DIABETES
(Gaya hidup, Pola makan, & Olahraga)
Oleh:
Achmad Zainul Musthofa
160621613841
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
A. Waspadai Penyakit Degeneratif ................................................... 1
B. DIABETES MILITUS
1. PENGERTIAN
Diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia. hiperglikemia kronik
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan berbagai organ tubuh, terutama
otot, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Beberapa
proses patogen yang terlibat dalam perkembangan
diabetes. Ini berkisar dari kerusakan autoimun dari -cells
pankreas dengan kerusakan autoimun dari -cells pankreas
dengan akibat insulin defisiensi kelainan yang ber-efek
resistensi terhadap insulin. Dampak dari kelainan
karbohidrat, lemak, dan protein pada penderita diabetes
pada jaringan target.
Defisiensi hasil dari sekresi insulin yang tidak
memadai atau meresponya maka jaringan akan berkurang
terhadap reseptor insulin pada salah satu titik bagian
hormonnya. Dampak lain dari yang mengalami penurun
sekresi insulin dan yang mengalami kerusakan pada
receptor insulin sering hidup berdampingan bagi para
penderita diabetes. Dari hal ini sudah dapat disimpulkan
bahwa jika salah satu adalah penyebab utama
hiperglikemia tersebut. (Care, 2010. Hal, 1).
Meningkatnya prevalensi T2DM berkontribusi pada
meningkatnya beban keuangan pada perawatan kesehatan
sistem serta menimbulkan beban kesehatan utama bagi
mereka dengan kondisi tersebut.( Sarah M. 2018. Hal. 4).
Sebagian besar kasus diabetes terbagi dalam dua
kategori etiopathogenetic luas (dibahas secara lebih rinci
di bawah). Dalam satu kategori, diabetes tipe 1,
penyebabnya adalah mutlak defisiensi sekresi insulin.
Bagi Individu yang mengalami peningkatan risiko
mengembangkan diabetes tipe 1 dapat di jelaskan melalui
bukti pada proses patologis autoimun yang ada pada
pankreas dan juga dengan tanda-tanda dari faktor genetik.
Di sisi lain, untuk diabetes yang satunya atau tentang
diabetes tipe 2, penyebabnya adalah yaitu terjadina
resistensi insulin dan kompensasi respon sekresi insulin
yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya.
2. KLARIFIKASI DIABETES
3. GEJALA DIABETES
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi dua
yaitu gejala yang akut dan kronik. Gejala akut diabetes
melitus yaitu : secara tidak sadar akan terasa lapar (banyak
makan), dan juga secara tidak sadar sering minum
(banyak minum), juga akan sering buang air kecil (banyak
kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), disamping gejala diatas tubu
akan mengalami sering merasa lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : pertama
pada bagian tubuh akan mengalami Kesemutan, dan kulit
terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, merasa
kram, mudah sekali kelelahan, sering mengantuk,
pandangan mata mulai kabur, pada bagan gigi mudah
goyang dan mudah lepas, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan dll.
Menkondusifkan diri atau manajemen diri untuk
banyak mengkondisikan kesehatan kronis melibatkan
perilaku yang diberlakukan secara teratur. Namun,
kepatuhan terhadap diri ini sering terhambat oleh
kesehatan mental yang buruk (Sumlin et al., 2014).
Ketidak patuhan mungkin tidak disengaja (yaitu
melupakan) atau disengaja hal ini sebagai factor gejala
kronis.
Dalam konteks diabetes tipe 2, tekanan diabetes
dan gejala depresi adalah masalah kesehatan mental yang
relatif lazim (Fisher et al., 2008). Diabetes distress
merujuk pada beban psikologis yang berakar pada
kekhawatiran, kekhawatiran, dan ketakutan yang spesifik
untuk diabetes (mis. Potensi komplikasi) (Polonsky et al.,
2005) dan itu berhubungan negatif dengan kepatuhan
minum obat (Gonzalez et al., 2015). Demikian pula,
gejala depresi cenderung berbanding terbalik dengan
kepatuhan pada perilaku manajemen diri, termasuk
minum obat, di antara orang dengan diabetes tipe 2
(Ciechanowski et al., 2000).
Mekanisme yang diajukan untuk hubungan ini
telah bervariasi dan termasuk gangguan memori yang
sering menyertai gejala depresi dan dapat bermanifestasi
sebagai lupa minum obat (DiMatteo et al., 2000). (dalam
artikel. Burns. 2019. Hal 1). selain gejala kronik diatas ada
penelitian lain mengkonfirmasi bahwa diabetes tipe 2
dikaitkan dengan fungsi kognitif awal yang lebih buruk,
menunjukkan dampak pada cadangan kognitif yang
mungkin dimulai sebelum usia yang lebih tua. Selain itu,
bahkan selama periode yang relatif singkat ~ 5 tahun,
kami menemukan bahwa diabetes tipe 2 dikaitkan dengan
penurunan lebih cepat dalam kefasihan verbal (ukuran
kemampuan eksekutif) dan memori. Sebagai contoh, pada
orang tanpa diabetes tipe 2, kelancaran verbal sedikit
meningkat rata-rata setiap tahun, sedangkan pada T2MD
itu menurun lebih dari tiga kali lipat tingkat pada mereka
yang menderita diabetes tipe 2. Penurunan kognitif yang
dipercepat dengan berkontribusi pada kesulitan eksekutif
dalam kegiatan yang dilakukan dalam sehari-hari dan
perilaku kesehatan (seperti kepatuhan pengobatan), yang
pada gilirannya mungkin berdampak buruk terhadap
kesehatan vaskular di masa depan dan penurunan
kognitif]. Temuan sebelumnya telah dicampur, terutama
di usia menengah vs yang lebih tua. (Callisaya. M. 2018.
Hal. 4). Efek yang tetap ditentukan secara spesifik, jenis
kelamin, durasi diabetes, jumlah kelas obat diabetes dan
bulan.( Stuart J. 2018. Hal. 3).
C. PENYEBAB DIABETES
Gambar 3
1. FAKTOR MAKANAN/POLA MAKAN
Pengetahuan tentang makanan yang
direkomendasikan dan pola makan. Pengetahuan peserta
tentang "diet yang direkomendasikan"terdiri dari dua
komponen: (1) pemilihan makanan dan (2) pola makan.
Pilihan makanan berarti membatasi karbohidrat asupan
dan menghindari makanan berlemak tinggi. Peserta tahu
itu makan makanan tinggi karbohidrat meningkatkan
glukosa darah level. Karena itu, konsumsi karbohidrat
terbatas dilaporkan menjadi prioritas tertinggi bagi
sebagian besar individu. (SAVOCA. M. 2011. Hal. 3).
Pola Barat diet selama masa remaja, yang ditandai
dengan intake lebih tinggi dari merah dan daging olahan,
dan konsumsi gula yang berlebih, dikaitkan dengan risiko
lebih tinggi terkena diabetes 2 di usia dewasa jenis.
Konsumsi pati yang lebih tinggi, konsumsi serat yang
rendah, dan rasio pati terhadap sereal yang tinggi
dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
Dari jenis makanan yang di konsumsi baik mengandung
lemak jenuh yang tinggi, protein yang tinggi dan
karbohidrat yang tinggi, tanpa di imbangi dengan aktivitas
fisik yang seimbang maka bisa menyebabkan berbagai
penyakit degenertif yang pertama bisa obesitas karena
kelebihan intake karbohidrat dari pada outputnya untuk
energy dalam melakukan olahraga/aktivitas fisik. Dari
obesitas kemudian akan timbul penyakit degeneratif
lainya yaitu diabetes militus di mana kesurakan pada
receptor insulin mengalami kerusakan, sehinggan glukosa
darah tidak bisa masuk untuk pembentukan energy.
(Sylvia H. 2016. Hal 6).
Asupan yang lebih besar dari kentang, terutama
kentang goreng, dikaitkan dengan resiko diabetes tipe 2
lebih tinggi, sedangkan substitusi 1 porsi biji-bijian untuk
jumlah yang sama dari kentang dikaitkan dengan risiko
yang lebih rendah. Sering konsumsi daging merah,
terutama olahan daging merah seperti daging, sosis, dan
hot dog, sangat terkait dengan resiko diabetes tipe 2 lebih
tinggi di kohort NHS. Selama periode 4 tahun dikaitkan
dengan 4 tahun resiko diabetes tipe 2, asupan daging
merah lebih besar dikaitkan dengan insulin puasa
meningkat, hemoglobin A1c, dan di fl biomarker dengan
insulin puasa meningkat, hemoglobin A1c, dan di fl
biomarker inflamasi antara individu-individu yang sehat.
(Sylvia H. 2016. Hal 6).
2. OBESITAS
Jaringan adiposa coklat (BAT) pada manusia
dewasa menyajikan target terapi baru untuk penyakit
metabolik; Namun, sedikit yang diketahui tentang
3. MALAS AKTIVITAS
Malas aktivitas atau malah untuk mengeraan
seluruh anggota fisik adalah hal yang kurang baik bagi
tubuh manusia, pada hakikatnya tubuh manusia adalah
suatu sistem metabolisme yang sangat baik bila di
rangsang oleh kontaksi otot, apabila manusia malas untuk
bergerak, padahal konsumsi makanan-makanan yang siap
saji atau mempunyai nilia yang tinggi lemak maka akan
ternjadinya obesitas, perilaku menetap, termasuk
menonton TV, dikaitkan dengan resiko diabetes tipe 2
lebih tinggi. (Sylvia H. 2016. Hal 9). Karena malas
aktivitas menyebabkan otot tidak kontraksi sehingga
kalori masuk tidak terpai untuk energy dan makanan yang
mengandung lemak bisa menyebabkan plak plak di
pembuluh darah, yang berakibat jadi penyakit degeneratif.
4. MEROKOK
Merokok adalah salah satu faktor risiko yang dapat
dimodifikasi untuk berbagai kondisi kronis, seperti
penyakit kardiovaskular (CVD), kanker, penyakit paru-
paru obstruktif kronis, asma dan diabetes. berhenti
merokok adalah salah satu dari beberapa intervensi yang
dapat dengan aman dan efektif biaya direkomendasikan
untuk individu dengan diabetes. Dalam pedoman dari
American Diabetes Association, penghentian merokok
direkomendasikan sebagai salah satu langkah yang paling
penting dalam mencegah komplikasi diabetes. 1 Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa mencegah
komplikasi diabetes.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa efek
buruk merokok pada diabetes mellitus tidak hanya terkait
dengan komplikasi makrovaskuler tetapi juga penyakit
mikrovaskular. Meskipun merokok dikenal untuk
menurunkan berat badan, hal ini terkait dengan obesitas
sentral. Zat hadir dalam asap tembakau diragukan lagi
memicu proses radikal bebas, mengganggu homeostasis
pembuluh darah dan berfungsinya endotel vaskular, dan
juga meningkatkan peradangan / stres oksidatif, selain
langsung merusak meningkatkan peradangan / stres
oksidatif, langsung merusak fungsi sel β. (Mariola. S.
2017. Hal. 1).
Gambar 5 (Mariola. S. 2017. Hal. 2)
5. NUTRISI
independen dari jumlah sereal fiber dalam diri
seseorang yang rendah diet. Konsumsi karbohidrat pati
yang tinggi, rendah konsumsi seseorang tinggi, Rasio ber,
dikaitkan dengan ber, dan pati-to-cereal- tinggi fi Rasio
dikaitkan dengan minuman ber, dikaitkan dengan resiko
diabetes tipe 2 lebih tinggi. (Sylvia H. 2016. Hal. 10).
6. STRESS
Venula
Pembuluh darah kecil Mengalirkan darah dari
yang mengalirkan kapiler ke vena, kemudian
darah dari kapiler ke vena akan
vena. Hal ini identik mengalirkannya kembali ke
dengan arteriola. jantung.
Vena
Dinding vena terdiri
dari tiga lapisan seperti Membawa darah dari
arteri, namun lebih jaringan tubuh kembali ke
tipis dan kurang elastis jantung.
dibandingarteri Membawa darah yang kaya
Vena besar CO2 (kecuali pada vena
memiliki katup yang pulmonalis/paru-paru yang
membantu aliran darah kaya O2).
melawan gravitasi.
E. UPAYA PENJEGAHAN DIABETES MILITUS
TIPE 2
1. MEMPERHATIKAN ASUPAN GIZI
Faktor makanan dapat memainkan peran penting
dalam patogenesisnya. Modifikasi diet telah terbukti
mencegah perkembangan diabetes tipe 2. Makanan dari
berbagai jenis sayuran sebagian besar tidak diketahui.
Bila kurang dalam mengkonsumsi makanan yang kaya
serat bisa Meningkatnya, penyakit kardiovaskular,
kanker, stroke, dan diabetes tipe 2. Makanan mengandung
konstituen pelindung yang cukup besar, termasuk kalium,
folat, vitamin, serat, kandungan anti-oksidan dan senyawa
fenolik. Namun, buah dan sayuran belum dijelaskan
dengan tepat. Sampai saat ini, banyak studi epidemiologis
telah meneliti hubungan antara risiko diabetes tipe 2 dan
asupan buah dan sayuran. Temuan dari studi ini secara
mengejutkan tidak konsisten.
Gambar 12 (piramida makanan diabetes)
Ada banyak jenis makanan terutama di negara
Indonesia yang dimana salah satunya makanan dari biji-
bijian utuh atau yagn mengandung karbohidrat kompleks
contohnya seperti nasi merah, kentang panggang,
oatmeal, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
Di sisi lain makanan jenis danging ini dilihat dari
cara pengelolaanya seperti daging tanpa lemak yang
dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar. Kemudian
untuk konsumsi sayuran, sayuran yang cocok untuk
penderita diabetes mengonsumsi seperti brokoli dan
bayam. Kemudian untuk Buah-buahan yang sifatnya
harus segar, mengonsumsi buah-buahan bisa juga
menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula
untuk menghindari glukosa tambah tinggi. Dan kacang-
kacangan misalnya tempe yang di bakar/ di kukus,
Popcorn tawar atau tanpa tambahan gula. Kemudian
produk olahan susu rendah lemak dan telur. Pada intinya
untuk penderita diabetes itu sendiri harus menghindari
ikan dengan kadar merkuri tinggi seperti ikan tongkol.
Dan juga selain nasi putih masih ada beberapa jenis
makanan yang lain untuk dihindari agar gula darah tetap
terjaga. Karena bila mengkonsumsi makanan yang kaya
kadar gula makan akan terjadi komplikasi pada tubuh.
3. OLAHRAGA TERATUR
Setiap orang pasti menginginkan tubuh yang
bugar, sehat, dan indah. Hal itu tentu saja, hanya
didapatkan dengan olahraga, olahraga menjadi salah satu
hal yang penting jika ingin mendapatkan semua itu.
Dengan olahraga yang dilakukan secara teratur
merupakan solusi tepat untuk menjaga kesehatan tubuh
dan mengingkatkan kepercayaan diri. Banyak orang
yang berolahraga karena mengetahui manfaatnya yang
beragam. untuk memulai olahraga secara teratur,
bersiaplah untuk ketagihan karena hasil yang didapatkan.
Gambar 14 (time & tipe olahraga)
3. KEBUTUHAN KARBOHIDRAT
Takaran karbohidrat adalah gram. Berapa gram
kebutuhan karbohidrat masing-masing penderita diabetes
berbeda. Jangan menghindari sama sekali karbohidrat ya,
karena setiap orang perlu mendapatkan cukup karbohidrat
untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi, vitamin
dan mineral, serta serat. Para ahli menyarankan bahwa
asupan karbohidrat rata-rata orang tanpa diabetes adalah
antara 45 dan 65 persen dari total kalori. (Sylvia H. 2016.
Hal. 10).
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa
asupan karbohidrat untuk penderita diabetes adalah 20-
150 gram per hari atau hanya 5-35 persen karbohidrat dari
asupan kalori total. American Diabetes Association
menyarankan karbohidrat untuk penderita diabetes yang
aman dikonsumsi adalah sekitar 45-60 gram per kali
makan, atau sebesar 135-180 gram karbohidrat per
hari. Diet rendah karbohidrat penting dalam
mengontrol kadar gula darah.
Berikut adalah cara menghitung karbohidrat yang
dikonversikan ke kalori:
Satu gram karbohidrat memiliki sekitar 4 kalori.
Untuk tahu berapa gram karbohidrat yang dibutuhkan,
maka jumlah kalori keseluruhan dalam sehari harus dibagi
4 . Misalnya, jika kebutuhan kalori sehatri adalah 1.800,
dan bagi penderita diabetes 35 persennya adalah kalori
dari karbohidrat, maka kebutuhan karbohidrat Kamu
adalah sekitar 157 gram setiap hari. Perhitungannya :
35% x 1.800 kalori = 630 kalori.
630 ÷ 4 = 157,5 gram karbohidrat.
157,5 gram karbohidrat tersebut harus bagi saat makan
pagi, siang, dan malam.
4. KEBUTUHAN LEMAK
Asam lemak tak jenuh ganda dikaitkan dengan
risiko yang lebih rendah juga, sedangkan asupan yang
lebih besar dari asam lemak trans dikaitkan dengan risiko
yang lebih tinggi independen lemak lainnya. (Sylvia H.
2016. Hal. 9)
lemak perhari :20 % x 3059 kkal = 611.8 kkal
= 611.8 / 3x perhari
= 203 gram lemak
5. KEBUTUHAN PROTEIN
asupan protein, baik kuantitas dan kualitas, selama
hidup memiliki efek penting pada pertumbuhan,
perkembangan saraf, dan kesehatan jangka panjang.
Meskipun ada bukti terbatas bahwa yang sehat di negara
tidak menerima cukup protein untuk menutupi kebutuhan
fisiologis. (Greer. 2014. Hal 718)
protein perhari :15% x jumlah kkal=
7. KEBUTUHAN CAIRAN
Asupan lebih besar dari minuman manis (SSBs)
telah dikaitkan dengan resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi
(Gambar 2). 20 Dalam analisis kami, asosiasi ini tetap
(Gambar 2). 20 Dalam analisis kami, asosiasi ini tetap,
signifikan bahkan setelah penyesuaian untuk BMI,
menunjukkan bahwa efek buruk dari SSBs tidak
sepenuhnya dimediasi oleh berat badan. Pergantian air
putih, kopi, atau teh untuk SSBs dikaitkan dengan risiko
diabetes tipe 2 lebih rendah. Konsumsi kopi secara teratur
juga dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah. Berbeda
untuk antara konsumsi alkohol dan risiko diabetes tipe 2
diamati, dengan risiko terendah dalam themoderate
kisaran konsumsi alkohol moderat dapat melemahkan
hubungan positif antara kadar glikemik makanan dan
risiko diabetes tipe2. (Andres V. 2016. Hal. 1626).
Berapa banyak air yang butuhkan?
Setiap hari tubuh kehilangan air melalui berbagai jalus
atau system ataranya melalui napas, keringat, urin, dan
buang air besar. Agar tubuh berfungsi dengan baik, harus
mengisi kembali persediaan airnya dengan mengonsumsi
minuman dan makanan yang mengandung air.
Lalu berapa banyak cairan yang dibutuhkan oleh orang
dewasa yang sehat dan rata-rata yang hidup di iklim
sedang? Dalam sebuah penelitian yang di
lakukan Akademi Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan
Kedokteran Nasional menetapkan bahwa asupan cairan
harian yang memadai adalah:
Sekitar 15,5 gelas (3,7 liter) cairan untuk pria
Sekitar 11,5 gelas (2,7 liter) cairan sehari untuk
wanita
Rekomendasi ini mencakup cairan dari air, minuman lain,
dan makanan. Sekitar 20 persen dari asupan cairan harian
biasanya berasal dari makanan dan sisanya dari minuman.
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan air
Anda mungkin perlu memodifikasi asupan cairan total
berdasarkan beberapa faktor:
Olahraga. Jika melakukan aktivitas yang membuat tubuh
akan mengalami berkeringat, perlu minum air ekstra
untuk menutupi kehilangan cairan. Penting untuk minum
air sebelum, selama dan setelah latihan. Jika olahraga
intens dan berlangsung lebih dari satu jam, minuman
olahraga dapat menggantikan mineral dalam darah
(elektrolit) yang hilang melalui keringat.
Lingkungan Hidup.
Cuaca panas atau lembab bisa membuat berkeringat
dan membutuhkan asupan cairan tambahan.
Dehidrasi juga dapat terjadi pada ketinggian tinggi.
Kesehatan secara keseluruhan. Tubuh kehilangan
cairan saat demam, muntah, atau diare. Minumlah lebih
banyak air atau ikuti anjuran dokter untuk minum larutan
rehidrasi oral.
Kondisi lain yang mungkin memerlukan peningkatan
asupan cairan termasuk infeksi kandung kemih dan batu
saluran kemih.
Kehamilan atau menyusui. Wanita yang sedang hamil
atau menyusui membutuhkan cairan tambahan agar tetap
terhidrasi. Kantor Kesehatan Wanita merekomendasikan
bahwa wanita hamil minum sekitar 10 gelas (2,4 liter)
cairan setiap hari dan wanita yang menyusui
mengkonsumsi sekitar 13 gelas (3,1 liter) cairan sehari.
2. ITENSITAS OLAHRAGA
Penting untuk mengetahui intensitas latihan, karena
Latihan yang berlebihan akan merugikan kesehatan,
sedangkan dengan latihan yang terlalu sedikit tidak begitu
bermanfaat. Untuk itu Penentuan porsi latihan harus
memperhatikan intensitas latihan, lama latihan, dan
frekuensi latihan. Intensitas latihan Untuk mencapai
kesegaran kardiovaskuler yang optimal, maka idealnya
latihan berada pada VO2 max, berkisar antara 50 - 85 %
ternyata tidak memperburuk komplikasi DM dan tidak
menaikkan tekanan darah sampai 180 mmHg. Intensitas
latihan dapat dinilai dengan:
1) Target nadi/area latihan.
Sebagai contoh penderita DMT2 tidak tergantung
insulin umur 40 tahun, interval nadi yang
diperbolehkan adalah 60 % kali (220 – 40) dan 79
% kali (220 - 40) dan hasilnya interval nadi antara
108 sampai dengan 142 permenit. Jadi area latihan
antara 108 – 142 denyut nadi permenit.
2) Kadar gula darah Sesudah latihan jasmani kadar
gula darah 140 – 180 mg% pada usia lanjut
dianggap cukup baik, sedang usia muda sampai
140 mg%.
3) Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan
Sebelum latihan tekanan tidak melebihi 140
mmHg dan setelah latihan maksimal tidak lebih
dari 180 mmHg.
Kalere, I., Konrāde, I., Proskurina, A., Upmale, S., Zaķe, T.,
Limba, N., ... & Tretjakovs, P. (2019, May). Melatonin
Concentrations And Sleep Quality In Patients With
Type 2 Diabetes And Obesity. In Proceedings Of The
Latvian Academy Of Sciences. Section B. Natural,
Exact, And Applied Sciences.(Vol. 73, No. 2, Pp. 152-
157).
Sciendo. Mcgurnaghan, S. J., Brierley, L., Caparrotta, T. M.,
Mckeigue, P. M., Blackbourn, L. A., Wild, S. H., ... &
Petrie, J. R. (2019). The Effect Of Dapagliflozin On
Glycaemic Control And Other Cardiovascular Disease
Risk Factors In Type 2 Diabetes Mellitus: A Real-
World Observational Study. Diabetologia, 62(4), 621-
632.
Sun, K., Liu, D., Wang, C., Ren, M., Yang, C., & Yan, L.
(2014). Passive Smoke Exposure And Risk Of
Diabetes: A Meta-Analysis Of Prospective Studies.
Yang, S. H., Lin, C. C., Hu, M. H., Shih, T. T. F., Sun, Y. H.,
& Lin, F. H. (2010). Influence Of Age‐ Related
Degeneration On Regenerative Potential Of Human
Nucleus Pulposus Cells. Journal Of Orthopaedic
Research, 28(3), 379-383.
Callisaya, M. L., Beare, R., Moran, C., Phan, T., Wang, W., &
Srikanth, V. K. (2019). Type 2 Diabetes Mellitus, Brain
Atrophy And Cognitive Decline In Older People: A
Longitudinal Study. Diabetologia, 62(3), 448-458.