Panduan Praktik Klinis Diagnosis Dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 1 Anak Remaja PDF
Panduan Praktik Klinis Diagnosis Dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 1 Anak Remaja PDF
Penyunting
Niken Prita Yati
Bambang Tridjaja A.A.P.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT atas berkah dan karuniaNya sehingga kita diberi kesehatan dan
kekuatan untuk dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
Ilmu Kesehatan Anak.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu
agenda dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals; SDGs). Angka kejadian PTM seperti Diabetes Melitus (DM)
mengalami peningkatan setiap tahun. Lebih dari 90% kasus diabetes pada
anak dan remaja adalah DM tipe-1. Hingga saat ini, DM tipe-1 tidak
dapat disembuhkan dan memerlukan pengobatan seumur hidup. Dengan
tata laksana yang adekuat, anak dengan DM tipe-1 dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal layaknya anak sehat. Dengan demikian penting
untuk disusun suatu pedoman berbasis bukti mengenai DM Tipe-1 pada
anak dan remaja.
Atas nama Pengurus Pusat IDAI, kami mengucapkan selamat kepada
Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) yang telah menerbitkan Panduan Praktik Klinis “Diagnosis dan
Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja”. Kami
berharap buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam disiplin ilmu
endokrinologi oleh seluruh anggota IDAI maupun praktisi kesehatan yang
membutuhkan, sehingga kualitas pelayanan dan kualitas hidup anak dengan
DM Tipe-1 dapat meningkat.
Aman B. Pulungan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
PENDAHULUAN..................................................................................1
KRITERIA DIAGNOSIS.......................................................................1
TATA LAKSANA....................................................................................3
Pemberian insulin............................................................................. 3
Penyesuaian dosis insulin.................................................................. 4
Pengaturan makan............................................................................ 5
Olah raga.......................................................................................... 5
Puasa di Bulan Ramadan.................................................................. 7
PEMANTAUAN ....................................................................................9
Pemantauan glukosa darah mandiri................................................. 10
Pemeriksaan keton.......................................................................... 11
HbA1c (Hemoglobin terglikosilasi)................................................ 11
Komplikasi..................................................................................... 12
Edukasi....................................................................................................13
RINGKASAN REKOMENDASI..........................................................14
DAFTAR KEPUSTAKAAN..................................................................15
Daftar Singkatan
ACE : Angiotensin Converting Enzyme
AER : Albumin Excretion Rate
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
DCCT : Diabetes Control and Complications Trial
DM : Diabetes Melitus
DMT1 : Diabetes Melitus Tipe-1
IDF : International Diabetes Federation
IFCC : The International Federation of Clinical Chemistry and
Laboratory Medicine
IGF : Impaired Fasting Glucose
IGT : Impaired Glucose Tolerance
ISPAD : International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes
LDL : Low-density Lipoprotein
NGSP : National Glycohemoglobin Standardization Program
RAK : Rasio Albumin/Kreatinin
TD : Tekanan Darah
KRITERIA DIAGNOSIS
Glukosa plasma puasa dianggap normal bila kadar glukosa darah
plasma <126 mg/dL (7 mmol/L). Glukosuria saja tidak spesifik untuk DM
sehingga perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah.
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut:
1. Gejala klasik diabetes atau krisis hiperglikemi dengan kadar plasma glu-
kosa ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L. Atau,
2. Kadar plasma glukosa puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa adalah
tidak ada asupan kalori selama 8 jam terakhir. Atau,
3. Kadar glukosa 2 jam postprandial ≥200 mg/dL 11.1 mmol/L) dengan
Uji Toleransi Glukosa Oral. Uji Toleransi Glukosa Oral dilakukan den-
Pemberian insulin
• Tujuan terapi insulin adalah menjamin kadar insulin yang cukup di
dalam tubuh selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
sebagai insulin basal maupun insulin koreksi dengan kadar yang lebih
tinggi (bolus) akibat efek glikemik makanan.
• Regimen insulin sangat bersifat individual, sehingga tidak ada regimen yang
seragam untuk semua penderita DMT1. Regimen apapun yang digunakan
bertujuan untuk mengikuti pola fisiologi sekresi insulin orang normal
sehingga mampu menormalkan metabolisme gula atau paling tidak
mendekati normal.
• Pemilihan regimen insulin harus memperhatikan beberapa faktor yaitu:
umur, lama menderita diabetes melitus, gaya hidup penderita (pola makan,
jadwal latihan, sekolah dsb), target kontrol metabolik, dan kebiasaan
individu maupun keluarganya.
• Regimen apapun yang digunakan, insulin tidak boleh dihentikan pada
keadaan sakit. Dosis insulin disesuaikan dengan sakit penderita dan
sebaiknya dikonsulkan kepada dokter.
• Bagi anak-anak sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali
injeksi insulin per hari (campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan
insulin basal).
• Dosis insulin harian, tergantung pada: Umur, berat badan, status
pubertas, lama menderita, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga,
aktifitas harian, hasil monitoring glukosa darah dan HbA1c, serta ada
tidaknya komorbiditas.
• Dosis insulin (empiris):
-- Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5 IU/
kg/ hari.
-- Prepubertas (diluar fase remisi parsial) dalam kisaran dosis 0,7–1
IU/kg/hari.
-- Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat menjadi 1.2–2
IU/kg/hari.
Olah raga
• Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh anak dan remaja DMT1 saat
melakukan olahraga:
-- Diskusikan jumlah pengurangan dosis insulin sebelum olahraga
dengan dokter.
-- jika olahraga akan dilakukan pada saat puncak kerja insulin maka
dosis insulin harus diturunkan secara bermakna.
-- Pompa insulin harus dilepas atau insulin basal terakhir paling tidak
diberikan 90 menit sebelum mulai latihan.
-- Jangan suntik insulin pada bagian tubuh yang banyak digunakan
untuk latihan.
• Jika glukosa darah tinggi, glukosa darah > 250 mg/dL (14 mmol/L)
dengan ketonuria /ketonemia (> 0,5 mmol/L)
-- Olahraga atau latihan fisik harus dihindari
-- Berikan insulin kerja cepat (rapid acting) sekitar 0,05 U/kg atau
5% dari dosis total harian.
-- Tunda aktivitas fisik sampai keton sudah negatif.
• Konsumsi 1,0-1,5 gram karbohidrat per kg massa tubuh per jam
untuk olahraga yang lebih lama atau lebih berat jika kadar insulin yang
bersirkulasi tinggi atau insulin sebelum latihan tidak dikurangi.
• Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat harus dikonsumsi
segera setelah latihan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia pasca
latihan fisik.
• Hipoglikemia dapat terjadi sampai 24 jam setelah olahraga.
-- Ukur kadar glukosa darah sebelum tidur dan kurangi insulin basal
sebelum tidur (atau basal pompa insulin) sebesar 10-20% setelah
PEMANTAUAN
• Tujuan pemantauan gula darah mandiri pada pasien dengan DMT1
adalah mencapai target kontrol glikemik yang optimal, menghindari
komplikasi akut berupa hipoglikemia dan ketoasidosis dan komplikasi
kronis yaitu penyakit akibat ganggaun mikro dan makrovaskuler,
menimalisasi akibat hipoglikemia dan hiperglikemia terhadap fungsi
kognitif.
• Pemantauan kontrol glikemik dilakukan dengan melakukan
pemantauan glukosa darah mandiri, HbA1c, keton, dan pemantauan
glukosa darah berkelanjutan.
• Pemantauan tumbuh kembang merupakan bagian integral dari
pemantauan diabetes.
Pemeriksaan keton
• Normal keton darah: <0.6 mmol/L
• Pemeriksaan keton darah lebih baik dari pada keton urin.
-- Keton darah >3,0 mmol/L biasanya disertai dengan asidosis
sehingga harus segera dibawa ke IGD. Keton darah <0,6 mmol/L
biasa ditemukan setelah puasa malam hari.
• Pemeriksaan keton harus tersedia dan dilakukan pada saat:
-- Sakit yang disertai demam dan/atau muntah.
-- Jika glukosa darah di atas 14 mmol/L (250 mg/dL) pada anak
yang tidak sehat atau jika kadar glukosa darah meningkat diatas 14
mmol/L (250 mg/dL) secara persisten.
-- Ketika terdapat poliuria persisten disertai peningkatan kadar
glukosa darah, terutama jika disertai nyeri abdomen atau napas cepat.
-- Pemeriksaan keton darah sebaiknya tersedia bagi anak yang lebih
muda atau pasien yang menggunakan pompa insulin.
RINGKASAN REKOMENDASI
• Komponen pengelolaan DMT1 meliputi pemberian insulin, pengaturan
makan, olah raga, edukasi, dan pemantauan mandiri.
• Pasien DMT1 minimal sebaiknya dilakukan berkonsultasi setiap 3
bulan dengan tujuan
-- Mendiskusikan hasil pemantauan gula darah mandiri dan langkah-
langkah untuk memperbaiki kontrol glikemiknya termasuk edukasi
penyesuaian dosis insulin, kebutuhan nutrisi dan aktivitas fisik untuk
tumbuh kembang yang optimal dan menghindari komplikasi.
-- Mendiskusikan hasil HbA1C dengan prognosisnya
-- Apabila sudah saatnya melakukan skrining komplikasi dan
mendiskusikan pencegahannya
• Regimen insulin sangat bersifat individual, sehingga tidak ada regimen yang
seragam untuk semua penderita DM tipe-1.
• Regimen apapun yang digunakan, insulin tidak boleh dihentikan pada
keadaan sakit.
• Pemilihan jenis makanan dianjurkan karbohidrat dengan indeks
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Azad K, Mohsin F, Zargar AH, Zabeen B, Ahmad J, dkk. South Asian Guide-
lines for management of endocrine dsorders in ramadan: Fasting guide-
lines for diabetic children and adolescents. Indian J Endocrinol Metab.
2012;16:516-18.
2. Couper JJ, HallerMJ, Ziegler A-G, KnipM, Ludvigsson J, dkk. ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines 2014 Compendium: Phases of type 1 diabetes
in children and adolescents. Pediatric Diabetes. 2014: 15 (Suppl. 20): 18–25.
3. Craig ME, Jefferies C, Dabelea D, Balde N, Seth A, dkk. ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines 2014 Compendium: Definition, epidemiology,
and classification of diabetes in children and adolescents. Pediatric Diabetes.
2014: 15 (Suppl. 20): 4–17.
4. Danne T, Bangstad H-J, Deeb L, Jarosz-Chobot P, Mungaie L, dkk. ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2014 Compendium: Insulin treatment
in children and adolescents with diabetes. Pediatric Diabetes 2014: 15 (Suppl.
20): 115–34.
5. Donaghue KC, Wadwa RP, Dimeglio LA, Wong TY, Chiarelli F, dkk. ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2014 Compendium: Microvascular
and macrovascular complications in children and adolescents. Pediatric Dia-
betes. 2014: 15 (Suppl. 20): 257–69.