Disusun Oleh:
Nama : Faiq Assidqie
NIM : 22020116130075
Kelas : A.16-1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. LATAR BELAKANG
Remaja sma merupakan masa yang sangat bergejolak dalam identitas diri. Karena pada masa ini
merupakan masa pubertas yaitu pada usia 15-18 tahun. Terjadinya banyak perilaku seks bebas
karena sikap dari individu yang belum mengetahui secara penuh akan pentingnya seks edukasi.
Dianggapknya masih sebagai hal yang tabu menjadikan terlahirnya angka kejadian seks pra
nikah yang tinggi. Berdasarkan survei yang dilakukan Yoouth center pilar PKBI Jawa Tengah
2004 di Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan tentang proses
terjadinya bayi, keluarga berencanam cara-cara pencegahan HIV/AIDS, diperoleh bahwa
informasi 43,22%, pengetahuan remaha rendah, 37,28% memiliki pengetahuan cukup dan
sedankan 19,50% memiiliki pengetahuan yang baik.[ CITATION Tri10 \l 14345 ]
Pengertian seks dalam arti sempit adalah kelamin, seks dalam arti yang luas berarti seksualitas.
Seksualitas merpuakan suatu istilah yang mencakap segala sesuatu yang berkaitan dengan seks.
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, pemberian informasi tentang masalah
seksual. Informasi yang diberikan diantaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi
dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ
reproduksi tersebut. Itulah sebabnya dilakukan seks edukasi sebagai cikal bakal pendidikan
kehidupan berkeluarga yang memiliki makna sangat penting. Pendidikan seks didefinisikan
sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi
seksualnya dan akibat bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hokum, agama dan adat istiadat,
serta kesiapan mental dan material seseorang. [ CITATION Fit16 \l 14345 ]
Dikhawatirkan jika tidak dilakukan edukasi seks akan terjadi banyak seks pranikah. Seks
pranikah adalah perilaku-perilaku yang mengarah pada keintiman heteroseksual yang dilakukan
oleh sepasang anak manusia sebelum adanya ikatan resmi (pernikahan). Seks pranikah adalah
kontak seksual yang dilakukan remaja dengan lawan jenis atau teman sesame jenis tanpa ikatan
pernikahan yang sah. Perilaku hubungan seksual pranikah dapat menyebabkan berbagai masalah
bagi kesehatan, social dan ekonomi bagi remaja itu sendiri maupun keluarganaya [ CITATION
Chr18 \l 14345 ]
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang edukasi seks pada anak kelas 10 sma 9
semarang dapat memahami tentang masalah sex education pada remaja.
2. Tujuan khusus
Setelah selesai mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan edukasi seks diharapkan remaja
mampu :
C. SASARAN
D. MEDIA
Leaflet
E. METODE
1. Ceramah,
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. PENGORGANISASIAN
H. SUSUNAN ACARA
NO ACARA WAKTU
1 Pembukaan 14.00-14.15
2 Penyampaian materi 14.15-15.00
4 Diskusi 15.45-16.15
5 Penutup 16.15-16.25
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
· 75 % undangan hadir
· 100 % peserta yang hadir dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi hasil
Peserta dapat :
Di siang hari di aula sma 9 akan dilakukan pemberian edukasi kesehatan reproduksi kepada anak
sma 9 dari mahasiswa, peserta yaitu para anak kelas 10 SMA 9.
Faiq : oke perkenalkan aku faiq assidqie, dari mahasiswa keperawatan UNDIP,
sebelumnya ada yang tau belum aku disini mau ngapain?
Faiq : oke, disini akum mau sharing sama temen temen tentang pentingnya edukasi
seks
Audiens : kak berarti kita sebagai manusia harus bias saling mengontrol nafsu, dan
menempatkannya pada tempat yang tepat ya kak?
Faiq : iya memang nafsu itu dimiliki oleh semua orang akan tetapi harus bias
dilkendalikan dan ditempatkan pada tempat dan saat yang tepat, jadi kalau
memang belum masanya untuk melakukan hubungan seks ya jangan.
Audiens : oalaaah
Faiq : okee, gitu aja yaa sekian dari aku, wassalamu’alaikum wr.wb
Fitri Ratnasai Risa, M. A. (2016). Pentignya Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini. Tarbawi
Kahtulistiwa, 1-3.
Christy karen, S. S. (2018). Gambaran Harga Diri Remaja Putri yang Melakukan Seks Pranikah.
Jurnal Psibernetika, 1-5