Disusun Oleh:
Kelompok 18/Kelas A
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BAKAT DAN KREATIVITAS. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan tugas ini dan menjadi evaluasi kami dalam
menyelesaikan tugas dimasa yang akan datang.
Semoga tugas makalah ini dapat dipahami bagi siapapun dan dapat berguna
bagi semua orang yang membacanya. Sebelumnya kami juga memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pilihan kata yang kurang berkenan.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 15
2
BAB 1. PENDAHULAN
3
1.2 Rumusan Maasalah
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus ?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
kreativitas?
c. Kendala-kendala dalam mengembangkan bakat dan kreativitas?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi bakat seorang
anak.
b. Untuk mengetahui cara mengembangkan bakat yang dimiliki anak.
c. Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat
kekreatifitasan seorang anak.
4
BAB 2. PEMBAHASAN
5
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kreativitas
Kreativitas membutuhkan rangsangan dari lingkungan untuk
berkembang secara optimal. Beberapa ahli mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kreativitas. Amabile (Munandar, 1999)
mengungkapkan sikap orang tua yang secara langsung mempengaruhi
kreativitas anaknya. Beberapa faktor yang menentukan adalah:
a. Kebebasan: orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan
kepada anak. Orang tua tidak otoriter, tidak terlalu membatasi
kegiatan anak, dan tidak terlalu cemas mengenai anak mereka.
b. Respek: orang tua yang menghormati anaknya sebagai individu,
percaya akan kemampuan anak mereka, dan menghargai keunikan
anak mereka. Sikap orang tua seperti ini akan menumbuhkan
kepercayaan diri anak untuk melakukan sesuatu yang orisinal.
c. Kedekatan emosi yang sedang: kreativitas akan dapat dihambat
dengan suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan,
penolakan, atau rasa terpisah. Tetapi, keterikatan emosi yang
berlebihan juga tidak menunjang pengembangan kreativitas karena
anak akan bergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat
atau minat. Perasaan disayangi dan diterima tetapi tidak terlalu
tergantung kepada orang tua akan menimbulkan keberanian anak
untuk menentukan pendapatnya.
d. Prestasi bukan angka: orang tua anak kreatif menghargai prestasi
anak, mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya, dan
menghasilkan karya-karya yang baik. Tetapi, mereka tidak terlalu
menekankan mencapai angka atau nilai tinggi, atau mencapai
peringkat tertinggi.
e. Orang tua aktif dan mandiri: sikap orang tua terhadap diri sendiri
amat penting karena orang tua merupakan model bagi anak. Orang tua
anak yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak
mempedulikan status sosial dan tidak terlalu terpengaruh oleh
6
tuntutan sosial. Mereka juga mempunyai banyak minat di dalam dan
di luar rumah.
f. Menghargai kreativitas: anak yang kreatif memperoleh banyak
dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
Torrance (Ali & Asrori, 2005) menambahkan bahwa ada lima bentuk
interaksi orang tua dengan anak yang dapat mendorong perkembangan
kreativitas. Kelimanya ialah:
a. Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim;
b. Menghormati gagasan-gagasan imajinatif;
c. Menunjukkan kepada anak bahwa gagasan yang dikemukakan anak
bernilai;
d. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar atas prakarsanya
sendiri atau memberikan reward kepada anak setelah ia
menyelesaikan suatu pekerjaan; serta
e. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa suasana
penilaian.
7
bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-
kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang
bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi keamanan dan
kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan
minat yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kreatif,
adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri,
dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-
kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan
inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.
8
Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat
mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
1) Keterbukaan terhadap pengalaman.
2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan
pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
3) Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan
konsep-konsep.
b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang
dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan
kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama
dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah,
pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke
perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat,
kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga
turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar,
2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan
kreativitas ditandai dengan adanya:
1) Keamanan Psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang
saling berhubungan, yaitu:
a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala
kelebihan dan keterbatasannya.
b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat
evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat
atau mempunyai efek mengancam.
c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati
perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu
melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
9
2) Kebebasan Psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan
kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan
secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
10
(kompetisi) juga dapat mematikan kreativitas. Persaingan terjadi apabila
anak merasa pekerjaannya akan dibandingkan dengan pekerjaan siswa lain,
dan bahwa yang terbaik akan diberi hadiah. Minat dan motivasi intrinsik
untuk berkreasi juga akan dirusak dalam lingkungan yang sangat membatasi
anak dalam berperilaku (misalnya lingkungan yang terlalu banyak aturan).
Pemberian evaluasi dan hadiah sebenarnya tidak selalu merusak
motivasi intrinsik untuk berkreasi. Hal ini bergantung pada bagaimana
melakukannya. Akan lebih baik jika pendidik menyampaikan sesuatu yang
informatif dalam memberikan penilaian, sebagai contoh: “rupanya kamu
mengalami kesulitan dalam menggambar pohon, tetapi pilihan warna yang
kamu pilih sungguh cerah.” daripada hanya mengatakan “Bagus” atau
“Kurang bagus.”
Rencana pemberian hadiah hendaknya disampaikan sesudah anak
mencapai suatu prestasi. Kecenderungan orang tua dan pendidik
menjanjikan sesuatu yang berlebihan kepada anak sebagai syarat bagi
pencapaian prestasi akan menghambat anak untuk berkreasi.
Jadi, potensi kreatif pada semua orang tergantung bagaimana cara
mengembangkannya secara optimal agar tidak terhambat dan bias
berkembang dengan baik.
Kendala lain yang diungkapkan oleh Munandar yaitu:
a. Kendala dari Rumah
Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan keluarga
dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara
tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi
dan pilihan atau lingkungan yang terbatas.
b. Kendala dari Sekolah
Ada beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas dari sekolah
antara lain:
1) Sikap guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru
terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru memberi
lebih banyak otonomi.
11
2) Belajar dengan hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat
perkembangan kreativitas siswa karena materi pelajaran hanya
cocok untuk menjawab soal pilihan ganda bukan penalaran.
3) Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam
kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara
bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata
terhadap motivasi intrinsik dan kreativitas.
4) Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling
menghambat kreativitas mereka dengan menekankan
konformitas.
5) Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki minat-minat khusus
dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan.
c. Kendala Konseptual
Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah conceptual
blocks yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam
pengamatan suatu masalah serta pertimbangan cara-cara
pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu eksternal dan
internal.
1) Kendala yang bersifat eksternal antara lain:
a) Kendala kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada
beberapa contoh kendala kultural yaitu:
- Berkhayal atau melamun adalah membuang-buang
waktu.
- Suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-
anak.
- Kita harus berpikir logis, kritis, analitis dan tidak
mengandalkan pada perasaan dan firasat.
- Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran
ilmiah dan dengan uang yang banyak.
- Ketertarikan pada tradisi.
- Adanya atau berlakunya tabu.
12
b) Kendala lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh
kendala lingkungan dekat:
- Kurang adanya kerja sama dan saling percaya antara
anggota keluarga atau antara teman sejawat.
- Majikan (orang tua) yang otokrat dan tidak terbuka
terhadap ide-ide bawahannya (anak).
- Ketidaknyamanan dalam keluarga atau pekerjaan.
- Gangguan lingkungan, keributan atau kegelisahan.
- Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan gagasan-
gagasan.
2) Kendala yang bersifat internal antara lain:
a) Kendala perceptual, kendala perceptual dapat berupa:
- Kesulitan untuk mengisolasi masalah.
- Kecenderungan untuk terlalu membatasi masalah.
- Ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari
berbagai sudut pandang.
- Melihat apa yang diharapkan akan dilihat, pengamatan
stereotip memberi label terlalu dini.
- Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi dalam
pengamatan.
- Ketidakmampuan untuk menggunakan semua
masukan sensoris.
b) Kendala emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi
bagaimana kita melihat, dan bagaimana kita berpikir
tentang suatu masalah. Sebagai contoh:
- Tidak adanya tantangan, masalah tersebut tidak
menarik perhatian kita.
- Semangat yang berlebih, terlalu bermotivasi untuk
cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk
diikuti.
13
- Takut membuat kesalahan, takut gagal, takut
mengambil resiko.
- Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan (ambiguity)
kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan
keamanan.
- Lebih suka menilai gagasan, daripada member
gagasan.
- Tidak dapat rileks atau berinkubasi.
c) Kendala imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam
menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh:
- Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra-
sadar atau tidak sadar.
- Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi.
- Ketidakmampuan untuk membedakan realitas dari
fantasi.
d) Kendala intelektual, hal ini timbul bila informasi
dihimpun atau dirumuskan secara tidak benar. Contoh:
- Kurang informasi atau informasi yang salah.
- Tidak lentur dalam menggunakan strategi pemecahan
masalah.
- Perumusan masalah tidak tepat.
e) Kendala dalam ungkapan, misalnya:
- Keterampilan bahasa yang kurang untuk
mengungkapkan gagasan.
- Kelambatan dalam ungkapan secara tertulis.
14
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lingkungan merupakan faktor yang penting dalam menentukan
pengembangan bakat kreatif berdasarkan kecerdasan yang dimiliki anak.
Kreativitas sangat bermakna dalam kehidupan, baik bagi siswa yang
memiliki bakat kreatif maupun bagi masyarakat luas. Kemampuan kreatif
sangat diperlukan dalam pemecahan masalah dan akan sangat bermanfaat
bagi pengembangan diri siswa yang bersangkutan. Identifikasi dan
pengukuran bakat kreatif bermanfaat untuk merancang kegiatan yang
menantang dan menarik bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Dalam mengidentifikasi bidang bakat-bakat khusus, dapat menggunakan
tes-tes misalnya tes prestasi akademis, tes kreativitas verbal, mengobservasi
kemampuan psikomotorik, dsb.
Internal: Internal:
- Minat - Motivasi berprestasi rendah
- Motif berprestasi memadai - Takut mencoba sesuatu yang
- Keberanian mengambil resiko belum pernah dilakukan
- Ulet dan tekun - Mudah menyerah
- Kegigihan dan daya juang. - Malas
Bakat
Eksternal: Eksternal:
- Kesempatan maksimal untuk - Lingkungan yang tidak
mengembangkan diri memberikan kesempatan anak
- Sarana dan prasarana yang untuk mengembangkan bakat
mendukung - Tidak tersedia sarana dan
- Dorongan orang tua/keluarga prasarana
- Pola asuh. - Orang tua/keluarga cenderung
hanya menghargai bakat yang
berkaitan dengan kemampuan
akademik
- Pola asuh
15
Sikap Orang Tua: Internal:
- Kebebasan bagi anak untuk - Keyakinan/persepsi yang salah
berkreasi bahwa lingkunganlah yang
- Menghormati anaknya sebagai menyebabkan dirinya tidak
individu mempunyai kesempatan
- Percaya akan kemampuan mengembangkan kreativitasnya.
anak
Kreativitas
3.2 Saran
Bakat dan Kreativitas perlu dipupuk sejak dini karena sejak masih di
usia dini, kreativitas seorang dapat dikembangkan dengan optimal.
Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri peserta didik,
juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu
kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, I., dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Novitasari, E., dkk. 2016. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Peserta Didik.
http://novittralala.blogspot.com/2016/05/mengembangkan-bakat-dan-
kreativitas.html [Diakses pada 28 Februari 2019].
Norrahma, D. 2010. Pengembangan Bakat dan Kreativitas.
http://destyanorrahmah.blogspot.com/2011/05/pengembangan-bakat-dan-
kreativitas.html [Diakses pada 28 Februari 2019].
Arimas, K. 2014. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Usia SD.
http://khusnarimas.blogspot.com/2014/12/mengembangkan-bakat-dan-
kreativitas.html [Diakses pada 28 Februari 2019].
17