Anda di halaman 1dari 72

BAB IV

PENILAIAN FORMASI

Pada hakekatnya penilaian formasi adalah proses pengumpulan data dari


formasi yang dilakukan secara kontinyu mengenai sifat-sifat lapisan yang
ditembus. suatu proses analisis ciri dan sifat batuam di bawah tanah dengan
menggunakan hasil pengukuran lubang sumur. Tujuan utama dari evaluasi
formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoir, memperkirakan cadangan
hidrokarbon dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.
Penilaian formasi meliputi serangkaian kegiatan pencatatan data tentang
keadaan dan sifat-sifat atau karakteristik formasi untuk digunakan sebagai dasar
pada penentuan dan perkiraan cadangan reservoir serta produktivitas reservoirnya.
Data-data yang diperoleh dari penilaian formasi meliputi sifat-sifat fisik
batuan reservoir, sifat-sifat fisik fluida reservoir, kondisi reservoir dan jenis-jenis
reservoir.
Dari data penilaian formasi ini dapat diketahui kedalaman formasi
produktif serta batasan-batasannya dengan formasi di atas atau di bawahnya, jenis
reservoir dengan mengetahui sifat fisik batuan dan fluida reservoir, gangguan
pada sumur yang disebabkan oleh kerusakan formasi disekitar lubang bor pada
formasi produktif sebagai akibat dari aktivitas pemboran, serta dari data ini dapat
juga untuk penentuan atau perkiraan cadangan reservoir serta produktivitas
reservoirnya, dan dapat juga untuk penentuan kelakuan (performance) reservoir
tersebut.

4.1. Metode Drilling Log


Drilling Log merupakan pencatatan serangkaian data bawah permukaan
yang dilakukan oleh driller atau toolpusher selama operasi pemboran berlangsung.
Pencatatan data ini dilakukan berdasarkan urutan waktu (kronologis) dan meliputi
antara lain data: kedalaman pemboran, pahat (bit), beban di atas pahat (WOB),
kecepatan putaran bit (RPM), laju pemboran, lumpur, jenis batuan formasi yang
ditembus, problema-problema pemboran yang terjadi, dan sebagainya. Dari hasil

172
pencatatan tersebut akan diperoleh mengenai stratigrafi dan lithologinya, serta
kandungan hidrokarbon di dalam formasi. Yang termasuk dalam drilling log ini
adalah driller’s log, analisa cutting dan analisa lumpur pemboran.

4.1.1. Driller's Log


Driller’s log merupakan pencatatan atau pengukuran yang kontinyu
mengenai laju pemboran (dalam waktu) untuk setiap feet sepanjang kedalaman
lubang bor. Log ini merupakan data yang pertama kali tentang laju pemboran
dimana apabila informasi yang didapatkan dari analisa cutting dan mud logging
mengalami keterlambatan waktu pengamatannya di permukaan.

Gambar 4.1. Tipikal Drilling Log Time

Pada pemboran eksplorasi, data yang dicatat oleh adanya drilling time log
sangat membantu dalam mencapai keberhasilan. Drilling time log dilakukan oleh
driller jika kedalaman lubang bor mendekati zone yang dimaksud dengan

173
memberikan tanda pada sambungan kelly untuk interval 1 feet, 5 feet dan
seterusnya. Gambar 4.1. menunjukkan contoh pencatatan drilling time log,
dimana defleksi ke kanan adalah tentang non drilling time (perbaikan peralatan,
penyambungan drill pipe dan trip) sedangkan kolom sebelah kiri menandakan laju
pemboran tiap feet. Waktu pemboran bersih diperoleh dari mengurangi waktu
pemboran seluruhnya dengan waktu tidak terjadi pemboran.
Data yang diperoleh dari driller’s log ini dapat digunakan untuk
interpretasi geologi terutama untuk eksplorasi geologi. Di samping itu juga
digunakan sebagai bahan studi perekayasaan mengenai laju pemboran, ulah pahat
(bit performance) dan pelaksanaan kerja peralatan pencatat. Dalam pemboran
eksplorasi data yang diperoleh dari driller’s log sangat membantu sebagai
pedoman untuk pemboran sumur-sumur lain yang berdekatan.

4.1.2. Mud Log


Mud log digunakan untuk menganalisa kandungan minyak dan gas pada
serbuk bor di dalam lumpur pemboran selama sirkulasi dilakukan. Pada pemboran
eksplorasi, mud log memegang peranan yang sangat penting karena merupakan
metode pemeriksaan secara kualitatif yang pertama untuk mendeteksi adanya
minyak dan gas dalam formasi. Pemeriksaan ini dilakukan secara kontinyu hampir
di seluruh kedalaman.
Analisa terhadap tanda-tanda adanya hidrokarbon pada mud log dibedakan
menjadi dua, yaitu analisa kandungan minyak dan analisa kandungan gas.
A. Analisa kandungan minyak
Untuk analisa kadar minyak dalam sampel dari lumpur diamati warna
fluoresensinya. Fluoresence adalah sifat suatu benda bila dikenai cahaya maka
akan mengeluarkan cahaya dengan gelombang yang lebih panjang. Gejala ini
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur minyak yang terdapat pada lumpur
bor dan serbuk bor. Fluoresence terjadi bila substansi mengalami radiasi
ultraviolet, hal ini dapat dilakukan karena minyak mempunyai sifat dapat
berfluoresensi bila disinari dengan cahaya ultraviolet dengan panjang gelombang
antara 2700 A-3600 A. Kondisi yang dapat dideteksi pada konsentrasi paling kecil

174
10 ppm (part per million). Warna fluoresensi dapat menunjukkan gravity minyak
sebagaimana dibuktikan oleh Helander, yang diberikan dengan tabel berikut :

Tabel 4.1. Warna Fluoresensi dari Crude Oil

Gravity, ° API Warna Fluoresensi


Kurang dari 15 Coklat
15 – 25 Oranye (jingga)
25 – 35 Kuning sampai krem
35 – 45 Putih
Lebih dari 45 Biru-putih sampai ungu

Meskipun demikian tidak mudah untuk mengamati sinar fluoresensi ini.


Fluoresensi minyak bumi dengan gravity rendah sukar diamati, karena terjadinya
dekomposisi dari molekul-molekulnya. Makin banyaknya gas yang terkandung
juga akan menambah kesukaran dalam mengamati sinar fluoresensi ini.
B. Analisa kandungan gas
Gas yang terlarut dalam minyak atau terbawa bersama-sama serbuk pemboran
(cutting) dapat dianalisa dengan beberapa cara, yaitu Hot Wire Analyzer, Gas
Chromatograph dan Infrared Analyzer.
1. Hot Wire Analyzer
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan prinsip jembatan Wheatstone.
Bila sampel cell diisikan udara maka jembatan wheatstone akan berada dalam
keadaan setimbang dan alat pencatat akan menunjukkan harga nol. Tetapi jika
sampel lumpur berisi gas hidrokarbon, maka akan terjadi reaksi oksidasi katalistik
pada filament detector cell dan hal ini akan meningkatkan temperatur filament
sehingga tekanan akan naik dan jembatan wheatstone tidak akan seimbang lagi.
Ketidak seimbangan ini oleh recorder (alat pencatat) secara kasar ditunjukkan
sebagai banyaknya gas hidrokarbon yang ada di dalam sampel. Bagian dari
komponen pada alat ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

175
Gambar 4.2. Bagian dari Hot Wire Analyzer

2. Gas Chromatograph

Gambar 4.3. Komponen dari Gas Chromatograph

Gambar 4.3. merupakan komponen-komponen gas chromatograph. Gas


chromatograph dapat berfungsi untuk menganalisa komponen gas secara
kuantitatif. Cara kerja dari chromatograph adalah volume dalam jumlah kecil dari
sampel yang tidak diketahui diinjeksikan ke dalam sweep gas (helium atau udara),
gas yang lebih berat akan terserap dan tersapu secara perlahan ke dalam kolom
material, sedangkan untuk komponen yang lebih ringan relatif tidak terlarut dalam
kolom material dan bergerak agak cepat. Gas-gas yang keluar outlet akan
dideteksi oleh gas analyzer.

176
3. Infrared Analyzer
Alat yang ditunjukkan pada Gambar 4.4. hanya dapat digunakan untuk
menganalisa kandungan gas metana. Prinsip kerjanya yaitu dua sumber energi
yang tetap diletakkan di depan suatu rota-ting chopper untuk memperoleh pulsa-
pulsa sinar infrared berkisar antara 2-10 cps. Sumber infraret berupa Nichrome
filament yang dipanaskan oleh arus listrik. Radiasi yang timbul dari reference cell
akan diserap oleh methane sehingga menimbulkan panas pada detektor dan panas
ini akan menyebabkan bertambahnya volume gas. Dengan demikian
pengembangan volume gasnya juga akan berubah dan hal ini mempengaruhi besar
kecilnya pergerakan diafragma. Jadi dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya
pergerakan diafragma adalah tergantung dari jumlah methane yang ada di dalam
sampel cell.

Gambar 4.4. Komponen dari Infrared Analyzer Untuk Metana

4.1.3. Analisa Cutting


Selama operasi pemboran berlangsung akan terbentuk cutting, yaitu
pecahan-pecahan batuan akibat gesekan dan putaran bit pada batuan formasi.
Cutting yang terbentuk akan dibawa ke permukaan oleh aliran lumpur bor dan
selanjutnya dianalisa. Analisa cutting digunakan untuk mengidentifikasi saturasi
hidrokarbon, yaitu menentukan tanda-tanda adanya minyak dan gas, dan untuk
mendeskripsi lithologi batuan. Cutting atau serbuk pemboran yang tersaring shale

177
shaker diambil secara periodik, diamati dengan mikroskop binokuler, dan dicatat.
Analisa cutting dilakukan pada tiap interval kedalaman tertentu kemudian
dikorelasi antara hasil deskripsi dengan kedalaman lubang bor.
Pendeskripsian cutting dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Tipe batuan, misalnya batupasir, shale, atau gamping
2. Warna sampel
3. Tekstur dan porositas sampel, yang meliputi ukuran butir, angularitas,
pemilihan butir, kekerasan, dan sebagainya
4. Sementasi
5. Mineral-mineral tambahan dan fosil
6. Tanda-tanda hidrokarbon, yang meliputi perkiraan intensitas dan fluoresensi
Penentuan tanda-tanda adanya minyak atau gas dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
1. Sampel dibersihkan untuk menghilangkan lumpur, kemudian dimasukkan ke
dalam larutan non-fluoresensi (CCl4 ). Cutting yang telah bersih ditempatkan
dalam mangkok (dish) dan diamati secara fluorosensi.
2. Sampel tidak dibersihkan / tidak dicuci, langsung ditumbuk dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam mangkuk yang berisi air, kemudian diamati secara
fluoresensi.

4.2. Coring dan Analisa Core


Analisa sampel batuan akan menghasilkan data dasar untuk mengevaluasi
kemampuan produktivitas reservoir. Cutting, sampel batuan pemboran merupakan
contoh batuan yang relatif kecil, oleh karena itu untuk mendapatkan contoh
batuan yang lebih besar dilakukan coring.

4.2.1. Metode Coring


Coring adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan (core) dari
formasi di bawah permukaan untuk dianalisa sifat fisik batuan secara langsung.
Ada dua macam metode coring, yaitu bottom hole coring dan sidewall coring.
Pemilihan metode coring yang akan digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor

178
yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, yaitu biaya, kekerasan
formasi, ukuran core yang diinginkan, kedalaman pemboran, dan kondisi lubang
bor.

4.2.1.1. Bottom Hole Coring


Bottom hole coring adalah cara pengambilan core yang dilakukan pada
waktu pemboran berlangsung. Metode ini menggunakan sejenis pahat yang
terbuka di tengahnya dan mempunyai pemotong "dougnut shaped hole" sehingga
menghasilkan plug silinder (core) di tengahnya. Saat pemboran berlangsung, core
ini akan menempati core barrel yang berada di atas pahat dan akan tetap berada di
sana sampai diangkat ke permukaan.

4.2.1.2. Sidewall Coring


Sidewall coring adalah cara pengambilan core yang dilakukan setelah
operasi pemboran selesai atau pada waktu pemboran berhenti. Metode ini
dipergunakan untuk mendapatkan contoh core dari zona tertentu ataupun pada
zona yang telah dibor. Hal ini umumnya dilaksanakan dengan menggunakan
peralatan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6. Suatu peluru kosong yang
dapat menggigit dengan sendirinya ditembakkan dari suatu panel kontrol elektris
di permukaan. Suatu kabel baja yang fleksibel menarik kembali peluru yang telah
terisi core.

Gambar 4.5. Diamond Core Bit

179
Gambar 4.6. Sidewall Coring

Sampel yang diperoleh dengan metode ini biasanya mempunyai diameter


¾-1 3/16 inci dengan panjang ¾ - 1 inci. Sidewall coring lebih banyak
dipergunakan pada daerah yang batuannya lunak, di mana kondisi lubangnya tidak
memungkinkan untuk operasi Drill Stem Test.

4.2.2. Analisa Core


Setelah di laboratorium core tersebut disusun kembali sesuai dengan
nomor sampel dan urutan kedalamannya, baru kemudian dianalisa satu persatu.
Core tersebut minimal telah mengalami dua proses, yaitu proses pemboran dan
proses perubahan kondisi tekanan dan temperatur dari kondisi reservoir ke kondisi
permukaan. Dalam proses pemboran core dipengaruhi oleh air filtrat lumpur
sehingga akan mempengaruhi harga saturasi core. Pada proses perubahan kondisi
tekanan dan temperatur pengaruhnya banyak terjadi pada harga saturasi core,
akibat pengaruh ekspansi gas maka satuarasi air dan minyak menjadi berkurang.
Dari hasil coring, maka core yang didapat dapat di analisa besaran-besaran
petrofisiknya di laboratorium. Analisa core ada dua macam, yaitu analisa core
rutin dan analisa core spesial. Analisa core rutin meliputi pengukuran porositas,
permeabilitas, saturasi fluida, dan tekanan kapiler. Analisa core spesial
memerlukan sampel yang segar (fresh), yang meliputi pengukuran

180
kompresibilitas, wettabilitas, dan tekanan kapiler, dan parameter yang bisa
ditentukan disini adalah distribusi fluida.

4.2.2.1. Analisa Core Rutin


Core yang telah sampai di permukaan akan mengalami perubahan dari
keadaan awal di reservoir. Core tersebut telah mengalami flushing dan
kontaminasi oleh fluida pemboran, penurunan tekanan dan temperatur sehingga
gas dalam larutan minyak akan terbebaskan. Akibatnya kandungan fluida yang
ditentukan di laboratorium tidak seperti kandungan aslinya.
Untungnya, dalam banyak kasus penentuan porositas dan permeabilitas
absolut tidak begitu terpengaruh oleh faktor-faktor di atas.
Analisa core rutin yang dilakukan di laboratorium meliputi pengukuran
porositas, permeabilitas, saturasi fluida.

4.2.2.1.1. Pengukuran porositas


Pengukuran porositas dilakukan dengan menentukan volume pori , volume
butiran dan volume bulk batuan. Metode yang digunakan untuk menentukan
volume pori-pori atau volume butiran antara lain : Boyle’s Law Porosimeter dan
Saturation Method.
1. Boyle’s Law Porosimeter
Prinsip yang digunakan metode ini merupakan alat yang berdasarkan
hukum gas. Alat tersebut terdiri dari dua buah cell yang telah diketahui
volumenya ( V1 dan V2 ) yang dihubungkan dengan manometer G melalui kran A.
Kondisi I kran B ditutup, sedang kran A yang berhubungan dengan manometer G
dibuka, sehingga gas mengisi cell 1 sampai tekanannya menjadi ( P 1 + Pa ).
Selanjutnya core ditempatkan pada cell 2 pada tekanan atmosfer dan kran B
dibuka ,sehingga kedua cell saling berhubungan . Skema peralatan dapat dilihat
pada Gambar 4.7. Volume butiran batuan dapat ditentukan dengan Persamaan 4-
1 dengan asumsi adanya ekspansi isothermal dari gas.

181
Gambar 3.7. Skema Boyle's Law Porosimeter

P1
Vs = V1 + V2 - V1 ....................................................................................... (4-1)
P2

Vb  Vs
 .................................................................................................... (4-2)
Vb
Dimana :
Vs = volume butiran
V1 = volume cell 1
V2 = volume cell 2
Vb = volume bulk
P1 ,P2 = tekanan manometer pada keadaan I dan II , psig

2. Saturation Method
Methode ini dapat menentukan volume pori-pori yang diukur secara
gravimetri yaitu dengan menetesi sampel dengan fluida yang diketahui berat
jenisnya sampai jenuh . Volume pori dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
W s  Wd
Vp = ................................................................................................. (4-3)
 f

182
Dimana:
Vp = volume pori-pori
Ws = berat sampel dalam keadaan jenuh
Wd = berat sampel dalam keadan kering
 f
= berat jenis fluida

4.2.2.1.2. Pengukuran saturasi


Pengukuran saturasi fluida dari core dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1. Metoda Retort
Metode ini menggunakan retort untuk meletakkan core sampel. Prinsip kerja
metode ini adalah dengan memanaskan core sampel pada 400 o F selama 20 menit
sampai 1 jam, mengkondensasikan uap fluida dan memisahkan dengan
menggunakan centrifuge minyak dan air yang didapat. Hasil kondensasi kemudian
dicatat.
2. Metoda Destilasi
Prinsip kerja pengukuran saturasi menggunakan metode ini adalah menghitung
berat core sampel sebelum dijenuhi oleh toluene dan setelah dijenuhi toluene .
Core yang telah dijenuhi dengan toluene kemudian dipanaskan hingga volume
cairan yang terkumpul konstan. Saturasi fluidanya dapat dihitung dari berat total
yang hilang , volume air yang tertampung dan berat jenis dari minyak. Alat yang
digunakan dapat ditunjukan pada Gambar 4.8

183
Gambar 4.8. Skema Saturation Method

4.2.1.1.1. Pengukuran Permeabilitas


Pengukuran permeabilitas dilakukan dengan menentukan permeabilitas
absolut dari sampel, yaitu dengan menggunakan alat permeability plug method
(fancher core holder) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Skema Penentuan Permeabilitas dengan Manometer

184
Fluida yang digunakan oleh alat ini adalah udara, hal ini disebabkan aliran
steady state cepat tercapai, udara kering tidak mengubah komposisi mineral dalam
core serta saturasi 100% mudah didapatkan.
Alat ini menggunakan holder type fancher dan hassler untuk menempatkan
core, hal ini dikarenakan holder tersebut menutup satu sisi sehingga memberikan
aliran yang linier. Udara yang dialirkan melalui core kemudian diukur tekanan
masuk dan keluarnya menggunakan manometer sebagai P 1 dan P2 .
Harga permeabilitas ditentukan dengan persamaan Darcy sebagai berikut:
2  Q2  L P2
K= ......................................................................................... (4-4)
A ( P1  P2 )
2 2

Dimana :
K = permeabilitas, darcy
Q2 = laju alir kondisi luar, cc/sec
 = viskositas gas pada temperatur tes, cp
L = panjang sampel, cm
A = luas sampel, cm2
P1 = tekanan didalam, atm
P2 = tekanan diluar, atm

Penentuan permeabilitas batuan yang cara pengukurannya menggunakan


aliran gas memerlukan faktor koreksi. Faktor koreksi ini sering disebut koreksi
Klinkernberg. Prinsip koreksi ini tergantung pada tekanan rata-rata saat tes
dilakukan. Persamaan yang menyatakan koreksi Klinkernberg dapat dinyatakan
berikut :
 b 
Kg = Ka 1   ............................................................................................. (4-5)
 Pm 
Dimana:
Kg = permeabilitas batuan terhadap udara yang diukur pada P m, mD
Ka = permeabilitas absolute batuan, mD
b = konstanta yang tergantung pada ukuran pori
Pm = tekanan rata-rata pada tekanan tes, atm

185
Gambar 4.10. Plot Koreksi Klinkernberg

4.2.2.2. Analisa Core Spesial


Analisa core special dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat batuan
seperti tekanan kapiler, kompresibilitas dan wettabilitas .

4.2.2.2.1. Pengukuran Tekanan Kapiler


Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tekanan kapiler adalah
“Restored State Capillary Pressure Apparatus” yang ditunjukkan Gambar 4.11.
Prinsip kerja metode ini adalah mengukur tekanan dan air yang keluar cell sampai
tidak ada pertambahan air pada suatu tekanan yang diberikan. Cara kerja dari
metode ini adalah menjenuhi dengan air core yang telah diketahui porositas dan
permeabilitasnya. Core yang telah terjenuhi diletakkan pada membran yang
bersifat water wet, yaitu membran yang hanya dapat dilalui oleh fluida yang
sifatnya membasahi ( wetting ). Membran tersebut akan mengeluarkan air saat
fluida non wetting ( udara, nitrogen, minyak ) dipompakan lewat cell . Tekanan
dan air yang keluar diukur dan dicatat sampai tidak ada pertambahan air pada
suatu tekanan yang diberikan.

186
Gambar 4.11. Skema Peralatan Restored State

4.2.2.2.2. Pengukuran Kompresibilitas


Pengukuran kompresibilitas batuan dapat ditentukan dengan menggunakan
korelasi dari grafik. Cara kerja metode pengukuran kompresibilitas batuan
meliputi :
a. Menempatkan core yang telah dibersihkan dan dikeringkan pada heat
shrinkable tubing pada tes aparatus di bawah tekanan 200 psi.
b. Mengukur volume pori
c. Menjenuhi sample dengan air formasi ( brine )
d. Melakukan tes temperatur secara konstan( dibawah tekanan reservoir )
e. Membuat plot antar volume pori versus net overburden pressure.

4.2.2.2.3. Pengukuran Wettabilitas


Wettabilitas suatu batuan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran.
Cara kerja pengukuran wettabilitas meliputi:
1. Merendam sampel dan mengawetkan sampel dengan kertas perak ( foil )
dan lilin ( wax)

187
2. Melakukan pengetesan sampel terhadap suhu kamar
3. Melakukan pengetesan sampel terhadap sudut kontak pada kodisi ambient
temperatur ( temperatur medium terhadap lingkungan sekitarnya )
4. Mengukur sudut kontak dengan menggunakan contact angle apparatus,
selama 400 jam ( 2 minggu atau lebih ) agar mencapai kestabilan.

4.3. Metode Logging


Metode logging merupakan suatu operasi perekaman data secara kontinyu
yang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi
kedalaman lubang bor yang dinyatakan dalam bentuk grafik. Data hasil
perekaman ini dinamakan log.
Banyak sekali tipe dari logging sumur yang digunakan untuk merekam
data. Prinsip perekaman log ini adalah dengan menggunakan suatu alat yang
disebut sonde, yang diturunkan dengan menggunakan sebuah kabel (wireline).
Sinyal yang ditangkap oleh sonde akan dikirim ke permukaan dengan
menggunakan kabel konduktor elektrik. Sesuai dengan tujuan dari logging yaitu
mengumpulkan data bawah permukaan agar dapat digunakan untuk melakukan
penilaian formasi dengan menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir
(zona reservoir, kandungan formasi, petrofisik reservoir, dan tekanan bawah
permukaan), maka dasar dari prinsip logging adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik
dari batuan reservoir itu sendiri. Sifat-sifat fisik batuan reservoir tersebut dapat
dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat
rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir.
Metode logging tersebut antara lain: log listrik, log radioaktif, log akustik
dan log-log lainnya.

4.3.1. Log Listrik


Log listrik adalah salah satu cabang yang sangat penting dalam logging
sumur. Biasanya jenis log ini merekam data pada lubang sumur yang tidak di
casing, yaitu resistivitas dari formasi. Resistivitas dari formasi ini merupakan
petunjuk penting untuk mengenali litologi formasi dan kandungan fluidanya.

188
Dengan beberapa pengecualian yang jarang terjadi di lapangan minyak, seperti
halnya logam sulfida dan graphit, batuan kering merupakan isolator yang sangat
baik, tetapi ketika pori-porinya terisi oleh air maka akan mudah menghantarkan
listrik. Resistivitas dari formasi tergantung juga dari bentuk dan hubungan dari
pori-pori yang terisi oleh air.
Formasi yang mempunyai resistivity yang besar kemungkinan pori-
porinya diisi oleh air tawar, minyak atau gas, karena minyak dan gas termasuk
fluida yang non konduktif. Batuan yang mempunyai harga resistivity yang
rendah menunjukkan bahwa pori-porinya terisi oleh air formasi yang mempunyai
kadar garam yang tinggi.
Standar log listrik biasanya diberikan dalam dua bentuk penggambaran
grafik yang berbeda. Bagian sebelah kiri adalah grafik untuk SP (Spontaneous
Potential) dan sebelah kanan adalah grafik untuk tahanan jenis (Resistivity). Log
listrik pada umumnya dapat dibedakan menjadi tige jenis, yaitu :
- Spontaneous Potential (SP) Log
- Resistivity Log
- Induction Log

4.3.1.1. Spontaneous Potential (SP) Log


Log ini mengukur perbedaan potensial listrik antara elektroda yang
bergerak sepanjang lubang bor dengan elektroda tetap dipermukaan.
Prinsip dari SP log ini adalah mengukur tegangan lapisan dengan fungsi
kedalaman. Tegangan lapisan dihasilkan dari respon suatu aliran arus kecil yang
menembus rangkaian sirkuit pada saat elektroda di dalam sumur bergerak ke atas.
Secara skematis ditunjukan dalam Gambar 4.12. elektroda M diturunkan kedaam
lubang bor yang diisi lumpur bor yang bersifat konduktor,sedangkan elektroda N
datanam pada lubang dangkal (di permukaan ).setelah sampai pada dasar lubang
bor,maka elektroda M ditarik perlahan-lahan sambil melakukan pencatatan
perubahan tegangan sebagai fungsi kaedalaman ( Beda potensial antara Elektroda
M dalam lubang bor dengan dengan elektroda N di permukaan). Dengan demikian
terdapat dua sumber yang menyebabkan defleksi SP log yaitu :

189
 Akibat tegangan dari serpih
 Akibat tegengan listrik yang ditimbulkan oleh perbedaan salinitas antara
lumpur dengan air formasi.
Dengan adanya kedua sebab di atas maka pencatatan beda potensial antara
elektroda M dan N dipengaruhi oleh lapisan yang berhadapan dengan elektroda M
pada saat elektroda ini ditarik. Pengaruh lain adalah permebilitas relative dari
zona tapisan lumpur. Jika pengukuran SP log melalui lapisan yang cukup tebal
dan bersih dari clay, maka kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi kurva
yang demikian disebut Statik SP atau SSP,yang dapat dituliskan dalam persamaan
:
460  Tf Rmf
SSP   K log ……………………………………… (4-6)
537 Rw
Dimana :
SSP = Statik Spontaneous potensial, mv
K = konstanta lithologi batuan ( = 70,7 pada 77 o F )
Tf = temperatur formasi, o F
Rmf = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rw = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna efektif bila digunakan pada kondisi lumpur water base
mud dan tidak dapat berfungsi pada lumpur oil base mud, karena lumpur ini
bersifat non konduktif. SP log biasanya digunakan pada sumur yang belum di
casing (open hole).
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan
permeabel, menentukan batas-batas lapisan, mengestimasi harga tahanan air
formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur
didekatnya.
Defleksi kurva dari SP log dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Lithologi
a. Shale/Clay, bentuk kurva SP lurus dan merupakan dasar garis atau
disebut juga Shale base line.
b. Lapisan kompak, Defleksi kurva akan mengecil mendekati Shale

190
base line tergantung tingkat kekompakan batuan.
c. Lapisan Shaly, Memperkecil defleksi kurva SP mendekati Shale
base line.
d. Lapisan permeable, Defleksi kurva bias positif ataupun negative
tergantung kandungan fluidanya.

Gambar 4.12. Skema dasar rangkaian SP Log

2. Kandungan :
a. Air tawar, defleksi SP positif.
b. Air asin , defleksi SP negatif.
c. Hdrokarbon , defleksi SP negatif.

Jadi pada prinsipnya defleksi negatif akan terjadi apabila salinitas


kandungan lapisan lebih besar dari salinitas lumpur yang digunakan, sedangkan
defleksi positif adalah sebaliknya. Bila salinitas kandungan lapisan sama dengan
salinitas lumpur maka defleksi kurva akan membentuk garis lurus.

191
Gambar 4.13. Defleksi Kurva SP Log dari Shale Baseline

4.3.1.2. Resistivity Log


Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif,
salinitas air formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.
Kurva yang terbentuk pada resistivity log adalah sebagai akibat dari
pengukuran tahanan listrik formasi dengan dua atau tiga elektroda yang
diturunkan kedalam lubang bor. Dibanding dengan metode kurva SP log maka
resistivity log lebih rumit dan kompleks, karena peralatan yang mempunyai
elektroda ganda dan juga menggunakan sumber arus listrik.

192
4.3.1.3. Normal Log
Normal log merupakan jenis dari resistivity log yang menurut spasi sonde
nya dapat dibedakan menjadi short normal log dan long normal log. Short normal
log memiliki spasi sonde 0.4 m ( 16” ) dan digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona invasi. Long normal log memiliki spasi sonde 1.6 m ( 64” )
dan digunakan untuk mengukur resistivitas dari zona uninvaded ( Rt ). Rangkaian
dasar dari normal log dapat dilihat pada Gambar 4.14. Gambar tesebut
menjelaskan bahwa suatu arus listrik dengan intensitas yang konstan dialirkan
melalui elektroda A dan B dan harga potensial antara M dan N. Elektroda A dan
M merupakan tempat sonde diletakkan , sedangkan B merupakan kabel baja dan
N merupakan suatu elektroda yang dipasang pada ujung kabel M-N dengan jarak
yang cukup jauh dari elektroda A dan M.

Gambar 4.14. Skema Diagram Normal Sistem

Arus yang dialirkan ke formasi berbentuk lingkaran yang mempunyai


harga potensial tertentu dan sama dengan sumber arus elektroda A. Besarnya
voltage antara elektroda M yang terletak pada salah satu lingkaran dengan

193
elektroda yang berjarak tak terhingga adalah sesuai dengan besarnya voltage dari
formasi yang bersangkutan .
Besarnya resistivitas dapat ditulis dengan persamaan:
EMA
R = 4  ( AM ) .................................................................................. (4-7)
i
Dimana:
EMA = besarnya potensial pada galvanometer, volt
AM = jarak elektroda A dan M, inch
i = intensitas dari elektroda A, ampere
 = konstanta sebesar 3.14

4.3.1.4. Lateral Log


Tujuan dari log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivitas formasi yang
terinvasi.Skema diagram lateral sistem dapat dilihat pada Gambar 4.15. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa arus listrik yang konstan akan dialirkan melalui
elektroda A , sedangkan perbedaan potensial diukur pada M dan N yang terletak
pada dua lingkaran yang berpusat pada elektroda A. Titik O terletak ditengah-
tengah M dan N . Perbedaan potensial antara M dan N dapat diketahui dari
galvanometer. Resistivitas dapat diketahui dengan persamaan :
4 ( AM ) ( AM  MN ) EMN
R= x ............................................................... 4-8)
AN i
Dimana :
EMN = besarnya potensial pada galvanometer, volt
AM = jarak elektroda A dan M, inch
AN = jarak elektroda A dan N, inch
i = intensitas dari elektroda A, ampere
 = konstanta sebesar 3.14

194
Gambar 4.15. Skema Diagram Lateral Sistem

4.3.1.5. Laterolog
Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi dimana pengukuran Rt
dengan induction log akan mengalami banyak kesalahan karena bersifat
memfokuskan arus kedalam formasi maka pada lapisan tipis sekalipun hasilnya
jauh lebih baik dari pada alat normal maupun lateral.
Laterolog ini dimaksudkan untuk dapat menghilangkan sebanyak mungkin
pengaruh lubang bor, ketebalan lapisan, dan adanya perbatasan-perbatasan antar
lapisan sehingga diperoleh hasil yang lebih teliti.
Berdasarkan jumlah elektroda dan tahanan formasi yang diukur maka
laterolog dibagi menjadi Laterolog 3 (LL3), Laterolog 7 (LL7), Deep Laterolog
(LLd). Ketiga jenis laterolog ini merupakan tipe untuk Rt , sedangkan tipe untuk Ri
adalah Shallow Laterolog (LLs), dan tipe untuk Rxo adalah Laterolog 8 (LL8) dan
Spherically Focused Log (SFL).
Optimasi dari laterolog adalah dapat digunakan pada jenis lumpur water
base mud dan Rxo < Rt , Rm/Rw < 5, dan Rt /Rm > 50, sedangkan untuk ketebalan
lapisan batuan disarankan lebih besar dari spasi elektroda laterolog tersebut.

195
Keuntungan laterolog adalah dapat memberi informasi yang lebih baik
pada lapisan karbonat yang tipis.
Untuk kemampuan masing-masing jenis laterolog dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut.

Tabel 4.2. Radius Investigasi Masing-masing Alat Laterolog

Alat Lebar Pancar Arus Spasi Radius


Investigasi
LL7 32" 32" 10'
LL3 12" 12" 15'
LLd 24" 24" 15'
LLs 24" 24" 5'
LL8 14" 14" 3'
SFL < 14" < 3'

4.3.1.6. Microresistivity Log


Microresistivity log direkam dari perhitungan yang dibuat pada volume
yang kecil yang berada disekitar lubang bor yang berisi lumpur yang konduktif.
Tujuannya adalah menentukan Rxo dan sebagai indikator lapisan porous dan
permeabel yang ditandai dengan adanya mud cake.Hasil dari pembacaan Rxo
dipengaruhi oleh tahanan mud cake ( Rmc ) dan ketebalan mud cake ( h mc ). Ada
empat microresistivity log yaitu microlog (ML) sebagai kualitatif tool,
Microlaterolog (MLL), Proximity Log (PL) dan Micro SFL (MSFL). Tiga
peralatan terakhir sesuai dengan kondisi resistivitas lumpur tertentu, ketebalan
mud cake dan diameter invasi untuk memberikan pembacaan yang baik terhadap
Rxo .
Dari kempat log di atas ,hanya kombinasi micro log dengan caliper log
yang dapat mendeteksi adanya lapisan porous dan permeabel,ketebalam lapisan
produktif,dan ketebakan mud cake.

196
Cara pengukuran dari keempat alat tersebut adalah dengan menempelkan
pad ke dinding sumur dan kemudian menggerakkannya sepanjang dinding lubang
ini dan ketika bergerak sonde merekam.
a. Microlog (ML)
Microlog log dibuat dengan suatu alat pad. Pad ini dipasang pada akhir
dari lengan pada alat dan memberi daya tolak pada formasi atau mud cake.
Contoh dari alat ini dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Pad digerakkan dengan tenaga hidrolis, sehingga dapat menyesuaikan
dengan bentuk lekukan lubang bor. Pengukuran alat ini dengan elektrode yang
diletakkan di bawah pada permukaan pad. Elektrode ini bagian vertikalnya 25 mm
(1”) dan dihubungkan untuk merekam 25 mm x 25 mm (1” x 1”) microlatral dan
50 mm (2”) micronormal.
Microlateral (kadang disebut microinverse) dipengaruhi oleh mud cake
pada interval porous dan permeabel dan pengaruhnya kecil pada flushed zone.
Kebalikannya, micronormal dipengaruhi oleh flushed zone dan sedikit
dipengaruhi oleh mud cake. Setiap lapisan porous dan permeabel menghasilkan
pembacaan dengan resistivity yang rendah yang mana terpisah-pisah dan
perubahannya tidak begitu banyak.

Gambar 4.16. Microlog Sonde

197
Shale mengindikasikan pembacaan dengan resistivity yang rendah yang
mana masing-masing hampir identik, sementara lapisan impermeabel yang
kompak memberikan harga pembacaan yang sangat tinggi.
Keberadaan mud cake dapat diketahui dengan kaliper dengan
mengindikasikan jarak antara pad pengukur dan bagian belakang dari lengan yang
mundur.
Nilai dari resistivitas yang dibaca tidak bisa menggunakan interpretasi
kuantitatif untuk menentukan Rxo , tetapi diberikan dalam bentuk kualitatif log.
Optimasi dari microlog agar mendapatkan hasil pengukuran yang baik
adalah sebagai indicator lapisan porous dan permeabel didalam susunan sand-
shale dengan range tahanan formasi antara 0,5-100 ohm-m, porositas batuan lebih
besar dari 15% , Rxo/Rmo lebih kecil dari 15, ketebalan mud cake kurang dari ½”,
dan kedalaman invasi Lumpur lebih besar atau sama dengan 4”.

b. Microlaterolog (MLL)
Pada prinsipnya microfocused tool (microlaterolog dan proximity log)
adalah sama dengan focused tool (microlog), tetapi hanya berbeda pada ukuran
lempeng karet dan cara pengaturan elektrodanya yang melingkar serta distribusi
arus listrik yang dihasilkan.
Kegunaan microlaterolog adalah untuk mengukur harga Rxo dan
menentukan harga F berdasarkan persamaan F = Rxo/Rmf. Microlaterolog
merupakan Rxo tool yang terbaik dalam kondisi lumpur salt mud dan batuan
formasinya mempunyai resistivity yang relatif besar. Microlaterolog hanya dapat
digunakan pada jenis lumpur water base mud khususnya salt mud. Log ini
digunakan pada invasi lumpur dangkal (kurang dari 4) serta dipengaruhi oleh
ketebalan mud cake pada pembacaan harga Rxo.
Optimasi microlaterolog dalam pengukuran Rxo adalah di dalam batuan
invaded carbonat, porositasnya medium ( < 15%), jenis lumpurnya salt mud,
range tahanan formasi berkisar 0,5 sampai 100 ohm-m, ketebalan mud cake lebih
kecil dari 0,25, kedalaman invasi filtrat lumpur lebih besar atau sama dengan 4,
Rxo/Rmc lebih besar dari 15.

198
Gambar 4.17. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode Microlaterolog dalam Lubang Bor

c. Proximity Log (PL)


Proximity log lebih sesuai untuk menentukan harga Rxo pada kondisi hmc
= 3/4. Satu-satunya faktor yang sangat mempengaruhi adalah kedalaman invasi
filtrat lumpur yang dangkal. Dalam hal ini pembacaan proximity log banyak
dipengaruhi oleh harga tahanan batuan zone uninvaded (Rt), untuk itu harus
dilakukan koreksi.
Optimasi penggunaan proximity log adalah di dalam batuan invaded
carbonate atau sand, porositasnya medium, pada lumpur water base mud, range
tahanan batuan berkisar antara 0,5-100 ohm-m, invasi lumpurnya dalam dan
ketebalan mud cake lebih kecil dari 3/4.
d. Micro Spherically Focused Log (MSFL)
Spherical focuse logging yang dibalik urutannya untuk menjalankan secara
radial pada pad akan menghasilakn MSFL. Dalam kasus ini equipotensial
permuakaan mempunyai bentuk bulat, dan arus penjaga mencegah pengukuran
arus yang keluar dari mud cake atau lumpur pemboran.
MSFL memberikan hasil yang baik pada pengukuran Rxo bahkan jika
kondisinya lebih berat dari pada yang ditunjukkan untuk MLL atau PL. Pada

199
kenyataanya, invasinya lebih rendah dari PL (50 cm, 20”) dan mud cake lebih
tebal dari maksimum untuk MLL (10 mm, 3/8”). “Tiruan” dari ML dapat dihitung
dan direkam dengan MSFL, dan ini akan menolong untuk menempatkan interval
porous dan permeabel.

4.3.1.7. Induction Log


Tujuan dari induction log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh
untuk menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis lumpur
pemborannya. Skema dasar induction log terlihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Skema Rangkaian Dasar Induction Log 10)

Prinsip kerja dari induction log adalah suatu arus bolak-balik dengan
frekuensi kurang lebih 2000 cps yang mempunyai intensitas konstan dikirimkan
melalui transmitter, yang menimbulkan suatu medan elektromagnet. Medan
elektromagnet ini akan menginduksi arus dalam lapisan formasi, sedangkan arus
tersebut mengakibatkan pula medan magnetnya menginduksi receiver.

200
Besarnya medan magnet yang terjadi sebanding dengan konduktivitas
formasi. Peralatan induksi yang sering digunakan meliputi 6FF40, 6FF28 IES,
DIL 8 (Dual Induction Laterolog 8) dan ISF TM/sonic. Pembacaan yang dicatat
oleh penerima dapat dikorelasikan antara konduktivitas dan resistivitas, dimana
skala konduktivitas sering dinyatakan dengan miliohms (1/ohms).

4.3.2. Log Radioaktif


Radioaktif log dapat dioperasikan dalam keadan cased hole (sesudah casing
dipasang) maupun open hole (lubang terbuka). Ada tiga macam jenis log
radioaktif yaitu :
1. Gamma Ray log
2. Density log
3. Neutron log
Dari tujuan pengukuran dibedakan menjadi alat pengukur lihtologi seperti
gamma ray log dan alat pengukur porositas seperti neutron log dan density log.
Hasil pengukuran alat porositas dapat digunakan pula untuk ,engidentifikasi
lithologi batuan dengan hasil yang sangat memadahi.

4.3.2.1. Gamma Ray Log


Gamma ray log adalah suatu kurva yang menunjukkan besaran intensitas
radioaktif yang ada dalam formasi. Prinsip dasar dari gamma ray log adalah
mencatat radioaktif alamiah yang dipancarkan oleh 3 unsur radioaktif yang ada
dalam batuan yaitu : Uranium (U), Thorium (Th), Potasium (K). Ketiga unsur
tersebut secara kontinyu memancarkan sinar gamma ray yang mempunyai energi
radiasi tinggi. Gambar 4.19. menunjukkan detektor gamma ray jenis Scintillation
Counter yang memberikan gambaran proses deteksi dari alat tersebut.
Pada batuan sedimen unsur-unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam
shale atau clay, sehingga besar kecilnya intensitas radioaktif akan menunujukkan
ada tidaknya mineral- mineral clay.
Pada lapisan permeabel yang clean, kurva gamma ray menunjukkan
radioaktif yang sangat rendah, terkecuali lapisan tersebut mengandung mineral-

201
mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air asin yang
mengandung garam-garam potasium yang terlarutkan, sehingga harga gamma ray
akan tinggi.
Berdasarkan sifat-sifat radioaktif, pengukuran gamma ray log dapat
dilakukan secara lubang terbuka ataupun pada casing terpasang. Apabila kurva SP
tidak tersedia, maka kurva gamma ray dapat digunakan sebagai pengganti SP
untuk maksud-maksud pendeteksian log, maka kurva sinar gamma yang jatuh
diantara kedua garis lapisan permeabel ataupun untuk korelasi. Oleh karena unsur-
unsur radioaktif (potasium) banyak terkandung dalam lapisan shale/clay, maka
gamma ray log sangat berguna untuk mengetahui besar kecilnya kandungan
shale/clay dalam lapisan permeabel. Disampinhg itu gamma ray log sangat efektif
untuk membedakan lapisan pemeabel dan yang tidak permeabel.
Untuk memperkirakan kandungan clay ditunjukkan dalam persamaan
berikut :
GR  GRmin
V clay = ................................................................................... (4-10)
GRmax  GRmin
Dimana :
GR = Radioaktivitas yang dibaca pada log
GRmin = Radioaktivitas yang dibaca pad clean formation
GRmax = Radioaktivitas yang dibaca pada shale atau clay

202
Gambar 4.19. Skema Susunan Alat Gamma Ray Log 10)

4.3.2.2. Neutron Log


Neutron adalah suatu partikel listrik yang netral dan mempunyai massa
yang hampir sama dengan massa atom hidrogen. Suatu energi tinggi dari neutron
dipancarkan dari sumber radioaktif (plutonium-berylium atau americium-
beryllium) secara terus menerus dan konstan, akibat adanya tumbukan dengan
inti-inti elemen di dalam formasi maka neutron mengalami sedikit hilang energi,
dimana besarnya hilang energi ini tergantung pada banyak sedikitnya jumlah
hidrogen dalam formasi. Rangkaian peralatan neutron-gamma log ditunjukkan
pada Gambar 4.20.
Dalam beberapa microsecond energi neutron akan mengalami penurunan
hingga tertentu dan dengan tanpa mengalami hilang energi lagi partikel-partikel
neutron menyebar secara tidak teratur sampai akhirnya tertangkap (terserap) oleh
inti-inti dari atom-atom seperti halnya atom hidrogen, chlorin, silikon dan
sebagainya. Penangkapan partikel-partikel neutron tersebut dihitung oleh detektor
dalam alat pengukur. Bila konsentrasi hidrogen di dalam formasi besar, maka

203
hampir semua partikel neutron mengalami penurunan energi serta tertangkap jauh
dari sumber radioaktifnya. Sebaliknya bila konsentrasi hidrogen kecil, partikel-
partikel neutron akan memancar lebih jauh menembus formasi sebelum
tertangkap.

Gambar 4.20. Skema Rangkaian Dasar Neutron Log 10)

Jenis neutron log yang sering digunakan adalah Compensated Neutron Log
( CNL ). Jenis ini dapat digunakan pada kondisi open hole maupun cased hole.
Porositas neutron dapat ditentukan dengan persamaan :
 N= 1.02  Nlog + 0.0425.............................................................................. (4-11)
Besarnya porositas neutron harus dikoreksi terhadap adanya kandungan shale/clay
dalam formasi. Besarnya porositas neutron koreksi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
 Ncorr =  N – ( Vclay x  Nclay ) .................................................................. (4–12)
Dimana :
 N = porositas neutron
 Nlog = porositas yang terbaca pada neutron log
Vclay = volume clay ( GR log )

204
4.3.2.3. Density Log
Density log adalah log porositas yang mengukur elektron density dari
formasi. Density log sangat penting karena dapat digunakan untuk:
a. Menentukan “densitas” porositas yang mana sangat diperlukan dalam
modern interpretation.
b. Menentukan litologi dan nilai porositas yang baik, jika digabungkan dengan
neutron atau sonik log.
c. Mendeteksi keberadaan gas di dalam zona invasi karena gas menyebabkan
penurunan yang tajam dari densitas dan karena itu memperlihatkan “densitas
porositas” yang tidak normal.
Di samping itu density log mempunyai kegunaan yang lain, yaitu : dapat
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air bersama-sama dengan neutron log,
menentukan besarnya densitas hidrokarbon dan membantu studi dalam evaluasi
lapisan shaly.
Sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan gamma ray dengan
intensitas energi tertentu menembus formasi/ batuan. Batuan terbentuk dari
butiran mineral, mineral tersusun dari atom-atom yang terdiri dari proton dan
elektron. Partikel gamma ray membentur elektron-elektron dalam batuan, akibat
benturan ini maka gamma ray akan mengalami pengurangan energi. Energi yang
kembali sesudah mnegalami benturan akan diterima oleh detektor yang berjarak
tertentu dengan sumbernya. Makin lemahnya energi yang kembali menunjukkan
makin banyaknya elektron-elekteron dalam batuan , yang berarti makin banyak
padatan butiran/mineral penyusun batuan per satuan volume. Besar kecilnya
energi yang diterima oleh detektor tergantung dari : besarnya densitas matrik
batuan, besarnya porositas batuan, besarnya densitas kandungan yang ada dalam
pori-pori batuan
Karena density log memberikan hasil pembacaan yang baik pada open
hole maka harus dikoreksi terhadap pengaruh mud cake karena prhitungan yang

205
terdekat akan menambahkan efek ini. Density log kadang diberikan dalam
porositas pada log yang diberikan dengan persamaan berikut :
 g  1   ma   f ...................................................................................... (4-13)
Dimana :
 g adalah bulk density yang dibaca pada log

 ma adalah densitas metrix batuan


 f adalah densitas fluida, biasanya mud filtrate

 adalah porositas

Gambar 4.21. Skema Rangkaian Dasar Density Log10)

Dalam density log kurva dinyatakan dalam satuan gr/cc, karena energi
yang diterima oleh detektor dipengaruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan
yang ada dalam pori-pori batuan, maka satuan gr/cc merupakan besaran “bulk
density” batuan, dimana dipengaruhi oleh faktor batuan yang sangat kompak serta
batuan yang homogen dengan porositas tertentu.
Kurva density log dinyatakan dalam satuan gr/cc, karena energi yang
diterima oleh detektor dipengaruhi oleh matrik batuan dan kandungan yang ada

206
dalam pori-pori batuan. Satuan gr/cc merupakan besaran “bulk density” batuan,
dimana dipengaruhi oleh faktor batuan yang sangat kompak serta batuan yang
homogen dengan porositas tertentu. Porositas batuan dapat ditentukan dengan
persamaan:
 ma   b
 D= ............................................................................................... (4–14)
 ma   f
Penentuan porositas batuan pada formasi batuan yang mengandung clay / shale
membutuhkan koreksi. Persamaan yang menunjukkan adanya koreksi adalah :
 ma   clay
 Dclay = ........................................................................................ (4–15)
 ma   f
 Dcorr=  D – ( Vclay x  Dclay ) ....................................................................... (4–16)
Dimana :
b = densitas bulk yang dibaca pada log, gr/cc

 ma = densitas metrik batuan, gr/cc


( untuk sandstone adalah 2.65, limestone adalah 2.71 )
f = densitas rata-rata fluida, ( 1.0 – 1.1 gr/cc untuk filtrat lumpur ),

gr/cc
 = porositas ,fraksi
 Dclay = densitas clay, gr/cc (didapat dari lapisan shale yang terdekat
dengan lapisan yang prospek)

Tinggi rendah harga densitas batuan disamping dipengaruhi oleh porositas


dan jenis kandungan yang ada didalamnya, juga dipengaruhi oleh kekompakan
batuan dengan derajat kekompakan yang bervariasi. Sebab kekompakan batuan
berpengaruh terhadap besarnya porositas, jadi kekompakan dapat juga dilihat
dengan kurva densitas yaitu dengan makin tingginya harga densitas batuan.

4.3.2.4. Sonic Log


Sonic log merupakan rekaman waktu yang diperlukan oleh gelombang
suara untuk merambat melalui formasi. Kecepatan rambat suara biasanya dikenal

207
sebagai “internal transite time” (t). Interval waktu transite didefenisikan sebagai
waktu yang diperlukan oleh gelombang suara untuk menempuh jarak satu feet
suatu bahan.
Peralatan dari sonik log (Gambar 4.22) terdiri dari sebuah transmitter
yang melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah melewati formasi diterima

oleh 2 receiver. Perbedaan waktu tiba gelombang (two way travel time = t)
diukur dan dibagi dengan jarak (  s/m), untuk arah yang sebaliknya caranya sama
untuk menghilangkan efek lubang bor (dicari rata-ratanya). Perambatan suara di
dalam formasi tergantung dari matrik batuan, porositas batuan serta fluida dalam
pori-pori.

Gambar 4.22. Peralatan Log Sonik 10)

208
Gambar 4.23. Contoh Hasil Rekaman Sonic Log

Batasan dari sonik log ini adalah kedalaman invesigasi 0,25 m, resolusi
vertikalnya 0,5 m, semakin padat suatu lithologi maka t semakin rendah, Δt-
fluida 620  s/m, Δt-matrix : batupasir 184  s/m, batugamping 161  s/m,
dolomite 144  s/m. Willy membuat persamaan untuk menghitung besarnya
transite time yang dibaca dari kurva sonic log yaitu :

tlog = Фs tf + (1 –Фs) tma ........................................................................... (4-17)


Dimana :
tlog = transite time yang dibaca pada log,  s/ft

tf = transite time fluida,  s /ft (189  s /ft untuk filtrat lumpur)

tma = transite time pada matrik batuan,  s /ft

Фs = porositas sonik dari formasi

209
Gambar 4.23. memperlihatkan hasil rekaman dari sonic log dalam
interval transit time (microseconds per foot).
Porositas dapat ditentukan dalam batupasir yang unconsolidate dengan
kecepatan rendah tanpa diperlukan koreksi untuk “kompaksi yang kurang”.
Raymer-Hunt mengetahui hal ini, kemudian menentukan untuk porositas antara 0-
37 % persamaan transit timenya adalah :

 1  s 
1 1 1
 s
2
......................................................................... (4-18)
tlog t f tma

Perubahan yang sederhana juga diberikan untuk porositas :


 tma 
s  0.6251  ....................................................................................... (4-19)
 tlog 

Dimana :
tma dan tlog dalam  s /ft

tf = 189  s /ft

Sonik log saat ini banyak diaplikasikan untuk :


1. Menemukan porositas di dalam lubang bor yang diisi oleh fluida
2. Menentukan porositas, litologi dan shaliness jika digunakan bersama-sama
dengan density dan neutron log
3. Memperkirakan kecepatan formasi untuk seismik
4. Mendeteksi zona fracture dengan menggunkan variable density
5. Memperkirakan jarak dari tekanan abnormal

4.3.3. Log Tambahan


Log tambahan adalah log selain dari log-log yang telah disebutkan diatas
yang berguna sebagai log pelengkap dalam operasi logging. Log tersebut berupa :
Caliper log, Dipmeter log dan Temperature log.

210
4.3.3.1. Caliper Log
Akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan
formasi, maka terjadi mud cake dan filtrat lumpur. Semakin porous suatu lapisan
maka mud cake akan makin tebal. Mud cake akan memperkecil diameter lubang
bor dan ini akan direkam oleh caliper log. Contoh dari peralatan caliper dalam
lubang bor ditunjukkan Gambar 4.24.
Manfaat utama dari caliper log adalah untuk mengetahui diameter lubang
bor , yang berguna untuk perhitungan volume lubang bor pada kegiatan
penyemenan. Selain itu berguna juga untuk :
a. Untuk menentukan letak setting packer yang tepat pada operasi DST.
b. Membantu interpretasi log listrik dengan memberikan ukuran lubang bor yang
tepat, karena diameter lubang bor yang digunakan pada interpretasi log listrik
biasanya diasumsikan sama dengan ukuran bit.
c. Untuk estimasi ketebalan mud cake.
d. Untuk perhitungan kecepatan lumpur di annulus , dalam hubungannya dengan
pengangkatan cutting.

Gambar 4.24. skema Peralatan Caliper Log 7)

211
4.3.3.2. Dipmeter Log
Dipmeter log digunakan untuk mencatat dip (kemiringan) formasi, baik
sudut maupun arahnya terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan yang digunakan
untuk pengukuran besaran-besaran tersebut adalah SP continous dipmeter,
resistivity continous dipmeter dan microlog continous dipmeter dimana perbedaan
ketiga alat tersebut terletak pada sistem elektroda yang digunakan.
Microlog continous dipmeter mempunyai kelebihan jika dibandingkan
dengan SP continous dipmeter, sebab dengan menggunakan sistem tiga elektroda
maka microlog continous dipmeter dapat dengan serentak mencatat tiga kurva,
yaitu satu elektroda menentukan kedalaman, sedangkan dua elektroda lainnya
mencatat lapisan atau batas zona. Orientasi kemiringan elektroda, kemiringan
lubang dan arah lubang dapat serentak direkam oleh microlog continous dipmeter,
prinsip pengukuran dari deepmeter ditunjukkan oleh Gambar 4.25 .
Data-data kemiringan lapisan (dip) digunakan antara lain untuk
memecahkan masalah penyimpangan lubang bor serta berguna untuk tujuan
geologi, yaitu untuk perpetaan bawah permukaan dan untuk perencanaan arah
penyebaran sumur-sumur pengembangan dari arah pemboran yang berhasil.

Gambar 4.25. Prinsip Pengukuran Dipmeter7)

212
4.3.3.3. Temperature Log
Temperatur log adalah alat untuk mengukur temperatur di dalam lubang
sumur yang hasilnya merupakan plot antara temperatur versus kedalaman.
Pengukuran ini dapat diperoleh dengan peralatan pengukur listrik ataupun dengan
temperatur bond sendiri. Instrument listrik mempergunakan variasi resistivity dari
suatu konduktor dengan temperatur. Perubahan voltage tersebut dicatat sebagai
perubahan temperatur, contoh pengukuran temperatur lubang bor ditunjukkan
Gambar 4.26.

Gambar 4.26. Contoh Pengukuran Temperatur Lubang Bor7)

Instrumen self-contained umumnya mencatat temperatur versus waktu,


kemudian waktu ini dikorelasikan dengan membuat pemberhentian berulang kali
pada beberapa interval kedalaman. Pemberhentian-pemberhentian ini muncul
pada chart sebagai interval temperatur waktu yang konstan. Karena kedalaman

213
pemberhentian diketahui maka akan didapat suatu plot antara temperatur versus
kedalaman. Pengukuran listrik akan menghasilkan hasil yang lebih detail dan
lebih akurat.
Penggunaan temperatur log terutama untuk meneliti kelakuan temperatur
versus kedalaman dari suatu cekungan sedimen. Walaupun gradien temperatur
bervariasi dalam daerah yang berbeda, tetapi pada daerah tertentu gradient ini
menunjukkan kelakuan yang linier. Indikasi penyimpangan yang mencolok dari
linieritasnya, disebabkan oleh ekspansi gas atau pergerakan fluida lainnya. Hal ini
dapat digunakan untuk beberapa tujuan yaitu :

- Penentuan cement fill-up


- Penentuan lokasi lost circulation
- Penentuan lokasi zona yang mengandung gas
- Penentuan lokasi kebocoran casing dan tubing

4.3.4. Interpretasi Log


4.3.4.1. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif log yaitu pengamatan secara cepat terhadap lapisan
formasi yang diperkirakan produktif melalui hasil defleksi kurva rekaman yang
telah diperoleh. Hasil pengamatan dalam analisa ini berupa identifikasi lapisan
permeabel, ketebalan dan batas lapisan produktif, evaluasi shaliness dan
kandungan hidrokarbon yang ada.
Berdasarkan analisa kualitatif terdapat tiga log dasar yang diperlukan
untuk mengevaluasi formasi. Pertama diperlukan untuk memperlihatkan zona
permeabel, kedua memberikan harga resistivity dari formasi dan ketiga mencatat
porositas dari formasi. Suatu set log yang ideal dapat dilihat pada gambar 3.28
dimana permeabel zone log dicatat ditrack 1, resistivity log di track 2 dan porosity
log di track 3. Yang termasuk di dalam jenis permeabel zone log adalah
Spontaneous Potential dan Gamma Ray, resistivity log adalah Microresistivity,
Deep Laterolog, Deep Induction dan porosity log adalah Density, Neutron dan
Sonic Log.

214
Dalam pemilihan zona yang produktif, langkah pertama adalah
menentukan zona yang permeabel. Hal ini dapat dilakukan dengan meninjau log
di track 1. Pada log tersebut terlihat adanya suatu base line disebelah kanan yang
mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah shale, daerah yang impermeabel
dan tidak akan berproduksi. Sedangkan garis yang ke arah kiri mengindikasikan
clean zone yang umumnya adalah sand dan limestone dan dapat beproduksi.
Sebagai contoh daerah tersebut adalah zona A, B, C dan D pada Gambar 4.27.

215
Gambar 4.27. Contoh Suatu Set Log Ideal

Kemudian dari resistivity log di track 2 dilihat zona mana yang


memberikan resistivitas yang tinggi. Resistivitas yang tinggi mengindikasikan
adanya hidrokarbon atau porositas yang rendah setelah dikorelasikan dengan track
sebelumnya yang nantinya akan terbaca pada track 3. Zona D dan B dari gambar
tersebut memperlihatkan resistivitas yang tinggi sedangkan zona C dan A
mempunyai harga resistivitas yang rendah yang mana hanya dapat dihasilkan
oleh adanya air di dalam pori-pori batuan. Sehingga bisa dikatakan zona C dan A
adalah zona air.

216
Track 3 merupakan identifikasi akhir dari pembacaan kurva log untuk
mengetahui apakah zona D atau B yang berisi hidrokarbon atau justru daerah
berporositas rendah. Porosity log di track 3 pada gambar tersebut memperlihatkan
harga 0,3 dan 0,007 untuk zona B dan D, sehingga dapat disimpulkan bahwa zona
D berisi hidrokarbon dan zona B adalah zona dengan porositas yang ketat.

4.3.4.2. Analisa Kuantitatif


Analisa logging secara kuantitatif meliputi penentuan resistivitas air
formasi (Rw), penentuan resistivitas sebenarnya (Rt) dan resistivitas flushed zone
(Rxo), analisa porositas dan saturasi air (Sw) dan analisa permeabilitas.

4.3.4.2.1 Penentuan Resistivitas Air Formasi (Rw)


Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung resistivitas air
formasi, yaitu :
1. Analisa Air Formasi
Pengukuran harga Rw dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi dengan
melakukan pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk mendapatkan harga
Rw pada temperatur formasi dimana contoh air formasi tersebut berasal maka
digunakan persamaan :
(T pengukuran  6.77)
Rw(T f) = xRw (Ts ) .................................................................. (4-20)
(T formasi  6.77)

2. Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode SP adalah sebagai berikut :
 Menentukan temperatur formasi (Tf) dalam o F :
BHT  Ts
Tf = x Depth SSP + Ts................................................................ (4-21)
Depth Log

Dimana :
BHT = temperatur dasar lubang
Ts = temperatur permukaan
SSP = Statik SP

217
 Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi :
Ts  6.77
Rmf = x Rmf(T s) .............................................................................. (4-22)
T f  6.77
 Menentukan Rmfc : Rmfc = 0.85 x Rmf
 Menentukan konstanta SP : C = 61 + (0.133 x Tf)
 Menentukan Rwc dari SP :
Rmfc
Rwc = .............................................................................................. (4-23)
10  ESP / C

4.3.4.2.2. Penentuan Resistivitas Sebenarnya dan Resistivitas Flushed Zone


(Rt ; Rxo)
Besarnya Rt dapat ditentukan dari hasil pengukuran daerah yang tidak
terinvasi dengan menggunakan Induction Log atau Dual Laterolog, sedangkan
untuk resistivity pada flushed zone (Rxo) menggunakan microresistivity log yaitu
MSFL.

4.3.4.2.3. Penentuan Kandungan Shale


Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya kandungan
shale. Hasil pengukuran dari metode-metode tersebut memberikan harga yang
berbeda-beda karena itu dipilih harga yang paling kecil.
1. Berdasarkan SP Log
SP Log
Vclay = 1 - .......................................................................................... (4-24)
SSP
Dimana :
SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud
SSP = harga pembacaan pada kurva SP maksimal
2. Berdasarkan Resistivity Log
1/ b
 Rt clay 
Vclay =   ........................................................................................... (4-25)
 Rt 
Dimana :
Rtclay = resistivity batuan shale/clay

218
Rt = resistivity batuan pada kedalaman yang dimaksud
Rt clay
b = 1, jika 0,5 < <1
Rt
Rt clay
b = 2, jika < 0,5
Rt
3. Berdasarkan Gamma Ray Log
GRlog  GRmin
Vclay = .................................................................................... (4-26)
GRmax  GRmin
4. Berdasarkan Neutron Log
N
Vclay = .................................................................................................. (4-27)
 Nclay

4.3.4.2.4. Penentuan Porositas dan Saturasi Air


Penentuan porositas batuan dan saturasi air berkaitan dengan jenis formasi
dari suatu sumur. Formasi yang umum dijumpai adalah formasi clean sand dan
formasi shally sand.
1. Formasi Clean Sand
Porositas
 Porositas dari Neutron Log :
 N = (1.02 x  Nlog) + 0.0425 ............................................................................ (4-28)
Persamaan diatas merupakan harga porositas neutron yang dikoreksi terhadap
formasi batupasir atau dolomite.
 Porositas Dari Density Log :
 ma   b
D = ................................................................................................ (4-29)
 ma   f

Dimana :
ma : densitas matrik batuan, gr/cc
b : densitas bulk yang dibaca pada kurva density log setiap kedalaman
yang dianalisa, gr/cc
f : densitas fluida (salt mud : 1.1 dan fresh mud : 1)

219
 Porositas Dari Sonic Log
t log  t ma
s = ............................................................................................. (4-30)
t f  t ma

Dimana :
Δt log = transit time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonic
untuk setiap kedalaman,  sec/ft
Δt ma = transit time matrik batuan,  sec/ft
Δt f = transit time fluida (air),  sec/ft
 Porositas Rata-rata :
Porositas rata-rata didapat dengan menggunakan metode pintas, yaitu :
N  D
A = untuk minyak ................................................................. (4-31)
2
2 N  7 D
A = untuk gas....................................................................... (4-32)
9

Saturasi
a x Rw
S nw = .................................................................................................. (4-33)
 m x Rt
Dimana :
Rw = resistivitas air, ohm-m
Rt = true resistivity, ohm-m
n = exponential saturation faktor (n = 2)
Untuk formasi batupasir m=2 ; a = 0.81
Untuk formasi limestone dan dolomite m=2 ; a = 1.00
Humble m = 2.15 ; a = 0.62

2. Formasi Shally Sand


 Menentukan porositas dari Neutron Log yang dikoreksi terhadap Vclay :
 Nc =  N – (Vclay x  Nclay ) ................................................................................ (4-34)

220
 Menentukan porositas dari Density Log yang dikoreksi terhadap Vclay :
 Dc =  D – (Vclay x  Nclay ) ................................................................................ (4-35)
 Menentukan porositas dari kombinasi Density dan Neutron Log :
2 Nc  7 Dc
c = ............................................................................................. (4-36)
9
 Menentukan harga saturasi air pada zona invasi lumpur (Sxo) :
  Vclay 
 1  
m 
 2  
   xS n2 ......................................................... (4-37)
1 V  2

clay c

R xo Rclay 0.8 xRmf  xo


 

 Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (S hr) :


Shr = 1 - Sxo ............................................................................................. (4-38)
 Menentukan porositas sebenarnya :
 tc =  c x [1 – (0.1 x Shr)] ................................................................................ (4-39)
 Menentukan saturasi air formasi :
  Vclay 
 1  m 
1  V 
clay 
2  c  2  n
  xS 2 (Indonesian Equation) ....................... (4-40)
0.8 xRw 
w
Rt Rclay
 

4.3.4.2.5. Penentuan Permeabilitas


Suatu hubungan empiris yang umum antara permeabilitas dan porositas
dikemukakan oleh Wylie dan Rose, yaitu :
C x
k= y
......................................................................................................... (4-41)
S wi
Kemudian Tixier dan Timur menjabarkan rumus Wylie dan Rose ini
kedalam sesuatu yang dapat diterapkan pada hasil rekaman log sumur, antara lain:
1. Rumus Tixier :
3
k1/2 = 250 ................................................................................................ (4-42)
S wi

221
2. Rumus Timur :

 2.25
k1/2 = 100 ............................................................................................... (4-43)
S wi

4.4. Well Testing


Well testing merupakan pengujian terhadap lapisan yang diduga produktif
dengan cara mempoduksikan lapisan tersebut untuk sementara waktu. Tujuan
utama dari well test adalah menentukan kemampuan suatu formasi untuk
menghasilkan fluida formasi atau dengan kata lain adalah menentukan
produktivitas suatu sumur. Suatu perencanaan, pengoperasian dan analisa well
testing yang tepat dapat melengkapi informasi tentang permeabilitas formasi,
derajat kerusakan sumur bor atau stimulasinya, tekanan reservoir, kemungkinan
batas-batas reservoir dan heterogenitas formasi.

4.4.1. Drill Stem Test


DST mula-mula diperkenalkan pada tahun 1926 oleh Halliburton untuk
memastikan apakah suatu formasi produktif atau tidak. DST dapat dilakukan pada
sumur-sumur yang sedang dibor maupun pada sumur pengembangan.
Umumnya prosedur DST meliputi suatu periode aliran mula-mula yang
pendek (the initial flow period), suatu periode penutupan yang pendek (the initial
build up), suatu periode aliran kedua yang panjang (the final build up). Jika test
DST ini hanya dilakukan satu periode pengaliran dan satu periode penutupan ,
cara ini disebut sebagai “satu cycle” dan apabila tes ini meliputi dua periode
pengaliran dan penutupan, cara ini disebut sebagai “dua cycle”.
Pada prinsipnya cara kerja atau prosedur pelaksanaan tes dibagi menjadi
lima bagian, yaitu :
1. Going In Hole
Tahapan going in hole ini adalah mempersiapkan lubang bor untuk dilakukan tes.
2. Making Test
Pada tahapan ini proses pengujian berlangsung, disamping itu juga dapat
digunakan untuk mengetahui kelainan pada sistem kerja alat penguji.

222
3. Taking Closed Pressure
Langkah ini dilakukan apabila terjadi laju aliran yang tidak stabil, yang kemudian
dilakukan operasi “closed in valve” untuk mengakumulasikan tekanan reservoir,
pada saat ini terjadi pressure build up pada tekanan.
4. Equalizing
Tahapan ini terjadi setelah periode penutupan akhir selesai, adapun langkah
kerjanya adalah membuka equalizer valve untuk menyeimbangkan tekanan di atas
dan di bawah packer.
5. Reversing
Merupakan tahapan terakhir dari tes sebelum rangkaian dicabut. Perlu dilakukan
sirkulasi lumpur sehingga kondisi lubang sebelum dan sesudah pengujian sama.
Ada tiga kriteria tentang karakteristik hasil pencatatan tekanan yang baik
dari DST, yang dianjurkan oleh Murphy,Timmeran dan Van Poolen, yaitu sebagai
berikut :
1. Pressure base line adalah merupakan garis lurus dan jelas.
2. Tekanan hidrostatik mula-mula dan akhir yang dicatat sama dan tetap
terhadap kedalaman dan berat lumpur sama.
3. Tekanan aliran dan build up pressure yang dicatat merupakan kurva yang
smooth.
Dengan mengetahui karakteristik-karakteristik di atas, maka adanya
kondisi lubang bor/sumur yang buruk, alat yang tidak bekerja/berfungsi dengan
baik dan kesukaran lainnya dapat diindentifikasi dari grafik pencatatan tekanan
test DST. Perencanaan, pengoperasian dan hasil analisa tes sumur yang tepat akan
melengkapi data tentang permeabilitas, derajat kerusakan sumur (S), tekanan
reservoir, kemungkinan batas-batas reservoir dan heterogenitas formasi.

4.4.2. Pressure Test


Prinsipnya adalah mengukur perubahan tekanan terhadap waktu selama
periode penutupan atau pada periode pengaliran. Penutupan sumur dimaksudkan
untuk mendapatkan keseimbangan tekanan di seluruh reservoir, periode

223
pengaliran dilakukan sebelum atau sesudah periode penutupan dengan laju
konstan.
Parameter yang diukur adalah tekanan statik (Pws), tekanan aliran dasar
sumur (pwf), tekanan awal reservoir (Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata
(k), volume pengurasan (Vd) dan radius pengurasan (re). Sedangkan metoda
pressure test yang umum ada dua macam, yaitu : Pressure Build UP dan Pressure
draw Down.

4.4.2.1. Pressure Build-UP Test


Pressure Build-Up test adalah suatu teknik pengujian tekanan transien
yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya pengujian ini
dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur dipermukaan).
Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi
waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).Dari data
tekanan yang didapat, kemudian dapat ditentukan permeabilitas formasi, daerah
pengurasan saat itu, adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi, batas
reservoir bahkan heterogenitas suatu formasi. Grafik pressure build up pada
keadaan ideal dapat dilihat pada Gambar 4.28.
Dasar analisa pressure build up ini dikemukakan oleh Horner, yang pada
dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Pada analisa PBU
dipakai rumus Horner,yaitu :

162,6.q..B  t  t p 
Pws = Pi - log   .............................................................. (4-44)
kh  t 
Persamaan ini memperlihatkan bahwa Pws , shut-in BHP, yang dicatat
 t  t p 
selama penutupan sumur, apabila diplot terhadap log   merupakan garis
 t 
lurus dengan kemiringan :

224
162,6.q..B
m= , psi/cycle .................................................................... (4-45)
kh

Gambar 4.28. Grafik Pressure Build Up dalam Keadaan Ideal 15)

Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar 4.28.,
dimana harga permeabilitas dapat ditentukan dari slope “m” sedangkan apabila
garis ini diekstrapolasikan ke harga “Horner Time” sama dengan satu (ekivalen
dengan penutupan yang tidak terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini
teoritis sama dengan tekanan awal reservoir tersebut.

Sesaat setelah sumur ditutup akan berlaku hubungan :

162,6.q..B   1688. ..Ct .rw  


2

Pwf = Pi - log   0,869.S  ................................ (4-46)



kh   kt  

  1688. ..Ct .rw 2  


= Pi – m. log   0,869.S  ............................................. (4-47)

  kt  
Pada saat waktu penutupan = t, berlaku hubungan :
Pws = Pi - m.log [(tp + t)/t] ............................................................................. (4-48)
Kalau persamaan (4-44) dan (4-46) dikombinasikan, maka dapat dihitung faktor
skin (S), sehingga :

225
 P  Pwf  1688. ..Ct .rw 2   t  t p 
S = 1,151  ws   1,151. log    1,151. log  ... (4-49)
 m   kt   t 

Dalam industri perminyakan biasanya dipilih t = 1 sehingga P ws pada


persamaan (3-48) menjadi P1jam . P1jam ini harus diambil pada garis lurus atau garis
ekstrapolasinya.
 t  t p 
Kemudian faktor   dapat diabaikan, sehingga :
 t 

P  Pwf k 
S = 1,151  (1 jam)   3, 23  ............................................... (4-50)
 m   2 
 . .C .r
t w 
‘m’ berharga positif.

Apabila S ini berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada
umumnya disebabkan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap ke dalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor pada formasi
produktif yang kita amati. S yang negatif menunjukkan adanya perbaikan
(stimulated), biasanya setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau karena suatu
perekahan (Hydraulic Fracturing).

4.4.2.2. Pressure Draw-down Test


Pressure draw-down test adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan
jalan membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian
berlangsung. Sebagai syarat awal yaitu sebelum pembukaan sumur tersebut,
tekanan hendaknya seragam di seluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur
sementara waktu agar dicapai keseragaman tekanan di reservoirnya. Gambar
4.29. menunjukkan hubungan tekanan vs waktu pada saat sumur dibuka.

226
Gambar 4.29. Skema hubungan tekanan vs waktu15)

Apabila didesain secara memadai, perolehan dari pengujian ini mencakup


banyak informasi yang berharga seperti permeabilitas formasi, faktor skin dan
volume pori-pori yang berisi fluida.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya adalah :
1. Idealnya sumur yang diuji ditutup sampai tekanan mencapai tekanan statik
reservoirnya. Tuntutan ini bisa terjadi pada reservoir-reservoir yang baru, tapi
jarang dapat dipenuhi pada reservoir-reservoir yang telah lama atau tua.
2. Laju produksi disaat drawdown harus dipertahankan tetap selama pengujian.
Laju aliran dianggap tetap dan penurunan tekanan dasar sumur dimonitor
secara kontinyu. Pada pengujian ini segala data komplesi harus diketahui agar
efek dan lamanya well bore storage dapat diperkirakan.
Keuntungan melakukan pengujian jenis ini adalah dapat memperoleh
produksi minyak sewaktu pengujian (tidak seperti pada buidup test) dan
keuntungan secara teknis adalah kemungkinan dapat memperkirakan volume
reservoir. Sedangkan kelemahan yang utama adalah sukar sekali mempertahankan
laju aliran tetap selama pengujian berlangsung.

227
4.4.3. Rate Test
Pada prinsipnya mengukur perubahan tekanan terhadap waktu pada
kondisi sumur yang mengalir dengan rate yang bervariasi, perioda penutupan
sumur tidak dilakukan. Analisa tekanan pada rate test juga akan menghasilkan
tekanan statik reservoir, permeabilitas rrata-rata dan skin factor.
Pada dasarnya metoda ini khusus untuk mengamati performance sumur,
dimana karena alasan ekonomis tidak mungkin ditutup atau untuk memberi
kesempatan pada tekanan dasar sumur mencapai keseimbangannya sebelum
dilaksanakan Pressure Draw-down test.

4.4.3.1. Multiple Rate Flow Test


Multiple rate flow test adalah tes pada sebuah sumur yang dilakukan
dengan laju aliran yang bervariasi.
Suatu multiple rate flow test dapat berupa :
a. Laju aliran yang bervariasi tanpa kontrol.
b. Sederetan laju aliran yang masing - masing tetap besarnya.
c. Laju aliran dengan perubahan yang kontinyu pada tekanan sumur yang tetap.
Pengukuran laju aliran dan tekanan yang teliti merupakan sesuatu hal
yang penting untuk berhasilnya analisa pada setiap transient well test. Pada
multiple rate flow test, pengukuran laju aliran lebih kritis dibandingkan dengan
pengukuran pada test yang konvensional atau pada test dengan laju aliran yang
tetap, seperti drawdown dan buildup. Keuntungan-keuntungan daripada multiple
rate flow test adalah sebagai berikut :
1. Dapat memberikan data transient test sementara produksi masih berlangsung.
2. Dapat mengurangi pengaruh perubahan-perubahan wellbore storage dan
segregasi fasa.
3. Dapat memberikan hasil yang baik, sementara pengujian draw-down dan
build-up tidak dapat dilakukan.
Persamaan yang dikembangkan untuk multiple flow rate adalah berasal
dari persamaan aliran radial untuk infinite-acting dengan cairan yang slightly
compressible. Persamaan aliran untuk infinite-acting reservoir dapat dituliskan

228
sebagai berikut :

162,6.q..B   k  
Pi  Pwf  Pi  log t  log   3,23  0,869.S 
2 
kh    ..Ct .rw  
…………………………………. (4-51)
= m’ q (log t + S)
Dimana :
m’ = 162,6 q µ B / k h ……………………………………………… (4-52)
dan
 k 
S = log 2
 3,23  0,869.S …………………………….(4-53)
 . . Ct . rw 

Gambar 4.30 merupakan skematis dari suatu sumur yang berproduksi


dengan aliran yang berubah-ubah. Untuk penyelesaian persoalan seperti ini tidak
berarti bahwa produksi sumur tersebut tidak kontinyu. Dalam hal ini laju aliran
yang kontinyu dapat diperlakukan sebagai sederetan dari selang laju aliran diskrit
yang tetap pada setiap selangnya. Pendekatan ini akan semakin teliti dengan
semakin kecil interval waktu produksi. Jika suatu multiple-rate test mempunyai
N variable laju aliran (q1 , q2 , ... qn ), maka menggunakan prinsip superposisi,
persamaan dituliskan menjadi,
Pi  Pwf n
 (q j  q j1 ) 
 m'   log( t  t j1 )   b' …………………(4-54)
q. n j1  q 
Dimana,
m’ = 162,6 q µ B / k h
  k  
b’ = m’ log 2
 3,23  0,869.S
  . . C t . rw  

229
Gambar 4.30. Data Tekanan dan Produksi Multiple Rate Flow Test. 7)

4.4.3.2. Two Rate Flow Test


Two rate flow test adalah merupakan multiple rate flow test yang
terdiri dari hanya dua harga laju aliran (flow rate) (Gambar 4.31). Test ini dapat
digunakan untuk menentukan permeabilitas (k) dan skin factor (S), sementara
sumurnya masih terus terproduksi.

230
Gambar 4.31. Skema Plot Data Two Rate Flow Test. 15)

Persamaan untuk two-rate flow test ini dapat diperoleh , untuk n = 2 :


162,6. q 2 . . B  q 1 (q 2  q 1 )
Pi  Pwf  Pi   log. t  log( t  t 1 )
kh  2
q q 2

 k  
+ log   3,23  0,869.S …………… (4-55)
 . . C t . rw 
2


Jika dituliskan t1 = tp1 dan t - tp1 = t, maka Persamaan menjadi,


q  t p1  t  
Pwf  m 2 log. t  log    Pint …………….………… (4-56)
 q 1  t 

Dimana,
m = 162,6 q µ B / k h ………………………….…………. (4-57)
dan

q2   k  
Pint  Pi  m log   3,23  0,869. S …………… (4-58)
  . . C t . rw 
2
q1 

231
Dalam test ini, laju aliran ke dua, q 2 , harus benar-benar dijaga tetap dan
dalam penggunaan persamaan diasumsi bahwa q1 adalah laju aliran yang tetap,
sehingga t1 dapat dihitung dengan persamaan :
Vp
t 1  24 ……………………………………….…………. (4-59)
q1
Dimana :
Vp = volume kumulatip yang diproduksi sejak awal q 1 .

4.5. Analisa Fluida Reservoir


Beberapa sifat fisik fluida formasi (reservoir) yang penting dan akan
dibahas di sini antara lain adalah faktor volume formasi dan viscositas fluida.
Besaran-besaran fisik fluida formasi tersebut diperoleh dengan cara melakukan
analisa contoh fluida formasi yang dilakukan di laboratorium. Contoh fluida
formasi yang akan dianalisa didapat dari hasil DST atau diambil dengan alat
bottom hole sample.

4.5.1. Penentuan Faktor Volume Formasi (Bo)


Contoh fluida formasi dalam bottom hole sample dipindahkan ke bejana
baja tahan karat yang berdinding tebal dan mampu menahan tekanan tinggi.
Bejana tersebut dikenal sebagai sel PVT (pressure volume temperature cell).
Volume PVT cell dapat diubah-ubah dengan cara menekan dan menarik kembali
air raksa (mercury) melalui tabung pemasukan (inlet tube) yang terletak dibagian
bawah dari PVT cell. Alat-alat pembantu yang terdiri dari pompa air raksa yang
berguna untuk memberi tekanan dan memasukkan/ mengeluarkan sejumlah air
raksa dari cell, wet test meter atau alat pengukur gas untuk menetukan volume gas
dalam larutan, pemanas suhu tetap untuk mempertahankan suhu cell dan isinya
agar sama dengan suhu di reservoir.
Dalam menentukan harga Rs dan Bo secara pembebasan differensial,
maka PVT cell yang berisi air raksa dan jumlah fluida reservoir dicelupkan ke
dalam pemanas suhu tetap pada kondisi tekanan dan suhu reservoir kemudian
tekanan pada tekana bubble point. Setelah itu tekanan dikurangi lagi dengan 200

232
psi dibawah tekanan buble point dengan cara mengevaluasi air raksa dari cell
dengan menggunakan pompa air raksa, PVT cell dan isinya dikocok agar tercapai
kesetimbangan kemudian volume sistem gas-minyak dicatat. Gas yang terbentuk
dikeluarkan melalui alat pengukur dan pada saat yang sama torak pompa air raksa
perlahan-lahan ditekan untuk memperlihatkan tetapnya tekanan dalam cell. Bila
gas telah dikeluarkan maka volume sisa minyak dalam cell diukur dan dicatat
volume gas yang keluar serta dikoreksi pada keadaan standart. Tahap selanjutnya
tekanan dikurangi lagi dengan 200 psi dan proses ini diulangi terus menerus
sampai tekanan dalam cell PVT mencapai 1 atm. Kemudian cell dipindahkan dari
pemanas suhu tetap dan jumlah sisa minyak diukur volumenya serta dikoreksi.
Pada setiap tekanan tersebut Bo merupakan perbandingan antara volume
minyak pada keadaan reservoir (tekanan pengukuran) dengan volume minyak
pada keadaan tangki pengumpul, atau dapat ditulis sebagai berikut ini :
Bo = volume minyak dalam reservoir ,RB/STB……………………(4-60)
volume minyak dipermukaan
Volume minyak dalam reservoir sesuai dengan P dan T reservoir,
sedangkan volume minyak dipermukaan (kondisi standart) yaitu P = 14,7 psi dan
T = 60o F. Hasil analisa dari contoh fluida reservoir tersebut disajikan dalam suatu
bentuk grafik, adapun grafiknya merupakan hubungan antara tekanan versus
faktor volume formasi (P vs Bo) pada Gambar 4.32

233
Gambar 4.32. Hubungan Tekanan Reservoir dengan Faktor Volume Formasi. 14)

Berikut ini adalah contoh penentuan faktor volume formasi (Bo) dengan
korelasi Standing :
Tentukan Bo pada tekanan titik gelembung dari suatu reservoir dengan
GOR = 350 SCF/STB, gravity gas = 0.75, stock tank gravity minyak = 350 o API
dan temperatur reservoir = 200 o F.
Jawab :
Menggunakan Gambar 4.33, mulailah dengan sumbu kiri atas untuk GOR
= 350, kemudian dibuat garis horizontal dari GOR = 350 memotong garis
gravitasi gas = 0.75, kemudian buat garis vertikal kebawah hingga memotong
garis gravitasi minyak = 30 o API. Dari titik potong ini, dibuat garis horizontal ke
sebelah kanan sehingga memotong temperatur = 200 o F. akhirnya buatlah garis
vertikal kebawah dari titik potong tersebut dan Bo dibaca 1.22 RB/STB.

234
Gambar 4.33. Faktor Volume Formasi Cairan Hidrokarbon Jenuh.14)

4.5.2. Penentuan Kelarutan Gas dalam Minyak ( Rs )


Seperti halnya factor volume formasi minyak (Bo) maka penentuan
kelarutan gas dalam minyak (Rs) juga tergantung pada cara pembebasan
gasnya,apakah secara differensial atau secara kilat ( flash liberation).
Dengan menggunakan alat,cara, serta prosedur yang sama dengan
penentuan Bo, maka harga Rs didapat dengan menghitung jumlah standart cubic
feet gas yang terlarut dalam setiap barrel minyak tangki pengumpul untuk setiap
tekanan pengukuran.Atau harga Rs dapat dituliskan sebagai berikut :
volume gas dalam kondisi s tan dart
Rs  …………………...(4-61)
volume min yak dalam kondisi s tan dart

235
Adapun grafik nya merupakan hubungan antara tekanan reservoir versus
kelarutan gas dalam minyak (P vs Rs) pada Gambar 4.34.

Gambar 4.34 Grafik Hubungan kelarutan gas dengan tekanan reservoir. 14)

Berikut ini adalah contoh penentuan kelarutan gas dalam minyak (Rs)
menggunakan korelasi Beal :
Tentukan kelarutan gas dalam minyak pada tekanan saturasi sebesar 800 psi dan
oil gravity minyak sebesar 35 o API.
Jawab :
Menggunakan Gambar 4.35 dari Sb-X pada tekanan 800 psi, buatlah garis
vertikal keatas sampai memotong kurva oil gravity sebesar 25 o API, kemudian
tarik garis horizontal kekiri sampai memotong Sb-Y, maka akan didapat harga
sebesar 170 SCF/STB.

236
Gambar 4.35. Kelarutan Gas sebagai fungsi dari Tekanan Saturasi dan Gravity Minyak. 14)

4.5.3. Penentuan Viskositas Fluida


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menentukan viscositas fluida
formasi di laboratorium, akan tetapi hanya ada beberapa alat yang sering
digunakan untuk mengukur viscositas fluida pada tekanan dan suhu yang relatif
tinggi. Alat tersebut adalah Rolling Ball Viscometer.

237
Rolling Ball viscometer dapat digunakan untuk mengukur viscositas gas
maupun viscositas cairan pada kondisi tekanan dan temperatur yang sesuai dengan
kondisi reservoirnya. Alat ini terdiri dari tabung berbentuk silinder yang dapat
dimiringkan dengan sudut tertentu. Tabung ini diisi dengan cairan yang akan
diukur viscositasnya, kemudian bola dari logam dibiarkan jatuh menggelinding
kebawah melalui tabung tersebut. Dasar dari tabung ditutup sehingga ketika bola
bergerak ke bawah, maka cairan itu menyelip ke atas melalui ruangan antara bola
dan dinding tabung. Waktu jatuhnya bola diukur dengan teliti. Kecepatan bola (V)
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
D  d 
V  C.  ............................................................................................. (4-62)
  
Dimana :
C = konstanta yang tergantung pada ukuran alat
D = berat jenis dari bola logam
d = berat jenis cairan yang diukur
 = viscositas cairan yang diukur

Bila dikehendaki viscositas relatif, maka alat ini harus dikalibrasikan


dengan viscositas cairan yang telah diketahui. Dalam hal ini persamaan dapat
dinyatakan menjadi :
2 D  d1 .t2
 ............................................................................................. (4-63)
1 D  d 2 .t1
Dimana,
t = waktu yang diperlukan untuk jatuh melalui jarak tertentu
d1 = index untuk cairan standart
d2 = index untuk cairan yang diukur

238
Gambar 4.36. Skema Dari Rolling Ball Viscosimeter Tekanan Tinggi 1)

Untuk pengukuran viscositas minyak serta gas yangterlarut di dalamnya


pada suhu dan tekanan tinggi (kondisi reservoir), maka rollong ball viscometer
harus diatur. Tabung alat ini dibuat dari baja dengan ukuran panjnag sekitar 8
inchi dan garis tengahnya sekitar ¼ inchi. Tabung ini cocok dalam suatu lubang
yang sedikit lebih besar dalam suatu silinder bajayang berat dan mampumenahan
tekanan tinggi, silinder tersebut diletakkan diatas poros sehingga dapat berputar
dengan sudut 330o poros ini dilengkapi dengan penahan yang dapat menyebabkan
lat itu mempunyai kemiringan 75o dari posisi horizontal. Contoh minyak
dimasukan melalui inlet tube kedalam ruangan yang melebar pada puncaknya.
Ruangan ini memungkinkan cairan digerakkan dengan baik yaitu dengan
menggoyangkan seluruh alat didalam pemanas suhu tetap sampai kesetimbangan
antara gas dan minyak terbentuk, selama proses ini bola ditahan diluar pipa
(tabung) oleh torak yang dapat ditarik kembali melalui kepala tabung. Bila

239
kesetimbangan telah terbentuk , bola dibiarkan jatuh dengan menarik torak,
kemudian torak disekrup pada puncak tabung sehingga menutup rapat ujung
sebelah atas dan sekaligus menekan bagian ujung bagian bawah ke dalam suatu
selubung sekat (gasket) sehingga ujung bagian bawah dari tabung juga tertutup
rapat.
Untuk melakukan penentuan viscositas, alat ini diputar 180 o sehingga bola
jatuh ke puncak alat. Kemudian alat diputar kembali dengan cepat ke arah semula,
setelah bola mencapai dasar lubang tabung maka terjadi kontak listrik dengan
elektroda, sehingga timbul suara isyarat , dengan demikian maka waktu jatuhnya
bola dapat diukur. Dengan mengulangi prosedur ini, untuk cairan yang dapat
diukurdapat ditentukan dengan persamaan (3-64). Bila alat digunakan untuk
mengukur viscositas gas maka perlu menggunkan bola yang cocok dengan ukuran
tubing. Pada keadaan seperti ini laju jatuhnya bola cukup lambat, sehingga dapat
diukur dengan teliti. Hasil analisis viscositas dari fluida formasi ini biasanya
disajikan dalam bentuk grafik hubungan anatar viscositas minyak terhadap
tekanan (P vs µ) pada Gambar 4.37.

Gambar 4.37. Grafik Hubungan antara Viscositas Minyak terhadap Tekanan. 14)

Berikut ini adalah contoh penentuan viscositas minyak dibawah tekanan


titik gelembung (µo) dengan menggunakan korelasi Beal :

240
Tentukan viscositas minyak (µo) dibawah tekanan titik gelembung (gas free atau
dead oil) dengan gravity minyak sebesar 40 o API dan temperature reservoir
sebesar 190 o F.
Jawab :
Menggunakan Gambar 4.38 tarik garis vertikal ke atas pada Sb-X dengan
harga crude-oil gravity sebesar 40 o API sampai memotong kurva temperature
reservoir yang berharga 190 o F, kemudian dari perpotongan ini ditarik garis
horizontal kekiri sampai memotong Sb-Y, maka perpotongan di Sb-Y akan
menunjukan harga dari viscositas minyak yang bebas dari gas (gas free atau dead
oil) sebesar 0.9 cp.

Gambar 4.38. Viscositas Minyak Bebas Gas sebagai Fungsi dari Temperatur Reservoir dan
Stock Tank Gravity Minyak. 14)

241
4.5.4. Penentuan Kompresibilitas Fluida
Untuk mengukur besarnya kompresibilitas fluida reservoir,maka sell PVT
yang terisi oleh air raksa dan sejumlah fluida reservoir dicelupkan dalam pemanas
suhu tetap dalam kondisi dan tekanan reservoir. Volume minyak pada kondisi ini
dicatat sebagai V 1 demikian juga besarnya tekanan pada keadaan ini dicatat P 1 .
kemudian tekanan tersebut dikurangi setiap harga tertentu .Pada keadaan ini,
volume dan tekanan minyak dicatat masing-masing sebagai V 2 dan P 2 . Sehingga

kompresibilitas pada kondisi tekanan antara P 1 dan P 2 dapat dinyatakan sebagai


berikut :
1 (V1  V2 )
Co = x ………………………………………………..(4-64)
V ( P1  P2 )

4.5.5. Penentuan Densitas Fluida


Densitas minyak atau berat jenis minyak umumnya dinyatakan dengan
spesific gravity (SG). Hubungan antara berat jenis dengan SG didasarkan pada
berat
jenis air dengan persamaan sebagai berikut :
BJ min yak
SGmin yak  ......................................................................................... (4-65)
BJ air
Sedangkan alat yang digunakan untuk menentukan densitas minyak adalah
Hydrometer dan untuk densitas gas digunakan metode Effusiometer.
Penentuan berat jenis minyak dengan hydrometer dapat ditunjukkan secara
langsung pada pembacaan alat. Untuk temperatur yang lebih tinggi dari 60F
perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan chart yang ada. Kualitas dari
minyak baik minyak berat maupun minyak ringan ditentukan salah satunya dari
gravitynya, sedangkan temperatur dapat mempengaruhi viscositas atau kekentalan
minyak tersebut. Hal ini menjadikan perlunya koreksi terhadap temperatur standar
60 F.
Dalam dunia perminyakan, SG minyak sering dinyatakan dalam satuan
API, hubungan Sg minyak dengan API dapat dirumuskan sebagai berikut :

242
141,5
 API   131,5 ...................................................................................... (4-66)
SG
Semakin kecil harga SG minyak berarti semakin besar harga API
gravitynya, maka harga minyak tersebut akan semakin mahal.

243

Anda mungkin juga menyukai