BED SIDE Teaching
BED SIDE Teaching
Konsistensi,
Lunak/kenyal : Akut
Keras : Ganas
Catatan :
❑ Anamnesis Liver damage a. Tidak semua HBV menjadi Hepatoma
- Terasa mengganjal/mrongkol di perut terutama kanan atas b. Jika primer maka diagnosanya adalah "Hepatoma" sebaliknya jika
- Pertumbuhan progresif sekunder maka diagnosanya adalah "Sirrosis dengan komplikasi
- Cari riwayat yang mendukung : Hepatoma"
- R. Sakit kuning
- R Jamu Jenis , frekuensi dan lamanya ❑ Menegakkan hepatoma (Five mayor) :
- R Obat 1. Riwayat mrongkol perut dan pertumbuhan progresif
- Jamur (Aflatoksin) 2. Hepatomegali, berbenjol-benjol, nyeri tekan (-)
- R. alkoholik 3. USG → Nodul;-nodul & disarsitek
- Riwayat suntik/tranfusi 4. Lab Alfa Feto Protein (AFP) meningkat (N < 15)
5. Biopsi
Palpasi Hepar : 1. Ukuran
2. Konsistensi ❑ Penatalaksanaan
3. Tepi 1. Bed rest tidak total
4. Permukaan 2. Diet TKTP mudah dicerna dan diserap
5. Nyeri tekan/tidak 3. Roborantia
4. Prinsip terapi di jepang :
❑ DD Hepatomegali : a Lobektomi bila : 1. Diameter < 2,5 cm
1. Cari tanda-tanda liver disease 2. Letak perifer
2. Cari tanda tanda kausanya : 3. Lobus Sinistra
a. CPC bila : - Penderita lebih enak 1/2 duduk b. Sitostatik : Mitomicin
- Edema kaki c. Embolisasi,
b. Sirosis dengan hepatoma - lebih enak tidur Prinsipnya : sel tumor rakus O2 , embolisasi akan menyebabkan
atau - riwayat sakit kuning sumbatan vaskularisasi dan terjadi gangguan nutrisi dan
Hepatoma primer - hepar berbenjol - benjol oksigenasi sel tumor → necrose
c. Hepatoselluler Ca (HCC) Caranya : Cateter masuk melalui V femoralis → abdominal → V
porta → Foam (emboli) → sumbatan → necrose
catt : bisakah sirrosis hepatis disertai pembesaran hepar ?
" bisa bila disertai komplikasi hepatoma ". ❑ Vaskularisasi hepar ada 2
1. Nutrisi → V porta
Sumbatan pada Vena ini akan menyebabk gangguan →
kematian sel hepar
2. Fungsional → a. Hepatica Point pemeriksaan fisik didapat :
Pada keadaan ruptur hepar ligasi arteri ini tidak 1. Ikterik
menyebabkan gangguan sel terutama pada sclera, lidah, telapak tangan
2. Hepar : Hepatomegali, nyeri tekan (+), Permukaan rata,
Beda hepatoma dengan metastase : tepi tajam, konsistensi lunak.
- Hepatoma : AFP meningkat tinggi + biopsi Hepatitis akut 10 % splenomegali.
- Metastase : AFP Normal/naik tidak tinggi + Biopsi
Marker Tumor
Alphafetoprotein (AFP) Hepatoma
Carcinoembryonic antigen (CEA) Gastrointestinal Ca albumin globulin makna
Ca 19-9 Caput Pancreatic Ca Kronik ( ratio < 1 ) karena mekanisme
kompensasi tubuh yang kekurangan protein →
produksi globulin naik
N Intake kurang ( hipoalbumin )
HEPATITIS
SGOT SGPT
AMI ( dengan tanda penyakit hepar (-), klinik
❑ Hepatitis, N normal, sesak nafas (+), nyeri dada (+), shock
A : Akut, laboratorium melonjak sangat tinggi dalam waktu singkat berat )
B :Perjalanan klinik tak sehebat Hepatitis A, jika kronis dapat → Sirosis
C : Biasanya kronik, akut pada → post tranfusi Hepatitis ❑ Seromarker Hepatitis
- terapi biasanya interferon. Hepatitis A : Ig M anti HAV (akut)
Ig G anti HAV (kronik)
❑ Perjalanan Hepatitis minimal 1 bulan, 3 stadium : Hepatitis B : HBsAg, AntiHBs, HBcAG, Anti HBc, HBeAG, Anti HBe
A. Stad I (prodromal) : Minggu I (gejala Flu like simptom) Hepatitis C : Anti HCV
B. Stad II (ikterik) : Akhir minggu I-II, Hepatitis D : DAg
Gejala :
Kencing coklat, sklera ikterik, kondisi tubuh baik, nafsu makan baik,
mual (-) catatan :
Akhir minggu II : bilirubin meningkat → memuncak → turun. HBsAG (Hepatitis B surface Antigen)
C. Stad III (konvalesen) : Minggu III-IV, - Manifestasi pertama infeksi HBV
Gejala : - Disintesa didalam sitoplasma sel hepar masuk sirkulasi
KU membaik, Bilirubin naik , SGOT/SGPT turun - Menetap selama 1-12 minggu, > 6 bulan carier.
❑ Hematemesis melena
DD Hematemesis melena
1. Pecahnya varices oesophagus
2. Ulcus pepticum : gaster / duodenum
3. Malignansi → Ca lambung
4. Drug induced : gastropati NSAID
5. Penyakit perdarahan : ITP / DHF ❑ Kriteria pulang Sirosis dengan Hematemesis melena
6. Gastritis erosif 1. KU baik
7. Mallory weiss sindrom → rupturnya mukosa karena muntah- 2. Hematemesis melena (-)
muntah yang sering, terdapat pada alkoholik dan kehamilan. 3. Anemis (-) → indikasi tranfusi jika Hb < 7, sebaiknya untuk
pemulangan Hb harus > 10, kalau terjadi perdarahan
❑ Penatalaksanaan Hematemesis Melena ulang Hb tidak terlalu drop.
I. Resusitasi 4. Nafsu makan baik
- Bebaskan jalan napas 5. Komplikasi sirosis (-)
- O2 jika sesak
- Atasi syok hipovolemik → infus & tranfusi
❑ Ascites
II. Perbaiki KU
Patogenesis ascites
- Bed rest total
1. Hipoalbumin
- Puasa → 24 jam bebas perdarahan
Sel hepar rusak sehingga produksi albumin turun Hipoalbumin
- Kumbah lambung → pasang NGT, kumbah dengan air Es 150 cc,
→ tek osmotik turun → ekstravasasi ke interstitiel.
ditunggu 15 menit baru dikeluarkan , ulang
2. Hipertensi portal
tiap 2 jam sampai perdarahan (-).
tekanan hidrostatik naik → permeabilitas meningkat
- Koagulansia
3. Sumbatan aliran limfe di hepar
- Antasid / simetidin
Antara 3 lobus hepar terdapat trigonum kiernan yang terdiri atas
ductus biliveri, a/v hepatica, kelenjar limfe tersumbat karena terjadi
fibrosis sehingga aliran limfe balik menjadi terhambat
III. Cari faktor penyebab/kausa
4. Hiperaldosteronisme sekunder
Jika karena sirrosis maka perlu dilakukan sterilisasi usus → lavement
Fungsi detoxicasi hepar turun → hiperaldosteron menyebabkan retensi
pagi sore dengan laktulosa dan antibiotik neomisin
Na
Fungsi mag sonde pada sirosis :
1. Untuk evaluasi
2. Untuk mengurangi koma hepatikum → karena mengurangi jumlah
❑ Penatalaksanaan Ascites
darah yang masuk ke kolon. Karena di kolon terdapat bakteri yang
1. Bed rest tidak total
akan mengubah darah menjadi amoniak, seharusnya amoniak akan
2. Diet TKTP Rendah garam <2gr/hari
diubah di hepar menjadi ureum. Sehingga amoniak tinggi di dalam
3. 3 langkah penanganan untuk ascites
darah dan akan menyebabkan koma hepatikum.
I. Infus Albumin → untuk Hipoalbuminemia (bisa diganti plasma)
II. Diuretik : - Spironolakton → memotong patogenese ascites oleh
karena terjadi hiperaldosteronisme sekunder.
❑ Vitamin K dan koagulan - Furosemid
Pemberian vitamin K untuk hematemesis melena karena sirrosis III. Pungsi Ascites (atas indikasi)
tidak berguna saat diberikan tapi untuk berjaga-jaga akan perdarahan yang
akan datang. Pada hepar yang sirrosis tidak lagi memproduksi vit K untuk ❑ Diuretik
pembentukan trombosit / fibrinogen sehingga perlu pemberian vit K dari Bahaya pemberian diuretik jangka panjang adalah :
luar. 1. Hipokalemia alkalosis → koma
Vit K diproses 4 hari setelah diberikan selanjutnya masuk kedalam Sehingga pemberian Furosemid perlu disertai pemberian preparat
hepar dan diproses untuk memperkuat massa protombin. Sebaliknya kalium → Aspar K.
koagulansia (asam traneksamat) bekerja langsung setelah pemberian 2. Hiperurisemi
(directly) untuk memperkuat massa protombin dengan demikian pemberian Pada ascites permagna, Spironolakton dikombinasikan dengan lasix,
keduanya secara bersamaan bukanlah overlapping. karena :
a. P o t e n s i a s i
b. Tidak perlu tambah kalium karena yang satu hemat kalium Pada tiap pungsi perlu diperhatikan : - Warna
(spironolakton) dan yang satunya lagi ekresi kalium - Kejernihannya
(lasik/furosemid). - Viskositas
c. Spironolakton bekerja efektif setelah 1 minggu, maka kerja lasik -Bau
ialah pada awal-awal, selanjutnya diturunkan atau distop karena - Periksa eksudat/transudat
pada sirrosis terjadi hiperaldosteronime.
Pungsi sirosis bisa :
❑ Pungsi Serohemoragik → Venektasi tertusuk → darah → cairan ascites
Indikasi : - Ascites permagna ( ada jendalan oleh karena fibrin )
- Ascites yang menimbulkan sesak napas Serosanguinus → tidak ada jendalan darah ok fibrin (-)
- Ascites yang dengan diuretik tidak membaik
- Ascites yang disertai prolaps uteri Beda transudat dan eksudat
Kontraindikasi :
-Sepsis Transudat Eksudat
-Koma encer pekat
jernih keruh
Pungsi dilakukan, selluler / sedikit selluler
Logis : Sebelah kiri antara umbilicus sampai dengan SIAS kanan bakteri (-) Bakteri (+)
terdapat hepar, kiri lien dimana pembesarannya mengikuti
garis shufner Beda ascites dan kistoma ovarii
Kanan : Boleh, karena hepar mengecil tetapi oleh karena ada
komplikasi hepatoma sebaiknya disebelah kiri saja. Pungsi Ascites Kistoma ovarii
kanan dilakukan pada keadaan : Terlentang seperti perut katak Tidak
- Leukemia - Malaria Perkusi Pekak beralih (+) (-)
- Hipersplenisme - Kartagerner sindrom
Bilirubin conjugated ( II )
COLELITIASIS
Excresi
❑ Kasus :
usus halus Urin Wanita dengan : usia > 40 th
Fertil Female, fourty, fertil.
Obesitas
Reduksi menjadi urobilinogen dan stercobilin Nyeri menjalar ( refered pain ) epigastrium kanan
Murphy’s sign (+)
Gatal → timbunan bilirubin dibawah kulit.
Urin Feses ❑ Diagnosis banding :
1. Colesistitis
2. Colelitiasis
3. Kolik ureter dextra
4. Hepatitis → kapsula fibrosa meregang.
❑ Planning laboratorium :
- Hb, AL, AT
- Amilase, lipase
❑ Penunjang : BNO, USG III. Nyeri + tidak kentut, tidak BAB → illeus, peritonitis.
❑ Penatalaksanaan : Tanda-tanda illeus :
1. Bed rest - borborigmi
2. Diet rendah lemak hindari makanan yang merangsang - metalik sound
3. Antasid - darm contur
4. Operatif, jika terjadi obstruksi total → hidrops vesica - darm steifung
velea. macam illeus → obstruksi dan stranggulasi
Non operatif jika tidak menyebabkan obstruksi.
Ileus stranggulasi :
terjadi gangguan pasase / motiliti / peristaltik turun → usus tidak
berfungsi normal, kontraksi turun → makanan tidak keluar.
ABDOMINAL PAIN
Tanda-tanda peritonitis → lihat BAB tifoid.
❑ Dermopathy
Hipertiroid jika nilai indeks ≥ 20. Gejala :
1. Mixoedem
❑ Pemeriksaan tambahan adalah basal metabolisme rate (BMR) 2. Tiroid acropati
Rumus : 3. Vertigo
BMR = ( 0,75 x nadi )+ ( 0,74 x selisih sistol dan diastol ) – 72 %.
Terapi : kortikosteroid topikal potensi tinggi
Diukur pagi sebelum penderita beranjak dari tempat tidur.
1. Edukasi
❑ Ulkus Diabetik 2. Perencanaan makan
PERKENI
Patofisiologi : 3. Latihan jasmani
1. Angiopati → sumbatan →gangren → gangren kering. 4. Obat
- Pulsasi arteri dorsalis pedis (-) ❑ Edukasi
- Sensibilitas (+) Edukasi mengenai : - Apa itu DM
2. Neuropati → disuse atropi → kaki yang atropi akan mendapat tekanan - Diet DM
berlebih → Nekrosis → Gangren (Gangren basah). - Olah raga
- Pulsasi arteri dorsalis pedis (+) - Perawatan diri :
- Sensibilitas (-) kebersihan mulut & gigi
hati - hati potong kuku/luka
Pada penderita DM sebaiknya pemasangan infus tidak di kaki (kaki penggunaan sepatu harus longgar dan memiliki
diabet) karena merupakan end arteri. bantalan
Terapi DM dengan komplikasi Ulcus adalah insulin, karena insulin ❑ Diet DM,
bersifat anabolik agent → baik untuk pembentukan jaringan, apalagi jika - Prinsip diet DM : mengembalikan ke normoweight.
disertai underweight. - Macam Diet DM : A, B, B1 , B 2, B 3 , Be, M.
Sedangkan diet yang digunakan adalah diet B dengan penambahan 100 - Beda diet B & B1 :
kalori. KH P L
B 68% 12% 20%
B1 60% 20% 20%
Mengapa pada pasien DM mudah terjadi infeksi dan luka tidak sembuh- Diet B : - Penderita DM tidak tahan lapar
sembuh : - Hiperkolesterol
1. Imunitas turun - Mikro dan makroangiopati
2. penurunan Fungsi leukosit yaitu : - DM lebih 15 tahun
- Fagositosis - Kemotaksis
- Opsonifikasi - Antibodi intrasel Diet B1 : - Underweight
3. Kerentanan, karena : - kadar gula darah naik turun - DM dengan kebutuhan protein meningkat :
- Keton bodies Dengan KP
4. Mikro/makroangiopati → leukosit & O2 sulit mencapai jaringan. Kehamilan
Infeksi
Kebiasaan makan protein meningkat
Diet B2,B3,Be : - Nefropati diabetik.
B 2 → Stadium II (creatinin 2,5 - 4)
B 3 → Stadium III (creatinin 4 - 10)
Be → Stadium IV (creatinin > 10)
❑ Latihan jasmani Efek samping insulin :
Tujuannya : - Skin rash
- Meningkatkan uptake glukosa (meningkatkan sensitivitas insulin - Alergi
& meningkatkan aktivitas transporter glukosa GLUT-4 ) - Imunologi - Demam
- Memperbaiki oksigenasi jaringan - Syok anafilaktik
- memperbaiki profil lipid sehingga mencegah kegemukan - Resistensi insulin
mencapai BB ideal
- Hipoglikemi
- Lipodistropi
Bentuk-bentuk latihan jasmani : - Non imunologi - Infeksi suntikan
• Aerobik ( jalan kaki, berlari, bersepeda, dan berenang) - Edema insulin
• HR max / VO2 max : 40 – 70 % - aterosklerosis
• Bentuk aktivitas : resistance training dengan progressive circuit-type
weight training, high volume dan low intensity
• Latihan dilakukan 5-7 kali seminggu
• Intensitas moderate-strong Borg scale Macam Insulin Efek Puncak Lama Kerja
• 40-50 % 1 RM ( RepetitionMaximum ) (jam) (jam)
• Satu session dibutuhkan waktu : Cepat 2-4 6-8
- 3-5 menit warm up Menengah 4-12 18-24
- 15-60 menit training Campuran 1-8 14-15
- 3-5 menit cool down Panjang Tanpa puncak 24
Macam-macam hipoglikemi :
1. True Hipoglikemi : GDS < 60
2. Koma Hipoglikemi : GDS < 30 DEMAM TIFOID
3. Reaksi Hipoglikemi : bila kadar gula darah sebelumnya naik,
kemudian diberi obat hipoglikemi, ada tanda – tanda hipoglikemi dan
saat diambil GDSnya ternyata masih > N. Demam tifoid merupakan infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh bakteri
Tx diistirahatkan, diawasi beri minum manis/kembang gula. Salmonella typhii
4. Reaktif Hipoglikemi : - merupakan prediabetik ❑ Kreteria mayor :
- sesudah makan nasi biasa, 3-5 jam kemudian 1. Panas > 7 hari, terutama malam hari, suhu meningkat secara bertahap
timbul tanda tanda hipoglikemi. 2. Gangguan GIT : - konstipasi → S. typhi
- diare → S. paratyphi
Pengelolaan Hipoglikemia - mual, muntah
- nyeri epigastrium
Stadium permulaan (sadar) 3. Hepatosplenomegali
• Berikan gula murni 30 gr (2 sdm) atau sirup/ permen gula murni (bukan 4. Bradikardi relatif.
pemanis pengganti gula atau diet / gula diabetes) dan makanan yang 5. Lidah kotor , tepi hiperemis, tremor ( roseola tifosa )
mengandung hidrat arang ❑ Defferensial diagnosa febris > 7 hari :
• Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa darah sewaktu 1. Tifoid
Stadium lanjut (koma hipoglikemia) 2. Malaria
• Penanganan harus cepat 3. TB paru
• Berikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon melalui vena setiap 10- 4. UTI
20 menit hingga pasien sadar 5. DHF
• Berikan cairan dekstrosa 10% perinfus 6 jam perkolf untuk 6. Meningitis
mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal atau diatas normal
❑ Laboratorium :
disertai pemantauan glukosa darah
a. Leukopenia .
• Bila hipogl;ikemia belum teratatasi, berikan antagonis insulin seperti: b. Limfositosis relatif.
adrenalin,kortison dosis tinggi atau glukagon 1 mg intravena c. Widal test → penunjang.
/intramuskular d. Gaal culture dari isolat spesimen darah, asspirasi sumsum tulang, tiinja
• Pemantauan kadar glukosa darah tiap 4-6 jam danurin → diagnosa pasti.
e. SGOT /SGPT → siklus enterohepatik.
DM tipe 2 yang mengalami sekunder failure, yaitu : bila seorang f. BUN / Creatinin → nefritis tifoid.
dengan OHO dosis maksimal dan sudah diganti-ganti. tetapi OHO g. Urin rutin.
tersebut tidak dapat mengcover lagi oleh karena reseptornya sudah
payah disebabkan faktor lanjut usia.→ Diabetes tipe X (sangat ❑ Widal test
mungkin bila diberi insulin, reseptornya dapat sembuh). Yang diharapkan dari pemeriksaan widal adalah peningkatan titer
salmonella :
Slide test / presipitasi → titer O > 1 / 160
Aglutinasi test → titer O > 1 / 2320
Titer O mempunyai nilai diagnostik lebih tinggi karena dari badan ❑ Indikasi pulang
salmonella sebaliknya titer H kurang karena berasal dari flagella salmonella. 1. Febris (-) minimum 7 hari.
Widal perlu diulang jika test (-), karena pada minggu I belum terbentuk 2. Mobilisasi penuh.
antibodi, sehingga presipitasi kurang nyata dibandingkan pemeriksaan 3. Komplikasi (-).
dengan aglutinasi. Pada minggu II antibodi >> dalam darah sehingga
dilakukan pemeriksaan dengan presipitasi test → reaksi tipe III → antibodi ❑ Komplikasi :
spesifik. 1. Minggu I → syok endotoksemia
Kemungkinan hasil widal test dapat : 2. Minggu II → reaktif hepatitis, perdarahan usus.
a. false (+) : - post vaksinasi KOTIPA 3. Minggu III → perforasi.
- infeksi sublinik 4. Minggu IV → relaps tifoid.
- daerah endemik
- reaksi anamnestik ❑ Penatalaksanaan tifoid komplikasi perdarahan ( melena ):
b. False (-) : - malnutrisi 1. Bed rest total.
- AIDS 2. Puasa.
- Geriatrik 3. Rehidrasi dan nutrisi parenteral.
- Terapi sitostatik 4. Medikamentosa : - Antibiotik, koagulan.
- Terapi kortikosteroid
- Minggu I ❑ Follow up perdarahan :
- Tidak melena → warna feses
❑ Penatalaksanaan - RT feses darah (-)
1. Bed rest total , sampai 7 hari bebas panas → mobilisasi bertahap mulai - Ukur lingkar perut → karena perdarahan sering disertai perforasi yang
dari duduk sampai pulihnya kekuatan. memerlukan tindakan bedah.
2. Diet saring TKTP rendah serat, lunak sampai 7 hari bebas panas → ganti
bubur kasar → setelah 7 hari ganti nasi. ❑ Tanda-tanda perforasi / peritonitis
3. Medikamentosa : - Defans muskuler.
- cloramphenicol ( drug of choise ) - Nyeri tekan.
4 x 500 mg atau kemicetin 0,5 gr / 6 jam. - Pekak hepar menurun atau menghilang.
- kotrimoksazol 2 x 960 mg - Bising usus menurun.
- Ampicillin 4 x 1 gr - Tonus musculus sphingter ani menurun.
- ceftriaxon 3 gr / 24 jam Defans muskuler → hiperestesi kulit dan kaku otot diatas organ viscera yang
- Ciprofloksasin 2 x 500mg diinervasi nervus sesegmen.
Indikasi ampicillin : AL < 2000 gr / dl ❑ Komplikasi organ :
- ada kelainan hepar 1. Otak → meningitis, encephalopai.
- alergi cloramphenicol. 2. Cardiovasculer → syok endotoksin, miokarditis, tensi , nadi .
3. Paru → pneumonia.
Catatan : 4. Ren → pielonefritis.
Tifoid dengan kehamilan pada trismester I dan II boleh diberi 5. Kandung empedu → kolesistitis.
chloramphenicol, trimester III tidak boleh karena mengakibatkan grey baby 6. Hepar → tifoid hepatitis.
sindrom . 7. Sendi → artritis.
Catatan :
Panas dengan perdarahan → harus disingkirkan dengan kasus perdarahan yang SEPSIS
lain.
Infeksi :
Infeksi adalah istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman yang masuk
❑ Setiap perdarahan , tanyakan : ke dalam tubuh manusia. Bila kuman berkembang biak dan menyebabkan
Laki-laki : kerusakan jaringan di sebut penyakit infeksi.
- waktu khitan
- waktu luka Inflamasi :
- riwayat keluarga Inflamasi ialah reaksi jaringan vaskuler terhadap semua bentuk jejas.
wanita :
- saat menstruasi Manifestasi klinik yang berupa inflamasi sistemik disebut sistemic inflammation
- saat melahirkan respons syndrome (SIRS). Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa
sepsis adalah SIRS dengan dugaan infeksi.
➢ setiap perdarahan harus dibuat apusan darah tepi → adakah sel-sel muda
→ blood discrasia. Systemic Inflammatory Response Syndrome adalah pasien yang memiliki dua
atau lebih kriteria sebagai berikut :
❑ Penatalaksanaan 1. Suhu > 38 0C atau < 36 0C.
1. Terapi penggantian cairan 2. Denyut jantung > 90 denyut/menit.
a. Sebelum terjadi DSS → RL 3. Respirasi >20/menit atau Pa CO2 < 32 mmHg.
b. Sesudah terjadi DSS → koloid, kristaloid. 4. Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau > 10% sel imatur (band).
2. Diet
hati-hati pada perdarahan lambung. Perkembangan terbaru untuk mengetahui lebih dini adanya sepsis adalah dengan
3. Antasid pemeriksaan procalcitonin (PCT) dan C-reactive protein (CRP), dimana akan
4. Kortikosteroid terjadi kenaikan dari marker tersebut.
Ada 2 pendapat :
Boleh → harus jelas gradenya dahulu, bila DSS tidak boleh diberi. Syok septik merupakan diagnosis klinik sesuai dengan sindroma sepsis
Tidak → karena tidak terjadi penurunan kadar kortison dalam darah. disertai dengan hipotensi (tekanan darah turun < 90 mmHg) atau terjadi
5. Antibiotik → bila ada lekositosis. penurunan tekanan darah sistolik > 40 mmHg dari tekanan darah
sebelumnya.
Etiologi : 2. Antibiotik secara empiris, sambil menunggu kultur.
Penyebab sepsis dapat berupa : 3. Menghilangkan focus infeksi bila ada ( abses, gangrene dll )
1. Bakteri gram (-) dan produknya (60 % s/d 70 % kasus), tersering adalah 4. Diit tinggi kalori tinggi protein.
Esceresia Coli. 5. Bisa diberikan antibodi poliklonal ( IVIG = Intravenus Immunoglobulin
2. Bakteri gram (+) dan produknya (20 % s/d 30 % kasus), tersering Staph., → Gamimun )
Strepto., dan Enterococcus. 6. Kortikosteroid dosis rendah ( Dexametazon 1 ampul / 8 jam / hari atau
3. Bakteri anaerob, misal: Bacteriodes fragilis → pada sepsis intraabdominal metilprednisolon 62,5 mg / hari dosis terbagi )
4. Jamur oportunistik, virus (dengue dan herpes) atau protozoa (Plasmodium)
Mengapa harus kortikosteroid dosis rendah ?
Gangguan keseimbangan pada sistim imun dapat berperan dalam terjadinya Pada pemberian kortikosteroid dosis tinggi akan menyebabkan :
sepsis, antara lain: Penekanan pada HPA-axis, sehingga sekresi CTR hormon akan berkurang.
1. Defek sistim imun humoral : defisiensi komplemen dan antibodi yang
mengakibatkan gangguan pada kemampuan opsonisasi dan bakterisidal. Supresi pada adrenal sehingga akan terjadi absolut adrenal insufisiensi,
2. Defek sistim imun seluler : gangguan sistim fagosit (netrofil dan makrofag) dengan akibat terjadi insufisiensi absolut dari hormon-hormon adrenal;
dan sistim imun seluler spesifik. misalnya: adrenalin dan noradrenalin serta mineralo kortikoid. Sebagai
3. Pada usia balita dan usia tua (>60 tahun) akibatnya akan terjadi kelainan tonus pembuluh darah perifer, kelainan
4. Pemakaian obat imunosupresan dan sitostatika elektrolit dan metabolisme karbohidrat sehingga menstimulasi terjadinya
5. Penyakit kanker, automun, DM, gagal ginjal dan sirosis hati. syok septik (Ingat pada sepsis sudah terjadi Relative Adrenal Insufisiensi)
6. Adanya faktor predisposisi, yaitu : kurang gizi, dehidrasi, tindakan invasif
(Infus, kateter urin dan jantung, pemasanngan vntilator) Penggunaan kortikosteroid dosis rendah, berperan :
1. Menekan / mengurangi efek sitokin, terutama sitokin pro-inflamasi
Penyakit Dasar sehingga terjadi keseimbangan sitokin pro-inflamasi dengan anti-inflamasi.
Organ yang terlibat pada infeksi umumnya berkaitan dengan jenis kuman yang 2. Memperbaiki fungsi glandula adrenal dengan menekan efek sitokin yang
menimbulkan infeksi tersebut, misal : berlebihan.
• Traktus Uropoetika → ISK sering disebabkan gram (-) E. Coli 3. Meningkatkan vasculair tone pembuluh darah perifer.
• Traktus Gastrointestinal → Infeksi GIT sering disebabkan gram (-) E. Coli 4. Mengurangi NO2 dalam plasma darah.
• Traktus Respiratorius → sering disebabkan gram (+) 5. Survival rate meningkat
• Traktus genetalia → sering terjadi pada abortus, pasca operasi,
korioamnionitis. Kuman penyebab yang sering adalah E. Coli.
• Infeksi dengan fokus pada kulit → Pada umumnya dikaitkan dengan
perawatan yang lam di RS sehingga mempunyai resiko infeksi seperti
pemasangan infus. Pada umunya disebabkan oleh Staphilokokus dan
Pseudomonas.
TERAPI
Index eritrosit :
❑ Pemeriksaan feses
a. 1 gr feses diencerkan → ambil sedikit → oleskan pada obyek glass → Ht x 10 Normal : 76 – 96
periksa dengan mikroskop. MCV = MCV < 76 : Mikrositik
b. 1 gr feses + 5 cc air → centrifuge → endapan diambil → periksa dengan AE > 96 : Makrositik
mikroskop.
c. Metode kertas harada
1 gr feses + 5 cc air → centrifuge → endapan diambil → disaring → Normal : 27 – 32
ambil yang kertas saring → periksa dengan mokroskop. Hb x 10
MCH = MCH < 27 : Hipokromik
AE > 32 : Hiperkromik
Hb x 10 Normal : 32 – 37 ad.1. Infeksi saluran kencing
MCHC = MCHC < 32 : Hipokromik Paling banyak dijumpai pada penderita yang di rawat di RS, penyakit ini dapat
Ht
> 37 : Hiperkromik tumbuh akibat infeksi yang ada sebelumnya kemudian manifes saat di rawat
ataupun dapat terjadi pada saat dirawar di RS.
a) 1. ISK simptomatik
INFEKSI NOSOKOMIAL Seorang pasien dikatakan menderita ISK bila ditemukan satu diantara 3
kriteria berikut ;
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau yang didapat di rumah
sakit. Suatu infeksi yang didapat dirumah sakit apabila : Untuk orang dewasa dan anak> 12 bulan
a) Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau tidak dalam
masa inkubasi infeksi tersebut. 1) Didapatkan salah satu dari gejala keluhan ini :
b) Infeksi terjadi 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit atau • Demam . 38 o C , axillar
c) Infeksi pada lokasi sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang • Disuria
berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakitatau • Polakisuri
mikroorganisme penyebab yang sama tetapi lokasi infeksi yang berbeda. • Nyeri supra pubik
. Atau
Infeksi nosokomial dapat terjadi oleh karena tindakan iatrogenik, terutama Hasil biakan urin porsi tengah (midstream) ≥ 105 kuman per ml urin
yang mengalami tindakan-tindakan instrumenisasi ataupun intervensi pad saat di dengan jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies.
rawat RS, misal : pemasangan kateter, infus, tindakan operatif lainnya. 2) Ditemukan 2 diantara gejala/ keluhan berikut :
Infeksi nosokomial transmisi berasal dari dokter, perawat dan pelayan • Demam . 38o C
medik yang lain dapat berasal ari tangan yang tak steril, infeksi dari makanan, • Disuria
minuman atau ventilasi, kateter dan alat endoskopi ataupun tindakan infus yang • Polakisuria
lain
• Nyeri supra pubik
❑ Kuman Penyebab Infeksi Nosokomial Dan
1. Penyebab terbanyak gram (-) Salah satu dari hal-hal berikut :
2. Gram (+), misal : Streptococcus,Staphilococcus ▪ Test carik celup(diptick) positif untuk leukosit esterase dan atau
3. Bakteri anaerob nitrit,
4. Jamur, virus dan parasit terutama pada penderita yang tergolong ▪ Piuri terdapat ≥ 10 lekosit per ml atau terdapat ≥ 3 lekosit per LPB
immunocompromise. 45x dari urin yang tidak dipusing
▪ Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak
❑ Infeksi Nosokomial yang sering dijumpai secara klinis: dipusing (centrifuge)
1. Infeksi saluran kencing ▪ Biakan urin 2 x berturut-turut menunjukkan jenis kuman uropatogen
2. Infeksi akibat luka operasi yang sama, dengan jumlah > 100 kuman per ml urin yang diambil
3. Infeksi saluran nafas dengan kateter
4. Infeksi saluran cerna. ▪ Biakan urin menunjukkan satu jenis uro patogen dengan jumlah ≥ 105
per ml pada penderita yang telah mendapat pengobatan anti mikroba
yang sesuai
▪ Didiagnosa ISK oleh dokter yang menangani
Telah terdapat pengobatan anti mikroba yang sesuai oleh dokter yang ad.2. Infeksi akibat luka
menangani Luka operasi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial
berasal dari operasi yang kurang steril, flora dari dokter, perawat atau bakteri
a.2. Bakteriuri Asimptomatik airborn. Tindakan operatif yang dekat dengan tempat yang banyak
mengandung bakteri, misal : operasi kolon, daerah vagina dan operasi yang
Seseorang dikatakan menderita bakteriuri asimptomatik bila ditemukan satu lama.
diantara kriteria berikut : Infeksi nosokomial akibat operasi biasanya manifest 3 sampai 7 hari
1) Pasien pernah memekai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari post operatif, 24-48 jam pertama post operatif biasanya disebabkan oleh
sebelum biakan urin : Strept. Grup A atau Chlostridium Sp. 4-6 hari postoperatif disebabkan oleh
Ditemukan biakan urin ≥105 kuman per ml urin dengan jenis kuman Staphylococcus. Setelah itu biasanya disebabkan bakteri gram (-) atau
ma\ksimal 12 spesies bakteri anaerobik.
TANPA gejala-gejala/keluhan :
Demam, suhu 380 C., polikisuri, nikuri, disuri, dan nyeri supra pubik Infeksi luka operasi dibedakan menjadi : ILO superfisial adalah ILO yang terjadi
2) Pada pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam 7 hari sebelum dalam 30 hari paska bedah dan meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain diatas
dibiakan pertama dari biakan urine 2 x berturut-turut ditemukan tidak fascia dengan salah satu kedaan berikut :
lebih dari 2 jenis kuman 1) Adanya Pus yang keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang
TANPA gejala/keluhan diatas fascia
Demam, polakisuri, nikuri, nyeri suprapubik 2) Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka yang ditutup primer.
3) Dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi
Ad. 3. ISK lain 4) Sengaja dibuka oleh dokter karna terdapat tanda peradangan, kecuali jika
(ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, jaringan sekitar retroperitoneal atau hasil biakan negatif.
rongga perinefrik). Seorang pasien dikatakan menderita ISK lain bila
ditemukan kriteria berikut : Operasi terkontaminasi atau operasi kotor dinyatakan infeksi apabila dapat
dibuktikan bahwa penyebab infeksi adalah kuman yang berasal dari rumah sakit
Untuk orang dewasa dan anak > 12 bulan ditemukan salah satu tanda/ gejala atau ditemukan kuman strain lain dari kuman yang ditemukan sebelum masuk
antara lain : rumah sakit
1. Ditemukan kuman yang tumbuh dari biakan cairan bukan urin ( jaringan
yang diambil dari lokasi yang dicurigai terinfeksi) ILO profunda adalah ILO yang terjadi setelah 30 hari sampai satu tahun (bila ada
2. Adanya abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik secara implant) paska bedah yang meliputi infeksi jaringan dibawah fascia dengan salah
pemeriksaan langsung, selama pembedahan, atau melalui pemeriksaan satu kedaan berikut :
histopatologi 1) Pus dari drain dibawah fascia.
3. Dua dari tanda berikut demam . 38o C PTC, nyeri lokal , nyeri tekan, 2) Dehisensi luka atau luka dibuka oleh dokter karena adanya tanda infeksi
padea daerah yang dicurigai terinfeksi (suhu 38° C dan nyeri lokal )
4. Didiagnosis infeksi oleh dokter yang menangani 3) Abses
Dan 4) Dokter yang menangani menyatakan infeksi.
Salah satu dari tanda/gejala : Operasi terkontaminasi atau operasi kotor dinyatakan apabila dapat dibuktikan
o keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang dicurigai bahwa penyebab infeksi adalah kuman yang berasal dari rumah sakit atau
terinfeksi ditemukan kuman strain lain dari kuman yang ditemukan sebelum masuk rumah
o Ditemukan kuman pada biakan darah sakit
o Pemeriksaan radiologis memperlihatkan gambaran infeksi
o Didiagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
5. Dokter menangani memberikan pengobatan anti mikroba yang sesuai
ad.3. Infeksi Saluran Nafas 2. Terdapat 2 diantara keadaan berikut yang tidak jelas penyebabnya :
- Mual
PNEMONIA - Muntah
Batasan Pnemonia - Nyeri perut
- Sakit kepala
Pnemonia suatu ionfeksi saluran pernafasan bagian bawah (ISPB). Seorang dan
pasien dikatakan menderita pnemonia bila ditemukan satu dari kriteria berikut : disertai satu hal dibawah ini :
- Biakan tinja atau hapusan rektal kuman enterik patogen
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan - Pada pemeriksaan rutin terdapat kuman enterik patogen
1) Pada pemeriksaan terdapat ronki basah atau pekak (dulness) pada - Penetapan antigen atau anti bodi tinja dan darah menunjukkan adanya
perkusi, dan salah satu dari keadaan berikut : kuman patogen
• Baru timbulnya sputum purulen atau terjadinya perubahan sifat sputum. - Dalam biakan jaringan ( CPE : Cyto pathic effect) terdapat perubahan
• Isolasi kuman positif pada biakan darah sitologi
• Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, sikatan /cuci bronkus - Pada pemeriksaan serum tunggal terdapat titer anti bodi Ig M spesifik
atau biopsi yang tinggi atau pada dua sampel pemeriksaan serum, terdapat 4 kali
2) Foto Thorak menunjukkan adanya filtrat, konsolidasi, kavitasi, efusi pleura peningkatan titer Ig G spesifik
batu atau progresif dan salah satu diantara kedaan berikut :
• Baru timbulnya sputum purulen atau terjadinya perubahan sifat sputum
• Isolasi kuman positif pada biakan darah
❑ Penatalaksanaan :
• Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, sikatan /cuci bronkus 1. Terpenting adalah pencegahan, dengan melakukan tindakan sesuai indikasi
atau biopsi serta dalam melakukan tindakan selalu dengan prinsip aseptik dan
• Virus dapat diisolasi atau terdapat antigen virus dalam sekresi saluran antiseptik.
nafas. 2. Antibiotika diberikan sesuai dengan pola kuman penyebab, bila
• Titerr Ig M atau Ig G spesifik meningkat 4x lipat dalam 2 x memungkinkan dilakukan kultur sebelumnya.
pemeriksaan 3. Mengeliminasi penyebab terjadinya infeksi nosokomial.
• Terdapat tanda-tanda pnemonia pada pemeriksdaan histo patologi 4. Perbaikan KU penderita terutama penderita yang termasuk dalam golongan
imunocompromais.
a. Batasan gastroenteritis
Seorang pasien dikatakan menderita gastroenteritis bila ditemukan satu
diantara kriteria berikut Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum nyata bagi Allah di antaramu, dan belum nyata orang-orang
1. Diare yang permulaannya akut ( tinja cair selama . 12 jam ) dengan atau yang sabar.
tanpa muntah- muntah atau demam dengan suhu > 380 C (Ali Imran 142)
Dan
Bukan disebabkan non infeksi misalnya : tes diagnostik terapi,
eksaserbasi keadaan kronis atau stress psikologik
HIV/AIDS Pasien HIV/AIDS sering kali masuk rumah sakit oleh karena infeksi
oportunistiknya.
Virus HIV akan mempengaruhi atau merusak sistem kekebalan tubuh melalui Pengobatan
limfosit T helper yang mempunyai reseptor CD4 yang sering disebut sel limfosit 1. Masuk ruang isolasi ( untuk mencegah tertular penyakit dari pasien lain )
CD4. Karena yang diserang limfosit CD4, lambat laun akan menurun baik fungsi 2. Terapi terhadap infeksi oportunistik.
maupun jumlahnya. Karena limfosit CD4 berperan penting dalam sistem imunitas 3. ARV ( Anti Retroviral )
maka akan mudah terjadi infeksi oportunistik dan kanker sekunder. 4. Terapi Psikologis
❑ Planning
Laboratorium : - renal fungsi test
- tinja Dua mata yang diharamkan dari api neraka, (yaitu) mata
yang menangis karena takut (khusyu’) kapada Allah dan
mata yang menjaga (mengawasi) Islam dan umatnya dari
(gangguan) kaum kafir.
( HR. Bukhari )
LEPTOSPIROSIS Pemeriksaan fisik : injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegali,
splenomegali, penurunan kesadaran, nyeri gastrocnemius.
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta pathogen dari famili
leptospiraceae. Kuman masuk melalui mikrolesi pada kulit atau mukosa tubuh.
Sering ditularkan melalui kencing tikus. Laboratorium :
❑ Lekositosis G
❑ Gangguan fungsi hati ( SGOT, SGPT, billirubin naik )
Patogenesis ❑ Gangguan fungsi ginjal ( Ureum, creatinin naik )
❑ CPK ( Creatin phospokinase ) naik.
Terapi :
Kuman masuk 1. Non farmakologis : tirah baring, makanan/ cairan tergantung pada
komplikasi organ yang terlibat.
Inkubasi ± 10 hari
2. Farmakologis :
Port d’entre ❑ Simtomatis
❑ Antimikroba : pilihan utama Penicillin G, 4 x 1,5 juta unit
selama 5 – 7 hari
Fase septikemia Leptospira masuk Gejala klinik : Alternatif : tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, sefalosporin
darah , demam, nyeri generasi III
berkembang dan kepala, mialgia, Komplikasi :
4-9 hari menyebar ke nyeri perut, mual ❑ Gagal ginjal → dipertimbangkan untuk dialisis.
organ /jaringan muntah, conjungtiva ❑ Pankreatitis
tubuh injeksi ❑ Miokarditis
❑ Perdarahan masif
Gejala : demam tinggi, menggigil, sakit kepala ( terutama frontal ), nyeri otot,
mual , muntah, diare.
❑ Penatalaksanaan
First step : NSAID / Analgetik
Second step : NSAID + kortikosteroid
Third step : NSAID + kortikosteroid + preparat emas
Rehabilitasi medik → fisioterapi
NSAID
1. Salisilat
2. Phenil butazon
REMATOID ARTRITIS 3. Indometasin
4. Ibuprofen
❑ Klinik : • Biasanya berkasiat setelah beberapa hari, bila 2 minggu hasil (-) →
1. Morning steffnes → kaku pagi hari, diperberat gerakan. hentikan tidak boleh jangka lama > 6 bulan.
2. Bengkak • Perlu diberikan bersama antasid dan simetidin.
3. Status lokalis : a. pada sendi kecil, simetris • Perlu diingat : komplikasi penggunaan NSAID jangka panjang.
b. radang (+)
c. nyeri tekan (+)
d. krepitasi (-)
e. gerak berkurang. GOUT ARTRITIS
❑ Perbedaan
Rematoid artritis Osteoartritis ❑ Anamnesis yang penting:
Riwayat konsumsi makanan tinggi purin :
Status general - Jerohan, otak, sarden, extrak daging dan ragi.
1. autoimun disease 1. degenaratif disease - Kobis / kol, buncis, kacang-kacangan, bayam, asparagus, jamur
2. usia dewasa 2. usia tua - Ikan, kerang.
3. morning steffnes 3. (-)
4. sendi simetris 4. sendi besar menumpu BB, Nyeri sendi (+) → terutama jari-jari kaki ( metacarphophalanx I )
tidak simetris. terutama malam hari
5. anemia (normositik 5. (-) diperberat suhu dan tekanan → sakit saat mandi
normokromik), anoreksia. Saran : makan telur , susu, keju, ayam, ikan tongkol, tenggiri,
6. Al , LED 6. (-) bandeng , udang.
Status lokalis
1. radang (+) 1. radang (-) ❑ Pemeriksaan :
2. nyeri tekan (+) 2. nyeri tekan (-) status lokalis → radang (+)
3. krepitasi (-) 3. krepitasi (+) tofus (+)
4. gerak 4. gerak (+) khas adanya podagra : peradangan pangkal ibu jari kaki
Roentgen
1. ruang gerak sempit 1. ruang gerak melebar ❑ Laboratorium :
2. erosi (+), osteoporosis III 2. (-) AL
3. spur (-) 3. spur (+). LED
Asam urat
Cholesterol
Trigliserid
❑ Penatalaksanaan Deposit monosodium urat → reaksi inflamasi (respon lekosit fagositosis) →
I. Diet 6 bulan (rendah purin) → di Asia gagal kerusakan lisosom → kerusakan sel.
II. Treatment
➢ Terhadap hiperurecemi
a. Inhibitor xantin
cara kerja : menghambat metabolisme hipoxantin menjadi
xantin dan xantin menjadi asam urat. GUILLAIN-BARRE SYNDROM
Preparatnya : allupurinol tab 100 mg 3 x 1 atau 300 mg 1 x 1 / hr.
b. Urikosurik
cara kerja : menurunkan kadar asam urat darah → force diuresis ❑ Anamnesa : - sebelum tetraparese ada panas dulu
syarat : - parese ascendern
- usia muda - tidak ada kelainan otonom
- tidak ada needes → batu urat - tidak ada riwayat trauma
- jangan pada orang tua → prostat hipertropi
Preparatnya : probeneside ❑ Pemeriksaan fisik : Pukulan sepanjang tulang belakang (nyeri ketok)
poliradiculair.
➢ Terhadap artritis → - NSAID / analgetik
- Antasid dan simetidin ❑ DD : - Kompresi fraktur
III. Terapi komplikasi : - Tumor VC/VTh → usul foto Cervical/Thorakal
- tofus
- disarsitektur sendi ❑ Diagnosa pasti : LP → Disosiasi sito albumin (albumin meningkat, sel
- needes → batu urat sedikit)
IV. Rehabilitasi medik → fisioterapi
❑ Terapi : - Antiinflamasi
catatan : - Roboransia
- indikasi pemberian gamma globulin dari luar
❑ Patofisiologi asam urat
Asam nukleat
PRPP
Guanine Hipoxantin
Xantine
Asam urat
❑ Etiologi CRF
1. Infeksi : Pielonefritis
2. Peradangan : Glomerulonefritis
3. Gangguan metabolisme : DM, Hipertensi, Hiperparatiroid,
Gout, Amiloidosis
4. Nefropati toxic : Analgetik, Nefropati timah
5. Nefropati obstrukti : Batu, BPH
6. Penyakit Vaskuler hipersensitif : SLE, Poliartritis nodusa
7. Kongenital : Renal tubuler asidosis, Penyakit
Chronic Renal Failure ginjal polikistik
(C R F)
❑ Anemia pada CRF karena :
❑ Penderita datang terutama dengan : 1. Eritropoetin menurun karena fungsi ginjal rusak
- Gangguan GIT → mual, muntah 2. Suasana uremi darah sehingga umur eritrosit menurun
- Bengkak 3. Depresi sumsum tulang karena terjadi hiperparatiroidisme sekunder
- Dyspneu → CHD 4. Defisiensi Fe dan asam folat akibat nafsu makan menurun
Biasanya disertai gejala : - Anemia (lemas, gliyer) 5. Trombositopati → perdarahan GIT dan mukosa
- Hipertensi (kaku tengkuk) (endoskopi : bercak perdarahan pada lambung/antrum piloricum)
❑ RPD : - Riwayat hipertensi
- Riwayat sakit tenggorokan ❑ Hipertensi pada CRF
- Gangguan miksi → - Urin seperti cucian daging Hiperaktifitas system rennin angiotensin sehingga produksi rennin meningkat
- Kencing tak lancar → Antihipertensi yang dipakai ACE inhibitor.
- Pegel pingang
- Nyeri pingang menjalar ❑ CRF, mudah infeksi karena :
- Riwayat DM 1. Hipersegmentasi leukosit
- Riwayat obat-obatan 2. Fagositosis dan kemotaksis turun
❑ Pemeriksaan Fisik : - Trias (hipertensi, anemia, oedema) 3. Limfosit turun
- Nyeri pinggang menjalar
- Periksa ginjal (harus) ❑ CRF, mudah berdarah karena :
- Rambut mundah rontok 1. Masa perdarahan ↓
❑ Laboratorium : 2. Agregasi dan adhesi trombosit karena turunnya factor trombosit III dan
– Lab : BUN ↑ ADP
Creatinin ↑ (+) hematuri
Hb ↑ ❑ Radiologi
Untuk mengarahkan dasar CRF BNO → Adanya obstruksi (factor pemberat), tetapi batu yang
Lab Urin : radioluscen tak terlihat
– eritrosit ↑ (GN) ISK atas IVP → Bila creatin < 2 mg/dl
– leukosit -/+ rendah ↑ Inferior pielografi → creatinin 4-6 mg/dl
Eritrosit pecah helmet sel Rapid squen pielografi → creatin > 6 mg/dl
– eritrosit -/+ rendah UTI RPG → Ada resiko infeksi sehingga harus hati-hati karena infeksi
– lekosit ↑ Eritrosit utuh merupakan pemberat
↓ Foto tulang indikasi → destruksi femur, calvaria, patella (terdapat
– eritrosit ↑ Batu ISK bawah osteodistrophi)
– lekosit ↑
GDS → adakah nefroti diabetic ❑ USG (aman) : Osteodistrophi ginjal (ginjal mengecil)
❑ Biopsi ginjal → diagnosa pasti ❑ Suplementasi
1. Actal bagaikan pisau bermata dua, berfungsi untuk :
❑ EKG : LVH, aritmia, hiper K, tanda pricarditis – Phospat binder
– Antasida
❑ Indikasi Dialisa : 2. Ketosteril (asam amino esensiil) → diberikan karena tidak menyebabkan
1. Hipervolemi balance nitrogen
2. BUN > 100-150 cepat dalam waktu pendek
3. Creatinin > 10 ❑ Terapi komplikasi
4. K > 5 (sulit dikoreksi secara konservatif (biasanya dengan injeksi 1. Hipertensi → ACE inhibitor
bikarbonat) – Tidak nefrotoksik
5. Prekoma – Tidak mempengaruhi elektrolit
2. Anemi, karena penyebab utama adalah eritropoitin yang rusak →
❑ Penatalaksanaan eritropoisis terganggu → eritrosit turun, maka terapinya adalah :
1. Bed rest tidak total → karena aktifitas fisik yang berat menyebabkan a. Efrek
perfusi darah ke ginjal berkurang 20%. b. ROEPO (SC)
2. Diet TK RP < 30 g/hr RG < 5 g/hr c. Transfusi PRC
3. Balance cairan (1000 IWL + urin loss/hr → tampung) 3. Infeksi → pemberian antibiotic yang aman (tidak nefrotoksik) →
4. As amino esensial (ketosteril) ampicilin
5. Phosfat binding (actal) ❑ K ↑ →dapat menyebabkan Cardiac Arrest
6. Terapi komplikasi : - anemia ↓ → aritmia
- hipertensi ❑ Ca ↑ → Calsinosis migrant → destruksi tulang
- infeksi Phospat & Mg ↑ → diperlukan phospat binding (pengikat phospat) seperti
- hiper/hipo K+ actal.
7. Terapi dasar : transplantasi ginjal
❑ Follow up
➢ Balance cairan
➢ Diet
➢ Anemi (tranfusi PRC + Recombinan eritropoitin, 3 x 40 U SC)
➢ Hipertensi
❑ Balance cairan
Pada CRF harus balance cairan dan bukan pembatasan cairan karena :
a. Pembatasan cairan memungkinkan minimnya cairan yang masuk → akut SINDROM NEFROTIK
on kronik renal failure
b. Sebaliknya jika cairan diberikan bebas maka menyebabkan hipervolemi. ❑ Definisi
Pada CRF terjadi poliuria karena tubulus kehilangan kemampuan Sindrom yang ditandai
mengikat cairan. Jika anuria → akut on kronik RF. 1. Odema anasarka
Akut on kronik renal failure atau ARF pada CRF dapat terjadi pada 2. Proteinuri
CRF dengan : 3. Hipoalbumin – albuminuria
– GE 4. Hiperlipidemia
– Perdarahan
– Pembatasan cairan berlebihan ❑ Kasus
Laki-laki umur 50 tahun dengan keluhan odema anasarka
❑ Anamnesis 4. SLE
1. Bengkak seluruh tubuh 5. Keracunan logam berat
2. Gizi cukup 6. Toksin : serangga, ular dan sebagainya
3. Riwayat sakit kuning (-) 7. Amiloidosis
4. Riwayat sakit ginjal (-)
5. Riwayat DM (-) / keluarga DM (-) ❑ Terapi
6. Riwayat SLE (-) Kortikosteroid harus diberikan
Hati-hati / kontraindikasi :
❑ Pemeriksaan fisik – Bila kausanya : DM
Odem anasarka – Amiloidosis
❑ Laboratorium
1. Hipoalbumin
2. Hiperlipidemia
3. Proteinuria (++++) Urinarius Tract Infection
❑ Patofisiologi (UTI )
Dasar terjadinya odem anasarka adalah adanya proteinuria yang masif
→ hipoalbumin → oedema ❑ Anamnesis
1. Febris
❑ Diagnosis 2. Keluhan kencing : - kencing sakit,
Sindroma nefrotik - kencing panas,
- anyang-anyangen
❑ Deferensial diagnosis 3. Pinggang pegel
1. malnutrisi 4. Riwayat sering menahan kencing
2. sirosis hepatis dengan asites berat (oedema) 5. Riwayat DM
3. congestive heart failure (oedema pada kaki)
❑ Pemeriksaan
❑ Penatalaksanaan UTI Atas UTI Bawah
1. Diet TKTP rendah garam Pemeriksaan Nyeri ketok kostovertebra Nyeri tekan SOP
2. Diuretika : furosemid dan aspar K
3. Tambahan protein Laboratorium Eritrosit urin → helm sel Eritrosit utuh
4. Imunosupresan : (dinding sel pecah)
– Kortikosteroir
– Sandimun ❑ Steril Pyeuria → Lekosit (+)
– Siklofosfamid (?) Bakteri (-)
Terdapat pada keadaan : - Obstruksi Baru
❑ Kematian - TBC
1. Gagal ginjal - Pielonepritis kronik
2. Sekunder infeksi
❑ Diagnosa pasti : Cultur urin → Bakteri (+) → 105 / ml
❑ Penyebab
1. Tak diketahui ❑ Terapi : Bactrim 2x2 (480 mg) → penyebab terbanyak bakteri gram (-)
2. DM
3. Glomerulonefritis
HIPERTENSI ❑ Obat anti hipertensi
1. Tahap I
❑ Anamnesis Diuretik → - Lasik injeksi (1 ampul → 20 mg)
1. Tanda-tanda hipertensi → kaku tengkuk, kepala berat, sakit kepala. - Furosemid tablet (1 tablet → 40 mg)
2. Adakah kelainan organ → mata kabur, sesak nafas, bengkak muka. 2. Tahap II dan III
❖ Tanda decomp : Calsium antagonis
Sesak nafas → Dispnoe de’effort → tanyakan apakah sesak terjadi a. Nifedipin → Adalat Vasdalat
mendadak : Efek : - Coroner dilatasi
Bila ya → acut lung oedema → krisis hipertensi - Hipotensi kuat
Bila tidak → proses kronis → bukan krisis b. Verapamil → Isoptin
Efek : - Anti aritmia
❖ Tanda CRF: - Hipotensi < Nifedipin
Ditemukan gejala anemia → cepat lelah, gliyer, lemah. c. Diltiazem → Herbezer
Ditemukan odema atau riwayat odema. Efek : - Efek keduanya di atas
- Hipotensi kuat
3. Pola makan → teratur / tidak, senang asin / daerah perifer
4. Riwayat emosional → pola keluarga Clonidin (Adrenolitik sentral)
5. Sosial ekonomi Keuntungan : - Cepat turun → hati-hati orang tua
- Ada yang injeksi → krisis hipertensi
❑ Pemeriksaan bloker → Propanolol, Maintate
1. Tekanan darah / tensi (bila normal tanya minum obat / tidak) Efek : - Anti aritmia
2. Komplikasi : - Menghambat profil lemak
– Gangguan penglihatan ACE inhibitor → Captopril / Enalapril
– Tanda-tanda decomp Efek : - Hipotensi kuat
– Tanda gangguan ginjal - Hiperkalemia
- Sebaiknya tidak pada ibu hamil → hipotensi janin,
❑ Laboratorium hambat pertumbuhan
1. Renal fungsi test → BUN, creatinin, asam urat Vasodilator → Hidralisin, Minoksidil
2. ECG dan foto thorak Catatan :
1. Tidak ada obat anti hipertensi yang terbaik, semua bersifat
❑ Penatalaksanaan individual.
1. Bed rest 2. Kecuali diuretic antara obat anti hipertensi yang lain jangan
2. Diet TKTP rendah garam dikombinasi sebelum dosis maksimal.
3. Medikamentosa 3. Mengapa hipertensi yang penting tensi diastolik?
Stage I → Diuretik Sterling law :
Stage II → Diuretik + bloker kombinasi a. Makin panjang waktu diastolic, makin > curah jantung
Stage III → Diuretik + Ca antagonis b. Preload >> maka tekanan diastolic >>
4. Penderita tidak ada keluhan saat tensi tinggi misalnya 200/110
mmHg, lebih berbahaya daripada yang dengan keluhan
4. Terapi komplikasi : menunjukkan loss of alarm reaction.
a. Apopleksi cerebri
b. Retinopati hipertensi ❑ Krisis hipertensi
c. Acut lung odema Tensi > 200/100 mmHg disertai ancaman komplikasi target organ →
d. Gangguan fungsi ginjal emergensi, tensi harus diturunkan dalam waktu 1 jam → nifedipin sublingual,
5. Bila disertai factor emosional → minor transquilizer antihipertensi parenteral → klonidin injeksi.
❑ Kasus
Penderita mengeluh hipertensi dan dispneu d’effort :
Anamnesa : Adakah pain of referen
Pemeriksaan : - Tekanan darah (bila normal Tanya minum obat / tidak)
- Tanda-tanda LVH
- Tanda-tanda decomp
Diagnosa Dekompensasi ada 3 : ANEMIA
1. Fungsional : misal pada mitral stenosis → F : Decomp kanan
2. Anatomi : misal pada mitral stenosis → A : LAH & LVH Produksi (sutul) Bahan Out-put Penyakit
3. Etiologi : misal pada mitral stenosis → E : M An. Defisiensi
Baik Turun Baik
Malnutrisi
An. Aplastik
Rusak Baik Turun Leukimia
Intoksikasi obat
Baik Baik Turun Trauma perdarahan
Perdarahan kronis
Baik Turun Turun Ankilostomiasis
❑ Setiap perdarahan atau anemia harus diperiksa apusan darah tepid an Hb,
leukosit, trombosit
Apabila perzinaan dan riba telah Hb AL AT Makna
melanda negeri, maka mereka An. Aplastik, Aleukimik leukimia
(penghuninya) sudah menghalalkan Leukimia
terhadap mereka sendiri siksaan Alah. N N ITP, DHF
❑ Penatalaksanaan
1. Bed rest
2. Diet sesuai dengan keadaannya
3. Medikamentosa : melphalan, siklofosfamid
4. Mengurangi gerakan
5. Menjaga keseimbangan elektrolit terutama Ca
6. Konsul RM
Reaksi anafilaktik dapat bersifat lokal ataupun sistemik, apabila bersifat sistemik
dapat terjadi gangguan yang berupa sesak napas, nyeri perut, tekanan darah yang
turun dengan mendadak ( syok ) yang sering berakibat fatal.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
PERJALANAN REAKSI TIPE I
Respon imun, baik spesifik maupun non spesifik pada umumnya
berfungsi protektif. Tetapi respon imun dapat menimbulkan akibat buruk dan Dalam perjalanannya ternyata reaksi anafilaktik terdapat beberapa
penyakit yang disebut penyakit hipersensitivitas. Hipersensitivitas yaitu reaksi stadium yaitu :
imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Stadium I : Phase sensitisasi pada phase ini Ig E tersensitisai oleh antigen
yang masuk ke dalam tubuh, Ig E yang terstimulir ini
Pembagian reaksi hipersensitivitas : bereaksi pada permukaan sel mast dan sel basofil.
Stadium II : Phase aktifasi pada phase ini sel mast yang terpapar oleh
1. Reaksi tipe I ( Anafilaksis ) : antigen yang masuk ke dalam tubuh antigen akan mengalami perubahan dan terbentuklah
menimbulkan respons imun berupa produksi IgE. Penyakit yang termasuk granula - granula di dalamnya.
reaksi tipe I adalah asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi. Stadium III : Phase efektor pada phase ini adalah kelanjutan dari phase II
dimana sel mast yang telah mengalami pembentukan
2. Reaksi tipe II ( Sitotoksik ) : terjadi karena dibentuk antibody jenis IgG atau grabulasi didalamnya pecah / lisis dan mengeluarkan zat
IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Penyakit yang kimia yang disebut agent aktif
termasuk reaksi tipe II adalah anemia hemolitik autoimun, reaksi transfusi,
demam rematik akut, miastenia gravis, penyakit grave.
3. Reaksi tipe III ( Imun komplek atau komplek antigen antibodi ) : yang AGENT AKTIF YANG BERPERAN DALAM REAKSI ANAFILAKTIK
berperan IgG. Terbentuk antigen - antibodi komplek dalam sirkulasi dan akan
mengendap dalam jaringan yang selanjutnya akan menimbulkan kerusakan 1. HISTAMIN merupakan zat kimia yang dibentuk dari gugus kimia histidin
jaringan. Penyakit yang termasuk reaksi tipe III adalah SLE, poliartritis yang mengalami dekarbosilasi. Histamin mempunyai dua reseptor yaitu
nodusa, glomerulonefritis pasca streptokok, arthritis rematoid. reseptor H1 dan reseptor H2
Reseptor H 1 : apabila berikatan dengan reseptor pada otot polos akan mencegah kekambuhan. Difenhidramin HCL ( Delladryl ) 25 - 50 mg IV
terjadi kontraksi dan spasme dari otot polos tersebut. ( IM atau oral ) tiap 6 jam.
Dan apabila bereaksi dengan sel endotel dari E. Glucocorticoid
pembuluh darah akan terjadi peningkatan permeabilitas Tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam waktu 6 - 12 jam.
dari pembuluh darah tersebut, sehingga terjadi Namun obat ini dapat mencegah kekambuhan reaksi yang lebih parah.
ekstravavasi cairan dari dinding pembuluh darah Dosis yang adekuat adalah hidrokortison 125 mg IV tiap 6 jam.
terutama pada pembuluh darah kapiler.
Reseptor H2 : apabila berikatan dengan sel mukosa reseptor akan 3. Observasi
mengakibatkan peningkatan pembentukan sekresi Pasien dengan reaksi anafilaksi ringan hinga sedang ( gatal hingga
mukosa dan peningkatan permeabilitas kapilernya. nafas ringan ) , agar diobservasi setidaknya selama 6 jam. Pasien dengan
Reseptor H2 terutama bekerja pada tunika mukosa reaksi berat dan cenderung mengalami kekambuhan, sebaiknya dilakukan
lambung. rawat inap ( dilakukan pengawasan ketat bila terdapat sesak nafas yang
Pada reaksi anafilaktik efek histamin melalui H1 dan H2 sangat berperan parah, hipotensi atau gangguan irama jantung )
sehingga berakibat terjadinya : kontraksi otot polos dari saluran napas /
bronkus, edema laring, spasmus otot saluran cerna disertai hipersekresi
daerah tersebut disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
penurunan drastis dari tekanan darah ( reaksi syok ).
2. SEROTININ merupakan agent aktif yang juga dihasilkan oleh mast sel yang
mempunyai efek seperti histamin.
3. SRT - A merupakan agent aktif yang dilepaskan oleh sel mast sel yang
mempunyai efek memperpanjang kontraksi otot polos pada saat reaksi
anafilaktik terjadi.
PENATALAKSANAAN
❑ Cardiac sirosis
Patogenesis
Pembuluh darah hepar ada 2 macam : pH [HCO3] PaCO2 Interpretasi
1. Arteri hepatica → fungsional Asidosis metabolik
2. Vena cava → nutrisi Turun Turun Normal ❑ Belum kompensasi
Jika terjadi bendungan vena cava (Decomp kanan) maka nutrisi hepar Turun Turun Turun ❑ Kompensasi sebagian
terganggu sehingga terjadi kerusakan sel-sel hepar → Kardiak sirosis Normal Turun Turun ❑ Kompensasi penuh
Asidosis respiratorik
Turun Normal Naik ❑ Belum kompensasi
Turun Naik Naik ❑ Kompensasi sebagian
Normal Naik Naik ❑ Kompensasi penuh
Alkalosis metabolik
CARA PRAKTIS MEMBACA HASIL ANALISA GAS DARAH Naik Naik Normal ❑ Belum kompensasi
Naik Naik Naik ❑ Kompensasi sebagian
Mekanisme tubuh untuk mempertahankan pH dalam batas normal yaitu paru- Normal Naik Naik ❑ Kompensasi penuh
paru, ginjal, buffer.stabilitas pH ditentukan oleh stabilitas perbandingan PaCO2 Alkalosis respiratorik
dengan [HCO3]. Naik Normal Turun ❑ Belum kompensasi
Ingat rumus Handerson – Hasselbach Naik Turun Turun ❑ Kompensasi sebagian
Normal Turun Turun ❑ Kompensasi penuh
[HCO3]
pH = pka + log Turun Turun Naik ❑ Mix asidosis
0,03 PaCO2
Naik Naik Turun ❑ Mix alkalosis
Harga normal :
❑ pH : 7,36 – 7,44
❑ [HCO3] : 22 – 26 mEq/L
❑ PaCO2 : 36 – 44 mmHg
CPC ❑ Planning
– Laboratorium lengkap
❑ Anamesis – ECG
– Sesak – Foto thorak
– Berdebar-debar
– Oedema tungkai ❑ Penatalaksanaan
– Gangguan GIT → sebah, perut membesar 1. Bed rest total ½ duduk
– Riwayat batuk lama, batuk darah Adakah COPD 2. Oksigen 2-3 lt/menit
– Riwayat sesak sebelumnya 3. Lasix 1x1 pagi
– Riwayat merokok lama 4. Aminopilin injeksi
5. Ampicilin 1 gr/8 jam
❑ Pemeriksaan
a. Tanda disoksigenasi : ❑ Patogenesis
– Dada emfisematous (barel chest)
– Jari tabuh (clubbing fingers) PPOK
b. Tanda decomp kanan (+)
– JVP meningkat
– RVH Hipoxia Vascular bed turun
– Hepatosplenomegali
– Oedem tungkai dan ascites
c. Adanya kelainan di paru
Curah jantung naik
– Ronchi Vasokontriksi
polisitemia
❑ Dada emfisematous
1. Jarak linea midclavicula dextra-sinistra hampir sama atau lebih kecil dari
jarak antara LMC dan linea axilaris media Hipertensi pulmonal
2. Intercostal melebar
3. Pekak hati turun
4. Hipersonor
Decomp kanan
❑ Differensial diagnosa jari tabuh
– Disoksigenasi jaringan perifer kronik
– Ca paru
– COPD / PPOK
– Efusi pleura
– Emfisema