Anda di halaman 1dari 5

KUSTA : RELAPS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


/UN.18/RS/DIR/PPK/KOMED/2019 00 1/5

RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS MATARAM

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh


Direktur

PANDUAN PRAKTIK
KLINIS

dr. Ahmad Taufik S., Sp.OT.


Februari 2019 NIP. 19810331 200604 1 002
Relaps adalah timbulnya tanda dan gejala kusta pada pasien yang telah
menyelesaikan pengobatan yang adekuat, baik selama masa pengawasan maupun
DEFINISI
setelahnya. Pengobatan harus sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dan
dihentikan oleh petugas yang berwenang.1,2
KRITERIA Klinis
DIAGNOSIS
1. Anamnesis

Riwayat pengobatan MH sebelumnya: pernah mendapat terapi MDT da
dinyatakan telah RFT yang ditentukan oleh wasor atau dokter kusta yang
berwenang.

Terdapat lesi baru dan atau gangguan sensibilitas baru dan atau perluasa
gangguan yang sudah ada sebelumnya, dan atau pembesaran saraf baru.
KUSTA : RELAPS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


/UN.18/RS/DIR/PPK/KOMED/2019 00 2/5


RUMAH SAKIT
Telaah hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya (slit skin smear
UNIVERSITAS MATARAM histopatologi, dan serologi).
2. Kriteria diagnosis MH relaps

Kriteria klinis (peningkatan ukuran dan perluasan lesi yang sudah ada
timbul lesi baru, timbul eritema dan infiltrasi kembali pada lesi yang
sudah membaik, penebalan atau nyeri saraf).5,6

Kriteria bakteriologis: dua kali pemeriksaan BTA positif (selama period
pengobatan) pada pasien yang sebelumnya BTA negatif pada lokas
mana saja. Atau jika terdapat peningkatan BI 2+ atau lebih dibandingka
dengan pemeriksaan BI sebelumnya pada 2 lokasi, dan tetap positif pad
pemeriksaan ulang. Hal ini dikatakan relaps apabila pasien suda
menyelesaikan terapi MDT sebelumnya (WHO).1,2

Kriteria terapeutik: untuk membedakan dengan RR, dapat dilakukan
tindakan sebagai berikut: pasien diterapi dengan prednison (1 mg/kgBB)
Jika RR, maka akan terdapat perbaikan klinis secara berangsur dalam
bulan. Jika tidak ada perbaikan gejala atau hanya sebagian membaik atau
justru lebih bertambah, dapat dikatakan tersangka relaps.1-3

Kriteria histopatologis: muncul kembali granuloma pada kasus PB da
meningkatnya infiltrasi makrofag disertai dengan ditemukannya basi
solid serta peningkatan BI pada kasus MB.1

Kriteria serologis: pada kasus LL, pengukuran antibodi IgM PGL-1
merupakan indikator yang bagus untuk terjadinya relaps.1-4,7

Catatan: 3 kriteria pertama sudah cukup untuk menegakkan diagnosi
relaps.5
DIAGNOSIS 1. Eritema nodosum leprosum. Sebagai diagnosis banding dari relaps bentuk
BANDING papul dan nodul.1
2. Resistensi obat1-3
3. Reaktivasi1,2
4. Reinfeksi1-3
5. Reaksi reversal. Terkadang RR terjadi setelah RFT, biasanya dalam 2 tahu
KUSTA : RELAPS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


/UN.18/RS/DIR/PPK/KOMED/2019 00 3/5

RUMAH SAKIT
pertama setelah RFT.1 Reaksi tersebut biasanya terjadi pada pasien yan

UNIVERSITAS MATARAM mengalami RR berulang sebelum dan selama pengobatan MDT. Kondisi in
dikenal sebagai late reversal reaction (LRR). Kondisi tersebut biasany
seringkali membingungkan dan harus dibedakan dengan relaps.1,8
1. Bakteriologi1,4,8
2. Histopatologi1,4,8
PEMERIKSAAN
3. Imunohistopatologi1,8
PENUNJANG
4. Serologis1
5. Inokulasi kaki mencit4
Pengobatan relaps kusta sesuai dengan tipe kustanya. Pada kasus yang masih
sensitif terhadap MDT WHO, relaps kusta PB diobati dengan regimen MDT PB
TATA LAKSANA WHO dan relaps kusta MB diobati dengan MDT MB WHO. Pada kusta PB yang
relaps menjadi kusta MB diobati dengan MDT MB WHO, sedangkan kusta MB
yang relaps menjadi kusta PB tetap diobati dengan MDT MB WHO.7
Kekambuhan penyakit sangat jarang terjadi, tetapi apabila ada reaktivasi pad
EDUKASI
bercak kulit atau timbul bercak baru, hubungi fasilitas kesehatan setempat.9
Pro ad vitam : bonam
Pro ad fungsionam : dubia ad bonam sampai dubia ad malam
PROGNOSIS Pro ad sanactionam : dubia ad bonam sampai dubia ad malam
Relaps mungkin masih dapat terjadi dalam waktu yang sangat lama, hingga 13
tahun setelah RFT. Paket kedua MDT masih memberikan respon yang baik.9
KEPUSTAKAAN 1. Thappa DM, Kaimal S, Relapse in leprosy. Dalam Kar HK, Kumar B
penyunting. IAL Textbook of leprosy. Edisi ke-1. New Delhi: Jaype
Brothers Medical Publishers (PP) Ltd; 2010.h.483-91.
2. Ramu G. Clinical features and diagnosis of relapses in leprosy. Indian
Journal of Leprosy. 1995;67(1):45-59.
3. Pannikar V, Jesudasan K, Vijayakumaran P. Relapse or late reversal reation
International Journal of Leprosy. 1995;67(1):526-8.
4. Desikan KV. Relapse, reactivation or reinfection? Indian Journal of Leprosy
1995;67(1):3-11.
5. Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL. Dalam: Menaldi SL SW
Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke
KUSTA : RELAPS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


/UN.18/RS/DIR/PPK/KOMED/2019 00 4/5

RUMAH SAKIT
7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.h.87-102.

UNIVERSITAS MATARAM 6. World Health Organization. A Guide to Leprosy Control. Edisi ke-2. Geneva
WHO; 1988.
7. Jacobson RR. Treatment of relapsed leprosy. Indian Journal of leprosy
1995;67(1):99-102.
8. Kar HK, Sharma P. Leprosy Reaction. Dalam: Kar HK, Kumar B, ediotr. IAL
Textbook of Leprosy. Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee Brothers Medica
Publisher (PP) Ltd; 2010.h.269-89.
9. National Leprosy Eradication Programme Directorate General of Healt
Services of Health Services Ministry of Health & Family Welfare Nirman
Bhawan. Information Education Communication (IEC) and Counseling
Training Manual for Medical Officers. New Delhi; 2009.h.119-24
PENELAAH KRITIS KSM Non Bedah
KUSTA : RELAPS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


/UN.18/RS/DIR/PPK/KOMED/2019 00 5/5

RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS MATARAM

No Yang Membuat Tanda Tangan

1.

2.

Di Setujui Oleh
Ketua Komite Medik, Ketua KSM Non Bedah,

dr H. Doddy Ario Kumboyo Sp.OG (K) dr Indah Sapta Wardani Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai