Penurunan Mutu Genetik Ternak Sapi Peranakan Ongole (PO)
Penurunan Mutu Genetik Ternak Sapi Peranakan Ongole (PO)
SPT3014
KELAS DURIAN
Ditulis oleh :
DOSEN PEMBIMBING:
Dr Ir. DEWI AYU WARMADEWI, S.Pt., M.Si., IPM., ASEAN
Eng.
PROGRAM STUDI SARJANA PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah case method ini,
sehingga tersusunnya Makalah Penurunan Mutu Genetik Ternak Sapi Peranakan
Ongole (PO) di Peternakan Rakyat. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menjelaskan contoh kasus penurunan mutu genetik ternak sapi peranakan
ongole (PO) di peternakan rakyat yang terdapat di Indonesia.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan tulisan ini, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah case method ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik
lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat menyampaikan contoh kasus
penurunan mutu genetik ternak sapi peranakan ongole (PO) yang terdapat di
peternakan rakyat di Indonesia. Sekian dan Terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2 TUJUAN .................................................................................................... 1
1.3 MANFAAT ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
2.1 SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) ....................................................... 2
2.2 PENURUNAN MUTU GENETIK ............................................................ 3
2.3 STUDI KASUS .......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 6
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 6
3.2 SARAN ...................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 7
2
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu sapi lokal yang mempunyai potensi dan juga terancam sebagai
sapi potong unggul adalah sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi PO merupakan sapi
lokal meskipun bukan galur murni, telah menjadi idola petani-peternak Indonesia.
Hal ini mengingat rekam jejak sejarah sapi PO yang menggeser sapi lokal galur
murni menjadi idola petani-peternak semenjak adanya kebijakan Ongolisasi dari
pemerintah kolonial Hindia Belanda pada masa kebijakan politik balas budi.
Citra sebagai idola tersebut menjadi salah satu ancaman adanya
“pengurasan stok” sapi PO. Kondisi tersebut perlu diatasi dengan peningkatan
ketersediaan stok sapi PO melalui program pembibitan sapi PO yang terarah dan
terencana. Program pembibitan ternak tersebut merupakan salah satu upaya
perbaikan mutu genetik ternak dengan pendekatan pembinaan wilayah.
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi potong lokal yang
diisukan mengalami penurunan populasi dan mutu genetik. Studi kasus yang
dilakukan oleh Widianingtyas (2007) menemukan bahwa, populasi sapi PO yang
ada di Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta memiliki persentase
terendah dari total sapi potong yang ada yaitu sebesar 31,74%, sedangkan 68,26%
lainnya merupakan sapi hasil silangan. Kenyataan ini menjadi isu yang sangat
mencemaskan mengingat sapi PO merupakan salah satu sumber daya genetik yang
harus dipertahankan. Bila hal ini dibiarkan begitu saja maka tidak tertutup
kemungkinan sapi PO akan mengalami kepunahan.
1.2 TUJUAN
- Mengetahui mutu genetik Ternak Sapi Peranakan Ongole (PO).
- Mengidentifikasi masalah penurunan mutu genetik Ternak Sapi Peranakan
Ongole (PO) yang terdapat di peternakan rakyat.
- Mencari solusi atas masalah penurunan mutu genetik Ternak Sapi Peranakan
Ongole (PO).
1.3 MANFAAT
- Mengidentifikasi penyebab penurunan mutu genetik pada Ternak Sapi
Peranakan Ongole (PO) di peternakan rakyat.
- Mencegah penurunan mutu genetik Ternak Sapi Peranakan Ongole (PO).
1
BAB II PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)
Sapi Peranakan Ongole (sapi PO) sering disebut sebagai Sapi Lokal atau
Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini merupakan hasil persilangan antara pejantan
sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi
Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan
pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO). Sapi PO
memiliki ciri-ciri antara lain: tubuh besar, kaki panjang dan kuat, tanduk pendek
tumpul, telinga panjang menggantung, gelambir lebar bergantung dan warna kulit
kelabu hingga putih.
Lingkar Skrotum 26
cm
Tinggi Pundak 133 130 127
Lingkar Skrotum 26
Tabel 1. SNI Kuantitatif Bibit Sapi PO Jantan
Sumber (Badan Standarisasi Nasional, 2015)
2
BAB II PEMBAHASAN
Kelas
Umur
Parameter Satuan
(Bulan)
I II III
Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak
disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai
sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. Sesuai dengan
induk persilangannya, Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja.
Mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi
lingkungan, sapi ini juga memiliki tenaga yang kuat.
Aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak,
sedangkan jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Keunggulan sapi PO ini
antara lain tahan terhadap panas, terhadap ekto dan endoparasit, pertumbuhan
relatif cepat walaupun adaptasi terhadap pakan kurang, serta persentase karkas dan
kualitas daging baik.
3
BAB II PEMBAHASAN
genetik Program pembibitan ternak tersebut merupakan salah satu upaya perbaikan
mutu genetik ternak dengan pendekatan pembinaan wilayah.
Mutu genetik ternak, pada sapi PO, dapat diketahui dengan analisis terhadap
potensi genetiknya yang tercermin dari fenotipe melalui performan produksi.
Kombinasi bobot badan induk dan pejantan tinggi merupakan mutu genetik ternak
yang diharapkan mampu menurunkan sifat bobot badan yang tinggi dengan
parameter awalnya adalah pada bobot lahir dan bobot sapih. Penurunan mutu
genetik dapat diketahui dengan analisa tingkat keturunan dari tetua ke anaknya.
4
BAB II PEMBAHASAN
tanah mendominasi menu pakan harian, meskipun bahan pakan ini sangat
bergantung pada musim panen namun peternak sudah terbiasa melakukan
pengawetan dalam bentuk kering, sehingga disaat musim kemarau tidak kesulitan
pakan, kemudian disusul oleh jerami padi dan rumput lapangan dan sisanya
meliputi klobot dan rumput gajah. pada subpopulasi Lamongan sebagian besar
peternak responden sudah terbiasa memberikan dedak sebagai pakan tambahan,
kondisi inilah yang mendukung performan sapi PO jantan di subpopulasi
Lamongan lebih tinggi dibandingkan subpopulasi Tuban dan Blora.
Kesamaan rataan ukuran tubuh antara subpopulasi Tuban dan Blora atau
perbedaan rataan antara ukuran-ukuran tubuh antara subpopulasi Lamongan dengan
Tuban dan Blora diduga disebabkan oleh kesamaan atau perbedaan genotipenya.
Hal ini didasarkan pada teori umum yang menyatakan bahwa tampilan fenotipe (P)
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (L), genotpie (G) serta interaksi lingkungan dan
genotipe (GEI) (Warwick et al., 2983). Oleh karena itu kondisi lingkungan ketiga
daerah asal ternak ini memiliki lingkungan makro yang relatif beragam, maka
kesamaan atau perbedaan fenotipik antar subpopulasi sapi PO ini diduga
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Hardjosubroto (1994) mengatakan
bahwa, penampilan sifat kuantitatif dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan,
serta kadang-kadang ditemukan pengaruh interaksi keduanya (genetik dan
lingkungan).
5
BAB III PENUTUP
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penurunan mutu genetik dapat diidentifikasi dari penurunan performan
produksinya yang terekspresikan pada performan anaknya. Penurunan performan
produksi tersebut merupakan salah satu bentuk ancaman terhadap keunggulan
potensi genetik sapi. Ketiadaan manajemen dan kontrol yang baik terhadap mutu
genetik ternak, khususnya pada tatalaksana reproduksinya yaitu kawin alami
berdampak pada penurunan mutu genetik program pembibitan ternak tersebut
merupakan salah satu upaya perbaikan mutu genetik ternak dengan pendekatan
pembinaan wilayah.
Mutu genetik ternak, pada sapi PO, dapat diketahui dengan analisis terhadap
potensi genetiknya yang tercermin dari fenotipe melalui performan produksi.
Kombinasi bobot badan induk dan pejantan tinggi merupakan mutu genetik ternak
yang diharapkan mampu menurunkan sifat bobot badan yang tinggi dengan
parameter awalnya adalah pada bobot lahir dan bobot sapih. Penurunan mutu
genetik dapat diketahui dengan analisa tingkat keturunan dari tetua ke anaknya.
Berdasarkan hasil survei, subpopulasi Lamongan memiliki performan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan subpopulasi Tuban dan Blora, hal ini disebabkan
karena faktor-faktor pendukung yang berada di Kabupaten Lamongan lebih
memadai dibandingkan dengan Kabupaten Tuban dan Blora, serta cara memelihara
ternak di Kabupaten Lamongan lebih bagus dibandingkan di Kabupaten Tuban dan
Blora. Penggunaan pakan tambahan juga hanya dilakukan di Kabupaten Lamongan,
di Kabupaten Tuban dan Blora tidak memakai pakan tambahan.
3.2 SARAN
Megetahui penurunan genetika sapi po dengan cara, mengetahui mutu
genetika yang berasal dari tertua moyang individu dan meningkatkan performa
genetika pada sapi po. Itulah yang dapat kami paparkan dari materi kami mohon
maaf apabila ada ada kesalahan dalam penulisan dan lainnya. Sekian dan terima
kasih.
6
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, P. 2002. “Dasar Ilmu Ternak Potong dan Kerja”. Laboratorium Ternak
Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Supartini, N., & Darmawan, H. 2014. “Profil Genetik Dan Peternakan Sapi
Peranakan Ongole Sebagai Strategi Dasar Pengembangan Desa Pusat Bibit
Ternak”. Buana Sains. Vol. 14. Web:
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/view/83/82.