Anda di halaman 1dari 14

Obat Anti Diare

1. Bulk Forming
A. Attapulgit
Attapulgite koloid aktif adalah magnesium alumunium silikat alamiah yang
telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan
kemampuan adsorpsinya. Mempunyai pH antara 7,0-9,5. Tablet attapulgit
digunakan sebagai adsorben kuman dan toksin yang menyebabkan diare,

disamping mengurangi kehilangan cairan tubuh dan frekuensi diare, attapulgit


juga memperbaiki konsistensi feses (Tjay, 2008).
Struktur Attapulgit
- Farmakokinetik
Absorbsi : Bekerja secara lokal, attapulgit tidak diabsorbsi.
- Farmakodinamik
Attapulgite menyerap gas-gas beracun, zat yang merangsang,
endotoxin, bakteri dan virus yang menyebabkan diare. Attapulgite melapisi
selaput lender pada usus yang meradang dan menyerap bagian-bagian
berair sehingga menormalkan pembentukan tinja (Siregar, 2008).
- Sediaan dan Dosis
Dewasa : 2 tablet setelah buang air besar pertama kali, 2 tablet
tiap kali setelah buang air besar berikutnya. Maksimal 12
tablet/hari. Anak 6 – 12 tahun : ½ dosis dewasa. Maksimal 6 tablet/hari
(MIMS, 2018).
- Indikasi dan Kontraindikasi
Digunakan untuk diare karena keracunan makanan dan racun dari bakteri
serta virus. Kontraindikasi untuk penderita gangguanginjal parah dan
kerusakan hati.
- Interaksi Obat
Mengurangi kerja dari ipencacuanha danobat emetic lainnya.
Mempengaruhi kerja dari hipoglikemik oral, antikoagulan, antagonis
vitamin K, PABA, Prokain. Meningkatkan potensi efek antikolinergik dari
obat antihistamin, antidepresan, antipsikotik, dan antiparkinson (MIMS,
2018).
2. Pengikat Asaam Empedu
Derivat resin barangkali merupakan hipolipidemik yang paling aman karena
tidak diabsorpsi saluran cerna. Obat-obat ini juga relatif aman digunakan pada anak.
Kolestiramin adalah garam klorida dari basic anion exchange resin yang berbau dan
berasa tidak enak. Kolestiramin dan kolestipol bersifat hidrofilik, tetapi tidak larut
dalam air, tidak dicerna dan tidak diabsorpsi.

Struktur Obat Pengikat Asam Empedu


- Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam
empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik
sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja mengikat.
Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan
menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari
kolesterol. Karena sirkulasi anterohepatik dihambat oleh resin maka
kolesterol yang diabsorpsi lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar
bersama tinja. Kedua hal ini akan menyebabkan penurunan kolesterol
dalam hati. Selanjutnya penurunan kadar kolesterol dalam hati akan
menyebabkan terjadinya 2 hal : pertama, meningkatnya jumlah reseptor
LDL sehingga katabolisme LDL meningkat dan meningkatnya aktivitas
HMG CoA reduktase. Peningkatan aktivitas HMG CoA akan mengurangi
efek penurunan kolesterol oleh resin. Dari sini tampak pula bahwa efek
resin tergantung dari kemampuan sel hati dalam meningkatkan jumlah
reseptor LDL fungsional sehingga tidak efektif untuk pasien dengan
hiperkolesterolemia familial homozigot dimana reseptor LDL fungsional
tidak ada. Efek resin akan meningkat bila diberikan bersama penghambat
HMG CoA reduktase. Peningkatan produksi asam empedu akan diikuti
oleh meningkatnya sintesis trigliserida dalam hati (Gunawan, 2016).
Penurunan kolesterol LDL oleh resin bersifat dose-
dependent. Pemberian kolestiramin pada dosis 8-12 gram atau kolestipol
pada dosis 10-15 gram dapat menurunkan LDL sebesar 12-18%. Dosis
maksimal (kolestiramin 24 gram atau kolestipol 30 gram) menurunkan
LDL hingga 25%, tetapi efek samping saluran cerna menjadi lebih nyata
dan umumnya tidak dapat ditoleransi pasien. Diperlukan waktu 1-2
minggu untuk mencapai efek penurunan LDL maksimal. Pada pasien
dengan kadar trigliserida normal, dapat terjadi peninggian sementara
trigliserida, lalu kembali ke kadar sebelumnya. Kadar HDL meningkatkan
4-5%. Pemberian statin atau niasin bersama resin akan menurunkan LDL
hingga 40-60% (Gunawan, 2016).
- Sediaan dan Dosis
Dosis kolestiramin dan kolestipol yang dianjurkan adalah 12-16 gram
sehari dibagi 2-4 bagian dan dapat ditingkatkan sampai maksimum 3 kali 8
gram. Dosis pada anak adalah 10-20 gram/ hari. ditelan sebagai larutan
atau dalam sari buah untuk mengurangi iritasi, bau dan rasa yang
mengganggu. Colesevelam diberikan 2 x 3 tablet @ 625 mg atau sekaligus
6 tablet. Resin tidak bermanfaat dalam keadaan hiperkilomikronemia,
peninggian VLDL atau IDL, dan bahkan dapat meningkatkan kadar
trigliserida. Untuk pasien hiperlipoproteinemia dengan peningkatan VLDL
(tipe Iib atau IV), perlu tambahan obat lain (mis. Asam nikotinat dan asam
fibrat) (Gunawan, 2016).
- Indikasi dan Kontraindikasi
Kolestiramin efektif mengontrol diare yang berhubungan dengan diare
yang diakibatkan radiasi. Penggunaan kolestiramin juga bermanfaat pada
diare kronik karena infeksi usus karena bakteri karena kemampuannya
dalam mengikat endotoksin. Dari sebuah laporan kasus, didapatkan respon
yang baik pada kasus diare intractable pada 7 anak usia 4 sampai 24
minggu disertai pemberian antibiotik ampisilin dan kanamisin dengan
dosis kolestiramin 4 sampai 8 gram per hari. Studi lain juga memberikan
respons yang baik kasus diare persisten pada anak dengan kombinasi
kolestiramin dengan gentamisin dan metronidazole (Scaldaferi, 2013).
- Interaksi Obat
Mengurangi absorpsi dari phenilbutazone, warfarin, chlorothiazide,
tetrasiklin, penisilin G, fenobarbital, digoksin, dan obat tiroid (MIMS,
2018).
3. Bismuth
Bismuth dapat digunakan untuk mengobati ulkus dan erosi dengan
menciptakan lapisan pelindung terhadap asam dan pepsin. Hal ini juga dapat
merangsang prostaglandin, lendir, dan sekresi bikarbonat. Sedangkan pada subsalisilat
dapat digunakan untuk mengurangi frekuensi buang air dan likuiditas pada diare
infeksi akut, karena salisilat penghambatan prostaglandin usus dan sekresi klorida.
Selain itu, bismuth memiliki efek antimikroba langsung dan mengikat ins
enterotoksin. Sehingga Bismuth subsalicylate dapat dipilih manfaatnya dalam
mencegah dan mengobati diare pelancong. Senyawa bismuth juga memiliki aktivitas
antimikroba langsung terhadap H. pylori (Katzung, 2012).

Struktur Bismuth Subsalisilat


- Farmakokinetik
Absorbsi : Bismuth subsalicylate mengalami disosiasi cepat dalam GIT
sehingga memudahkan penyerapan salisilat. Lebih dari 99% bismuth
berada dalam tinja. Meskipun minimal (<1%) bismut diserap. Bismuth
tetap disimpan di dalam banyak jaringan dan memiliki sekresi yang lambat
dalam ginjal (Katzung, 2012).
Distribusi : Bismuth yang terserap dan berikatan dengan plasma
protein di distribusikan ke seluruh jaringan terutama pada ginjal dan hepar.
Faktor yang berefek pada farmakokinetik dari bismuth adalah penyakit
ginjal sehingga orang yang memiliki penyakit ginjal tak boleh
menggunakan obat ini (Katzung, 2012).
Sekresi : Bismuth Subsalisilat sebagian besar di sekresi melalui feces
(Katzung, 2012).
- Farmakodinamik
Mekanisme sebagai anti diare belum jelas, diduga melalui peningkatan
absorpsi air dan elektrolit (antisekretori) dan juga sebagai penghambat
sintesis prostaglandin sehingga terjadi efek antiinflamasi dan penurunan
motilitas usus(Goldman,2013). Sebagai mekanisme tambahan, bismuth
subsalicylate dapat mengikat toksin yang diproduksi oleh bakteri misalnya
oleh Escherichia coli. Obat ini juga sebagai antimikroba (Alharbi et
al.,2012).
- Sediaan dan Dosis
Dewasa :
2 tablet ( 262 mg/ tablet)/ 30 ml per oral setiap 30 menit atau 1 jam jika
diperlukan
Anak – anak :
3-6 tahun : 1/3 tablet atau 5 mL Per Oral setiap 30 menit atau 1 jam jika
diperlukan
6-9 tahun : 2/3 tablet atau 10 mL Per Oral setiap 30 menit atau 1
jam jika diperlukan
9 – 12 tahun : 1 tablet atau 15 mL Per Oral setiap 30 menit atau 1
jam jika diperlukan
>12 tahun : 2 tablets atau 30 mL Per Oral setiap 30 menit atau 1
jam jika diperlukan
Traveler diare : 2 tablet ( 262 mg/ tablet) setiap 6 jam sekali selama 3
minggu
- Indikasi dan Kontraindikasi
Digunakan sebagai obat antidiare dan melindungi dinding lambung
dari asam lambung. Selain untuk diare, obat ini juga dapat dipakai untuk
mengatasi mual, Farmakodinamik, Bismuth subsalicylate menunjukkan
efek terapi melalui efek anti-inflammasi oleh salicylic acid, juga antibiotik
ringan. (Goldman,2013)
- Interaksi Obat
 Bismuth subsalisilat dengan tetrasiklin dapat mengurangi absorbsi
tetrasiklin.
 Bismuth subsalisilat dengan aspirin dapat meningkatkan toksisitas
aspirin.
 Bismuth subsalisilat dengan kostikosteroid dapat menurunkan
efektivitas kostikosteroid
 Bismuth subsalisilat dengan spironolakton menurunkan efek diuretic
 Bismuth subsalisilat dengan metotrexat dapat meningkatkan toksisitas
metotreksat.
 Bismuth subsalisilat dengan insulin dapat meningkatkan efek
penurunan gula darah (DiPiro, 2016).
4. Opioid
A. Loperamide
Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus karena
tidak mudah menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, Loperamid hanya
mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan
ketergantungan. Jika dikombinasi dengan antibiotik, loperamide akan
mengurangi frekuensi diare dan memperpendek durasi diare (Katzung, 2012).

Struktur Loperamide
- Farmakokinetik
Sekitar 40% dosis Loperamide diabsorpsi dari saluran cerna.
Konsentrasi plasma puncak dicapai sekitar 2,5atau 4-5 jam setelah
pemberian per oral. Mengalami metabolism lintas pertama di hati.
Diekskresi melalui feses lewat empedu sebagai konjugat inaktif.
Loperamid sedikit diekskresikan melalui urine (Katzung, 2012).
Waktu paruh eliminasi 10 jam dengan rentang antara 9,1-14,4 jam.
Waktu puncak tercapai sekitar 5 jam setelah pemberian dalam bentuk
tablet dan 2,5 jam untuk cairan dengan kadar puncak yang serupa. 25%
obat diekskresikan dalam bentuk senyawa induknya dalam feses, 1,3%
diekskresikan melalui urin dalam bentuk utuh dan terkonjugasi (Tjay dan
Raharja, 2015).
Kadar plasma obat tidak berubah tetap di bawah 2 nanogram per mL
setelah asupan dari 2mg Loperamide kapsul hidroklorida. Masa laten yang
lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena
obat mengalami sirkulasi enterohepatik (Tjay dan Raharja, 2015).
- Farmakodinamik
Loperamide merupakan antispasmodik, dimana mekanisme kerjanya
yang pasti belum dapat di jelaskan.Secara in vitro dan pada
binatang,loperamide menghambat motilitas/peristaltik usus dengan
mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding
usus.Secara invitro dan pada hewan coba,loperamide memperlambat
motilitas saluran cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di
usus besar. Pada manusia,loperamide memperpanjang waktu transit isi
saluran cerna.Loperamide menurunkan volume feses, meningkatkan
viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan
elektrolit.
- Sediaan dan Dosis
Dosis lazim untuk semua diare adalah 2 tablet pada permulaan dan
1 tablet setelah diare setiap 2 jam sampai diare berhenti. Dosis maksimal 8
tablet per 24 jam. anak usia 8 tahun diberikan 5x sehari 1 tablet, sedang
anak-anak < 8 tahun diberikan sirop (Loremid®, Mecordirk®) takaran
berdasarkan berat badan 3kg : 4x sehari ¼takaran, 5kg : 4x sehari ¼ - 0.5
takaran, 10kg : 4x sehari 0,5 – 1 takaran, 6x sehari 1 takaran, 15kg : 5x
sehari 1,5 takaran (1 takaran = 5 ml) (MIMS, 2018).
- Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi untuk tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa
dan anak- anak lebih 4 tahun, diare kronik hanya pada dewasa (Faridiatul,
2013).
Kontraindikasi untuk anak- anak dibawah usia 2 tahun, wanita hamil
dan menyusui, colitis akut dapat menyebabkan megacolon toksik, pada
keadaan konstipasi, jangan diberikan pada awal- awal diare (karena
kotoran dan racun harus dikeluarkan), jangan melebihi dosis yang
ditetapkan, penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, pada penderita
hati dan ginjal, diare berdarah (disentri), diare dengan suhu tubuh diatas
38c , kram abdomen, reaksi kulit termasuk urtikaria, ileus paralitik dan
perut kembung (Faridiatul, 2013).
- Interaksi Obat
Loperamid meningkatkan absorpsi gastrointestinal desmopressin.
Interaksimajor :Saquinavir (probable). Interaksi moderate :Gemfibrozil
(established), Itraconazole (established) (MIMS, 2018).
B. Difenoxylate

Struktur difenoksilat
- Farmakokinetik
• Absorpsi : Per oral diabsorpsi dengan baik di saluran gastrointestinal
• Distribusi : tidak diketahui.
• Metabolisme : hati/hepar.
• Ekskresi : feses dan urin.
Waktu paruh :
• Difenoksilat : 2,5 jam
• Metabolit difenoksilat : 3-14 jam
Ikatan Protein :
Pengikatan pada protein tidak diketahui.
Bioavailabilitas :
Kurang dari 100%, antara70-60% (Gunawan,2016).
- Farmakodinamik
Difenoksilat dengan atrofin (lomotil) merupakan agonis opium dengan
khasiat antikolinergik (atropin) yang mengurangi motilitas gastrointestinal
(peristaltik). Obat ini mula kerja yang sedang yaitu 45-60 menit, masa
puncaknya 2 jam dan masa kerjanya 3-4 jam. Interaksi obat ini jika dipakai
bersama dengan alkohol, narkotik, atau hipnotik-sedatif adalah tampak
peningkatan kadar enzim hati dan amilase serum pada pemeriksaan hasil
laboratorium (Gunawan,2016).
- Sediaan dan Dosis
Difenoksilat (lomotil) merupakan obat sintetis yang secara kmiawi
berkaitan dengan narkotik meperidin (Demerol). Obat ini mengandung
kira-kira 50% atropin. Sedian dan Dosis difenoksilat-atropin adalah :
a. Tablet 2,5 mg difenoksilat/0,025 mg atropine
1) PO (dewasa): 2,5-5 mg 3-4 kali sehari di awal kemudian 2,5 mg 2-3
kali sehari (tidak lebih dari 20mg/hari).
2) PO (anak-anak 9-12 tahun): 1,75-2,5 mg 4 kali sehari.
3) PO (anak-anak 6-9 tahun): 1,25-2,5 mg 4 kali sehari.
4) PO (anak-anak 5-6 tahun): 1,25-2,25 mg 4 kali sehari.
5) PO (anak-anak 4-5 tahun): 1-2 mg 4 kali sehari.
6) PO (anak-anak 3-4 tahun): 1-1,5 mg 4 kali sehari.
7) PO (anak-anak 2-3 tahun): 0,75-1,5 mg 4 kali sehari.
b. Tablet 1 mg difenoksilat/0,025 mg atropine
PO (dewasa): 2 tablet di awal kemudian 1 tablet setiap kali diare atau tiap
3-4 jam sesuai kebutuhan (tidak lebih dari 8 tablet/hari).
c. Cairan (beberapa produk mengandung alkohol) 2,5 mg
difenoksilat/0,025 mg atropin per 5 ml.
1) PO (dewasa): 2,5-5 mg 3-4 kali sehari di awal kemudian 2,5 mg 2-3
kali sehari (tidak lebih dari 20mg/hari).
2) PO (anak-anak 9-12 tahun): 1,75-2,5 mg 4 kali sehari.
3) PO (anak-anak 6-9 tahun): 1,25-2,5 mg 4 kali sehari.
4) PO (anak-anak 5-6 tahun): 1,25-2,25 mg 4 kali sehari.
5) PO (anak-anak 4-5 tahun): 1-2 mg 4 kali sehari.
6) PO (anak-anak 3-4 tahun): 1-1,5 mg 4 kali sehari.
7) PO (anak-anak 2-3 tahun): 0,75-1,5 mg 4 kali sehari (Garber, 2008).
- Indikasi dan Kontraindikasi
Difenoksilat digunakan sebagai adjuvant dalam penatalaksanaan gejala
diare perjalanan. Difenoksilat memiliki kontraindikasi dalam beberapa hal
berikut ini: hipersensitivitas, penyakit hati yang parah, diare infeksius
(akibat E.coli, Salmonela atau Shigella), diare yang berhubungan dengan
colitis pseudomembranosa, pasien dehidrasi, glaucoma sudut sempit, dan
anak-anak < 2 tahun (Garber, 2008).
- Interaksi Obat
Meningkatkan potensi efek dari depresan SSP lain seperti alcohol,
barbiturate (MIMS, 2018).
5. Octreotide
Octreotide adalah suatu sintesis octapeptide yang merupakan long acting
analog dari somatostatin yang lebih poten. Octreotide terbagi menjadi empat asam
amino dengan somatostatin dan bagian inilah yang bertanggung jawab untuk aktivitas
farmakologiknya (Gunawan, 2016).

Struktur Octreotide
- Farmakokinetik
Injeksi subkutan, octreotide diserap dengan cepat dan sepenuhnya dari
injeksisitus Konsentrasi puncak 5,2 ng / mL (dosis 100 mcg) mencapai 0,4
jam setelah pemberian dosis. Pada relawan sehat distribusi octreotide dari
plasma cepat (tα1 / 2 = 0,2 h),volume distribusi (Vdss) diperkirakan 13,6
L, dan total jarak badan berkisardari 7 L / jam sampai 10 L / jam
(Gunawan, 2016).
Dalam darah, distribusi ke dalam eritrosit ditemukan diabaikan dan
sekitar 65% terikat dalam plasma dengan cara yang bebas konsentrasi.
Binding terutama untuk lipoprotein dan, pada tingkat yang lebih rendah,
untuk albumin. Penghapusan octreotide dari plasma memiliki waktu paruh
yang jelas yaitu 1,7 sampai 1,9 jam dibandingkan dengan 1-3 menit
dengan hormon alami (Gunawan, 2016).
Durasi tindakan Sandostatin adalah Variabel namun meluas hingga 12
jam tergantung jenis tumornya. Sekitar 32% dari dosis diekskresikan tidak
berubah ke dalam urin. Pada populasi lansia, penyesuaian dosis mungkin
terjadidiperlukan karena adanya peningkatan yang signifikan dalam masa
paruh (46%) dan penurunan yang signifikan dalam izin (26%) obat
(Gunawan, 2016).
Pada pasien dengan akromegali, farmakokinetik berbeda dari pada
yang sehat relawan. Konsentrasi puncak rata-rata 2,8 ng / mL (dosis 100
mcg) dicapai pada 0,7 jam setelah pemberian subkutan. Volume distribusi
(Vdss) diperkirakan 21,6± 8,5 L dan total body clearance ditingkatkan
menjadi 18 L / jam. Rata-rata persen obat terikat adalah 41,2%. Waktu
paruh disposisi dan eliminasi sama dengan normal (Gunawan, 2016).
Pada pasien dengan kerusakan ginjal, eliminasi octreotide dari plasma
berkepanjangan dan total body clearance berkurang. Pada gangguan ginjal
ringan (ClCR 40-60 mL / menit) octreotidet 1 / 2 adalah 2,4 jam dan total
body clearance adalah 8,8 L / jam, dengan gangguan sedang (ClCR 10-
39mL / menit) t1 / 2 adalah 3,0 jam dan total body clearance 7,3 L / jam,
dan pada gangguan yang sangat rendah. pasien yang tidak memerlukan
dialisis (ClCR <10 mL / menit) t1 / 2 adalah 3,1 jam dan pembersihan
badan total adalah 7,6 L / jam Pada pasien dengan gagal ginjal berat yang
memerlukan dialisis, total body clearance adalah dikurangi menjadi sekitar
setengah yang ditemukan pada subyek sehat (dari sekitar 10 L / jam
sampai 4,5 L / jam) (Gunawan, 2016).
Pasien dengan sirosis hati menunjukkan eliminasi obat yang
berkepanjangan, dengan oktreotida t1 / 2 meningkat menjadi 3,7 jam dan
total pembersihan badan menurun menjadi 5,9 L / jam, sedangkan pasien
dengan penyakit hati berlemak menunjukkan t1 / 2 meningkat menjadi 3,4
jam dan total pembersihan badan 8,2 L / jam (Gunawan, 2016).
- Farmakodinamik
Octreotide adalah analog sintetis somatostatin yang bertindak dengan
menekan sekresi hormon pertumbuhan (GH) basal dan distimulasi. Ini juga
menekan respon LH terhadap hormon yang melepaskan gonadotropin dan
mengurangi sekresi gastrin, peptida intestinal vasoaktif (VIP), insulin,
glukagon, sekretin, motilin dan polipeptida pankreas (MIMS, 2018).
- Sediaan dan Dosis
Dewasa: IV Perdarahan varises pada pasien dengan sirosis 25 mcg / jam
selama 48 jam (hingga 5 hari pada pasien yang berisiko tinggi mengalami
perdarahan ulang). IM Acromegaly Mengikuti kontrol awal dengan terapi
SC: Depot Awal: 20 mg 4 minggu. Sesuaikan jika diperlukan setelah 3 bln
hingga 10-30 mg 4 minggu. Max: 40 mg 4 minggu. IM / SC Neoplasma
sekretor Sebagai SC: Awal: 50 mcg 1-2 kali / hari, hingga 600 mcg / hari
dalam 2-4 dosis terbagi berdasarkan respons. Perawatan: Depot 10-30 mg
4 minggu melalui inj IM. SC Acromegaly Initial: 50 mcg 3 kali / hari,
meningkat jika diperlukan. Dosis biasa: 100-200 mcg 3 kali / hari. Maks:
500 mcg 3 kali / hari. Pencegahan komplikasi setelah operasi pankreas 100
mcg 3 kali / hari dari persiapan akting cepat selama 7 hari, mulai
setidaknya 1 jam pra-operasi. Diare terkait HIV Awal: 100 mcg 3 kali /
hari. Jika gejala tidak terkontrol setelah 1 minggu, naikkan menjadi 250
mcg 3 kali / hari. Neoplasma sekretorik Awal: 50 mcg 1-2 kali / hari,
hingga 600 mcg / hari dalam 2-4 dosis terbagi berdasarkan respons
(MIMS, 2018).
- Indikasi dan Kontraindikasi
Digunakan untuk diare sekretorik seperti diare ynag diinduksi kemoterapi,
diare yang disebabkan HIV, dan diare yang berhubungan dengan diabetes.
Kontraindikasi unruk ibu hamil dan menyusui karena menghambat sekre
hormone (Katzung, 2012).
- Interaksi Obat
Penyesuaian dosis terapi konkuren mungkin diperlukan dengan blocker
saluran kalsium, hipoglikemik oral, β-bloker, diuretik. Dapat
meningkatkan konsentrasi bromocriptine. Berpotensi fatal: Persyaratan
insulin dapat dikurangi yang membutuhkan pemantauan glukosa darah
secara hati-hati. Pengurangan bioavailabilitas dan efektivitas ciclosporin
(MIMS, 2018).

MIMS. 2014. MIMS Edisi Bahasa Indonesia, Edisi 15. Jakarta : BIP Jakarta. Indonesia.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal
297.
Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar - Dasar
Praktis. Penerbit Buku EGC. Jakarta. Hal. 196; 203; 377-379; 417-418.
Scaldaferri F, Pizzferrato M, Ponziani FR, Gasbarrani G, Gasbarrani A. 2013. Use and
indication of cholestyramine and bile acid sequestrants. Intern Emerg Med;8:205-10
Gunawan S. 2016. Farmakologi dan Terapi. Ed 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. h:382-383
Alharbi S A, Bassam H. Mashat B H, Al-Harbi N A, Wainwright M, Aloufi A S,
and Alnaimatd S. 2012. Bismuth-inhibitory effects on bacteria and stimulation of
fungal growth in vitro. Saudi J Biol Sci. 19(2): 147–150.
DiPiro, Joseph T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee,Gary R. Matzke,Barbara G. Wells, L.
Michael Posey. 2016. Pharmacotheraphy: A Pathophysiologic Approach. 6th
Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
Goldman R D. 2013. Bismuth salicylate for diarrhea in children. Can Fam Physician, 59(8):
843-844.
Katzung, B. G. 2012. Basic and Clinical Pharmacology, 12th Edition. Mc Graw Hill. Boston.
1090-1091.
Tjay, H. T., dan Rahardja, K., 2015, Obat-obatPenting: Khasiat, PenggunaandanEfek-efek
Sampingnya, Edisi VI, Cetakanpertama, 781, Gramedia, Jakarta, 271-279.
Faridiatul, Hanni P, Puspitasari, Anila, 2013, Profil Penggalian Infornasi dan Rekomendasi
Pelayanan Swamedikasi oleh Staf Apotek Terhadap Kasus Diare Anak Di Apotek
Wilayah Surabaya, Universitas Indonesia. Jakarta
Garber, Mark A., Toth, Peter P., Herting, Robert L. 2008. Buku Saku Dokter Keluarga
University of IOWA. Ed. 3. Alih bahasa, Lydia I. Mandera; editor edisi bahasa
Indonesia, Susilawati, Dewi Asih Mahanani. Jakarta:EGC;165.

Anda mungkin juga menyukai