Anda di halaman 1dari 27

GENERALISASI TERHADAP APLIKASI KALKULUS DIFERENSIAL-

INTEGRAL UNTUK MENYELESAIKAN PEMBAGIAN WARISAN


Oleh Jihan Maghfiroh Velayati
Abstrak
Ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang siapa saja ahli waris
yang mendapatkan warisan, siapa yang tidak, dan berapa bagiannya. Ilmu waris
sangatlah penting untuk dipelajari terutama untuk kaum muslimin, karena hal ini
telah dijelaskan dalam beberapa ayat dalam kalamullah dan hadits Nabi
Muhammad saw. Selain itu, ilmu waris adalah ilmu yang paling pertama
diihilangkan dari muka bumi, ketika ilmu itu telah hilang maka hal itu
menandakan akan datangnya kiamat. Oleh karena itu, sebagai kaum muslim
sangatlah penting untuk mempelajari ilmu waris. Paper ini membahas tentang
pembuktian tata cara perhitungan ahli waris dalam islam dengan menggunakan
metode kalkulus diferensial-integral. Paper ini menggunakan metode library
research yaitu dengan membaca buku, artikel tentang tata cara pembagian earisan
menurut islam dan diferensial integral, kemuadian dianalisis dan menemukkan
kesimpulan bahwa kalkulus diferensila integral dapat menyelrsaikan masalah
perhitungan warisan dan hasil dari pembagiaan warisan sama dengan hasil
pembagian warisan menggunakan tata cara pemabgian warisan dalam islam.
Pendahuluan
Ilmu Faraid atau biasa disebut ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari
tentang siapa orang-orang yang termasuk ahli waris, siapa yang tidak, berapa
bagian-bagiannya, dan bagaimana cara menghitungnya. Ilmu faraid adalah ilmu
yang sangat penting dan perlu dipelajari untuk semua umat islam. Hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt dalam QS. Maryam: 40 “sesungguhnya kami mewarisi
bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada kamilah
mereka dikembalikan” dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dan
selainnya dari Ibnu Mas’ud ra.berkata bahwa Nabi saw besabda: pelajarilah ilmu
faraid serta ajarkan kepada orang-orang, karena aku adalah orang yang akan
direnggut (wafat), sedang ilmu itu akan diangkat dan fitnah akan tampak,
sehingga dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan, mereka berdua
tidak menemukan seorang pun yang sanggup meleraikan “(menyelesaikan
perselisihan pembagian hak waris)”.
Kenyataan yang ada bahwa orang-orang malas mempelajari ilmu faraid
karena ribet dan permasalahannnya begitu membingunggkan serta hampir mirip
semuanya. Jika dianalisis perhitungan harta warisan menurut islam dapat
dibuktikan kebenarannya melalui ilmiah, yaitu melalui metode kalkulus
diferensial-integral yang merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu
matematika.
Karena kurang pemahaman masyarakat muslim tentang ilmu waris,
penullis mencoba menguraikan permasalahan tersebut dengan judul paper
“GENERALISASI TERHADAP APLIKASI KALKULUS DIFERENSIAL-
INTEGRAL UNTUK MENYELESAIKAN PEMBAGIAN WARISAN”. Dengan
harapan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.
Berdasarkan uraian latar belakang dan untuk mempermudah pembaca dalam
memahami paper ini, maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut.
Bagaimana generalisasi terhadap aplikasi kalkuklus diferensial-integral untuk
menyelesaikan pembagian warisa.
Adapun pembahasan paper ini akan menguraikan pembuktian secara ilmiah
dengan metodre kakulus diferensial-integral untuk menyelesaikan pembagian
warisan. Dan batasan pembahasan masalah paper ini untuk mengetahui bahwa
metode kalkulus diferensial integral dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan
pembagian warisan.
Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir
A. Ilmu Waris
Ilmu waris atau dalam fikih disebut dengan ilmu faraidh, faraidh
adalah bentuk jamak dari al-faraidhah yang secara bahasa bermakna sesuatu
yang diwajibkan. Secara istilah adalah ilmu yang mempelajari siapa saja
yang berhak mendapat warisan dan siapa yang tidak berhak, serta jumlah
ukuran untuk setiap ahli waris faridhah atau furudh adalah jatah tertentu
sesuai syariat bagi setiap ahli waris, seperti setengah, seperempat,
seperdelapan, seperenam, sepertiga, duapertiga atau yang sering disebut
juga furudhul muqoddarah (bagian yang ditentukan). Sedangkan ahli furudh
adalah pewaris yang menjadi pemilik bagian-bagian harta pusaka.
1. Hak-hak yang terkait dengan peninggalan si mayit
Hak-hak yang terkait dengan peninggalan si mayit ada lima,
secara berurutan menurut kadar kepentingannya, yaitu sebagai berikut.
a. Beban persiapan pemakaman si mayit.
b. Hak-hak yang terkait dengan zat harta peninggalan.
c. Hutang-hutang yang tidak terkait langsung dengan harta
peninggalan sebaliknya hanya terkait dengan tanggungan si
mayit.
d. Wasiat sepertiga (1/3) atau lebih sedikit untuk selain ahli waris.
e. Membagi harta warisan.
2. Rukun Waris
a. Muawaris adalah orang yang harta peninggalannya pindah ke
tangan yang lain (ahli waris).
b. waris adalah orang yang menerima harta peninggalan si mayit.
c. Haqqul muwaris adalah harta peninggalan si mayit.
3. Syarat-syarat waris
a. Meninggalnya orang yang memiliki warisan.
b. Hidupnya ahli waris.
c. Ada orang yang mengetahui ilmu faraidh.
4. Sebab-sebab mewaris
a. Nikah adalah ikatan suami istri yang sah, dengan sebab ini maka
suami mewarisi harta istri dan seorang istri mewarisi harta
suami dengan sebab semata-mata telah melakukan akad,
meskipun belum melakukan jima’ dan belum ber-khalwat.
b. Nasab (kekerabatan) yaitu hubungan antara dua orang dengan
sebab kelahiran, baik yang deket atau yang jauh hubungannya.
c. Wala’ (balas budi) adalah balas budinya seorang budak yang
diimerdekakan yaitu ikatan antara dirinya dengan orang
memerdekakannya dan ahli warisnya yang mewarisi dengan
bagian ashobah dengan sebab dirinya seperti ikatan antara kedua
orang tua dengan anaknya, baik dimerdekakan secara sukarela
atau karena wajib seperti karena nadzar, zakat, atau kafarat.
5. Tercegahnya mewaris
a. Budak, status seorang budak tidak boleh menjadi ahli waris,
karena tidak cakap dalam mengurus harta dan telah putus
kekeluargaannya dengan kerabatnya. Bahkan ada yang
memandang budak itu sebagai milik tuannya. Dia tidak bisa
mewariskan hartanya, sebab ia sendiri tidak memiliki harta,
karena harta yang ada pada dirinya adalah milik tuannya.
b. Pembunuhan, para ahli hukum sepakat bahwa tindakan
pembunuhan ahli waris terhadap pewarisnya menyebabkan
terhalangnya mewarisi harta warisan pewaris yang dibunuh.
c. Berlainan agama, yang dimaksud berlainan agama ialah
berlainan agama pewaris dengan ahli waris.
6. Ahli Waris dan macam-macamnya
a. Ditinjau dari sebabnya, ahli waris dibagi 2, yaitu sebagai
berikut.
1) Ahli waris nasabiyah, ahli waris yang hubungan
kekeluargaannya timbul karena adanya hubungan darah.
2) Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisanyang
timbuk karena pernikahan yang sah dan memerdekakan
budak sahaya.
b. Ditinjau dari jenis kelamin ada dua, yaitu ahli waris laki-laki dan
ahli waris perempuan. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Ahli waris laki-laki secara Ahli waris laki-laki secara
terperinci ringkas
Anak laki-laki Anak laki-laki
Cucu laki-laki Cucu laki-laki
Ayah Bapak
Kakek Kakek
Saudara (lk) kandung Saudara laki-laki
Saudara (lk) seayah
Saudara (lk) seibu
Anak (lk) nya saudara (lk) Anak (lk) nya saudara (lk)
kandung
Anak (lk) nya saudara (lk)
seayah
Paman kandung Paman kandung dan
Paman sebapak seayah
Anak (lk) nya paman kandung Anak (lk) nya paman
Anak (lk) nya paman seayah kandung dan seayah
Suami Suami
Orang yang
memerdekakan budak (lk)
Tabel 2.1 ahli waris laki-laki

Ahli waris perempuan secara Ahli waris perempuan


terperinci secara ringkas
Anak perempuan Anak perempuan
Cucu perempuan Cucu perempuan
Ibu Ibu
Nenek dari ibu Nenek
Nenek dari ayah
Saudara (pr) kandung Saudara perempuan
Saudara (pr) seayah
Saudara (pr) seibu
Istri Istri
Orang yang memerdekakan Orang yang
budak (pr) memerdekakan budak (pr)
Tabel 2.2 ahli waris perempuan

c. Ditinjau dari segi hak atas harta warisan, maka ahli waris dibagi
menjadi tiga golongon, yaitu sebagai berikut.
1) Ahli waris dengan bagian tertentu atau biasa disebut
dengan ashabul furudh
Fardh Ashabul furudh Kondisi
Seorang anak Tidak bersama
perempuan dengan anak laki-
laki
Seorang cucu Tidak bersama
perempuan dari anak dengan anak
laki-laki perempuan atau
orang laki-laki
½ yang menjadi
mu’ashib-nya
Suami Tidak ada anak
Seorang saudara Tidak bersama
perempuan kandung dengan mu’ashib-
nya
Seorang saudara Tidak bersama
sebapak dengan anak
perempuan atau
cucu perempuan
dari anak laki-laki
atau saudara
perempuan
kandung dan
tidak bersama
dengan saudara
laki-lakinya
Suami Jika ada anak
¼ Istri Jika tidak ada
anak
1/8 Istri Jika ada anak
Dua anak perempuan Tidak bersama
atau lebih dengan mu’ashib-
nya
Dua cucu perempuan Tidak bersama
dari anak laki-laki anak perempuan
atau lebih atau mu’ashib-
nya
Dua saudara Tidak bersa
perempuan kandung dengan mu’ashib-
atau lebih nya atau anak
2/3
perempuan
Dua saudara Tidak bersama
perempuan sebapak mu’ashibnya dan
atau lebih saudara
perempuan
kandung atau
anak perempuan
atau cucu
perempuan dai
cucu laki-laki
Ibu Tidak bersama
far’u waris secara
mutlak atau
saudara secara
1/3 mutlak
Dua saudara seibu Tidak bersama
atau lebih, baik laki- far’u waris secara
laki maupun mutlak atau laki-
perempuan laki
Bapak Bersama far’u
waris laki-laki
Ibu Bersma far’u
1/6
waris mutlak atau
saudara
perempuan atau
laki-laki
Kakek Bersama far’u
waris laki-laki
Nenek Tidak bersama
dengan ibu
Saudara seibu laki- Tidak bersama
laki atau perempuan far’u waris secara
mutlak atau ashlul
waris laki-laki
Cucu perempuan dari Bersama dengan
anak laki-laki seorang anak
perempuan
Seorang saudara Bersama dengan
perempuan sebapak seorang saudara
atau lebih perempuan
kandung
Tabel 2.3 ahli waris ashabul furudh
2) Ahli waris ashabah
Ahli waris ‘ashabah adalah orang yang menerima
warisan tanpa ada batasan.
a) ashobah bin nafsi
Kerabat laki-laki yang dihubungkan dengan
pewaris tanpa diselingi oleh orang perempuan.
Anak laki-laki
Cucu laki-laki dari anak laki-laki
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki sebapak
Anak laki-laki dari saudara laki-laki
kandung
Anak laki-laki dari saudara laki-laki
sebapak
Paman kandung
Paman sebapak
Anak laki-laki dari paman kandung
Anak laki-laki dari paman sebapak
Tabel 2.4 ahli waris ‘ashobah bin nafsi
b) ashobah bil ghoir
Setiap perempuan yang memerlukan orang
lain (saudara laki-laki) untuk menjadikan mereka
ashobah dan untuk bersama-sama menerima
ushubah.
(1) anak perempuan
(2) cucu perempuan dari anak laki-laki
(3) saudara perempuan kandung
(4) saudara perempuan sebapak
c) ashobah ma’al ghair
Setiap perempuan yang memerlukan orang
lain (juga perempuan) untuk menjadikan ashobah,
tetapi orang lain tersebut tidak berserikat dalam
menerima ushubah (sisa).
(1) saudara perempuan kandung
(2) saudara perempuan sebapak
3) Ahli waris dzawil arham
Semua ahli waris yang memiliki kekerabatan dengan
pewaris selain ashabul furudh dan ashobah, baik laki-laki
maupun perempuan.
4) Hijab
Keadaan terhalangnya seseorang ahli waris.
a) hijab karena sifat yaitu terhalangnya seseorang ahli
waris karena terdapat salah satu dari tiga penghalang
mewarisi.
b) hijab karena orang yaitu terhalangnya seorang ahli
waris untuk mendapatkan bagian dikarenakan
adanya ahli waris lain.
c) hijab hirman yaitu hijab yang menyebabkan
seorang ahli waris tidak mendapat sama sekali.
Semua ahli waris dapat terkena hijab hirman, kecuali
nam prang yaitu, anak laki-laki, bapak, suami, istri,
anak perempuan, dan ibu.
b) hijab nuqsan yaitu hijab yang menyebabkan bagian
ahli waris berkurang.
(1) perpindahan dari bagian pasti ke bagian pasti
yang lebih sedikit.
(2) perpindahan dari bagian pasti menuju
ashobah, yaitu ahli waris yang menerima
bagian 1/2 dan 2/3.
(3) perpindahan bagian ashobah menjadi bagian
pasti, yaitu haknya bapak dan kakek.
(4) perpindahan bagian ashobah dari ashobah bil
ghair menjadi ashobah ma’al ghoir.
(5) satu bagian pasti digunakan oleh ahli waris
lebih dari satu.
(6) mendesak pada bagian ashobah.
(7) mendesak pada ‘aul.
7. permasalahan kusus dalam ilmu faraid
adapun permasalahan khusus dalam ilmu faraid adalah seagai
berikut.
a. ‘Aul adalah bertambahnya jumlah saham yang menyebabkan
berkurangnya bagian-bagian ahli waris.
Dibawah ini adalah tiga asal masalah yang mengalami
‘aul.
1) 6 ‘aul menjadi 7, 8, 9, 10.
2) 12 ‘aul menjadi 13, 15, 17.
3) 24 ‘aul menjadi 27.
b. Radd adalah bertambahnya bagian ahli waris yang menyebabkan
berkurangnnya saham.
Ada dua jenis radd, yaitu sebagai berikut.
1) Ketika tidak ada suami/istri
a) Ahli waris terdiri dari satu ahli waris.
b) Ahli waris terdiri dari dua atau lebih ahli waris satu
golongann.
c) Ahli waris terdiri dari dua atau lebih golongan ahli
waris.
2) Ketika ada suami/istri
a) Ahli waris terdiri dari satu ahli waris.
b) Ahli waris terdiri dari satuu golongan ahli waris.
c) Ahli waris terdiri dari dua atau lebih golongan ahlli
waris.
c. Musytarikah, masalah yang terjadi jika seseorang perempuan
wafat dengan meninggalkan ahli waris suami, ibu atau nenek,
dua orang atau lebih saudara seibu (laki-laki saja, perempuan
saja, atau gabngan laki-laki dan perempuan), saudara laki-laki
kandung (seorang diri, bersama saudara laki0laki kandung yang
lain, atau bersama saudara perempuan kandung).
d. Akdariyah masalah yang terjadi ada seseorang wafat yang
meninggalkan suami, ibu, kakek, dan seorang saudara
perempuan (kandung atau sebapak).
e. Kakek an saudara menjadi ahli waris bersama-sama
f. Munasakhah adalah pemindahan bagian warisan dari sebagian
ahli waris kepada orang yang mewarisinyakarena kematiannya
sebelum pembagian warisan dilaksanakkan
g. Banci
h. Anak dalam kandungan
i. Orang yang disangka hilang
j. Tawanan perang
k. Suami istri bercerai dalam massa ‘iddah
l. Gharrawain, masalah yang terjadi jika ahli waris terdiri dari
suami/istri, bapak, dan ibu.
m. Dzawil arham adalah semua ahli waris yang memiliki
kekerabatan dengan pewaris selain ashabul furudh dan
‘ashabah, baik laki-laki maupun perempuan.
8. Metode Perhitungan Harta Warisan
a. Metode Asal Al-Masail
Metode usul masail ialah suatu cara menyelesaikan
pembagian harta pusaka dengan mencari dan menetapkan asal
masalah dari fardh-fardh para ahli waris. Metode ini adalah
salah satu metode yang sering dipakai oleh para ahli ilmu
faraidh dalam menyelesaikan masalah pembagian harta warisan.
Adapun cara menyelesaikan masalah warisan menurut sistem
usul masail diantaranya, yaitu
1) Sebelum menetapkan usul masail adalah menyelesaikan
atau mencari para ahli waris.
i. Siapa saja ahli waris yang termasuk dzawil arham
dan ashab al-faraidh.
ii. Siapa saja ahli waris penerima ashabah.
iii. Siapa saja ahli waris yang mahjub.
iv. Menetapkan bagian-bagian yang diterima oleh
masing-masing ashab al-furudh.
Misalnya: apabila seorang meninggal ahli warisnya terdiri
dari suami, nenek dari jalur ibu, dua anak perempuan,
anak laki-laki saudara ibu, ibu, cucu perempuan dari anak
perempuan, bapak, tiga saudara seibu, kakek, dan paman.
 Dzawil arham: cucu perempuan dari anak
peremouan dan anak laki-laki saudara ibu.
 Ashabah: tidak ada
 Mahjub: nenek dari jalur ibu, tiga saudara seibu,
paman, dan kakek.
Ahli Waris Bagian
Suami 1/4
2 anak perempuan 2/3
Bapak 1/6+ashobah
Ibu 1/6
Tabel 2.5 ahli waris an bagiannya
2) Setelah diketahui bagian masing-masing ahli waris adalah
mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat
dibagi oleh masing-masing angka penyebut dari bagian
ahli waris. Ada beberapa istilah yang dapat membantu
memudahkan pencarian angka asal masalah yaitu:
a) Mumasalah atau tamasul
Tamasul dalam bahasa arab berarti at-
tasyabuh yang artinya sama bentuknya. Sedangkan
menurut istilah yaitu apabila angka penyebut
masing-masing bagian sama besarnya. Maka angka
asal masalahnya adalah mengambil angka tersebut.
Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka asal
masalah
2 saudara perempuan 2/3 3
sekandung
2 saudara seibu 1/3
Tabel 2.5 tamasul
b) Mudakhalah atau tadakhul
Tadakhul dalam bahasa arab berasal dari kata
dakhala yang berarti masuk. Sedangkan menurut
istilah yaitu apabila angka penyebut pada bagian ahli
waris, yang satu bisa dibagi dengan penyebut yang
lain. Angka asal masalahnya mengambil penyebut
yanng besar. Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka
asal
masalah
Istri 1/8 8
Anak perempuan ½
Tabel 2.6 tadakhul
c) Muwafaqah atau tawafuq
Tawafuq dalam bahasa arab berarti bersatu.
Sedangkan menurut ilmu faraid adalah apabila
angka penyebut pada bagian yang diterima ahli
waris tidak sama, angka penyebut terkecil tidak bisa
untuk membagi angka penyebut yang besar, akan
tetapi masing-masing angka penyebut dapat dibagi
oleh angka yang sama. Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka asal
masalah
Istri 1/8 24
Ibu 1/6 24
Anak perempuan ½ 24
Tabel 2.7 tawafuq
Angka asal masalahnya adalah mengalikan angka
penyebut yang satu dengan hasil bagi angka
penyebut yang lain. 8 × (6:2) = 24 atau 6 × (8:2) =
24
d) Mubayanah atau tabayun
Tabayun dalam bahasa arab berarti tabaa’ud
yakni saling berjauhan atau saling berbeda.
Sedangkan dalam ilmu faraid adalah apabila angka
penyebut dalam bagian ahli waris masing-masing
tidak sama, yang satu tidak bisa membagi angka
penyebut yang lain dan masing-masing tidak bisa
dibagi oleh satu angka yang sama. Maka asal
masalahnya adalah dengan cara mengalikan angka
penyebut masing-masing. Misalnya,
Ahli waris Bagian Angka asal
masalah
Suami ½ 6
Ibu 1/3
Tabel 2.8 tabayun
Angka penyebut milik suami dikalikan dengan
angka penyebut milik ibu. 2 × 3 = 6.
Adapun contoh penyelesaian masalah waris
dengan menggunakan metode usul al-masail adalah
sebagai berikut.
Seseorang meninggal dunia, harta warisan
yang diinggalkan sejumlah Rp12.000.000,00. Ahli
warisnya terdiri dari suami, anak perempuan dari
anak laki-laki, dan saudara perempuan kandung.
Bagian masing-masing adalah sebagai berikut.
Ahli Furudh Bagian Angka Harta Pener
waris muqadarah masalah warisan imaan
12
Suami 1/4 3 3/12 × 12 jt 3 jt
Anak 1/2 6 6/12 × 12 jt 6 jt
Pr
Cucu 1/6 2 2/12 × 12 jt 2 jt
Pr
Sauda Ashobah 1 1/12 × 12 jt 1 jt
ra Pr
12 Jumlah 12
Tabel 2.8 penyelesaian asala masail
b. Metode tashih al-masail
Tashih al-masail ialah mencari angka masalah yang
terkecil agar dapat dihasilkan bagian yang diterima ahli waris
tidak berupa angka pecahann. Metode tashih al-masail ini hanya
digunakan apabila bagian yang diterima ahli waris berupa angka
pecahan. Oleh karena itu, langkah ini hanya semata-mata untuk
memudahkan perhitungan dalam pembagian warisan.
Adapun langkah-langkah yang perlu diambil dalam tashih
al-masail adalah sebagai berikut.
1) Memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Pecahan pada angka bagian yang diterima ahli waris
(yang terdapat dalam satu kelompok ahli waris).
b) Pecahan pada angka bagian yang diterima ahli waris,
terdapat pada lebih dari satu kelompok ahli waris.
2) Selanjutnya menetapkan angka tashih al-masailnya,
ditembuh dengan cara sebagai berikut.
a) Mengtahui jumlah person (kepala) penerima warisan
dalam satu kelompok ahli waris.
b) Mengetahui bagianyang diterima kelompok tersebut.
c) Mengalikan jumlah person dengan bagian yang
diterima kelompoknya.
Contoh penyelesaian masalah waris dengan metode tashih
al-masail adalah sebagai berikut. Jika seseorang
meninggaldunia, meninggalkan ahli waris yang terdiri dari ibu,
ayah, 2 anak laki-laki, dan 2 anak perempuan. Maka bagian
masing-masing sebagai berikut.
Ahli waris Furud Bagian Asal
mmuqadarah masalah
6
Ibu 1/6 1
Ayah 1/6 1
2 anak laki-laki Ashobah
4
2 anak perempuan Ashobah
Tabel 2.9 penyelesaian tashih al masail
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa bagian yang
diterima anak laki-laki dan anak perempuan adalah 4. Jika
bagian anak laki-laki dua kali bagian perempuan, maka jumlah 2
laki-laki adalah 4 dan 2 anak perempuan adalah 2, jadi total dari
siham anak laki-laki dan perempuan adalah 6. Angka 4 tidak
bisa dibagi habis oleh angka 6. Oleh karena itu, perlu ditakhsis
angka asal masalahnya, dengan mencari angka dari hasil bagi
antara bagian yang diterima dan jumlah person dibagi oleh satu
angka. Setelah itu, dikalikan dengan angka asal masalah. Angka
4:2= 2 atau 6:2=3, angka asal masalah 6 ×3=18.
Furud Pene
Ahli Angka Tashih al-
muqadara Bagian rima
waris masalah masail
h an
6 ×3=
6
18
Ibu 1/6 1 1×3 3
Ayah 1/6 1 1×3 3
2 anak Ashobah
laki- 4 4/6×3 8
laki
4
2 anak Ashobah
perem 2 2/6×3 4
puan
Tabel 2.10 penyelesaian tashih al masail
B. Kalkulus diferensial-integral
1. Diferensial
lim ( )
Turunan fungsi f(x) didefinisikan f’(x) = , dengan
h→0
syarat limit ini ada.
a. Turunan fungsi aljabar
1) ( )= → ( )=
2) ( )= → ( )=

3) ( ) = ( ( )) → ( )= ( ) × ( )
b. Sifat-sifat turunan fungsi
Jika k suatu konstanta, u=u(x) dan v= v(x), berlaku:
1) ( )= ± → ( )= ± ′
2) ( )= → ( )=
3) ( )= → ( )= + ′

4) ( )= → ( )=

2. Integral
Integral merupakan antiturunan atau antidiferensial. Jika f(x)
adalah turunan dari F(x), yaitu F’(x)=f(x), berlaku:

( ) = ( )+

dengan c konstan dan f(x) disebut integran.


a. Integral tak tentu
1) Rumus-rumus integral fungsi aljabar
i. ∫ = + , ≠ 1

ii. ∫ = +

iii. ∫ =∫ = ln +

Catatan: ln x e log x dengan ≈ 2,72


2) Sifat-sifat integral
a) ∫ ( ) = ∫ ( )
b) ∫( ( ) ± ( )) =∫ ( ) ±∫ ( )
b. Integral tentu
Integral tentu adalah integral yang batas atas dan
bawahnya diketahui. Integral tentu dilambangkan:

( ) = lim ( ̅)

Rumus-rumus integral tertentu

1) ∫ ( ) = ∫ ( )

2) ∫ ( ) =0

3) ∫ ( ) = ∫ ( ) ; =
4) ∫ ( ) ± ( ) =∫ ( ) ± ( )

5) ∫ ( ) =∫ ( ) +∫ ( )
Untuk sembarang b dengan a<b<c
Gottfried Leibniz adalah seorang matematikawan yang berasal
dari Jerman. Di bidang matematika, bersama dengan Isaac Newton,
Leibniz mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral.
Berikut ini adalah beberapa metode pengintegralan hasil pemikiran
Leibniz.
a. Integral substitusi
Dalam turunan fungsi dikenal dengan aturan rantau, yaitu:
F(x)=f(u) dengan u = g(x)
F’(x) = f’(u).u’
Dari rumus tersebut diperoleh:

( ) = ( )+

( ). = ( )+

( ) = ( )+

Keterangan: u’ dx= . =

b. Integral parsial
Diketahui u dan v fungsi dengan variabel x. Apabila y=u .
v maka:
dy du dv
 v.  u.
dx dx dx
dy vdu udv
 
dx dx dx
dy  vdu  udv
udv  dy  vdu

 udv   dy   vdu
 udv  y   vdu
=
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kepustakaan (Library Research) yaitu mengambil data-data yang ada dengan

membaca buku untuk diambil kesimpulannya. Adapun metode yang dilakukan

penulis dalam mengumpulkan data paper ini adalah metode dokumentasi, yaitu

membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan paper ini

kemudian diambil kesimpulannya. Dalam penulisan paper ini, penulis

menggunakan metode deduktif yaitu metode penyelidikan yang berawal dari

pembahasan yang umum menjadi pembahasan yang khusus dan metode induktif

yaitu metode penyelidikan yang berawal dari pembahasan yang khusus menjadi

pembahasan yang umum.

GENERALISASI TERHADAP APLIKASI KALKULUS DIFERENSIAL-


INTEGRAL UNTUK MENYELESAIKAN PEMBAGIAN WARISAN
Adapun pembuktian perhitungan harta warisan dengan menggunakan
metode kalkulus diferensial-integral adalah sebagai berikut.
A. Kasus tanpa adanya ‘ashabah (semua ahli waris adalah ashabul furudh)
= . i = 1, 2...n

Dalam kasus ini ada tiga kemungkinan, yaitu sebagai berikut.


1. Kasus tanpa adanya ‘aul dan radd (Ftotal = 1)
Ahli waris terdiri dari anak perempuan, cucu perempuan (dari
anak laki-laki), bapak, dan ibu. Jumlah harta warisan adalah
Rp60.000.000,00.
a. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: 6 Jumlah harta
warisan:
Ahli waris Rp60.000.000
Furudh Bagian × Penerimaa
muqadarah tirkah n
Anak ½ 3 3/6× 30 juta
perempuan 60 jt
Cucu 1/6 1 1/6× 10 juta
perempuan 60 jt
Bapak 1/6+Asabah 1 1/6× 10 juta
60 jt
Ibu 1/6 1 1/6× 10 juta
60 jt
Tabel 4.1
b. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial-integral
= ( ) integral dari harta yang diwariskan kepada semua
ahli waris .............(1)

= ( ) harta yang diwariskan (diturunkan) kepada

semua ahli waris .............(2)


1 1 1 1
( )= + + +
2 6 6 6
..............(3)
Dari persamaan (2) dan (3) dengan menggunakan kalkulus
diferensial-integral dengan mengingat bahwa . = 1/2 ,
maka diperoleha:
dy  f ' ( x).dx

 dy   f ' ( x).dx
1 1 1 1 
 dy    2 x  6 x  6 x  6 xdx
1 1 1 1
 dy   2 xdx  6 xdx  6 xdx  6 xdx
1 1 1 1 1 1 1 1 
y  c   . x2  . x2  . x2  . x2   c
2 2 6 2 6 2 6 2 
.............(4)
Disini c adalah konstanta sembarang jika semuanya diasumsikan
0, maka:
1 1 1 1
= + + +
4 12 12 12
6
=
12
1
=
2
= 2 × 60.000.000
= 120.000.000
..............(5)
Maka nilai harta yang diwariskan kepada masing-masing ahli
waris dapat dihitung dengan mensubstitusikan nilai x2 ini ke
persamaan (5) sebagai berikut.
Anak perempuan : × 120000000 = 30.000.000

Cucu perempuan : × 120000000 = 10.000.000

Bapak : × 120000000 = 10.000.000

Ibu : × 120000000 = 10.000.000

1. Kasus ‘aul (Ftotal>1)


Ahli waris terdiri dari suami, 2 anak perempuan, dan ibu.
Jumlah harta warisan adalah Rp13.000.000,00.
a. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: 12/13 Harta warisan:
Rp13.000.000
Ahli Waris
Furudh Bagian ×tirkah penerimaan
muqadarah
Suami ¼ 3 3/13×13 3 jt
jt
2 anak 2/3 8 8/13×13 8 jt
perempuan jt
Ibu 1/6 2 2/13×13 2 jt
jt
Tabel 4.2
b. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial-integral
1 2 1 
dy    x  x  x dx
4 3 6 
1 1 2 1 1 1 
y  c   . x2  . x2  . x2   c
4 2 3 2 6 2 
1 1 1 
y  c   x2  x2  x2   c
8 3 12 
13 2
y x
24
13 2
13 jt  x
24
x 2  24 jt
Suami : × 24.000.000 = 3.000.000

2 anak perempuan : × 24.000.000 = 8.000.000

Ibu : × 24.000.000 = 2.000.000

2. Kasus radd tanpa ada suami/istri (Ftotal<1)


Ahli waris terdiri dari anak perempuan, cucu perempuan, dan ibu.
Jumlah harta warisan adalah Rp90.000.000,00.
a. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: 6/5 Harta warisan:
Rp90.000.000
Ahli waris
Furudh Bagian ×tirkah Penerimaan
muqadarah
Anak ½ 3 3/5×90j 54 jt
perempuan t
Cucu 1/6 1 1/5×90j 18 jt
perempuan t
Ibu 1/6 1 1/5×90j 18 jt
t
Tabel 4.3
b. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensiall-integral
1 1 1 
dy    x  x  x  dx
2 6 6 
1 1 1 1 1 1 
y  c   . x2  . x2  . x2   c
 2. 2 6 2 6 2 
1 1 1 
y  c   x2  x2  x2   c
4 12 12 
5
y  x2
12
5
90 jt  x 2
12
2
x  216 jt

Anak perempuan : × 216.000.000 = 54.000.000

Cucu perempuan : × 216.000.000 = 18.000.000

Ibu : × 216.000.000 = 18.000.000


B. Kasus dengan adanya ‘ashabah bin nafsi atau ‘ashabah ma’al ghair
= 1 ∑ . = 1, 2, … ( 2)
=
Catatan:
 Ahli waris ke-i sampai dengan ke-(n-1) adalah ‘ashhabul-furudh.
 Ahli waris ke-n adalah ‘ashabah bin-nafsi atau ‘ashabah ma’al ghair.
Perlu diingat bahwa kedua jenis ‘ashabah ini tidak memiliki furudh
tertentu, sehingga dalam rumus tidak ada Fn.
1. Kasus dengan adanya ahli waris ‘ashabah bin-nafsi
Ahli waris terdiri dari suami, bapak, ibu, dan anak laki-laki. Jumlah
harta warisan adalah Rp12.000.000,00.
a. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Harta warisan:
Asal masalah:12
RP12.000.000,00
Ahli waris
Furudh
Bagian ×tirkah penerimaan
muqadarah
Suami ¼ 3 ×12 jt 3 jt
Bapak 1/6 2 ×12 jt 2 jt
Ibu 1/6 2 ×12 jt 2 jt
Anak laki-
A 5 ×12 jt 5 jt
laki
Tabel 4.4
b. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial-integral

1 1 1  7 
dy    x  x  x  1   x  dx
4 6 6  12  
1 1 1 5 
dy    x  x  x  x dx
4 6 6 12 
1 1 1 1 1 1 5 1 
y  c   . x2  . x2  . x2  . x2   c
4 2 6 2 6 2 12 2 
1 1 1 5 2
y  c   x2  x2  x2  x c
8 12 12 24 
12 2
12 jt  x
24
x 2  24 jt
Suami : × 24.000.000 = 3.000.000

Bapak : × 24.000.000 = 2.000.000


Ibu : × 24.000.000 = 2.000.000

Anak laki-laki : × 24.000.000 = 5.000.000

2. Kasus dengan adanya ahli waris ashabah ma’al ghair


Ahli waris terdiri dari suami, anak perempuan, ibu, ddan saudara
perempuan kandung. Jumlah harta warisan adalah Rp12.000.000,00.
a. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: 12 Harta warisan:
Ahli waris Furudh
Bagian ×tirkah penerimaan
muqadarah
3/12×12
Suami ¼ 3 3 jt
jt
Anak 6/12×12
½ 6 6 jt
perempuan jt
2/12×12
Ibu 1/6 2 2 jt
jt
Saudara
1/12×12
perempuan A 1 1 jt
jt
kandung
Tabel 4.5
b. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial integral
1 1 1  11  
dy    x  x  x  1   x  dx
4 2 6  12  
1 1 1 1 
dy    x  x  x  x  dx
4 2 6 12 
1 1 1 1 1 1 1 1 
y  c   . x2  . x2  . x2  . x2   c
4 2 2 2 6 2 12 2 
1 1 1 1 2
y  c   x2  x2  x2  x c
8 4 12 24 
12 2
y x
24
12 2
12 jt  x
24
x 2  24 jt

Suami : × 24.000.000 = 3.000.000

Anak perempuan : × 24.000.000 = 6.000.000


Ibu : × 24.000.000 = 2.000.000

Saudara (pr) kandung : × 24.000.000 = 1.000.000

C. Kasus dengan adanya ‘ahabah bil-ghair (∑ < 1)


Dalam hal ini, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
i= 1, 2, ... (n-2)

= 1 ∑ i= n-1

= 1 ∑ i=n

Catatan:
 Ahli waris ke-i sampai dengan ke-(n-2) adalah ashabul furudh.
 Ahli waris ke-(n-1) adalah ‘ashabah laki-laki (AL)
 Ahli waris ke-n adalah ‘ashabah perempuan (AP)
 Mn-1=MAL bagian harta warisan untuk Al
 Mn=MAP bagian warisan untuk Ap
 L=jumlah individu ‘ashabah laki-laki
 P=jumlah individu ‘ashabah perempuan
Contoh:
Ahli waris terdiri dari suami, anak perempuan, saudara laki-laki kandung,
dan saudara perempuan kandung. Jumlah harta warisan adalah
Rp12.000.000.
1. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: 4×3=12 Harta warisan:
Rp12.000.000,00
Ahli waris
Furudh Bagian ×tirkah Penerimaan
muqadarah
Suami ¼ 1×3 3/12×12jt 3 jt
Anak ½ 2×3 6/12×12jt 6 jt
perempuan
Saudara 2/12×12jt 2 jt
(lk)
kandung
A 1×3
Saudara 1/12×12jt 1 jt
(pr)
kandung
Tabel 4.6
2. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial-integral
1 1   2 .1   3    1  3  
dy    4 x  2
x      1    x   
  2 .1  1   4 
  1    x  dx
  2 .1  1  4  
1 1 2 1 1 1 
dy    4 x  x     x     x  dx
2 3 4 3 4 

1 1 2 1
= + + +
4 2 12 12
1 1 1 1 1 1 1 1
= . + . + . + . +
4 2 2 2 6 2 12 2
= + + + +

Suami : × 24.000.000 = 3.000.000

Anak perempuan : × 24.000.000 = 6.000.000

Saudara (lk) kandung : × 24.000.000 = 2.000.000

Saudara (pr) kandung : × 24.000.000 = 1.000.000

D. Kasus radd dengan adanya suami/istri


Untuk kasus ini berlaku rumus berikut.
=∑ (1 ). i=1

I=2,3,....n
Catatan:
 Ahli waris ke-1 adalah suami/istri
 Ahli wariis ke-2 sampai dengan ke-n adalah ashabul-furudh selain
suami/istri.
Contoh:
Ahli waris terdiri dari istri, ibu, dan anak perempuan. Jumlah harta warisan
adalah Rp32.000.000,00.
1. Penyelesaian dengan tata cara pembagian waris islam
Asal masalah: Harta warisan:
24/19/8×4=32 Rp32.000.000,00
Ahli waris
Furudh
Bagian ×tirkah Penerimaan
muqadarah
4/32×32
Istri 1/8 3 1 4 4 jt
jt
7/32×32
Ibu 1/6 4 7 7 jt
jt
7
Anak 21/32×32
½ 12 21 21 jt
perempuan jt
Tabel 4.7

Asal masalah:6/4
Ahli waris
Furudh muqadarah Bagian
Anak perempuan ½ 3
Ibu 1/6 1
Tabel 4.8

2. Penyelesaian dengan metode kalkulus diferensial-integral


 1  1  
 1  6  1   2  1  
dy   x   1   x  1   x dx
8  2  8    2  8   
  3   3  
1 1 7 3 7 
dy    x   .  x   .  x dx
8 4 8 4 8 
1 7 21 
dy    x  x x dx
8 32 32 
1 1 7 1 21 1 
y  c   . x2  . x2  . x2   c
8 2 32 2 32 2 
1 7 2 21 2 
y  c   x2  x  x c
16 64 64 
32 2
y x
64
1
32 jt  x 2
2
2
x  64 jt

Istri : × 64.000.000 = 4.000.000

Ibu : × 64.000.000 = 7.000.000

Anak perempuan : × 64.000.000 = 21.000.000

PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan paper ini bahwa tata cara
perhitungan warisan dalam islam yang telah diatur dalam kalamullah bisa
dibuktikan secara ilmiah. pembuktian secara ilmiah tersebut dengan metode
kalkulus diferensial-integral yaitu salah satu cabang dari ilmu matematika.
Hal ini membuktikan bahwa ilmu manusia begitu sempit dan sangat
terbatas, berbeda dengan Allah yang memiliki ke-Maha Tahuan yang lebih
luas lagi tak terbatas. Dan ilmu-ilmu yang ada di dunia baik yang ditemukan
berabad-abad yang lalu maupun yang baru-baru ini ditemukan semuanya
telah tertulis di dalam Alquran dan itu pasti benar.
B. Saran
Adapun saran dari penulis untuk pembaca, sebagai seorang muslim
hendaknya kita mempelajari ilmu waris agar ilmu ini tidak punah, hanya
karena umat muslim enggan mempelajarinya. Dalam beberapa ayat alquran
dan beberapa hadis telah disebutkan bahwa ilmu waris adalah ilmu yang
penting untuk dipelajari. Oleh karena itu, belajarlah ilmu waris meskipun
ilmu itu terlihat sulit untuk dipahami, banyak orang yang pandai ilmu
matematika, maka dari itu pasti tidak akan ada kesulitan untuk
mmempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asy-syaikh muhammad bin shaleh al-utsaimin. Trj. tn. tt. Ilmu Waris. tk: ash-shaf.
tn. tt. Faroidhul Ghozaliyah. Sarang: tp.
Suparno, dkk. 2015. Matematika Kelas XII. Klaten: Intanpariwara.
tn. tt. ‘uddaul Farid. tk: tp.
Yani, Achmad. 2016. Faraidh dan Mawaris: Bunga Rampai Hukum Islam.
Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Anda mungkin juga menyukai