ini sama dengan hasil


penggunaan kondom ditanyakan penelitian di Uganda yang
dalam ditanyakan hubungan seksual menyebutkan ODHA yang
dalam satu bulan terakhir mendapatkan terapi ARV kurang
(Engedashet, Worku, & Tes, 2014) dari 1 tahun dan 1-2 tahun lebih
Setiap kelompok sosial yang mungkin untuk menggunakan
mendiami suatu wilayah tertentu kondom secara tidak konsisten. Hasil
memiliki sistem sosial dan sistem penelitian ini sama karena sebagian
budaya berbeda yang akhirnya responden mendapatkan terapi ARV
membentuk perilaku mereka. yang lebih lama yaitu di Uganda
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh lebih dari setahun dan penelitian ini
kondisi demografis dan geografis. lebih dari 36 bulan (Ayiga, 2012)
Hal ini memungkinkan terjadinya ODHA menggunakan kondom
perbedaan dalam pengaruh setelah terapi ARV untuk menjaga
sosiodemografi terhadap penggunaan pasangan seksual mereka dari infeksi
kondom di berbagai wilayah HIV sesuai dengan hasil analisis
(Notoatmodjo, 2007) univariat bahwa sebagian besar
B. Status Kesehatan ODHA 84,5% memiliki pasangan
Jumlah CD4 berhubungan seksual HIV negatif (serodiskordan)
dengan penggunaan kondom dan dan tidak mengetahui status HIV
hasil tabulasi silang menunjukkan pasangan (Ayiga, 2012) ODHA juga
inkonsistensi kondom lebih besar menggunakan kondom untuk
(55%) pada ODHA dengan CD4 < menjaga diri mereka dan pasangan
200 sel/mm3. Hasil analisis mereka yang sama-sama positif HIV
multivariat menunjukkan jumlah (serokonkordan) dari reinfeksi HIV
CD4 tidak lagi berhubungan dengan strain yang lain dan IMS.
penggunaan kondom, sedangkan Penggunaan kondom meningkat
lama terdiagnosis HIV dan lama seiring dengan semakin lama periode
terapi ARV hubungan dengan kontrol pasien karena program
penggunaan kondom. Lama terapi pencegahan dan konseling di antara
ARV bersifat protektif terhadap ODHA. Pesan dan informasi
inkonsistensi penggunaan kondom. pencegahan positif dari berbagai
36 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

pihak memiliki peran yang semakin rendah dapat disebabkan tidak semua
besar seiring berjalannya waktu ODHA mengikuti KDS sehingga
(Shewamene, Legesse, Tsega, kurang pengetahuan tentang risiko
Srikanth, Bhagavathula, & Endale, penularan HIV saat jumlah CD4
2015) rendah (Mardhiati & Handayani,
Penggunaan kondom secara 2011)
tidak konsisten lebih banyak pada C. Faktor Personal
ODHA dengan jumlah CD4 kurang Berdasarkan hasil analisis
dari 200 sel/mm3. Jumlah CD4 yang bivariat dan multivariat, riwayat
rendah dikaitkan dengan jumlah viral faktor risiko penularan HIV tidak
load yang tinggi sehingga berhubungan dengan penggunaan
meningkatkan risiko penularan HIV kondom. Hasil ini sama dengan hasil
pada pasangan seksual. Pada penelitian di Thailand yang
sebagian ODHA dengan stadium menunjukkan sumber infeksi HIV
lanjut dan jumlah CD4 yang rendah tidak berhubungan dengan
saat memulai ARV, jumlah CD4 penggunaan kondom pada ODHA.
tidak meningkat meskipun terjadi Hasil penelitian ini disebabkan
perbaikan klinis (Kemenkes, persamaan karakteristik sebagian
Pedoman Nasional Tatalaksana besar responden kedua penelitian
Klinis Infeksi HIV dan Terapi berasal dari hubungan heteroseksual
Antiretroviral pada Orang Dewasa yaitu 82,7% (Baipluthong, et al.,
dan Remaja, 2011) 2017) Biological events dalam Social
Pemeriksaan jumlah CD4 pada Learning Theory yang dialami
ODHA dilakukan pertama untuk ODHA saat terdiagnosis HIV dan
pertimbangan memulai terapi ARV, memulai terapi ARV mempengaruhi
evaluasi 6 bulan, 1 tahun dan 2 keputusan ODHA perilaku seksual
tahun. Hasil CD4 terakhir responden karena kedua kejadian tersebut
tidak bisa menjadi patokan status berhubungan dengan penularan HIV
kesehatan saat ini, tetapi temuan ini yang mereka alami. Berdasarkan
patut menjadi perhatian. hasil wawancara, sebagian besar
Inkonsistensi kondom yang tinggi responden tersebut sudah tidak
pada ODHA dengan jumlah CD4 melakukan perilaku berisiko tersebut
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 37

karena permasalahan kesehatan kondom. Hasil ini berbeda


terkait HIV yang dialami (Bandura, disebabkan penelitian di Myanmar
1977) menggunakan The IMB model of
Berdasarkan hasil analisis AIDS-risk reduction oleh Fisher and
bivariat dan multivariat pengetahuan Fisher (1992) sebagai kerangka kerja
tentang IMS, HIV/AIDS, kondom teoritis dan sebagai alat mengukur
dan pencegahan positif tidak hasil penelitian (Htay,
berhubungan terhadap penggunaan Maneesriwongul, Phuphaibul, &
kondom pada ODHA. Hasil ini sama Orathai, 2013) ODHA memiliki
dengan hasil penelitian di Brazil pengetahuan reinfeksi HIV tetapi
timur laut yang menyatakan bahwa tidak melakukan karena dipengaruhi
pengetahuan tentang reinfeksi HIV faktor pemungkian dan penguat
pada ODHA tidak berhubungan perilaku sesuai dengan teori
dengan praktik penggunaan kondom Lawrence Green (1980). Salah satu
pada ODHA. Hasil penelitian ini faktor pemungkin perilaku
sama,karena terkait pengetahuan dan penggunaan kondom pada ODHA
pengungkapan tentang status HIV adalah ketersediaan kondom sesuai
pada ODHA dan pasangan. temuan penting yang diungkapkan
Pengetahuan tentang pencegahan dalam penelitian ini (Gielen,
HIV tidak diimplementasikan dalam McDonald, Gary, & Bone, 2008)
bentuk tindakan dapat disebabkan Hasil analisis bivariat
karena bias keinginan sosial (Silva, menunjukkan sikap terkait
de Oliveira, de Oliveira Serra, de penggunaan kondom berhubungan
Andrade Arraes Rosa, & Ferreira, terhadap penggunaan kondom , tetapi
2015) Hasil ini berbeda dengan pada analisis multivariat tidak lagi
penelitian di Myanmar yang berhubungan terhadap penggunaan
menunjukkan pengetahuan tentang kondom pada ODHA. Hasil ini sama
penularan dan pencegahan HIV dangan penelitian di Kenya yang
memiliki pengaruh tidak langsung menunjukkan sikap terkait
yang kuat terhadap penggunaan penggunan kondom tidak
kondom pada ODHA melalui efikasi berhubungan dengan penggunaan
diri dan keterampilan penggunaan kondom pada ODHA karena
38 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

persamaan karakteristik responden penggunaan kondom pada ODHA


dan konsistensi penggunaan kondom (Htay, Maneesriwongul, Phuphaibul,
lebih banyak ditemukan pada & Orathai, 2013)
pasangan yang setuju terhadap Efikasi diri terhadap
penggunaan kondom. Hubungan penggunaan kondom memiliki
seksual tanpa kondom dikaitkan hubungan terhadap penggunaan
dengan persepsi kontrol pribadi yang kondom. Hasil ini sama dengan hasil
kecil tentang penggunaan kondom, penelitian di Myanmar yang
sikap kurang asertif dan keinginan menunjukkan bahwa efikasi diri
pasangan untuk memiliki anak terhadap penggunaan kondom adalah
(Macharia, Kombe, & Mwaniki, prediktor yang kuat dari
2015) Hasil ini berbeda dengan keterampilan penggunaan kondom.
penelitian di Myanmar yang Efikasi diri memiliki pengaruh
menunjukkan bahwa sikap terhadap secara tidak langsung yang
penggunaan kondom ODHA signifikan terhadap penggunaan
memiliki pengaruh kuat secara tidak kondom melalui keterampilan
langsung pada penggunaan kondom penggunaan kondom (Htay,
melalui efikasi diri dan keterampilan Maneesriwongul, Phuphaibul, &
penggunaan kondom. Model The Orathai, 2013) Menurut Bandura
Information-Motivation-Behavioral dalam Social Learning Theory,
skills (IMB) oleh Fisher and Fisher efikasi diri adalah keyakinan
(1992) menjelaskan penggunaan seseorang tentang kemampuannya
kondom dipengaruhi informasi sendiri untuk menjalankan perilaku
pengurangan risiko, motivasi dan atau mencapai tujuan tertentu.
keterampilan perilaku. The Causal Apabila keberhasilan seseorang lebih
Model of Condom Use yang banyak karena faktor dari luar,
merupakan modifikasi model IMB biasanya tidak akan membawa
menujukkan sikap memiliki pengaruh terhadap peningkatan
pengaruh terhadap penggunaan efikasi diri. Perilaku penggunaan
kondom baik secara langsung atau kondom pada ODHA tidak hanya
secara tidak langsung melalui efikasi tergantung dari dalam individu
diri dan melalui keterampilan ODHA tetapi terkait dengan
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 39

persetujuan dari pasangan (Bandura, praktik hubungan seksual berisiko


1977) yang lebih rendah. Persamaan hasil
D. Karakteristik Terkait penelitian ini karena persamaan
Pasangan Seksual sebagian besar responden memiliki
Hasil analisis bivariat satu pasangan seksual, sebagian
menunjukkan karakteristik pasangan besar memiliki pasangan tetap dan
seksual tidak berhubungan terhadap sebagian besar memiliki pasangan
penggunaan kondom pada ODHA. HIV positif atau tidak tahu status
Sementara hasil analisis multivariat HIV pasangan (Dessie, Gerbaba,
menunjukkan bahwa jumlah Bedru, & Davey, 2011) Semakin
pasangan seksual dan status HIV banyak pasangan seksual ODHA,
pasangan seksual berhubungan kemungkinan inkonsistensi kondom
dengan penggunaan kondom pada semakin tinggi karena alasan ODHA
ODHA. ODHA yang memiliki tidak memakai kondom terbesar
pasangan seksual lebih multipel kedua adalah ketika pasangan
mungkin untuk menggunakan seksual menolak menggunakan
kondom secara tidak konsisten. kondom (27,6%). Jumlah pasangan
ODHA yang memiliki pasangan seksual yang lebih banyak menjadi
positif (serokonkordan) atau tidak tantangan bagi ODHA untuk,
mengetahui status HIV pasangan, berdiskusi dan bernegosiasi tentang
lebih kecil kemungkinannya untuk penggunaan kondom. Jumlah
menggunakan kondom secara tidak inkonsistensi ODHA yang memiliki
konsisten. Hasil penelitian ini sama pasangan serokonkordan lebih tinggi.
dengan di Rumah Sakit Addis Ababa Hal ini dapat disebabkan
Ethiopia yang menunjukkan bahwa pengetahuan ODHA pada penelitian
jumlah pasangan seksual multipel ini tentang reinfeksi HIV dan peran
berhubungan dengan praktik kondom dalam mencegah reinfeksi
hubungan seksual berisiko pada HIV yang tidak begitu tinggi sebesar
ODHA. Hasil yang sama juga 70% dan 87,8%.
ditunjukkan dengan adanya Diskusi tentang kondom
hubungan tidak tahu status HIV berhubungan dengan penggunaan
pasangan berhubungan dengan kondom. Hasil ini sama dengan hasil
40 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

penelitian di Afrika Selatan dimana hasil penelitian karena persamaan


ODHA yang mendiskusikan HIV sebagian besar responden memiliki
dengan pasangan seksual mereka pasangan seksual tetap dan tidak
lebih mungkin untuk menggunakan mengatahui status HIV pasangan
kondom. Hasil penelitian ini sama seksual mereka (Macharia, Kombe,
karena persamaan karakteristik & Mwaniki, 2015) Berdasarkan
responden terkait diskusi tentang norma subjektif dalam Theory of
penggunaan kondom. Pembicaraan planned behavior, tekanan sosial
tentang kondom dan hubungan mempengaruhi seseorang untuk
seksual masih menjadi hal yang tabu melakukan perilaku. Seorang
baik di negara di kawasan Asia individu akan berniat menampilkan
maupun Afrika (Conserve, perilaku jika mempersepsi orang lain
Middelkoop, King, & Bekker, 2016) yang penting berfikir bahwa dirinya
Diskusi merupakan salah satu bentuk seharusnya melakukan hal itu..
interaksi antara individu dan Hubungan seksual tanpa kondom
lingkungan. Reciprocal determinism ODHA perempuan dikaitkan dengan
dalam Social Learning Theory persepsi kontrol pribadi yang kecil
menjelaskan bahwa tingkah laku terhadap penggunaan kondom,
manusia dalam bentuk interaksi kurang ketegasan dan keinginan
timbal balik yang terus menerus pasangan untuk memiliki anak.
antara determinan kognitif, Ketidaksetaraan gender
behavioral dan lingkungan (Bandura, mencerminkan resistensi laki-laki
1977) untuk menggunakan kondom dan
Sikap pasangan seksual mengabaikan kesadaran akan status
berhubungan terhadap penggunaan HIV perempuan (Ajzen, 1991)
kondom. Hasil ini sama dengan hasil
penelitian di Kenya yang E. Alasan Tidak Menggunakan
menyatakan konsistensi penggunaan Kondom
kondom 2 kali lebih besar pada Alasan terbesar tidak
ODHA yang memiliki pasangan menggunakan kondom karena tidak
yang bersikap setuju terhadap tersedia kondom (31%). Hal ini
penggunaan kondom. Persamaan karena tidak semua responden
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 41

mengetahui bahwa tersedia kondom masuk ruang dokter, menunggu obat


gratis di ruang tunggu poli Penyakit dan atau ketika sebelum dan sesudah
Tropis dan Infeksi RSUP Dr. Kariadi pelaksanaan pertemuan KDS.
Semarang dan responden malu untuk Peneliti meminta ijin kepada petugas
mengambil kondom karena terdapat kesehatan untuk melakukan
banyak orang. Penolakan pasangan wawancara di luar poli penyakit
menggunakan kondom menjadi tropik dan infeksi atas persetujuan
alasan terbesar kedua tidak jauh responden.
berbeda dengan penelitian di Kota
Debrezeit Ethiopia yang SIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan penolakan pasangan ODHA yang tidak konsisten
merupakan alasan terbesar dan menggunakan kondom dalam
ketidaktersediaan kondom menjadi hubungan seksual satu bulan terakhir
alasan ketiga terbesar ODHA tidak sebesar 32,2%. Alasan terbanyak
menggunakan kondom (Engedashet, tidak menggunakan kondom dalam
Worku, & Tes, 2014) hubungan seksual satu bulan terakhir
F. Keterbatasan Penelitian karena kondom tidak tersedia (31%).
Peneliti hanya mendapatkan 91 Responden yang berjenis kelamin
ODHA sebagai responden dan satu laki-laki, terdiagnosis HIV ≥ 36
responden tidak diikutkan karena bulan, memiliki efikasi diri yang
data tidak lengkap. Hal ini karena rendah terhadap penggunaan kondom
setelah dilakukan survei pendahuluan secara konsisten, memiliki jumlah
tidak terdapat data mengenai status pasangan seksual multipel, tidak atau
pernikahan atau data aktivitas mendiskusikan sebagian dengan
seksual responden saat ini. Peneliti pasangan seksual tentang
menyaring sendiri responden yang penggunaan kondom, dan memiliki
masih aktif melakukan hubungan sikap pasangan negatif terhadap
seksual dalam satu bulan terakhir. penggunaan kondom lebih mungkin
Responden memiliki keterbatasan untuk menggunakan kondom secara
waktu wawancara karena hanya tidak konsisten. Responden yang
memiliki kesempatan wawancara menerima terapi ARV ≥ 36 bulan
ketika pasien sedang menunggu dan memiliki pasangan
42 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

serokonkordan atau tidak tahu status Penyakit Tropik dan Infeksi RSUP
HIV pasangan memiliki Dr. Kariadi Semarang.
kemungkinan lebih rendah untuk Petugas kesehatan baik dokter
menggunakan kondom secara tidak maupun perawat yang melayani
konsisten. ODHA dengan jumlah ODHA di poli Penyakit Tropis dan
CD4 <200 sel/mm3 memiliki Infeksi memberikan komunikasi,
inkonsistensi kondom lebih besar informasi dan edukasi tentang
(55%). ODHA dengan pasangan pentingnya selalu menggunakan
serokonkordan memiliki kondom terutama ODHA laki-laki
inkonsistensi kondom lebih besar yang terdiagnosis HIV ≥ 36 bulan
(33,3%). dan memiliki pasangan seksual
ODHA laki-laki, baru multipel. Petugas kesehatan
mengkonsumsi ARV dan memiliki mengingatkan untuk mengajak
pasangan multipel dapat mengikuti pasangan ODHA melakukan VCT
kegiatan Kelompok Dukungan dan menjembatani diskusi antara
Sebaya yang diadakan RSUP Dr. ODHA dan pasangan terkait
Kariadi sebulan sekali secara rutin penggunaan kondom. Petugas
sebagai sarana bersosialisasi dan kesehatan menyediakan dan
menambah informasi mengenai mengingatkan ODHA untuk
pentingnya penggunaan kondom dan mengambil kondom.
meningkatkan sikap positif terkait Diperlukan penelitian kualitatif
pemakaian kondom. ODHA dan penelitian lebih lanjut tentang
mendorong pasangan yang belum cara intervensi yang paling tepat
diketahui status HIVnya untuk tentang penggunaan kondom pada
melakukan VCT. ODHA melakukan ODHA untuk mencegah penularan
diskusi dengan pasangan seksual HIV/AIDS yang lebih luas.
tentang pengguaan kondom baik
terkait manfaat dan cara pemakaian
kondom. ODHA harus proaktif
meminta kondom kepada petugas
kesehatan karena sudah tersedia
kondom gratis di ruang tunggu poli
Tri S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom 43

A. DAFTAR PUSTAKA Demartoto, A. (2012). Pengetahuan, Sikap


dan Perilaku Seksual Laki-laki
AIDS Watch. (2012). Retrieved Juni 9,
yang Berhubungan Seks dengan
2016, from AIDS Watch Indonesia:
Laki-laki (LSL) dalam Kaitannya
http://www.aidsindonesia.com/201
dengan HIV/AIDS. Universitas
2/09/kasus-hivaids-d-kota-
Sebelas Maret Surakarta, Program
semarang.html
Studi Magister Sosiologi,
Ajzen, I. (1991). The Thoory of Planned Surakarta.
Behavior. Organizational Behavior
Dessie, Y., Gerbaba, M., Bedru, A., &
and Human Decision Processes.,
Davey, G. (2011). Risky Sexual
50: 179-211.
Practices and Related Factors
Allen, C., Mbonye, M., Seeley, J., Birungi, Among ART Attendees in Addis
J., Wolff, B., Coutinho, A., et al. Ababa Public Hospitals,Ethiopia: A
(2011, May). ABC for People with Cross-Sectional study. BMC Public
HIV: Responses to Sexual Health, 11(422).
Behaviour Recommendations
Engedashet, E., Worku, A., & Tes, G.
among People Receiving
(2014). Unprotected Sexual
Antiretroviral Therapy in Jinja,
Practice and Associated Factors
Uganda. Culture, Health &
among People Living with HIV at
Sexuality, 13(No. 5).
Ante Retroviral Therapy Clinics in
Ayiga, N. (2012, September). Rates and Debrezeit Town, Ethiopia: A Cross
Predictors of Consistent Condom- Sectional Study. Reproductive
use by People Living with Health, 11(56).
HIV/AIDS on Antiretroviral
Gielen, A. C., McDonald, E. M., Gary, T.
Treatment in Uganda. J Health
L., & Bone, L. R. (2008). Using
Popul Nutr, 30(3).
The PRECEDE-PROCEED Model
Baipluthong, B., Anekthananon, T., To Apply Health Behavior
Munsakul, W., Jirajariyavej, S., Theories. In K. Glanz, B. K. Rimer,
Asavapiriyanont, S., & K. Viswanath, Health Behavior
Hancharoenkit, U., et al. (2017, And Health Education : Theory,
January). Implementation and Research, and Practice 4th Edition
assessment of a prevention with (pp. 408-417). San Francisco, CA:
positives intervention among Jossey-Bass.
people living with HIV at five
Htay, N. N., Maneesriwongul, W.,
hospitals in Thailand. PLoS ONE,
Phuphaibul, R., & Orathai, P.
12(2).
(2013, July-September). A Causal
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Model of Condom Use among
New Jersey: Prentice-Hall Inc. People Living with HIV/AIDS in
Myanmar. Pacific Rim Int J Nurs
Conserve, D. F., Middelkoop, K., King, G., Res, 17(3).
& Bekker, L.-G. (2016, February).
Factors Associated with HIV Kemenkes. (2011). Pedoman Nasional
Discussion and Condom Use with Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan
Sexual Partners in an Underserved Terapi Antiretroviral pada Orang
Community in South Africa. J Dewasa dan Remaja. Kementerian
Health Care Poor Underserved, Kesehatan Republik Indonesia,
27(1). Direktorat Jenderal Pengendalian
44 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 28-44

Penyakit. Jakarta: Kementerian Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan


Kesehatan RI. dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Shewamene, Z., Legesse, B., Tsega, B.,
Kementerian Kesehatan RI. Srikanth, A., Bhagavathula, &
Endale, A. (2015). Consistent
Kemenkes. (2014). Situasi dan Analisis condom use in HIV/AIDS patients
HIV/AIDS. Kementerian Kesehatan receiving antiretroviral therapy in
RI, Pusat Data dan Informasi, northwestern Ethiopia: implication
Jakarta. to reduce transmission and multiple
infections. HIV/AIDS – Research
KPAN. (2006). ODHA dan Akses Pelayanan
and Palliative Care, 7.
Kesehatan Dasar Penelitian
Partisipatif. Komisi Silva, W. d., de Oliveira, F. J., de Oliveira
Penanggulangan AIDS Nasional Serra, M. A., de Andrade Arraes
(KPAN), Jakarta. Rosa, C. R., & Ferreira, A. G.
(2015, September). Factors
Macharia, A. G., Kombe, Y., & Mwaniki, P.
associated with condom use in
(2015). Consistent Condom Use
people living with HIV/AIDS. Acta
among HIV Positive Women
Paul Enferm, 28(6).
Attending Comprehensive Care
Centre of Thika Level 5 Hospital, Sofro, M. A. (2009). HIV dan AIDS. RSUP
Kenya. World Journal of AIDS, 5. dr. Kariadi, Divisi Penyakit Infeksi
dan Tropik, Semarang.
Mardhiati, R., & Handayani, S. (2011).
Laporan Akhir Penelitian Peran Sugiarto, N. (2011, Februari). Penyebaran
Dukungan Sebaya Terhadap HIV/AIDS pada Pasangan Tetap
Peningkatan Mutu Hidup ODHA di ODHA di Indonesia. Cermin Dunia
Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kedokteran(182).
Yayasan Spiritia.
T. May, M., Gompels, M., Delpech, V.,
Masfiah, S. (2008). Gambaran Perilaku Porter, K., Orkin, C., Kegg, S., et
Berisiko ODHA (Orang Dengan al. (2014). Impact on Life
HIV dan AIDS) Kepada Pasangan Expectancy of HIV-1 Positive
Dan Status HIV Pasangan Di Kota Individuals of CD4 Cell Count and
Semarang Tahun 2008. Semarang: Viral Load Response to
Undergraduate thesis, Diponegoro Antiretroviral Therapy. AIDS,
University. 28(1193-1202).
PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DALAM PROMOSI
KESEHATAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA
IBU RUMAH TANGGA

THE APPLICATION OF SOSIODRAMA METHOD IN HEALTH


PROMOTION ABOUT HIV/AIDS TRANSMISSION
TOWARD HOUSEWIVES

Ulfah Agus Sukrillah, Sugeng Riyadi, Herry Prasetyo


Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang

ABSTRACT
Kinds of methodsin health promotion to address the spread and transmission of HIV/AIDS has
been applied to the society. The focus of today's HIV-AIDS is housewifes. Method ofsociodrama
about the transmission of HIV/AIDS aims to provide an understanding, appreciation and develop
their ability to solve the problem of HIV/AIDS through role play.The purpose of this research is to
determine the effect sociodrama in health promotion methods about transmission of HIV/AIDS
towards housewives. The method used is quasie xperimental with pre and post-test with control
group design, where it measures the difference between before and after intervention using control
groups. The differences between before and after the intervention are assumed to bethe effect of
the intervention. The result of reserach based on paired t test and independent t test both
intervention group and control group before and after the treatment has p value (0,000) < α
(0,05). It means that there was significant different in term of knowledge level between two groups.
Conclusion there is significant difference between sociodrama method with the use of audio-
visual media in the delivery of health promotion about the transmission of HIV / AIDS on
housewife.

Keywords : Sociodrama , health promotion , HIV / AIDS , housewife

ABSTRAK
Berbagai metode dalam promosi kesehatan untuk mengatasi penyebaran dan penularan HIV/AIDS
telah diaplikasikan kepada masyakarat. Fokus penularan HIV/AIDS sekarang ini adalah ibu rumah
tangga. Metode sosiodrama pada ibu rumah tangga tentang penularan HIV/AIDS bertujuan untuk
memberikan pemahaman, penghayatan dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
memecahkan masalah penularan HIV/AIDS melalui bermain peran. Untuk mengetahui pengaruh
metode sosiodrama dalam promosi kesehatan tentang penularan HIV/AIDS pada ibu rumah
tangga.
Metode yang digunakan adalah quasi experimental dengan pre-post test with control group design,
dimana rancangan ini mengukur perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
dengan menggunakan kelompok kontrol. Perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi
diasumsikan merupakan efek dari intervensi.Berdasarkan hasil uji beda kelompok berpasangan dan
tidak berpasangan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol
didapatkan p value (0,000) < α (0,05) artinya ada perbedaan yang bermakna tingkat pengetahuan
pada kedua kelompok.Terdapat perbedaan yang bermakna antara metode sosiodrama dengan
penggunaan audiovisual dalam pemberian promosi kesehatan tentang penularan HIV/AIDS pada
Ibu Rumah Tangga.
Kata Kunci : Sosiodrama, Promosi kesehatan, HIV/AIDS, Ibu Rumah Tangga

45
46 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 45-53

PENDAHULUAN untuk meminta pasangannya


memakai kondom dalam
Ibu rumah tangga termasuk salah
berhubungan seksual.
satu kelompok beresiko terhadap
Kurangnyapengetahuan dan
HIV/AIDS dan menurut survey ibu
kesadaran ibu rumah tangga tentang
rumah tangga menduduki peringkat
HIV/AIDS juga menjadi faktor
kedua sebagai penyumbang
penyebab terjadinya penyebaran
HIV/AIDS. Hal ini disebabkan
HIV/AIDS yang mengancam
karena HIV/AIDS dapat ditularkan
kalangan ibu rumah tangga karena
oleh pasangan seksual atau suami
suaminya telah terinfeksi virus
beresiko tinggi yang sering disebut
mematikan itu. (Ikhlasiah, 2012).
sebagai M3 (Men mobile with
money) yaitu suami yang mempunyai Melihat hal tersebut, maka perlu
mobilitas tinggi dalam pekerjaannya, upaya lebih untuk meningkatkan
memiliki banyak uang (much of pengetahuan dan kesadaran ibu
money) dan tinggal di luar kota rumah tangga tentang HIV/AIDS
karena pekerjaannya, serta dengan melibatkan secara langsung
mempunyai perilaku seksual dengan dalam promosi kesehatan yang
“multi partner”. bersifat peningkatan (promotif) dan
pencegahan (preventif) melalui
Beberapa faktor yang menjadi
kelompok sosial dasa
penyebab ibu rumah dapat terinfeksi
wisma.Harapannya melalui peran
HIV/AIDS diantaranya mereka
serta aktif di kelompok dasa wisma,
memiliki daya tawar lemah, tidak
ibu rumah tangga di tiap RT maupun
berpendidikan dan secara sosial
RW dapat menekan angka kesakitan
maupun ekonomi tidak mandiri.
HIV/AIDS yang terjadi pada
Faktor sosial-kultural dalam
kelompok ibu rumah tangga.Salah
masyarakat patriarki juga berperan
satu bentuk promosi kesehatan yang
dalam melahirkan nilai-nilai sosial
dapat meningkatkan pengetahuan
yang justru menabukan pembicaraan
dan kesadaran ibu rumah tangga
mengenai seksualitas, termasuk tidak
tentang HIV/AIDS adalah dengan
bisa menolak hubungan seksual yang
menggunakan metode sosiodrama.
beresiko dengan pasangannya. Selain
itu mereka juga tak memiliki daya
Ulfah A, Penerapan Metode Sosiodrama dalam Promkes HIV.AIDS 47

Metode sosiodrama dalam promosi HASIL DAN PEMBAHASAN


kesehatan tentang penularan
1. Karakteristik Responden
HIV/AIDS mempunyai keunikan dan
karakteristik tersendiri dibandingkan Penelitian ini dilaksanakan pada

metode lainnya. Dalam metode kelompok dasa wisma di Desa

sosiodrama (bermain peran) ini pada Klahang dan Desa Banjarsasi

dasarnya mendramatisasikan tingkah Kecamatan Sokaraja Kabupaten

laku dalam hubungannya dengan Banyumas yang terdiri dari dua

masalah sosial (Djamarah dan Zain, kelompok yaitu kelompok intervensi

2006). Selain itu metode sosiodrama dan kelompok kontrol. Kelompok

juga digunakan untuk memberikan intervensi dengan jumlah 27

pemahaman dan penghayatan akan responden mendapatkan promosi

masalah-masalah sosial serta kesehatan menggunakan metode

mengembangkan kemampuan Sosiodrama dan kelompok kontrol

peserta untuk memecahkan. yang berjumlah 27 responden di beri


perlakuan dengan
METODE PENELITIAN
Audiovisual.Karakteristik responden
Rancangan yang digunakan dalam dari masing-masing kelompok dalam
penelitian ini adalah quasi penelitian ini berdasarkan umur dan
experimental dengan pre-posttest latar belakang pendidikan.
with control group design. Jumlah
Umur Responden
sampel sebanyak 54 responden
dengan pengambilan sampel Hasil penelitian menunjukkan bahwa

menggunakan purposive karakteristik responden berdasarkan

sampling.Alat ukur yang digunakan umur pada kelompok perlakuan,

adalah kuesioner dengan 10 mayoritas berada pada rentang usia

pertanyaan. Data di analisa dengan 29-36 tahun yaitu berjumlah 13

Paired t test dan Independent-sample responden (48,1%) dan terendah 6

t Test. responden (22,2%) berada antara


usia 37-45 tahun. Sementara pada
kelompok kontrol, mayoritas antara
usia 21-28 tahun yaitu sejumlah 19
responden (70,4%) sedangkan
48 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 45-53

terendah antara usia 37-45 tahun Hasil penelitianmenunjukkanbahwa


dengan jumlah 2 reponden (7,4%). tingkat pengetahuan responden
mengenai HIV/AIDS sebelum
Pendidikan Responden
diberikan promosi kesehatan
Karakteristik responden berdasarkan menggunakan metode sosiodrama
latar belakang pendidikan terbanyak yaitu 10 responden
menunjukkan hasil bahwa responden (37,0%) dengan skor 7 sedangkan
pada kelompok perlakuan sebagian sesudah perlakuan terjadi
besar memiliki latar belakang peningkatan skor menjadi 9
pendidikan SLTA (Sekolah Lanjutan sebanyak 19 responden (70,4%).
Tingkat Atas) yaitu sebanyak 9 Sedangkan tingkat pengetahuan
responden (33,3%) dan 3 responden responden pada kelompok kontrol
lainnya (3%) dengan latar belakang sebelum perlakuan sebagian besar
pendidikan Sekolah Dasar (SD). dengan skor 7 yaitu sebanyak 10
Berbeda dengan kelompok kontrol responden (37,0%) dan sesudah
yaitu sebanyak 11 responden perlakuan dengan menggunakan
(40,7%)dengan latar belakang audiovisual sejumlah 10 responden
pendidikan SLTP (Sekolah (37,0%) dengan skor 9.
Menengah Tingkat Pertama) dan
3. Perbedaan Tingkat
terendah 4 responden (14,8%)
Pengetahuan pada Kelompok
memiliki latar belakang pendidikan
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Perguruan Tinggi.
Hasil analisis untuk mengetahui
2. Tingkat Pengetahuan
perbedaan tingkat pengetahuan pada
Responden Sebelum dan Sesudah
kelompok intervensi dan kelompok
Perlakuan Pada Kelompok Intervensi
kontrol diuraikan pada tabel berikut
dan Kelompok Kontrol
ini :
Ulfah A, Penerapan Metode Sosiodrama dalam Promkes HIV.AIDS 49

Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan pada Kelompok Intervensi dan Kontrol


Kelompok
Variabel Intervensi Kontrol p-value
Mean ± SD Mean ± SD
Sebelum Perlakuan
7,15 ± 0,86 6,48 ±1,34 0,000
Sesudah Perlakuan
8,78 ± 0,51 7,78 ± 1,25 0,000

p-value 0,000 0,000 -


Data Selisih
1,63 ± 0,74 1,30 ± 1,03 0.000

Menurut hasil analisis pada tabel intervensi dan kelompok kontrol


diatas dapat diuraikan bahwa hasil sebelum didapatkan p value (0,000)
uji beda kelompok berpasangan < α (0,05) artinya ada perbedaan
sebelum dan sesudah perlakuan pada yang bermakna tingkat pengetahuan
kelompok intervensi dengan antara kelompok intervensi dan
menggunakan metode sosiodrama kelompok kontrol sebelum
didapatkan p value (0,000) < α perlakuan. Hasil uji beda kelompok
(0,05) artinya ada perbedaan yang tidak berpasangan antara kelompok
bermakna tingkat pengetahuan intervensi dan kelompok kontrol
sebelum dan sesudah perlakuan. sesudah perlakuan didapatkan p
Hasil uji beda kelompok value (0,000) < α (0,05) artinya ada
berpasangan pada kelompok kontrol perbedaan yang bermakna tingkat
sebelum dan sesudah perlakuan pengetahuan pada kelompok
dengan menggunakan audiovisual intervensi dan kelompok kontrol
diperoleh p value (0,000) < α (0,05) sesudah perlakuan.
artinya ada perbedaan yang
Usia ibu rumah tangga yang menjadi
bermakna tingkat pengetahuan pada
responden penelitian ini pada rentang
kelompok kontrol sebelum
antara 21-45 tahun. Menurut Kamus
perlakukan dan sesudah perlakuan
Besar Bahasa Indonesia (1995)
menggunakan audiovisual.
bahwa usia produktif atau dengan
Sedangkan hasil uji beda kelompok istilah lain umur tengah yaitu 15-59
tidak berpasangan antara kelompok tahun, dapat menjadi salah satu
50 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 45-53

faktor pendorong pertumbuhan lurus dengan pengetahuannya


ekonomi Indonesia. Ibu rumah khususnya tentang penularan dan
tangga pada usia produktif harus pencegahan HIV/AIDS.
dipertahankan derajat kesehatannya
Sesungguhnya, ada beberapa faktor
dari penularan HIV/AIDS, sehingga
yang mempengaruhi peningkatan
mereka dapat menjadi pengatur roda
angka kejadian HIV AIDS pada
kehidupan rumah tangga.
kelompok ibu rumah tangga yaitu
Selanjutnya menurut Hurlock (1998)
pada masyarakat Indonesia, dijumpai
menyatakan usia adalah umur
adanya kerentanan sosial budaya dan
seseorang yang dihitung mulai saat
ekonomi. Contoh nyata yang dapat
dilahirkan sampai berulang tahun.
diidentifikasi adalah adanya istri
Maka, usia ibu rumah tangga yang
yang memberikan toleransi kepada
cukup matang akan mempunyai
suami melakukan hubungan seksual
pengaruh terhadap kekuatan mereka
diluar nikah, multi partner karena
untuk berpikir, menambah
mereka ketergantungan finansial
pengetahuan dan mampu bekerja
kepada laki-laki (suami). Ibu rumah
dengan baik.
tangga sebagai seorang perempuan
Selanjutnya tingkat pendidikan ibu dengan budaya di Indonesia akan
rumah tangga yang berpartisipasi merasa aneh bila harus berdiskusi
dalam penelitian ini mulai dari tentang masalah seksualitas termasuk
tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai memakai kondom karena mereka
dengan Perguruan Tinggi (PT). sudah terbiasa mempercayai suami
Definisi pendidikan menurut Kamus mereka itu baik (UNAIDS, 2009).
Besar Bahasa Indonesia (2008) Selanjutnya menurut Komnas AIDS
adalah suatu proses perubahan sikap (2010) ibu rumah tangga dapat juga
dan tata laku seseorang atau beresiko tertular HIV/AIDS dari
kelompok orang dalam usaha suaminya karena adanya perilaku
mendewasakan manusia melalui yang beresiko dengan seks komersial
upaya pengajaran dan pelatihan. dan narkoba suntik. Walaupun
Maka, semakin tinggi tingkat sebenarnya, ibu rumah tangga bukan
pendidikan yang dimiliki oleh sebagai kelompok yang beresiko
seseorang, diharapkan berbanding tertular HIV/AIDS, tetapi mereka
Ulfah A, Penerapan Metode Sosiodrama dalam Promkes HIV.AIDS 51

dapat terjangkit karena faktor pengetahuan tentang HIV/AIDS


pasangan hidupnya. (Oktarina, Hanafi & Budisuari,
2009). Para wanita kurang
Penelitian yang dilakukan oleh
mendapatkan informasi tentang
Superi (2013) mengatakan sebagian
HIV/AIDS dibandingan kelompok
besar ibu rumah tangga (53 %)
laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan
mempunyai persepsi negative
kaum laki-laki lebih banyak
tentang HIV/AIDS. Sehingga, perlu
menghabiskan waktunya di luar
adanya upaya promosi kesehatan
rumah, sehingga mereka mudah
atau pemberian pendidikan kesehatan
mendapatkan informasi kesehatan
kepada mereka untuk meningkatkan
dari segala sumber yang ada
pengetahuan tentang HIV AIDS.
khususnya HIV/AIDS. Demikian
Sebagai implikasinya, persepsi
juga dalam penelitian ini menyatakan
tentang penyakit ini dapat diubah
tingkat pengetahuan ibu rumah
menjadi baik dan positif. Salah satu
tangga meningkat setelah diberikan
cara yang dapat digunakan dalam
intervensi sosiodrama. Maka,
promosi kesehatan yaitu
promosi kesehatan dengan
pemanfaatan media audiovisual.
sosiodrama dapat dimanfaatkan
Penelitian yang dilakukan oleh
untuk memberikan pemahaman
Nadeak, Agrina dan Misrawati
tentang HIV/AIDS bagi ibu rumah
(2014) menyatakan pemberian
tangga.
promosi kesehatan tentang
HIV/AIDS melalui media Hasil penelitian ini juga menyatakan
audiovisual efektif dalam sebelum intervensi sosiodrama ada
meningkatkan pengetahuan siswa 37,0% mempunyai skor pengetahuan
dan siswi SLTA mengenai 7 tentang penularan HIV/AIDS.
HIV/AIDS. Selanjutnya, setelah dilakukan
intervensi, 70,4% responden yang
Hubungan antara karakteristik
terlibat dalam penelitian ini
responden dengan pengetahuan,
pengetahuannya meningkat dengan
sikap terhadap HIV/AIDS pada
skor 9. Hasil penelitian ini sesuai
masyarakat Indonesia menunjukkan
dengan penelitian yang dilakukan
bahwa ada hubungan yang bermakna
oleh Lestari (2015) yang
antara jenis kelamin dengan tingkat
52 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 45-53

mengidentifikasi perbedaan SIMPULAN DAN SARAN


pengetahuan ibu rumah tangga
Tingkat pengetahuan responden
sebelum dan sesudah diberi
mengenai HIV/AIDS sebelum
sosialisasi pencegahan HIV AIDS di
diberikan promosi kesehatan
Desa Tleter Kabupaten Temanggung.
menggunakan metode sosiodrama
Lestari (2015) menyatakan adanya
terbanyak yaitu 10 responden
perubahan tingkat pengetahuan ibu
(37,0%) dengan skor 7 sedangkan
rumah tangga dari sebelum
sesudah perlakuan terjadi
intervensi ada sebanyak 16
peningkatan skor menjadi 9
responden (69,3 %) pengetahuannya
sebanyak 19 responden (70,4%).
rendah, 9 responden (33,3 %)
Sedangkan tingkat pengetahuan
mempunyai pengetahuan sedang dan
responden pada kelompok kontrol
hanya 2 responden (7,4 %)
sebelum perlakuan sebagian besar
mempunyai pengetahuan tinggi.
dengan skor 7 yaitu sebanyak 10
Setelah dilakukan intervesi dengan
responden (37,0%) dan sesudah
sosialisasi kategori pengetahuan
perlakuan dengan menggunakan
rendah ada 4 responden (25,9 %),
audiovisual sejumlah 10 responden
pengetahuan sedang ada 9 responden
(37,0%) dengan skor 9.
(33,3 %) dan pengetahuan tinggi
sebanyak 11 responden (40,7 %). Berdasarkan hasil uji beda kelompok
berpasangan dan tidak berpasangan
Penelitian lainnya yang dilakukan
sebelum dan sesudah perlakuan pada
oleh Widastra, Bagiarta & Suamerta
kelompok intervensi dan kontrol
(2011) menggunakan metode peer
didapatkan p value (0,000) < α
education dalam promosi kesehatan
(0,05) artinya ada perbedaan yang
mengemukaan hasil bahwa terdapat
bermakna tingkat pengetahuan pada
pengaruh yang signifikan antara
kedua kelompok.Tenaga kesehatan
pemberian metode peer education
dapat memberikan informasi tentang
terhadap tingkat pengetahuan remaja
HIV/AIDS dengan berbagai metode
tentang HIV/AIDS.
promosi kesehatan yang lebih
inovatif agar bisa diterima dan
diaplikasikan oleh masyarakat. Bagi
masyarakat khususnya ibu rumah
Ulfah A, Penerapan Metode Sosiodrama dalam Promkes HIV.AIDS 53

tangga, hasil penelitian ini dapat HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan


Kaloran Kabupaten Temanggung. Prodi D-
memberikan tambahan pengetahuan IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran
tentang cara penularan HIV AIDS.
Nadeak, D.N., Agrina & Misrawati. 2014.
Sehingga, angka penularan HIV Efektifitas Promosi Kesehatan
MelaluiMedia Audiovisual tentang
AIDS yang terjadi pada ibu rumah HIV/AIDS terhadap Peningkatan
PengetahuanRemaja tentang
tangga dapat ditekan.
HIV/AIDS.PSIK Universitas Riau
Oktarina, Hanafi & Budisuari. 2009.
Hubungan antara Karakteristik Responden,
DAFTAR PUSTAKA Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan,
Sikap terhadap HIV/AIDS pada Masyarakat
Baqhir, Sharif. 2003. Seni Mendidik Islami: Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kiat-Kiat Menciptakan Generasi Unggul. Kesehatan. Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 Hal.
Jakarta: Pustaka Zahra 362-369
Djamarah, S.B. & Zain, A. 2006.Strategi Superi.2013. Persepsi Ibu Rumah Tangga
Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. tentang HIV/AIDS di Desa Kori Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo. Universitas
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Muhammadiyah Ponorogo.
1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka UNAIDS. 2009. Children and AIDS: Fourth
Stocktaking Report. Dalam situs
--------------------,2008. Kamus Besar Bahasa
http://www.unicef.org/publications/files/Chi
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
ldren_and_AIDS_Fourth_Stocktaking_Repo
Hurlock, E.B., 1998. Psikologi rt_EN_110609.pdf.diakses tanggal 17
perkembangan : suatu pendekatan sepanjang November 2015
rentang kehidupan. Alih bahasa
Istiwidayanti & Soedjarwo. Ed.5. Jakarta :
Erlangga Widastra, Bagiarta & Suamerta. 2011.
Metode Peer Education Berpengaruh
Ikhlasiah Dalimuntae. 2012. Cengkeraman
terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja
HIV/AIDS. http://pustakaindonesia.com.
tentang HIV/AIDS. Jurusan Keperawatan
Diakses pada 20 Januari 2015.
Poltekkes Denpasar.
Lestari, Endang. 2015. Perbedaan
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sebelum
dan Sesudah Diberi Sosialisasi Pencegahan
PENGARUH DERAJAT HIPERTENSI, LAMA HIPERTENSI DAN
HIPERLIPIDEMIA DENGAN GANGGUAN JANTUNG DAN
GINJAL PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU
CISALAK PASAR

CORRELATION BETWEEN STAGE OF HYPERTENSION, DURATION


OF HYPERTENSION, AND HYPERLIPIDEMIA WITH CARDIAC
AND RENAL ABNORMALITIES IN PATIENTS WITH
HYPERTENSION AT POSBINDU CISALAK PASAR

Sri Wahyuningsih, Muttia Amalia, Nurfitri Bustamam


Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Jakarta

ABSTRACT
Target organ damage caused by hypertension occur predominantly in patients with age ranging
from 47-50 years, also in patients with stage 3 hypertension, and patients with low level of
hypertension’s early detection, treatment and control. The longer duration of hypertension occur
and the higher stage of hypertension in patients, then the complication in vascular, cardiac, brain
and renal also getting worse.The aim of this research is to know about the characteristic of the
responden, correlation between stage of hypertension, duration of hypertension and
hyperlipidemia with renal and cardiac abnormalities in patients with hypertension at Posbindu
Cisalak Pasar, 2017. This research methode is cross sectional design with total 35 sample. The
sample is taken consecutively. The statistic methode used is Chi-Square with Fisher test
alternative. Result of this research most of the responden involve in this research is people with
older age, woman, no education background and only having elementary school background, not
working, hyperlipidemia, duration of hypertension between 1 to 5 years, stage 1 hypertension, no
renal abnormalities, no cardiac abnormalities. Fisher test analysis shows no correlation between
stage of hypertension with renal and cardiac abnormalities (p value 0,67), no correlation between
duration of hypertension with renal and cardiac abnormalities (p value 1,00) and no correlation
between hyperlipidemia with renal and cardiac abnormalities (p value 1,00). Conclusion this
research shows no correlation between stage of hypertension, duration of hypertension,
hyperlipidemia with renal and cardiac abnormalities patient of hypertension at Posbindu Cisalak
Pasar.
Key word : duration of hypertension, hyperlipidemia, renal and cardiac abnormalities, stage of
hypertension

ABSTRAK
Hipertensi menimbulkan kerusakan organ target memiliki insidensi tertinggi antara umur 47-50
tahun serta terjadi pada keadaan hipertensi derajat 3, rendahnya deteksi dini, penatalaksanaan dan
kontrol hipertensi. Semakin lama seseorang menderita hipertensi dan semakin tinggi derajat
hipertensi maka komplikasi pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal yang timbul juga semakin
berat.Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik responden, hubungan derajat hipertensi,
lama hipertensi dan hiperlipidemia dengan gangguan jantung dan ginjal pasien hipertensi Posbindu

54
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 55

Cisalak Pasar, 2017.Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel
berjumlah 35 orang. Sampel diambil secara consecutive. Uji statistik yang digunakan uji Chi-
square dengan alternatif uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden termasuk dalam kategori lansia, wanita, berpendidikan tidak sekolah dan SD, tidak
bekerja, hiperlipedemia, lama hipertensi antara 1-5 tahun, hipertensi derajat 1, belum
menyebabkan kelainan ginjal, belum menyebabkan kelainan jantung. Hasil Fisher test
menunjukkan tidak terdapat hubungan derajat hipertensi terhadap gangguan jantung dan ginjal (p
value 0,67), tidak terdapat hubungan lama hipertensi terhadap gangguan jantung dan ginjal (p
value 1,00), tidak terdapat hubungan hiperkolesterolemia terhadap gangguan jantung dan ginjal (p
value 1,00). Simpulan tidak terdapat hubungan antara derajat hipertensi, lama hipertensi dan
hiperlipidemia terhadap gangguan jantung dan ginjal pasien hipertensi di Posbindu Cisalak Pasar.
Kata kunci: derajat hipertensi, gangguan jantung dan ginjal, hiperlipidemia, lama hipertensi

PENDAHULUAN hipertensi dengan tekanan sistolik


dan diastolik derajat 3.Selain itu,
Hipertensi, dikenal juga sebagai
karena rendahnya tingkat deteksi
peningkatan tekanan darah,
terhadap kejadian hipertensi,
didefinisikan sebagai peningkatan
penatalaksanaan dan kontrol
tekanan darah sistolik sebesar 140
hipertensi, hal ini menyebabkan
mmHg dan/atau tekanan darah
keadaan TOD menjadi hal yang
diastolik sebesar 90 mmHg atau
sering ditemukan (Oladapo et al
lebih tinggi. Komplikasi yang terjadi
2012). Semakin lama seseorang
pada keadaan hipertensi, dapat
menderita Hipertensi maka
merupakan akibat dari peningkatan
komplikasi yang timbul juga
tekanan darah yang terus menerus,
semakin berat (Wilson, 2005; Tessy,
dengan konsekuensi terjadinya
2009 dan Hidayati et al, 2008 dalam
perubahan pada pembuluh darah dan
Agusti, 2014). Pada hipertensi yang
jantung, atau akibat terjadinya proses
berlangsung lama, akan terjadi
atherosklerosis yang diperparah
kerusakan pada pembuluh darah,
dengan terjadinya hipertensi
organ jantung, otak dan ginjal.
(Sawicka et al, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut ingin
Penelitian di Nigeria menjelaskan dilakukan penelitian pengaruh
bahwa keadaan hipertensi yang telah derajat Hipertensi, lama Hipertensi
menimbulkan keadaan komplikasi dan hiperlipidemia terhadap
(target organ damage/TOD) gangguan jantung dan ginjal pada
memiliki insidensi antara umur 47- Pasien Hipertensi di Cisalak Pasar,
50 tahun serta terjadi pada keadaan Depok.
56 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 54-67

Penelitian in i bertujuan untuk kepada responden tentang tujuan,


mengetahui karakteristik responden, manfaat dan prosedur penelitian.
gambaran derajat hipertesi, lama Responden yang bersedia
pasien menderita hipertensi dan berpartisipasi menandatangani
faktor risiko terjadinya hipertensi lembar informed consent. Responden
dengan melakukan pemeriksaan kemudian dilakukan pengukuran
kolesterol, trigliserid.Peneliti juga tekanan darahnya setelah istirahat
dapat mengetahui apakah pasien selama 10 menit.Setelah selesai
hipertensi di Posbindu Cisalak Pasar pengukuran tekanan darah responden
sudah mengalami gangguan jantung mengisi kuesioner untuk mengetahui
dan ginjal dengan melakukan karakteristik responden. Kemudian
pemeriksaan ureum, kreatinin, dan dilakukan dilanjutkan dengan
EKG. pengecekan kadar kolesterol darah,
trigliserid, ureum kreatinin dan
Hasil dari penelitian dengan deteksi
pemeriksaan EKG. Responden puasa
dini terjadinya gangguan jantung dan
selama 8 jam sebelum dilakukan
ginjal ataupun adanya faktor risiko
pengambilan darah, darah yang
tersebut diharapkan dapat
diambil sebanyak 5 cc. Pengambilan
mendorong pasien hipertesi lebih
darah dan analisa darah dilakukan
perhatian dalam minum obat secara
oleh petugas laboratorium
teratur dan modifikasi gaya hidup
Puskesmas Cimanggis. Analisis data
agar tidak terjadi gangguan jantung
dengan uji Chi- square sedang uji
dan ginjal serta mencegah agar tidak
alternatifnya adalah fisher exact test
terjadi komplikasi lebih lanjut jika
sudah ditemukan adanya gangguan
jantung dan ginjal

METODE

Metode penelitian menggunakan


desain cross sectional. Teknik
pengambilan data dengan data
primer. Pengambilan data diawali
dengan melakukan informed consent
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 57

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran karakteristik responden

Tabel 1. Karakteristik responden


Variabel Frekuensi Persentase
(n=35) (%)
Umur
Prelansia 8 22,9
Lansia 19 54,3
Lansia Risti 8 22,9
Jenis Kelamin
Wanita 30 85,7
Pria 5 14,3
Pekerjaan
Tidak Bekerja 27 77,1
Bekerja 8 22,9
Pendidikan
Tidak Sekolah 9 25,7
SD 16 45,7
SMP 2 5,7
SMA 2 5,7
D3 2 5,7
Lama Hipertensi
1-5 tahun 26 74,3
6-10 tahun 2 5,7
>10 tahun 7 20,0
Derajat Hipertensi
Derajat 1 19 54,3
Derajat 2 16 45,7
Hiperlipidemia
Ya 23 65,7
Tidak 12 34,3
Kelainan Jantung
Ya 0 0
Tidak 35 100
Kelainan Ginjal
Ya 7 20
Tidak 28 80
Kelainan Jantung dan atau Ginjal
Ya 7 20
Tidak 28 80

Hasil penelitian menunjukkan tidak bekerja hampir 4 kali lebih


gambaran karakteristik responden banyak dibandingkan yang bekerja,
yaitu setengah dari responden responden yang berpendidikan
memasuki usia lansia (54,3%), rendah yakni SD dan tidak sekolah 4
responden berjenis kelamin wanita kali lebih banyak dibandingkan yang
juga 6 kali lebih banyak berpendidikan SMP, SMA dan D3.
dibandingkan pria, responden yang Responden mengetahui dirinya
58 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 54-67

menderita hipertensi antara 1—5 belum ada gangguan jantung akibat


tahun sekitar 3 kali lebih banyak hipertensi, tetapi sudah terdapat 20%
dibandingkan lebih dari 5 responden yang menunjukkan
tahun.Responden termasuk dalam adanya kelainan pada fungsi ginjal
derajat hipertensi 1 lebih banyak dengan ditandai adanya peningkatan
meskipun tidak berbeda jauh ureum dan atau kreatinin.
dibandingkan dengan derajat
2. Analisis Bivariat
hipertensi 2.Responden mempunyai
hiperlipidemia 2 kali lebih banyak a. Derajat Hipertensi dengan

dibandingkan yang tidak terdapat Gangguan Jantung dan atau

hiperlipedemia.Semua responden Gangguan Ginjal

Tabel 2. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Gangguan Jantung dan Gangguan


Ginjal
Gangguan Jantung dan atau Gangguan
Ginjal
Ya Tidak P

N % N %
Derajat Derajat 1 3 15,8 16 84,2
Hipertensi Derajat 2 4 25,0 12 75,0 0,677
Total 7 20 28 80

Berdasarkan tabel 2 terlihat analisis Fisher test menunjukkan


bahwa sebagian besar responden tidak ada hubungan antara derajat
hipertensi derajat 1 tidak mengalami hipertensi dengan kejadian 5kelainan
gangguan jantung dan atau gangguan jantung dan atau kelainan ginjal.
ginjal (84,2%), demikian juga
b. Lama Hipertensi dengan
responden hipertensi derajat 2 tidak
Gangguan Jantung dan atau
mengalami gangguan jantung dan
Gangguan Ginjal
atau gaangguan ginjal (75%). Hasil
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 59

Tabel 3.Hubungan Lama Hipertensi dengan Gangguan Jantung dan Gangguan


Ginjal
Gangguan Jantung dan atau Gangguan
Ginjal
P
Ya Tidak
N % N %
Lama Hipertensi 1-5 Tahun 6 21,4 22 78,6
>5 tahun 1 14,3 6 85,7 1,000
Total 7 20 28 80

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan ginjal (85,7%). Hasil analisis Fisher


bahwa responden yang menderita test menunjukkan tidak ada
hipertensi selama 1-5 sebagian besar hubungan antara lama hipertensi
tidak mengalami gangguan jantung dengan kejadian kelainan jantung
dan atau gangguan ginjal (78,65), dan atau kelainan ginjal.
demikian juga responden yang
menderita hipertensi > 5 tahun
sebagian besar tidak mengalami c. Hiperlidemia dengan

gangguan jantung dan atau gangguan Gangguan Jantung dan atau


Gangguan Ginjal

Tabel 4.Hubungan Hiperlipidemia dengan Gangguan Jantung dan Gangguan


Ginjal
Gangguan Jantung dan atau Gangguan
Ginjal
P
Ya Tidak

N % N %

Hiperlipidemia Ya 5 21,7 18 78,3

Tidak 2 16,7 10 83,3 1,000


Total 7 20 28 80

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan (78,3%), demikian juga responden


bahwa responden yang memiliki yang tidak memiliki
hiperkolesterolemia sebagian besar hiperkolesterolemia sebagian besar
tidak mengalami gangguan jantung tidak mengalami gangguan jantung
dan ataupun gangguan ginjal dan atau gangguan ginjal. Hasil
60 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 54-67

Analisis Fisher test menunjukkan tekanan diastolik >120 mmHg,


tidak ada hubungan antara disamping karena lama menderita
hiperlipidemia dengan kejadian hipertensi sebagian besar antara 1-5
kelainan jantung dan atau kelainan tahun.Selain itu responden adalah
ginjal. anggota posbindu Melati dan Dahlia
yang rajin datang ke Posbindu
Hasil Fisher test menunjukkan
ataupun Puskesmas untuk rutin
bahwa tidak terdapat hubungan
mengontrol tekanan darahnya,
antara derajat hipertensi dan lama
sehingga tekanan darah responden
hipertensi dengan gangguan jantung
terkontrol.Jika hipertensinya
dan gangguan ginjal sebagai
terkontrol, maka kerusakan organ
kerusakan organ target. Hal ini bisa
target dapat
disebabkan responden sebagian besar
diminimalkan.Mekanisme obat anti-
menderita penyakit hipertensi < 5
hipertensi yang lazim digunakan
tahun sebanyak (74,3%) sedangkan
telah menunjukkan efek
pada lama hipertensi >10 tahun
perlindungan terhadap stres oksidatif
risiko terjadinya gangguan ginjal
yang bergantung pada mitokondria
terminal lebih tinggi dibandingkan
(Soehnlein, 2012).Tekanan darah
dengan yang memiliki lama
yang menyebabkan kerusakan organ
hipertensi 6-10 tahun dan 1-5 tahun.
target tersebut adalah tekanan darah
Semakin lama menderita hipertensi
yang tidak terkontrol dengan baik (≥
maka semakin tinggi risiko untuk
140/90 mmHg) (Ayodele et al, 2005)
terjadinya gangguan jantung terminal
Perjalanan penyakit hipertensi sangat
(Hidayati et al, 2008). Sebagian
perlahan.Penderita hipertensi
besar responden juga berada dalam
mungkin tidak menunjukkan gejala
kategori hipertensi derajat I yakni
selama bertahun-tahun. Masa laten
tekanan sistolik 140-159 dan tekanan
ini menyelubungi perkembangan
diastolik 90-99 sebanyak (54,3%).
penyakit sampai terjadi kerusakan
Menurut Sawicka et al (2011)
organ yang bermakna.
menyatakan bahwa tekanan darah
yang berpotensi lebih besar Hasil penelitian ini tidak
menyebabkan kerusakan organ target sejalan dengan penelitian terdahulu
jika tekanan sistolik >180 mmHg dan yang menyebutkan bahwa hipertensi
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 61

erat kaitannya dengan dalam nefron yang masih bertahan.


atherosklerosis, dimana hipertensi Dalam jangka waktu lama, lesi-lesi
dapat menyebabkan stress mekanis sklerotik yang terbentuk dari
pada pembuluh darah dan memicu kerusakan nefron semakin banyak
terbentuknya plak hasil agregasi sehingga dapat menimbulkan
platelet, sehingga risiko terjadinya obliterasi glomerulus, yang
penyakit pembuluh darah perifer mengakibatkan penurunan fungsi
akan semakin meningkat seiring ginjal lebih lanjut dan menimbulkan
meningkatnya derajat hipertensi. lingkaran setan yang berkembang
Kerusakan organ target bukan hanya secara lambat dan berakhir sebagai
efek langsung dari tekanan darah penyakit gagal ginjal terminal. Hal
tetapi juga efek tidak langsung, ini juga diperkuat dengan pernyataan
misalnya stres oksidatif, down yang menyebutkan bahwa beratnya
regulation nitric oxide synthase, pengaruh hipertensi pada ginjal
autoantibodi terhadap reseptor AT1, tergantung dari lamanya menderita
diet tinggi garam (Yogiantoro, 2009) hipertensi.Semakin lama maka
semakin berat komplikasi yang
Hipertensi dapat menyebabkan
ditimbulkan, terutama pada ginjal.
terjadinya gangguan ginjal terminal
melalui suatu proses yang Data terakhir menunjukkan
mengakibatkan hilangnya sejumlah patogenesis kerusakan ginjal akibat
besar nefron fungsional yang hipertensi disebabkan karena adanya
progresif dan irreversible. Penurunan stres oksidatif sebagai mekanisme
jumlah nefron akan menyebabkan molekuler.
proses adaptif, yaitu meningkatnya
Ginjal merupakan organ yang kaya
aliran darah, penigkatan GFR
akan mitokondria sehingga disfungsi
(GlomerularFiltration Rate) dan
mitokondria berperan penting dalam
peningkatan keluaran urin di dalam
patogenesis penyakit ginjal (Rubattu
nefron yang masih bertahan. Proses
et al, 2015).
ini melibatkan hipertrofi dan
vasodilatasi nefron serta perubahan Kerusakan organ target pada ginjal

fungsional yang menurunkan tahanan pada peelitian ini menggunakan

vaskular dan reabsorbsi tubulus di pemeriksaan ureum kreatinin sebagai


62 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 54-67

penanda sedangkan pemeriksaan Hipertrofi ventrikel kiri adalah


mikroalbumin merupakan penanda kerusakan organ target yang umum.
yang lebih sensitif untuk kerusakan Diketahui bahwa kerusakan organ
ginjal. target akibat hipertensi sebanyak
31% menyebabkan Left Ventricular
Kerusakan target organ pada jantung
Hypertrophy (LVH), 10,8%
karena hipertensi mencakup
menyebabkan gagal jantung, 8,9%
hipertrofi ventrikel kiri, iskemia
menyebabkan kerusakan
(infark miokard) dan gagal jantung
serebrovaskular yang salah satunya
(Yogiantoro, 2009) Hipertensi
adalah stroke, namun hasil penelitian
menjadi faktor risiko terjadinya
tidak signifikan.Tekanan darah yang
pembesaran ventrikel, abnormalitas
menyebabkan kerusakan organ target
aliran arteri coronari dan disfungsi
tersebut adalah tekanan darah yang
sistolik dan diastolik. Kompleks
tidak terkontrol dengan baik (≥
abnormalitas tersebut disebut sebagai
140/90 mmHg) (Ayodele et al, 2005;
Hipertensive Heart Disease (HHD)
Ulya, Iskandar, Asih, 2017).
yang pada akhirnya bisa terjadi gagal
jantung (Sawicka, 2011). Hasil Hipertensi adalah faktor risiko utama
pemeriksaan EKG responden lainnya dalam pembentukan
didapatkan belum adanya aterosklerosis. Stres oksidatif
pembesaran ventrikel kiri (Left merupakan faktor penentu terjadinya
Ventricular Hypertropy), sedangkan aterosklerosis. Hiperlipidemia, lebih
pemeriksaan EKG memiliki spesifik hiperkolesterolemia mampu
keterbatasan dibandingkan menimbulkan lesi tanpa adanya
pemeriksaan ekokardiografi yang faktor risiko lain sebagai faktor
lebih sensitif dalam menilai adanya risiko utama. Keterbatasan penelitian
pembesaran ventrikel kiri. ini tidak mengukur kadar high-
Pemeriksaan EKG menjadi pilihan density lipoprotein (HDL) dan low-
karena lebih murah dan mudah density lipoprotein (LDL) yang
dalam pelaksanaannya (Shlomai, menentukan kemungkinan terjadinya
Grossman, Mancia, 2013; Araoye, artherosklerosis. Komponen
Dada dalam Santos dan Moreira, kolesterol utama yang berkaitan
2012) dengan meningkatnya risiko
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 63

terjadinya ateroskelorosis adalah demikian, dua penyebab paling


LDL, yang akan mendistribusikan penting dari disfungsi endotel adalah
kolesterol ke jaringan perifer. gangguan hemodinamik dan
Sebaliknya, HDL memobilisasi hiperkolesterolemia. Keadaan
kolesterol dari plak pembuluh darah tersebut menyebabkan akumulasi
yang sudah ada maupun yang sedang lipoprotein (terutama LDL yang
terbentuk dan membawanya ke hati teroksidasi dan kristal kolesterol di
untuk diekskresikan bersama dinding pembuluh darah), perlekatan
bilirubin (Kumar et al, 2013) trombosit, perlekatan monosit ke
endotel, bermigrasi ke intima dan
Aterosklerosis merupakan akibat dari
berdiferensiasi menjadi makrofag
kejadian patogenik berawal dengan
dan sel buih (foam cells), akumulasi
adanya jejas akibat induksi proses
lemak di dalam makrofag yang
mekanik, tekanan hemodinamik,
melepaskan sitokin inflamasi
penimbunan kompleks imun, radiasi,
perekrutan sel otot polos akibat
atau bahan bahan kimia bisa
faktor-faktor yang dilepaskan oleh
mengakibatkan penebalan intima,
trombosit yang teraktifkan,
ditambah diet kadar lemak tinggi,
makrofag, dan sel-sel dinding
biasanya akan terbentuk ateroma.
pembuluh darah dan proliferasi sel
Jejas mengakibatkan disfungsi
otot polos dan produksi MES
endotel sehingga terjadi peningkatan
(Kumar et al , 2013).
permeabilitas, perlekatan leukosit,
dan trombosis. Hal-hal yang diduga Hiperlipidemia kronik terutama
sebagai pemicu lesi ateromatosa hiperkolesterolemia dalam proses
awal mencakup hipertensi, aterogenesis secara langsung dapat
hiperlipidemia, toksin dari asap mengganggu fungsi sel endotel
rokok, homosistein, dan bahkan dengan cara meningkatkan produksi
agen-agen yang menimbulkan radikal bebas oksigen lokal, salah
infeksi. Sitokin inflamasi (misalnya, satu peran radikal bebas oksigen
faktor nekrosis tumor/tumor necrosis tersebut ialah meningkatkan
factor [TNF]) juga dapat degradasi NO sehingga menghambat
menstimulasi pola proaterogenik dari aktivitas vasodilator. Ketika terjadi
ekspresi gen sel endotel. Walaupun hiperlipidemia kronik, lipoprotein
64 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 54-67

terakumulasi di dalam tunika penelitian in vitro maupun in vivo


intima,tempat lipoprotein tersebut dieksplorasi peran stres oksidatif
diperkirakan menimbulkan dua zat mitokondria sebagai mekanisme
yang patogen, LDL teroksidasi dan yang terlibat dalam patogenesis TOD
kristal kolesterol. LDL dioksidasi zat pada hipertensi, terutama yang
yang radikal bebas oksigen yang berfokus pada aterosklerosis,
dihasilkan oleh makrofag setempat penyakit jantung, gagal
atau sel endotel dan kemudian ginjal,penyakit serebrovaskular.
difagosit oleh makrofag melalui Disfungsi protein mitokondria,
reseptor pemburu (scavenger), seperti uncoupling protein-2
mengakibatkan pembentukan sel (UCP2), superoksida dismutase
buih (foam cells) (Kumar et al, 2013) (SOD) 2, peroksisom proliferator-
activated receptor γ koaktivator 1-α
Penelitian di Jepang menunjukkan
(PGC-1α), saluran kalsium, dan
hubungan antara rasio kolesterol
interaksi antara mitokondria dan
LDL dan HDL dengan ketebalan
NADPH oxidase, memainkan peran
intima media karotis.semakin besar
penting dalam perkembangan
rasio kolesterol LDL dan HDL pada
disfungsi endotel, hipertrofi jantung,
populasi hipertensi, maka ketebalan
kerusakan ginjal dan serebral pada
intima media karotis akan
hipertensi. Kerusakan pada
meningkat. Ketebalan intima media
endothelium dianggap sebagai
merupakan metode yang paling baik
langkah awal aterosklerosis dengan
untuk identifikasi aterosklerosis
kepadatan rendah, lipoprotein (LDL)
sebagai petanda awal aterosklerosis.
dan adhesi leukosit dan migrasi yang
Hipertensi menyebabkan kerusakan terjadi di tempat endothelial
organ target (TOD) yang melibatkan disfungsi (Soehnlein et al, 2009)
vaskulatur, jantung, otak dan
Mengingat akibat komplikasi yang
ginjal.Mekanisme biokimia,
timbul seperti diuraikan diatas maka
hormonal dan hemodinamik yang
sangat penting penderita hipertensi
kompleks terlibat dalam patogenesis
mengubah gaya hidup dengan cara
TOD. Umum untuk semua proses ini
penderita hipertensi akan
meningkat bioavailabilitas spesies
memperoleh manfaatnya yaitu
oksigen reaktif (ROS). Baik
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 65

dengan cara mengubah pola makan mengalami gangguan fungsi ginjal


(diet rendah lemak jenuh dan tinggi sehingga responden harus
lemak tak jenuh, banyak makan melaksanakan modifikasi gaya hidup
sayuran atau buah-buahan, sesuai JNC 7 agar gangguan ginjal
pembatasan masukan garam dapat tidak berlanjut lebih parah. Sebagian
menurunkan tekanan darah sebesar besar responden juga menunjukkan
10/5 mmHg), menurunkan berat hiperkolesterolemia, hal ini harus
badannya (penurunan berat badan dikendalikan dengan mengubah pola
untuk seberat 1 kg akan menurunkan makan dengan diet ketat santan,
tekanan darah kira-kira sebesar gorengan, banyak makanan yang
2,5/1,5 mmHg), latihan olahraga mengandung tinggi lemak tak jenuh
yang teratur (aerobik seperti jalan dan rendah lemak jenuh, banyak
cepat, jogging, bersepeda dan makan buah dan sayur.
renang), mengurangi stress
Bagi responden yang mempunyai
(relaksasi) dan selalu mengontrol
hipertensi derajat 1 harus lebih rajin
tekanan darahnya, Bagi peminum
kontrol dan menjaga gaya hidupnya
alkohol harus membatasi atau
agar tidak menjadi hipertensi derajat
menghentikan sama sekali, dilarang
2 dengan cara membatasi konsumsi
merokok atau mengehentikan
garam. Bagi Puskesmas Cisalak
merokok (Muhadi, 2016; Ulya,
Pasar dan kader Posbindu Melati dan
Iskandar, Asih, 2017).
Dahlia melakukan edukasi tentang
SIMPULAN DAN SARAN modifikasi gaya hidup sesuai JNC 7
agar pasien hipertensi selalu
Tidak terdapat hubungan antara lama
mengingat dan melaksanakan gaya
hipertensi, derajat hipertensi,
hidup sesuai anjuran. Melakukan
hiperkolesterolmia dengan gangguan
evaluasi serta monitoring kepada
ginjal dan jantung.Meskipun hasil
pasien hipertensi apakah sudah
statistik menunjukkan tidak adanya
melaksanakan modifikasi gaya hidup
hubungan lama hipertensi, derajat
sesuai JNC 7 melalui log book yang
hipertensi dan hiperkolesterolemia
diisi pasien atau
dengan gangguan ginjal dan jantung
keluarganya.Melakukan pemeriksaan
tetapi hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian responden sudah
66 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 54-67

secara berkala apakah sudah terjadi sectional study. BMJ


Open.3:e003423.doi:10.1136/bmjopen-
komplikasi 2013-003423
Joint National Committe 7. 2003. The
Seventh report of The Joint National
committe on prevention, detection,
DAFTAR PUSTAKA evaluation, and treatment of high blood
pressure. NIH Publication No. 03-5233.
Agusti MRP. 2014. Hubunngan Hipertensi Avaible from:
Derajat 1 dan 2 Pada Obesitas terhadap http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelin
Komplikasi Organ Target di RSUP Dr. es/jnc7full.pdf[Cited 16 April 2015].
Karyadi Semarang. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang. 2014. Joint National Committe 8. 2014. JNC 8
guidelines for the management of
Agusti NI, Yacob T dan Fridayanti. 2014. hypertension in adult. Available from:
Profil Rasio Kolesterol LDL dan HDL pada http://www.aafp.org/afg.
Pasien Stroke di Bagia Saraf RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau Periode Januari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
sampai Desember 2012. JOM FK. Volume 2014. Hipertensi. Pusat Data dan Informasi
1.Nomor 2.Oktober 2014. Kementrian Kesehatan RI.Avaiable from:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/stru
Antika P. 2013.Hubungan antara Kontrol cture-publikasi=pusdatin-info-
Tekanan Darah dengan Derajat datin.html[Cited 23 Maret 2015].
Retinopati.Skripsi.Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2013. Kumar Vinay, Abbas Abdul K, Aster Jon C.
2015. Robbins&Cotran Pathologic Basic of
Ayodele OE, Alebiosu CO, Salako BL, Disease. Philadelphia. Edisi 9.
Awodein OG, Adigun AD. 2005. Target
organ damage and associated clinical
conditions among Nigerians with treated
hypertension. Cardiovascular Journal Of LIPI. 2009. Hipertensi. Balai Informasi
South Africa.;16(2):89-93) Teknologi LIPI. Diakses online pada tanggal
12 Maret 2017
Bolivar JJ. 2013. Essential Hypertension: an
approach to its etiology and neurogenic Muhadi, 2016.JNC 8: Evidence-based
pathophysiology. International Journal of Guideline. Penanganan Pasien Hipertensi
Hypertension.Availabel Dewasa.
from:http://dx.doi.org/10.1155/2013/554780 Nelson H Roberts. 2013. Hyperlipidemia as
9[Cited 20 April 2015]. a Risk Factor for Cardiovascular Disease.
Departemen Kesehatan. 2006. Prim Care; 40(1): 195-211.
Pharmaceutical Care untuk Penyakit doi:10.1016/j.pop.2012.11.003
Hipertensi. Nurjanah A. 2012. Hubungan antara Lama
Dos Santos, JC dan Moreira, TMM. 2012. Hipertensi dengan Angka Kejadian Gagal
Risk factors and complications in patients Ginjal terminal di RSUD dr. Moewardi
with hypertension/diabetes in a regional Surakarta. Skripsi.Universitas
health district of northeast Brazil. Rev Esc Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 2012.
Enferm USP 2012; 46(5):1124-31 Publish.

Hidayati, SS et all. 2011. Non- Oladapo et al. 2012. Target-organ damage


pharmacological aspects of blood and cardiovascular complications in
management; what are the data?.Kidney hypertensive Nigerian Yoruba adults: a
International: 79: 1061-1070 cross-sectional study. Cardiovascular
Journal of Africa.Vol 23 No 7. Agustus
Joffres M et al. 2013. Hypertension 2012
prevalence, awareness, treatment and control
in national surveys from England, the USA PERKI.2015. Pedoman Tatalaksana
and Canada, and correlation with stroke and Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler.
ischaemic heart disease mortality: a cross- Edisi Pertama.
Sri W, Pengaruh Derajat Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia 67

Rahajeng, E dan Tuminah, S. 2009. Atherosclerosis. J. Cell. Mol. Med. Vol 13,
Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di No 11-12, 2009 pp. 4293-4303
Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia.
Volume: 59, Nomer: 12. Desember 2009
Ridjab, Denio A. 2007. Modifikasi Gaya Ulya Zakiyatul, Iskandar Asep, Asih Fajar
Hidup dan Tekanan Darah.Majalah Tri. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan
Kedokteran Indonesia. Volum: 57, Nomer: Media Poster terhadap Pengetahuan
3, Mei 2007 Manajemen Hipertensi pada Penderita
Hipertensi.Jurnal Keperawatan Soedirman.
Rubattu, Pagliaro et al. 2015. Pathogenesis Volume 12, No. 1 Juli 2017
of Target Organ Damage in Hypertension:
Role of Mitochondrial Oxidative Stress.
International Journal of Molecular Sciences. Woolf, J Kevin dan Bisognano, John D.
16. 823-839; doi: 10.3390/ijms16010823 2011. Nondrug Intervension for Treatment
Sawicka et al. 2011.Hypertension – The of Hypertension, The Journal of Clinical
Silent Killer.Journal of Pre-Clinical and Hipertension, Vol 13 No 11. November
Clinical Research.Vol 5 No 2. 43-46 2011

Shlomai Gadi, Grassi Guido, Grossman, World Health Organization. 2013. A global
Mancia Giuseppe, 2013. Assessment of brief on hypertension; silent killer, global
Target Organ Damage in the Evaluation and public health crisis. Geneva: WHO.
Follow-Up of Hypertensive Patients: Where Available from:
Do We Stand?.The Journal of Clinical http://www.who.int/cardiovascular_
Hypertension: Vol 15 | No 10 | October 2013 disease/publications/global_brief_hypertensi
on.pdf[Cited 23 Maret 2015].
Yogiantoro M. 2009. Hipertensi Esensial.
Soehnlein Oliver, Drechsler Maik, Hristov Chapter 143 halaman 610.
Mihail, Weber Christian, 2009. Functional
Alterations of Myeloid Cell Subsets in
Hyperlipidaemia: Relevance for
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN INSUFFICIENT MILK
SUPPLY DAN TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN
KADER KESEHATAN

THE EFFECT OF INSUFFICIENT MILK SUPPLY AND


BREASTFEEDING TECHNIQUE EDUCATION TOWARD
KNOWLEDGETO THE COMMUNITY HEALTH VOLUNTEER'S

Lutfatul Latifah, Mekar Dwi Anggraeni, Aprilia Kartikasari


Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
The exclusive breastfeeding rate in Banyumas Regency is lower 11,17% than in Central Java
Province. Factors influencing why mothers stop exclusive breasfeeding were perception of
insufficient milk supply and difficulty in breastfeeding technique. This study aimed to examine the
effect of insufficient milk supply and breasfeeding technique education on the community health
volunteer's knowledge. This study was a pre-experiment one group only design. This study was
conducted in Baturraden District, Banyumas Regency, Central Java Province onMay 2017. The
population was the community health volunteer. This study recruited 38 respondents using a
convenience sampling method. The data were collected using a questionnaire and analyzed using
a Wilcoxon test. The majority of the respondent's characteristics was 20-35 years old (47,4%),
multiparous (68.4%), and graduated Senior High School (36,8%). The data normality was
examined using a Shapiro-Wilk test. The pre-test scores were normally distributing (p> 0.05),
while the post-test scoreswere not normally distributing (p< 0.05). The mean differences between
the pre and post-test scores were examined using a Wilcoxon test and the result showed that there
was a significant difference between pre-test and post-test scores (Z= -5.192, p< 0.001). A health
education may improve the community health volunteer's knowledge regarding insufficient milk
supply and breastfeeding technique in Banyumas Regency.
Keywords :Breastfeeding technique, community health volunteer, health education, insufficient
milk supply

ABSTRAK
Angka cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Banyumas lebih rendah 11,17% dibandingkan dengan
cakupan provinsi Jawa Tengah. Faktor yang mempengaruhi ibu untuk menghentikan menyusui
eksklusif adalah persepsi produksi ASI kurang dan kesulitan dengan teknik menyusui. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Insufficient Milk Supply
dan Teknik Menyusui terhadap pengetahuan kader kesehatan tentang produksi ASI kurang dan
teknik menyusui yang benar. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-experimental one group
only. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
Tengah padaMei 2017. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu kader kesehatan, dengan jumlah
sampel 38 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data dengan
Wilcoxon. Karakteristik responden mayoritas berusia 20-35 tahun (47,4%), multipara (68.4%), dan
tingkat pendidikan SMA(36,8%). Uji normalitas data menggunakanShapiro-Wilk. Skor pre test
terdistribusi normal (p> 0.05), sementara skor post test terdistribusi tidak normal (p< 0.05).
Perbedaan skor pre test dan post test diuji menggunakan Wilcoxon. Terdapat perbedaan yang

68
Lutfatul L, Pengaruh Pendidikan Insufficient Milk Supply Kader Kesehatan 69

signifikan antara skor pre test dan posttest(Z= -5.192, p< 0.001). Pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu-ibu kader kesehatan tentang produksi ASI kurang dan teknik
menyusui yang benar di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Kata Kunci: Kader kesehatan, pendidikan kesehatan, produksi ASI kurang, teknik menyusui

PENDAHULUAN diproduksinya kurang sehingga bayi


membutuhkan makanan lain (Brown,
Angka cakupan ASI eksklusif
et al, 2014; Maonga, Mahande,
di Indonesia masih rendah, meskipun
Damian & Msuya, 2016). Gatti
92% ibu di Indonesia menyusui bayi
(2008) menemukan bahwa 35% ibu
mereka, akan tetapi hanya 42% yang
yang menghentikan menyusui
menyusui eksklusif selama 6 bulan.
ekslusif dikarenakan persepsi
Di Jawa Tengah, cakupan ASI
produksi ASI kurang.
eksklusif juga tidak berbeda jauh
dengan cakupan nasional yang hanya Penyebab lain ibu
42,7% bayi yang disusui eksklusif menghentikan pemberian ASI
selama 6 bulan (Kementerian eksklusif adalah kesulitan dalam
Kesehatan Republik Indonesia, menggunakan teknik menyusui yang
2016). Sementara itu, cakupan ASI benar (Brown, et al, 2014: Lau,
eksklusif di Kabupaten Banyumas Htun, Lim, Lim & Yobas, 2015).
11,17% lebih rendah dibandingkan Kesulitan dalam menggunakan
cakupan provinsi (Dinas Kesehatan teknik menyusui akan menyebabkan
Provinsi Jawa Tengah, 2015). Faktor ibu kurang tepat dalam menyusui.
yang mempengaruhi durasi dan Cara menyusui yang kurang tepat
penghentian pemberian ASI akan menyebabkan menyusui tidak
eksklusif diantaranya adalah faktor efektif seperti perlekatan yang tidak
biologis yaitu insufficient milk benar dan hisapan bayi tidak
supply atau ASI kurang (Thulier & maksimal yang selanjutnya akan
Mercer, 2009 & Brown, et al, 2014). menyebabkan produksi ASI kurang
Faktor penyebab menghentikan (Mulder, 2006 ; Roesli, 2008). Hasil
menyusui eksklusif akibat ASI wawancara dengan 4 orang ibu yang
kurang terjadi karena ASI memang tidak memberikan ASI eksklusif
benar-benar berkurang produksinya menyatakan bahwa mereka
atau persepsi ibu bahwa ASI yang memberikan susu formula selain ASI
70 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 68-76

karena merasa produksi ASInya dalam meningkatkan derajat


kurang karena bayi selalu menangis kesehatan masyarakat
padahal baru saja disusui. Hal (Mohammadzadeh & Jahandideh,
tersebut dimungkinkan ibu tidak 1998 ; Almasi, Hashemian, & Shekar
memiliki pengetahuan yang cukup Nejad, 2001), selain itu, Lewycka et
mengenai teknik menyusui. Thomas, al. (2013) menemukan bahwa peran
et al. (2014) menemukan bahwa kader kesehatan dapat meningkatkan
terdapat hubungan antara pemberian ASI ekslusif. Perawat
pengetahuan dengan keinginan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
memberikan ASI eksklusif. Perinasia kader tentang produksi ASI kurang
(2003) menyatakan bahwa dan teknik menyusui yang benar,
pengetahuan yang baik akan selanjutnya kader kesehatan dapat
membuat ibu mengetahui cara mengedukasi ibu tentang produksi
menyusui bayinya dengan teknik ASI kurang dan teknik menyusui
yang benar. yang benar sehingga pemberian ASI
eksklusif meningkat.
Diperlukan strategi untuk
meningkatkan pengetahuan ibu METODE
tentang produksi ASI dan teknik
Penelitian ini dilaksanakan di
menyusui sehingga ibu tidak
Kecamatan Baturraden, Kabupaten
menghentikan pemberian ASI
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah
eksklusif kepada bayinya. Salah satu
pada bulan Mei 2017. Penelitian ini
strategi yang dapat digunakan untuk
menggunakan rancangan pre
meningkatkan ASI eksklusif adalah
experimental pre post test one group.
keterlibatan kelompok masyarakat
dengan metode sampling
(Tylleskar, et al. 2011 & Lewycka, et
consecutive. Populasi dalam
al. 2010). Kader kesehatan
penelitian ini adalah kader kesehatan
merupakan kelompok masyarakat
dan metode sampling menggunakan
yang mempunyai peran sangat
consecutive dengan jumlah
penting sebagai perpanjangan tangan
responden sebanyak 38 yang
petugas kesehatan (Iswarawanti,
memenuhi kriteria bisa membaca dan
2010). Beberapa penelitian
menulis, bersedia mengikuti
membuktikan bahwa kader berperan
penelitian dan bersedia untuk
Lutfatul L, Pengaruh Pendidikan Insufficient Milk Supply Kader Kesehatan 71

membagikan informasi tentang adalah 1 jika jawaban benar dan 0


produksi ASI kurang dan teknik jika jawaban salah. Pengambilan data
menyusui yang benar kepada pre test dilakukan sebelum
masyarakat/ibu hamil. Pendidikan pendidikan kesehatan dan data post
kesehatan dilakukan selama 60 test diambil setelah pendidikan
menit, 20 menit pertama diberikan kesehatan. Hasil analisis normalitas
edukasi tentang produksi ASI data dengan Saphiro Wilk
kurang, 20 menit kedua edukasi menunjukkan data tidak terdistribusi
tentang teknik menyusui yang benar normal sehingga analisis data
dan 20 menit ketiga demonstrasi selanjutnya menggunakan Wilcoxon
teknik menyusui yang benar. untuk melihat perbedaan skor pre test
Pengambilan data menggunakan dan post test.
kuesioner, kuesioner berisi data
demografi usia, paritas dan
pendidikan serta pertanyaan tentang HASIL DAN PEMBAHASAN

produksi ASI kurang dan teknik Mayoritas responden berusia


menyusui sebanyak 15 pertanyaan. 20-25 tahun (47,4%), multipara
Skor pertanyaan tentang produksi (68,4%) dan berpendidikan SMA
ASI kurang dan teknik menyusui (36,8%)

Tabel 1 Karakteristik responden


Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
< 20 1 2.6
20-35 18 47.4
36-50 14 36.8
51-66 4 10.5
67-82 1 2.6
Paritas
Primipara 12 31.6
Multipara 26 68.4
Pendidikan
SD 11 28.9
SMP 13 34.2
SMA 14 36.8

Uji normalitas data terdistribusi normal (p> 0.05),


menggunakan Saphiro Wilk sementara skor post test tidak
menunjukkan skor pre test terdistribusi normal (p< 0.05).
72 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 68-76

Perbedaan skor pre test dan post test bahwa terdapat perbedaan yang
selanjutnya diuji menggunakan signifikan antara skor pre test dan
Wilcoxon, dan menunjukkan hasil post test (Z= -4.779, p< 0.001).

Tabel 2 Hasil analisis data


Skor Median (Min-Max) Z p
Pre-test 10 (7-13) -5.192 0,000
Post-test 14 (10-15)

Tingkat pendidikan responden yang paling banyak


responden mayoritas adalah SMA berada pada rentang usia 20-35 tahun
yang merupakan tingkat pendidikan (47,4%) dan 35-50 tahun (36,8%).
menengah. Kader yang memiliki Karakteristik usia ini sesuai dengan
tingkat pendidikan menengah lebih penelitian Chung, Hazmi dan Cheah
memiliki performa dibandingkan (2017) dimana kader dengan rentang
dengan yang berpendidikan SD atau usia 35-44 tahun dan usia 24 tahun
SMP (Chung, Hazmi dan Cheah, atau kurang memiliki performa yang
2017). Selain itu, tingkat pendidikan paling baik. Lebih jauh lagi, Chung,
yang lebih tinggi akan membuat Hazmi dan Cheah (2017)
kader lebih menerima dan menemukan bahwa performa yang
memahami isi pendidikan kesehatan tinggi dari para kader karena mereka
sehingga tingkat pendidikan harus memiliki motivasi untuk membantu
menjadi kriteria dalam pemilihan sesama (97,1%), membantu
kader (Kok et al., 2014). Mayoritas masyarakat yang sakit (96,7 %) dan
responden merupakan multipara memperoleh pengetahuan serta
dimana responden sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan
lebih dari 1 anak, dan sudah (90%). Dalam beberapa literatur,
mempunyai pengalaman menyusui kader dengan usia yang lebih tua
baik dari segi pengetahuan, sikap termotivasi karena sifat peduli
maupun praktik menyusui sehingga terhadap sesama (Finkelstein, Penner
responden akan lebih percaya diri & Brannick, 2005), sementara kader
dalam memberikan pengetahuan dengan usia yang lebih muda mudah
kepada ibu menyusui (Goyal, 2006 ; terpengaruh dan termotivasi oleh
Coca, 2009 ; Kronbog, 2009). Usia
Lutfatul L, Pengaruh Pendidikan Insufficient Milk Supply Kader Kesehatan 73

teman sebaya atau pasangan (Clary Penelitian yang dilakukan di


& Snyder, 1999). India menemukan bahwa kader
kesehatan memiliki pengaruh yang
Penelitian ini menemukan
signifikan terhadap pemberian ASI
bahwa median pengetahuan kader
eksklusif dan mengurangi angka
setelah pendidikan kesehatan lebih
kesakitan pada bayi. Hasil penelitian
besar dibandingkan dengan median
tersebut menemukan sebanyak 79%
sebelum diberikan pendidikan
bayi diberikan ASI eksklusif
kesehatan. Hasil analisis data
dibandingkan dengan kelompok
menggunakan Wilcoxon
kontrol yang angka ASI eksklusif
menunjukkan terdapat perbedaan
hanya 48% (Bhandari et al., 2003).
yang signifikan antara nilai
Penelitian lain yang dilakukan oleh
pengetahuan kader sebelum dan
Shakya et al. (2017) menemukan
setelah pendidikan kesehatan. Hal ini
bahwa peran kelompok dukungan
berarti bahwa pendidikan kesehatan
sebaya di masyarakat meningkatkan
insufficient milk supply dan teknik
durasi pemberian ASI eksklusif.
menyusui meningkatkan
Kader kesehatan di Kabupaten
pengetahuan kader tentang produksi
Banyumas yang mayoritas berusia
ASI kurang dan teknik menyusui.
20-35 tahun merupakan kelompok
Miri et al. (2012) menemukan bahwa
sebaya dari para ibu menyusui,
terdapat pengaruh yang positif
dimana diantara kader tersebut juga
terhadap peran kader kesehatan
merupakan ibu menyusui. Lebih jauh
dalam meningkatkan pengetahuan
lagi, Shakya et al. (2017)
dan sikap perempuan di pedesaan,
menyatakan bahwa ibu yang berasal
dimana kelompok yang diberikan
dari negara dengan tingkat
intervensi rata-rata pengetahuannya
pendapatan rendah sampai menengah
meningkat sebesar 7,04 sementara
memberikan ASI eksklusif lebih
pada kelompok kontrol hanya
lama dibandingkan dengan negara
meningkat 3,28. Pada penelitian ini,
yang mempunyai tingkat pendapatan
median pengetahuan kader
tinggi. Dukungan dari kelompok
meningkat dari skor 10 menjadi 14
masyarakat tersebut juga menjadikan
setelah diberikan intervensi.
ibu untuk lebih awal memberikan
74 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 68-76

ASI dan menghindari pemberian produksi ASI kurang dan teknik


makanan atau minuman prelaktal. menyusui yang dilakukan dalam
Indonesia merupakan negara dimana penelitian ini merupakan salah satu
sebagian besar penduduknya usaha untuk meningkatkan
mempunyai tingkat pendapatan pemberdayaan kader secara
rendah sampai menengah, begitu berkesinambungan dalam
pula dengan masyarakat di meningkatkan cakupan ASI
Kabupaten Banyumas khususnya di eksklusif. Edukasi yang dilakukan
wilayah Kecamatan Baturraden yang disertai dengan demontrasi sehingga
merupakan wilayah pedesaan. tidak hanya pengetahuan saja yang
meningkat tetapi juga keterampilan
Penelitian yang dilakukan di
para kader.
Afrika menemukan bahwa
pendidikan kesehatan yang dilakukan
pada kelompok/kader kesehatan
SIMPULAN DAN SARAN
merupakan metode yang tepat dalam
meningkatkan derajat kesehatan ibu Pendidikan kesehatan dapat

dan bayi (Lewycka et al., 2013). meningkatkan pengetahuan kader

Menurut Iswarawanti (2010), tentang produksi ASI kurang dan

pembentukan pelatihan maupun teknik menyusui. Perawat dapat

pendidikan informal yang tepat guna melakukan pemberdayaan kader

dan berkesinambungan dapat melalui pendidikan kesehatan dan

menjadi suatu alternatif dalam pelatihan yang berkesinambungan

pengelolaan pemberdayaan kader. dengan topik yang sesuai dengan

Chung, Hazmi dan Cheah (2017) permasalahan yang ditemukan di

mengatakan bahwa pelatihan masyarakat.

merupakan faktor yang sangat DAFTAR PUSTAKA


penting bagi kader dalam Almasi, A., Hashemian, H. & Shekar Nejad,
M. (2001). Impacts of health‑workers on
memberikan pelayanan kepada mother’s health wareness in Kermanshah
masyarakat, pelatihan yang diberikan community‑oriented medical education
center 1999. Behbood Sci Q 5:30‑5.
harus berdasarkan kompetensi kader
Bhandari, N., Bahl, R., Mazumdar, S.,
dan lokasi pelatihan dekat dengan Martines, J., Black, R.E. & Bhan, M.K.
(2003). Infant Feeding Study Group. Effect
area layanan kader. Edukasi tentang of community‑based promotion of exclusive
Lutfatul L, Pengaruh Pendidikan Insufficient Milk Supply Kader Kesehatan 75

breastfeeding on diarrhoeal illness and health workers in low- and middle-income


growth: A cluster randomised controlled countries? A systematic review. Health
trial. Lancet 361:1418‑23 Policy and Planning 30(9): pp. 1207–1227

Brown, C.R.L., Dodds, L., Legge, A.,


Bryanton, J. &Semenic, S. (2014).Factors
Kronborg, H. (2009).How Are Effective
influencing the reasons why mothers stop
Breastfeeding Technique and Pacifier Use
breastfeeding. Canadian Journal of Public
Health105 (3): e179-85. Related toBreastfeeding Problems and
Duration.Birth 36: 39-42
Clary, E. G. & Snyder, M. (1999).
Lau Y, Htun TP, Lim PI, Ho-Lim S,
Themotivations to volunteer: theoretical and
Klainin-Yobas P (2015) Maternal, Infant
practical considerations. Current Directions
in PsychologicalScience 8(5): pp. 156–159 Characteristics, Breastfeeding Techniques,
and Initiation: Structural Equation Modeling
Coca, K.P .(2009).Factors Associated with Approaches. PloS ONE 10(11): e0142861.
Nipple trauma in The Maternity Unit.J. doi:10.1371/journal.pone.0142861
Pediatric 85: 34 :1-5.
Lewycka, S., Mwansambo, C., Rosato, M.,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Kazembe, P., Phiri T., Mganga, A., Chapota,
(2015). Profil kesehatan provinsi Jawa H., Malamba, F., Kainja, E., Newel, M.L.,
Tengah.Diambil Greco, G., Pulkki-Brännström, A.M.,
darihttp://dinkesjatengprov.go.id/v2015/dok Skordis-Worrall, J., Vergnano, S., Osrin, D.
umen/profil2015/Profil_2015 _fix.pdf &Costello, A. (2013).Effect of women’s
groups and volunteer peer counselling on
Finkelstein, M. A., Penner, L. A. & rates of mortality, morbidity, and health
Brannick, M. T. (2005). Motive, role behaviours in mothers and children in rural
identity, and prosocial personality as Malawi (MaiMwana): a factorial, cluster-
predictors of volunteer activity. Social randomised controlled trial. Lancet 381:
Behavior and Personality 33(4): pp.403–418 1721–35
Gatti, L (2008). Maternal perception of Lewycka, S., Mwansambo, C., Kazembe, P.,
insufficient milk supply in breastfeeding. Phiri, T., Mganga, A., Rosato, M., et al.
Journal of Nursing Scholarship (40)4: 355- (2010). A cluster randomised controlled trial
363 of the community effectiveness of two
interventions in rural Malawi to improve
Goyal. (2011).Breastfeeding Practices :
health care and to reduce maternal, newborn
Positioning, Attachment (Lact-on), and
and infant mortality. Trials, 11, 88.
effective suckling - A hospital based study
in Libya. Journal of Family and Community Maonga, A.R., Mahande, M.J., Damian, D.J
Medicine:74 – 79. & Msuya, S.E. (2016). Factors Affecting
Exclusive Breastfeeding among Women in
Iswarawanti, D.N. (2010). Kader posyandu:
Muheza District Tanga Northeastern
peranan dan tantangan pemberdayaannya
Tanzania: A Mixed Method Community
dalam usaha peningkatan gizi anak di
Based Study. Matern Child Health J 20:77–
indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan
87 DOI 10.1007/s10995-015-1805-z
Kesehatan13 (04): 169 –Indonesia,
Jurnal Kesmas 173 Volume 9 No 2, Juli 2017, Hal 40-48
Melvin Hsien Liang Chung, M.H.L., Hazmi,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
H. & Cheah, W.L. (2017). Role Performance
2016. Data dan informasi profil kesehatan
of Community Health Volunteers and Its
Indonesia 2016. Diakses dari
Associated Factors in Kuching District,
http://www.depkes.go.id/resources/downloa
Sarawak. Journal of Environmental and
d/pusdatin
Public Health, 2017, Article ID 9610928, 9
/lainlain/Data%20dan%20Informasi%20Kes
pageshttp://dx.doi.org/10.1155/2017/961092
ehatan%20Profil%20Kesehatan%20Indonesi
8
a %202016%20-
%20%20smaller%20size%20-%20web.pdf. Miri, M., Ramazani, A.A., Moodi, M. &
Mirkarimi K. (2012). The effects of
Kok, M. C., Dieleman, M., Taegtmeyer M.
suburban villages’ health volunteer plan on
et al. (2015). Which intervention design
factors influence performance of community
76 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 68-76

women’s health knowledge and attitude. J Thomas, J.S., Yu, E.A., Tirmizi, N., Owais,
Edu Health Promot 1:12. A., Das. S.K., Rahman, S., Faruque,
A.S.G., Schwartz, B. & Stein, A.D. (2014).
Mohammadzadeh, Z. & Jahandideh, F. Maternal Knowledge, Attitudes and Self-
(1998). Assessment of health volunteers’ efficacy in Relation to Intention to
measures through determining knowledge Exclusively Breastfeed Among Pregnant
and performance of their service community Women in Rural Bangladesh. Matern Child
in Lanjan township 1996. Res Med Sci J Health J 19:49–57 DOI 10.1007/s10995-
3:153‑15. 014-1494-z
Mulder, J. (2006). A Concept Analysis Of Thulier, D.& Mercer, J. 2009.Variables
Effective Breastfeeding. The Association of Associated With Breastfeeding Duration.
Women’s Health, Obstentric and Neonatal JOGNN 38(3): 259-268 DOI:
Nurses AWHONN : 332 – 339. http://dx.doi.org/10.1111/j.1552-
6909.2009.01021.x
Perinasia.(2003). Bahan Bacaan Manajemen
Laktasi.Jakarta : Program Manajemen Tylleskar, T., Jackson, D., Meda, N.,
Laktasi Perkumpulan Peninatologi Indonesia Engebretsen, I. M., Chopra, M., Diallo, H.,
& Abdoulaye DT for P-ESG. (2011).
Roesli, U. (2008) Inisiasi Menyusu Dini
Exclusive breastfeeding promotion by peer
Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Arcan
counsellor in sub-Saharan Africa
Shakya, P., Kunieda, M.K., Koyama, M., (PROMISE-EBF). Lancet, 378, 420–427.
Rai, S.S., Miyaguchi, M., Dhakal, S. et al.
UNICEF Indonesia.(2016). Jutaan bayi di
(2017). Effectiveness of community-based
Indonesia kehilangan awal terbaik dalam
peer support for mothers to improve their
hidup mereka. Diakses dari
breastfeeding practices: A systematic review
https://www.unicef.org/indonesia/id/media
and meta-analysis. PLoS ONE 12(5):
e0177434.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.017743
4
PENINGKATAN KESEHATAN KERJA DAN MINIMALISASI STRESS
KERJA TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PADA
PEDAGANG KECIL BERBASIS HUMAN APPROACH
DI PURWOKERTO UTARA

ENHANCEMENT OF HEALTH WORK AND MINIMALIZATION OF


WORK STRESS ON IMPROVING MOTIVATION OF WORK ON SMALL-
SCALE TRADERS BASED ON APPROACH HUMAN
IN NORTH PURWOKERTO

Suryanto, Heryanto, Panuwun Joko


Fakultas Ilmu-Ilmu KesehatanUniversitas Jenderal Soedirman Purwokerto

ABSTRACT
Small traders every day have a high workload from morning to evening or evening. Optimization
of physical fitness in small traders is important as an effort to prevent the stress of work and to
improve the motivation of daily work. Physical condition that is fit to do safety behavior in work.
The objective of the research is to optimize physical fitness and minimize work stress on small
traders to improve work motivation with human approach based in North Purwokerto Banyumas
Regency. The methods in this activity focus on the Human approach. Interventions conducted to
the target audience in the form of safety behavior training, fitness gymnastics training, motivation
work enhancement training. Organizational management training for management of the
community, assistance to small traders and provision of revolving capital assistance to the
paguyuban. These target audiences are small traders in Kecamatan Purwokerto Utara who sell
around Unsoed campus. Target audience selected were 48 people who have participated in
Research-based PKM activities in I. Evaluation instruments using pre and post-test
questionnaires, observation sheets and advocacy sheets. Data analysis with t test on pre and post
test. Results Of the 48 participants after training 5 times the meeting showed a change in
knowledge about physical fitness, job stress, job satisfaction and work motivation. Conclusion.
Physical fitness in workers is necessary to keep workers working daily in meeting family needs.
Keywords: Physical fitness, job stress, work motivation,safety behavior.

ABSTRAK
Optimalisasi kebugaran fisik pada pedagang kecil penting dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah timbulnya stress kerja dan untuk meningkatkan motivasi kerja sehari-hari. Tujuan
penelitian adalah mengoptimalkan kebugaran fisik dan meminimalkan stress kerja pada pedagang
kecil agar motivasi kerja meningkat dengan berbasis human approach di Purwokerto Utara
Kabupaten Banyumas. Metode dalam kegiatan ini berfokus pada Human approach. Intervensi
yang dilakukan kepada khalayak sasaran berupa Safety behavior training, pelatihan senam
kebugaran, pelatihan peningkatan motivasi kerja. Pelatihan manajemen organisasi untuk pengurus
paguyuban, pendampingan kepada pedagang kecil dan pemberian bantuan modal bergulir kepada
paguyuban.Khalayak sasaran ini adalah pedagang kecil di Kecamatan Purwokerto Utara yang
berjualan di sekitar kampus Unsoed.Khalayak sasaran dipilih berjumlah 48 orang yang telah
mengikuti kegiatan PKM Berbasis Riset tahun I. Instrumen evaluasi menggunakan kuesioner pre
dan pos-tes, lembar observasi dan lembar advokasi. Analisis data dengan uji t pada pre dan pos
tes.Dari 48 peserta setelah melakukan pelatihan sebanyak 5 kali pertemuan menunjukkan
perubahan kenaikan pengetahuan tentang kebugaran fisik, stress kerja, kepuasan kerja dan
motivasi kerja.Simpulan dari penelitian ini adalah kebugaran fisik pada para pekerja sangat

77
78 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 77-85

diperlukan untuk menjaga agar para pekerja dapat bekerja sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
keluarga.Saran untuk penelitian para pekerja disarankan untuk rajin melakukan olah raga ringan
seperti jalan pagi, joging, senam kebugaran dan senam aerobik agar fisik tetap bugar.
Kata kunci: Kebugaran fisik, stress kerja, motivasi kerja, safety behavior

PENDAHULUAN Puskesmas Purwokerto Utara 2


(mitra I) namun belum
Penguatan dan pengembangan usaha
optimal.Khalayak sasaran telah
(wirausaha) pada kelompok
mempunyai kelompok paguyuban
pedagang kecil dapat dilakukan
yang bernama Mergarasa (mitra II)
dengan kemitraan/kerjasama
dan Kelompok Pedagang Kaki Lima
lembaga swadaya masyarakat (LSM)
(mitra III).Kelompok pedagang kecil
atau lembaga pemerintah.Kemitraan
di Purwokerto Utara telah
dilakukan untuk mencapai tujuan
membentuk pengurus Paguyuban
yang telah ditentukan sebelumnya
Pedagang Kaki Lima dan Paguyuban
(Notoatmodjo, 2010).Hasil penelitian
Mergarasa dan telah menjalankan
Suryanto, dkk (2016) kegiatan
kegiatan.Para pekerja membutuhkan
pelatihan safety behavior dapat
media agar kebugaran fisik tetap
meningkatkan sikap kerja para
terjaga, tidak cepat timbul stress dan
pekerja namun pelatihan
motivasi kerja tetap tinggi.
kewirausahaan tidak berpengaruh
terhadap sikap dalam pengembangan Berdasarkan latar belakang di atas,
usaha. tim pengusul berminat melakukan
kegiatan PKM Berbasis Riset tahun
Hasil kegiatan PKM Berbasis Riset
II kepada khalayak sasaran bekerja
oleh Suryanto, dkk (2015)
sama dengan mitra Puskesmas dan
menyebutkan para pedagang
paguyuban pedagang kecil.
(khayalak sasaran) yang mangkal di
sekitar Unsoed berjumlah sekitar 120 METODE
orang (79 orang dari
Jenis penelitian adalah penelitian
Karangwangkal,29 orang dari
kuantitatif yang bersifat penjelasan
Grendeng dan daerah lain 12
(explanatory). Desain penelitian
orang).Khalayak sasaran telah
menggunakan teknik pre and post
mendapatkan pembinaan dari
test design pada satu kelompok
Suryanto, Peningkatan Kesehatan Kerja Dan Minimalisasi Stress Kerja 79

pekerja informal. Populasi adalah Tim pengusul melakukan supervisi


pedagang kecil di Kecamatan dan advokasi kepada para pedagang
Purwokerto Utara yang mangkal di kecil di tempat kerja. Instrumen
sekitar kampus Unsoed.Sampel penelitian: kuesioner pre-postest,
penelitian dipilih dengan teknik lembar observasi saat advokasi.
purposive sampling,berjumlah 50 Analisis data uji beda dengan paired
orang. Tahap penelitian ada 2 tahap t test dan regresi berganda.
yaitu Tahap I, Tim peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
memberikan kepada khalayak
sasaran pelatihan senam kebugaran Karaktersitik para peserta sebagai

fisik, manajemen penanganan stress berikut.

kerja dan teknik meningkatkan 1. Distribusi Respnden


motivasi kerja..Tahap II meliputi : Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
No. Jenis Kelamin
(N) (%)

1. Perempuan 40 83,3
2. Laki-laki 8 16,7

Total 48 100.0

Berdasarkan tabel diatas jumlah 2. Distribusi Responden


responden mayoritas adalah Berdasarkan Usia
perempuan sebanyak 40 orang
(83,3%).

Tabel 2.Distribusi Respnden Berdasarkan Usia


Frekuensi Persentase
No. Umur (Tahun)
(N) (%)
1. 17-25 4 8,3
2. 26-35 6 12,5
3. 36-45 26 54,2
4. 46-55 12 25,0
Total 48 100.0
80 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 77-85

Berdasarkan tabel diatas jumlah 3. Distribusi Responden


responden mayoritas berusia 36 - 45 Berdasarkan Domisili
tahun sebanyak 26 orang (54,2%).

Tabel 3.Distribusi Responden Berdasarkan Domisili

Frekuensi Persentase
No. Alamat
(N) (%)
1.Grendeng 23 47,9
2.Karangwangkal 25 52,1
Total 48 100.0
Berdasarkan tabel diatas jumlah 4. Distribusi Responden Berdasarkan
responden mayoritas domisili di Tingkat Pendidikan
Kelurahan Karangwangkal sebanyak
25 orang (52,1%).

Tabel 4.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Frekuensi Persentase
No. Pendidikan
(N) (%)
1. SD 15 31,2%
2. SMP 14 29,2%
3. SMA dan SMK 17 35,4%
4. D3 1 2,1%
5. S1 1 2,1%
Total 48 100.0

Berdasarkan tabel diatas menunjukan 5. Distribusi Responden Berdasarkan


bahwa sebagian besar responden Kebiasaan Olah Raga Ringan
(35.4%) adalah berpendidikan SMA
dan SMK.

Tabel 5.Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olah Raga Ringan

Jenis Pekerjaan Frek (N) Persentase (%)


Tidak rutin 26 54,2

Rutin 22 45,8

Total 48 100,0

Berdasarkan tabel diatas jumlah rutin melakukan olah raga ringan


responden mayoritas adalah tidak sebanyak 26 orang (54,2%).
Suryanto, Peningkatan Kesehatan Kerja Dan Minimalisasi Stress Kerja 81

6. Hasil Uji Pre dan Pos tes

Hasil uji menggunakan uji Wilcoxon sebagai berikut :

Variabel
Mean Z p-value Kesimpulan
1. Pengetahuan tentang
Safety Behavior
Pre-test 3.10 -6.329 0.000 Ho ditolak
Post-test 4.40
2. Pengetahuan tentang
senam kebugaran
Pre-test 2.90 -6.437 0.000 Ho ditolak
Post-test 4.10
3. Pengetahuan tentang
stres kerja
Pre-test 3.10 -6.548 0.000 Ho ditolak
Post-test 4.25
4. Pengetahuan tentang
kepuasan kerja
Pre-test 2.88 -6.548 0.000 Ho ditolak
Post-test 4.02
5. Pengetahuan tentang
Safety Behavior
Pre-test 2.79 -6.290 0.000 Ho ditolak
Post-test 4.12

Para pedagang merasa senang karena denyut nadi setelah olah raga
dapat mendapatkan pengetahuan dibandingkan dengan denyut nadi
baru dan keterampilan sebelum olah raga perlu dipantau
tertentu.Kebugaran fisik dapat dilatih agar beban latihan tidak terlalu berat.
dengan melakukan olah raga secara Apabila beban latihan terlalu berat
rutin sehingga berdampak pada maka dapat berakibat negative pada
denyut nadi. Semakin rutin individu.Individu berlatih olah raga
melakukan latihan kondisi denyut dengan tujuan supaya sehat dan
nadi cenderung akan rendah. Hal ini bugar, namun apabila berdampak
karena mekanisme fisologis kerja negative maka sangat dianjurkan
jantung dalam memompa darah ke untuk segera berhenti latihannya dan
seluruh tubuh sudah baik.Individu melakukan istirahat.
perlu menghitung nadi maksimal
Motivasi melakukan latihan senam
waktu istirahat.Dan membandingkan
kebugaran yang dilakukan pada
dengan denyut nadi setelah
individu pekerja berbeda-beda. Hal
melakukan olah raga. Peningkatan
ini dipengaruhi juga oleh kesenangan
82 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 77-85

seseorang terhadap latihan kebugaran kelelahan.Kelelahan dapat


tersebut ( Andi, dkk, 2016). menurunkan kinerja dan
Kebugaran fisik dapat dilatih dengan produktifitas kerja (Setyawati,
senam kebugaran yang dilakukan 2011).Kelelahan merupakan salah
secara rutin.Dampak dari kebugaran satu potensi bahaya yang bersumber
fisik pada individu dapat pada diri pekerja di tempat kerja
meningkatkan produktivitas kerja yang bisa menyebabkan kecelakaan
para pekerja (Rahayu SU, 2014). kerja.Selain potensi bahaya dari diri
pekerja juga bersumber pada
Keadaan stress dampak dari suatu
lingkungan kerja (Soeripto, 2008,
pekerjaan dipengaruhi oleh individu
Suma’mur, 2009 dan Harrianto,
yang bersifat unik (Azwar, 2010).
2010).
Dukungan sosial sangat penting
kepada para pekerja agar tidak Para pedagang kecil dalam
mengalami stress yaitu berasal dari kesibukannya bekerja setiap hari dari
pihak keluarga. Keluarga pagi sampai sore atau malam
mempunyai fungsi kesehatan sebagian besar masih meluangkan
terhadap para anggotanya (Effendy, waktu untuk berolah raga setiap
2005). Menurut Muslimah, dkk minggu.Olah raga yang sering
(2015) dan Lidyansyah-Intan (2014) dilakukan adalah aerobic atau
menyebutkan selain dengan oleh jogging disekitar rumah dan senam.
raga, alunan musik yang sesuai Kondisi kebugaran fisik merupakan
selera para pekerja juga bisa faktor yang penting dalam
mencegah timbulnya stress. Stress melakukan safety behaviour dalam
kerja juga berpengaruh pada para bekerja. Upaya mengajari dan
pekerja dalam menjalankan melatih individu untuk menguasai
pekerjaannya sehari-hari (Heni dan suatu pengetahuan dan keterampilan
Durinda, 2014). dapat dilakukan dengan proses
pembelajaran atau pelatihan secara
Para karyawan dan tenaga kerja
berkesinambungan (Notoatmodjo,
dalam bekerja perlu memanfaatkan
2010 dan 2011).
waktu istirahat dengan baik.Hal ini
bisa mencegah karyawan dan tenaga Penelitian tentang musik terhadap
kerja mengalami tingkat kelelahan dan produktivitas
Suryanto, Peningkatan Kesehatan Kerja Dan Minimalisasi Stress Kerja 83

kerja, diperoleh hasil bahwa musik keselamatan dan kesehatan kerja


berpengaruh pada penurunan yang optimal pada para pekerja dapat
kelelahan kerja pada pekerja dan mempengaruhi dan meningkatkan
meningkatkan produktivitas kerja motivasi kerja (Riyan, dkk, 2014).
pekerja.(Astuti, 2014).Hasil Pada pekerja yang selama bekerja
penelitian lain menunjukkan nilai Z mengalami kepuasan maka ia akan
= -2.032 dan nilai p = 0.042 dimana meningkat motivasi kerjanya (Atika
hasil tersebut menyatakan bahwa PW dan Darminto E, 2013).
terdapat perbedaan skor stres kerja
SIMPULAN DAN SARAN
sebelum dan sesudah perilaku
mendengarkan musik pada pekerja Hasil pelatihan menunjukkan

(Lidyaansyah, 2014). perubahan pengetahuan responden


tentang kebugaran fisik, stress kerja,
Tempat kerja perlu ditata secara baik
kepuasan kerja dan motivasi kerja.
termasuk kebersihan, kerapian, dan
Kebugaran fisik pada para pekerja
pemberian musik latar.Musik
sangat diperlukan untuk menjaga
membuat kebugaran fisik lebih
agar para pekerja dapat bekerja
baik.Dibandingkan tempat kerja
sehari-hari dalam memenuhi
tanpa musik latar, kemungkinan
kebutuhan keluarga. Latihan
musik latar ini memengaruhi
kebugaran fisik secara rutin dan
konsentrasi responden
berkesinambungan dapat mencegah
berdasarkanpada responden
stress kerja pada pekerja. Latihan
menyukai atau tidak menyukai musik
kebugaran fisik dapat membuat
tersebut.Oleh karena itu, sangat
individu pekerja merasa senang dan
penting untuk
meningkatkan semangat (motivasi)
menyesuaikan/memilih musik latar
dalam bekerja. Para pekerja
untuk pekerja (Rong-Hwa, 2011).
disarankan untuk rajin melakukan
Motivasi kerja dipengaruhi oleh olah raga ringan seperti jalan pagi,
beberapa factor antara lain dari diri joging, senam kebugaran dan senam
sendiri, orang lain dan kondisi aerobik agar fisik tetap bugar. Para
lingkungan kerja. Motivasi pada pekerja disarankan untuk membentuk
seseorang bersifat fluktuatif (Rizky, kelompok latihan senam kebugaran
2012).Sedangkan kondisi
84 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 77-85

untuk melakukan latihan secara rutin MentalPekerja Batik Tulis di Batik Putra
Laweyan, Simposium Nasional Teknologi
dan berkesinambungan. Terapan, Fakultas Teknik UMS.
Notoatmodjo,S, 2010, Promosi Kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA Teori dan Aplikasi, Edisi revisi, Peneribt
Astuti RD, Tarwaka, Darnoto S, Rineka Cipta, Jakarta
2014,Pengaruh Musik Kerja Terhadap ___________, 2011, Ilmu Kesehatan
Tingkat Kelelahan danProduktivitas Kerja Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Karyawan Unit FillingPT. IndoAcidatama
Tbk. Kemiri, Kebakramat, Karanganyar,
Artikel Penelitian, Fikes UMS.
Rahayu SU, 2014, Hubungan antara Status
Andi M, Ifwandi, Jafar M, 2016, Motivasi Gizi dan Tingkat Kebugaran, Jasmani
Member Fitness Center dalam Melakukan dengan Produktivitas Kerja pada tenaga
Latihan Kebugaran Jasmani (Studi Kasus kerja wanita unit Spinning 1 Bagian
Pada Member Wana Gym Banda Aceh, Winding PT. APAC INTI CORPORA
Study Kasus 2015), Jurnal Ilmiah BAWEN, Unnes Journal of Public Health
Mahasiswa Pendidikan 3(4) (2014)
Jasmani,Vol.2,No.2.Mei 2016.
Riyan M, Endang SA, Soe’oed H,
Atika PW dan Darminto E, 2013, Hubungan 2014.Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan
antara Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja (K3) terhadap Motivasi dan Kinerja
Kerja, JurnalCharakter, Vol.1 No.2 tahun Karyawan.Jurnal Administrasi Bisnis (JAB),
2013. Vol.9 No.1, Maret 2014, Unibra Malang.
Azwar, S., 2010. Sikap Manusia, Teori dan
Pengukurannya. Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. Rizky NV, 2012, Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Motivasi Kerja pada
Effendy, N, 2005, Dasar-Dasar Keperawatan Tim Kerja Pengeboran Eksplorasi PT X,
Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 1 No.2 Th
Kedokteran EGC, Jakarta 2012, FKM Undip Semarang
Harrianto R. 2010. Buku Ajar Kesehatan
Kerja. Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Rong-Hwa Huang-Yi Nuo Shih, 2011,
Effects of Background Music on
Concentration of Workers, IOS
Heni RP dan Durinda P, 2014, Pengaruh Press,College of Medicine, Fu Jen Catholic
Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja University.
Karyawan Di PT. Telkom Surabaya Metro,
Laporan Penelitian, Universitas Negeri Setyawati, L.S. 2011. Selintas Tentang
Surabaya Kelelahan Kerja. Penerbit Amara Books,
Iwan MR, 2012. Memperbaiki Kondisi Yogyakarta.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor
Informal Melalui Program Corporate Social Soeripto M, 2008, Higiene Industri, Penerbit
Responsibility Perusahaan, Jurnal Fak.Kedoketaran, Universitas Indonesia,
Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol.15, Jakarta.
No. 01, Maret 2012. Universitas Gadjah
Suma’mur, P.K, 2009. Higiene Perusahaan
Mada, Yogyakarta.
dan Kesehatan Kerja. Penerbit PT.
Lidyansyah, Intan PD, 2014, Menurunkan TokoGunung Agung, Jakarta.
Tingkat Stres Kerja pada Karyawan Melalui
Musik, JIPI,Vol.02, No. 01 Januari 2014,
Fakultas Psikologi, Univeritas Suryanto, Akhyarul A, Candra. A, 2015,
Muhammadiyah Malang. Model Pencegahan Kecelakaan Kerja
Berbasis Model Human and Technical
Muslimah E, Caprianingsih FE, Djunaedi M,
Approach pada Kelompok Usaha Kecil di
2015, Efek Musik Terhadap BebanKerja
Suryanto, Peningkatan Kesehatan Kerja Dan Minimalisasi Stress Kerja 85

Purwokerto Utara Kab.Banyumas, Laporan Optimalisasi Keselamatan Kerja pada


PKM Berbasis Riset tahun I, LPPM Unsoed Pedagang Kecil Berbasis Human Safety
Purwokerto behavior and management approach di
Purwokerto Utara, Proseding Seminar
Nasional Pengembangan Sumber Daya
Suryanto, Simin, Heryanto, Candra. A, Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan
2016, Pengembangan Usaha dan VI Tahun 2016, LPPM Unsoed Purwokerto
PEMILIHAN, PENYIMPANAN DAN KUALITAS GARAM BERIODIUM
PADA TINGKAT KELUARGA DI KELURAHAN TIMBULHARJO,
KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA

ELECTION, STORAGE AND IODINE SALT QUALITY IN THE FAMILY


LEVEL IN TIMBULHARJO VILLAGE, SEWON DISTRICT,
BANTUL REGENCY, YOGYAKARTA

Nurul Laila Azizah, Waryana, Abidillah Mursyid


Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta

ABSTRACT
One factor of IDD (Iodine Deficiency Disorders) is the lack consumptionof iodine,
eitheriodinecomes from foodorsaltthat has beenfortified withiodine. Behavior ofhousewivesin
selectingandstoringsaltshould be appropriatetomaintainthe quality ofsalt. Objective of the research
to determine the manner of selection, methods of storage, the quality of iodized salt, and the
Differences in the quality of iodized salt by way of elections and salt storage by housewives.Type
of research is observational research in the form of analytic survey with cross sectional study
design. The sample was selected using proportional random sampling technique. Data were
collected in May 2015 in the Mriyan Orchard by conduct home visits, with a total study population
of 410 households and the number of samples used as much as 78 households. This research was
analyzed using Chi-square test.The results showed differences in the quality of iodized salt by way
of elections and salt storage in the Mriyan Orchard with a value of p <0.05. Based on the
descriptive results, it is known that the election of salt housewife compliance (89.7%), as well as
salt storage means compliance (70.5%), the quality of iodized salt in the Mriyan Orchard reach the
target the use of iodized salt for all (92.3%). There is a differences in the quality of iodized salt by
way of elections (p = 0.000). Then, there is a differences in the quality of iodized salt by salt
storage (p = 0.003)

Keywords: salt election method, a way of storing salt, iodized salt quality.

ABSTRAK
Salah satu faktor penyebab GAKI adalah kurangnya konsumsi iodium, baik iodium yang berasal
dari bahan makanan ataupun garam dapur yang telah difortifikasi iodium. Perilaku ibu rumah
tangga dalam memilih dan menyimpan garam harus sesuai kaidah untuk mempertahankan kualitas
garam. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui cara pemilihan, cara penyimpanan, kualitas
garam beriodium, dan perbedaan kualitas garam beriodium berdasarkan cara pemilihan dan
penyimpanan garam. Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatancross sectional. Sampelmenggunakan teknik proporsional random sampling.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2015 di Dusun Mriyan dengan melakukan kunjungan
rumah, dengan jumlah populasi penelitian sebanyak 410 rumah tangga dan jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 78 rumah tangga. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-square.Hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan kualitas garam beriodium berdasarkan cara pemilihan dan
penyimpanan garam di Dusun Mriyan dengan nilai p <0,05. Berdasarkan hasil dekskriptif,
diketahui bahwa cara pemilihan garam ibu rumah tangga telah sesuai (89,7%), begitu pula dengan
cara penyimpanan garam telah sesuai (70,5%), kualitas garam beriodium di dusun Mriyan
mencapai target penggunaan garam beriodium (92,3%). Ada perbedaan kualitas garam beriodium

86
Nurul L, Pemilihan, Penyimpanan Dan Kualitas Garam Beriodium 87

berdasarkan cara pemilihan garam (p = 0,000) dan ada perbedaan kualitas garam beriodium
berdasarkan cara penyimpanan garam (p = 0,003).

Kata Kunci: cara pemilihan garam, cara penyimpanan garam, kualitas garam beriodium.

PENDAHULUAN Di Indonesia, iodium difortifikasi


dalam garam sebagai zat adiktif atau
Kekurangan iodium merupakan
suplemen dalam bentuk (KIO3).
masalah dunia dan juga masalah gizi
Cara ini dinilai lebih alami, murah,
yang sedang dihadapi oleh
praktis, dan diharapkan mampu
Pemerintah Indonesia.Berdasarkan
mencapai kriteria garam beriodium
taksiran WHO dan UNICEF, sekitar
untuk semua atau Universal Salt
satu juta penduduk di Negara
Iodization (USI) yang telah
berkembang berisiko mengalami
dirancang oleh pemerintah.Garam
kekurangan iodium (Arisman,
beriodium untuk semua atau
2007).Untuk meningkatkan kualitas
Universal Salt Iodization (USI)
sumber daya manusia, pemerintah
mensyaratkan minimal 90% rumah
Indonesia berupaya mengeliminasi
tangga mengonsumsi garam dengan
penduduk dari kekurangan
kandungan iodium cukup
iodium.Upaya penanggulangan
((Departemen Kesehatan RI, 2010).
GAKI yang selama ini dilakukan
berupa distribusi kapsul yodiol di Hasil survey Kadarzi (Keluarga
daerah endemik sedang dan berat Sadar Gizi) tahun 2013 yang
serta program iodisasi garam. dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Keputusan Presiden No 69 tahun Bantul menunjukkan bahwa daerah
1994 tentang pengadaan garam yang termasuk dalam wilayah kerja
beriodium, yang antara lain Puskesmas Sewon I, Bantul,
menyatakan: ―garam yang dapat Yogyakarta, persentase konsumsi
diperdagangkan untuk keperluan garam beriodium hanya 50% (Dinkes
manusia adalah garam beriodium Kab. Bantul, 2013). Hal ini dapat
yang telah memenuhi Standar disebabkan oleh beberapa faktor,
Nasional Indonesia (SNI)‖ salah satunya ialah pengelolaan
(Departemen Kesehatan RI, 2010). garam beriodium di tingkat keluarga
88 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 86-97

masih belum tepat, baik dari cara sectional. Penelitian dilaksanakan di


penggunaan atau penyimpanan Dusun Mriyan, Kelurahan
garam. Selain itu, sebagian Timbulharjo, Kecamatan Sewon,
masyarakat beranggapan bahwa Kabupaten Bantul, DIY.Pengambilan
garam beriodium kurang asin data dilakukan pada tanggal 26 – 29
dibandingkan garam biasa serta Mei 2015.
berasa pahit (Pujinarti, dan Arifah.
Variabel Penelitian ini terdiri dari
2007).
variabel bebas (Pemilihan garam dan
Menurut hasil penelitian Prawini penyimpanan garam) dan variabel
(2013), perilaku dari ibu rumah terikat (Kualitas garam
tangga mempengaruhi ketersediaan beriodium).Subyek penelitian yaitu
garam beriodium. Perilaku ibu rumah semua ibu rumah tangga yang
tangga yang tidak mengkonsumsi terdapat di Dusun Mriyan, yang
garam beriodium dipengaruhi oleh ditentukan menggunakan teknik
kurang pahamnya ibu rumah tangga proporsional random
akan pentingnya konsumsi garam sampling.Jumlah populasi penelitian
beriodium. sebanyak 410 rumah tangga dan
jumlah sampel yang digunakan
Penelitian ini bertujuan untuk
sebanyak 78 rumah tangga.
mengetahui perbedaan kualitas
garam beriodium berdasarkan cara Data yang dikumpulkan yaitu data
pemilihan dan penyimpanan garam primer dan data sekunder.Data
oleh ibu rumah tangga pada tingkat primer meliputi data identitas ibu
keluarga di Dusun Mriyan, rumah tangga, data pemilihan garam,
Kelurahan Timbulharjo, Kecamatan data penyimpanan garam, dan data
Sewon, Bantul, Yogyakarta. kualitas garam beriodium yang
diperoleh melalui wawancara dan
observasi.Data sekunder meliputi
METODE data geografis dan gambaran umum

Jenis penelitian ini adalah penelitian wilayah yang diperoleh dari Kantor

observasional berupa survei analitik Kelurahan Desa Timbulharjo.

dengan desain penelitian cross


NurulPemilihan,
Nurul Laila, L, Pemilihan, Penyimpanan
Penyimpanan DanDan Kualitas
Kualitas Garam
Garam Beriodium
Beriodium 89

Data dianalisis menggunakan uji bertujuan untuk mengetahui


statistik SPSS dengan analisis perbedaan kualitas garam beriodium
univariat untuk mengetahui deskripsi berdasarkan cara pemilihan garam
masing-masing variabel, meliputi oleh ibu rumah tangga, dan
pemilihan garam yang terdiri dari perbedaan kualitas garam beriodium
merek garam beriodium, berdasarkan cara penyimpanan
kenampakan putih bersih, dan bentuk garam oleh ibu rumah tangga.
garam, kemudian penyimpanan
HASIL DAN PEMBAHASAN
garam yang terdiri dari ada wadah
penyimpanan, wadah penyimpanan Subjek penelitian ini adalah ibu

tertutup, wadah tidak tembus cahaya, rumah tangga yang terdapat di Dusun

wadah diletakkan jauh dari kompor, Mriyan, Kelurahan Timbulharjo.Ibu

dan tidak terkena sinar matahari rumah tangga yang diambil sebagai

secara langsung, lalu kualitas garam responden penelitian merupakan ibu

beriodium berupa kualitas yang baik rumah tangga yang tinggal di Dusun

atau kurang. Kemudian analisis Mriyan, bisa diajak berkomunikasi,

bivariat yang dianalisis sehat jasmani dan rohani serta

menggunakan uji statistik Chi-square bersedia menjadi responden

dengan tingkat kepercayaan 95% penelitian.Ibu rumah tangga yang

karena variabel penelitian berskala menjadi responden berjumlah 78

ordinal-ordinal. Analisis ini orang.

Tabel 1. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Usia dan Jumlah Anggota
Keluarga di Dusun Mriyan
Karakteristik Jumlah
N %
1. Usia Ibu (tahun)
<25 2 2,6
25-45 39 50
>45 37 47,7
2. Jumlah Anggota Keluarga
≤ 4 orang 52 66,7
> 4 orang 26 33,3
Total 78 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui tangga di Dusun Mriyan berusia 25-


bahwa sebagian besar ibu rumah 45 tahun dengan persentase 50%.
90 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 86-97

Sedangkan ibu rumah tangga yang 12 tahun keatas 150 μg, dewasa 150
berusia <25 tahun yaitu 2,6% dan μg dan ibu hamil serta menyusui
>45 tahun yaitu 47,7%. Kemudian, sebanyak 200 μg (Pujinarti dan
jumlah anggota keluarga sebagian Arifah, 2007). Berdasarkan Tabel 2,
besar terdiri dari ≤ 4 orang dengan dapat diketahui hasil penelitian
persentase 66,7% sedangkan jumlah pemilihan garam oleh ibu rumah
anggota keluarga yang terdiri > 4 tangga. Sebagian besar cara
orang sebanyak 26 keluarga dengan pemilihan garam oleh ibu rumah
persentase 33,3%. tangga di Dusun Mriyan sebanyak
89,7% adalah sesuai sedangkan
Angka kecukupan iodium setiap
10,3% lainnya tidak sesuai. Sesuai
harinya sangat kecil, yaitu antara 90
tidaknya cara pemilihan garam
μg – 200 μg per hari, tergantung
beriodium diketahui berdasarkan ada
dengan umur seseorang. Untuk umur
tidaknya merek garam beriodium
0 – 59 bulan dianjurkan
pada kemasan garam, serta
mengonsumsi iodium sebanyak 90
kenampakan garam yang dilihat
μg, umur 6 – 12 tahun 120 μg, umur
secara fisik.

Tabel 2. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Cara Pemilihan Garam di


Dusun Mriyan
Cara Pemilihan Garam Jumlah Persentase
1. Sesuai 70 89,7
2. Tidak Sesuai 8 10,3
Total 78 100

Pemilihan garam merupakan suatu Sedangkan cara penyimpanan garam


perilaku memilih garam yang beriodium yang baik yaitu disimpan
diketahui dengan jenis garam pada dalam wadah yang tertutup rapat dan
kemasan serta bentuk fisik dari kering, diletakkan di tempat yang
garam yang digunakan oleh ibu sejuk, jauh dari panas api dan sinar
rumah tangga.Selain itu, kemasan matahari langsung (Departemen
garam dalam kondisi yang baik Kesehatan RI, 2009). Penyimpanan
seperti kemasan tertutup rapat dan garam oleh ibu rumah tangga dapat
tidak bocor (Palupi, 2008). dilihat pada Tabel
Nurul L, Pemilihan, Penyimpanan Dan Kualitas Garam Beriodium 91

Tabel 3. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Cara Penyimpanan Garam di


Dusun Mriyan
Cara Penyimpanan Garam Jumlah Persentase
Sesuai 55 70,5
Tidak Sesuai 23 29,5
Total 78 100

Berdasarkan data pada Tabel 3, Garam beriodium adalah garam yang


diketahui bahwa cara penyimpanan telah diperkaya dengan iodium, yang
garam yang telah sesuai dilakukan dibutuhkan tubuh untuk membuat
oleh ibu rumah tangga ialah 70,5% hormon yang mengatur pertumbuhan
sedangkan yang tidak sesuai ialah dan perkembangan kecerdasan
29,5%. Untuk mengetahui sesuai (Departemen Kesehatan RI, 2009).
tidak sesuainya suatu cara
Garam beriodium yang dianjurkan
penyimpanan garam yang dilakukan
untuk dikonsumsi adalah yang harus
oleh ibu rumah tangga,
memenuhi Standar Nasional
dikelompokkan berbagai perlakukan
Indonesia (SNI) No.013556.2.2000
penyimpanan.
tahun 1994, yaitu garam
Cara penyimpanan garam dalam mengandung KIO3 sebesar 30 – 80
penelitian ini mencakup dari wadah ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun
yang digunakan, kondisi wadah dan 1994, semua garam yang beredar di
tata letak wadah garam.Kondisi Indonesia harus mengandung
wadah, diketahui dengan ada iodium.Kebijaksanaan ini berkaitan
tidaknya wadah sebagai tempat erat dengan masih tingginya kejadian
penyimpanan, kemudian tertutup Gangguan Akibat Kekurangan
atau terbuka, dan wadah yang Iodium (GAKI) di Indonesia
digunakan tembus cahaya atau (Departemen Kesehatan RI,
tidak.Kemudian, tata letak 2005).Kualitas garam beriodium
penyimpanan garam meliputi yang terdapat di Dusun Mriyan dapat
penempatan wadah jauh atau dekat dilihat pada Tabel 4.
dengan perapian atau kompor dan
terkena sinar matahari secara
langsung atau tidak.
92 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 86-97

Tabel 4. Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Kualitas Garam di Dusun Mriyan


Kualitas Garam Beriodium Jumlah Persentase
1. Baik 72 92,3
2. Kurang 6 7,7
Total 78 100

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa SNI: kadar air 7%, Natrium Klorida
kualitas garam yang terdapat pada > 94%, Kalium Iodat > 30 ppm,
rumah tangga di Dusun Mriyan Timbal < 10 ppm, Tembaga < 10
termasuk baik. Hal ini dikarenakan ppm, Air Raksa < 0,1 ppm dan Arsen
angka cakupan konsumsi garam < 0,1 ppm. Salah satu alasan
beriodium setelah dilakukan test mengapa garam dipilih untuk
iodium lebih dari 90%(Departemen fortifikasi dengan iodium adalah
Kesehatan RI, 2013). Kualitas garam karena garam dikonsumsi oleh
beriodium yang termasuk baik pada hampir semua lapisan penduduk
rumah tangga di Dusun Mriyan yaitu suatu masyarakat dan oleh semua
sebanyak 92,3% sedangkan 7,7% tingkatan ekonomi(Departemen
kurang. Kesehatan RI, 2009).

Keputusan Presiden (Keppres) No. Penelitian mengenai perbedaan


69 / 1994 menyatakan bahwa garam kualitas garam beriodium
untuk konsumsi dan industri harus berdasarkan cara pemilihan garam di
sesuai di iodisasi sesuai dengan Dusun Mriyan, Kelurahan
ketentuan dari SNI. Garam untuk Timbulharjo dapat dilihat pada Tabel
konsumsi manusia harus memenuhi 5.

Tabel 5. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Cara Pemilihan Garam data
Kualitas Garam Beriodium
Kualitas Garam Beriodium
Cara Pemilihan
Baik Kurang Total p
Garam
N % N % n %
Sesuai 68 94,4 2 33,3 70 89,7
Tidak Sesuai 4 5,6 4 66,7 8 10,3 0,000
Total 72 100 6 100 78 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam suatu rumah tangga sebagian


kualitas garam beriodium yang baik besar memiliki cara pemilihan garam
Nurul Pemilihan,
Nurul Laila, L, Pemilihan, Penyimpanan
Penyimpanan DanDan Kualitas
Kualitas Garam
Garam Beriodium
Beriodium 93

yang sesuai dengan persentase Sikap ibu rumah tangga terhadap


94,4%. Dari 72 rumah tangga yang pemilihan garam ditemukan pula
memiliki kualitas garam beriodium pada hasil penelitian Prawini (2013),
baik 68 rumah tangga diantaranya yang mengemukakan bahwa sikap
memiliki cara pemilihan garam yang ibu rumah tangga terhadap garam
sesuai sedangkan 4 rumah tangga beriodium dapat dipengaruhi oleh
lainnya tidak sesuai. adanya pengalaman pribadi,
pengaruh dari lingkungan sekitar
Kemudian, kualitas garam
(orang tua dan tetangga) sehingga
beriodium yang kurang dalam suatu
menjadi suatu kebiasaan dalam
rumah tangga sebagian besar
menggunakan garam biasa.
memiliki cara pemilihan garam yang
tidak sesuai dengan persentase Kadar tiroksin yang rendah pada
66,7%. Berdasarkan analisis statistik tubuh seseorang akan merangsang
menggunakan chi square diperoleh kelenjar pituitary untuk
hasil p value = 0,000. Dengan memproduksi lebih banyak hormon
demikian, diketahui bahwa ada TSH (Tyroid Stimulating Hormone).
perbedaan kualitas garam beriodium Rendahnya kadar tiroksin dalam
berdasarkan cara pemilihan garam darah dalam waktu yang lama, akan
oleh ibu rumah tangga. mengakibatkan kerja kerasnya
kelenjar tiroid untuk
Pemilihan garam beriodium
mengkompensasi kebutuhan tiroksin
merupakan suatu sikap atau langkah
secara normal dalam tubuh. Sehingga
awal bagi masyarakat khususnya ibu
hormon TSH menyebabkan kelenjar
rumah tangga dalam memahami
tiroid membesar karena jumlah dan
pentingnya kesehatan
ukuran sel-sel epitel membesar dan
keluarga.Iodium memiliki peranan
timbullah suatu penyakit yang
khusus bagi tubuh, yang merupakan
disebut dengan gondok(Adrianidkk.,
zat gizi mikro yang diperlukan tubuh
2012).
untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan Dengan demikian, kesadaran ibu
seseorang,sehingga, iodium sangat rumah tangga sebagai motor
penting untuk meningkatkan penggerak kehidupan keluarga akan
kesejahteraan sumber daya manusia. kesehatan sangat perlu diperhatikan.
94 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 86-97

Berdasarkan penelitian pemilihan iodium yang kemudian dapat


garam di Dusun Mriyan diketahui berpengaruh pada status iodium
bahwa apabila cara pemilihan garam dalam tubuh.Penelitian mengenai
telah sesuai maka kualitas garam perbedaan kualitas garam beriodium
akan semakin baik. Hal ini sesuai berdasarkan cara penyimpanan
dengan pernyataan Picauly (2002) garam di Dusun Mriyan, Kelurahan
yang menyatakan bahwa pemilihan Timbulharjo dapat dilihat pada Tabel
garam beriodium secara tidak 6.
langsung mempengaruhi konsumsi
Tabel 6. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Cara Penyimpanan Garam
dan Kualitas Garam Beriodium
Kualitas Garam Beriodium
Cara Penyimpanan
Baik Kurang Total p
Garam
N % N % N %
Sesuai 54 75 1 16,7 55 70,5
Tidak Sesuai 18 25 5 83,3 23 29,5 0,003
Total 72 100 6 100 78 100

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa menggunakan Chi square diperoleh


kualitas garam beriodium yang baik hasil p value = 0,003. Hal ini
sebagian besar memiliki cara menunjukkan bahwa ada perbedaan
penyimpanan yang sesuai dengan kualitas garam beriodium
persentase 75%. Dari 72 rumah berdasarkan cara penyimpanan
tangga yang memiliki kualitas garam garam oleh ibu rumah tangga.
beriodium baik 54 rumah tangga
Penelitian yang dilakukan di Dusun
diantaranya memiliki cara
Mriyan ditemukan sebanyak 25%
penyimpanan yang sesuai sedangkan
rumah tangga yang diuji kualitas
18 rumah tangga lainnya tidak
garam dengan menggunakan iodium
sesuai.
test memiliki kualitas garam
Kemudian, kualitas garam beriodium beriodium yang baik namun cara
yang kurang sebagian besar memiliki penyimpanan garam tersebut tidak
cara penyimpanan yang tidak sesuai sesuai. Hal ini dapat dipengaruhi
dengan persentase 83,3%. oleh lama simpan suatu garam.
Berdasarkan analisis statistik
NurulNurul
Laila,L,Pemilihan,
Pemilihan,Penyimpanan
PenyimpananDan
DanKualitas
KualitasGaram
Garam Beriodium
Beriodium 95

Ketika dilakukan pengambilan data, lembab akan mempengaruhi


garam yang diuji dalam keadaan baru kestabilan garam beriodium sehingga
(kemasan belum dibuka) karena meningkatkan kadar air pada garam.
garam yang lama telah Dengan demikian garam harus
habis.Keadaan garam yang masih disimpan dalam kondisi kering dan
baru tersebut memiliki risiko kualitas tertutup serta tidak tembus cahaya
garam kurang sedikit, karena masih karena sifat iodium yang mudah
dalam kondisi baru dan tertutup. terikat cahaya.
Begitu pula dengan kualitas garam
Penyimpanan yang salah atau tidak
yang kurang namun cara
sesuai dapat disebabkan oleh
penyimpanan garam tersebut sesuai
berbagai faktor, yaitu ekonomi dan
(16,7%), hal ini dikarenakan kondisi
pengetahuan.Rumah tangga yang
garam yang telah disimpan terlalu
mengalami kondisi ekonomi kurang
lama sehingga garam menjadi lemab
dapat mempengaruhi keadaan rumah
bahkan berair, sehingga
tangga yang turut serta berimbas
mempengaruhi kandungan iodium
pada hal seperti perilaku
didalamnya (Hakim, 2009).
penyimpanan garam.Selain itu,
Hasil penelitian ini sesuai dengan pengetahuan ibu rumah tangga yang
penelitian Noviani (2007) yang kurang juga dapat mempengaruhi
menyatakan bahwa penyimpanan dan karena ketidaktahuan tentang garam
teknik penyimpanan akan beriodium. Hal ini dibuktikan dengan
mempengaruhi kualitas garam hasil penelitian yang dilakukan oleh
beriodium. Penyimpanan garam yang Setiarini dan Adriani (2010), bahwa
baik yaitu menyimpan garam terdapat hubungan antara tingkat
beriodium dalam wadah tertutup pengetahuan ibu dengan cara
rapat dan kering, diletakkan dalam menyimpan garam beriodium.
tempat sejuk, jauh dari api dan sinar Dimana apabila ibu memiliki
matahari. Iodium akan mengalami pengetahuan yang baik maka cara
penguapan apabila terkena panas menyimpan garam beriodium akan
baik panas yang berasal dari perapian baik.
atau sinar matahari. Selain itu,
Kemudian, adanya pengaruh
kondisi tempat penyimpanan yang
kebudayaan dimana sudah menjadi
96 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10, Nomor 1, Januari 2018, Hal. 86-97

suatu kebiasaan sikap dalam garam yang tidak sesuai; kualitas


lingkungan dan terjadi secara turun garam beriodium yang baik memiliki
menurun, lalu media massa berupa cara penyimpanan garam yang
iklan, serta lembaga pendidikan sesuai, sedangkan kualitas garam
dimana seseorang diharapkan beriodium yang kurang memiliki
memiliki pengetahuan yang lebih cara penyimpanan garam yang tidak
tinggi apabila mengenyam sesuai.
pendidikan yang lebih tinggi pula
Disarankan kepada ibu-ibu rumah
(Azwar, 2000). Hal ini sesuai
tangga agar memenuhi kualitas
dengan penelitian Prawini (2013),
garam beriodium, maka perlu adanya
yang mengemukakan bahwa
cara pemilihan dan penyimpanan
pengalaman ibu rumah tangga
garam dengan sesuai.Tokoh
menggunakan garam beriodium dan
masyarakat memberikan edukasi dan
kebiasaan menggunakan garam biasa
motivasi kepada ibu-ibu rumah
menyebabkan sikap negatif terhadap
tangga mengenai cara pemilihan dan
garam beriodium.
penyimpanan garam agar kualitas
garam beriodium yang dikonsumsi
keluarga semakin baik.
SIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar cara pemilihan garam


DAFTAR PUSTAKA
beriodium oleh ibu rumah tangga
Adriani, Merryana, Wiratmadi, B. 2012.
(89,7%) dalam kategori sesuai; Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana
Prenada Media Jakarta.Group.Arisman.
sebagian besar cara penyimpanan 2007.Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit
garam beriodium oleh ibu rumah Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
tangga (70,5%) dalam kategori
Azwar, S. 2000. Sikap Manusia, Teori dan
sesuai; sebagian besar kualitas garam Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
beriodium ibu rumah tangga (92,3%) Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset
dalam kategori baik. Kualitas garam Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
beriodium yang baik memiliki cara Departemen Kesehatan RI.Jakarta

pemilihan garam yang sesuai, Departemen Kesehatan RI. 2010. Rencana


Aksi Balai Litbang GAKI 2010 – 2014. Tim
sedangkan kualitas garam beriodium Balai Litbang Penanggulangan GAKI.
Magelang
yang kurang memiliki cara pemilihan
Nurul L, Pemilihan, Penyimpanan Dan Kualitas Garam Beriodium 97

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Palupi, L. 2008. Garam beryodium.Diunduh


Pemantuan Status Gizi (PSG) dan Keluarga tanggal 27 Desember 2014 pukul
Sadar Gizi Departemen Kesehatan RI. 2005. 14.15.http://kuliahbidan.wordpress.com/200
Rencana Aksi Nasional Kesinambungan 8/10/12/garam-beryodium/.
Program Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium.Tim Penanggulangan
GAKI Pusat.(KADARZI). Departemen Picauly, I. 2002. Iodium dan
Kesehatan RI. Jakarta Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2013. (GAKI). www.google.com Diakses tanggal
Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. Tidak 15 Maret 2008.
Dipublikasikan. Setiarini, dan Adriani, S. 2010. Tingkat
Pengetahuan GAKI Dengan Penangan
Garam Beriodium Oleh Ibu Rumah Tangga
Hakim, A. L. 2009. Kesesuaian Kadar Di Desa Belah, Kecamatan Donorojo,
Yodium Dapur, Air, dan Urin Iodium Kabupaten Pacitan. Jurnal MGMI. 2 (1): 39-
Excretion (UIE) di Daerah Endemis GAKY. 45.
Skripsi. Universitas Diponegoro.Semarang
Prawini, G. A. M. 2013. Gambaran
Noviani, I. 2007. Analisis Faktor-Faktor Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Rumah
yang Berhubungan dengan Penggunaan Tangga terhadap Garam Beriodium di Desa
Garam Beriodium di Rumah Tangga di Desa Lodtunduh Wilayah Kerja UPT Kesehatan
Sumurgede Kecamatan Godong Kabupaten Masyarakat Ubud I Tahun 2013.Jurnal
Grobogan Tahun 2007. Diunduh pada Community Health. 1 (2): 122-130.
tanggal 14 Juni 2015.
http://www.digilib.unnes.ac.id
Pujinarti, dan Siti, A. 2007.Gizi dan
Kesehatan Mayarakat. Rajawali Pers.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai