PAPER Tugas BI PDF
PAPER Tugas BI PDF
c. Ditinjau dari segi hak atas harta warisan, maka ahli waris dibagi
menjadi tiga golongon, yaitu sebagai berikut.
1) Ahli waris dengan bagian tertentu atau biasa disebut
dengan ashabul furudh
Fardh Ashabul furudh Kondisi
Seorang anak Tidak bersama
perempuan dengan anak laki-
laki
Seorang cucu Tidak bersama
perempuan dari anak dengan anak
laki-laki perempuan atau
orang laki-laki
½ yang menjadi
mu’ashib-nya
Suami Tidak ada anak
Seorang saudara Tidak bersama
perempuan kandung dengan mu’ashib-
nya
Seorang saudara Tidak bersama
sebapak dengan anak
perempuan atau
cucu perempuan
dari anak laki-laki
atau saudara
perempuan
kandung dan
tidak bersama
dengan saudara
laki-lakinya
Suami Jika ada anak
¼ Istri Jika tidak ada
anak
1/8 Istri Jika ada anak
Dua anak perempuan Tidak bersama
atau lebih dengan mu’ashib-
nya
Dua cucu perempuan Tidak bersama
dari anak laki-laki anak perempuan
atau lebih atau mu’ashib-
nya
Dua saudara Tidak bersa
perempuan kandung dengan mu’ashib-
atau lebih nya atau anak
2/3
perempuan
Dua saudara Tidak bersama
perempuan sebapak mu’ashibnya dan
atau lebih saudara
perempuan
kandung atau
anak perempuan
atau cucu
perempuan dai
cucu laki-laki
Ibu Tidak bersama
far’u waris secara
mutlak atau
saudara secara
1/3 mutlak
Dua saudara seibu Tidak bersama
atau lebih, baik laki- far’u waris secara
laki maupun mutlak atau laki-
perempuan laki
Bapak Bersama far’u
waris laki-laki
Ibu Bersma far’u
1/6
waris mutlak atau
saudara
perempuan atau
laki-laki
Kakek Bersama far’u
waris laki-laki
Nenek Tidak bersama
dengan ibu
Saudara seibu laki- Tidak bersama
laki atau perempuan far’u waris secara
mutlak atau ashlul
waris laki-laki
Cucu perempuan dari Bersama dengan
anak laki-laki seorang anak
perempuan
Seorang saudara Bersama dengan
perempuan sebapak seorang saudara
atau lebih perempuan
kandung
Tabel 2.3 ahli waris ashabul furudh
2) Ahli waris ashabah
Ahli waris ‘ashabah adalah orang yang menerima
warisan tanpa ada batasan.
a) ashobah bin nafsi
Kerabat laki-laki yang dihubungkan dengan
pewaris tanpa diselingi oleh orang perempuan.
Anak laki-laki
Cucu laki-laki dari anak laki-laki
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki sebapak
Anak laki-laki dari saudara laki-laki
kandung
Anak laki-laki dari saudara laki-laki
sebapak
Paman kandung
Paman sebapak
Anak laki-laki dari paman kandung
Anak laki-laki dari paman sebapak
Tabel 2.4 ahli waris ‘ashobah bin nafsi
b) ashobah bil ghoir
Setiap perempuan yang memerlukan orang
lain (saudara laki-laki) untuk menjadikan mereka
ashobah dan untuk bersama-sama menerima
ushubah.
(1) anak perempuan
(2) cucu perempuan dari anak laki-laki
(3) saudara perempuan kandung
(4) saudara perempuan sebapak
c) ashobah ma’al ghair
Setiap perempuan yang memerlukan orang
lain (juga perempuan) untuk menjadikan ashobah,
tetapi orang lain tersebut tidak berserikat dalam
menerima ushubah (sisa).
(1) saudara perempuan kandung
(2) saudara perempuan sebapak
3) Ahli waris dzawil arham
Semua ahli waris yang memiliki kekerabatan dengan
pewaris selain ashabul furudh dan ashobah, baik laki-laki
maupun perempuan.
4) Hijab
Keadaan terhalangnya seseorang ahli waris.
a) hijab karena sifat yaitu terhalangnya seseorang ahli
waris karena terdapat salah satu dari tiga penghalang
mewarisi.
b) hijab karena orang yaitu terhalangnya seorang ahli
waris untuk mendapatkan bagian dikarenakan
adanya ahli waris lain.
c) hijab hirman yaitu hijab yang menyebabkan
seorang ahli waris tidak mendapat sama sekali.
Semua ahli waris dapat terkena hijab hirman, kecuali
nam prang yaitu, anak laki-laki, bapak, suami, istri,
anak perempuan, dan ibu.
b) hijab nuqsan yaitu hijab yang menyebabkan bagian
ahli waris berkurang.
(1) perpindahan dari bagian pasti ke bagian pasti
yang lebih sedikit.
(2) perpindahan dari bagian pasti menuju
ashobah, yaitu ahli waris yang menerima
bagian 1/2 dan 2/3.
(3) perpindahan bagian ashobah menjadi bagian
pasti, yaitu haknya bapak dan kakek.
(4) perpindahan bagian ashobah dari ashobah bil
ghair menjadi ashobah ma’al ghoir.
(5) satu bagian pasti digunakan oleh ahli waris
lebih dari satu.
(6) mendesak pada bagian ashobah.
(7) mendesak pada ‘aul.
7. permasalahan kusus dalam ilmu faraid
adapun permasalahan khusus dalam ilmu faraid adalah seagai
berikut.
a. ‘Aul adalah bertambahnya jumlah saham yang menyebabkan
berkurangnya bagian-bagian ahli waris.
Dibawah ini adalah tiga asal masalah yang mengalami
‘aul.
1) 6 ‘aul menjadi 7, 8, 9, 10.
2) 12 ‘aul menjadi 13, 15, 17.
3) 24 ‘aul menjadi 27.
b. Radd adalah bertambahnya bagian ahli waris yang menyebabkan
berkurangnnya saham.
Ada dua jenis radd, yaitu sebagai berikut.
1) Ketika tidak ada suami/istri
a) Ahli waris terdiri dari satu ahli waris.
b) Ahli waris terdiri dari dua atau lebih ahli waris satu
golongann.
c) Ahli waris terdiri dari dua atau lebih golongan ahli
waris.
2) Ketika ada suami/istri
a) Ahli waris terdiri dari satu ahli waris.
b) Ahli waris terdiri dari satuu golongan ahli waris.
c) Ahli waris terdiri dari dua atau lebih golongan ahlli
waris.
c. Musytarikah, masalah yang terjadi jika seseorang perempuan
wafat dengan meninggalkan ahli waris suami, ibu atau nenek,
dua orang atau lebih saudara seibu (laki-laki saja, perempuan
saja, atau gabngan laki-laki dan perempuan), saudara laki-laki
kandung (seorang diri, bersama saudara laki0laki kandung yang
lain, atau bersama saudara perempuan kandung).
d. Akdariyah masalah yang terjadi ada seseorang wafat yang
meninggalkan suami, ibu, kakek, dan seorang saudara
perempuan (kandung atau sebapak).
e. Kakek an saudara menjadi ahli waris bersama-sama
f. Munasakhah adalah pemindahan bagian warisan dari sebagian
ahli waris kepada orang yang mewarisinyakarena kematiannya
sebelum pembagian warisan dilaksanakkan
g. Banci
h. Anak dalam kandungan
i. Orang yang disangka hilang
j. Tawanan perang
k. Suami istri bercerai dalam massa ‘iddah
l. Gharrawain, masalah yang terjadi jika ahli waris terdiri dari
suami/istri, bapak, dan ibu.
m. Dzawil arham adalah semua ahli waris yang memiliki
kekerabatan dengan pewaris selain ashabul furudh dan
‘ashabah, baik laki-laki maupun perempuan.
8. Metode Perhitungan Harta Warisan
a. Metode Asal Al-Masail
Metode usul masail ialah suatu cara menyelesaikan
pembagian harta pusaka dengan mencari dan menetapkan asal
masalah dari fardh-fardh para ahli waris. Metode ini adalah
salah satu metode yang sering dipakai oleh para ahli ilmu
faraidh dalam menyelesaikan masalah pembagian harta warisan.
Adapun cara menyelesaikan masalah warisan menurut sistem
usul masail diantaranya, yaitu
1) Sebelum menetapkan usul masail adalah menyelesaikan
atau mencari para ahli waris.
i. Siapa saja ahli waris yang termasuk dzawil arham
dan ashab al-faraidh.
ii. Siapa saja ahli waris penerima ashabah.
iii. Siapa saja ahli waris yang mahjub.
iv. Menetapkan bagian-bagian yang diterima oleh
masing-masing ashab al-furudh.
Misalnya: apabila seorang meninggal ahli warisnya terdiri
dari suami, nenek dari jalur ibu, dua anak perempuan,
anak laki-laki saudara ibu, ibu, cucu perempuan dari anak
perempuan, bapak, tiga saudara seibu, kakek, dan paman.
Dzawil arham: cucu perempuan dari anak
peremouan dan anak laki-laki saudara ibu.
Ashabah: tidak ada
Mahjub: nenek dari jalur ibu, tiga saudara seibu,
paman, dan kakek.
Ahli Waris Bagian
Suami 1/4
2 anak perempuan 2/3
Bapak 1/6+ashobah
Ibu 1/6
Tabel 2.5 ahli waris an bagiannya
2) Setelah diketahui bagian masing-masing ahli waris adalah
mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat
dibagi oleh masing-masing angka penyebut dari bagian
ahli waris. Ada beberapa istilah yang dapat membantu
memudahkan pencarian angka asal masalah yaitu:
a) Mumasalah atau tamasul
Tamasul dalam bahasa arab berarti at-
tasyabuh yang artinya sama bentuknya. Sedangkan
menurut istilah yaitu apabila angka penyebut
masing-masing bagian sama besarnya. Maka angka
asal masalahnya adalah mengambil angka tersebut.
Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka asal
masalah
2 saudara perempuan 2/3 3
sekandung
2 saudara seibu 1/3
Tabel 2.5 tamasul
b) Mudakhalah atau tadakhul
Tadakhul dalam bahasa arab berasal dari kata
dakhala yang berarti masuk. Sedangkan menurut
istilah yaitu apabila angka penyebut pada bagian ahli
waris, yang satu bisa dibagi dengan penyebut yang
lain. Angka asal masalahnya mengambil penyebut
yanng besar. Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka
asal
masalah
Istri 1/8 8
Anak perempuan ½
Tabel 2.6 tadakhul
c) Muwafaqah atau tawafuq
Tawafuq dalam bahasa arab berarti bersatu.
Sedangkan menurut ilmu faraid adalah apabila
angka penyebut pada bagian yang diterima ahli
waris tidak sama, angka penyebut terkecil tidak bisa
untuk membagi angka penyebut yang besar, akan
tetapi masing-masing angka penyebut dapat dibagi
oleh angka yang sama. Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka asal
masalah
Istri 1/8 24
Ibu 1/6 24
Anak perempuan ½ 24
Tabel 2.7 tawafuq
Angka asal masalahnya adalah mengalikan angka
penyebut yang satu dengan hasil bagi angka
penyebut yang lain. 8 × (6:2) = 24 atau 6 × (8:2) =
24
d) Mubayanah atau tabayun
Tabayun dalam bahasa arab berarti tabaa’ud
yakni saling berjauhan atau saling berbeda.
Sedangkan dalam ilmu faraid adalah apabila angka
penyebut dalam bagian ahli waris masing-masing
tidak sama, yang satu tidak bisa membagi angka
penyebut yang lain dan masing-masing tidak bisa
dibagi oleh satu angka yang sama. Maka asal
masalahnya adalah dengan cara mengalikan angka
penyebut masing-masing. Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka asal
masalah
Suami ½ 6
Ibu 1/3
Tabel 2.8 tabayun
Angka penyebut milik suami dikalikan dengan
angka penyebut milik ibu. 2 × 3 = 6.
Adapun contoh penyelesaian masalah waris
dengan menggunakan metode usul al-masail adalah
sebagai berikut.
Seseorang meninggal dunia, harta warisan
yang diinggalkan sejumlah Rp12.000.000,00. Ahli
warisnya terdiri dari suami, anak perempuan dari
anak laki-laki, dan saudara perempuan kandung.
Bagian masing-masing adalah sebagai berikut.
Ahli Furudh Bagian Angka Harta Pener
waris muqadarah masalah warisan imaan
12
Suami 1/4 3 3/12 × 12 jt 3 jt
Anak 1/2 6 6/12 × 12 jt 6 jt
Pr
Cucu 1/6 2 2/12 × 12 jt 2 jt
Pr
Sauda Ashobah 1 1/12 × 12 jt 1 jt
ra Pr
12 Jumlah 12
Tabel 2.8 penyelesaian asala masail
b. Metode tashih al-masail
Tashih al-masail ialah mencari angka masalah yang
terkecil agar dapat dihasilkan bagian yang diterima ahli waris
tidak berupa angka pecahann. Metode tashih al-masail ini hanya
digunakan apabila bagian yang diterima ahli waris berupa angka
pecahan. Oleh karena itu, langkah ini hanya semata-mata untuk
memudahkan perhitungan dalam pembagian warisan.
Adapun langkah-langkah yang perlu diambil dalam tashih
al-masail adalah sebagai berikut.
1) Memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Pecahan pada angka bagian yang diterima ahli waris
(yang terdapat dalam satu kelompok ahli waris).
b) Pecahan pada angka bagian yang diterima ahli waris,
terdapat pada lebih dari satu kelompok ahli waris.
2) Selanjutnya menetapkan angka tashih al-masailnya,
ditembuh dengan cara sebagai berikut.
a) Mengtahui jumlah person (kepala) penerima warisan
dalam satu kelompok ahli waris.
b) Mengetahui bagianyang diterima kelompok tersebut.
c) Mengalikan jumlah person dengan bagian yang
diterima kelompoknya.
Contoh penyelesaian masalah waris dengan metode tashih
al-masail adalah sebagai berikut. Jika seseorang
meninggaldunia, meninggalkan ahli waris yang terdiri dari ibu,
ayah, 2 anak laki-laki, dan 2 anak perempuan. Maka bagian
masing-masing sebagai berikut.
Ahli waris Furud Bagian Asal
mmuqadarah masalah
6
Ibu 1/6 1
Ayah 1/6 1
2 anak laki-laki Ashobah
4
2 anak perempuan Ashobah
Tabel 2.9 penyelesaian tashih al masail
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa bagian yang
diterima anak laki-laki dan anak perempuan adalah 4. Jika
bagian anak laki-laki dua kali bagian perempuan, maka jumlah 2
laki-laki adalah 4 dan 2 anak perempuan adalah 2, jadi total dari
siham anak laki-laki dan perempuan adalah 6. Angka 4 tidak
bisa dibagi habis oleh angka 6. Oleh karena itu, perlu ditakhsis
angka asal masalahnya, dengan mencari angka dari hasil bagi
antara bagian yang diterima dan jumlah person dibagi oleh satu
angka. Setelah itu, dikalikan dengan angka asal masalah. Angka
4:2= 2 atau 6:2=3, angka asal masalah 6 ×3=18.
Furud Pene
Ahli Angka Tashih al-
muqadara Bagian rima
waris masalah masail
h an
6 ×3=
6
18
Ibu 1/6 1 1×3 3
Ayah 1/6 1 1×3 3
2 anak Ashobah
laki- 4 4/6×3 8
laki
4
2 anak Ashobah
perem 2 2/6×3 4
puan
Tabel 2.10 penyelesaian tashih al masail
B. Kalkulus diferensial-integral
1. Diferensial
lim ( )
Turunan fungsi f(x) didefinisikan f’(x) = , dengan
h→0
syarat limit ini ada.
a. Turunan fungsi aljabar
1) ( )= → ( )=
2) ( )= → ( )=
3) ( ) = ( ( )) → ( )= ( ) × ( )
b. Sifat-sifat turunan fungsi
Jika k suatu konstanta, u=u(x) dan v= v(x), berlaku:
1) ( )= ± → ( )= ± ′
2) ( )= → ( )=
3) ( )= → ( )= + ′
4) ( )= → ( )=
2. Integral
Integral merupakan antiturunan atau antidiferensial. Jika f(x)
adalah turunan dari F(x), yaitu F’(x)=f(x), berlaku:
( ) = ( )+
ii. ∫ = +
iii. ∫ =∫ = ln +
( ) = lim ( ̅)
→
1) ∫ ( ) = ∫ ( )
2) ∫ ( ) =0
3) ∫ ( ) = ∫ ( ) ; =
4) ∫ ( ) ± ( ) =∫ ( ) ± ( )
5) ∫ ( ) =∫ ( ) +∫ ( )
Untuk sembarang b dengan a<b<c
Gottfried Leibniz adalah seorang matematikawan yang berasal
dari Jerman. Di bidang matematika, bersama dengan Isaac Newton,
Leibniz mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral.
Berikut ini adalah beberapa metode pengintegralan hasil pemikiran
Leibniz.
a. Integral substitusi
Dalam turunan fungsi dikenal dengan aturan rantau, yaitu:
F(x)=f(u) dengan u = g(x)
F’(x) = f’(u).u’
Dari rumus tersebut diperoleh:
( ) = ( )+
( ). = ( )+
( ) = ( )+
Keterangan: u’ dx= . =
b. Integral parsial
Diketahui u dan v fungsi dengan variabel x. Apabila y=u .
v maka:
dy du dv
v. u.
dx dx dx
dy vdu udv
dx dx dx
dy vdu udv
udv dy vdu
udv dy vdu
udv y vdu
=
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan jenis penelitian
penulis dalam mengumpulkan data paper ini adalah metode dokumentasi, yaitu
pembahasan yang umum menjadi pembahasan yang khusus dan metode induktif
yaitu metode penyelidikan yang berawal dari pembahasan yang khusus menjadi
dy f ' ( x).dx
1 1 1 1
dy 2 x 6 x 6 x 6 xdx
1 1 1 1
dy 2 xdx 6 xdx 6 xdx 6 xdx
1 1 1 1 1 1 1 1
y c . x2 . x2 . x2 . x2 c
2 2 6 2 6 2 6 2
.............(4)
Disini c adalah konstanta sembarang jika semuanya diasumsikan
0, maka:
1 1 1 1
= + + +
4 12 12 12
6
=
12
1
=
2
= 2 × 60.000.000
= 120.000.000
..............(5)
Maka nilai harta yang diwariskan kepada masing-masing ahli
waris dapat dihitung dengan mensubstitusikan nilai x2 ini ke
persamaan (5) sebagai berikut.
Anak perempuan : × 120000000 = 30.000.000
1 1 1 7
dy x x x 1 x dx
4 6 6 12
1 1 1 5
dy x x x x dx
4 6 6 12
1 1 1 1 1 1 5 1
y c . x2 . x2 . x2 . x2 c
4 2 6 2 6 2 12 2
1 1 1 5 2
y c x2 x2 x2 x c
8 12 12 24
12 2
12 jt x
24
x 2 24 jt
Suami : × 24.000.000 = 3.000.000
= 1 ∑ i= n-1
= 1 ∑ i=n
Catatan:
Ahli waris ke-i sampai dengan ke-(n-2) adalah ashabul furudh.
Ahli waris ke-(n-1) adalah ‘ashabah laki-laki (AL)
Ahli waris ke-n adalah ‘ashabah perempuan (AP)
Mn-1=MAL bagian harta warisan untuk Al
Mn=MAP bagian warisan untuk Ap
L=jumlah individu ‘ashabah laki-laki
P=jumlah individu ‘ashabah perempuan
Contoh:
Ahli waris terdiri dari suami, anak perempuan, saudara laki-laki kandung,
dan saudara perempuan kandung. Jumlah harta warisan adalah
Rp12.000.000.
1. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: 4×3=12 Harta warisan:
Rp12.000.000,00
Ahli waris
Furudh Bagian ×tirkah Penerimaan
muqadarah
Suami ¼ 1×3 3/12×12jt 3 jt
Anak ½ 2×3 6/12×12jt 6 jt
perempuan
Saudara 2/12×12jt 2 jt
(lk)
kandung
A 1×3
Saudara 1/12×12jt 1 jt
(pr)
kandung
Tabel 4.6
2. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial-integral
1 1 2 .1 3 1 3
dy 4 x 2
x 1 x
2 .1 1 4
1 x dx
2 .1 1 4
1 1 2 1 1 1
dy 4 x x x x dx
2 3 4 3 4
1 1 2 1
= + + +
4 2 12 12
1 1 1 1 1 1 1 1
= . + . + . + . +
4 2 2 2 6 2 12 2
= + + + +
I=2,3,....n
Catatan:
Ahli waris ke-1 adalah suami/istri
Ahli wariis ke-2 sampai dengan ke-n adalah ashabul-furudh selain
suami/istri.
Contoh:
Ahli waris terdiri dari istri, ibu, dan anak perempuan. Jumlah harta warisan
adalah Rp32.000.000,00.
1. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: Harta warisan:
24/19/8×4=32 Rp32.000.000,00
Ahli waris
Furudh
Bagian ×tirkah Penerimaan
muqadarah
4/32×32
Istri 1/8 3 1 4 4 jt
jt
7/32×32
Ibu 1/6 4 7 7 jt
jt
7
Anak 21/32×32
½ 12 21 21 jt
perempuan jt
Tabel 4.7
Asal masalah:6/4
Ahli waris
Furudh muqadarah Bagian
Anak perempuan ½ 3
Ibu 1/6 1
Tabel 4.8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan paper ini bahwa tata cara
perhitungan warisan dalam islam yang telah diatur dalam kalamullah bisa
dibuktikan secara ilmiah. pembuktian secara ilmiah tersebut dengan metode
kalkulus diferensial-integral yaitu salah satu cabang dari ilmu matematika.
Hal ini membuktikan bahwa ilmu manusia begitu sempit dan sangat
terbatas, berbeda dengan Allah yang memiliki ke-Maha Tahuan yang lebih
luas lagi tak terbatas. Dan ilmu-ilmu yang ada di dunia baik yang ditemukan
berabad-abad yang lalu maupun yang baru-baru ini ditemukan semuanya
telah tertulis di dalam Alquran dan itu pasti benar.
B. Saran
Adapun saran dari penulis untuk pembaca, sebagai seorang muslim
hendaknya kita mempelajari ilmu waris agar ilmu ini tidak punah, hanya
karena umat muslim enggan mempelajarinya. Dalam beberapa ayat alquran
dan beberapa hadis telah disebutkan bahwa ilmu waris adalah ilmu yang
penting untuk dipelajari. Oleh karena itu, belajarlah ilmu waris meskipun
ilmu itu terlihat sulit untuk dipahami, banyak orang yang pandai ilmu
matematika, maka dari itu pasti tidak akan ada kesulitan untuk
mmempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asy-syaikh muhammad bin shaleh al-utsaimin. Trj. tn. tt. Ilmu Waris. tk: ash-shaf.
tn. tt. Faroidhul Ghozaliyah. Sarang: tp.
Suparno, dkk. 2015. Matematika Kelas XII. Klaten: Intanpariwara.
tn. tt. ‘uddaul Farid. tk: tp.
Yani, Achmad. 2016. Faraidh dan Mawaris: Bunga Rampai Hukum Islam.
Jakarta: Kharisma Putra Utama.