Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

RADIOTERAPI

DISUSUN OLEH :

MARTIANA FAHRIAH
1102014151

PEMBIMBING :

dr. Edwin M. Hilman, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU RADIOLOGI
RSUD KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2019
PENDAHULUAN

Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi


untuk menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker
bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga
proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat. Sekitar 50-
60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk
pengobatan secara radikal, sebagai terapi paliatif yaitu untuk mengurangi dan
menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker dan sebagai adjuvant
yakni bertujuan untuk mengurangi risiko kekambuhan dari kanker. Dengan
pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang mati dan
tumor akan mengecil. Sel-sel kanker yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan
diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembali
dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-
sel yang sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi. Radiasi
mempunyai efek yang sangat baik pada jaringan yang membelah dengan cepat.
Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe dan stadium
tumor bersamaan dengan responnya terhadap radioterapi. Perhitungan yang rumit
telah dilakukan untuk menentukan dosis dan jadwal radiasi pada rencana terapi.
Seringkali pengobatan diberikan dari berbagai sudut yang berbeda untuk
mendapatkan efek radiasi yang maksimal terhadap tumor dan efek yang minimal
terhadap jaringan yang sehat.
Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah: efek samping yang
terjadi selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan melalui tubuh
pasien dan tidak tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien tidak bersifat radioaktif,
hanya bagian tubuh pada area radiasi yang dipengaruhi dan sel-sel normal yang
terpapar radiasi akan segera memulihkan diri beberapa jam setelah terkena paparan.
RADIOTERAPI
Biologi Sel Maligna
Terdapat beberapa gen yang dapat dianggap bertanggungjawab terhadap
proses terjadinya tumor maligna, yang dikenal dengan sebutan onkogen. Terdapat
beberapa hal yang bisa mengakibatkan sel normal bermutasi menjadi onkogen,
yaitu proses kongenital, dimana sejak lahir sudah membawa onkogen, bahan kimia
karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh dan bereaksi dengan DNA pada
kromosom dan virus onkogen yang bila memasuki sel normal akan berintegrasi
dengan kromosom yang ada di dalam nukleus lalu melakukan transkripsi serta
radiasi kronik yang terus menerus mengenai sel-sel normal.
Bila sel sudah berubah menjadi sel tumor maligna, maka ia memiliki
kemampuan yang tidak dimiliki oleh sel-sel normal, seperti kemampuan mitosis
yang sangat cepat, kemampuan memproduksi enzim kolagenesis yang
menyebabkan sel tumor maligna mampu melakukan metastasis limfogen,
hematogen ke jaringan sekitar, serta kemampuan sel tumor untuk melakukan
angiogenesis yakni membentuk neovaskularisasi yang menyebabkan tumor dapat
tumbuh besar.
Dasar Biologi Radioterapi
Jaringan bila terkena radiasi penyinaran, akan menyerap energi radiasi
dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan
perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan
biologik. Kerusakan sel yang terjadi itu dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi,
perlambatan pembelahan sel dan kehilangan kemampuan untuk berproduksi.
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit
elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang
dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran
elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa, proton.
Jenis radiasi pengion berupa sinar Gamma dan sinar X. Sinar Gamma
merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang berasal dari disintegrasi inti
cobalt 60 radioaktif. Akibat dari disintegrasi inti tersebut akan terbentuk satu
pancaran energi berupa sinar gamma dan 2 pancaran partikel, yaitu pancaran
elektron disebut sinar beta dan pancaran inti helium disebut sinar alfa. Sinar gamma
digunakan dalam radioterapi, sedangkan sinar alfa dan sinar beta digunakan dalam
terapi radiasi internal. Sinar X atau photon merupakan pancaran gelombang
elektromagnetik yang dikeluarkan oleh pesawat liner akselerator, digunakan untuk
radiasi eksterna.
Radiasi pengion bila mengenai sel tumor maligna, akan menimbulkan
ionisasi air dan oksigen ekstraseluller dan intraseluller sehingga menjadi ion H+,
ion OH- dan ion oksigen. Ion ini bersifat tidak stabil dan dapat berubah menjadi
radikal H, radikal OH dan radikal oksigen. Radikal ini akan bereaksi dengan DNA
dan menimbulkan kerusakan DNA dan akhirnya menimbulkan kematian sel
maligna.
Reaksi yang terjadi antara radiasi pengion dengan sel tumor maligna
bisa berupa reaksi direk dan reaksi indirek. Reaksi direk adalah interaksi yang
terjadi antara radiasi pengion dengan sel tumor maligna, dalam hal ini interaksi
langsung antara radiasi pengion dengan DNA didalam kromosom pada inti. Atom-
atom yang menyusun molekul pada DNA, mengalami ionisasi, akibatnya DNA
kehilangan fungsi-fungsinya sehingga sel-sel tumor mengalami kemandekan dalam
proliferasinya. Reaksi indirek adalah reaksi terpenting dalam proses interaksi
radiasi pengion dengan sel tumor maligna. Molekul air dan molekul oksigen yang
terdapat intraseluller dan ekstraseluller akan terkena radiasi pengion. Akibatnya
elektron akan terlempar keluar orbit dan akan berubah menjadi ion H+ dan ion OH-
serta ion oksigen. Ion-ion ini bersifat tidak stabil dan akan berubah menjadi radikal
H, radikal OH dan radikal oksigen. Radikal-radikal tersebut secara kimiawi sangat
berbeda dengan molekul asalnya dan mempunyai kecenderungan besar untuk
bereaksi dengan DNA. Akibat dari reaksi tersebut maka akan terjadi kerusakan
DNA yang dapat berupa putusnya kedua backbone DNA (double strand break),
satu backbone DNA putus (single strand break), kerusakan base (base damage),
kerusakan molekul gula (sugar damage), DNA-DNA crosslink dan DNA protein
cross link. Diantara reaksi yang terjadi didalam sel tumor maligna, selain kerusakan
DNA pada kromosom, akibat reaksi direk dan indirek dari radiasi pengion, juga
terjadi suatu efek sitologis yang disebut abrasi kromosom. Radiasi akan
menghambat proses pembelahan sel. Radiasi yang terjadi pada saat sel tumor dalam
proses interfase dan mulai membelah, beberapa sel akan mengalami aberasi
kromosom. Akibat aberasi kromosom ini dapat terjadi beberapa kemungkinan: (1)
kematian sel yang segera terjadi (early cell death), (2) aberasi terus menerus setelah
beberapa kali sel membelah. Terdapat beberapa jenis aberasi kromosom: (1) satu
fragmen kromosom akan berpindah tempat ke kromosom lain, (2) satu fragmen
kromosom berpindah tempat pada lengan yang lain pada kromosom yang sama satu
fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan yang sama pada kromosom yang
sama.
Persiapan Radioterapi
Persiapan radioterapi meliputi pemeriksan laboratorium lengkap, BNO-
IVP, pemeriksaan radiologik tulang-tulang pelvis dan lumbal, mempersiapkan
mental penderita. Pemeriksaan laboratorium meliputi darah tepi, gula darah, kimia
darah, EKG. Bila ada anemia harus dikoreksi dulu, karena keadaan anoksia akan
mengurangi kepekaan sel-sel kanker terhadap radiasi, infeksi lokal juga harus
diobati dulu dengan antibiotika lokal ataupun sistemik. Pemeriksaan BNO-IVP
diperlukan untuk menetapkan fungsi ginjal dan untuk menentukan apakah ureter
terkena atau tidak. Mental penderita dipersiapkan dengan cara menjelaskan tentang
penyakitnya, cara radiasi (luar atau intrakaviter), efek samping, lama dirawat di
rumah sakit, tentang haid dan hubungan seksual di kemudian hari.
Persiapan radiasi meliputi konsultasi, stimulasi, potograf dan block and
shields. Konsultasi merupakan tahap paling awal dari pengobatan radioterapi. Pada
saat konsultasi, ahli radioterapi akan mengambil data pasien secara akurat, riwayat
penyakit serta berbagai pemeriksaan laboratorium lainnya yang mungkin
diperlukan, Stimulasi kemudian dilakukan, yakni perencanaan radioterapi yang
akan diberikan. Pada tahap ini pasien akan datang ke bagian radioterapi, kemudian
berbaring dibawah suatu mesin yang disebut stimulator. Beberapa peralatan
mungkin diperlukan untuk mencegah pasien bergerak atau merubah posisi agar
pengobatan diberikan pada tempat yang tepat. Kemudian akan dibuat beberapa
tanda dan mungkin beberapa foto rontgen yang akan diambil. Foto rontgen yang
diambil itu pada nantinya akan mempermudah ahli radioterapi untuk melakukan
pengobatan di kemudian hari, karena pasien akan mendapatkan radioterapi selama
beberapa kali. Stimulasi merupakan tahap yang penting dalam proses radioterapi.
Perlindungan dan pengaman diperlukan selama pasien menjalani pengobatan
radioterapi, yang akan melindungi sel-sel normal dari efek radiasi.

Perangkat radioterapi dengan meja tidur pasien


Jenis Radioterapi
Dikenal beberapa jenis radioterapi, yaitu radioterapi eksternal dimana
terdapat jarak antara sumber radiasi dengan kulit penderita dengan Cobalt 60 atau
linear accelerator. Lapangan operasi digambar lebih dahulu sebelumnya atau pada
hari radiasi dan penderita disuruh datang pada jam yang telah ditentukan tanpa
persiapan khusus. Brachiterapi yaitu sumber radiasi ditempelkan pada tumor,
contohnya brachiterapi intracavitair karsinoma serviks dan radiasi internal dengan
memasukkan cairan radioaktif secara oral ataupun intravena. Misalnya dengan
menggunakan Jodium 131 radioaktif untuk terapi adenokarsinoma papiliferum dan
folikular tiroid.
1. Radiasi Eksternal

Radiasi jenis ini bisa menghancurkan hampir semua jenis kanker


dan bisa dijalani oleh pasien rawat jalan (tidak perlu opname). Juga bisa
digunakan untuk menghilangkan nyeri dan gangguan lain yang lazim dialami
oleh penderita kanker yang sudah metastase (menyebar).
Kadang diberikan bersamaan dengan operasi/pembedahan, yaitu
kalau kankernya belum menyebar tetapi tidak bisa diangkat seluruhnya, atau
dikhawatirkan akan tumbuh lagi di sekitarnya. Tindakan dilakukan setelah
jaringan utama kanker diangkat, sebelum luka bedah ditutup kembali lokasi
bekas kanker diradiasi. Cara yang disebut intraoperative radiation therapy
(IORT) ini terutama digunakan pada kanker thyroid, usus, pankreas, dan rahim
(termasuk indung telur, leher rahim, mulut rahim, dan sekitarnya). Radiasi
eksternal juga diberikan sebagai pencegahan (prophylactic cranial irradiation,
PCI), misalnya pada penderita kanker paru radiasinya diarahkan ke otak supaya
sel kanker tidak menjalar ke otak.
Terapi radiasi eksternal tidak membuat penderita menjadi radioaktif
(memancarkan radiasi ke sekitarnya). Jadi tidak berbahaya bagi orang-orang di
sekitarnya.

2. Radiasi Internal (Brachytherapy)

Sumber radiasi berupa susuk/implant berbentuk seperti kabel, pita,


kapsul, kateter, atau butiran kecil berisi isotop radioaktif iodine, strontium 89,
fosfor, palladium, cesium, iridium, fosfat, atau cobalt, yang ditanamkan tepat
di jaringan kanker atau di dekatnya. Cara ini lebih efektif membunuh sel kanker
sekaligus memperkecil kerusakan jaringan sehat di sekitar sasaran radiasi.
Susuk radioaktif ini ada yang ditanam selama beberapa menit saja (dosis
tinggi), ada yang selama beberapa hari (dosis rendah), ada juga yang dibiarkan
di dalam tubuh tanpa diangkat lagi.
Radiasi internal sering digunakan untuk mengobati kanker di
daerah kepala dan leher, thyroid, prostat, leher rahim, kandungan, payudara,
sekitar selangkangan, dan di saluran kencing.
Selama menjalani terapi ini penderita sedikit radioaktif, khususnya
di sekitar lokasi susuk, tetapi secara keseluruhan tubuh penderita tidaklah
radioaktif. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, penderita perlu
menjalani rawat inap dengan beberapa batasan. Misalnya, dirawat di ruang
tersendiri. Pendamping boleh melayani penderita, tetapi tidak terus-menerus
berada di sisinya. Begitu juga tamu yang bezuk dibatasi waktunya. Wanita
hamil dan anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh berkunjung. Tetapi
setelah implant radioaktif ini diambil lagi, penderita sama sekali tidak
radioaktif.
3. Radiasi Sistemik

Pada radiasi sistemik, bahan radioaktif sebagai sumber radiasi


ditelan seperti obat atau disuntikkan, yang kemudian mengikuti aliran darah ke
seluruh tubuh. Radiasi ini digunakan untuk mengobati kanker thyroid dan non-
Hodgkin’s lymphoma.
Sisa-sisa bahan radioaktif yang tak terpakai keluar dari tubuh
melalui air liur, keringat, dan air kencing. Dalam kurun waktu tertentu cairan
ini bersifat radioaktif, tetapi sesudahnya tidak lagi. Itu sebabnya penderita yang
menjalani radiasi sistemik perlu menjalani rawat inap.
DOSIS KURATIF RADIASI
20-30 Gy Seminoma, dysgerminoma, Acut Lymphostic Leukemia
30-40 Gy Seminoma (bulky), Wilms tumor, Neuroblastoma
40-50 Gy Hodkin’s Diseases, Lymphosarcoma, Seminoma, Histiocytic cell
sarcoma, Basal and squamous cell
50-60 Gy Lymph nodes, metastatic (NO,N1),squamous cell carsinoma, cervix
cancer, Head and neck cancer, Embryonal cancer, Breast cancer,
Ovarian cancer, Medulloblastoma, retinoblastoma, Ewings tumor,
Dysgerminomas
60-65 Gy Larynx (<1cm), Breast cancer, Lumpectomy
70-75 Gy Oral Cavity (<2cm,2-4cm), Oro-Naso-Laringo-Pharyngeal Cancers,
Bladders cancer, Cervix cancer, uterine fundal cancer, Ovarian cancer,
Lymph nodes metastatic (1-3cm), Lung cancer (<3cm)
≥ 80 Gy Head and Neck cancer (>4cm), Breast cancer (>5cm), Glioblastoma,
Osteogenic sarcoma, Melanomas, Soft tissue sarcomas, Thyroid
cancer, Lymph nodes metastatic (>6cm)

Efek Samping Radioterapi


Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek
samping tersebut tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum
pasien. Beberapa efek samping berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah,
nyeri, perubahan warna dan ulserasi), penurunan sel-sel darah, kehilangan nafsu
makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada setiap pengobatan radioterapi.
Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena radioterapi. Radiasi
tidak menyebabkan kehilangan rambut yang total. Pasien yang menjalani radiasi
eksternal tidak bersifat radioaktif setelah pengobatan sehingga tidak berbahaya bagi
orang di sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau
keempat dari pengobatan dan hilang dua minggu setelah pengobatan selesai. Untuk
mengurangi efek samping radioterapi beberapa hal perlu dilakukan. Bila terdapat
kelelahan, pasien dianjurkan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, bila memang
diperlukan maka aktivitas bisa dikurangi, usahakan untuk bisa tidur nyenyak di
malam hari serta beristirahat yang cukup. Bila terjadi kehilangan nafsu makan maka
sebaiknya pasien dianjurkan untuk makan segala makanan yang diinginkan, makan
dalam jumlah kecil tetapi sering, hindari memakan makanan yang kering, minum
banyak air, bisa diberikan makanan suplemen untuk meningkatkan nafsu makan.
Perubahan kulit yang terjadi bisa dikurangi dengan tidak menggunakan produk-
produk pada kulit sebelum radioterapi, menggunakan baju yang tidak terlalu
sempit, menggunakan sabun yang lembut dan air hangat pada saat membasuh
tubuh, dilarang menggosok terlalu keras pada area yang terkena radioterapi, hindari
temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin serta hindari sinar matahari
langsung. Pada umumnya efek samping dari radioterapi akan hilang dengan
sendirinya setelah pengobatan dihentikan. Tetapi pada beberapa kasus yang jarang
akan terjadi efek samping yang berkepanjangan karena radiasi menyebabkan
kerusakan pada organ dalam yang berhubungan atau berdekatan dengan tempat
tumor.
CARSINOMA MAMMAE

Radioterapi pada Ca Mammae / Kanker Payudara


Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti
sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya.
Perawatan ini dapat digunakan untuk membunuh sel-sel kanker apapun yang berada
di payudara, dinding dada, atau area ketiak setelah operasi konservasi payudara
dilakukan. Terapi radiasi dapat diberikan dalam 2 cara utama.
Seringkali, radiasi eksternal digunakan untuk mengobati kanker
payudara. Terapi ini bentuknya seperti radiasi sinarX biasa tapi untuk periode yang
lebih lama. Terapi radiasi dapat digunakan untuk membunuh sel-sel kanker yang
tersisa di payudara, dinding dada, atau area ketiak setelah operasi atau, lebih jarang,
untuk mengecilkan tumor sebelum operasi.
1. Radiasi eksterna
Pengobatan biasanya diberikan 5 kali dalam seminggu (Senin-
Jumat) di pusat rawat jalan. Ini dimulai sekitar satu bulan setelah operasi dan
berlangsung sekitar 6 minggu. Setiap perawatan berlangsung beberapa menit.
Terapi ini sendiri tidak menimbulkan rasa sakit. Kulit penderita akan ditandai
sebagai panduan untuk fokus radiasi pada area yang dituju. Jika digunakan
bersama dengan kemoterapi, radiasi biasanya diberikan setelah kemoterapi
selesai.
Efek samping utama dari radiasi adalah pembengkakan dan
sumbatan di payudara, perubahan warna kulit seperti habis tersengat matahari
di daerah paparan, dan perasaan sangat lelah. Perubahan jaringan payudara dan
kulit biasanya menghilang dalam kurun waktu 6 sampai 12 bulan. Pada
beberapa perempuan, payudara akan lebih kecil dan lebih kencang setelah
terapi radiasi. Radiasi padakelenjar getah bening aksila juga dapat
menyebabkan pembengkakan lengan dalam jangka panjang (lymphedema).
Accelerated breast irradiation: Metode yang lebih baru
sekarang ini sedang dipelajari yang melibatkan penerapan radiasi selama
periode yang jauh lebih singkat. Ini disebut radiasi dipercepat. Dalam satu
pendekatan, dosis radiasi yang lebih besar diberikan setiap hari, tetapi tentu
saja radiasi disingkat menjadi hanya 5 hari. Dalam pendekatan lain, satu dosis
besar radiasi diberikan di ruang operasi tepat setelah lumpektomi (sebelum
kulit payudara ditutup). Sebagian besar dokter masih menganggap percepatan
radiasi masih eksperimental saat ini.

2. Radiasi Interna / Brachytherapy


Cara lain untuk memberikan radiasi adalah menanam biji radioaktif
ke dalam jaringan payudara di samping kanker. Mungkin diberikan bersamaan
dengan radiasi eksternal untuk menambah power radiasi yang ditujukan ke
tumor. Hal ini juga sedang dipelajari untuk menjadi satu-satunya sumber
radiasi. Sejauh ini hasilnya baik, tetapi studi lebih lanjut diperlukan sebelum
brachytherapy sendiri dapat digunakan sebagai perawatan standar.
Salah satu metode brachytherapy yang digunakan disebut
Mammosite®. Menggunakan sebuah balon yang melekat ke ke tabung tipis.
Balon dimasukkan ke dalam ruang lumpektomi dan diisi dengan air garam.
Radioaktivitas ditambahkan melalui selang. Bahan radioaktif ditambahkan dan
diganti dua kali sehari (atas dasar rawat jalan) selama 5 hari. Kemudian balon
dikempiskan dan diangkat.
Jenis brachytherapy juga dapat dianggap sebagai accelerated
breast irradiation. Saat ini tidak ada studi yang membandingkan hasilnya
secara langsung dengan radiasi eksternal standar. Tidak diketahui apakah hasil
jangka panjangnya sama baik atau tidak.

Proses penanaman biji radioaktif ke dalam payudara

Mesin bracytherapy
DAFTAR PUSTAKA

1. Susworo R. Radioterapi (dasar-dasar radioterapi dan tata laksana radioterapi


penyakit kanker). Jakarta. Universitas Indonesia-Press. 2007
2. Lawrence TS et all. Principles of Radiation Oncology, in De Vita V.T. Jr.
Hellman S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol
1. 8thed, Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
3. Desen W, Japaries W. OnkologiKlinis, Edisi 2. Jakarta. Balai penerbit FK-UI.
2008
4. Brunicardi FC, editor .Schwartz’s principle of surgery 9thed. Oncology.New York The
McGraw-Hill Companies;2010
5. Perez CA, Brady LW, Principles and Practice of Radiation Oncology, 3th
edition, Philladelphia, JB Lippincot Co., 1999.

Anda mungkin juga menyukai