Mata Juling
Mata Juling
STRABISMUS ESOTROPIA
Oleh
Huseikha Velayazulfahd
Pembimbing:
ILUSTRASI KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. Z
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Tenjo Jaya, Cibitung Tengah, Bogor
II. Anamnesis
Secara alloanamnesis dan autoanamnesis pada tanggal 22 November 2013 di
Poliklinik Mata RSMM Bogor
a. Keluhan Utama
Mata kanan juling ke dalam
Ekstremitas
Atas : akral hangat, edema (-)
Bawah : akral hangat, edema (-)
OD OS
Visus 1,0 1,0
Palpebra
Edema - -
Luka Robek - -
Benjolan - -
Konjungtiva
Warna Jernih + +
Injeksi - -
Pigmen - -
Penebalan - -
Benda asing - -
Sekret - -
Edema - -
Kornea
Jernih + +
Benda asing - -
Infiltrat - -
sikatriks - -
Arkus senilis - -
Iris
Pupil
Lensa
Pemeriksaan Penunjang
VOD : 0,1
VOS : 0,1
V. Resume
Seorang pasien perempuan 4 tahun datang ke poliklinik mata RSMM dengan
keluhan mata kanan juling kedalam sejak 2 bulan yang lalu. Mata kanan gerakannya
terbatas dan terfiksasi di sisi nasal. Terdapat riwayat trauma dan kejang demam 2 bulan
yang lalu. Pasien dirawat di rumah sakit dengan penurunan kesadaran dan demam
selama 8 hari. Selama perawatan, mata kiri pasien juling ke dalam disertai bengkak
pada kelopak mata kiri, namun mata kanan normal. Setelah pualng dari perawatan mata
kiri membaik dan tidak juling lagi, namun mata kanan juling ke dalam hingga saat ini
sudah 2 bulan tidak membaik.
VI. Diagnosis
OD Strabismus Esotropia
VII. Terapi
Non Farmakologis
Edukasi
- Menjelaskan tentang penyakitnya, jelaskan kepada orang tua, bahwa penyakit
anaknya harus di terapi segera, karena dapat mengganggu sistem sensorik mata
dan prose belajar serta tumbuh kembang anak, selain itu menegaskan bahwa
kemungkinan diperlukan terapi secara pembedahan
Prednison II/C
VIII. Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Pendahuluan
Juling (strabismus) adalah suatu nama yang diberikan untuk ketidaksejajaran mata yang
biasanya persisten atau regular. Penderita strabismus tidak hanya terlihat penampilannya yang
jelek, gangguan visual yang berhubungan dengan juling kadang-kadang menjadi beban yang
sangat besar. Juling tidak hanya suatu cacat, tapi sering suatu gangguan visual yang berat.(1,2)
Esotropia merupakan juling ke dalam atau strabismus konvergen manifes dimana
sumbu penglihatan mengarah ke arah nasal. Esotropia akuisita dapat terjadi pada usia 1-8 tahun
dan tidak selalu respons dengan penggunaan kacamata jauh. Esotropia akuisita biasanya
muncul usia 2-5 tahun dan sering dihubungkan dengan penyakit penyebabnya.(3,4)
Esotropia akuisita terjadi 10,4% Dari seluruh esotropia di dunia. Adanya kelainan
organik sering menimbulkan strabismus. Hasil penelitian akhir-akhir ini menyatakan 11,52%
pasien dengan strabismus ada kelainan di segmen posterior matanya. Diagnosis yang banyak
adalah Toxoplasma khorioretinitis, morning glory anomaly, Toxocara retinopati, retinopati
premature, dan Coats disease.(4)
Esotropia diterapi dengan non bedah dan bedah. Pengobatan non bedah hanya untuk
memperbaiki kelainan refraksi dan mengatasi ambliopianya. Pembedahan dilakukan apabila
dengan pengobatan non bedah ambliopia masih tersisa deviasi yang cukup besar.(5)
A. Definisi
Strabismus atau juling merupakan keadaan tidak sejajarnya kedudukan kedua bola mata
karena tidak normal penglihatan binokuler atau anomali kontrol neuromuskuler gerakan
okuler. Strabismus dapat horizontal, vertikal, torsional, atau kombinasi Dari ketiganya.(1,2,5)
Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu
sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang
pada bidang horizontal ke arah medial.(2,5)
Esotropia adalah jenis strabismus yang paling sering ditemukan. Strabismus ini dibagi
menjadi dua tipe : paretik (akibat paresis atau paralysis satu atau lebih otot ekstraokular) dan
nonparetik (komitan). Esotropia nonparetik adalah tipe tersering pada bayi dan anak. Tipe ini
dapat akomodatif, nonakomodatif, atau akomodatif parsial. Strabismus paretik jarang dijumpai
pada anak tetapi merupakan penyebab tersering kasus baru strabismus pada orang dewasa.
Esotropia akuisita pada orang dewasa umumnya paretik yang disebabkan oleh kelemahan otot
rektus lateral akibat cedera saraf kranial keenam.(4)
B. Epidemiologi
Esotropia akuisita dapat terjadi pada usia 1-8 tahun dan tidak selalu respons dengan
penggunaan kacamata jauh. Esotropia akuisita biasanya muncul usia 2-5 tahun dan sering
dihubungkan dengan penyakit penyebabnya.(3,4)
Esotropia akuisita terjadi 10,4% Dari seluruh esotropia di dunia. Adanya kelainan
organik sering menimbulkan strabismus. Hasil penelitian akhir-akhir ini menyatakan 11,52%
pasien dengan strabismus ada kelainan di segmen posterior matanya. Diagnosis yang banyak
adalah Toxoplasma khorioretinitis, morning glory anomaly, Toxocara retinopati, retinopati
premature, dan Coats disease.(4)
C. Etiologi
Penyebab Esotropia adalah(3,6) :
Faktor refleks dekat, akomodatif esotropia
Hipertoni rektus medius konginetal
Hipotoni rektus lateralis akuisita
Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak
D. Gejala Klinis
a. Gejala Subjektif : mata juling ke dalam, bisa satu mata, bisa dua mata bergantian(6)
b. Gejala objektif : posisi bola mata menyimpang ke arah nasal(6)
F. Diagnosis
Anamnesis
Pertanyaan yang lengkap dan cermat tentang riwayat sakit sangat membantu dalam
menentukan, diagnosis, prognosis dan pengobatan strabismus. Dalam hal ini perlu
ditanyakan(5) :
b. Umur pada saat timbulnya strabismus : karena makin awal timbulnya strabismus makin
jelek prognosisnya.
1. Metode Hirschberg
Pasien disuruh melihat sumber cahaya pada jarak 33 cm kemudian lihat pantulan cahaya pada
kedua kornea mata.
1) Bila letaknya ditengah berarti tidak ada deviasi
2) Bila letaknya dipinggir pupil maka deviasinya 15 º
3) Bila letaknya dipertengahan antara pupil dan limbus maka deviasinya 30 º
4) Bila letaknya dilimbus maka deviasinya 45 º
G. Diagnosis Banding
Pseudosetropia karena epikantus yang lebar(4)
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatannya adalah mengembalikan efek sensorik yang hilang karena
strabismus (ambliopia, supresi, dan hilangnya stereopsis), dan mempertahankan mata yang
telah membaik dan telah diluruskan baik secara bedah maupun non bedah. Pada orang dewasa
dengan strabismus akuisita, tujuannya adalah mengurangi deviasi dan memperbaiki
penglihatan binokular tunggal.
Pengobatan non-bedah
a. Terapi oklusi : mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliop
b. Kacamata : perangkat optik terpenting dalam pengobatan strabismus adalah kacamata yang
tepat. Bayangan yang jelas di retina karena pemakaian kacamata memungkinkan mekanisme
fusi bekerja sampai maksimal. Jika ada hipermetropia tinggi dan esotropia, maka esotropianya
mungkin karena hipermetropia tersebut (esotropia akomodatif refraktif).
c. Obat farmakologik
1. Sikloplegik – Sikloplegik melumpuhkan otot siliar dengan cara menghalangi kerja asetilkolin
ditempat hubungan neuromuskular dan dengan demikian mencegah akomodasi. Sikloplegik
yang digunakan adalah tetes mata atau salep mata atropin biasanya dengan konsentrasi 0,5%
(anak) dan 1% (dewasa).(4)
2. Miotik – Miotik digunakan untuk mengurangi konvergensi yang berlebihan pada esotropia
dekat, yang dikenal sebagai rasio konvergensi akomodatif dan akomodasi (rasio KA/A) yang
tinggi. Obat yang biasa digunakan adalah ekotiofat iodine (Phospholine iodide) atau isoflurat
(Floropryl), yang keduanya membuat asetikolinesterase pada hubungan neuromuskular
menjadi tidak aktif, dan karenanya meninggikan efek impuls saraf.(5)
3. Toksin Botulinum – Suntikan toksin Botulinum A ke dalam otot ekstraokular menyebabkan
paralisis otot tersebut yang kedalaman dan lamanya tergantung dosisnya.
Pengobatan Bedah
Memilih otot yang perlu dikoreksi : tergantung pengukuran deviasi pada berbagai arah
pandangan. Biasanya yang diukur adalah jauh dan dekat pada posisi primer, arah pandangan
sekunder untuk jauh, dan arah pandangan tersier untuk dekat, serta pandangan lateral ke kedua
sisi untuk dekat(4).
Reseksi dan resesi – Cara yang paling sederhana adalah memperkuat dan
memperlemah. Memperkuat otot dilakukan dengan cara yang disebut reseksi. Otot dilepaskan
dari mata, ditarik sepanjang ukuran tertentu dan kelebihan panjang otot dipotong dan ujungnya
dijahit kembali pada bola mata, biasanya pada insersi asal. Resesi adalah cara melemahkan otot
yang baku. Otot dilepaskan dari bola mata, dibebaskan dari perlekatan-perlekatan fasial, dan
dibiarkan menjadi retraksi. Kemudian dijahit kembali pada bola mata dibelakang insersi asal
pada jarak yang telah ditentukan.(4)
BAB III
3.1 Kesimpulan
1. Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu
penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada
bidang horizontal ke arah medial.
2. Penyebab Esotropia adalah faktor refleks dekat, akomodatif esotropia, hipertoni rektus
medius kongenetal, hipotoni rektus lateralis akuisita, penurunan fungsi penglihatan satu mata
pada bayi dan anak
3. Gejala klinis esotropia adalah posisi bola mata menyimpang ke arah nasal.
4. Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesa, inspeksi, pemeriksaan ketajaman penglihatan,
pemeriksaan kelainan refraksi, mengukur sudut deviasi.
5. Diagnosis banding yaitu Pseudosetropia.
6. Penata laksanaan esotropia yaitu pengobatan non bedah dan bedah.
DAFTAR PUSTAKA
2. Vaughan D, Asbury T. 1992. Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi II. Yogyakarta: Widya
Medika
3. Ilyas S, Mailangkay, Hilaman T dkk. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta :
Sangung Seto, 2009.