Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. ASN memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa.
Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang – Undang Nomor 5
Tahun 2014 merujuk Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4), Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran,
semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang.
Diperlukan sebuah penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan
terintegrasi, yaitu penyelenggaraan pelatihan yang memadukan
pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat
kerja sehingga memungkinkan peserta mampu menginternalisasi,
menerapkan, dan mengaktulisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan
(habituasi), dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya
sebagai karakter PNS yang profesional sesuai bidang tugas. Hal tersebut
juga ditegaskan dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia No. 12 tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil.
Penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS Golongan II bertujuan untuk
membentuk PNS profesional yang dibentuk oleh sikap dan perilaku disiplin
PNS, nilai-nilai dasar PNS, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI, dan
menguasai kompetensi teknis bidang tugas, sehingga mampu melaksanakan
tugas dan perannya secara professional sebagai pelayan masyarakat. Peserta

1
diklat latsar CPNS Tahun 2019 ditugaskan untuk merancang aktualisasi
nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu,
dan Anti korupsi yang disingkat menjadi ANEKA.
Menurut Permenkes No.74 tahun 2016 bahwa Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar Pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Farmasi
Klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di UPT
Puskesmas Sruwohrejo kurang optimum dikarenakan beberapa kendala
meliputi belum adanya SOP dalam penyimpanan obat secara First In First
Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) dan penyimpanan obat
High Alert Medication (HAM), Look Alike Sound Alike (LASA) dan belum
adanya kartu stok di almari penyimpanan obat ruang farmasi dan belum
tersusun secara alfabetis, dan belum adanya pendistribusian obat di ruang
tindakan. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
kurang optimum secara langsung berpengaruh terhadap keselamatan pasien
(patient safety) sehingga perlu dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai sesuai standar untuk menjaga mutu sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai. Berdasarkan penjelasan tersebut,
untuk menjaga mutu agar pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai tetap terjaga, maka diperlukan upaya peningkatan pengelolaan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas
Sruwohrejo.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan rancangan aktualisasi untuk memecahkan isu kurang
optimumnya pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
UPT Puskesmas Sruwohrejo yang didasari atas pemahaman mata
pelatihan Kedudukan, Peran, dan Fungsi PNS dalam NKRI (Manajemen
ASN, Whole of Goverment, Pelayanan Publik) yang dilandasi dengan

2
nilai-nilai dasar PNS (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Antikorupsi)
2. Tujuan Khusus
a. Mendalami Isu kurang optimumnya pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai di UPT Puskesmas Sruwohrejo.
b. Melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai output yang telah
ditetapkan yang dilandasi nilai-nilai dasar PNS dan nilai-nilai
kedudukan dan peran fungsi PNS dalam NKRI.
c. Mengaitkan kontribusi output kegiatan terhadap visi misi organisasi.
d. Mengaitkan kontribusi output terhadap penguatan nilai-nilai
organisasi.
e. Mendeskripsikan dampak positif (manfaat) kegiatan-kegiatan inisiatif
yang telah dilakukan dalam rangka memecahkan isu, baik level
individu, unit kerja maupun organisasi.
f. Menganalisis dampak apabila nilai-nilai dasar PNS tidak diaplikasikan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
g. Mendeskripsikan upaya menjaga keberlangsungan kegiatan
(habituasi).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Puskesmas Sruwohrejo

3
Kecamatan Butuh merupakan salah satu kecamatan di
wilayah Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Secara
geografis, wilayah Kecamatan Butuh berada pada 6° 51’ 46“
sampai dengan 7° 11’ 47“ LS dan 109° 40’ 19“ sampai dengan 110°
03’ 06“ BT. Kecamatan Butuh berbatasan:
Sebelah Utara : Kecamatan Pituruh dan Kecamatan Kemiri
Sebelah Timur : Kecamatan Kutoarjo
Sebelah Selatan : Kecamatan Grabag
Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen
Luas wilayah Kecamatan Butuh adalah seluas 46.08 km 2,
merupakan dataran rendah dengan di dominasi persawahan. Lahan
Sawah adalah Lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air yang
biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dimana diperolehnya
status tanah tersebut. Lahan ini mencakup sawah pengairan, tadah
hujan, sawah pasang surut, rembesan, lebak dan sebagainya. Lahan
untuk bangunan dan halaman sekitarnya adalah lahan yang terdapat
disekitar bangunan dan biasanya diberi pagar atau batas, tanpa
memperhatikan ditanami atau tidak. Bila lahan sekitar rumah tersebut
tidak jelas batas-batasnya dengan tegal/kebun, dimasukkan ke dalam
kebun/tegal.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sruwohrejo terletak di
Desa Sruwohrejo, Kecamatan Butuh. Kecamatan Butuh masuk dalam
wilayah Kabupaten Purworejo. Puskesmas Sruwohrejo menempati
lokasi di Desa Sruwohrejo, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo,
Jawa Tengah. Sejak awal berdirinya sampai sekarang, Puskesmas
Sruwohrejo telah mengalami beberapa peningkatan baik mengenai
fisik bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas hingga peningkatan
jumlah sumber daya manusianya.
UPT Puskesmas Sruwohrejo dibangun pada tahun 1985, dengan
luas wilayah 24,18 km2 yang terdiri dari 20 desa 47 RW dan 117 RT.
Puskesmas Sruwohrejo ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati Nomor 63 tahun 2013 dengan wilayah kerja antara lain :
1. Desa Wareng 11. Desa Tanjung Anom
2. Desa Ketug 12. Desa Karanganom

4
3. Desa Kunirejo 13. Desa Mangunjayan
4. Desa Sruwoh Dukuh 14. Desa Sruwohrejo
5. Desa Wonorejo Wetan 15. Desa Rowodadi
6. Desa Wonorejo Kulon 16. Desa Sidomulyo
7. Desa Wonodadi 17. Desa Sumbersari
8. Desa Kedungagung 18. Desa Langenrejo
9. Desa Kedungsri 19. Desa Tamansari
10. Desa Kedungsri 20. Desa Kedungmulyo
Dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai Puskesmas Induk,
Puskesmas Sruwohrejo mempunyai 3 Puskesmas Pembantu yaitu :
1) Puskesmas Pembantu Tamansari
2) Puskesmas Pembantu Kedungsri
3) Puskesmas Pembantu Wonorejokulon.
Dalam melaksanakan tugasnya UPT Puskesmas Sruwohrejo
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah UPT
Puskesmas Sruwohrejo.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah UPT
Puskesmas Sruwohrejo
Kegiatan utama Puskesmas Sruwohrejo adalah dalam usaha
pelayanan kesehatan perorangan dengan pendekatan pelayanan medis,
tindakan medik dan keperawatan, pelayanan penunjang medik, dan
upaya rujukan. Dengan core bisnis adalah pelayanan dasar meliputi
pelayanan BP Umum, KIA & KB, BP Gigi dan pelayanan penunjang
medik laboratorium, farmasi, psikologi, gizi.
Dalam upaya menghadapi persaingan global, terutama terhadap
kompetitor layanan sejenis di Kabupaten Purworejo, Puskesmas
Sruwohrejo berusaha memenangkan persaingan dengan cara menjaga
mutu layanan, terdepan dalam SDM dan Sarana Prasarana, dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dan akan menerapkan
akreditasi puskesmas dengan baik. Pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas Sruwohrejo banyak mendapatkan
perhatian baik dari komponen masyarakat baik secara individu/keluarga
maupun secara institusi baik bisnis ataupun pendidikan.
Salah satu upaya kongkrit yang dilakukan adalah Puskesmas
Sruwohrejo telah melakukan evaluasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang selanjutnya digunakan sebagai feedback dalam
upaya penyempurnaan penyelenggaraan layanan publik. Upaya tersebut

5
ditempuh salah satunya melalui survey yang dimaksudkan untuk
melihat tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diterima dan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai secara
obyektif dan periodik terhadap perkembangan kinerja unit–unit yang
ada di UPT Puskesmas Sruwohrejo.

B. Visi Misi UPT Puskesmas Sruwohrejo


a. Visi Puskesmas
Visi Puskesmas Sruwohrejo adalah :
Terwujudnya puskesmas yang berkualitas guna mencapai
masyarakat sejahtera, sehat dan mandiri
b. Misi Puskesmas
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau segenap lapisan masyarakat
2. Meningkatkan profesionalisme petugas agar dapat memberikan
pelayanan yang efektif, efisien dan berkualitas
3. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit
4. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
5. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat
6. Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan.
c. Motto
“ Kami melayanan dengan SPORTIF “
1. Sopan dan ramah
2. Professional
3. Orientasi pada mutu
4. Rajin
5. Terampil
6. Inovatif
7. Fleksibel
d. Tata Nilai
Pelayanan “ TER-UPDATE “
1. Transparans
Menunjukkan keterbukaan baik dalam pelayanan maupun
anggaran sesuai dengan hokum dan peraturan yang berlaku
2. Empati
Menunjukkan sikap empati kepada pelanggan
3. Ramah
Memberikan pelayanan 3S (senyum sapa salam) terhadap
pelanggan
4. Ulet
Bekerja penuh semangat, tekun dan pantang menyerah
5. Professional

6
Bekerja sesuai dengan tupoksi, kewenangan dan kemampuan
6. Disiplin
Mentaati segala ketentuan dan peraturan yang berlaku
7. Akuntabel
Hsil kegiatan pelyanan dapat dipertanggungjawabkan kepada
institusi dan eksternal lingkungan pelayanan kesehatan
8. Tepat dan cepat
Pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SPO dan waktu
yang ditetapkan serta secepat mungkin melakukan tindakan
terhadap masalah- masalah kesehatan
9. Edukatif
Senantiasa memberikan edukasi dan motivasi terhadap pelanggan

C. Nilai- Nilai Dasar PNS


1. Pengertian dan Nilai-Nilai Dasar ANEKA
Untuk menjadi seorang pelayan publik yang professional diperlukan
pembekalan kepada PNS dengan nilai-nilai dasar profesi ASN yang
dikenal dengan ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). Adapun detail dari nilai-nilai
yang terkandung dalam ANEKA adalah sebagai berikut
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam akuntabilitas yang harus dimiliki
Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk diterapkan di unit kerja yaitu,
kepemimpinan, transparasi, integritas, tanggung jawab, keadilan,
kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan konsistensi.
b. Nasionalisme
Sebagai pelaksana kebijakan pelayanan publik tentu setiap
pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi
pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan kepentingan
publik, bangsa dan negara diatas kepentingan lainnya,
mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan
sektoral atau golongan. Indikator nilai-nilai dasar Nasionalisme
diantaranya adalah Rela berkorban, Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kerjasama, Tidak memaksakan kehendak, Jujur, Amanah, Adil,

7
Tidak diskriminasi, Tenggang rasa, Membela kebenaran, Disiplin,
Tanggung jawab, Kerja keras, Hidup sederhana dan Musyawarah.
c. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang baik/buruk, benar/salah
prilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik antara lain adalah
Indikator nilai-nilai dasar Etika Publik diantaranya adalah:
1) Jujur
2) Bertanggungjawab
3) Integritas tinggi
4) Cermat
5) Disiplin
6) Hormat
7) Sopan
8) Taat pada peraturan perundang-undangan
9) Taat perintah
10) Menjaga rahasia
d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu bertujuan untuk memberikan kepuasan
masyarakat dalam pelayanan publik. Penilaian mutu berdasarkan
pada subyektifitas seseorang. Untuk mengukur penilaian tersebut
perlu adanya standar pelayanan sehingga sebuah mutu pelayanan
dapat terkontrol dengan baik. Berikut adalah nilai-nilai yang perlu
diperhatikan dalam komitmen mutu antara lain: Inovasi, Kerjasama,
Kontrol, Responsif, Dapat dipercaya, Efektif dan efisien, Nyaman,
Aman, Profesionalisme, Konsisten, Cermat, Teliti dan Tepat.
e. Anti Korupsi
Anti korupsi Korupsi adalah tindakan melanggar hukum
dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri maupun golongan.
Nilai-nilai yangterkandung dalam aspek anti korupsi antara lain :
 Kejujuran
 Kepedulian
 Kemandirian
 Kedisiplinan
 Keadilan
 Tanggung jawab
 Kerja keras
 Sederhana
 Berani

8
D. Peran Dan Kedudukan PNS
1. Managemen ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek
dalam mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk
PNS maupun PPPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN
mengerti apa saja kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN.
1) Kedudukan ASN
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri, namun
demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
2) Peran ASN
Peran ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, dan perekat pemersatu bangsa
3) Hak dan kewajiban ASN
4) Seorang ASN mempunyai kewajiban dan hak sebagai berikut:
 Gaji, tunjangan dan fasilitas
 Cuti
 Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
 Perlindungan
 Pengembangan kompetensi
5) Kode etik ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar
pegawai ASN:
 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
 Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
 Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
 Menggunakan kekayaan barang milik negara (BMN) secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
 Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;

9
 Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;
 Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN; dan
 Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
2. Whole of Government
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

3. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan
Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan
atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama,
organisasi penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan ketiga, kepuasan yang diberikan dan atau diterima
oleh penerima layanan (pelanggan). Barang/jasa publik adalah
barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas) dan excludability
(ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni yang
memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena
adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.

E. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di


Puskesmas

10
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan
tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai
b. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bentuk dan jenis sediaan
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
3. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.

11
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
f. Pemusnahan dan penarikan
g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
h. Administrasi
i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai

BAB III
HASIL AKTUALISASI

Kegiatan habituasi Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III


tahun 2019 berlangsung sejak 21 Juli – 26 Agustus 2019 di UPT Puskesmas
Sruwohrejo. Capaian kegiatan aktualisasi adalah untuk mengetahui sejauh
mana capaian kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama pelaksanaan
habituasi dikaitkan dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS (ANEKA,
manajemen ASN, Whole of Government dan pelayanan publik) yang telah
didapatkan selama pelatihan saat on class. Selama pelaksanaanya saya
mendapat dukungan dari mentor, rekan-rekan lain khusunya rekan-rekan di
bagian farmasi sehingga seluruh kegiatan dapat terselesaikan meskipun
tidak semua bisa dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah
direncanakan dalam rancangan aktualisasi.
Tahapan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam setiap kegiatan
aktualisasi adalah melakukan konsultasi dengan mentor, yaitu dengan
menginfomasikan matriks rancangan kegiatan yang telah dibuat.
Penyampaian informasi dilakukan secara transparan dengan tidak menutup-
nutupi kegiatan yang akan dilaksanakan dan menunjukkan kemampuan
dalam bidang kefarmasian, hal ini menunjukkan nilai akuntabilitas sebagai
PNS. Konsultasi dilakukan dengan sikap saling menghormati, tidak
mengganggu jam kerja, tidak dilakukan pada jam sholat, kemudian memulai
pertemuan dengan mengucapkan salam, berdiskusi dengan baik serta mau
menerima kritik dan masukan dari mentor, hal ini menunjukkan sikap
nasionalisme. Komunikasi selama proses konsultasi menggunakan bahasa

12
yang santun dan mudah dimengerti menunjukkan sikap etika publik.
Efisien dalam menggunakan waktu selama konsultasi dengan tidak
membuang waktu untuk membicarakan hal diluar pembahasan terkait
kegiatan aktualisasi menunjukkan sikap komitmen mutu. Berani
menghadap mentor dan berkata jujur jika menemui kesulitan menunjukkan
dikap anti korupsi.
Selanjutnya setelah berkonsultasi dengan mentor/kepala puskesmas
makan dilakukan koordinasi dengan rekan sesama farmasi untuk
menyatukan pendapat. Selama tahapan kegiatan ini, nilai ANEKA
ditunjukkan dengan adanya pembagian tugas sesuai wewenang dan
tanggung jawab masing-masing personel di ruang farmasi yang meliputi
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian menujukan adanya akuntabilitas.
Keputusan yang diambil dilakukan secara musyawarah, tidak memaksakan
kehendak menunjukkan sikap nasionalisme. Menyampaikan informasi
rancangan kegiatan dengan baik menunjukkan perilaku etika publik.
Membuat kesepakatan bahwa fokus dari seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh tiap-tiap personel berorientasi pada keselamatan, kenyamanan dan
kepuasan pasien atau keluarga pasien dan mencatat segala keputusan
bersama menunjukkan perilaku komitmen mutu. Tidak menutup-nutupi
informasi yang seharusnya disampaikan sebagai bentuk perilaku anti
korupsi.
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi di UPT Puskesmas Sruwohrejo
Kabupaten Purworejo secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
A. Kegiatan 1 dan 2 Pembuatan SOP
Tabel 2. Kegiatan 1 dan 2. Pembuatan SOP
Output Kontribusi Penguatan
Kegiatan Tahapan Kegiatan Bukti Visi Misi Nilai
Organisasi Organisasi
Membuat 1.1 Konsultasi Disetujuinya  Foto Pembuatan Professional
Standar kepada Kepala kegiatan SOP bekerja
Operasional Puskesmas penyusunan SOP berkontribusi sesuai
Prosedur tentang terhadap misi dengan
(SOP) Penyimpanan Obat puskesmas tupoksi,
Penyimpanan FIFO dan FEFO yaitu kewenangan
Obat FIFO dan 1.2 Berkoordinasi  Kesepakatan  Foto meningkatkan dan
FEFO dengan TTK bersama antara profesionalis kemampuan
apoteker dan TTK me petugas merupakan

13
1.3 Mencari  Didapatkannya  PMK No agar dapat nilai
referensi/pustaka referensi tentang 74 tahun memberikan penguatan
SOP Penyimpanan Obat 2016 pelayanan organisasi.
Penyimpanan FIFO dan FEFO yang efektif
Obat FIFO dan efisien dan
FEFO berkualitas
1.4 Pembuatan  Disusunnya draft  Draft
Draft Standar SOP SOP
Opersional Penyimpanan
Prosedur (SOP) Obat FIFO dan
Peyimpanan FEFO
Obat FIFO dan
FEFO
1.5 Penetapan oleh  Ditetapkannya  Dokumen
Kepala Dokumen SOP SOP
Puskesmas tentang
Standar Penyimpanan
Opersional Obat FIFO dan
Prosedur (SOP) FEFO
Peyimpanan
FIFO dan
FEFO
1.6 Mensosialisasi  Peserta sosialisasi  Foto
kan Standar memahami SOP
Opersional tentang
Prosedur Penyimpanan Obat
(SOP) kepada FIFO dan FEFO
petugas
farmasi
lainnya
Membuat 1.1 Konsultasi Disetujuinya  Foto Pembuatan Professional
Standar kepada Kepala kegiatan SOP bekerja
Operasional Puskesmas penyusunan SOP berkontribusi sesuai
Prosedur tentang terhadap misi dengan
(SOP) Penyimpanan Obat puskesmas tupoksi,
Penyimpanan HAM dan LASA yaitu kewenangan
Obat HAM 1.2 Mencari  Didapatkannya  PMK 72 meningkatkan dan
dan LASA referensi/pustaka referensi tentang tahun profesionalis kemampuan
pembuatan Penyimpanan Obat 2016 me petugas merupakan
langkah-langkah HAM dan LASA agar dapat nilai
Penyimpanan memberikan penguatan
Obat HAM dan pelayanan organisasi.
LASA yang efektif
1.3 Berkoordin  Kesepakatan  Rancanga efisien dan
asi dengan bersama antara n SOP berkualitas
TTK apoteker dan TTK  Foto

14
1.4 Pembuatan  Disusunnya draft  Draft
Standar SOP Penyimpanan SOP
Opersional Obat HAM dan
Prosedur (SOP) LASA
Penyimpanan
Obat HAM dan
LASA
1.5 Penetapan oleh  Ditetapkannya  Dokumen
Kepala Dokumen SOP SOP
Puskesmas tentang
Standar Penyimpanan Obat
Opersional HAM dan LASA
Prosedur (SOP)
Penyimpanan
Obat HAM dan
LASA
1.6  Peserta sosialisasi  Foto
Mensosialisasik memahami SOP
an Standar tentang
Opersional Penyimpanan Obat
Prosedur (SOP) HAM dan LASA
kepada petugas
farmasi lainnya
Kegiatan awal yang dilakukan dalam pemecahan isu adalah
membuat Standar Opersional Prosedur. Karena ada dua pembuatan SOP
maka dalam pelaksanaannya dibuat secara bersamaan yaitu SOP
Penyimpanan Obat FIFO dan FEFO dan SOP Penyimpanan Obat HAM dan
LASA. Dari dua kegiatan ini menggambarkan kedudukan, peran dan fungsi
PNS dalam NKRI sebagai wujud manajemen ASN yaitu saya berusaha
menjadi ASN yang patuh terhadap peraturan, dalam hal ini yang terkait
dengan pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah Permenkes Nomor 74
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas serta
sebagai wujud pelaksanan tugas jabatan saya sebagai Apoteker Pertama
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor ER/07/M.PAN/4/2008 tentang Jabatan Fungsional Apoteker
dan Angka kreditnya serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 377/MENKES/PER/2009 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya.
Tahapan pertama yaitu dengan konsultasi terlebih dahulu dengan
mentor dan dilanjutkan dengan koordinasi dengan TTK selaku rekan
farmasi lainnya. Tahapan kegiatan yang selanjutnya adalah mencari

15
referensi SOP Penyimpanan Obat FIFO dan FEFO dan Penyimpanan Obat
HAM dan LASA. Pencarian referensi dilakukan dengan cara browsing
internet dan berdiskusi dengan sejawat apoteker yang bekerja di puskesmas
untuk mendapatkan gambaran SOP yang akan dibuat. Hasil dari pencarian
referensi adalah diperoleh beberapa contoh SOP Penyimpanan Obat FIFO
dan FEFO dan Penyimpanan Obat HAM dan LASA dari berberapa
puskesmas dan sebagai pedoman yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Dalam tahapan kegiatan ini yang menunjukkan nilai akuntabilitas adalah
pencarian referensi dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab dalam
mengembangkan keilmuan. Bekerja keras dalam mengumpulkan bahan atau
referensi dalam penyusunan SOP, berdiskusi dengan sejawat apoteker di
puskesmas dengan sikap saling menghormati dan mau menerima masukan
menunjukkan sikap nasionalisme. Selama berdiskusi dengan sejawat
apoteker menggunakan bahasa yang santun, bertindak profesional sesuai
bidang keilmuan menunjukkan sikap etika publik. Dalam pencarian
referensi-referensi digunakan referensi-referensi yang terkini sebagai
panduan dalam pembuatan SOP menujukan sikap komitmen mutu. Jujur
kepada sejawat apoteker yang diajak berdikusi ketika menemui kendala
selama proses pencarian referensi menunjukkan sikap anti korupsi.
Tahapan kegiatan yang keempat adalah pembuatan SOP
penyimpanan Obat FIFO dan FEFO dan Penyimpanan Obat HAM dan
LASA. Dalam tahapan ini, nilai ANEKA yang diterapkan adalah membuat
SOP sesuai dengan referensi yang telah dicari sebelumnya, tidak mengada-
ada dalam penyusunan SOP menunjukan sikap antikorupsi. Pembuatan
SOP menggunakan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan menujukan
perilaku akuntabilitas. Dalam menyusun SOP dilakukan dengan cermat dan
teliti menggambarkan sikap etika publik. Dalam pembuatan SOP sesuai
dengan keputusan bersama yang telah diambil sebelumnya adalah sikap
nasionalisme.
Tahapan kegiatan kelima yaitu penetapan standar operasional
prosedur oleh kepala puskesmas. Nilai ANEKA yang terapkan dalam

16
tahapan ini yaitu akuntabilitas, dimana dengan ditetapkannya/disahkannya
SOP maka SOP yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Selain itu terdapat nilai etika publik yaitu meminta pengesahan kepada
kepala puskesmas dengan sopan. Komitmen mutu dapat ditunjukan dengan
disahkan nya SOP maka pelaksanaan penyimpanan obat harus sesuai SOP
sehingga akan menjaga mutu pengelolaan obat di puskesmas.
Tahapan kegiatan keenam adalah melakukan sosialisasi dengan
pihak terkait dengan SOP. Dalam tahapan ini, nilai ANEKA yang diterapkan
adalah etika publik dimana dengan dibuatnya SOP baru maka perlu
memberikan informasi kepada petugas farmasi lainnya dan petugas yang
terkait akan adanya standar operasional prosedur penyimpanan obat.
Dengan adanya sosialisasi maka diharapakan petugas terkait paham dengan
prosedur penyimpanan obat sehingga pengelolaan obat di UPT Puskesmas
Sruwohrejo dapat berjalan sesuai standar menunjukan adanya komitmen
mutu. Anti korupsi ditunjukan dalam melakukan sosialisasi, informasi
yang diberikan sesuai dengan dokumen SOP yang telah disetujui oleh
kepala puskesmas dan sosialisasi dilakukan setelah pelayanan rawat jalan
selesai. Sikap nasionalisme ditunjukan dalam kegiatan sosialisasi petugas
lain memberikan dukugan terhadap SOP yang dibuat yang merupakan
pengamalan sila ke 3 yaitu persatuan indonesia.
B. Kegiatan 3 Pembuatan Stiker HAM dan LASA
Tabel 3. Pembuatan Stiker HAM dan LASA

Output Kontribusi Visi Penguatan


Kegiatan Tahapan Kegiatan Bukti Misi Nilai
Organisasi Organisasi
Pembuatan 1.1 Berkonsultasi  Disetujuinya  Foto Kontribusi Disiplin:
stiker High dengan Kepala kegiatan pembuatan kegiatan ini mentaati
Alert Puskesmas stiker HAM dan terhadap visi segala
Maedication LASA dan misi yaitu ketentuan
(HAM) dan 1.2 Berkoordinasi  Kesepakatan  Foto meningkatkan dan peraturan
stiker Look dengan TTK berama antara  Design profesionalisme yang berlaku
Alike Sound megenai design apotekerr dan TTK Stiker petugas agar merupakan
Alike (LASA) stiker HAM dan dapat penguatan
LASA memberikan

17
1.3 Pembuatan stiker  Dibuatnya stiker  Stiker pelayanan yang nilai
High Alert HAM dan LASA HAM efektif efisien organisasi
Maedication (HAM) dan dan berkualitas
dan stiker Look LASA
Alike Sound Alike
(LASA)
Tahapan pertama dan kedua yaitu dengan konsultasi terlebih dahulu
dengan mentor dan dilanjutkan dengan koordinasi dengan TTK selaku rekan
farmasi lainnya. Tahapan kegiatan selanjutnya adalah pembuatan stiker
HAM dan LASA. Selama tahapan kegiatan ini, nilai ANEKA ditunjukkan
dengan adanya sikap antikorupsi dimana pembuatan stiker HAM dan
LASA sesuai dengan design yang telah disepakati bersama. Penggunaan
sumberdaya secara effisien menunjukan adanya sikap komitmen mutu.
Jujur, disiplin dan bertanggungjawab dalam pembuatan stiker HAM dan
LASA menunjukan akuntabilitas. Etika publik ditunjukan dalam bertanya
dengan teman sejawat ataupun rekan kerja mengenai tempat pembuatan
stiker dengan cara yang sopan.
C. Kegiatan 4 Penyimpanan Obat High Alert Maedication (HAM) dan
Look Alike Sound Alike (LASA)
Tabel 4. Penyimpanan Obat High Alert Maedication (HAM) dan Look Alike Sound
Alike (LASA)

Output Kontribusi Penguatan


Tahapan
Kegiatan Bukti Visi Misi Nilai
Kegiatan
Organisasi Organisasi
Penyimpanan 1.1 Berkonsultasi  Disetujuinya  Foto Kontribusi Professional:
Obat High Alert dengan Kepala kegiatan kegiatan ini bekerja
Maedication Puskesmas Penyimpanan terhadap visi sesuai
(HAM) dan Obat HAM dan dan misi yaitu dengan
Look Alike LASA untuk tupoksi,
Sound Alike 1.2 Berkoordi  Kesepakatan  Foto menyelenggara kewenangan
(LASA) nasi dengan bersama antara kan pelayanan dan
TTK apoteker dan kesehatan kemampuan
TTK yang merupakan
1.3 Membuat  Dibuatnya daftar  Daftar professional, nila
daftar obat obat HAM dan Obat bermutu penguatan
High Alert LASA HAM organisasi
Maedication dan
(HAM) dan LASA
stiker Look
Alike Sound
Alike (LASA)

18
1.4 Menyimp  Dilakukannya  Foto
an obat yang penyimpanan
sudah Obat HAM dan
tertempel LASA
stiker HAM
dan LASA
Tahapan pertama dan kedua yaitu dengan konsultasi terlebih dahulu
dengan mentor dan dilanjutkan dengan koordinasi dengan TTK selaku rekan
farmasi lainnya. Tahapan selanjutnya membuat daftar obat High Alert
Maedication (HAM) dan stiker Look Alike Sound Alike (LASA). Dalam
mencatat daftar obat HAM dan LASA dilakukan secara jujur dan teliti yang
menunjukan sikap antikorupsi, komitmen mutu dan etika publik.
Sedangkan daftar obat HAM dan LASA dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan keadaan sebenarnya menunjukan adanya sikap akuntabilitas.
Tahapan terakhir dalam kegiatan ini yaitu penyimpanan obat High
Alert Maedication (HAM) dan stiker Look Alike Sound Alike (LASA).
Dalam tahapan keempat ini nilai ANEKA dapat ditunjukan dalam hal
penyimpanan obat yaitu etika publik dimana dalam penyimpanan
dilakukan secara teliti dan cermat. Sedangkan nilai antikorupsi ditunjukan
dengan bersikap jujur dalam menyimpan obat HAM dan LASA. Komitmen
mutu dan Management ASN ditunjukan dengan penyimpanan obat HAM
dan LASA secara efektif, efisien, cermat dan teliti sehingga mutu tetap
terjamin dan terhindarnya kesalahan dalam pengambilan obat dan
pemberian obat untuk pasien pelayanan publik.
D. Kegiatan 5 Pendistribusian Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) Di Ruang Tindakan
Tabel 5. Melakukan Pendistribusian Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) Di Ruang Tindakan
Kegiatan Tahapan Output Bukti Penguatan
Kontribusi Visi
Kegiatan Nilai
Misi Organisasi
Organisasi
Melakukan 1.1 Berkonsultasi  Disetujuinya  Foto Kontribusi Professional:
pendistribusian dengan Kepala kegiatan kegiatan ini bekerja
sediaan Puskesmas pendistribusian terhadap visi dan sesuai
farmasi dan sediaan farmasi misi yaitu untuk dengan
bahan medis dan bahan medis menyelenggarakan tupoksi,
habis pakai habis pakai pelayanan kewenangan
(BMHP) di (BMHP) di ruang kesehatan yang dan
ruang tindakan tindakan kemampuan

19
1.2 Berkoordin  Kesepakatan  Foto professional, merupakan
asi dengan bersama antara bermutu nila
TTK apoteker dan TTK penguatan
1.3 Berkoordin  Kesepakatan  Foto organisasi
asi dengan bersama antara
paramedis apoteker dengan
lain/perawat/PJ penanggungjawab
Ruang ruang
1.4 Menyiapka  Sediaan farmasi  Lembar
n sediaan dan BMHP perminta
farmasi dan an Obat
BMHP sesuai dan
permintaan PJ BMHP
Ruang
1.5 Pendistribu  Dilakukannya  Foto
sian sediaan distribusi sediaan
farmasi dan farmasi dan
BMHP di ruang BMHP
tindakan
Tahapan pertama dan kedua yaitu dengan konsultasi terlebih dahulu
dengan mentor dan dilanjutkan dengan koordinasi dengan TTK selaku rekan
farmasi lainnya. Tahapan selanjutnya yaitu berkoordinasi dengan
penanggung jawab ruang. Nilai ANEKA yang dapat ditunjukan dalam
kegiatan tersebuat adalah antikorupsi dimana dalam memberika informasi
alur permintaan obat dan bahan medis habis pakai oleh penanggung jawab
ruang dilakukan secara jujur dan memberikan informasi dengan baik
menujukan etika publik. Nasionalisme ditunjukan dimana keputusan yang
diambil dilakukan secara musyawarah, tidak memaksakan kehendak. WoG
dapat ditunjukan adanya kerja sama dengan paramedis lain yaitu perawat
sebagai penanggungjawab ruang.
Selanjutnya dapat dilakukan penyiapan sediaan farmasi dan BMHP
sesuai permintaan PJ Ruang. Antikorupsi ditunjukan dalam menyiapkan
sediaan farmasi dan BMHP dilakukan sesuai dengan permintaan dari
penanggungjawab ruang. Komitmen mutu dapat ditunjukan dalam hal
cermat dan teliti dalam menyiapkan obat dan bahan medis habis pakai agar
tidak terjadi kesalahan dalam menyiapkan obat dan bahan medis habis
pakai. Melakukan pengambilan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan prosedur menujukan sikap etika publik.

20
Tahapan terkahir yaitu melakukan pendistribusian sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai. Efektifitas dan efisien dalam pendistribusian
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai menunjukan sikap komitmen
mutu. Pendistribusian dilakukan sesuai prosedur menunjukan adanya sikap
etika publik. Antikorupsi dapat ditunjukan dengan mendistribusikan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai dengan permitaan
penanggung jawab ruang.
E. Penyusunan Obat Secara Alfabetis Dan Penggunaan Kartu Stok Obat
Di Almari Penyimpanan Ruang Farmasi
Tabel 6. Penyusunan Obat Secara Alfabetis Dan Penggunaan Kartu Stok Obat Di
Almari Penyimpanan Ruang Farmasi

Output Penguatan
Tahapan Kontribusi Visi
Kegiatan Bukti Nilai
Kegiatan Misi Organisasi
Organisasi
Penyusunan 1.1 Berkonsultasi  Disetujuinnya  Foto Kontribusi Professional:
Obat secara dengan Kepala kegiatan kegiatan ini bekerja
alfabetis dan Puskesmas Penyusunan Obat terhadap visi dan sesuai
penggunaan secara alfabetis misi yaitu untuk dengan
kartu stok obat dan penggunaan menyelenggarakan tupoksi,
di almari kartu stok obat di pelayanan kewenangan
penyimpanan almari kesehatan yang dan
ruang farmasi penyimpanan professional, kemampuan
ruang farmasi bermutu merupakan
1.2 Berkoordi  Kesepakatan  Foto nila
nasi dengan bersama antara penguatan
TTK apoteker dan TTK organisasi
1.3 Menyusu  Disusunnya Obat  Foto
n Obat secara secara alfabetis
alfabetis
1.4 Penggunaan  Diigunakannya  Foto
kartu stok kartu stok pada
pada almari almari
penyimpanan penyimpanan obat
obat
Tahapan pertama dan kedua yaitu dengan konsultasi terlebih dahulu
dengan mentor dan dilanjutkan dengan koordinasi dengan TTK selaku rekan
farmasi lainnya. Tahapan selanjutnya menyusun Obat secara alfabetis.
Efektivitas dan efisiensi dalam menyimpan obat tetap terjamin, menghindari
kesalahan pengambilan obat dan memudahkan dalam mengambil obat
menunjukan adanya komitmen mutu. Dalam penysunan obat secara
alfabetis dilakukan secara cermat dan benar menunjukan sikap etika publik.

21
Tahapan terakhir yaitu penggunaan kartu stok pada almari
penyimpanan obat. Sikap ANEKA dalam tahapan kegiatan ini yaitu
antikorupsi dimana dalam penulisan pada kartu stok dilakukan secara jujur.
Penggunaan kartu stok memudahkan dalam stok opnam tiap bulannya
sehingga stok opnam obat dapat dilakukan secara efektif dan efisien
menunjukan sikap komitmen mutu. Melakukan kegiatan secara cermat
menunjukan etika publik.
F. Kendala Dalam Kegiatan Aktualisasi
Permasalahan yang timbul selama kegiatan aktualisasi adalah
kesulitan dalam mengatur waktu untuk pelayanan pasien rawat jalan yang
harus tetap dilakukan secara maksimal. Hal yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut adalah saya menggunakan waktu
setelah semua pelayanan rawat jalan selesai.
G. Dampak Jika Nilai Dasar PNS Tidak Diterapkan Saat Melaksanakan
Tugas Dan Jabatan
Pelaksanaan setiap tahapan kegiatan harus dilandasai dengan nilai-
nilai ANEKA, jika nilai – nilai tersebut tidak diterapkan akan menyebabkan:

1. Kurangnya rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugas akan


berdampak pada hasil kinerja yang tidak maksimal.
2. Tidak adanya komunikasi dan kolaborasi dengan pihak terkait kegiatan
tidak dapat berjalan dengan baik yang akan berdampak terjadi
ketidaksinkronan dalam menjalankan pekerjaan, sikap acuh tak acuh dan
kurang peduli saat berinteraksi dengan rekan kerja.
3. Tidak adanya pengamalan nilai kerakyatan karena tidak ada musyawarah
dalam setiap mengambilan keputusan sehingga dapat terjadi
ketidaksejalannya dalam melaksanakan tugas.
4. Ketidakdisiplinan dan ketidakjujuran dalam melaksanakan tugas
berdampak pada pelayanan masyarakat kurang maksimal.
5. Ketidaktelitian dalam pengambilan obat HAM dan LASA dapat
meningkatkan kesalahan dalam pengambilan obat yang akan berdampak
pada keselamatan pasien/ patient safety sehingga kualitas pelayanan tidak

22
terjamin dan menurunnya kepuasan pasien terhadap pelayanan di
puskesmas.
H. Dampak Positif Kegiatan Aktualisasi
Dengan adanya kegiatan aktualisasi yang dilakukan mempunyai
dampak positif baik untuk individu maupun masyarakat. Dengan
dibuatnya standar operasional prosedur (SOP) mengenai penyimpanan
obat baik tentang metode penyimpanan obat FIFO dan FEFO maupun
penyimpanan obat HAM dan LASA maka semua kegiatan mengenai
penyimpanan obat dapat berjalan sesuai dengan prosedur. Metode
penyimpanan obat FIFO dan FEFO dapat meminimalisir terjadinya
pemberian obat kadaluarsa kepada pasien. Waktu kadaluarsa obat-obatan
selalu terkontrol dimana setiap kali setelah pengambilan obat diawal
bulan dari Dinas Kesehatan dalam penyimpanan obat selalu dilakukan
pengecekan dan pencatatan waktu kadaluarsa obat di masing-masing
kemasan obat sehingga obat-obatan yang mempunyai waktu kadaluarsa
lebih cepat akan disimpan di bagian paling depan dan akan dikeluarkan
terlebih dahulu. Penyimpanan obat HAM dan LASA yang dilakukan
sesuai prosedur juga berdampak positif dengan keselamatan
pasien/patient safety, dimana dengan penandaan obat-obat yang
mempunyai nama ataupun terdengar sama dan obat-obatan yang harus
diwaspadai dapat meminimalisir terjadinya kesalahan pengambilan obat
sehingga dalam hal ini keselamatan pasien dapat terjamin.
Ruang tindakan di UPT Puskesmas Sruwohrejo sebagai layanan
kesehatan yang hanya melayani rawat jalan digunakan sebagai ruang
kedaruratan selama jam kerja sehingga penting dilakukannya
pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai secara floor stock di
ruang tersebut. Dengan ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai di
ruang tindakan maka ketika ada terjadi kegawat daruratan, dokter
ataupun perawat tidak perlu melakukan permintaan obat maupun bahan
medis habis pakai terlebih dahulu ke farmasi sehingga pelayanan kepada
pasien lebih efektif dan efisien.
I. Upaya Menjaga Keberlangsungan Kegiatan (Habituasi)

23
Untuk menjaga agar kegiatan terus berlangsung dapat dilakukuan
dengan beberapa hal :
1. Petugas farmasi harus melakukan pengkajian SOP yang telah dibuat
untuk mengetahui kepatuhan petugas dalam menjalankan tugas
sesuai SOP.
2. Petugas farmasi selalu memperbaharui daftar nama obat-obatan yang
termasuk dalam golongan HAM dan LASA setiap kali melakukan
pengambilan atau menerima dropping obat-obatan dari Dinas
Kesehatan.
3. Petugas farmasi selalu berkoordinasi dengan rekan kerja lainnya
terutama penanggung jawab ruang tindakan tentang ketersediaan
obat dan bahan medis pakai sehingga tidak terjadi kekosongan obat
ataupun bahan medis habis pakai yang dibutuhkan dalam tindakan.
4. Petugas farmasi selalu mengontrol ketersediaan obat di ruang
farmasi secara rutin setiap harinya dengan kartu stok yang telah
disediakan sehingga tidak terjadi kekosongan obat.

J. Tabel Rancangan dan Pelaksanaan Aktualisasi

Tabel 1. Jadwal Rancangan dan Pelaksanaan Aktualisasi

No Kegiatan Rancangan Aktualisasi Aktualisasi


Juli Agustus Minggu Juli Agustus Minggu
Minggu Ke- Minggu Ke-
Ke- Ke-
IV I II III IV IV I II III IV
1. Pembuatan SOP penyimpanan
Obat FIFO dan FEFO
2. Pembuatan SOP penyimpanan
Obat HAM dan LASA
3. Pembuatan stiker HAM dan
LASA
4. Penyimpanan HAM dan LASA
5. Pendistribusian obat dengan
sistem floor stock di ruang
tindakan
6. Penyusunan Obat secara
alfabetis dan penggunaan kartu
stok obat di ruang penyimpanan
di ruang farmasi.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan yang dapat diambil dari
kegiatan upaya peningkatan pengeolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai di UPT Puskesmas Sruwohrejo Kabupaten Purworejo
yaitu:
1. Isu yang telah ditetapkan yaitu tentang kurang optimumnya
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP)
di UPT Sruwohrejo Kabupaten Purworejo
2. Kegiatan aktualisasi yang dilakukan untuk meningkatkan
pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di
UPT Puskesmas Sruwohrejo Kabupaten Purworejo yaitu :
a. Pembuatan SOP Penyimpanan Obat FIFO dan FEFO
b. Pembuatan SOP Penyimpanan Obat HAM dan LASA

25
c. Pembuatan stiker HAM dan LASA
d. Penyimpanan HAM dan LASA
e. Penditribusian obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) dengan
sistem floor stock di ruang tindakan
f. Penyusunan obat secara alfabetis dan penggunaan kartu stok obat
di ruang penyimpanan ruang farmasi.
3. Kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan mendukung visi misi UPT
Puskesmas Sruwohrejo yaitu Terwujudnya puskesmas yang
berkualitas guna mencapai masyarakat sejahtera, sehat dan mandiri
4. Kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan mendukung niai-nilai UPT
Puskesmas Sruwohrejo yaitu Ter-Upadete
5. Kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan akan meningkatkan
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP)
di UPT Puskesmas Sruwohrejo
6. Mampu menganalisis dampak apabila nilai-nilai dasar PNS tidak
diaplikasikan dalam menjalankan tugasnya
7. Upaya yang dilakukan utuk menjaga keberlangsungan kegiatan
aktualisasi diantaranya melakukan pengkajian SOP, melakukan
pencatatan daftar obat HAM dan LASA, selalu berkoordinasi dengan
penanggung jawab ruang tindakan dan rutin melakukan mengecekan
stok obat pada kartu stok untuk mengetahui kekosongan obat di
ruang farmasi.

B. Saran
Saran yang dapat direkomendasikan untuk kegiatan aktualisasi ini yaitu :
1. Dukungan nyata dari pimpinan, pegawai puskesmas dan rekan
sejawat guna kelangsungan kegiatan aktualisasi ini.
2. Senantiasa koordiniasi dengan pimpinan dan rekan kerja yang
terlibat dalam kegiatan aktualisasi untuk membantu dan saling
bekerjasama terkait kegiatan aktualisasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

LAN RI. 2015. Aktualisasi: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan


Golongan III. Jakarta : LAN RI
LAN RI. 201 5. Akuntabilitas : Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan
Golongan III. Jakarta : LAN RI
LAN RI. 2015. Nasionalisme: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III. Jakarta : LAN RI
LAN RI. 201 5. Etika Publik : Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III. Jakarta : LAN RI
LAN RI. 2015. Komitmen Mutu : Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta : LAN RI
LAN RI. 2015. AntiKorupsi: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan I/IIdan III. Jakarta : LAN RI
LAN RI. 2017. Manajemen ASN: Modul Pelatihan Dasar Calon PNS.
Jakarta: LAN RI
LAN RI. 2017. Pelayanan Publik: Modul Pelatihan Dasar Calon PNS.
Jakarta: LAN RI

27
LAN RI.2017. Whole of Government: Modul Pelatihan Dasar Calon PNS.
Jakarta: LAN RI
Peraturan Lembaga Aparatur Negara No. 1 2 Tahun 201 8 Tentang
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
377/MENKES/PER/2009 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Apoteker dan Angka Kreditnya
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/07/M.PAN/4/2008 tentang Jabatan Fungsional dan Angka
Kreditnya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 201 4
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

28

Anda mungkin juga menyukai