Bab Iv Penilaian Formasi PDF
Bab Iv Penilaian Formasi PDF
PENILAIAN FORMASI
172
pencatatan tersebut akan diperoleh mengenai stratigrafi dan lithologinya, serta
kandungan hidrokarbon di dalam formasi. Yang termasuk dalam drilling log ini
adalah driller’s log, analisa cutting dan analisa lumpur pemboran.
Pada pemboran eksplorasi, data yang dicatat oleh adanya drilling time log
sangat membantu dalam mencapai keberhasilan. Drilling time log dilakukan oleh
driller jika kedalaman lubang bor mendekati zone yang dimaksud dengan
173
memberikan tanda pada sambungan kelly untuk interval 1 feet, 5 feet dan
seterusnya. Gambar 4.1. menunjukkan contoh pencatatan drilling time log,
dimana defleksi ke kanan adalah tentang non drilling time (perbaikan peralatan,
penyambungan drill pipe dan trip) sedangkan kolom sebelah kiri menandakan laju
pemboran tiap feet. Waktu pemboran bersih diperoleh dari mengurangi waktu
pemboran seluruhnya dengan waktu tidak terjadi pemboran.
Data yang diperoleh dari driller’s log ini dapat digunakan untuk
interpretasi geologi terutama untuk eksplorasi geologi. Di samping itu juga
digunakan sebagai bahan studi perekayasaan mengenai laju pemboran, ulah pahat
(bit performance) dan pelaksanaan kerja peralatan pencatat. Dalam pemboran
eksplorasi data yang diperoleh dari driller’s log sangat membantu sebagai
pedoman untuk pemboran sumur-sumur lain yang berdekatan.
174
10 ppm (part per million). Warna fluoresensi dapat menunjukkan gravity minyak
sebagaimana dibuktikan oleh Helander, yang diberikan dengan tabel berikut :
175
Gambar 4.2. Bagian dari Hot Wire Analyzer
2. Gas Chromatograph
176
3. Infrared Analyzer
Alat yang ditunjukkan pada Gambar 4.4. hanya dapat digunakan untuk
menganalisa kandungan gas metana. Prinsip kerjanya yaitu dua sumber energi
yang tetap diletakkan di depan suatu rota-ting chopper untuk memperoleh pulsa-
pulsa sinar infrared berkisar antara 2-10 cps. Sumber infraret berupa Nichrome
filament yang dipanaskan oleh arus listrik. Radiasi yang timbul dari reference cell
akan diserap oleh methane sehingga menimbulkan panas pada detektor dan panas
ini akan menyebabkan bertambahnya volume gas. Dengan demikian
pengembangan volume gasnya juga akan berubah dan hal ini mempengaruhi besar
kecilnya pergerakan diafragma. Jadi dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya
pergerakan diafragma adalah tergantung dari jumlah methane yang ada di dalam
sampel cell.
177
shaker diambil secara periodik, diamati dengan mikroskop binokuler, dan dicatat.
Analisa cutting dilakukan pada tiap interval kedalaman tertentu kemudian
dikorelasi antara hasil deskripsi dengan kedalaman lubang bor.
Pendeskripsian cutting dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Tipe batuan, misalnya batupasir, shale, atau gamping
2. Warna sampel
3. Tekstur dan porositas sampel, yang meliputi ukuran butir, angularitas,
pemilihan butir, kekerasan, dan sebagainya
4. Sementasi
5. Mineral-mineral tambahan dan fosil
6. Tanda-tanda hidrokarbon, yang meliputi perkiraan intensitas dan fluoresensi
Penentuan tanda-tanda adanya minyak atau gas dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
1. Sampel dibersihkan untuk menghilangkan lumpur, kemudian dimasukkan ke
dalam larutan non-fluoresensi (CCl4 ). Cutting yang telah bersih ditempatkan
dalam mangkok (dish) dan diamati secara fluorosensi.
2. Sampel tidak dibersihkan / tidak dicuci, langsung ditumbuk dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam mangkuk yang berisi air, kemudian diamati secara
fluoresensi.
178
yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, yaitu biaya, kekerasan
formasi, ukuran core yang diinginkan, kedalaman pemboran, dan kondisi lubang
bor.
179
Gambar 4.6. Sidewall Coring
180
kompresibilitas, wettabilitas, dan tekanan kapiler, dan parameter yang bisa
ditentukan disini adalah distribusi fluida.
181
Gambar 3.7. Skema Boyle's Law Porosimeter
P1
Vs = V1 + V2 - V1 ....................................................................................... (4-1)
P2
Vb Vs
.................................................................................................... (4-2)
Vb
Dimana :
Vs = volume butiran
V1 = volume cell 1
V2 = volume cell 2
Vb = volume bulk
P1 ,P2 = tekanan manometer pada keadaan I dan II , psig
2. Saturation Method
Methode ini dapat menentukan volume pori-pori yang diukur secara
gravimetri yaitu dengan menetesi sampel dengan fluida yang diketahui berat
jenisnya sampai jenuh . Volume pori dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
W s Wd
Vp = ................................................................................................. (4-3)
f
182
Dimana:
Vp = volume pori-pori
Ws = berat sampel dalam keadaan jenuh
Wd = berat sampel dalam keadan kering
f
= berat jenis fluida
183
Gambar 4.8. Skema Saturation Method
184
Fluida yang digunakan oleh alat ini adalah udara, hal ini disebabkan aliran
steady state cepat tercapai, udara kering tidak mengubah komposisi mineral dalam
core serta saturasi 100% mudah didapatkan.
Alat ini menggunakan holder type fancher dan hassler untuk menempatkan
core, hal ini dikarenakan holder tersebut menutup satu sisi sehingga memberikan
aliran yang linier. Udara yang dialirkan melalui core kemudian diukur tekanan
masuk dan keluarnya menggunakan manometer sebagai P 1 dan P2 .
Harga permeabilitas ditentukan dengan persamaan Darcy sebagai berikut:
2 Q2 L P2
K= ......................................................................................... (4-4)
A ( P1 P2 )
2 2
Dimana :
K = permeabilitas, darcy
Q2 = laju alir kondisi luar, cc/sec
= viskositas gas pada temperatur tes, cp
L = panjang sampel, cm
A = luas sampel, cm2
P1 = tekanan didalam, atm
P2 = tekanan diluar, atm
185
Gambar 4.10. Plot Koreksi Klinkernberg
186
Gambar 4.11. Skema Peralatan Restored State
187
2. Melakukan pengetesan sampel terhadap suhu kamar
3. Melakukan pengetesan sampel terhadap sudut kontak pada kodisi ambient
temperatur ( temperatur medium terhadap lingkungan sekitarnya )
4. Mengukur sudut kontak dengan menggunakan contact angle apparatus,
selama 400 jam ( 2 minggu atau lebih ) agar mencapai kestabilan.
188
Dengan beberapa pengecualian yang jarang terjadi di lapangan minyak, seperti
halnya logam sulfida dan graphit, batuan kering merupakan isolator yang sangat
baik, tetapi ketika pori-porinya terisi oleh air maka akan mudah menghantarkan
listrik. Resistivitas dari formasi tergantung juga dari bentuk dan hubungan dari
pori-pori yang terisi oleh air.
Formasi yang mempunyai resistivity yang besar kemungkinan pori-
porinya diisi oleh air tawar, minyak atau gas, karena minyak dan gas termasuk
fluida yang non konduktif. Batuan yang mempunyai harga resistivity yang
rendah menunjukkan bahwa pori-porinya terisi oleh air formasi yang mempunyai
kadar garam yang tinggi.
Standar log listrik biasanya diberikan dalam dua bentuk penggambaran
grafik yang berbeda. Bagian sebelah kiri adalah grafik untuk SP (Spontaneous
Potential) dan sebelah kanan adalah grafik untuk tahanan jenis (Resistivity). Log
listrik pada umumnya dapat dibedakan menjadi tige jenis, yaitu :
- Spontaneous Potential (SP) Log
- Resistivity Log
- Induction Log
189
Akibat tegangan dari serpih
Akibat tegengan listrik yang ditimbulkan oleh perbedaan salinitas antara
lumpur dengan air formasi.
Dengan adanya kedua sebab di atas maka pencatatan beda potensial antara
elektroda M dan N dipengaruhi oleh lapisan yang berhadapan dengan elektroda M
pada saat elektroda ini ditarik. Pengaruh lain adalah permebilitas relative dari
zona tapisan lumpur. Jika pengukuran SP log melalui lapisan yang cukup tebal
dan bersih dari clay, maka kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi kurva
yang demikian disebut Statik SP atau SSP,yang dapat dituliskan dalam persamaan
:
460 Tf Rmf
SSP K log ……………………………………… (4-6)
537 Rw
Dimana :
SSP = Statik Spontaneous potensial, mv
K = konstanta lithologi batuan ( = 70,7 pada 77 o F )
Tf = temperatur formasi, o F
Rmf = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rw = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna efektif bila digunakan pada kondisi lumpur water base
mud dan tidak dapat berfungsi pada lumpur oil base mud, karena lumpur ini
bersifat non konduktif. SP log biasanya digunakan pada sumur yang belum di
casing (open hole).
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan
permeabel, menentukan batas-batas lapisan, mengestimasi harga tahanan air
formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur
didekatnya.
Defleksi kurva dari SP log dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Lithologi
a. Shale/Clay, bentuk kurva SP lurus dan merupakan dasar garis atau
disebut juga Shale base line.
b. Lapisan kompak, Defleksi kurva akan mengecil mendekati Shale
190
base line tergantung tingkat kekompakan batuan.
c. Lapisan Shaly, Memperkecil defleksi kurva SP mendekati Shale
base line.
d. Lapisan permeable, Defleksi kurva bias positif ataupun negative
tergantung kandungan fluidanya.
2. Kandungan :
a. Air tawar, defleksi SP positif.
b. Air asin , defleksi SP negatif.
c. Hdrokarbon , defleksi SP negatif.
191
Gambar 4.13. Defleksi Kurva SP Log dari Shale Baseline
192
4.3.1.3. Normal Log
Normal log merupakan jenis dari resistivity log yang menurut spasi sonde
nya dapat dibedakan menjadi short normal log dan long normal log. Short normal
log memiliki spasi sonde 0.4 m ( 16” ) dan digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona invasi. Long normal log memiliki spasi sonde 1.6 m ( 64” )
dan digunakan untuk mengukur resistivitas dari zona uninvaded ( Rt ). Rangkaian
dasar dari normal log dapat dilihat pada Gambar 4.14. Gambar tesebut
menjelaskan bahwa suatu arus listrik dengan intensitas yang konstan dialirkan
melalui elektroda A dan B dan harga potensial antara M dan N. Elektroda A dan
M merupakan tempat sonde diletakkan , sedangkan B merupakan kabel baja dan
N merupakan suatu elektroda yang dipasang pada ujung kabel M-N dengan jarak
yang cukup jauh dari elektroda A dan M.
193
elektroda yang berjarak tak terhingga adalah sesuai dengan besarnya voltage dari
formasi yang bersangkutan .
Besarnya resistivitas dapat ditulis dengan persamaan:
EMA
R = 4 ( AM ) .................................................................................. (4-7)
i
Dimana:
EMA = besarnya potensial pada galvanometer, volt
AM = jarak elektroda A dan M, inch
i = intensitas dari elektroda A, ampere
= konstanta sebesar 3.14
194
Gambar 4.15. Skema Diagram Lateral Sistem
4.3.1.5. Laterolog
Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi dimana pengukuran Rt
dengan induction log akan mengalami banyak kesalahan karena bersifat
memfokuskan arus kedalam formasi maka pada lapisan tipis sekalipun hasilnya
jauh lebih baik dari pada alat normal maupun lateral.
Laterolog ini dimaksudkan untuk dapat menghilangkan sebanyak mungkin
pengaruh lubang bor, ketebalan lapisan, dan adanya perbatasan-perbatasan antar
lapisan sehingga diperoleh hasil yang lebih teliti.
Berdasarkan jumlah elektroda dan tahanan formasi yang diukur maka
laterolog dibagi menjadi Laterolog 3 (LL3), Laterolog 7 (LL7), Deep Laterolog
(LLd). Ketiga jenis laterolog ini merupakan tipe untuk Rt , sedangkan tipe untuk Ri
adalah Shallow Laterolog (LLs), dan tipe untuk Rxo adalah Laterolog 8 (LL8) dan
Spherically Focused Log (SFL).
Optimasi dari laterolog adalah dapat digunakan pada jenis lumpur water
base mud dan Rxo < Rt , Rm/Rw < 5, dan Rt /Rm > 50, sedangkan untuk ketebalan
lapisan batuan disarankan lebih besar dari spasi elektroda laterolog tersebut.
195
Keuntungan laterolog adalah dapat memberi informasi yang lebih baik
pada lapisan karbonat yang tipis.
Untuk kemampuan masing-masing jenis laterolog dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut.
196
Cara pengukuran dari keempat alat tersebut adalah dengan menempelkan
pad ke dinding sumur dan kemudian menggerakkannya sepanjang dinding lubang
ini dan ketika bergerak sonde merekam.
a. Microlog (ML)
Microlog log dibuat dengan suatu alat pad. Pad ini dipasang pada akhir
dari lengan pada alat dan memberi daya tolak pada formasi atau mud cake.
Contoh dari alat ini dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Pad digerakkan dengan tenaga hidrolis, sehingga dapat menyesuaikan
dengan bentuk lekukan lubang bor. Pengukuran alat ini dengan elektrode yang
diletakkan di bawah pada permukaan pad. Elektrode ini bagian vertikalnya 25 mm
(1”) dan dihubungkan untuk merekam 25 mm x 25 mm (1” x 1”) microlatral dan
50 mm (2”) micronormal.
Microlateral (kadang disebut microinverse) dipengaruhi oleh mud cake
pada interval porous dan permeabel dan pengaruhnya kecil pada flushed zone.
Kebalikannya, micronormal dipengaruhi oleh flushed zone dan sedikit
dipengaruhi oleh mud cake. Setiap lapisan porous dan permeabel menghasilkan
pembacaan dengan resistivity yang rendah yang mana terpisah-pisah dan
perubahannya tidak begitu banyak.
197
Shale mengindikasikan pembacaan dengan resistivity yang rendah yang
mana masing-masing hampir identik, sementara lapisan impermeabel yang
kompak memberikan harga pembacaan yang sangat tinggi.
Keberadaan mud cake dapat diketahui dengan kaliper dengan
mengindikasikan jarak antara pad pengukur dan bagian belakang dari lengan yang
mundur.
Nilai dari resistivitas yang dibaca tidak bisa menggunakan interpretasi
kuantitatif untuk menentukan Rxo , tetapi diberikan dalam bentuk kualitatif log.
Optimasi dari microlog agar mendapatkan hasil pengukuran yang baik
adalah sebagai indicator lapisan porous dan permeabel didalam susunan sand-
shale dengan range tahanan formasi antara 0,5-100 ohm-m, porositas batuan lebih
besar dari 15% , Rxo/Rmo lebih kecil dari 15, ketebalan mud cake kurang dari ½”,
dan kedalaman invasi Lumpur lebih besar atau sama dengan 4”.
b. Microlaterolog (MLL)
Pada prinsipnya microfocused tool (microlaterolog dan proximity log)
adalah sama dengan focused tool (microlog), tetapi hanya berbeda pada ukuran
lempeng karet dan cara pengaturan elektrodanya yang melingkar serta distribusi
arus listrik yang dihasilkan.
Kegunaan microlaterolog adalah untuk mengukur harga Rxo dan
menentukan harga F berdasarkan persamaan F = Rxo/Rmf. Microlaterolog
merupakan Rxo tool yang terbaik dalam kondisi lumpur salt mud dan batuan
formasinya mempunyai resistivity yang relatif besar. Microlaterolog hanya dapat
digunakan pada jenis lumpur water base mud khususnya salt mud. Log ini
digunakan pada invasi lumpur dangkal (kurang dari 4) serta dipengaruhi oleh
ketebalan mud cake pada pembacaan harga Rxo.
Optimasi microlaterolog dalam pengukuran Rxo adalah di dalam batuan
invaded carbonat, porositasnya medium ( < 15%), jenis lumpurnya salt mud,
range tahanan formasi berkisar 0,5 sampai 100 ohm-m, ketebalan mud cake lebih
kecil dari 0,25, kedalaman invasi filtrat lumpur lebih besar atau sama dengan 4,
Rxo/Rmc lebih besar dari 15.
198
Gambar 4.17. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode Microlaterolog dalam Lubang Bor
199
kenyataanya, invasinya lebih rendah dari PL (50 cm, 20”) dan mud cake lebih
tebal dari maksimum untuk MLL (10 mm, 3/8”). “Tiruan” dari ML dapat dihitung
dan direkam dengan MSFL, dan ini akan menolong untuk menempatkan interval
porous dan permeabel.
Prinsip kerja dari induction log adalah suatu arus bolak-balik dengan
frekuensi kurang lebih 2000 cps yang mempunyai intensitas konstan dikirimkan
melalui transmitter, yang menimbulkan suatu medan elektromagnet. Medan
elektromagnet ini akan menginduksi arus dalam lapisan formasi, sedangkan arus
tersebut mengakibatkan pula medan magnetnya menginduksi receiver.
200
Besarnya medan magnet yang terjadi sebanding dengan konduktivitas
formasi. Peralatan induksi yang sering digunakan meliputi 6FF40, 6FF28 IES,
DIL 8 (Dual Induction Laterolog 8) dan ISF TM/sonic. Pembacaan yang dicatat
oleh penerima dapat dikorelasikan antara konduktivitas dan resistivitas, dimana
skala konduktivitas sering dinyatakan dengan miliohms (1/ohms).
201
mineral tertentu yang bersifat radioaktif atau lapisan berisi air asin yang
mengandung garam-garam potasium yang terlarutkan, sehingga harga gamma ray
akan tinggi.
Berdasarkan sifat-sifat radioaktif, pengukuran gamma ray log dapat
dilakukan secara lubang terbuka ataupun pada casing terpasang. Apabila kurva SP
tidak tersedia, maka kurva gamma ray dapat digunakan sebagai pengganti SP
untuk maksud-maksud pendeteksian log, maka kurva sinar gamma yang jatuh
diantara kedua garis lapisan permeabel ataupun untuk korelasi. Oleh karena unsur-
unsur radioaktif (potasium) banyak terkandung dalam lapisan shale/clay, maka
gamma ray log sangat berguna untuk mengetahui besar kecilnya kandungan
shale/clay dalam lapisan permeabel. Disampinhg itu gamma ray log sangat efektif
untuk membedakan lapisan pemeabel dan yang tidak permeabel.
Untuk memperkirakan kandungan clay ditunjukkan dalam persamaan
berikut :
GR GRmin
V clay = ................................................................................... (4-10)
GRmax GRmin
Dimana :
GR = Radioaktivitas yang dibaca pada log
GRmin = Radioaktivitas yang dibaca pad clean formation
GRmax = Radioaktivitas yang dibaca pada shale atau clay
202
Gambar 4.19. Skema Susunan Alat Gamma Ray Log 10)
203
hampir semua partikel neutron mengalami penurunan energi serta tertangkap jauh
dari sumber radioaktifnya. Sebaliknya bila konsentrasi hidrogen kecil, partikel-
partikel neutron akan memancar lebih jauh menembus formasi sebelum
tertangkap.
Jenis neutron log yang sering digunakan adalah Compensated Neutron Log
( CNL ). Jenis ini dapat digunakan pada kondisi open hole maupun cased hole.
Porositas neutron dapat ditentukan dengan persamaan :
N= 1.02 Nlog + 0.0425.............................................................................. (4-11)
Besarnya porositas neutron harus dikoreksi terhadap adanya kandungan shale/clay
dalam formasi. Besarnya porositas neutron koreksi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
Ncorr = N – ( Vclay x Nclay ) .................................................................. (4–12)
Dimana :
N = porositas neutron
Nlog = porositas yang terbaca pada neutron log
Vclay = volume clay ( GR log )
204
4.3.2.3. Density Log
Density log adalah log porositas yang mengukur elektron density dari
formasi. Density log sangat penting karena dapat digunakan untuk:
a. Menentukan “densitas” porositas yang mana sangat diperlukan dalam
modern interpretation.
b. Menentukan litologi dan nilai porositas yang baik, jika digabungkan dengan
neutron atau sonik log.
c. Mendeteksi keberadaan gas di dalam zona invasi karena gas menyebabkan
penurunan yang tajam dari densitas dan karena itu memperlihatkan “densitas
porositas” yang tidak normal.
Di samping itu density log mempunyai kegunaan yang lain, yaitu : dapat
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air bersama-sama dengan neutron log,
menentukan besarnya densitas hidrokarbon dan membantu studi dalam evaluasi
lapisan shaly.
Sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan gamma ray dengan
intensitas energi tertentu menembus formasi/ batuan. Batuan terbentuk dari
butiran mineral, mineral tersusun dari atom-atom yang terdiri dari proton dan
elektron. Partikel gamma ray membentur elektron-elektron dalam batuan, akibat
benturan ini maka gamma ray akan mengalami pengurangan energi. Energi yang
kembali sesudah mnegalami benturan akan diterima oleh detektor yang berjarak
tertentu dengan sumbernya. Makin lemahnya energi yang kembali menunjukkan
makin banyaknya elektron-elekteron dalam batuan , yang berarti makin banyak
padatan butiran/mineral penyusun batuan per satuan volume. Besar kecilnya
energi yang diterima oleh detektor tergantung dari : besarnya densitas matrik
batuan, besarnya porositas batuan, besarnya densitas kandungan yang ada dalam
pori-pori batuan
Karena density log memberikan hasil pembacaan yang baik pada open
hole maka harus dikoreksi terhadap pengaruh mud cake karena prhitungan yang
205
terdekat akan menambahkan efek ini. Density log kadang diberikan dalam
porositas pada log yang diberikan dengan persamaan berikut :
g 1 ma f ...................................................................................... (4-13)
Dimana :
g adalah bulk density yang dibaca pada log
adalah porositas
Dalam density log kurva dinyatakan dalam satuan gr/cc, karena energi
yang diterima oleh detektor dipengaruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan
yang ada dalam pori-pori batuan, maka satuan gr/cc merupakan besaran “bulk
density” batuan, dimana dipengaruhi oleh faktor batuan yang sangat kompak serta
batuan yang homogen dengan porositas tertentu.
Kurva density log dinyatakan dalam satuan gr/cc, karena energi yang
diterima oleh detektor dipengaruhi oleh matrik batuan dan kandungan yang ada
206
dalam pori-pori batuan. Satuan gr/cc merupakan besaran “bulk density” batuan,
dimana dipengaruhi oleh faktor batuan yang sangat kompak serta batuan yang
homogen dengan porositas tertentu. Porositas batuan dapat ditentukan dengan
persamaan:
ma b
D= ............................................................................................... (4–14)
ma f
Penentuan porositas batuan pada formasi batuan yang mengandung clay / shale
membutuhkan koreksi. Persamaan yang menunjukkan adanya koreksi adalah :
ma clay
Dclay = ........................................................................................ (4–15)
ma f
Dcorr= D – ( Vclay x Dclay ) ....................................................................... (4–16)
Dimana :
b = densitas bulk yang dibaca pada log, gr/cc
gr/cc
= porositas ,fraksi
Dclay = densitas clay, gr/cc (didapat dari lapisan shale yang terdekat
dengan lapisan yang prospek)
207
sebagai “internal transite time” (t). Interval waktu transite didefenisikan sebagai
waktu yang diperlukan oleh gelombang suara untuk menempuh jarak satu feet
suatu bahan.
Peralatan dari sonik log (Gambar 4.22) terdiri dari sebuah transmitter
yang melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah melewati formasi diterima
oleh 2 receiver. Perbedaan waktu tiba gelombang (two way travel time = t)
diukur dan dibagi dengan jarak ( s/m), untuk arah yang sebaliknya caranya sama
untuk menghilangkan efek lubang bor (dicari rata-ratanya). Perambatan suara di
dalam formasi tergantung dari matrik batuan, porositas batuan serta fluida dalam
pori-pori.
208
Gambar 4.23. Contoh Hasil Rekaman Sonic Log
Batasan dari sonik log ini adalah kedalaman invesigasi 0,25 m, resolusi
vertikalnya 0,5 m, semakin padat suatu lithologi maka t semakin rendah, Δt-
fluida 620 s/m, Δt-matrix : batupasir 184 s/m, batugamping 161 s/m,
dolomite 144 s/m. Willy membuat persamaan untuk menghitung besarnya
transite time yang dibaca dari kurva sonic log yaitu :
tf = transite time fluida, s /ft (189 s /ft untuk filtrat lumpur)
209
Gambar 4.23. memperlihatkan hasil rekaman dari sonic log dalam
interval transit time (microseconds per foot).
Porositas dapat ditentukan dalam batupasir yang unconsolidate dengan
kecepatan rendah tanpa diperlukan koreksi untuk “kompaksi yang kurang”.
Raymer-Hunt mengetahui hal ini, kemudian menentukan untuk porositas antara 0-
37 % persamaan transit timenya adalah :
1 s
1 1 1
s
2
......................................................................... (4-18)
tlog t f tma
210
4.3.3.1. Caliper Log
Akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan
formasi, maka terjadi mud cake dan filtrat lumpur. Semakin porous suatu lapisan
maka mud cake akan makin tebal. Mud cake akan memperkecil diameter lubang
bor dan ini akan direkam oleh caliper log. Contoh dari peralatan caliper dalam
lubang bor ditunjukkan Gambar 4.24.
Manfaat utama dari caliper log adalah untuk mengetahui diameter lubang
bor , yang berguna untuk perhitungan volume lubang bor pada kegiatan
penyemenan. Selain itu berguna juga untuk :
a. Untuk menentukan letak setting packer yang tepat pada operasi DST.
b. Membantu interpretasi log listrik dengan memberikan ukuran lubang bor yang
tepat, karena diameter lubang bor yang digunakan pada interpretasi log listrik
biasanya diasumsikan sama dengan ukuran bit.
c. Untuk estimasi ketebalan mud cake.
d. Untuk perhitungan kecepatan lumpur di annulus , dalam hubungannya dengan
pengangkatan cutting.
211
4.3.3.2. Dipmeter Log
Dipmeter log digunakan untuk mencatat dip (kemiringan) formasi, baik
sudut maupun arahnya terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan yang digunakan
untuk pengukuran besaran-besaran tersebut adalah SP continous dipmeter,
resistivity continous dipmeter dan microlog continous dipmeter dimana perbedaan
ketiga alat tersebut terletak pada sistem elektroda yang digunakan.
Microlog continous dipmeter mempunyai kelebihan jika dibandingkan
dengan SP continous dipmeter, sebab dengan menggunakan sistem tiga elektroda
maka microlog continous dipmeter dapat dengan serentak mencatat tiga kurva,
yaitu satu elektroda menentukan kedalaman, sedangkan dua elektroda lainnya
mencatat lapisan atau batas zona. Orientasi kemiringan elektroda, kemiringan
lubang dan arah lubang dapat serentak direkam oleh microlog continous dipmeter,
prinsip pengukuran dari deepmeter ditunjukkan oleh Gambar 4.25 .
Data-data kemiringan lapisan (dip) digunakan antara lain untuk
memecahkan masalah penyimpangan lubang bor serta berguna untuk tujuan
geologi, yaitu untuk perpetaan bawah permukaan dan untuk perencanaan arah
penyebaran sumur-sumur pengembangan dari arah pemboran yang berhasil.
212
4.3.3.3. Temperature Log
Temperatur log adalah alat untuk mengukur temperatur di dalam lubang
sumur yang hasilnya merupakan plot antara temperatur versus kedalaman.
Pengukuran ini dapat diperoleh dengan peralatan pengukur listrik ataupun dengan
temperatur bond sendiri. Instrument listrik mempergunakan variasi resistivity dari
suatu konduktor dengan temperatur. Perubahan voltage tersebut dicatat sebagai
perubahan temperatur, contoh pengukuran temperatur lubang bor ditunjukkan
Gambar 4.26.
213
pemberhentian diketahui maka akan didapat suatu plot antara temperatur versus
kedalaman. Pengukuran listrik akan menghasilkan hasil yang lebih detail dan
lebih akurat.
Penggunaan temperatur log terutama untuk meneliti kelakuan temperatur
versus kedalaman dari suatu cekungan sedimen. Walaupun gradien temperatur
bervariasi dalam daerah yang berbeda, tetapi pada daerah tertentu gradient ini
menunjukkan kelakuan yang linier. Indikasi penyimpangan yang mencolok dari
linieritasnya, disebabkan oleh ekspansi gas atau pergerakan fluida lainnya. Hal ini
dapat digunakan untuk beberapa tujuan yaitu :
214
Dalam pemilihan zona yang produktif, langkah pertama adalah
menentukan zona yang permeabel. Hal ini dapat dilakukan dengan meninjau log
di track 1. Pada log tersebut terlihat adanya suatu base line disebelah kanan yang
mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah shale, daerah yang impermeabel
dan tidak akan berproduksi. Sedangkan garis yang ke arah kiri mengindikasikan
clean zone yang umumnya adalah sand dan limestone dan dapat beproduksi.
Sebagai contoh daerah tersebut adalah zona A, B, C dan D pada Gambar 4.27.
215
Gambar 4.27. Contoh Suatu Set Log Ideal
216
Track 3 merupakan identifikasi akhir dari pembacaan kurva log untuk
mengetahui apakah zona D atau B yang berisi hidrokarbon atau justru daerah
berporositas rendah. Porosity log di track 3 pada gambar tersebut memperlihatkan
harga 0,3 dan 0,007 untuk zona B dan D, sehingga dapat disimpulkan bahwa zona
D berisi hidrokarbon dan zona B adalah zona dengan porositas yang ketat.
2. Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode SP adalah sebagai berikut :
Menentukan temperatur formasi (Tf) dalam o F :
BHT Ts
Tf = x Depth SSP + Ts................................................................ (4-21)
Depth Log
Dimana :
BHT = temperatur dasar lubang
Ts = temperatur permukaan
SSP = Statik SP
217
Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi :
Ts 6.77
Rmf = x Rmf(T s) .............................................................................. (4-22)
T f 6.77
Menentukan Rmfc : Rmfc = 0.85 x Rmf
Menentukan konstanta SP : C = 61 + (0.133 x Tf)
Menentukan Rwc dari SP :
Rmfc
Rwc = .............................................................................................. (4-23)
10 ESP / C
218
Rt = resistivity batuan pada kedalaman yang dimaksud
Rt clay
b = 1, jika 0,5 < <1
Rt
Rt clay
b = 2, jika < 0,5
Rt
3. Berdasarkan Gamma Ray Log
GRlog GRmin
Vclay = .................................................................................... (4-26)
GRmax GRmin
4. Berdasarkan Neutron Log
N
Vclay = .................................................................................................. (4-27)
Nclay
Dimana :
ma : densitas matrik batuan, gr/cc
b : densitas bulk yang dibaca pada kurva density log setiap kedalaman
yang dianalisa, gr/cc
f : densitas fluida (salt mud : 1.1 dan fresh mud : 1)
219
Porositas Dari Sonic Log
t log t ma
s = ............................................................................................. (4-30)
t f t ma
Dimana :
Δt log = transit time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonic
untuk setiap kedalaman, sec/ft
Δt ma = transit time matrik batuan, sec/ft
Δt f = transit time fluida (air), sec/ft
Porositas Rata-rata :
Porositas rata-rata didapat dengan menggunakan metode pintas, yaitu :
N D
A = untuk minyak ................................................................. (4-31)
2
2 N 7 D
A = untuk gas....................................................................... (4-32)
9
Saturasi
a x Rw
S nw = .................................................................................................. (4-33)
m x Rt
Dimana :
Rw = resistivitas air, ohm-m
Rt = true resistivity, ohm-m
n = exponential saturation faktor (n = 2)
Untuk formasi batupasir m=2 ; a = 0.81
Untuk formasi limestone dan dolomite m=2 ; a = 1.00
Humble m = 2.15 ; a = 0.62
220
Menentukan porositas dari Density Log yang dikoreksi terhadap Vclay :
Dc = D – (Vclay x Nclay ) ................................................................................ (4-35)
Menentukan porositas dari kombinasi Density dan Neutron Log :
2 Nc 7 Dc
c = ............................................................................................. (4-36)
9
Menentukan harga saturasi air pada zona invasi lumpur (Sxo) :
Vclay
1
m
2
xS n2 ......................................................... (4-37)
1 V 2
clay c
221
2. Rumus Timur :
2.25
k1/2 = 100 ............................................................................................... (4-43)
S wi
222
3. Taking Closed Pressure
Langkah ini dilakukan apabila terjadi laju aliran yang tidak stabil, yang kemudian
dilakukan operasi “closed in valve” untuk mengakumulasikan tekanan reservoir,
pada saat ini terjadi pressure build up pada tekanan.
4. Equalizing
Tahapan ini terjadi setelah periode penutupan akhir selesai, adapun langkah
kerjanya adalah membuka equalizer valve untuk menyeimbangkan tekanan di atas
dan di bawah packer.
5. Reversing
Merupakan tahapan terakhir dari tes sebelum rangkaian dicabut. Perlu dilakukan
sirkulasi lumpur sehingga kondisi lubang sebelum dan sesudah pengujian sama.
Ada tiga kriteria tentang karakteristik hasil pencatatan tekanan yang baik
dari DST, yang dianjurkan oleh Murphy,Timmeran dan Van Poolen, yaitu sebagai
berikut :
1. Pressure base line adalah merupakan garis lurus dan jelas.
2. Tekanan hidrostatik mula-mula dan akhir yang dicatat sama dan tetap
terhadap kedalaman dan berat lumpur sama.
3. Tekanan aliran dan build up pressure yang dicatat merupakan kurva yang
smooth.
Dengan mengetahui karakteristik-karakteristik di atas, maka adanya
kondisi lubang bor/sumur yang buruk, alat yang tidak bekerja/berfungsi dengan
baik dan kesukaran lainnya dapat diindentifikasi dari grafik pencatatan tekanan
test DST. Perencanaan, pengoperasian dan hasil analisa tes sumur yang tepat akan
melengkapi data tentang permeabilitas, derajat kerusakan sumur (S), tekanan
reservoir, kemungkinan batas-batas reservoir dan heterogenitas formasi.
223
pengaliran dilakukan sebelum atau sesudah periode penutupan dengan laju
konstan.
Parameter yang diukur adalah tekanan statik (Pws), tekanan aliran dasar
sumur (pwf), tekanan awal reservoir (Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata
(k), volume pengurasan (Vd) dan radius pengurasan (re). Sedangkan metoda
pressure test yang umum ada dua macam, yaitu : Pressure Build UP dan Pressure
draw Down.
162,6.q..B t t p
Pws = Pi - log .............................................................. (4-44)
kh t
Persamaan ini memperlihatkan bahwa Pws , shut-in BHP, yang dicatat
t t p
selama penutupan sumur, apabila diplot terhadap log merupakan garis
t
lurus dengan kemiringan :
224
162,6.q..B
m= , psi/cycle .................................................................... (4-45)
kh
Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar 4.28.,
dimana harga permeabilitas dapat ditentukan dari slope “m” sedangkan apabila
garis ini diekstrapolasikan ke harga “Horner Time” sama dengan satu (ekivalen
dengan penutupan yang tidak terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini
teoritis sama dengan tekanan awal reservoir tersebut.
225
P Pwf 1688. ..Ct .rw 2 t t p
S = 1,151 ws 1,151. log 1,151. log ... (4-49)
m kt t
P Pwf k
S = 1,151 (1 jam) 3, 23 ............................................... (4-50)
m 2
. .C .r
t w
‘m’ berharga positif.
Apabila S ini berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada
umumnya disebabkan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap ke dalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor pada formasi
produktif yang kita amati. S yang negatif menunjukkan adanya perbaikan
(stimulated), biasanya setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau karena suatu
perekahan (Hydraulic Fracturing).
226
Gambar 4.29. Skema hubungan tekanan vs waktu15)
227
4.4.3. Rate Test
Pada prinsipnya mengukur perubahan tekanan terhadap waktu pada
kondisi sumur yang mengalir dengan rate yang bervariasi, perioda penutupan
sumur tidak dilakukan. Analisa tekanan pada rate test juga akan menghasilkan
tekanan statik reservoir, permeabilitas rrata-rata dan skin factor.
Pada dasarnya metoda ini khusus untuk mengamati performance sumur,
dimana karena alasan ekonomis tidak mungkin ditutup atau untuk memberi
kesempatan pada tekanan dasar sumur mencapai keseimbangannya sebelum
dilaksanakan Pressure Draw-down test.
228
sebagai berikut :
162,6.q..B k
Pi Pwf Pi log t log 3,23 0,869.S
2
kh ..Ct .rw
…………………………………. (4-51)
= m’ q (log t + S)
Dimana :
m’ = 162,6 q µ B / k h ……………………………………………… (4-52)
dan
k
S = log 2
3,23 0,869.S …………………………….(4-53)
. . Ct . rw
229
Gambar 4.30. Data Tekanan dan Produksi Multiple Rate Flow Test. 7)
230
Gambar 4.31. Skema Plot Data Two Rate Flow Test. 15)
k
+ log 3,23 0,869.S …………… (4-55)
. . C t . rw
2
Dimana,
m = 162,6 q µ B / k h ………………………….…………. (4-57)
dan
q2 k
Pint Pi m log 3,23 0,869. S …………… (4-58)
. . C t . rw
2
q1
231
Dalam test ini, laju aliran ke dua, q 2 , harus benar-benar dijaga tetap dan
dalam penggunaan persamaan diasumsi bahwa q1 adalah laju aliran yang tetap,
sehingga t1 dapat dihitung dengan persamaan :
Vp
t 1 24 ……………………………………….…………. (4-59)
q1
Dimana :
Vp = volume kumulatip yang diproduksi sejak awal q 1 .
232
psi dibawah tekanan buble point dengan cara mengevaluasi air raksa dari cell
dengan menggunakan pompa air raksa, PVT cell dan isinya dikocok agar tercapai
kesetimbangan kemudian volume sistem gas-minyak dicatat. Gas yang terbentuk
dikeluarkan melalui alat pengukur dan pada saat yang sama torak pompa air raksa
perlahan-lahan ditekan untuk memperlihatkan tetapnya tekanan dalam cell. Bila
gas telah dikeluarkan maka volume sisa minyak dalam cell diukur dan dicatat
volume gas yang keluar serta dikoreksi pada keadaan standart. Tahap selanjutnya
tekanan dikurangi lagi dengan 200 psi dan proses ini diulangi terus menerus
sampai tekanan dalam cell PVT mencapai 1 atm. Kemudian cell dipindahkan dari
pemanas suhu tetap dan jumlah sisa minyak diukur volumenya serta dikoreksi.
Pada setiap tekanan tersebut Bo merupakan perbandingan antara volume
minyak pada keadaan reservoir (tekanan pengukuran) dengan volume minyak
pada keadaan tangki pengumpul, atau dapat ditulis sebagai berikut ini :
Bo = volume minyak dalam reservoir ,RB/STB……………………(4-60)
volume minyak dipermukaan
Volume minyak dalam reservoir sesuai dengan P dan T reservoir,
sedangkan volume minyak dipermukaan (kondisi standart) yaitu P = 14,7 psi dan
T = 60o F. Hasil analisa dari contoh fluida reservoir tersebut disajikan dalam suatu
bentuk grafik, adapun grafiknya merupakan hubungan antara tekanan versus
faktor volume formasi (P vs Bo) pada Gambar 4.32
233
Gambar 4.32. Hubungan Tekanan Reservoir dengan Faktor Volume Formasi. 14)
Berikut ini adalah contoh penentuan faktor volume formasi (Bo) dengan
korelasi Standing :
Tentukan Bo pada tekanan titik gelembung dari suatu reservoir dengan
GOR = 350 SCF/STB, gravity gas = 0.75, stock tank gravity minyak = 350 o API
dan temperatur reservoir = 200 o F.
Jawab :
Menggunakan Gambar 4.33, mulailah dengan sumbu kiri atas untuk GOR
= 350, kemudian dibuat garis horizontal dari GOR = 350 memotong garis
gravitasi gas = 0.75, kemudian buat garis vertikal kebawah hingga memotong
garis gravitasi minyak = 30 o API. Dari titik potong ini, dibuat garis horizontal ke
sebelah kanan sehingga memotong temperatur = 200 o F. akhirnya buatlah garis
vertikal kebawah dari titik potong tersebut dan Bo dibaca 1.22 RB/STB.
234
Gambar 4.33. Faktor Volume Formasi Cairan Hidrokarbon Jenuh.14)
235
Adapun grafik nya merupakan hubungan antara tekanan reservoir versus
kelarutan gas dalam minyak (P vs Rs) pada Gambar 4.34.
Gambar 4.34 Grafik Hubungan kelarutan gas dengan tekanan reservoir. 14)
Berikut ini adalah contoh penentuan kelarutan gas dalam minyak (Rs)
menggunakan korelasi Beal :
Tentukan kelarutan gas dalam minyak pada tekanan saturasi sebesar 800 psi dan
oil gravity minyak sebesar 35 o API.
Jawab :
Menggunakan Gambar 4.35 dari Sb-X pada tekanan 800 psi, buatlah garis
vertikal keatas sampai memotong kurva oil gravity sebesar 25 o API, kemudian
tarik garis horizontal kekiri sampai memotong Sb-Y, maka akan didapat harga
sebesar 170 SCF/STB.
236
Gambar 4.35. Kelarutan Gas sebagai fungsi dari Tekanan Saturasi dan Gravity Minyak. 14)
237
Rolling Ball viscometer dapat digunakan untuk mengukur viscositas gas
maupun viscositas cairan pada kondisi tekanan dan temperatur yang sesuai dengan
kondisi reservoirnya. Alat ini terdiri dari tabung berbentuk silinder yang dapat
dimiringkan dengan sudut tertentu. Tabung ini diisi dengan cairan yang akan
diukur viscositasnya, kemudian bola dari logam dibiarkan jatuh menggelinding
kebawah melalui tabung tersebut. Dasar dari tabung ditutup sehingga ketika bola
bergerak ke bawah, maka cairan itu menyelip ke atas melalui ruangan antara bola
dan dinding tabung. Waktu jatuhnya bola diukur dengan teliti. Kecepatan bola (V)
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
D d
V C. ............................................................................................. (4-62)
Dimana :
C = konstanta yang tergantung pada ukuran alat
D = berat jenis dari bola logam
d = berat jenis cairan yang diukur
= viscositas cairan yang diukur
238
Gambar 4.36. Skema Dari Rolling Ball Viscosimeter Tekanan Tinggi 1)
239
kesetimbangan telah terbentuk , bola dibiarkan jatuh dengan menarik torak,
kemudian torak disekrup pada puncak tabung sehingga menutup rapat ujung
sebelah atas dan sekaligus menekan bagian ujung bagian bawah ke dalam suatu
selubung sekat (gasket) sehingga ujung bagian bawah dari tabung juga tertutup
rapat.
Untuk melakukan penentuan viscositas, alat ini diputar 180 o sehingga bola
jatuh ke puncak alat. Kemudian alat diputar kembali dengan cepat ke arah semula,
setelah bola mencapai dasar lubang tabung maka terjadi kontak listrik dengan
elektroda, sehingga timbul suara isyarat , dengan demikian maka waktu jatuhnya
bola dapat diukur. Dengan mengulangi prosedur ini, untuk cairan yang dapat
diukurdapat ditentukan dengan persamaan (3-64). Bila alat digunakan untuk
mengukur viscositas gas maka perlu menggunkan bola yang cocok dengan ukuran
tubing. Pada keadaan seperti ini laju jatuhnya bola cukup lambat, sehingga dapat
diukur dengan teliti. Hasil analisis viscositas dari fluida formasi ini biasanya
disajikan dalam bentuk grafik hubungan anatar viscositas minyak terhadap
tekanan (P vs µ) pada Gambar 4.37.
Gambar 4.37. Grafik Hubungan antara Viscositas Minyak terhadap Tekanan. 14)
240
Tentukan viscositas minyak (µo) dibawah tekanan titik gelembung (gas free atau
dead oil) dengan gravity minyak sebesar 40 o API dan temperature reservoir
sebesar 190 o F.
Jawab :
Menggunakan Gambar 4.38 tarik garis vertikal ke atas pada Sb-X dengan
harga crude-oil gravity sebesar 40 o API sampai memotong kurva temperature
reservoir yang berharga 190 o F, kemudian dari perpotongan ini ditarik garis
horizontal kekiri sampai memotong Sb-Y, maka perpotongan di Sb-Y akan
menunjukan harga dari viscositas minyak yang bebas dari gas (gas free atau dead
oil) sebesar 0.9 cp.
Gambar 4.38. Viscositas Minyak Bebas Gas sebagai Fungsi dari Temperatur Reservoir dan
Stock Tank Gravity Minyak. 14)
241
4.5.4. Penentuan Kompresibilitas Fluida
Untuk mengukur besarnya kompresibilitas fluida reservoir,maka sell PVT
yang terisi oleh air raksa dan sejumlah fluida reservoir dicelupkan dalam pemanas
suhu tetap dalam kondisi dan tekanan reservoir. Volume minyak pada kondisi ini
dicatat sebagai V 1 demikian juga besarnya tekanan pada keadaan ini dicatat P 1 .
kemudian tekanan tersebut dikurangi setiap harga tertentu .Pada keadaan ini,
volume dan tekanan minyak dicatat masing-masing sebagai V 2 dan P 2 . Sehingga
242
141,5
API 131,5 ...................................................................................... (4-66)
SG
Semakin kecil harga SG minyak berarti semakin besar harga API
gravitynya, maka harga minyak tersebut akan semakin mahal.
243