Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA

Disusun Oleh:

Aditiya

H3416004

PROGRAM STUDI D III AGRIBISNIS PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
......................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
........................................................................................

KATA PENGANTAR
....................................................................................................

DAFTAR ISI
..................................................................................................................
1
DAFTAR TABEL
1
..........................................................................................................
2
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................................... Dst...

BAB I. PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK


............................................

A. Pendahuluan
.................................................................................................
B. Tinjauan Pustaka
.........................................................................................
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
2. Alat dan Bahan
3. Metode
D. Hasil dan Pembahasan
1. Bangsa Sapi Potong
2. Bangsa Sapi Perah
3. Dst....
E. Kesimpulan dan Saran
BAB II. PENGENALAN PERALATAN TERNAK POTONG DAN
KERJA

A. Pendahuluan
B. Dst....
BAB. III. Dst....

DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................................

LAMPIRAN
...................................................................................................................
BAB I PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK
A. Pendahuluan
Indonesia mempunyai kekayaan dan potensi sumber daya genetik
ternak potong nasional yang telah dimanfaatkan sebagai sumber pangan daging,
tenaga kerja, energi dan pupuk. Mempertahankan sumber daya ternak lokal
penting untuk mencapai keamanan pangan berkelanjutan bagi jutaan umat
manusia. Jenis-jenis hewan ternak potong yang biasa dipeliara oleh masyarakat
diantaranya adalah sapi, kambing dan domba.
Ternak potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan untuk
tujuan produksi. Pengembangan terhadap ternak potong harus memperhatikan
karakteristik setiap individu atau komoditi ternak, sehingga input teknologi
yang diimplementasikan dalam setiap usaha ternak potong perlu disesuaikan
dengan sifat reproduksi, pertumbuhan dan kemampuan adaptasi dari ternaknya.
Pengenalan terhadap sifat karakteristik bangsa penting untuk dapat mengetahui
ternak tersebut secara genetik masih murni ataukah sudah merupakan hasil
persilangan (Tolistiyawati dkk, 2015).
Tujuan dari praktikum pengenalan jenis ternak potong dan kerja supaya
dapat mengetahui karakteristik dari masing-masing jenis ternak. Manfaat yang
diperoleh adalah lebih memudahkan menentukan jenis ternak berdasarkan
bangsa masing-masing. Praktikan akan mengetahui jenis dari masing-masing
sapi, kambing dan domba.
B. Tinjauan Pustaka
Sapi Madura adalah hasil persilangan antara sapi bali (Bossundaicus)
dengan sapi zebu (Bos indicus). Asal usul sapi Madura memiliki darah Bos
indicus, Bos sundaicus dan sekaligus Bos taurus, namun sampai seberapa
jauh proporsi darahnya masih belum diketahui. Dugaan tersebut tidak lepas
dari adanya pejantan yang tergolong bangsa Bos taurus yang pernah masuk ke
Pulau Madura seperti reddenis, santa gestrudis dan pejantan persilangan
antara short horn dengan brahman. Asal usul sapi Madura ditinjau dari hasil
pengukuran bagian-bagian tubuh sapi jantan berada diantara sapi bali (yang
banyak diduga sebagai hasil domestikasi banteng) dan zebu serta sangat
berbeda atau bahkan sudah dalam tingkatan subspesies yang berbeda dengan
Bos taurus (Kutsiyah, 2012).
Sapi Bos taurus (Limousin) mempunyai sifat reproduksi yang tinggi,
ukuran tubuh besar dengan kecepatan pertumbuhan sedang sampai tinggi.
Bangsa sapi Bos indicus mempunyai sifat yang kurang baik dalam hal
reproduksi dan kecepatan pertumbuhannya, tetapi sifat menyusui terhadap
anaknya (mothering ability) sangat bagus. Dari kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh kedua bangsa tersebut diharapkan mampu terekspresikan pada
hasil atau performa hewan ternak (Wahjuningsih dkk, 2011).
Kambing Kacang banyak dijumpai di Indonesia, dengan ciri khas
diantaranya adalah tubuhnya berukuran kecil dan pendek, bertanduk, telinga
kecil dan tegak, lehernya pendek serta badan bagian belakang meninggi.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara
kambing Etawah dengan kambing Kacang. Spesifikasi dari kambing ini adalah
bentuk muka agak datar sampai cembung, hidung agak melengkung,
telinga agak besar, panjang dan terkulai atau
menggantung (Aqsha dkk, 2011)..
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pengenalan
Bangsa-Bangsa Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017,
pukul 07.30-09.30 WIB. Bertempat di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Alat tulis
3) Kertas laporan sementara
b. Bahan
1) Sapi Potong 2 ekor
2) Sapi Perah 2 ekor
3) Kambing 2 ekor
4) Domba 2 ekor
3. Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum pengenalan bangsa ternak
yang pertama adalah datang ke pasar hewan sunggingan Boyolali. Praktikan
berkeliling dan mengidentifikasi jenis-jenis hewan ternak. Kemudian
menulis hasil pada kertas laporan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1.1 Hasil pengamatan sapi potong
Keterangan
Karakteristik
Sapi 1 Sapi 2
Bangsa Simpo (Simental Po) Limpo (Limousin Po)
Jenis Kelamin Betina Jantan
Kepala Segitiga Datar Segitiga Datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Pendek, membuka Pendek, membuka,
tegak kesamping tegak kesamping
Tanduk Lurus ke atas Lurus menyamping
Gelambir Ada Ada
Gumba Tidak ada Ada
Warna Putih, dibagian mata Cokelat
Kulit/Rambut berwarna cokelat
Garis Punggung Lurus Melengkung
Ekor Panjang turun kebawah Panjang turun kebawah
Kaki Pendek Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
Tabel 1.2 Hasil pengamatan sapi perah
Keterangan
Karakteristik
Sapi 1 Sapi 2
Bangsa PFH PFH
Jenis Kelamin Jantan Betina
Kepala Segitiga datar Segitiga datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Tegak membuka ke Tegak membuka ke
samping samping
Tanduk Melengkung ke depan Melengkung ke depan
Gelambir Ada Ada
Gumba Ada Ada
Warna Hitam dan putih Hitam dan putih
Kulit/Rambut
Garis Punggung Lurus Lurus
Ekor Panjang dan Panjang dan
menggantung menggantung
Kaki Pendek Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
Tabel 1.3 Hasil pengamatan kambing
Keterangan
Karakteristik
Kambing 1 Kambing 2
Bangsa PE (Peranakan Etawa) Kacang
Jenis Kelamin Jantan Betina
Kepala Segitiga cembung Segitiga datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Menggantung melipat Menggantung tidak
melipat
Tanduk Lurus kebelakang Melengkung kebelakan
panjang
Gelambir Ada Tidak ada
Gumba Ada Tidak ada
Warna Kepala putih badan Cekelat tua
Kulit/Rambut hitam
Garis Punggung Melengkung ke atas Lurus ke bawah tipis
Ekor Lurus cenderung ke Menggantung
atas
Kaki Panjang Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
Tabel 1.4 Hasil pengamatan Domba
Keterangan
Karakteristik
Domba 1 Domba 2
Bangsa Ekor Tipis Ekor Gemuk
Jenis Kelamin Betina Jantan
Kepala Segitiga datar Segitiga datar
Profil Muka Segitiga Segitiga
Telinga Pendek menggantung Pendek kesamping
menggantung
Tanduk Tidak terlihat Tidak bertanduk
Gelambir Tidak ada Tidak ada

Gumba Tidak ada Tidak ada

Warna Putih Putih


Kulit/Rambut
Garis Punggung Lurus Lurus
Ekor Tipis Tebal lurus ke bawah
Kaki Pendek Pendek
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
2. Pembahasan
a. Sapi potong

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 1.1 Sapi Simental Po Gambar 1.2 Sapi Limousin PO

Sapi potong yang diamati adalah jenis Simental PO betina dan


Limousim PO jantan. Ciri yang paling membedakan kedua bangsa sapi
tersebut adalah warna kulitnya, Simental di bagian mata sedangkan
Limousin keseluruhan berwarna cokelat. kepalanya memiliki banyak
persamaan yaitu segitiga datar dan profil muka segitiga. Perbedaan
terletak pada tanduknya, Simental lurus ke atas sedangkan limousine
lurus kesamping.
Tolistiyawati (2014) Sapi Peranakan Simental memiliki ukuran
tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit
rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah,
muka, keempat kaki dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih.
Karakteristik Sapi Limousin adalah tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal
yang menutupi seluruh tubuh. Warnanya mulai dari kuning sampai merah
keemasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai
medium.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pustaka Tolistiyawati (2014)
dapat disimpulkan bahwa sapi yang menjadi objek pengamatan
mempunyai persamaan karakteristik. Perbedaan-perbedaan yang timbul
disebabkan karena sapi yang diamati sudah disilangkan dengan bangsa
Ongole. Sapi yang di amati adalah jenis sapi Lomousin PO dan Simental
Po.
b. Sapi perah

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 1.3 Sapi Betina PFH Gambar 1.4 Sapi Jantan PFH

Sapi perah yang diamati adalah jenis sapi PFH (peranakan Frisien
Holstain). Yang membedakan kedua sapi adalah jenis kelaminya. Sapi
PFH yang di amati mempunyai karakteristik yang sama diantaranya
kepala seitiga datar, profil muka segitiga dan telinga membuka tegak
kesamping. Warna kulit sapi PFH adalah hitam dan putih, sapi PFH
memiliki gelambir dan gumba.
Kutsiyah (2012) menyatakan bahwa sapi Friesian Holstein (FH)
mempunyai bulu hitam dan putih, terdapat warna putih berbentuk
segitiga di daerah dahi. Sapi Friesian Holstein (FH) betina dewasa
mempunyai bobot badan berkisar antara 550-750 kg sedangkan bagi atau
bisa juga dikatakan untuk Friesian Holstein (FH) jantan berkisar antara
800-1.000 kg. Sapi Dara di kawinkan pertamakali umur 18-21 bulan serta
beranak sekitar umur 28-30 bulan.
Sapi PFH yang di amati menujukan kesesuaian dengan pernyataan
Kutsiyah (2012). Karakteristik sapi yang di amati memiliki banyak
persamaan diantaranya adalah warna bulu hitam dan putih, tanduk
melengkung kedepan dan warna bulu bernentuk segitiga di dahi. Sapi
yang di amati adalah sapi peranakan Frisien Holstein.
c. Kambing

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 1.5 Kambing Pe Gambar 1.6 Kambing Kacang

Jenis kambing yang di amati adalah kambing peranakan Etawa dan


kambing kacang. Kedua jenis kambing memiliki perbedaan yang
siginfikan diantaranya kambing PE memiliki gelambir dan gumba
sedangkan kambing Kacang tidak memilikinya. Profil kepala juga sangat
berbeda, kambing PE berkepala cembung sedangkan kambing Kacang
berkepala datar. Garis punggung kambing PE melengkung ke atas
sedangkan kambing Kacang melengkung kebawah.
Aqsha (2011) menyatakan bahwa kambing Etawa mempunyai
bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih. Telinga panjang,
lembek, menggantung dan ujungnya agak melipat. Bentuk muka
cembung melengkung dan dagu berjanggut. Kambing kacang adalah ras
unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Tubuh
kambing kacang relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
Hasil pengamatan dan pustaka Aqsha (2011) memiliki persamaan.
Kambing PE memiliki bentuk muka cembung dan kambing Kacang
memiliki tubuh kecil kepala ringan dan kecil. Kesimpulanya kambing
yang di amati benar merupakan jenis PE dan Kacang.
d. Domba

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 1.7 Ekor Tipis Gambar 1.8 ekor Gemuk

Domba yang di amati adalah jenis Domba ekor tipis dan Domba
ekor gemuk. Karakteristik kedua jenis domba hamper sama, perbedaanya
terletak pada ekornya. Domba ekor gemuk memiliki tanduk sedangkan
Domba ekor tipis tidak memiliki tanduk.
Domba ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering
disebut Domba Gembel. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi
lemak. Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina
umumnya tidak bertanduk. Domba Ekor Gemuk dikenal juga dengan
nama Domba Kibas, ekor besar, lebar dan panjang. Cadangan lemak di
bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim kemarau
(Kutsiyah, 2012).
Karakteristik domba yang di amati dan pustaka Kutsiyah (2012)
memiliki persamaan. Domba ekor tipis tidak menunjukkan adanya
desposisi lemak pada ekornya. Domba ekor gemuk menunjukan adanya
disposisi lemak di ekornya yaitu dengan bentuk ekor tebal dan lurus
kebawah.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Praktikum pengenalan bertujuan untuk mengenali bangsa-bangsa
ternak potong dan kerja Sapi potong, Sapi Perah, Kambing dan Domba. Sapi
yang di amati berjenis Simental Po dan Limousin Po. Sapi perah yang di amati
adalah PFH (peranakan Friess Holland). Kambing yang di amati berjenis
Peranakan Etawa dan kacang. Domba yang diamati adalah Domba Ekor Tipis
dan Domba Ekor Gemuk. Masing-masing bangsa ternak mempunyai ciri khas
yang berbeda yang membedakan bangsa satu dengan yang lainya.
2. Saran
Paktikum pengenalan bangsa-bangsa ternak harus dilakukan dengan hati-
hati karena tempat praktikum jauh dari kampus yaitu di pasar hewan
Sunggingan Boyolali. Identifikasi ternak harus dilakukan dengan sopan
karena ketika praktikum berada di pasar dan berhubngan langsung dengan
pedagang. Praktikan harus benar-benar mempelajari karakteristik bangsa-
bangsa ternak supaya bisa mengidentifikasi dengan baik ketika berada di
pasar.
BAB II PENGENALAN PERALATAN TERNAK POTONG DAN KERJA
A. Pendahuluan
Peralatan yang digunakan dalam ternak potong dan kerja ada bermacam-
macam misalnya kandang jepit, timbangan, burdizzo, ear tag, elestratol ring dan
lain-lain. Peralatan-peralatan tersebut akan lebih meringankan pekerjaan
peternak. Setiap peralatan memiliki ciri dan fungsi yang berbeda.
Peralatan ternak tidak boleh digunakan dengan asal-asalan atau tidak
sesuai prosedur. Peternak harus memahami terlebih dahulu fungsi dari masing-
masing peralatan terlebih dahulu. Peternak juga harus mengetahui bagaimana
cara pemakaian dari alat-alat dalam peternakan (Kutsiyah, 2012).
Praktikum ternak potong dan kerja mengenai pengenalan perlatan ternak
potong dan kerja bertujuan untuk mengenalkan praktikan tentang peralatan
ternak potong. Praktikan akan mengetahui fungsi dari peralatan tersebut.
Pratikan akan bisa menggunakan peralatan-peralatan yang ada di peternakan.
B. Tinjauan Pustaka
Ear Tag atau yang disebut anting sapi, kambing dan domba adalah anting
(bernomor/polos) yang biasanya dipasangkan pada daun telinga ternak. Ear Tag
terbuat dari bahan karet, plastik, atau alumunium. Ear Tag berfungsi sebagai
tanda pengenal untuk ternak dan untuk memudahkan program
pencatatan (recording). Pemasangannya dilakukan dengan bantuan alat yang
disebut ear tag aplicator. Gambar di samping adalah jenis aplicator model tang
karena bentuknya menyerupai tang (Yulianto dkk, 2011).
Pencegahan terjadinya hal-hal buruk pada hewan ternak sebaiknya tanduk
ternak yang masih muda dipotong atau dihilangkan (dehorning). Pemotongan
tanduk akan berlangsung mudah dan aman jika umur ternak di bawah satu
bulan. Dehorning dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
dehorner, baik electric dehorner atau manual dehorner (Sajuthi dkk, 2014).
Burdizzo digunakan untuk menjepit leher secrotum (saluran tes-tes) pada
ternak domba yang sudah dewasa. Kastrasi dengan tang burdizzo dapat
menimbulkan kegagalan apabila cara penjepitannya kurang sempurna. Tujuan
penjepitan diarahkan pada pada pemutusan hubungan penyediaan darah darah
ke tes-tes dan pemutusan saluran mani dan tes-tes serta menjaga agar dalam
proses degenerasi secrotum tidak terjadi pembusukan. Penjepitan dilakukan dua
kali yang pertama dilakukan pada saluran mani atau leher secrotum yang kiri
selama kurang dari 15 menit dan yang kedua pada saluran secrotum atau leher
secrotum yang kanan dengan lama penjepitan selama 15
menit (Agromedia, 2009).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pengenalan
Peralatan Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Oktober
2017, pukul 07.300-10.00 WIB. Bertempat di Kandang Jatikuwung,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Alat tulis
3) Kertas Laporan Seentara
b. Bahan
1) Burdizzo
2) Mistar atau Pita ukur
3) Ear Tag
4) Tang Kerat
5) Tang Aplikator
6) Elestrator Ring
7) Dehorner
8) Timbangan
9) Kandang Jepit
10) Pelontar Pill
11) Stempel
3. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum pengenalan peralatan ternak
potong dan kerja yang pertama adalah asisten menunjukan peralatan yang
akan di amati dan menjeaskan cara menggnakan peralatan tersebut.
Praktikan mengidentifikasi masing-masing peralatan. Hasil identifikasi
dicatat pada kertas laporan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 2. Hasil pengamatan Peralatan Sapi Potong dan Kerja
Alat Fungsi
1. Dehorner Berfunsi untuk memotong
tanduk ternak. Cara mengunakan
di panaskan terlebih dahulu.
Ujung dehorner yang panas di
arahkan pada tanduk ternak

2. Stempel Digunakan untuk memberi tanda


atau identitas ternak. Cara
menggunakanya dipanaskan
terlebih dahulu. Setelah panas
stempel ditempelkan pada
ternak.
3. Timbangan Berfungsi untuk mengukur berat
badan ternak. Ternak digiring ke
atas timbangan terlebuh dahulu.
Berat badan ternak bisa dilihat
pada layar digital yang
menunjukan angka.
4. Mistar atau Penggaris Berfungsi untuk mengukur
bagian-bagian ternak. Sebelum
di ukur ternak di handling
terlebih dahuli. Setelah ternak di
kuasai pengukuran bisa
dilakukan.
5. Pelontar Pill Berfungsi untuk membantu
memasukan pill kedalam mulut
ternak. Pertama-tama mulut
ternak dibuka. Sete;ah mulut
terbuka pill dilontarkan kedalam
mulut ternak. Peternak harus
memastikan pill benar-benar
masik kedalam mulut ternak.
6. Tang Kerat Berfungsi untuk menakik ternak.
Menakik aalah melubagi telinga
ternak. Tang kerat ada yang
berukuran besar dan berukuran
kecil tergantung jenis ternak.
7. Kandang Jepit Kandang jepit berfungsi untuk
menjepit ternak. Tujuan ternak
dijepit supaya mudah diperiksa
atau di ukur. Ternak harus di
handling supaya mudah digiring
ke kandang jepit.
8. Burdizzo Berfungsi untuk kastrasi secara
permanen. Cara menggunakanya
adalah dengan memotong aluran
skrotum pada hewan. Burdizzo
ada yang berukuran dan
berukuran kecil.
9. Tang Aplikator Berfungsi untuk memasang ear
tag. Ear tag merupakan alat
penanda hewan yang biasa di
pasang pada telinga.
Pemasangan ear tag harus
dilakukan sesuai prosedur.
10. Elestrator ring Elestrator ring berfingsi untuk
alat kastrasi sementara pada
hewan ternak. Ring yang terbuat
dari karet dipasang pada saluran
skrotum ternak. Eletrator ring
ada yang berukuran besar dan
kecil.
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
2. Pembahasan
Dehorner berfungsi untuk memotong tanduk ternak. Stempel digunakan
untuk menandai ternak dengan cara dipanaskan telebih dahulu. Timbangan
digunakan untuk mengukur bobot badan ternak. Mistar digunakan untuk
mengukur bagian-bagian tubuh ternak. Pelontar pill digunakan untuk
memasukan pill kedalam mulut ternak. Tang Kerat berfungsi untuk
melubangi telinga ternak. Kandang jepit digunakan untuk handling ternak
supaya mudah diperiksa atau di amati. Burdizzo digunakan untuk kastrasi
ternak secara permanen. Tang aplikator digunakan untuk memasang ear tag
sabagai penanda pada telinga ternak. Elastrator ring digunakan untuk
kastrasi secara sementara pada ternak.
Peralatan yang digunakan dalam ternak potong adalah Dehorner,
Stempel, Timbangan, Mistar, Pelontar pill, Tang kerat, Kandang jepit,
Burdizzo, Tang aplikator dan Elastrator Ring. Masing-masing peralatan
memiliki fungsi yang berbeda. Penggunaan peralatan harus sesuai prosedur
supaya tidak melukai ternak. Peralatan yang berfungsi sebagai penanda
adalah stempel, tang aplikator dan tang kerat. Peralatan yang berfungsi
sebagai kastrasi adalah burdizzo dan elastrator ring. Peralatan yang
berfungsi untuk pengukuran adalah timbangan dan mistar. Kandang jepit
digunakan untuk handling dan pelontar pill membantu memasukan pill ke
dalam mulut ternak (Agromedia, 2009).
Berdasarkan hasil praktikum dan pustaka Agromedia (2009) dapat
disimpilkan bahwa proses praktikum pengenalan peralatan ternak potong
dan kerja sudah sesuai dengan tinjauan pustaka. Identifikasi peralatan yang
dilakukan sudah sesuai dengan pustaka. Praktikan telah mengetahui fungsi-
fungsi peralatan dengan benar.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Setiap peralatan dalam ternak potong dan kerja memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Cara menggunakan masing-masing perakatan juga berbeda-
beda. Semua peralatan dalam peternakan akansangat membantu proses
pemeliharaan ternak potong dan kerja.
2. Saran
Praktikan harus belajar terlebih dahulu sebelum praktikum
pengenalan peralatan dilakukan. Praktikan harus memperhatikan dengan
baik pada saat asisten menjelaskan mengenai peralatan ternak potong dan
kerja.
BAB III PENGENDALIAN TERNAK Handling
A. Pendahuluan
Handling (penanganan) terhadap ternak merupakan suatu aspek yang
harus di kuasai oleh seorang peternak. Handling berperan dalam pemeriksaan
dan perawatan ternak, misalnya pada saat akan melakukan pengukuran,
pemberian tanda, penalian penjatuhan ternak yang akan di potong. Proses
penanganan (handling) pada ternak sapi harus dikerjakan dengan terampil.
Dukungan pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara penanganan,
misalnya cara menggunakan tali atau tambang, cara mengikat, serta cara
menggunakan alat-alat, perlu dipahami terlebih dahulu. Pengetahuan tersebut
sangat penting sebab pananganan ternak potong sangat jauh berbeda dengan
penanganan ternak unggas ataupun ternak domba. Proses handling yang benar
akan lebih memudahkan peternak ketika akan melakukan pemeriksaan hewan
ternak (Tolistyowati, 2011).
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja mengenai Handling bertujuan
untuknmenangani atau menghandling ternak. Praktikan diharapkan bisa
menghandling ternak dengan baik dan benar. Handling ternak akan
mempermudah ketika akan dilakukan pengukuran pada bagian-bagian tubuh
ternak.
B. Tinjauan Pustaka
Pengusaan terhadap ternak dalam usaha peternakan bertujuan untuk
mempermudah penanganan ternak, baik di lapangan maupun di dalam
kandang. Menghindarkan kerugian yang disebabkan oleh ternak, di samping
itu untuk menjamin keamanan bagi ternaknya sendiri. Mempermudah
penanganan sehari-hari, seperti pemotongan kuku, ekor, tanduk, pencukuran
bulu, kastrasi dan lain sebagainya (Dartosukarno dkk, 2012).
Handling adalah membuat pergerakan hewan dibatasi sehingga tidak
sulit ketika akan diperiksa tetapi hewan masih bisa bergerak. Restrain adalah
memperlakukan hewan agar tidak bergerak dalam keadaan sadar. Penanganan
untuk sapi, peternak perlu memiliki pengetahuan mengenai tali temali terlebih
dahulu agar bisa menghandling degan baik (Santoso, 2010).
Tiga cara merobohkan sapi dengan pengikatan tali yaitu pengikatan
leher, pengikatan silang dada dan pengikatan tanduk. Prinsip ketiga cara
tersebut sama, perbedaanya terletak pada pengikatan awal. Pengikatan
selanjutnya diteruskan dengan pengikatan melingkar dada pengikatan
melingkar pinggul dan penarikan tali kebelakang (Malewa, 2009).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Penanganan
(Handling) Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Sabtu, 7
Oktober 2017, pukul 07.30-10.00 WIB. Bertempat di Kandang Jatikuwung,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tali
2) Kandang jepit
3) Alat tulis
4) Kertas laporan sementara
5) Kamera
b. Bahan
1) Sapi 1 ekor
2) Kambing 1 ekor
3) Domba 1 ekor
3. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum handling ternak pertama-
tama adalah mendekati ternak secara prlahan. Kemudian menepuk
punggung ternak supaya merasa tenang. Menjepit atau meliit ternak
dengan tali. Kemudian menghandling ternak secara perlahan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 3. Data Hewan Praktikum Handling Ternak
Jenis Ternak Data Ternak
Ternak Sapi Bangsa : Simpo
Jnis kelamin : Betina
Ciri-Ciri : Bulu berwarna cokelat, bulu
berwarna putih berbentu segitiga di
antara tanduknya, bagian kaki
berwarna putih.
Ternak Bangsa : PE (Peranakan Etawa)
Kambng Jenis Kelamin : Betina
Ciri-ciri : Warna cokelat putih, bagian
belakang ternak terdapat bulu yang
tebal dan panjang, kepala tegak
tanduk kebelakan panjang dan telinga
menggantung.
Ternak Domba Bangsa : Ekor Tipis
Jenis Kelamin : Jantan
Ciri-ciri : Tidak memiliki tanduk, bulunya
kasar, bulu berwarna putih berekor
tipis.
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
2. Pembahasan
a. Ternak Sapi

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 3.1 Gambar 3.2

Sapi yang di handling merupakan jenis sapi Simpo (persilangan


Simental dan Ongole) yang mempunyai jenis kelamin betina. Handling
yang dilakukan adalah memasukkan sapi ke dalam kandang jepit. Tujuan
handling supaya proses pemeriksaan dan pengukuran bagian-bagian tubuh
sapi bisa lebih mudah.
Tiga cara merobohkan sapi dengan pengikatan tali yaitu pengikatan
leher, pengikatan silang dada dan pengikatan tanduk. Prinsip ketiga cara
tersebut sama, perbedaanya terletak pada pengikatan awal. Pengikatan
selanjutnya diteruskan dengan pengikatan melingkar dada pengikatan
melingkar pinggul dan penarikan tali kebelakang (Malewa, 2009).
Proses handling dalam praktikum berbeda dengan pustaka Malewa
(2010). Proses handling sapi dalam praktikum tidak menggunakan tali tetapi
hanya memasukan sapi ke kandang jepit. Penggunaan tali sangat beresiko
karena bisa menciderai ternak.
b. Ternak Kambing

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 3.3 Gambar 3.4

Kambing yang di handling dalam praktikum berjenis PE (Peranakan


Etawa). Proses handling dilakukan dengan cara menjepit kambing dengan
kaki, merebahkan kambing dan handling dengan tali. Handling dengan
menjepit dilakukan dengan cara menjepit kambing dengan kedua kaki lalu
merebahkanya. Handling dengan tali dilakukan dengan melilitkan tali pada
leher, badan dan kaki kambing.
Malewa (2009) menyatakan bahwa tiga cara merobohkan ternak
dengan pengikatan tali yaitu pengikatan leher, pengikatan silang dada dan
pengikatan tanduk. Prinsip ketiga cara tersebut sama, perbedaanya terletak
pada pengikatan awal. Pengikatan selanjutnya diteruskan dengan
pengikatan melingkar dada pengikatan melingkar pinggul dan penarikan tali
kebelakang.
Proses praktikum sesuai dengan pustaka Malewa (2009) dimana
proses handling kambing bisa dilakukan dengan tali. Handling dengan tali
akak memoermudah peternak. Handling menggunakan tali yang dilakukan
dengan benar tidak akan membuat ternak merasa kesakitan.
c. Ternak Domba

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 3.4 AGambar 3.6

Domba yang di handling dalam praktikum berjenis Ekor tipis.


Proses handling dilakukan dengan cara menjepit Domba dengan kaki,
merebahkan Domba dan handling dengan tali. Handling dengan menjepit
dilakukan dengan cara menjepit Domba dengan kedua kaki lalu
merebahkanya. Handling dengan tali dilakukan dengan melilitkan tali
pada leher, badan dan kaki Domba.
Malewa (2009) menyatakan bahwa tiga cara merobohkan ternak
dengan pengikatan tali yaitu pengikatan leher, pengikatan silang dada dan
pengikatan tanduk. Prinsip ketiga cara tersebut sama, perbedaanya terletak
pada pengikatan awal. Pengikatan selanjutnya diteruskan dengan
pengikatan melingkar dada pengikatan melingkar pinggul dan penarikan tali
kebelakang.
Proses praktikum sesuai dengan pustaka Malewa (2009) dimana
proses handling Domba bisa dilakukan dengan tali. Handling dengan tali
akak memoermudah peternak. Handling menggunakan tali yang dilakukan
dengan benar tidak akan membuat ternak merasa kesakitan.
E. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Handling bisa dilakukan dengan kandang jepit, tali dan di pepegang
dengan tangan apabila ternak kecil. Handling dengan tali sangat beresiko
karena bisa menyebabkan hewan cidera. Handling yang dilakukan pada saat
praktikum adalah dengan kandang jepit untuk ternak sapid an dengan tali
untuk terak kambing dan domba.
2. Saran
Handling hewan ternak harus dilakukan dengan hati-hati karenak
ternak bisa melawan. Handling dengan tali diusahakan tidak melukai hewan
ternak. Ketika praktikum lebih baik menghandling sapi dengan kandang
jepit supaya tidak beresiko menciderai sapi.
BAB IV PENDUGAAN UMUR TERNAK
A. Pendahuluan
Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola
erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat
digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang
dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi (Rahmat dkk, 2012).
Pendugaan umur dengan mengamati gigi sudah sangat dikenal oleh para
peternak. Istilah yang biasa dikenal adalah poel,yaitu pergantian gigi ternak
sehingga dapat dijadikan acuan dalam pendugaan umur ternak. Bertambahnya
gigi yang poel makan umur ternak juga semakin tua.
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja mengenai Pendugaan Umur
Ternak bertujuan untuk mengetahui umur ternak dengan mengamati struktur
gigi ternak. Pendugaan umur ternak bermanfaat untuk menentukan manajemen
pemeliharaan, pemberian dosis obat dan pemberian ransum pakan. Praktikum
pendugaan umur ternak juga akan membantu pemilihan bibit ternak yang
sesuai dengan kriteria umur.
B. Tinjauan Pustaka
Tahap pemunculannya gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan
menjadi gigi seri susu (deciduo incosors = DI) dan gigi seri permanen (incisors
= I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan
digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigiseri susu, pergantian gigi
seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen
terjadi pada kisaran umur tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
penentuan umur ternak ruminansia (Abidin dkk, 2012).
Gigi seri susu pada kambing berjumlah 4 pasang (2DI1, 2DI2, 2DI3,
2DI4). Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki sepasang gigi seri
susu sentral (2DI1), umur 1-2 minggu terdapat sepasang gigi seri susu lateral
(2DI2 ), umur 2-3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu intermidial (2DI3),
dan umur 3-4 minggu terdapat sepasang gigiseri susu sudut (2DI4 ). Umur 1 -
1,5 tahun, 2DI1digantikan oleh sepasang gigi seripermanen sentral (2I1). Umur
1,5-2,5 tahun, 2DI2 digantikan oleh sepasang gigi seripermanen lateral (2I2).
Umur 2,5-3,5 tahun, 2DI3 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen
intermedial (2I3 ). Umur 3,5-4,0 tahun, 2DI4 digantikan oleh sepasang gigi seri
permanen sudut (2I4) (Putri dkk, 2014).
Semakin tua umur ternak, bentuk keterasahan gigi menjadi semakin
lebar. Bertambah tuanya umur ternak berpengaruh terhadap jarak antargigi.
Semakin tua umur tenak, jarak antargigi seri permanen semakin longgar atau
renggang. Kondisi keterasahan dan kerenggang gigi seri juga menjadi
pedoman untuk menentukan umur ternak (Rahmat dkk, 2012).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pendugaan
Umur Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari sabtu, 7 Oktober
2017, pukul 07.30-10.00 WIB. Bertempat di Kandang Jatikuwung, Fakultas
Pertanian, Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Alat tulis
3) Kertas laporan sementara
b. Bahan
1) Sapi 2 ekor
2) Kambing 2 ekor
3) Domba 2 ekor
3. Metode
Pertama-tama asisten memberikan pengarahan menngenai praktikum
pendugaan umur ternak. Praktikan mengamati struktur gigi ternak dengan
membuka mulut ternak. Menghitung gigi ternak yang sudah poel dann
menggambar hasilnya.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 4. Data Hewan Praktikum Handling Ternak
Jenis Ternak Keterangan
Sapi 1 Gigi Susu (Pasang) Gigi Permanen (Pasang)
I :2 I :2
C :0 C :0
P :3 P :3
M :3 M :3
Umur : 27-33 bulan Umur : 27-33 bulan
Sap 2 Gigi Susu (Pasang) Gigi Permanen (Pasang)
I :1 I :3
C :0 C :0
P :3 P :3
M :3 M :3
Umur : 43-47 bulan Umur : 43-47 bulan
Kambing 1 Gigi Susu (Pasang) Gigi Permanen (Pasang)
I :2 I :2
C :0 C :0
P :3 P :3
M :3 M :3
Umur : 18-24 bulan Umur : 18-24 bulan
Kambing 2 Gigi Susu (Pasang) Gigi Permanen (Pasang)
I :2 I :2
C :0 C :0
P :3 P :3
M :3 M :3
Umur : 18-24 bulan Umur : 18-24 bulan
Domba 1 Gigi Susu (Pasang) Gigi Permanen (Pasang)
I :0 I :4
C :0 C :0
P :3 P :3
M :3 M :3
Umur : 36-48 bulan Umur : 36-48 bulan
Domba 2 Gigi Susu (Pasang) Gigi Permanen (Pasang)
I :0 I :2
C :0 C :0
P :3 P :3
M :3 M :3
Umur : 36-48 bulan Umur : 18-24 bulan
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
2. Pembahasan

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Pendugaan umur ternak dilakukan dengan melakukan pengamatan


pada gigi ternak. Jumlah gigi ternak yang poel akan menunjukan berapa
bulan umur ternak. Hasil dari pendugaan umur ternak diantaranya adalah
sapi 1 gigi poel 2 pasang sehingga sapi tersebut berumur 27-33 bulan. Sapi
2 poel 3 pasang sehingga diduga berumur 43-47 bulan. Kambing 1 poel 2
psang sehinggakambing tersebut di duga berumur 18-24 bulan. Kambing 2
poel 2 pasang sehingga berumur 18-24 bulan. Domba 1 dan domba 2 seluruh
giginya poel sehingga diduga berumur 36-48 bulan.
Tahap pemunculannya gigi seri ternak ruminansia dapat
dikelompokkan menjadi gigi seri susu dan gigi seri permanen. Gigi seri susu
muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri
permanen. Permuculan gigiseri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi
seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur
tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak
ruminansia (Abidin dkk, 2012).
Hasil praktikum dan teori dalam pustaka Abidin (2012) memiliki
persamaan dalam metode penentuan umur ternak. Persamaan praktikum dan
teori terletak pada metode pendugaan umur dengan menggunakan gigi
ternak. Metode tersebut sangat mdah dilakukan ketika menganalisa ternak
di mana saja.
E. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Pendugaan umur ternak dapat dilakukan dengan mudah yaitu dengan
melihat gigi permanen ternak. Banyaknya gigi permanen yang tumbuh akan
menunjukan prkiraan umur ternak. Hasil dari pendugaan umur ternak
diantaranya adalah sapi 1 gigi poel 2 pasang sehingga sapi tersebut berumur
27-33 bulan. Sapi 2 poel 3 pasang sehingga diduga berumur 43-47 bulan.
Kambing 1 poel 2 psang sehinggakambing tersebut di duga berumur 18-24
bulan. Kambing 2 poel 2 pasang sehingga berumur 18-24 bulan. Domba 1
dan domba 2 seluruh giginya poel sehingga diduga berumur 36-48 bulan.
2. Saran
Praktikum pendugaan umur harus dilakukan dengan hati-hati karena
praktikan memegang ternak secara langsung. Seluruh anggota kelompok
harus saling bekerja sama supaya praktikum mudah dilakukan.
BAB V PENDUGAAN BOBOT BADAN
A. Pendahuluan
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak
untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Jumlah zat makanan yang dibutuhkan
untuk hidup pokok ternak didasarkan pada bobot badan. Bobot badan sapi
maupun ternak lainnya akan dapat diketahui dengan tepat, apabila sapi itu
ditimbang dengan menggunakan timbangan sapi.
Alat yang biasa digunakan adalah tongkat ukur dan pita ukur dengan
melakukan pengukuran untuk menduga bobot badan sapi. Pendugaan bobot
badan dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap bagian tubuh
ternak. Bagian tubuh ternak yang biasa diukur ketika akan dilakukan
pendugaan umur diantaranya adalah lebar dada, dalam dada, lingkar dada, lebar
pinggul, tinggi humba dan lain-lain (Dartokusumo dkk, 2012).
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja mengenai Pendugaan Bobot
Badan akan membantu praktikan ketika menduga bobot badan ternak potong
atau kerja. Pengukuran bagian tubuh ternak harus dilakukan dengan bai dan
diusahakan akuarat. Bobot badan akan mendekati aslinya apabila pengukuran
dilakukan dengan aurat.
B. Tinjauan Pustaka
Bobot badan seekor sapi hanya dapat diketahui secara tepat melalui cara
penimbangan, namun dalam situasi dan kondisi tertentu, terutama pada kondisi
peternakan rakyat, jarang atau tidak tersedia alat timbangan ternak sapi.
Hubungan antara dimensi ukuran tubuh pada sapi dengan bobot badannya
dapat menghasilkan suatu formula untuk mengestimasi bobot badan pada umur
dan jenis kelamin tertentu. Korelasi yang kuat dan positif antara bobot badan
dengan panjang badan maupun dengan lingkar dada pada hewan ternak
(Zurahmah dkk, 2011).
Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk menduga bobot
badan. Salah satu metode praktis adalah dengan menggunakan lingkar
dada. terdapat beberapa rumus penduga bobot badan ternak menggunakan
lingkar dada yaitu Schoorl, Winter, dan Denmark. Rumus-rumus tersebut
dapat digunakan untuk sapi, kambing, domba, babi dan kerbau (Dartokusumo
dkk, 2012).
Penampang tubuh domba atau hewan ternak potong lainya menyerupai
bentuk geometris berupa tabung. Cara mencari volume tabung harus diketahui
luas alas dan tinggi. Lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas
alas dan panjang badan sebagai tinggi. Lingkar dada diperoleh dengan
melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat.
Panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk (Malewa,
2009).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pendugaan
Bobot Badan Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Sabtu, 7
Oktober 2017, pukul 07.30-10.00 WIB. Bertempat di Kandang Jatikuwung,
Fakultas Pertanian, Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kamera
2) Pita Pengukur
3) Kandang Jepit
4) Alat tulis
5) Kertas laporan sementara
b. Bahan
1) Sapi 2 ekor
2) Kambing 2 ekor
3) Domba 2 ekor
3. Metode
Melakukan pengendalian terhadap ternak, setelah ternak bisa di
kendalikan bagian-bagian tubuh ternak di ukur. Menghitung pendugaan
dengan menggunakan rumus. Mencatat hasil pendugaan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 5. Hasil pengukuran bagian tubuh ternak
Parameter Sapi 1 Sapi 2 Kambing 1 Kambing 2 Domba 1 Domba 2
Bangsa Simpo Simpo PE Kacang Ekor tipis Ekor tipis
Jenis Betina Jantan Betina Betina Jantan Brtina
Kelamin
Lingkar dada 162 155 71 61 79 66
Dalam dada 72 61 28 30 35 27
Lebar dada 38 40 17 15 20 11
Lebar 16 36 14 16 18 15
pinggul
Tinggi 135 118 63 64 68 49
gumba
Tinggi 130 126 66 66 67 60
pinggul
Panjang 132 127 59 62 82 50
badan
Panjang 58 42 23 21 21 19
kepala
Lebar kepala 25 28 15 12 13 12
Indeks 43,1 % 66,6 % 65,2 57,1 % 61,9 % 63,2 %
kepala
Bobot badan 301 kg - 25,2 kg 19,4 kg - 28 kg
Sumber: Laporan Sementara Ilmu Ternak Potong dan Kerja 2017
2. Pembahasan

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Gambar 5.1 Gambar 5.2

Pendugaan berat badan ternak menggunakan rumus Scrool, dan


Modivikasi. Pendugaan sapi 1 menggunakan ketiga rumus diperoleh hasil
berat badan 338,56 kg, 324 kg dan 319,57 kg sedangkan hasil dengan
penimbangan adalah 301 kg. Berat badan sapi 2 adalah 313,29 kg, 299,29
kg dan 281,47 kg. hasil pendugaan berat badan kambing 1 adalah 89,49 kg,
79,21 kg dan 27,43 kg sedangkan pada timbangan adalah 25,2 kg.
pendugaan kambing 2 adalah 68,89 kg, 62,41 kg dan 21,28 kg sedangkan
pada timbangan adalah 19,4 kg. hasil pendugaan berat badan domba 1
adalah 102,01 kg, 94,09 kg, 47,21 kg. hasil pendugaan berat badan domba
2 adalah 77,44 kg, 74,56 kg, 20,09 kg sedangkan hasil penimbangan adalah
28 kg.
Penampang tubuh domba atau hewan ternak potong lainya
menyerupai bentuk geometris berupa tabung. Cara mencari volume tabung
harus diketahui luas alas dan tinggi. Lingkar dada hewan dapat
diasumsikan sebagai luas alas dan panjang badan sebagai tinggi. Lingkar
dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba
melalui belakang belikat. Panjang badan diukur dari bahu hingga
penonjolan tulang duduk (Malewa, 2009).
Metode pendugaan berat badan ternak sesuai dengan pustaka Malewa
(2009). Pendugaan berat badan kurang sesuai dengan hasil penimbangan
karena pengukuran lingkar dada dan lain-lain kurang akurat. Pengukuran
bagian-bagian tubuh ternak harus akurat supaya hasil pendugaan bisa
mendekati berat ternak sebenarnya.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pengukuran bagian tubuh ternak harus dilakukan dengan akurat supaya
pendugaan bobot badan ternak juga bisa akurat atau mendekati bobot
aslinya. Pendugaan bobot badan ternak dilakukan dengan menggunakan
rumus modivikasi dan Scrool.
2. Saran
Praktikum pendugaan umur harus dilakukan dengan hati-hati karena
praktikan memegang ternak secara langsung. Seluruh anggota kelompok
harus saling bekerja sama supaya praktikum mudah dilakukan.
BAB VI PEMBERIAN IDENTITAS TERNAK
A. Pendahuluan
Proses penaandaan pada ternak sangat penting karena agar
mempermudah dalam pengidentifikasian. Indentifikasi ternak akan membantu
proses rekording, dimana manusia memiliki sifat yang sejak lahir sudah ada pada
diri manusia yaitu lupa. Selain itu juga pemberian tanda pada ternak akan
mempermudah dalam pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan ternak
tersebut.
Pemberian tanda pada ternak bertujuan untuk membedakan antara
hewan satu dengan hewan lainnya. Identifikasi ini digunakan terutama untuk
hewan yang mempunyai warna bulu dan bentuk tubuh yang mirip. Pemberian
Tanda digunakan juga untuk membedakan hewan yang dipakai dalam
penelitian, untuk recording (program breeding), tanda kepemilikan hewan
kesayangan dan hewan yang di pelihara pada farm yang
luas (Hakim dkk, 2010).
Pemberian identitas ternak bertujuan untuk mengetahui tatacara
pemasangan ear tag. Pemasangan identitas harus dilakukan sesuai prosedur
supaya tidak melukai ternak. Identitas yang akan diberikan kepada ternak
adalah ear tag.
B. Tinjauan Pustaka
Sistem rekording yang lengkap mencakup kelahiran, perkawinan
(breeding), perlakuan-perlakuan harian, dan catatan bobot badan. Sifat-sifat
yang perlu dicatat tergantung dari kebutuhan sistem peternakan dan
beberapa fasilitas serta keterbatasan yang dimiliki peternak. Pemberian
identitas dengan penomoran pada ternak sangat diperlukan agar rekording
dapat berjalan dengan baik. Identifikasi ternak perlu disertai dengan kartu
identitas untuk mencatat semua informasi tentang nama dan nomor ternak,
jenis kelamin, tanggal lahir dan tanggal perkawinan induknya, kemumian
bangsanya, bapak (sire) dan induknya (dam), nama dan nomor kode
pemilik beserta alamatnya (Hakim dkk, 2010).
Teknik Ear Tagging yaitu dengan cara pemasangan nomor yang terbuat
dari plastik keras elastis seperti memasang anting pada manusia. Teknik ini
permanen sehingga tidak bisa dihapus atau dicopot. Eartag dipasang didaun
telinga agar mudah untuk dilihat. Tehnik ini banyak digunakan oleh para
peternak karena memiliki kelebihan diantaranya ialah memudahkan dalam
proses recording/pencatatan, sebagai penanda ternak yang awet dan tahan
lama, mudah dalam proses pemasangan, dapat dibeli dengan harga yang murah,
mudah dibaca dan tidak mudah lepas atau
rusak (Zurahmah, 2011).
Teknik identifikasi hewan dibagi 2, yaitu secara tradisional dan modern.
Teknik tradisional dengan cara membakar permukaan kulit di bagian belakang
tubuhnya dengan besi pijar yang telah dipanaskan. Teknik ini sudah banyak
ditinggalkan karena sulit dalam pengerjaan dan dapat melukai kulit ternak.
Teknik yang modern diantaranya : tattooing, kalung nomor, branding, ear
notching dan ear tagging (Malewa, 2009).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pendugaan
Bobot Badan Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Kamis, 15
November 2017, pukul 03.00-05.00 WIB. Bertempat di Simo, Boyolali
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tang Aplikator
2. Ear Tag
3. Kertas laporan
4. Alat tulis
5. Alat dokumentasi
b. Bahan
1. Kambing
2. Alkohol
3. Kapas
3. Metode
Metode yang dilakukan dalam pemberian identitas ternak yang
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Peralatan dan telinga ternak
dibersihkan dengan menggunakan tang aplikator. Setelah steril
pemasangan ear tag bisa di mulai. Pemasangan harus dilakukan sesua
prosedur yang benar.
D. Hasil dan Pembahasan
2. Pembahasan

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Keteranga gambar Keteranga gambar

Identitas yang diberikan kepada ternak adalah Ear Tag yang dipasang
pada bagian daun telinga dari ternak. Pemberian Ear tag sangat efisien
karena bisa dilakukan denan mudah dan memberikan identitas sehingga
proses pendataan hewan bisa lebih mudah. Pemberian Ear Tag harus
dilakukan sesuai prosedur misalnya dengan sterilisasi dengan alcohol.
Pemasangan harus brhati-hati supaya tidak menimbulka luka pada ternak
yang dapat menyebabkan infeksi.
Teknik Ear Tagging yaitu dengan cara pemasangan nomor yang
terbuat dari plastik keras elastis seperti memasang anting pada manusia.
Teknik ini permanen sehingga tidak bisa dihapus atau dicopot. Eartag
dipasang didaun telinga agar mudah untuk dilihat. Tehnik ini banyak
digunakan oleh para peternak karena memiliki kelebihan diantaranya ialah
memudahkan dalam proses recording/pencatatan (Zurahmah, 2011).
Pemberian identitas ternak yang dlakukan dalam praktikum sesuai
dengan pustaka Zurahmah (2011). Eart tag merupakan tanda yang dapat
dilepas atau tidak permanen. Ear tag akan memudahkan pendataan hewan
ternak.
E. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Identitas yang diberikan kepada ternak adalah Ear Tag yang dipasang
pada bagian daun telinga dari ternak. Pemberian Ear tag sangat efisien
karena bisa dilakukan denan mudah dan memberikan identitas sehingga
proses pendataan hewan bisa lebih mudah.
2. Saran
Praktikum pendugaan umur harus dilakukan dengan hati-hati karena
praktikan memegang ternak secara langsung. Seluruh anggota kelompok
harus saling bekerja sama supaya praktikum mudah dilakukan

BAB VII PEMELIHARAAN TERNAK


A. Pendahuluan
Pemeliharaan ternak adalah memelihara ternak guna meminimalisir
terjadinya penyangkit dan berupaya membuat produktivitas ternak menjadi
optimal. Pemeliharaan ternak diantaranya adalah pemberian pakan,
pemotongan kuku, perawatan kandang dan lain-lain. Manajemen pemeliharaan
yang baik akan membuat performa ternak menjadi optimal.

Sistem pemeliharaan sapi potong dikategorikan ke dalam tiga tipe yaitu


sistem pemeliharaan intensif yaitu ternak dikandangkan, sistem pemeliharaan
semi intensif yaitu ternak dikandangkan pada malam hari dan dilepas di padang
penggembalaan pada pagi hari dan sistem pemeliharaan ekstensif yaitu terna
dilepas di padang penggembalaan (Siregar, 2007).
Praktikum pemeliharaan ternak bertujuan untuk memudahkan dalam
mempelajari pemeliharaan ternak potong. Pemeliharaan yang diloakukan
dalam praktikum adalah pemberian pakan dan pembersihan kandang.
Pemeliharaan yang baik akan membuat performa ternak menjadi optimal.

B. Tinjauan Pustaka
Metode Pemeliharaan dan Penggemukan ternak potong dilakukan
dengan sistem menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus
selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan
sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana.
Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana
selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari
hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada
ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2007).
Pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem pemeliharaan intensif, semi intensif dan ekstensif. Sistem
pemeliharaan intensif merupakan sistem sapi dipelihara dalam kandang dengan
pemberian pakan konsentrat berprotein tinggi dan juga dapat ditambah dengan
memberikan hijauan. Sistem pemeliharaan semi intensif adalah sapi selain
dikandangkan juga digembalakan di padang rumput, sedangkan sistem
ekstensif pemeliharaannya dipadang penggembalaan dengan pemberian
peneduh untuk istirahat sapi. Sistem intensif lebih efisien dari pada sistem
ekstensif sehingga pemeliharaan secara intensif cocok dipakai didaerah padat
penduduk (Hernowo, 2008).
Keuntungan dari sistem pemeliharaan intensif adalah dapat
menggunakan bahan pakan berasal dari hasil ikutan industri pertanian
dibanding dengan pemeliharaan di dilapangan. Pemeliharaan intensif pada
program finishing dapat menekan jumlah kematian dan dapat menghasilkan
feses yang lebih banyak dari pada sistem pastura atau ekstensif. Kekurangan
dari sistem intensif yaitu mudah sekali penyebaran penyakitnya, investasinya
juga banyak dan sering ditemukan permasalahan akan limbah peternakan yang
dihasilkan. Kekurangan yang lain sistem penggemukan secara intensif antara
lain banyak tenaga kerja yang dibutuhkan, peralatan serta modal yang cukup
besar (Putri dkk, 2011).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja dengan acara Pemeliharaan
Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari xxx, xx September 2017,
pukul xx.00-xx.00 WIB. Bertempat di peternakan izzah farm, Simo,
Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Timbangan
2. Ember
3. Sekop
4. Karung
5. Alat tulis
6. Kertas laporan
7. Alat dokumentasi

b. Bahan
1. Pakan
2. Air
3. Hewan Ternak
c. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum pemeliharaan ternak
adalah membersihkan kandang terlebbih dahulu. Kemudian
menimbang pakan dan menyiapkan air yang akan diberikan. Pakan dan
air yang telah disiapkan lalu diberikan pada hewan ternak.
D. Hasil dan Pembahasan
E. Kesimpulan danSaran
BAB VIII PRODUKSI TERNAK POTONG (KARKASING)
A. Pendahuluan
Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan
komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa
produksi. Daging sebagai salah satu bahan makanan yang hampir
sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh
tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin. Daging yang
umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai jenis ternak
potong, antara lain ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, ternak
ruminansia kecil seperti domba, kambing, babi, dan kelinci. Mekanisme
urutan pemotongan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau di
Indonesia terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari tahap pengistirahatan
dan pemeriksaan sebelum pemotongan, tahap proses penyembelihan, dan
tahap penyiapan karkas.
Syarat pemotongan ternak yaitu hasil pemotongan ternak dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu karkas dan bagian yang bukan karkas atau
non karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibanding yang bukan karkas. Pemotongan ternak sesuai dengan tujuannya
adalah untuk mendapatkan daging dan produk daging. Ada beberapa
persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan ternak yang baik, yaitu
ternak tidak boleh diperlakukan secara kasar, ternak dihindarkan dari stres,
penyembelihan dan pengeluaran darah harus dilakukan secara cepat dan
sesempurna mungkin, cara pemotongan harus higienis dan ekonomis. Cara
pemotongan harus aman bagi para pekerja abatoir (rumah pemotongan
hewan), kerusakan karkas harus diupayakan seminimal mungkin (Soeparno,
2010).
Manfaat dari praktikum acara karkasing adalah untuk mengetahui
bagaimana cara karkasing pada ternak potong. Mengetahui mana saja
bagian yang merupakan karkas dan bukan karkas. Mengetahui cara
pemisahan antara bagian karkas dan bukan karkas.
B. Tinjauan Pustaka
Bobot karkas merupakan pengurangan bobot hidup oleh komponen
saluran pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari
persendian carpus atau tarsus ke bawah. Persentase karkas merupakan
perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong
(dikurangi isi saluran pencernaan dan urin) dikali dengan 100%. Komponen
utama karkas terdiri atas jaringan otot (daging), tulang dan lemak yang
imbangan ketiga komponen tersebut menentukan kualitas karkas. Proporsi
komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki oleh konsumen
adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa
lemak (lean) yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal.
Komposisi karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot karkas.
Peningkatan bobot karkas akan diikuti oleh pertambahan persentase lemak
dan penurunan persentase daging serta tulang (Sunarlim, 2007).
Proses peristirahatan ternak yaitu dengan cara seluruh ternak
dipuasakan selama 17 jam, setelah itu ditimbang untuk mendapatkan bobot
hidup (bobot potong). Ternak kemudian disembelih dan dikuliti serta
diambil komponen saluran pencernaan (visceral), darah, kepala, kulit dan
keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah kemudian
ditimbang untuk mendapat bobot karkas. Tahap berikutnya karkas
dipotong-potong dibagi menjadi komponen karkas berupa daging lulur
(longissimus dorsi), daging paha, daging tetelan, lemak, dan
tulang (Ginting, 2009).
Syarat pemotongan ternak yaitu hasil pemotongan ternak dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu karkas dan bagian yang bukan karkas atau
non karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibanding yang bukan karkas. Pemotongan ternak sesuai dengan tujuannya
adalah untuk mendapatkan daging dan produk daging. Ada beberapa
persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan ternak yang baik, yaitu
ternak tidak boleh diperlakukan secara kasar, ternak dihindarkan dari stres,
penyembelihan dan pengeluaran darah harus dilakukan secara cepat dan
sesempurna mungkin, cara pemotongan harus higienis dan ekonomis. Cara
pemotongan harus aman bagi para pekerja abatoir (rumah pemotongan
hewan), kerusakan karkas harus diupayakan seminimal mungkin (Soeparno,
2010).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja Pemberian Identitas
Ternak dilaksanakan pada hari Senin, 28 November 2017 pukul 01.00-
05.30 WIB di Kedungdowo, Simo, Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Pisau
2) Telenan
3) Cutter
4) Ember
b. Bahan
1) Kambing
2) Plastik
3. Metode
Melakukan handling agar kambing tenang. Menjatuhkan kambing
dengan cara menyilangkan kaki kambing. Menyembelih kambing
menggunakan pisau hingga tiga saluran (saluran pernafasan, saluran
darah, dan saluran pencernaan) terputus. Melakukan pengkulitan pada
kambing dan mengeluarkan bagian jeroan. Memisahkan antara bagian
karkas dan non karkas.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 8. Hasil praktikum karkasing ternak
Bagian Tubuh Berat (gram) Persentase (%)
Bobot Potong 27940 100
Berat Kepala 1955 6,99
Berat Kulit 3185 11,39
Berat Kaki 709 2,53
Berat Jantung 91 0,32
Berat Paru-paru dan 254 0,90
Tracea
Berat Hati 388 1,38
Berat Ginjal 78 0,27
Berat organ Reproduksi 426 1,52
Berat Karkas 12212 43,70

2. Pembahasan

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Keteranga gambar Keteranga gambar

Hewan yang dijadikan bahan dalam praktikum produksi ternaknak


adalah kambing jantan berjenis Peranakan Etawa yang mempunyai bobot
potong 27940 gr. Pemnyembelihan hewan harus dilakukan dengan handling
terlebih dahulu. Berat kepala kambing 1955 gr, kulit 3185 gr, kaki 91 gr,
Paru-paru 254 gr, hati 388, ginjal 78,organ reproduksi 426 dan berat karkas
12212 gr. Pemotongan bagian-bagiab hewan dilakukan sesuai dengan
prosedur yang benar.
Proses peristirahatan ternak yaitu dengan cara seluruh ternak
dipuasakan selama 17 jam, setelah itu ditimbang untuk mendapatkan bobot
hidup (bobot potong). Ternak kemudian disembelih dan dikuliti serta
diambil komponen saluran pencernaan (visceral), darah, kepala, kulit dan
keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah kemudian
ditimbang untuk mendapat bobot karkas. Tahap berikutnya karkas
dipotong-potong dibagi menjadi komponen karkas berupa daging lulur
(longissimus dorsi), daging paha, daging tetelan, lemak, dan tulang
(Ginting, 2009).
Proses praktikum produksi ternak dan pustaka Ginting (2009)
menunjukkan adanya persamaan proses. Ternak yang akan di sembelih di
istirahatkan terlebih dahulu. Proses pemotongan harus dilakukan dengan
baik supaya di peroleh karkas yang sempurna.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berat kepala kambing 1955 gr, kulit 3185 gr, kaki 91 gr, Paru-paru
254 gr, hati 388, ginjal 78,organ reproduksi 426 dan berat karkas 12212 gr.
Penyembelihan hewan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
Masing-masing bagian tubuh hewan harus di timbang dengan akurat.
2. Saran
Praktikan dan asisten harus berhati-hati ketika akan melaksanakan
praktikum karena praktikum dilakukan di tempat yang jauh dan pada malam
hari. Proses penimbangan dan pemotongan harus dilakukan dengan baik dan
benar supaya hasil karkas bisa maksima.
BAB IX PENGAMATAN KECERNAAN
A. Pendahuluan
Pencernaan adalah sebuah proses metabolism dimana suatu makhluk
hidup memproses suatu zat . dalam rangka mengubah secara kimia atau
mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi pada
mikroorganisme multi sel. Kecernaan zat-zat makanan merupakan salah
satu tolok ukur dalam dalam menentukan mutu bahan pakan ternak,
disamping komposisi kimianya. Daya cerna dan fermentasi saluran
pencernaan.
Nilai kecernaan suatu bahan pakan menunjukkan bagian dari zat-zat
makanan yang dicerna dan diserap, sehingga siap untuk mengalami
metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan
pakan adalah penyiapan makanan, jumlah makanan, komposisi ransum,
jenis hewan, komposisi zat makanan, bentuk fisik bahan pakan, lemak,
defisiensi zat makanan dan antinutrisi. Pengujian kecernaan dilakukan
untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan pakan, karena salah satu faktor
penting yang harus dipenuhi oleh suatu bahan pakan adalah tinggi
rendahnya daya cerna bahan tersebut (Zain, 2009).
Manfaat praktikum acara pengamatan kecernaan adalah mengetahui
jumlah urin yang dikeluarkan sapi dalam kurun waktu 24 jam. Mengetahui
volume urin yang dikeluarkan sapi selama 24 jam. Mengetahui berapa kali
sapi melakukan mastikasi, remastikasi, salivasi dan ensalivasi yang
dilakukan sapi selama 24 jam.
B. Tinjauan Pustaka
Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak
diekskresikan ke dalam feses, selisih antara zat makanan yang dikonsumsi
dengan yang dieksresikan dalam feses merupakan jumlah zat makanan yang
dapat dicerna. Jadi kecernaan merupakan pencerminan dari kemampuan
suatu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya
kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa besar bahan pakan itu
mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat dicernakan ke
dalam saluran pencernaan (Hadi, 2016).
Nilai kecernaan suatu bahan pakan menunjukkan bagian dari zat-zat
makanan yang dicerna dan diserap, sehingga siap untuk mengalami
metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan
pakan adalah penyiapan makanan, jumlah makanan, komposisi ransum,
jenis hewan, komposisi zat makanan, bentuk fisik bahan pakan, lemak,
defisiensi zat makanan dan antinutrisi. Pengujian kecernaan dilakukan
untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan pakan, karena salah satu faktor
penting yang harus dipenuhi oleh suatu bahan pakan adalah tinggi
rendahnya daya cerna bahan tersebut (Zain, 2009).
Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia
menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh
mikroba rumen. Semakin tinggi nilai presentase kecernaan bahan pakan
tersebut, berarti semakin baik kualitasnya. Faktor yang mempengaruhi
kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju
perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan zat
gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor lain adalah tingkat
proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein
ransum, presentase lemak dan mineral (Jayanegara, 2008).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja Pengamatan Kecernaan
Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu 4 November 2017 pukul 06.30 WIB -
Minggu, 5 November 2017 pukul 07.30 WIB di Izzah Farm, Jagoan, Sambi,
Boyolali.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Alat tulis
2) Ember
3) Skop
4) Gelas ukur
5) Timbangan
b. Bahan
1) 1 ekor sapi
2) Plastik
3. Metode
Sapi ditimbang telebih dahulu pada hari pertama praktikum
pemeliharaan akan dimulai. Praktikan menghitung berapa kali sapi
melakukan mastikasi, remastikasi, salivasi, dan ensalivasi selama 24 jam.
Praktikan mewadahi setiap feses yang dikeluarkan sapi menggunakan
skop, kemudian memasukkanya ke dalam plastik. Praktikan menimbang
feses yang dikeluarkan sapi, kemudian mencatatnya. Praktikan mewadahi
setiap urin yang dikeluarkan sapi menggunakan ember. Praktikan
mengukur volume urin yang dikeluarkan sapi menggunakan gelas ukur,
kemudian mencatatnya.
D. Hasil dan Pembahasan
2. Pembahasan

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Keteranga gambar Keteranga gambar

Praktikum pengamatan kecernaaan ternak dilakukan selama 24 jam


dengan mengamati dan mencatat perilaku hewan. Yang diamati dalam
praktikum kecernaan diantaranya adalah jumlah urine, jumlah minum,
fases, prehensi, mastikasi, ensalivasi, bolus dan remastikasi. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa jumlah minum 16,7 liter, fasess 13,36 kg,
prehensi 446 kali, mastikaasi 5253 kali, ensalivasi 13550 kali, bolus 155 dan
remastikasi 8297 kali. Praktikum kecernaan bertujuan untuk mengetahui
makanan yang bisa di cerna oleh ternak.
Nilai kecernaan suatu bahan pakan menunjukkan bagian dari zat-zat
makanan yang dicerna dan diserap, sehingga siap untuk mengalami
metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan
pakan adalah penyiapan makanan, jumlah makanan, komposisi ransum,
jenis hewan, komposisi zat makanan, bentuk fisik bahan pakan, lemak,
defisiensi zat makanan dan antinutrisi. Pengujian kecernaan dilakukan
untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan pakan, karena salah satu faktor
penting yang harus dipenuhi oleh suatu bahan pakan adalah tinggi
rendahnya daya cerna bahan tersebut (Zain, 2009).
Praktikum kecernaan dan pustaka Zain (2009) menunjukan adanya
hubungan dalam proses pencernaan hewan ternak. Factor yang
mempengaruhi kecernaan adalah penyiapan makanan. Bahan pakan ang
baik akan menunjukan hasil yang positif dalampengujian kecernaan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Praktikum kecernaan bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan
pakan. Bahan pakan yang baik akan menunjukan hasil yang positif dalam
pengujian kecernaan yang bisa dilihat dalam berapa banyak makanan tercerna
oleh hewan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah minum 16,7 liter,
fasess 13,36 kg, prehensi 446 kali, mastikaasi 5253 kali, ensalivasi 13550
kali, bolus 155 dan remastikasi 8297 kali.
2. Saran
Praktikan dan asisten harus berhati-hati ketika akan melaksanakan
praktikum karena praktikum dilakukan di tempat yang jauh dan pada malam
hari. Proses penimbangan, perhitungan dan pengukuran harus dilakukan
dengan baik dan benar supaya hasil uji bisa maksimal.
BAB X SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA
A. Pendahuluan
Sistem pencernaan berperan vital dalam ekstraksi nutrien dari pakan
dan penyerapannya untuk dapat digunakan oleh sel tubuh. Kunci utama
yang terjadi dalam sistem pencernaan adalah kemampuannya untuk
mencerna pakan yang memungkinkan nutrien tercerna oleh tubuh.
Pencernaan merupakan proses kimiawi dan fermentasi oleh mikrobia yang
ada di dalam usus. Interaksi antara mikrobia dan nutrisi sangat kompleks.
Mikrobia dapat mempengaruhi pencernaan dan penyerapan nutrien. Produk
hasil metabolisme mikroba juga merupakan nutrien atau mempengaruhi
kesehatan inangnya. Keseimbangan mikroba dalam sistem pencernaan
berperan penting bagi kesehatan, kecernaan pakan, dan efisiensi produksi.
Hewan ruminansia adalah kelompok hewan yang unik. Mereka
dapat mengunyah atau memamah makanannya yang berupa rerumputan
melalui 2 fase. Fase pertama terjadi saat awal kali mereka makan,
makanannya itu hanya dikunyah sebentar dan masih kasar. Pakan tersebut
kemudian disimpan dalam rumen lambung . Selang beberapa waktu saat
lambung sudah penuh, kemudian makanan dikeluarkan untuk dikunyah
kembali hingga teksturnya lebih halus. Makanan yang telah halus tersebut
kemudian masuk ke dalam rumen lambung lagi (Suwandyastuti, 2013).
Manfaat praktikum acara sistem pencernaan ruminansia adalah
untuk mengetahui sistem pencernaan ruminansia. Proses praktikum harus
benar-benar diperhatikan supaya materi bisa diserap dengan maksimal.
B. Tinjauan Pustaka
Hewan ruminansia adalah kelompok hewan yang unik. Mereka
dapat mengunyah atau memamah makanannya yang berupa rerumputan
melalui 2 fase. Fase pertama terjadi saat awal kali mereka makan,
makanannya itu hanya dikunyah sebentar dan masih kasar. Pakan tersebut
kemudian disimpan dalam rumen lambung . Selang beberapa waktu saat
lambung sudah penuh, kemudian makanan dikeluarkan untuk dikunyah
kembali hingga teksturnya lebih halus. Makanan yang telah halus tersebut
kemudian masuk ke dalam rumen lambung lagi (Suwandyastuti, 2013).
Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam
makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan
digunakan sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain untuk
kepentingan metabolisme. Pencernaan merupakan rangkaian proses yang
terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya
penyerapan. Perut sejati pada sistem pencernaan ruminansia diawali oleh
tiga bagian perut. Rumen, retikulum, dan omasum pada ruminansiaBagian-
bagian sistem pencernaan adalah mulut, oesophagus, lambung (rumen,
retikulum, omasum, abomasum), usus halus, usus besar, anus, serta
glandula aksesori, yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pancreas
(Kompiang, 2009).
Sistem pencernaan hewan ruminansia terdiri atas mulut, esofagus
(kerongkongan), lambung tipe poligastrik (rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum), usus halus, usus besar (kolon), rektum dan anus. Mulut
didalamnya terdapat gigi seri yang berfungsi untuk menjepit rumput dan
gigi geraham untuk memotong / memecah rumput. Ruminansia tidak
memiliki gigi taring. Diantara gigi seri dan gigi geraham terdapat celah
yang disebut diastema. Gerakan rahang menyamping untuk menggiling
makanan (Thalib, 2010).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja Pemberian Identitas Ternak
dilaksanakan pada hari Minggu, 10 Desember pukul 08.00 – 12.00 WIB
di Jatikuwung Experimental Farm, Program Studi Peternakan, Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Alat tulis
2) kacamata
b. Bahan
1) Masker
2) Lateks
3) Awetan organ pencernaan sapi.
2. Metode
Mengamati bagian-bagian organ pencernaan ruminansia (sapi)
yang meliputi rumen, reticulum, omasum, abomasum, usus halus, usus
besar dan rektum. Praktikan mengambil gambar organ pencernaan
ruminansia. Mencatat hasil identifikasi pada kertas laporan
D. Hasil dan Pembahasan
2. Pembahasan

Gambar 4x6 Gambar 4x6

Keteranga gambar Keteranga gambar

Sistem pencernaan hewan ruminansia terdapat oragan-organ


diantaranya adalah Rongga mulut, esophagus, rumen, reticulum, omasum,
abomasum, usus halus dan anus. Organ-organ tersebut mempunyai bentuk
dan fungsi yang berbeda-beda. Mulut merupakan organ yang pertama kali
dilewati oleh makanan. Makanan yang telah berada di rumen akan
dikembalikan ke mulut dan terjadi proses remastikasi. Proses remastikasi
yang membedakakan antara hewan ruminansia dengan hewan lainya.
Makanan yang telah melalui proses remastikasi akan masuk ke omasum
lalu abomasum yang merupakan perut sejati hewan ruminansia. Makanan
akan diserap lalu di edarkan melalui darah ketika berada di usus halus.
Ampas atau sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus.
Sistem pencernaan hewan ruminansia terdiri atas mulut, esofagus
(kerongkongan), lambung tipe poligastrik (rumen, retikulum, omasum,
dan abomasum), usus halus, usus besar (kolon), rektum dan anus. Mulut
didalamnya terdapat gigi seri yang berfungsi untuk menjepit rumput dan
gigi geraham untuk memotong / memecah rumput. Ruminansia tidak
memiliki gigi taring. Diantara gigi seri dan gigi geraham terdapat celah
yang disebut diastema. Gerakan rahang menyamping untuk menggiling
makanan (Thalib, 2010).
Hasil praktkum dan pustaka Thalib (2010) menunjukkan adanya
kesesuaian. Hewan ruminansia berbeda dengan hewan lainya karena
terdapat rumen yang berfungsi untuk menampung makanan yang akan
melalui proses remastikasi. Bakteri pada makanan hewan ruminansia akan
mati didalam abomasum.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Organ-organ pencernaan hewan ruminansia diantaranya adalah
Rongga mulut, esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasum, usus
halus dan anus. Perbedaan system pencernaan hewan ruminansia dengan
hewan lainya terletak pada organ rumen. Hewan ruminansia melakukan
proses remastikasi atau mengunyah bolus yang sudah ditelan atau sampai
rumen.
2. Saran
Praktikan dan asisten harus menggunakan masker dan kacamata
ketika melakukan praktikum pengamatan system pencernaan hewan karena
bau formalin sangat menyengat. Pengamatan harus dilakukan teliti supaya
praktikan benar-benar paham. Organ pencernaan harus dirawat dengan baik
karena sudah di awetkan dengan formalin.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat,. Harianto, Bagus,. 2012. Jurus Sukses Menggemukan Sapi Potong.
Agromedia Pustaka: Jakarta Selatan.
Putri, A, G, M,. Purnomoadi, A,. Purbowati, E,. 2014. Bobot Badan, Tinggi
Pinggul, Lebar Pinggul Dan Panjang Pinggul Kambing Kacang Betina Di
Kabupaten Karanganyar. Animal Agriculture Journal 3(2): 221-229, Juli
2014.
Abidin, Z,. Ondho, Y, S,. Sutiyono, B,. 2012. Penampilan Berahi Sapi Jawa
Berdasarkan Poel 1, Poel 2, Dan Poel 3. Animal Agriculture Journal, Vol. 1.
No. 2, 2012, p 86 – 92.
Kutsiyah, Farahdilla,. 2012. Analisis Pembibitan Sapi Potong Di Pulau Madura.
WARTAZOA Vol. 22 No. 3 Th. 2012.
Ihsan, N, M,. Wahjuningsih, Sri,. 2011. Penampilan Reproduksi Sapi Potong Di
Kabupaten Bojonegoro. J. Ternak Tropika Vol. 12, No.2: 76-80, 2011.
Aqsha, E,. Purbowati,. Al-Baari,. 2011. Komposisi Kimia Daging Kambing
Kacang, Peranakan Etawahdan Kejobong Jantan Pada Umur Satu Tahun.
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011.
Tolistiawaty, Intan,. Widjaja, Junus,. Isnawati, Rina,. Lobo, T, Leonardo,. 2015.
Gambaran Rumah Potong Hewan/T empat Pemotongan Hewan di Kabupaten
Sigi, Sulawesi Tengah. Jurnal V ektor Penyakit, V ol. 9 No. 2, 2015 : 45–52.
Zurahmah, Nani,. The, Etos,. 2011. Pendugaan Bobot Badan Calon Pejantan Sapi
Bali Menggunakan Dimensi Ukuran Tubuh. Buletin Peternakan Vol.
35(3):160-164, Oktober 2011 ISSN 0126-4400.
Dartosukarno, S,. Ni’am, H. U. M. Purnomoadi, A,. 2012. Hubungan Antara
Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina Pada
Berbagai Kelompok Umur. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012,
p 541 – 556.
Malewa, Amirudin,. 2009. Penaksiran Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada
Dan Panjang Badan Domba Donggala. J. Agroland 16 (1) : 91 – 97, Maret
2009. ISSN : 0854 – 641X.
Hakim, L,. Ciptadi, G,. Nurgiartiningsih, V, M, A,. 2010. Model Rekording Data
Performans Sapi Potong Lokal Di Indonesia. J. Ternak Tropika Vol. 11, No.2:-
61-73, 2010.

Aprily, N, U,. Sambodho, P,. Harjanti, W, D,. 2016. Evaluasi Kelahiran Pedet Sapi
Perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
Baturraden. Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2016 Vol. 18 (1): 36-43
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-3716.

Anda mungkin juga menyukai