Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HADITS ARBA’IN NAWAWI KE- 21

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits Arba’in
Dosen pengampu : Adi Haironi, M.pd.I

Disusun Oleh :
C/KP./IV
1) Nurul Sufi 04.17.4569
2) Sundari Rahimatullah 04.17.4577
3) Rahmiyati Lutfiah 04.17.4573

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019

1 | Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam serta
salawat tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar muhammad
SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman
yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat-saat sekarang ini.
Terimakasih kepada bapak dosen Adi Haironi, S.pd.I telah ikut serta dalam
pembuatan makalah menjelaskan megenai ”Hadist Arba’in ke-21“ makalah ini kami
buat untuk memperdalam ilmu.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan
menyediakan sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini
diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang
banyak.

Yogyakarta, 9 Mei 2019

Penulis

2 | Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3


A. Bunyi hadist ke 21 .................................................................................................... 3
B. Definisi Istiqomah..................................................................................................... 3
C. Bentuk-bentuk Istiqomah ........................................................................................ 4
D. Cara untuk Istiqomah .............................................................................................. 5
E. Manfaat Istiqomah ................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 9


A. Kesimpulan .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10

3 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits Arba‟in Nawawiyah adalah kumpulan 40 hadits Nabi saw yang
dikumpulkan oleh Imam Nawawi ra. dan merupakan kitab yang tidak asing bagi
kita umat Islam, bukan hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Umat Islam
mengenalnya dan akrab dengannya, karena banyak dibahas oleh para ulama dan
menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin
berkaitan dengan kehidupan beragama, ibadah, muamalah dan syariah.
Adapun manfaat mempelajari hadits sangatlah banyak , baik itu hadits yang
shohih ataupun hadits dho‟if karena dengan membaca hadits yang dho‟if kita bisa
membandingkan atau menela‟ah lebih dalam mengenai hadits – hadits shohih yang
lain. Dengan mempelajari hadits arba‟in ini dapat mengetahui ilmu – ilmu yang
belum ada di dalam al- qur‟an seperti adab – adab ataupun tata cara sholat dll .
Pembahasan hadits ke -21 ini merupakan penjelasan dari Istiqomah dimana
dengan adanya penjelasan syarah hadits ke 21 ini diharapkan pembaca dapat
mengerti makanan yang halal baik menurut al – qur‟an ataupun hadits.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa bunyi dari hadist ke 21 ?
2. Apakah definisi dari Istiqomah ?
3. Apa saja bentuk-bentuk Istiqomah ?
4. Bagaimana cara untuk Istiqomah ?
5. Apa urgensi dari istiqomah ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui bunyi dari hadist ke-21
2. Mahasiswa mengetahui definisi dari istiqomah
3. Mahasiswa mengetahui cara untuk istiqomah
4. Mahasiswa mengetahui urgensi istiqomah

5. Mahasiswa mengetahui manfaat istiqomah

4 | Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. BUNYI HADIST KE-21

ُ‫َوال ِع ْش ِريْنَُ ال َحادِي ال َح ِديْث‬


ُ‫ َع ْم ٍرو أَبِ ْيُ َع ْن‬، ‫ل‬
َُ ‫وقِ ْي‬،
َ ‫ي‬ ُْ ِ‫ْن س ْفيَانَُ َع ْم َر ُة َ أَب‬ ُِ ‫للاِ َع ْب ُِد ب‬
ُ ‫ي‬ َُ ‫ض‬ ِ ‫ل َع ْنهُ للاُ َر‬ َُ ‫قَا‬: ُ‫ل ق ْلت‬ َُ ‫ارس ْو‬
َ َ‫للاِ ي‬
ُ ‫ل‬ ُْ ‫ي ق‬
ُْ ‫فِي ِل‬
ُِ ‫اإلس‬
‫ْالم‬ ِ ‫لا‬ ُ ُ‫غي َْركَ ؟ أ َ َحدَُا ا َع ْنهُ أ َ ْسأَل‬
ُ ‫لَ قَ ْو‬ َ ‫ل‬ َُ ‫قَا‬:ُ“ُ‫للِ آ َم ْنتُ ق ْل‬ُ ‫م ْس ِلمُ َر َواهُُ”است َ ِق ُْم ثمُ با‬
Hadits Ke-21
Dariُ Abuُ ‘Amr—adaُ yangُ menyebutُ pulaُ Abuُ ‘Amrah—Sufyan bin
‘Abdillahُ radhiyallah‘anhu,ُ iaُ berkata,ُ “Akuُ berkata:ُ Wahaiُ Rasulullahُ
katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu
bertanya tentangnyaُ kepadaُ seorangُ punُ selainmu.”ُ Beliauُ bersabda,ُ
“Katakanlah:ُ akuُ berimanُ kepadaُ Allah,ُ kemudianُ istiqamahlah.”ُ (HR.ُ
Muslim) [HR. Muslim, no. 38]

B. DEFINISI ISTIQOMAH

Istiqomah merupakan salah satu bentuk akhlak mulia, suatu istilah bahasa arab
yang sering diucapkan oleh masyarakat muslim, sifat ini selayaknya dimilki
oleh setiap muslim agar tidak mudah digoyahkan tantangan maupun halangan
dalam memegang tali Islam dan menjalankan ajaran Islam.
Istiqomah menurut bahasa berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf qof,
wa, dan mim yang menunjukkan dua makna. Makna Pertama,adalah
kumpulan manusia (kaum) dan makna kedua, adalah berdiri atau tekad
yang kuat. Dari makna yang kedua, istiqomah diartikan dengan I’tidal (tegak
atau lurus). Adapun dalam “Ensiklopedi Islam” yang disusun oleh tim redaksi
Ensiklopedi Islam, istiqomah adalah keadaan atau upaya seseorang yang
teguh mengikuti jalan lurus(agama Islam) yang telah ditunjuk Allah SWT.
Adapun secara terminologi, istiqomah bisa diartikan dengan
komitmen terhadap syahadat tauhid sampai dan beribadah kepada Allah tanpa
menoleh kiri kanan.

5 | Page
C. BENTUK-BENTUK ISTIQOMAH

Menurut sebagian ulama berpendapat bahwa istiqomahitu terjadi secara lahir


maupun batin.Yang dimaksud istiqomah secara lahir adalah patuh terhadap
semua perintah Allah SWT.
1. Istiqomah Hati
Asal istiqomah adalah istiqomah hati diatas tauhid sebagaimana yang
dijelaskan tentang arti istiqomah, apabila hati telah istiqomah dalam makrifah
kepada Allah, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya,
menjadikan-Nya tujuan, tumpuan harapan, berdoa, tawakkal kepada –
Nya dan berpaling dari yang selain-Nya.
2. Istiqomah lisan
Lisan merupakan salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia,
karena dengan lisan itulah mereka dapat mengucapkan dua kalimat syahadat
sebagai pernyataan keislaman.Yang jugapaling harus diperhatikan setelah
istiqomah hati karena ia merupakan penerjemah hati dan juru bicaranya.
Hal ini ditegaskan oleh hadits imam Tirmidzi meriwayatkan dengan
sanadnya dari sufyan bin Abdullah r.a. ia berkata: saya berkata,” Wahai
Rasulullah, beritahukanlah aku satu perkara yang dapat aku jadikan
pegangan.” Beliau bersabda: “ Ucapkanlah ‫(ﷲ ﻲﺑر‬Allah Rabb-Ku), kemudian
istiqomah-lah.” Saya bertanya,” wahai Rasulullah, apakah yang

3. Istiqomah perbuatan(Anggota Badan)


Amalan aggota badan meliputi ucapan lisan serta segala sesuatu yang
dilakukan oleh tangan dan kaki. Termasuk yang dilakukan oleh pancaindra:
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa, dan peraba. Semua amalan
ini disebut amalan lahir, sebagaimana kebalikan dari amalan batin atau
amalan hati.

D. CARA UNTUK ISTIQOMAH

6 | Page
1. Mencari teman bergaul yang saleh.

Dariُ Abuُ Musaُ radhiyallahuُ ‘anhu,ُ Nabiُ shallallahuُ ‘alaihiُ waُ sallamُ
bersabda,
ُ‫يسُ َمثَل‬ ِ ‫حِ ْال َج ِل‬
ُ ‫يس الصا ِل‬ ُ ِ ‫ل الس ْو ُِء َو ْال َج ِل‬
ُِ َ ‫ب َك َمث‬
ُِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫ْك‬ُِ ‫ ْال ِمس‬، ‫ير‬ ُِ ‫ ْال َحدا ُِد َو ِك‬، َ‫ل‬ ُ َُ‫ن َي ْعدَمك‬ ُْ ‫بُ ِم‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ
ُِ ‫ ت َ ْشت َِري ُِه ِإما ْال ِمس‬، ‫ ِري َحهُ ت َِجدُ أَ ُْو‬، ُ‫َخ ِبيثَةاُ ِري احا ِم ْنهُ ت َِجدُ أ َ ُْو ث َ ْو َبكَُ أ َ ُْو َبدَنَكَُ يحْ ِرقُ ْال َحدا ُِد َو ِكير‬
‫ْك‬
“Seseorangُyangُdudukُ(berteman)ُdenganُorangُsholihُdanُorangُyangُjelekُ
adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika
engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya
atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau
tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat
baunyaُyangُtidakُenak.”ُ(HR.ُBukhari,ُno.ُ2101)
2. Rajin hadiri majelis ilmu.

Dari Hanzhalah Al-Usayyidiy–beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah


shallallahuُ‘alaihiُwaُsallam–,ُiaُberkata,ُ“AbuُBakrُpernahُmenemuiku,ُlaluُ
iaُ berkataُ padaku,ُ “Bagaimanaُ keadaanmuُ wahaiُ Hanzhalah?”ُ Akuُ
menjawab,ُ “Hanzhalahُ kiniُ telahُ jadiُ munafik.”ُ Abuُ Bakrُ berkata,ُ
“Subhanallah,ُapaُyangُengkauُkatakan?”ُAkuُmenjawab,ُ“Kamiُjikaُberadaُ
diُsisiُRasulullahُshallallahuُ‘alaihiُwaُsallam,ُkamiُteringatُnerakaُdanُsurgaُ
sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami
keluarُ dariُ majelisُ Rasulُ shallallahuُ ‘alaihiُ wa sallam dan kami bergaul
dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi
banyakُlupa.”ُAbuُBakrُpunُmenjawab,ُ“Kamiُpunُbegitu.”
KemudianُakuُdanُAbuُBakrُpergiُmenghadapُRasulullahُshallallahuُ‘alaihiُ
wa sallam lalu aku berkata,ُ “Wahaiُ Rasulullah,ُ jikaُ kamiُ beradaُ diُ sisimu,ُ
kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah
surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami
meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan
pekerjaanُkami,ُsehinggaُkamiُpunُbanyakُlupa.”
Rasulullahُshallallahuُ‘alaihiُwaُsallamُlaluُbersabda,
‫ن ِب َي ِد ِهُ نَ ْفسِى َوالذِى‬ َ َ‫فر ِشك ُْم َعلَى ْال َمالَئِكَةُ ل‬
ُْ ‫صافَ َحتْك ُم ال ِذِّ ْك ُِر َوفِى ِع ْندِى تَكونونَُ َما َع َلى ت َدومونَُ َل ُْو ِإ‬
ُْ ‫ظلَةُ َيا َو َل ِك‬
‫ن طر ِقك ُْم َُو ِفى‬ َ ‫سا َع ُةا َح ْن‬
َ ‫سا َع ُةا‬ َُ َ‫ت ثَال‬
َ ‫» َو‬. ‫ث‬ ٍُ ‫َمرا‬
“Demiُ Rabbُ yangُ jiwakuُ beradaُ diُ tangan-Nya. Seandainya kalian mau
kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku
7 | Page
dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan
menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun Hanzhalah,
lakukanlahُsesaatُdemiُsesaat.”ُBeliauُmengulanginyaُsampaiُtigaُkali.ُ(HR.ُ
Muslim no. 2750).
3. Memperbanyak doa kepada Allah.

AllahُTa’alaُberfirman,
َُ ‫غ‬
‫ل َربنَا‬ ُْ ‫ْال َوهابُ أَ ْنتَُ إِنكَُ َرحْ َم ُةا لَد ْنكَُ ِم‬
ُْ ‫ن لَنَا َوهَبُْ َهدَ ْيتَنَا إِ ُذْ بَ ْع ُدَ قلوبَنَا ت ِز‬
“Yaُ Rabbُ kami,ُ janganlahُ Engkauُ jadikanُ hatiُ kamiُ condongُ kepadaُ
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha
Pemberiُ(karunia).”ُ(QS.ُAliُImran:ُ8)
Dariُ‘Abdullahُbinُ‘AmrُbinُAl-‘Ashُradhiyallahuُ‘anhuma,ُiaُberkataُbahwaُ
Rasulullahُshallallahuُ‘alaihiُwaُsallamُbersabda,
ُ‫ف اللهم‬
َُ ‫ص ِ ِّر‬
َ ‫بم‬
ُِ ‫ف القل ْو‬ َ ‫طا َعتِكَُ َعلَى قل ْوبَنَا‬
ُْ ‫ص ِ ِّر‬ َ
“ALLOHUMMAُ MUSHORRIFALُ QULUUBُ SHORRIFُ QULUUBANAAُ
‘ALAُ THOO’ATIKُ (artinya:ُ Yaُ Allah,ُ Sangُ Pembolak-balik hati,
balikkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu).”ُ(HR.ُMuslim,ُno.ُ2654)
Dalam riwayat selengkapnya disebutkan,
ُ‫وب ن‬
َُ ‫ْن بَيْنَُ كل َها آدَ َُم بَنِى قل‬
ُِ ‫صبَعَي‬
ْ ِ‫ن إ‬ َ َ‫ن أ‬
ُْ ‫صابِ ُعِ ِم‬ ٍُ ‫اح ٍُد َكقَ ْل‬
ُِ ‫ب الرحْ َم‬ ِ ‫ص ِ ِّرفهُ َو‬
َ ‫يَشَاءُ َحيْثُ ي‬
“Sesungguhnyaُ hatiُ manusiaُ seluruhnyaُ diُ antaraُ jariُ jemariُ Ar-Rahman
seperti satu hati, Allah membolak-balikkannya sekehendak-Nya.”ُ (HR.ُ
Muslim, no. 2654)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaiminُ rahimahullahُ dalamُ Syarhُ
Riyadh Ash-Shalihin mengajarkan faedah yang bagus tentang doa ini di mana
kalimatُ ‘ALAُ THOO’ATIKُ mempunyaiُ maknaُ sangatُ dalam.ُ Artinya,ُ kitaُ
minta kepada Allah supaya hati kita terus berada pada ketaatan dan tidak
beralih kepada maksiat. Hati jika diminta supaya balik pada ketaatan, berarti
yang diminta adalah beralih dari satu ketaatan pada ketaatan lainnya, yaitu dari
shalat, lalu beralih pada dzikir, lalu beralih pada sedekah, lalu beralih pada
puasa, lalu beralih pada menggali ilmu, lalu beralih pada ketaatan lainnya.
Maka sudah sepantasnya doa ini diamalkan.

8 | Page
E. Manfaat Istiqomah
Manfaat istiqomah sangat banyak.Diantaranya adalah berikut ini.
1. Hidup tenang.
2. Mendapatkan penjagaan dari Allah Swt.
3. Mendapat kabar gembira yang baik.
4. Melintasi shirat (jembatan) di akhirat dengan mulus.

9 | Page
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Simpulan yang dapat penyusun simpulkan dari hasil pembahasan diatas adalah:
1. Istiqomah merupakan sikap teguh pendirian dan konsekuen.
2. Orang muslim harus selalu istiqomah dalam sepanjang jalan kehidupan.
3. Amal shaleh dapat menjaga agar tetap istiqomah.

DAFTAR PUSTAKA
10 | Page
Al-Bukhari. 1987. Shahih Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir Al-Yamamah.
Ali, Maulana Muhammad. 1992. Kitab Hadits Pegangan. Jakarta: Darul
Kutubil Islamiyah.
Al-Naisaburi, Abu Hasan Muslim. 2006. Shahih Muslim. Riyadh: Dar
Thayyibah. Cet 1.
Khaeruman, Badri. 2004. Otentitas Hadits. Bandung: PT. Remaja Rasdakarya.
Maruzi, Muslich. 1986. Koleksi Hadits Sikap dan Pribadi Muslim. Jakarta:
Pustaka Amani.
Thalib, M. 1986. Butir-Butir Pendidikan Dalam Hadits. Surabaya: Al-Ikhlas.

11 | Page

Anda mungkin juga menyukai