Disusun Oleh:
Aditiya
H3416004
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
......................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
........................................................................................
KATA PENGANTAR
....................................................................................................
DAFTAR ISI
..................................................................................................................
1
DAFTAR TABEL
1
..........................................................................................................
2
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................................... Dst...
A. Pendahuluan
.................................................................................................
B. Tinjauan Pustaka
.........................................................................................
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
2. Alat dan Bahan
3. Metode
D. Hasil dan Pembahasan
1. Bangsa Sapi Potong
2. Bangsa Sapi Perah
3. Dst....
E. Kesimpulan dan Saran
BAB II. PENGENALAN PERALATAN TERNAK POTONG DAN
KERJA
A. Pendahuluan
B. Dst....
BAB. III. Dst....
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................................
LAMPIRAN
...................................................................................................................
BAB I PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK
A. Pendahuluan
Indonesia mempunyai kekayaan dan potensi sumber daya genetik
ternak potong nasional yang telah dimanfaatkan sebagai sumber pangan daging,
tenaga kerja, energi dan pupuk. Mempertahankan sumber daya ternak lokal
penting untuk mencapai keamanan pangan berkelanjutan bagi jutaan umat
manusia. Jenis-jenis hewan ternak potong yang biasa dipeliara oleh masyarakat
diantaranya adalah sapi, kambing dan domba.
Ternak potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan untuk
tujuan produksi. Pengembangan terhadap ternak potong harus memperhatikan
karakteristik setiap individu atau komoditi ternak, sehingga input teknologi
yang diimplementasikan dalam setiap usaha ternak potong perlu disesuaikan
dengan sifat reproduksi, pertumbuhan dan kemampuan adaptasi dari ternaknya.
Pengenalan terhadap sifat karakteristik bangsa penting untuk dapat mengetahui
ternak tersebut secara genetik masih murni ataukah sudah merupakan hasil
persilangan (Tolistiyawati dkk, 2015).
Tujuan dari praktikum pengenalan jenis ternak potong dan kerja supaya
dapat mengetahui karakteristik dari masing-masing jenis ternak. Manfaat yang
diperoleh adalah lebih memudahkan menentukan jenis ternak berdasarkan
bangsa masing-masing. Praktikan akan mengetahui jenis dari masing-masing
sapi, kambing dan domba.
B. Tinjauan Pustaka
Sapi Madura adalah hasil persilangan antara sapi bali (Bossundaicus)
dengan sapi zebu (Bos indicus). Asal usul sapi Madura memiliki darah Bos
indicus, Bos sundaicus dan sekaligus Bos taurus, namun sampai seberapa
jauh proporsi darahnya masih belum diketahui. Dugaan tersebut tidak lepas
dari adanya pejantan yang tergolong bangsa Bos taurus yang pernah masuk ke
Pulau Madura seperti reddenis, santa gestrudis dan pejantan persilangan
antara short horn dengan brahman. Asal usul sapi Madura ditinjau dari hasil
pengukuran bagian-bagian tubuh sapi jantan berada diantara sapi bali (yang
banyak diduga sebagai hasil domestikasi banteng) dan zebu serta sangat
berbeda atau bahkan sudah dalam tingkatan subspesies yang berbeda dengan
Bos taurus (Kutsiyah, 2012).
Sapi Bos taurus (Limousin) mempunyai sifat reproduksi yang tinggi,
ukuran tubuh besar dengan kecepatan pertumbuhan sedang sampai tinggi.
Bangsa sapi Bos indicus mempunyai sifat yang kurang baik dalam hal
reproduksi dan kecepatan pertumbuhannya, tetapi sifat menyusui terhadap
anaknya (mothering ability) sangat bagus. Dari kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh kedua bangsa tersebut diharapkan mampu terekspresikan pada
hasil atau performa hewan ternak (Wahjuningsih dkk, 2011).
Kambing Kacang banyak dijumpai di Indonesia, dengan ciri khas
diantaranya adalah tubuhnya berukuran kecil dan pendek, bertanduk, telinga
kecil dan tegak, lehernya pendek serta badan bagian belakang meninggi.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara
kambing Etawah dengan kambing Kacang. Spesifikasi dari kambing ini adalah
bentuk muka agak datar sampai cembung, hidung agak melengkung,
telinga agak besar, panjang dan terkulai atau
menggantung (Aqsha dkk, 2011)..
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pengenalan
Bangsa-Bangsa Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017,
pukul 07.30-09.30 WIB. Bertempat di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Alat tulis
3) Kertas laporan sementara
b. Bahan
1) Sapi Potong 2 ekor
2) Sapi Perah 2 ekor
3) Kambing 2 ekor
4) Domba 2 ekor
3. Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum pengenalan bangsa ternak
yang pertama adalah datang ke pasar hewan sunggingan Boyolali. Praktikan
berkeliling dan mengidentifikasi jenis-jenis hewan ternak. Kemudian
menulis hasil pada kertas laporan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1.1 Hasil pengamatan sapi potong
Keterangan
Karakteristik
Sapi 1 Sapi 2
Bangsa Simpo (Simental Po) Limpo (Limousin Po)
Jenis Kelamin Betina Jantan
Kepala Segitiga Datar Segitiga Datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Pendek, membuka Pendek, membuka,
tegak kesamping tegak kesamping
Tanduk Lurus ke atas Lurus menyamping
Gelambir Ada Ada
Gumba Tidak ada Ada
Warna Putih, dibagian mata Cokelat
Kulit/Rambut berwarna cokelat
Garis Punggung Lurus Melengkung
Ekor Panjang turun kebawah Panjang turun kebawah
Kaki Pendek Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
Tabel 1.2 Hasil pengamatan sapi perah
Keterangan
Karakteristik
Sapi 1 Sapi 2
Bangsa PFH PFH
Jenis Kelamin Jantan Betina
Kepala Segitiga datar Segitiga datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Tegak membuka ke Tegak membuka ke
samping samping
Tanduk Melengkung ke depan Melengkung ke depan
Gelambir Ada Ada
Gumba Ada Ada
Warna Hitam dan putih Hitam dan putih
Kulit/Rambut
Garis Punggung Lurus Lurus
Ekor Panjang dan Panjang dan
menggantung menggantung
Kaki Pendek Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
Tabel 1.3 Hasil pengamatan kambing
Keterangan
Karakteristik
Kambing 1 Kambing 2
Bangsa PE (Peranakan Etawa) Kacang
Jenis Kelamin Jantan Betina
Kepala Segitiga cembung Segitiga datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Menggantung melipat Menggantung tidak
melipat
Tanduk Lurus kebelakang Melengkung kebelakan
panjang
Gelambir Ada Tidak ada
Gumba Ada Tidak ada
Warna Kepala putih badan Cekelat tua
Kulit/Rambut hitam
Garis Punggung Melengkung ke atas Lurus ke bawah tipis
Ekor Lurus cenderung ke Menggantung
atas
Kaki Panjang Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
Tabel 1.4 Hasil pengamatan Domba
Keterangan
Karakteristik
Domba 1 Domba 2
Bangsa Ekor Tipis Ekor Gemuk
Jenis Kelamin Betina Jantan
Kepala Segitiga datar Segitiga datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Pendek menggantung Pendek kesamping
menggantung
Tanduk Tidak terlihat Tidak bertanduk
Gelambir Tidak ada Tidak ada
Gambar 1.3 Sapi Betina PFH Gambar 1.4 Sapi Jantan PFH
Sapi perah yang diamati adalah jenis sapi PFH (peranakan Frisien
Holstain). Yang membedakan kedua sapi adalah jenis kelaminya. Sapi
PFH yang di amati mempunyai karakteristik yang sama diantaranya
kepala seitiga datar, profil muka segitiga dan telinga membuka tegak
kesamping. Warna kulit sapi PFH adalah hitam dan putih, sapi PFH
memiliki gelambir dan gumba.
Kutsiyah (2012) menyatakan bahwa sapi Friesian Holstein (FH)
mempunyai bulu hitam dan putih, terdapat warna putih berbentuk
segitiga di daerah dahi. Sapi Friesian Holstein (FH) betina dewasa
mempunyai bobot badan berkisar antara 550-750 kg sedangkan bagi atau
bisa juga dikatakan untuk Friesian Holstein (FH) jantan berkisar antara
800-1.000 kg. Sapi Dara di kawinkan pertamakali umur 18-21 bulan serta
beranak sekitar umur 28-30 bulan.
Sapi PFH yang di amati menujukan kesesuaian dengan pernyataan
Kutsiyah (2012). Karakteristik sapi yang di amati memiliki banyak
persamaan diantaranya adalah warna bulu hitam dan putih, tanduk
melengkung kedepan dan warna bulu bernentuk segitiga di dahi. Sapi
yang di amati adalah sapi peranakan Frisien Holstein.
c. Kambing
Domba yang di amati adalah jenis Domba ekor tipis dan Domba
ekor gemuk. Karakteristik kedua jenis domba hamper sama, perbedaanya
terletak pada ekornya. Domba ekor gemuk memiliki tanduk sedangkan
Domba ekor tipis tidak memiliki tanduk.
Domba ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering
disebut Domba Gembel. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi
lemak. Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina
umumnya tidak bertanduk. Domba Ekor Gemuk dikenal juga dengan
nama Domba Kibas, ekor besar, lebar dan panjang. Cadangan lemak di
bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim kemarau
(Kutsiyah, 2012).
Karakteristik domba yang di amati dan pustaka Kutsiyah (2012)
memiliki persamaan. Domba ekor tipis tidak menunjukkan adanya
desposisi lemak pada ekornya. Domba ekor gemuk menunjukan adanya
disposisi lemak di ekornya yaitu dengan bentuk ekor tebal dan lurus
kebawah.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Praktikum pengenalan bertujuan untuk mengenali bangsa-bangsa
ternak potong dan kerja Sapi potong, Sapi Perah, Kambing dan Domba. Sapi
yang di amati berjenis Simental Po dan Limousin Po. Sapi perah yang di amati
adalah PFH (peranakan Friess Holland). Kambing yang di amati berjenis
Peranakan Etawa dan kacang. Domba yang diamati adalah Domba Ekor Tipis
dan Domba Ekor Gemuk. Masing-masing bangsa ternak mempunyai ciri khas
yang berbeda yang membedakan bangsa satu dengan yang lainya.
2. Saran
Paktikum pengenalan bangsa-bangsa ternak harus dilakukan dengan hati-
hati karena tempat praktikum jauh dari kampus yaitu di pasar hewan
Sunggingan Boyolali. Identifikasi ternak harus dilakukan dengan sopan
karena ketika praktikum berada di pasar dan berhubngan langsung dengan
pedagang. Praktikan harus benar-benar mempelajari karakteristik bangsa-
bangsa ternak supaya bisa mengidentifikasi dengan baik ketika berada di
pasar.
BAB II PENGENALAN PERALATAN TERNAK POTONG DAN KERJA
A. Pendahuluan
Peralatan yang digunakan dalam ternak potong dan kerja ada bermacam-
macam misalnya kandang jepit, timbangan, burdizzo, ear tag, elestratol ring dan
lain-lain. Peralatan-peralatan tersebut akan lebih meringankan pekerjaan
peternak. Setiap peralatan memiliki ciri dan fungsi yang berbeda.
Peralatan ternak tidak boleh digunakan dengan asal-asalan atau tidak
sesuai prosedur. Peternak harus memahami terlebih dahulu fungsi dari masing-
masing peralatan terlebih dahulu. Peternak juga harus mengetahui bagaimana
cara pemakaian dari alat-alat dalam peternakan (Kutsiyah, 2012).
Praktikum ternak potong dan kerja mengenai pengenalan perlatan ternak
potong dan kerja bertujuan untuk mengenalkan praktikan tentang peralatan
ternak potong. Praktikan akan mengetahui fungsi dari peralatan tersebut.
Pratikan akan bisa menggunakan peralatan-peralatan yang ada di peternakan.
B. Tinjauan Pustaka
Ear Tag atau yang disebut anting sapi, kambing dan domba adalah anting
(bernomor/polos) yang biasanya dipasangkan pada daun telinga ternak. Ear Tag
terbuat dari bahan karet, plastik, atau alumunium. Ear Tag berfungsi sebagai
tanda pengenal untuk ternak dan untuk memudahkan program
pencatatan (recording). Pemasangannya dilakukan dengan bantuan alat yang
disebut ear tag aplicator. Gambar di samping adalah jenis aplicator model tang
karena bentuknya menyerupai tang (Yulianto dkk, 2011).
Pencegahan terjadinya hal-hal buruk pada hewan ternak sebaiknya tanduk
ternak yang masih muda dipotong atau dihilangkan (dehorning). Pemotongan
tanduk akan berlangsung mudah dan aman jika umur ternak di bawah satu
bulan. Dehorning dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
dehorner, baik electric dehorner atau manual dehorner (Sajuthi dkk, 2014).
Burdizzo digunakan untuk menjepit leher secrotum (saluran tes-tes) pada
ternak domba yang sudah dewasa. Kastrasi dengan tang burdizzo dapat
menimbulkan kegagalan apabila cara penjepitannya kurang sempurna. Tujuan
penjepitan diarahkan pada pada pemutusan hubungan penyediaan darah darah
ke tes-tes dan pemutusan saluran mani dan tes-tes serta menjaga agar dalam
proses degenerasi secrotum tidak terjadi pembusukan. Penjepitan dilakukan dua
kali yang pertama dilakukan pada saluran mani atau leher secrotum yang kiri
selama kurang dari 15 menit dan yang kedua pada saluran secrotum atau leher
secrotum yang kanan dengan lama penjepitan selama 15
menit (Agromedia, 2009).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pengenalan
Peralatan Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Oktober
2017, pukul 07.300-10.00 WIB. Bertempat di Kandang Jatikuwung,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Alat tulis
3) Kertas Laporan Seentara
b. Bahan
1) Burdizzo
2) Mistar atau Pita ukur
3) Ear Tag
4) Tang Kerat
5) Tang Aplikator
6) Elestrator Ring
7) Dehorner
8) Timbangan
9) Kandang Jepit
10) Pelontar Pill
11) Stempel
3. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum pengenalan peralatan ternak
potong dan kerja yang pertama adalah asisten menunjukan peralatan yang
akan di amati dan menjeaskan cara menggnakan peralatan tersebut.
Praktikan mengidentifikasi masing-masing peralatan. Hasil identifikasi
dicatat pada kertas laporan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 2. Hasil pengamatan Peralatan Sapi Potong dan Kerja
Alat Fungsi
1. Dehorner Berfunsi untuk memotong
tanduk ternak. Cara mengunakan
di panaskan terlebih dahulu.
Ujung dehorner yang panas di
arahkan pada tanduk ternak
Identitas yang diberikan kepada ternak adalah Ear Tag yang dipasang
pada bagian daun telinga dari ternak. Pemberian Ear tag sangat efisien
karena bisa dilakukan denan mudah dan memberikan identitas sehingga
proses pendataan hewan bisa lebih mudah. Pemberian Ear Tag harus
dilakukan sesuai prosedur misalnya dengan sterilisasi dengan alcohol.
Pemasangan harus brhati-hati supaya tidak menimbulka luka pada ternak
yang dapat menyebabkan infeksi.
Teknik Ear Tagging yaitu dengan cara pemasangan nomor yang
terbuat dari plastik keras elastis seperti memasang anting pada manusia.
Teknik ini permanen sehingga tidak bisa dihapus atau dicopot. Eartag
dipasang didaun telinga agar mudah untuk dilihat. Tehnik ini banyak
digunakan oleh para peternak karena memiliki kelebihan diantaranya ialah
memudahkan dalam proses recording/pencatatan (Zurahmah, 2011).
Pemberian identitas ternak yang dlakukan dalam praktikum sesuai
dengan pustaka Zurahmah (2011). Eart tag merupakan tanda yang dapat
dilepas atau tidak permanen. Ear tag akan memudahkan pendataan hewan
ternak.
E. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Identitas yang diberikan kepada ternak adalah Ear Tag yang dipasang
pada bagian daun telinga dari ternak. Pemberian Ear tag sangat efisien
karena bisa dilakukan denan mudah dan memberikan identitas sehingga
proses pendataan hewan bisa lebih mudah.
2. Saran
Praktikum pendugaan umur harus dilakukan dengan hati-hati karena
praktikan memegang ternak secara langsung. Seluruh anggota kelompok
harus saling bekerja sama supaya praktikum mudah dilakukan
B. Tinjauan Pustaka
Metode Pemeliharaan dan Penggemukan ternak potong dilakukan
dengan sistem menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus
selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan
sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana.
Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana
selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari
hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada
ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2007).
Pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem pemeliharaan intensif, semi intensif dan ekstensif. Sistem
pemeliharaan intensif merupakan sistem sapi dipelihara dalam kandang dengan
pemberian pakan konsentrat berprotein tinggi dan juga dapat ditambah dengan
memberikan hijauan. Sistem pemeliharaan semi intensif adalah sapi selain
dikandangkan juga digembalakan di padang rumput, sedangkan sistem
ekstensif pemeliharaannya dipadang penggembalaan dengan pemberian
peneduh untuk istirahat sapi. Sistem intensif lebih efisien dari pada sistem
ekstensif sehingga pemeliharaan secara intensif cocok dipakai didaerah padat
penduduk (Hernowo, 2008).
Keuntungan dari sistem pemeliharaan intensif adalah dapat
menggunakan bahan pakan berasal dari hasil ikutan industri pertanian
dibanding dengan pemeliharaan di dilapangan. Pemeliharaan intensif pada
program finishing dapat menekan jumlah kematian dan dapat menghasilkan
feses yang lebih banyak dari pada sistem pastura atau ekstensif. Kekurangan
dari sistem intensif yaitu mudah sekali penyebaran penyakitnya, investasinya
juga banyak dan sering ditemukan permasalahan akan limbah peternakan yang
dihasilkan. Kekurangan yang lain sistem penggemukan secara intensif antara
lain banyak tenaga kerja yang dibutuhkan, peralatan serta modal yang cukup
besar (Putri dkk, 2011).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pemeliharaan
Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari xxx, xx September 2017,
pukul xx.00-xx.00 WIB. Bertempat di peternakan izzah farm, Simo,
Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Timbangan
2. Ember
3. Sekop
4. Karung
5. Alat tulis
6. Kertas laporan
7. Alat dokumentasi
b. Bahan
1. Pakan
2. Air
3. Hewan Ternak
c. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum pemeliharaan ternak
adalah membersihkan kandang terlebbih dahulu. Kemudian
menimbang pakan dan menyiapkan air yang akan diberikan. Pakan dan
air yang telah disiapkan lalu diberikan pada hewan ternak.
D. Hasil dan Pembahasan
E. Kesimpulan danSaran
BAB VIII PRODUKSI TERNAK POTONG (KARKASING)
A. Pendahuluan
Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan
komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa
produksi. Daging sebagai salah satu bahan makanan yang hampir
sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh
tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin. Daging yang
umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai jenis ternak
potong, antara lain ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, ternak
ruminansia kecil seperti domba, kambing, babi, dan kelinci. Mekanisme
urutan pemotongan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau di
Indonesia terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari tahap pengistirahatan
dan pemeriksaan sebelum pemotongan, tahap proses penyembelihan, dan
tahap penyiapan karkas.
Syarat pemotongan ternak yaitu hasil pemotongan ternak dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu karkas dan bagian yang bukan karkas atau
non karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibanding yang bukan karkas. Pemotongan ternak sesuai dengan tujuannya
adalah untuk mendapatkan daging dan produk daging. Ada beberapa
persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan ternak yang baik, yaitu
ternak tidak boleh diperlakukan secara kasar, ternak dihindarkan dari stres,
penyembelihan dan pengeluaran darah harus dilakukan secara cepat dan
sesempurna mungkin, cara pemotongan harus higienis dan ekonomis. Cara
pemotongan harus aman bagi para pekerja abatoir (rumah pemotongan
hewan), kerusakan karkas harus diupayakan seminimal mungkin (Soeparno,
2010).
Manfaat dari praktikum acara karkasing adalah untuk mengetahui
bagaimana cara karkasing pada ternak potong. Mengetahui mana saja
bagian yang merupakan karkas dan bukan karkas. Mengetahui cara
pemisahan antara bagian karkas dan bukan karkas.
B. Tinjauan Pustaka
Bobot karkas merupakan pengurangan bobot hidup oleh komponen
saluran pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari
persendian carpus atau tarsus ke bawah. Persentase karkas merupakan
perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong
(dikurangi isi saluran pencernaan dan urin) dikali dengan 100%. Komponen
utama karkas terdiri atas jaringan otot (daging), tulang dan lemak yang
imbangan ketiga komponen tersebut menentukan kualitas karkas. Proporsi
komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki oleh konsumen
adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa
lemak (lean) yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal.
Komposisi karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot karkas.
Peningkatan bobot karkas akan diikuti oleh pertambahan persentase lemak
dan penurunan persentase daging serta tulang (Sunarlim, 2007).
Proses peristirahatan ternak yaitu dengan cara seluruh ternak
dipuasakan selama 17 jam, setelah itu ditimbang untuk mendapatkan bobot
hidup (bobot potong). Ternak kemudian disembelih dan dikuliti serta
diambil komponen saluran pencernaan (visceral), darah, kepala, kulit dan
keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah kemudian
ditimbang untuk mendapat bobot karkas. Tahap berikutnya karkas
dipotong-potong dibagi menjadi komponen karkas berupa daging lulur
(longissimus dorsi), daging paha, daging tetelan, lemak, dan
tulang (Ginting, 2009).
Syarat pemotongan ternak yaitu hasil pemotongan ternak dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu karkas dan bagian yang bukan karkas atau
non karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibanding yang bukan karkas. Pemotongan ternak sesuai dengan tujuannya
adalah untuk mendapatkan daging dan produk daging. Ada beberapa
persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan ternak yang baik, yaitu
ternak tidak boleh diperlakukan secara kasar, ternak dihindarkan dari stres,
penyembelihan dan pengeluaran darah harus dilakukan secara cepat dan
sesempurna mungkin, cara pemotongan harus higienis dan ekonomis. Cara
pemotongan harus aman bagi para pekerja abatoir (rumah pemotongan
hewan), kerusakan karkas harus diupayakan seminimal mungkin (Soeparno,
2010).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja Pemberian Identitas
Ternak dilaksanakan pada hari Senin, 28 November 2017 pukul 01.00-
05.30 WIB di Kedungdowo, Simo, Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Pisau
2) Telenan
3) Cutter
4) Ember
b. Bahan
1) Kambing
2) Plastik
3. Metode
Melakukan handling agar kambing tenang. Menjatuhkan kambing
dengan cara menyilangkan kaki kambing. Menyembelih kambing
menggunakan pisau hingga tiga saluran (saluran pernafasan, saluran
darah, dan saluran pencernaan) terputus. Melakukan pengkulitan pada
kambing dan mengeluarkan bagian jeroan. Memisahkan antara bagian
karkas dan non karkas.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 8. Hasil praktikum karkasing ternak
Bagian Tubuh Berat (gram) Persentase (%)
Bobot Potong 27940 100
Berat Kepala 1955 6,99
Berat Kulit 3185 11,39
Berat Kaki 709 2,53
Berat Jantung 91 0,32
Berat Paru-paru dan 254 0,90
Tracea
Berat Hati 388 1,38
Berat Ginjal 78 0,27
Berat organ Reproduksi 426 1,52
Berat Karkas 12212 43,70
2. Pembahasan
Aprily, N, U,. Sambodho, P,. Harjanti, W, D,. 2016. Evaluasi Kelahiran Pedet Sapi
Perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
Baturraden. Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2016 Vol. 18 (1): 36-43
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-3716.