Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan critical book report Rangkaian Terintegrasi, program studi S1
Pendidikan Fisika.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan kepada
bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si dan Rajo Hasil Lubis, S.Pd,. M.Pd sebagai dosen pengampu mata
kuliah ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mcritical book report ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan Bapak dosen untuk perbaikan tulisan ini.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Medan, September 2019

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................
1.3 Manfaat ..............................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI BUKU .....................................................................
2.1 Identitas Buku .......................................................................................
2.2 Ringkasan Buku I..................................................................................
2.3 Ringkasan Buku II ................................................................................
2.4 Ringkasan Buku III ...............................................................................
BAB III KEUNGGULAN BUKU .....................................................................
3.1 Kemutakhiran Isi Buku .......................................................................
3.2 Kelengkapan Isi Buku .........................................................................
BAB IV KELEMAHAN BUKU .........................................................................
4.1 Kemutakhiran Isi Buku .......................................................................
4.2 Kelengkapan Isi Buku .........................................................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................
5.1 Kesimpulan .........................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical Book Review sangatlah penting, karena bukan hanya sekedar laporan atau
tulisan tentang isi sebuah buku atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interprestasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku atau artikel
tersebut dan apa yang menarik dari artikel tersebut, bagaimana isi buku tersebut yang bisa
mempengaruhi cara berpikir dan menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian tersebut
dan lebih kritis menanggapinya. Dengan kata lain dengan Critical Book Review akan menguji
pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang, berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki.

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Rangkaian Terintegrasi.
2. Untuk menambah pengetahuan khususnya dibagian evaluasi dalam bidang
pendidikan.
3. Meningkatkan daya kritis terhadap buku yang akan dikritisi.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap buku.
5. Menguatkan pemahaman materi khususnya materi Rangkaian Terintegrasi.

1.3 Manfaat
1. Mengetahui perbedaan buku yang direview
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang materi Rangkaian Terintegrasi yang
terdapaat pada buku tersebut setalah dibandingkan.
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Identitas Buku

 Identitas Buku I

Judul Buku : Prinsip-Prinsip Elektronika Dasar Edisi ke Tiga


Nama Pengarang : Albert Paul Malvino, Ph.D
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : 1985
Kota Terbit : Bandung
Jumlah halaman :363

 Identitas Buku II
Judul Buku : Rangkaian Elektronika Analog
Nama Pengarang : Sutanto
Penerbit : Universitas Indonesia
Tahun Terbit : 1994
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 172
 Identitas Buku III

Judul Buku : Elektronika Lanjut


Nama Pengarang : Herman Dwi Surjono, Ph.D
Penerbit : Cerdas Ulet Kreatif
Tahun Terbit : 2009
Kota Terbit : Jember
Jumlah Halaman : 104
2.2 Ringksasan Buku I
A. Jaringan Mendahului
Jaringan mendahului adalah kunci untuk menganalisa pengaruh frekuensi rendah
1
pada penguat. Reaktasi kapasitif diberikan oleh 𝑋𝑐 = 2𝜋𝑓𝐶

Pada frekuensi yang amat rendah, Xc mendekati tak terhingga. Pada frekuensi yang
amat tinggi, Xc mendekati nol. Rangkaian ini disebut rangkaian mendahului karena
tegangan keluar mendekati tegangan masuk.
1. Tanggapan Frekuensi
Tegangan Vin dan Vout menyatakan harga-harga rmsnya. Bila kita mengubah
frekuensi, tegangan keluar berubah karena reaktansi kapasitor. Ini berarti tegangan
Vout/Vin merupakan fungsi dari frekuensi.
2. Frekuensi Pancung (Cutoff Frequency)
Jaringan mendahului adalah pembagi tegangan ac dengan tegangan ke luar
𝑅
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛
√𝑅 2 + 𝑋𝑐 2
Yang dapat dituliskan kembali menjadi
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅
=
𝑉𝑖𝑛 √𝑅 + 𝑋𝑐 2
2

Dengan membuat grafik persamaan ini terhadap frekuensi. Frekuensi pancung


disebut juga frekuensi kritis, frekuensi patah, dan frekuensi pojok adalah frekuensi pada
1
saat Xc sama dengan R. Persamaannya 𝑋𝑐 = 𝑅 Atau = 𝑅 Didapatkan rumus untuk
2𝜋𝑓𝐶
1
f sebagai berikut 2𝜋𝑅𝐶 = 𝑓

B. Jaringan Ketinggalan
Jaringan ketinggalan adalah kunci untuk menganalisa pengaruh frekuensi tinggi
pada peguat. Pada frekuensi yang amat rendah Xc harganya besar dan tegangan keluar
hampir sama dengan tegangan masuk. Pada frekuensi yang amat tinggi, Xc berharga kecil
dan tegangan keluar mendekati nol. Rangkaian ini disebut jaringan ketinggalan karena
tegangan keluar ketinggalan dari tegangan masuk.
a. Tanggapan Frekuensi
Memperlihatkan tanggapan frekuensi dari jaringan ketinggalan. Bati tanggapannya 1 pada
frekuensi rendah. Pada frekuensi pancung, bati tegangannya 0,707. Di luar frekuensi
pancung ini, bati tegangan terus menurun dan mendekati nol pada frekuensi tak terhingga
b. Frekuensi Pancung
Bila tegangan jaringan ketinggalan adalah
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅
= √𝑅2 Atau 𝑉𝑇𝐻 = 𝐴𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑖𝑛 +𝑋𝑐 2

Dan resistansi Theveninnya adalah 𝑅𝑇𝐻 = 𝑅𝑆 𝑅𝐿


c. Sumber Arus
Sumber arus yang menggerakan gabungan paralel dari Rc,RL, dan C. Susunan ini
ekuivalen dengan jaringan ketinggalan. Cara termudah untuk melihatnya adalah mengamati
rangkaian ini dengan rangkaian theveninnya. Karena rangkaian ekuivalen ini adalah
jaringan ketinggalan, frekuensi pancungnya adalah
1
𝑓𝑐 = 2𝜋(𝑅 |𝑅 )𝐶
𝐶 𝐿

Rumus ini penting dalam menganalisa penguat bipolar dan FET pada frekuensi tinggi.
d. Kapasitor Pintas Emiter
Kapasitor pintas emiter menyebabkan tegangan frekuensi penguat patah pada
frekuensi pancung, yaitu ditandai dengan 𝑓𝐸 . Dengan demikian, penguat mempunyai
tiga frekuensi pancung 𝑓𝑖𝑛 𝑓𝑜𝑢𝑡 dan 𝑓𝐸 . Untuk memisahkan pengaruh kapasitor pintas
emiter, kita anggap bahwa kapasitor penggandeng mempunyai kapasitansi tak
terhingga. Ini berarti bahwa tanggapan frekuensinya patah pada 𝑓𝐸 . Didalam penguat
pita-tengah, kapasitor pintas emiter tampak seperti hubungan singkat ac. Hal ini
menghubungkan emiter dengan tanah dan menghasilkan bati tegangan dengan beban
besar –rc/re dimana rc=Rc||RL
Rangkaian emiternya ekivalen dengan rangkaian ketinggalan. Dengan mengganti
rangkaian yang menggerakan Ce dengan rangakaian Theveninnya, dalam rangkaian
Rout adalah resistansi thevenin yang menghadap kapasitor
𝑅𝑠||𝑅1||𝑅2
𝑅𝑜𝑢𝑡 = 𝑟 +
𝛽
e. Resistansi Beban
Sebuah kapasitor sering dipasang paralel dengan tahanan beban, pada frekuensi
rendah. Dimana kapasitor tampak seperti terbuka, rangkaian berlaku seperti pembagi
tegangan dengan bati pita-tengah sebsesar
𝑅𝐿
𝐴𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =
𝑅𝑠 + 𝑅𝐿
Tetapi pada frekuensi yang lebih tinggi, hampir semua arus bolak balik dilewatkan
melalui kapasitor sehingga hampir tak ada arus yang mengalir melalui beban. Hal ini
menyebabkan tegangan beban turun. Cara yang paling sederhana unutk menemukan
frekuensi pancung adalah dengan mengganti rangkaian yang menggerakan kapasitor
dengan rangkaian theveninnya. Tegangan thevenin adalah
𝑅𝐿
𝑉𝑇𝐻 = 𝑉𝑖𝑛
𝑅𝑆 + 𝑅𝐿
f. Pengukuran yang sederhana
Keuntungan penggunaan dBm ialah pengukuran daya yang lebih
sederhana.Misalnya beberapa peralatan mempunyai dua skala seperti gamabar.Untuk
menyatakan tingkat daya ,skala yang di atas ditulis dengan mili watt.Misalkan kita
sedang mengukur daya masuk dan daya keluar untuk tahapan selanjutnya ,maka skala
yang di atas akan menunjukkan 1,25mW (garis tebal) untuk daa masuk dan 1mW (garis
putus-putus) untuk daya keluar
g. Grafik bode untuk bati tegangan
Bila kita dapat mengubah suatu rangkaian menjadi jaringan ketinggalan ,kita dapat
menghitung frekuensi pancungnya ,kita tahu bahwa bati tegangan desibel turun 20 dB
bila frekuensi masuk berharga satu dekade di atas frekuensi pancung ,turun 40 dB bila
frekuensi masuk berharga dua dekade di atas frekuensi pancung ,Turun 60 dB bila
frekuensi masuk berharga tiga dekade di atas frekuensi pancung dan seterusnya.
h. Jaringan mendahului
Jaringan mendahului adalah kunci untuk menganalisa pengaruh frekuensi
rendah pada penguat.
1
𝑋𝑐 =
2𝐶𝜋/𝐶
Pada frekuensi yang amat rendah 𝑋𝑐 mendekati tak terhingga.Pada frekuensi
yang amat tinggi 𝑋𝑐 mendekati 0.Sebuah kapasitor ekivalen dengan rangkaian terbuka
pada frekuensi yang amat rendah dan ekivalen dengan rangkaian terhubung singkat
pada frekuensi yang amat tinggi
Tanggapan Frekuensi
Tegangan Vin dan V out menyatakan harga-harga rms nya .bila kita mengubah
frekuensi,tegangan keluar berubah karena reaktansi kapasitor.Ini berarti bahwa Bati
tegangan Vin dan V out merupakan fungsi dari frekuensi.Pada frekuensi 0, 𝑋𝑐 tak
terhingga.Jadi,tegangan keluar nol, dan bati tegangan juga nol
i. Lebar pita dari tahapan kaskade
Lebar pita keseluruhan dari kaskade lebih kecil dari lebar pita masing-masing
tahapan .Misalnya, bila kita mempunyai dua tahapan tergandeng dengan masing-
masing lebar pita 10kHz maka pada 10kHz tanggapan setiap tahapan turun 3 db atas
keseluruhannya 6 db,ini berarti lebar pita seluruhnya kurang dari 10kHz
1
𝐵(𝑛) = 𝐵 √2𝑛 − 1
Bn= Lebar pita keseluruhan
B= Lebar pita satu tahapan
1
𝐵(2) = (10 𝑘𝐻𝑧)√22 − 1 = 6,44 𝑘𝐻𝑧

1
𝐵(3) = (10 𝑘𝐻𝑧)√23 − 1 = 5,1 𝑘𝐻𝑧
j. Daerah-daerah frekuensi
Pembagian frekuensi FCC(Federal Comunication Comission) dari 35 khz
sampai 36 hz.Pembagian ini bermanfaat untuk menentukan jenis penguat dan peralatan
elektronik lainnya. Berikut ini akan disebutkan beberapa contohnya.Rangkaian RV di
dalam penerima radio AM beroperasi di daerah MF karena sinyal-sinyal yang diterima
mempunyai frekuensi diantara 535 dan 1605 kHz.Penerima FM beroperasi di daerah
VHF karena sinyal-sinyal RF berada diantara 88 sampai 108 MHz.Penerima TV dapat
beroperasi baik di daerah VHF maupun di daerah UHF,tergantung dari saluran yang
sedang diterima , saluran 2 sampai 6 dan saluran 7 sampai 13adalah saluran-saluran
VHF.Sebaliknya ,saluran 14 sampai 83 adalah saluran-saluran UHP
k. Hubungan waktu naik-lebar pita
Pengujian gelombang sinus dari sebuah penguat mengandung arti bahwa kita
menyuapnya dengan masukan sinusoidal dan mengukur tegangan keluar sinusoidal .Untuk
menemukan frekuensi pancung atas,kita harus mengubah frekuensi masuk sampai batas
tegangan turun 3db dari harga pita-pita.
l. Waktu Naik
Bila diberikan rangkaian ketinggalaan seperti gambar ,teori rangkaian dasar
menunjukkan peristiwa yang terjadi setelah switch ditutup.Bila kapasitor mula-mula
tidak dimuati tegangan akan naik secara eksponensial ke arah tegangan catu V .Waktu
naik TR adalah waktu yang dibutuhkan tegangan kapasitor untuk naik dari 0,1 V (Titik
10 persen) ke 0,9 V (titik 90 persen,gelombang itu mempunyai waktu naik 10 mikro
detik bagi gelombang eksponensial untuk naik dari titik 10% ke titik 90, gelombang
itu mempunyai waktu naik 10 mikro detik
m. Pengaruh-pengaruh ceceran(Stray)
Kapasitor perkawatan tercecer sangat mempengaruhi tanggapan frekuensi dan
kapasitansi.Pada frekuensi tinggi dari sebuah penguat.Itulah sebabnya mengapa kita
harus menjaga timah sependek mungkin ketika sedang membuat rangkaian yang
beroperasi diatas 100kHz.Selain kapasitansi perkawatan tercecerngaruh-pengaruh tak
diinginkan lain yang juga menurunkan tanggapan frekuensi tinggi.
n. Grafik bode untuk sudut fasa
Grafik seperti gambar disebut grafik bode untuk sudut fasa.
- Bila f =0,1 fc,sudut fasa mendekati nol
- Bila f = fc,sudut fasanya -450
- Bila f = 10 fc,Sudut fasa mendekati -900
o. Penguat DC
Untuk menghindari osilasi bati tegangan penguat dc biasanya dirancang untuk
bergulir pada laju 40 dB per dekade,sampai grafik melintasi sumbu horizontal pada f satu
,huruf di bawah garis satu menggandeng arti bahwa bati tegangan yang biasa pada frekuensi
ini sama dengan satu,ekivalen dengan bati tegangan yang mempunyai penurunan bati
tegangan desibel 20 dB perdekade sampai memotong sumbu horizontal pada 10 MHz.

2.3 Ringkasan Buku II


PENGUAT
A. Pendahuluan
Dalam dunia ekektronika penguat merupakan penerapan sifat-sifat komponen
elektronik yang paling utama. Penguatan diperlukan untuk sinyal radio yang kecil. Penguat
juga diperlukan dalam instrumensasi pengukuran untuk memperkuat sinyal keluaran
transduser yang amat lemah.
B. Penguat Dasar dengan Transistor Bipolar
a. Garis Beban
Untuk dapat menganalisa bagaimana penguat bekerja, harus dipelajari lebih dahulu
bagaimana perubahan arus kolektor terhadap perubahan tegangan kolektor-emitor. Dari
Hukum Tegangan Kirchoff :
𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝑖𝐶 . 𝑅𝐿
dimana RL adalah tahanan beban rangkaian. Atau berarti :
𝑉𝐶𝐶 − 𝑉𝐶𝐸
𝑖𝐶 =
𝑅𝐿
Garis beban merupakan tempat kedudukan titik kerja Q dari penguat. Titik kerja Q
tersebut ditentukan oleh tegangan VCE yang diberikan antara emiter dan kolektor.
b. Masukan sinusoidal
Untuk mempelajari bagaimana bentuk keluaran dari suatu masukan sinusoidal
diberikan notasi berikut untuk membedakan beberapa macam besaran:
ib : harga pertambahan arus basis (dengan huruf kecil dan subskrip kecil)
IB : harga arus tetap sama yang menggerakkan basis (dengan huruf besar dan
subskrip besar), besarnya tergantung titik kerja Q yang dipilih
iB : harga sesaat arus basis (huruf kecil subskrip besar), yang merupakan jumlah
dari ib dan IB. Suatu sinyal ib sinusoidal mempunyai persamaan :
𝑖𝑏 (𝑡) = 𝐼𝑏𝑟𝑛 sin 𝜔𝑡
C. Penguatan Tegangan dan Penguatan Arus ( Analisa grafis)
Penguatan (amplification) adalah perbandingan antara harga besaran keluaran
dengan harga masukan. Penguatan tegangan adalah perbandingan tegangan keluar (dalam
penguat CE, VCE) dan tegangan masuk (dalam hal ini VBE). Penguatan arus adalah
perbandingan arus keluar (dalam hal ini arus kolektor iC) dengan arus masukan iB.
Penguatan sering pula disebut sebagai perolehan (gain), yang menunjukkan seberapa besar
tegangan/arus keluaran diperoleh dari tegangan/arus masukan.
Dalam setiap penguatan yang selalu diutamakan adalah penguatan dari sinyal yang
diperkuat. Karena itu dalam hal ini selalu dibicarakan penguatan sebagai perbandingan
antara nilai pertambahan besaran keluaran dengan penambahan besaran masukan. Jadi :
Penguatan arus : 𝐴𝑖 = 𝑖𝐶 ∫ 𝐼𝑏 = ∆𝑖𝐶 /∆𝑖𝐵
Penguatan tegangan : 𝐴𝑉 = ∆𝑉𝐶𝐸 /∆𝑉𝐵𝐸
D. Pencatuan Transistor Bipolar Diskrit
Rangkaian pencatuan transistor mempunyai sejarah tersendiri. Pencatuan transistor
artinya bagaiman memberikan tegangan/arus tertentu pada terminal-terminal transistor agar
dapat bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan penentuan tegangan tertentu
akan diperoleh titik kerja penguat dalam daerah aktif dengan menghindari kemungkinan
terjadinya distorsi.
E. Perubahan Parameter
Akibat kenaikan suhu, karakteristik masukan maupun keluaran penguat transistor
akan berubah cepat. Keluarga garis lengkung IC dan IB tetap dapat naik 50-100% dari
karakteristik pada suhu normal. Akibatnya ∆𝐼𝐶 membesar lebih cepat relatif terhadap
perubahan ∆𝐼𝐵 . Ini berarti membesarnya 𝛽𝐹 . Dari praktek diamati perubahan VBE dengan
laju 2.2 mV/0C dan ICO berubah dua kali lipat setiap 100C.
F. Stabilisasi Catu
Contoh dari konfigurasi pencatuan empat-tahanan merupakan contoh dari
rangkaian yang stabil. Kalau hanya menggunakan rangkaian sederhana, perubahan
karakteristik akibat kenaikan suhu akan sangat terasa pada perolehan (penguatan). Hal ini
jelas tidak diharapkan, karena keluaran jauh berbeda dari yang direncanakan, distorsi tidak
dapat dihindarkan, dan terjadinya kenaikan suhu cepat yang dapat merusakkan transistor.
G. Pencatuan Transistor Bipolar untuk Rangkaian Terpadu
Dalam perencanaan rangkaian eletronika sering dijumpai rangkaian perencanaan
yang dinamakan rangkaian cermin arus, dimana arus beban yang dihasilkan pada kolektor
dua transistornya sama besarnya, seolah-olah seperti cermin dan mempunyai tujuan agar
tetap besarnya.

2.4 Ringkasan Buku III


PENGUAT OPERASI
Pendahuluan
Penguat Operasi atau disebut dengan Op-Amp (Operational Amplifier) adalah suatu
penguat beda (penguat diferensial) yang mempunyai penguatan tegangan sangat tinggi
dengan impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah.
Penguat Beda
Penguat beda atau Differential Amplifier merupakan rangkaian yang banyak
dipakai dalam rangkaian terintegrasi termasuk Op-Amp. Pada prinsipnya rangkaian
penguat beda terdiri atas dua buah transistor yang emitornya dihubungkan jadi satu. Dalam
penguat beda yang ideal berlaku persamaan sebagai berikut:
vo = Ad (v1 – v2), dimana
Ad = faktor penguatan dari penguat beda
v1 = sinyal masukan pertama
v2 = sinyal masukan kedua
dalam hal ini:
vd = v1 – v2
vc = (v1 + v2) / 2
dengan demikian sinyal keluaran penguat beda menjadi:
vo = Ad.vd + Ac.vc
dimana
Ad = faktor penguatan dalam differential-mode
Ac = faktor penguatan dalam common-mode
Oleh karena kualitas penguat beda ditentukan oleh harga Ad dan Ac (penguat
beda yang baik adalah yang mempunyai Ad besar dan Ac kecil), maka perbandingan
antara Ad dan Ac disebut dengan CMRR atau Common-mode rejection ratio dengan
persamaan sebagai berikut.
CMRR = | Ad/Ac |

Analisis DC: Analisis dc dilakukan pada satu sisi transistor, dengan asumsi
bahwa kedua transistor adalah identik (kedua β sama). Rangkaian ekivalen dc untuk
satu sisi transistor adalah terlihat pada gambar 42.
Tegangan pada titik emitor (E1 maupun E2):
VE1 = VE2 = (IE1 + IE2).RE - VEE
oleh karena IE1 = IE,
maka: VE1 = VE2 = IE1 (2RE) - VEE atau VE1 = VE2 = IE2 (2RE) -
VEE sehingga dalam gambar 42 terlihat bahwa pada emitor terdapat resistor sebesar
2RE dengan arus yang mengalir sebesar IE. Loop input gambar 42:
IB.Rs + VBE + IE.2RE - VEE = 0
IB.Rs + + IB.(β + 1).2RE = VEE - VBE
IB = (VEE - VBE) / {(β + 1).2RE + Rs} dan IC = β.IB
Loop output gambar 42:
VCE = Vcc - IC. RC - IE.2RE + VEE
VCE = Vcc + VEE - IC. (RC + 2RE) - IB.2RE
Analisis AC:
Pertama, analisis ac dilakukan untuk menentukan faktor penguatan common-mode
(Ac). Untuk itu kedua masukan harus dibuat sama, yakni v1 = v2. Rangkaian satu sisi
transistor untuk common-mode adalah pada gambar 43.
Dengan demikian pada ekivalen ac tidak digambarkan beban RE, karena seolah-
olah terjadi hubung singkat (tidak ada drop sinyal)
v1 = - v2
maka:
vd = v1 - v2 =
2.v1 = - 2.v2
dan vc = (v1 + v2) / 2 = 0
Sinyal keluaran,
vo : vo = Ad.vd + Ac.
vc vo = Ad. (2.v1) + Ac.0
dengan demikian:
Ad = vo / (2.v1) Ad = - (hfe.RC) / 2.(Rs + hie)
Setelah Ac dan Ad ditentukan, maka selanjutnya dapat dihitung CMRR
(commonmode\ rejection ratio), yakni:
CMRR = | Ad / Ac |
Penguat Beda dengan Sumber Arus Konstan
Dengan mencermati persamaan pada Ac dan Ad, ternyata penguatan dalam
mode beda (Ad) tidak dipengaruhi besarnya RE (karena RE seolah-oleh hubung
singkat) sedangkan penguatan dalam mode common (Ac) sangat dipengaruhi oleh RE
(semakin besar RE semakin kecil Ac). Oleh karena itu diperlukan suatu rangkaian yang
bisa memperbesar pengaruh beban RE pada penguat beda, yakni dengan menggunakan
rangkaian sumber arus konstan. Rangkaian penguat beda dengan sumber arus konstan
dapat dilihat pada gambar 45.
Penguat Operasional (Op-Amp) Ideal
Op-Amp merupakan rangkaian terintegrasi yang terdiri atas transistor, resistor,
kapasitor, sedemikian sehingga membetuk suatu sistem penguat yang reliabel,
berukuran kecil dalam suatu chip. Bagian masukan dari Op-Amp umumnya berupa
rangkaian beda

Beberapa karakteristik Op-Amp ideal adalah sebagai berikut:


1. Resistansi Input, Rin →∞ (tak terhingga)
2. Resistansi Output, Ro = 0
. Penguatan Tegangan Loop Terbuka, G →∞
4. Bandwidth →∞
5. vo = 0, jika v+ = v- (artinya: Ac = 0 dan CMRR →∞)
Penguat Inverting
Penguat inverting berarti suatu penguat yang keluarannya selalu berlawanan
fasa dengan masukannya. Op-Amp yang berfungsi sebagai penguat inverting terlihat
pada gambar 48.

Dengan memperhatikan karakteristik Op-Amp ideal, maka: pada titik v- dengan hukum
Kirchoff diperoleh:
iA + iF = 0 (karena arus yang masuk ke terminal masukan = 0)
(va - v-)/RA + (vo - v-)/RF = 0
karena v- = v+ = 0,
maka: va/RA + vo/RF = 0
va/RA = - vo/RF
jadi: vo = - (RF/RA).va atau Av = vo/va
Av = - RF/RA
Penguat Non-Inverting
Penguat non-inverting berarti suatu penguat yang keluarannya tidak berlawanan
fasa dengan masukannya (sefasa). Op-Amp yang berfungsi sebagai penguat non-
inverting Masukan penguat (vi) diberikan kepada terminal v+ (terminal masukan non-
inverting). Dengan memperhatikan karakteristik Op-Amp ideal, maka: pada titik v-
dengan hukum Kirchoff diperoleh:
iA + iF = 0 (karena arus yang masuk ke terminal masukan = 0)
(v- - 0)/RA + (v- - vo)/RF = 0
karena v- = v+ = vi,
maka: vi/RA + (vi - vo)/RF = 0
vi/RA + vi/RF - vo/RF = 0
vi/RA + vi/RF = vo/RF
jadi diperoleh: vo = (1 + RF/RA).vi atau Av = (1 + RF/RA)
BAB III
KEUNGGULAN BUKU
3.1 Terkaitan Antarmateri
Buku I yang direview penulis adalah buku karya Malvino yang berjudul Prinsip-prinsip
Elektornika Edisi ketiga adapun buku II yang digunakan adalah buku karya Sutanto yang
berjudul Rangkain Elektornika dan buku ke III karya Herman Dwi Sujona yang berjudul
Elektronika Lanjutan. Dari ketiga buku tersebut keterkaitan antar materi tentang tanggapan
penguat yang ditampilkan memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Materi yang dibahas
umunya membahasa tentang jaringan mendahului,tanggapan frekuensi, titik daya setengah,
Resistansi Sumber, Frekuensi Pancung, penguat dasar dengan transistor bipolar dan lain
sebagainya. Setiap materi dalam ketiga buku ini juga memberikan banyak contoh saol tentang
materi yang dipaparkan, serta diketiga buku juga membuat gambar agar pembaca lebih
memahami materi yang dijelaskan. Dari ketiga buku yang telah direview dapat dikatakan
bahwa ketiga buku ini memiliki keterkaitaan setiap materinya sehingga mememudahkan
pembaca mengerti maksud dari materi yang dijelaskan tentang materi tersebut.
3.2 Kemutahiran Isi Buku
. Buku I yang direview penulis adalah buku karya Malvino yang berjudul Prinsip-prinsip
Elektornika Edisi ketiga adapun buku II yang digunakan adalah buku karya Sutanto yang
berjudul Rangkain Elektornika dan buku ke III karya Herman Dwi Sujona yang berjudul
Elektronika Lanjutan. Pada I terbitan Erlangga ini berisi materi yang lebih padat akan materi
yang dibahas tentang tanggapan penguat serta contoh soal dan latihan sedangkan dua buku
lainnya berisi materi yang lebih singkat serta contoh soal dan pembahasan serta di setiap akhir
pembahasan tiap bab terdapat soal-soal latihan disertai tugas guna memaksimalkan materi di
setiap pembahasan tersebut. Dalam ketiga buku ini memiliki teori-teori yang benar adanya,
sangat bagus dan membangun dalam memberikan atau menambah wawasan kepada sipembaca
khususnya saya dan mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Rangkaian Terintegrasi dimana
pun, karena isi dari ketiga buku ini terbilang lengkap sebagai acuan dan pedoman dasar dalam
memahami materi yang dipaparkan tersebut.
3.3 Kelengkapan Isi Buku

Buku I yang direview penulis adalah buku karya Malvino yang berjudul Prinsip-prinsip
Elektornika Edisi ketiga adapun buku II yang digunakan adalah buku karya Sutanto yang
berjudul Rangkain Elektornika dan buku ke III karya Herman Dwi Sujona yang berjudul
Elektronika Lanjutan. ini memiliki kelengkapan isi yang sudah terbilang lengkap meskipun
dari beberapa sisi masih perlu pembahasan materi yang lebih mendalam lagi agar tidak
membingungkan pembaca. Dari segi kelengkapan kami sebagai review ketiga buku, karya
Malvino yang menurut kami sebagai reviewer memiliki kelengkapan isi yang lebih baik, dalam
buku I lebih dijelaskan materi yang dipaparkan secara terperinci serta diakhir materi yang
dijelaskan buku ini langsung memuat contoh soal dan latihan soal terkait materi yang dibahas
sebelumnya sehingga memudahkan pembaca untuk lebih memahami materi serta
pengaplikasian rumus- rumus yang dipaparkan buku tersebut.
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

4.1 Keterkaitan Antarmateri


Dari ketiga buku yang telah di review tidak memiliki bayak kekurangan antar materinya
namun dari materi yang telah direview kekurangan yaitu seperti kurangnya rangkuman sebagai
inti dalam setiap submateri itu serta kurang banyak contoh yang dimuat dalam setiap materi
seperti yang dimuat di buku I walaupun sudah ada memang contoh yang dipaparkan dalam
setiap materinya hanya saja lebih dibanyakkan akan lebih baik lagi. Sama halnya seperti pada
buku II dan buku III menurut saya masih kurang padat akan materi yang dibahas sehingga
masih kurang pemahaman tentang materinya.
4.2 Kemutahiran Isi Buku
Ketiga buku ini tidak memberikan dampak negative bagi para pembaca bahkan
memberikan wawasan positif yang membangun karakter yang lebih teliti dan kritisi lagi.
Namun, jika berbicara tentang kekurangan ketiga buku apalagi buku I ini masih kurang
memberikan tarikan untuk para pembaca dalam memiliki keinginan membacanya, sama halnya
juga dengan buku II dan buku III.
4.3 Kelengkapan Isi Buku
Berbicara tentang kekurangan pasti ada selalu kekurangan yang terlihat meskipun suatu
karya telah disusun dan dirancang dengan sebaik-baiknya, sama halnya dengan ketiga buku
yang direview tersebut. Khususnya untuk buku I walaupun jika dibandingkan dengan buku II
dan buku III lebih memiliki materi yang terbilang lengkap namun kelengkapan isi buku masih
perlu diperdalam lagi masih ada beberapa materi yang tidak dibahas dalam materi ini yang
seharusnya wajib dibahas, agar pembaca lebih memiliki wawasan yang luas mengenai materi
Frekuensi Penguat.. Sebagai buku II dan III setelah direview menurut saya materi yang
dijelaskan masih kalah jauh kelengkapannya dengan buku I, dalam buku II dan buku III isi
materi yang dibahas terlalu dangkal menurut saya dan kata demi kata yang dimuat dalam buku
dalam beberapa bagian sulit untuk dimengerti dan dipahami. Walaupun dalam buku II dan III
ini memiliki contoh soal dan latihan soal yang banyak serta dalam akhir submateri yang dibahas
dimuat saran buku untuk dibaca selanjutkan hal itu akan sangat disayangkan jika kelengkapan
isi materinya masih kurang.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari tugas critical book report ini ialah buku I yang berjudul Prinsip-
prinsip Elektronika Edisi ke Tiga adalah buku yang cukup baik untuk dibaca karena isi buku
ini cukup lengkap dan materi yang dibahas sangat bermanfaat, bahasanya mudah dipahami,
meskipun masih ada beberapa kekurangan materinya.
Buku I dan II juga dapat dikatakan buku yang baik meskipun materi yang dipaparkan
masih kurang lengkap dibandingkan dengan buku utama. Oleh karena itu ketiga buku ini
memiliki masing-masing kelebihan dan memiliki kekurangan yang saling melengkapi satu
dengan yang lainnya.

5.2 Saran
Semoga dengan tugas ini pembaca semakin berminat membaca buku yang saya
bandingkan dengan rasa penasaran. Dan kedua buku ini sangat cocok dipakai sebagai literatur
dalam perkuliah matakuliah Rangkain Terintegrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Malvino. A. 1985. Prinsip-Prinsip Elektronika Dasar Edisi ketiga. Bandung. Erlangga

Surjono.H. 2009. Elektronika Lanjut. Jember. Cerdas Ulet Kreatif

Sutanto. 1994. Rangkaian Elektronika Analog. Jakarta. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai