Bed Side
Bed Side
Konsistensi,
Lunak/kenyal : Akut
Keras : Ganas
Catatan :
Anamnesis Liver damage a. Tidak semua HBV menjadi Hepatoma
- Terasa mengganjal/mrongkol di perut terutama kanan atas b. Jika primer maka diagnosanya adalah "Hepatoma" sebaliknya jika
- Pertumbuhan progresif sekunder maka diagnosanya adalah "Sirrosis dengan komplikasi
- Cari riwayat yang mendukung : Hepatoma"
- R. Sakit kuning
- R Jamu Jenis , frekuensi dan lamanya Menegakkan hepatoma (Five mayor) :
- R Obat 1. Riwayat mrongkol perut dan pertumbuhan progresif
- Jamur (Aflatoksin) 2. Hepatomegali, berbenjol-benjol, nyeri tekan (-)
- R. alkoholik 3. USG Nodul;-nodul & disarsitek
- Riwayat suntik/tranfusi 4. Lab Alfa Feto Protein (AFP) meningkat (N < 15)
5. Biopsi
Palpasi Hepar : 1. Ukuran
2. Konsistensi Penatalaksanaan
3. Tepi 1. Bed rest tidak total
4. Permukaan 2. Diet TKTP mudah dicerna dan diserap
5. Nyeri tekan/tidak 3. Roborantia
4. Prinsip terapi di jepang :
DD Hepatomegali : a Lobektomi bila : 1. Diameter < 2,5 cm
1. Cari tanda-tanda liver disease 2. Letak perifer
2. Cari tanda tanda kausanya : 3. Lobus Sinistra
a. CPC bila : - Penderita lebih enak 1/2 duduk b. Sitostatik : Mitomicin
- Edema kaki c. Embolisasi,
b. Sirosis dengan hepatoma - lebih enak tidur
Prinsipnya : sel tumor rakus O 2 , embolisasi akan menyebabkan
atau - riwayat sakit kuning
sumbatan vaskularisasi dan terjadi gangguan nutrisi dan
Hepatoma primer - hepar berbenjol - benjol
oksigenasi sel tumor necrose
c. Hepatoselluler Ca (HCC) Caranya : Cateter masuk melalui V femoralis abdominal V
porta Foam (emboli) sumbatan necrose
catt : bisakah sirrosis hepatis disertai pembesaran hepar ?
" bisa bila disertai komplikasi hepatoma ". Vaskularisasi hepar ada 2
1. Nutrisi V porta
Sumbatan pada Vena ini akan menyebabk gangguan
kematian sel hepar
2. Fungsional a. Hepatica
Pada keadaan ruptur hepar ligasi arteri ini tidak Point pemeriksaan fisik didapat :
menyebabkan gangguan sel 1. Ikterik
terutama pada sclera, lidah, telapak tangan
Beda hepatoma dengan metastase : 2. Hepar : Hepatomegali, nyeri tekan (+), Permukaan rata,
- Hepatoma : AFP meningkat tinggi + biopsi tepi tajam, konsistensi lunak.
- Metastase : AFP Normal/naik tidak tinggi + Biopsi Hepatitis akut 10 % splenomegali.
Tumor Marker
Tumor mensekresi substansi tertentu ke dalam darah yang dapat LFT Hepatitis akut Hepatitis kronis sirosis
digunakan sebagai diagnostik dan monitor terhadap terapi SGOT/SGPT <1 >1 Bisa N, atau > 1
Bil direct Bisa naik
Bil indirect bisa turun
Marker Tumor
Alphafetoprotein (AFP) Hepatoma
Carcinoembryonic antigen (CEA) Gastrointestinal Ca
Ca 19-9 Caput Pancreatic Ca albumin globulin makna
Kronik ( ratio < 1 ) karena mekanisme
kompensasi tubuh yang kekurangan protein
produksi globulin naik
N Intake kurang ( hipoalbumin )
H E PAT I T I S
SGOT SGPT
Hepatitis, AMI ( dengan tanda penyakit hepar (-), klinik
A : Akut, laboratorium melonjak sangat tinggi dalam waktu singkat N normal, sesak nafas (+), nyeri dada (+), shock
B :Perjalanan klinik tak sehebat Hepatitis A, jika kronis dapat Sirosis berat )
C : Biasanya kronik, akut pada post tranfusi Hepatitis
- terapi biasanya interferon. Seromarker Hepatitis
Hepatitis A : Ig M anti HAV (akut)
Perjalanan Hepatitis minimal 1 bulan, 3 stadium : Ig G anti HAV (kronik)
A. Stad I (prodromal) : Minggu I (gejala Flu like simptom) Hepatitis B : HBsAg, AntiHBs, HBcAG, Anti HBc, HBeAG, Anti HBe
B. Stad II (ikterik) : Akhir minggu I-II, Hepatitis C : Anti HCV
Gejala : Hepatitis D : DAg
Kencing coklat, sklera ikterik, kondisi tubuh baik, nafsu makan baik,
mual (-)
Akhir minggu II : bilirubin meningkat memuncak turun. catatan :
C. Stad III (konvalesen) : Minggu III-IV, HBsAG (Hepatitis B surface Antigen)
Gejala : - Manifestasi pertama infeksi HBV
KU membaik, Bilirubin naik , SGOT/SGPT turun - Disintesa didalam sitoplasma sel hepar masuk sirkulasi
- Menetap selama 1-12 minggu, > 6 bulan carier.
Disebut Icterus bila Bilirubin > 2 mg%
Pseudo ikterus kulit kuning, sklera tidak, terdapat pada hipercarotinemi Anti HBs
dan makan makanan dengan zat pewarna. - Timbul setelah fase penyembuhan, setelah HBsAG (-)
- Window period masih (-)
- Menetap lebih lama, bertahun-tahun bisa seumur hidup Untuk membedakan keduanya perlu dilakukan liver biopsi
- Petunjuk : a. berakhirnya infeksi HBV
b. proses penyembuhan Aktif persisten
c. berkurangnya resiko penularan Klinik tampak klinik tak tampak
d. perlindungan infeksi berikutnya ikterik masif klinik baru tampak bila kelelahan/injury
SGOT/SGPT > 3 x N SGOT/SGPT > 2 x N
Anti HBc Bil 1-3
- Sudah timbul saat fase akut dapat sebagai parameter infeksi hepatitis Biopsi : Biopsi :
akut terutama jika HBsAg (-), misalnya pada window period Bridging necrosis Bridging necrosis (-)
- Terdapat selama hidup pada plasma penderita. Piece meal necrosis Piece meal Necrosis (-)
Disarsitek sel hati Arsitektur sel baik
Hematemesis melena
DD Hematemesis melena
1. Pecahnya varices oesophagus
2. Ulcus pepticum : gaster / duodenum
3. Malignansi Ca lambung
4. Drug induced : gastropati NSAID (directly) untuk memperkuat massa protombin dengan demikian pemberian
5. Penyakit perdarahan : ITP / DHF keduanya secara bersamaan bukanlah overlapping.
6. Gastritis erosif
Kriteria pulang Sirosis dengan Hematemesis melena
7. Mallory weiss sindrom rupturnya mukosa karena muntah-
1. KU baik
muntah yang sering, terdapat pada alkoholik dan kehamilan.
2. Hematemesis melena (-)
3. Anemis (-) indikasi tranfusi jika Hb < 7, sebaiknya untuk
Penatalaksanaan Hematemesis Melena
pemulangan Hb harus > 10, kalau terjadi perdarahan
I. Resusitasi
ulang Hb tidak terlalu drop.
- Bebaskan jalan napas
4. Nafsu makan baik
- O2 jika sesak
5. Komplikasi sirosis (-)
- Atasi syok hipovolemik infus & tranfusi
II. Perbaiki KU
- Bed rest total Ascites
- Puasa 24 jam bebas perdarahan Patogenesis ascites
- Kumbah lambung pasang NGT, kumbah dengan air Es 150 cc, 1. Hipoalbumin
ditunggu 15 menit baru dikeluarkan , ulang Sel hepar rusak sehingga produksi albumin turun Hipoalbumin
tiap 2 jam sampai perdarahan (-). tek osmotik turun ekstravasasi ke interstitiel.
- Koagulansia 2. Hipertensi portal
- Antasid / simetidin tekanan hidrostatik naik permeabilitas meningkat
3. Sumbatan aliran limfe di hepar
Antara 3 lobus hepar terdapat trigonum kiernan yang terdiri atas
III. Cari faktor penyebab/kausa ductus biliveri, a/v hepatica, kelenjar limfe tersumbat karena terjadi
Jika karena sirrosis maka perlu dilakukan sterilisasi usus lavement fibrosis sehingga aliran limfe balik menjadi terhambat
pagi sore dengan laktulosa dan antibiotik neomisin 4. Hiperaldosteronisme sekunder
Fungsi detoxicasi hepar turun hiperaldosteron menyebabkan retensi
Fungsi mag sonde pada sirosis : Na
1. Untuk evaluasi
2. Untuk mengurangi koma hepatikum karena mengurangi jumlah
darah yang masuk ke kolon. Karena di kolon terdapat bakteri yang
akan mengubah darah menjadi amoniak, seharusnya amoniak akan Penatalaksanaan Ascites
diubah di hepar menjadi ureum. Sehingga amoniak tinggi di dalam 1. Bed rest tidak total
darah dan akan menyebabkan koma hepatikum. 2. Diet TKTP Rendah garam <2gr/hari
3. 3 langkah penanganan untuk ascites
I. Infus Albumin untuk Hipoalbuminemia (bisa diganti plasma)
II. Diuretik : - Spironolakton memotong patogenese ascites oleh
Vitamin K dan koagulan karena terjadi hiperaldosteronisme sekunder.
Pemberian vitamin K untuk hematemesis melena karena sirrosis - Furosemid
tidak berguna saat diberikan tapi untuk berjaga-jaga akan perdarahan yang III. Pungsi Ascites (atas indikasi)
akan datang. Pada hepar yang sirrosis tidak lagi memproduksi vit K untuk
pembentukan trombosit / fibrinogen sehingga perlu pemberian vit K dari Diuretik
luar. Bahaya pemberian diuretik jangka panjang adalah :
Vit K diproses 4 hari setelah diberikan selanjutnya masuk kedalam 1. Hipokalemia alkalosis koma
hepar dan diproses untuk memperkuat massa protombin. Sebaliknya Sehingga pemberian Furosemid perlu disertai pemberian preparat
koagulansia (asam traneksamat) bekerja langsung setelah pemberian kalium Aspar K.
2. Hiperurisemi
Pada ascites permagna, Spironolakton dikombinasikan dengan lasix,
karena :
a. P o t e n s i a s i
b. Tidak perlu tambah kalium karena yang satu hemat kalium Pada tiap pungsi perlu diperhatikan : - Warna
(spironolakton) dan yang satunya lagi ekresi kalium - Kejernihannya
(lasik/furosemid). - Viskositas
c. Spironolakton bekerja efektif setelah 1 minggu, maka kerja lasik -Bau
ialah pada awal-awal, selanjutnya diturunkan atau distop karena - Periksa eksudat/transudat
pada sirrosis terjadi hiperaldosteronime.
Pungsi sirosis bisa :
Pu n g si Serohemoragik Venektasi tertusuk darah cairan ascites (
Indikasi : - Ascites permagna ada jendalan oleh karena fibrin )
- Ascites yang menimbulkan sesak napas Serosanguinus tidak ada jendalan darah ok fibrin (-)
- Ascites yang dengan diuretik tidak membaik
- Ascites yang disertai prolaps uteri Beda transudat dan eksudat
Kontraindikasi :
-Sepsis Transudat Eksudat
-Koma encer pekat
jernih keruh
Pungsi dilakukan, selluler / sedikit selluler
Logis : Sebelah kiri antara umbilicus sampai dengan SIAS kanan bakteri (-) Bakteri (+)
terdapat hepar, kiri lien dimana pembesarannya mengikuti
garis shufner Beda ascites dan kistoma ovarii
Kanan : Boleh, karena hepar mengecil tetapi oleh karena ada
komplikasi hepatoma sebaiknya disebelah kiri saja. Pungsi Ascites Kistoma ovarii
kanan dilakukan pada keadaan : Terlentang seperti perut katak Tidak
- Leukemia - Malaria
Perkusi Pekak beralih (+) (-)
- Hipersplenisme - Kartagerner sindrom
Hari I : 1 liter
Koma Hepatikum
Hari ke II : 1,5 liter
Sindrom neuropsikiatri kompleks dengan ciri gangguan kesadaran, perubahan
Hari ke III : 1,5 liter
perilaku, personalia, asteriksis, flapping tremor dan abnormalitas EEG
Komplikasi pungsi ascites :
Faktor pencetus : - I n f e k s i
- Hipertensi postural
-Demam
- Koma hepatikum
- An e m i a
- Peritonitis
- Alkoholisme
- Obat Hepatotoksik NSAID
Bahaya Ascites bila dipungsi terlalu cepat :
1. Postural hipotensi - Diuretik progresif
Ascites penderita berbaring Splancnicus tertekan - Retensi darah dalam usus
- Pungsi progresif
pengeluaran mendadak splancnicus cepat mengembang darah
masuk splanc bertambah sirkulasi perifer menurun syok
Kollaps. Patofisiologi
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
Retensi darah dalam usus akan dimetabolisme oleh bakteri usus a. Bilirubin
menjadi amoniak, dalam keadaan normal amoniak akan didetoksikasi di 5 ml urin dikocok + 5 ml Bacl 10% saring kertas
hepar menjadi Na OH + H 2O, pada sirrosis fungsi detoksikasi tidak ada. saring dikeringkan + 2-3 tetes Fouchet (+) bila hijau
Amoniak, toksin bakteri dan asam lemak bebas (merkaptan) akan masuk b. Urobilinogen
aliran darah dan toksik ke otak. 10 ml urin + 1 ml reagen W & D campur biarkan 3-5 menit (tidak
Pada penatalaksanaan perlu sterilisasi usus dengan lavemen dan boleh lebih letakkan tabung diatas kertas putih lihat :
pemberian antibiotik yang tidak diabsorbsi oleh usus, antara lain kanamicin - warna merah samar-samar percobaan selesai (+)
& neomicin, sehingga metabolisme bakteri tidak terjadi. - warna merah tidak jelas encerkan 10x - 100x
Normal (+) sampai pengenceran 20x
Tahapan Koma pada Sirosis : Naik bila masih (+) sampai pengenceran 40x
1.Gangguan kesadaran
2.Flaping tremor III. Kapan bilirubin urin (+) kuat, urobilinogen (-)
3. Kontak Patofisologi :
4. Prekoma Pada obstruksi bilier sumbatan terjadi di saluran empedu
5. Koma bilirubin terkonjugasi yang diekresi ke usus (-), sehingga urobilinogen
urin (-), bilirubin meningkat karena bilirubin terkonjugasi larut dalam
air sehingga dapat diekresi melalui urin bilirubin urin (+) meningkat.
Penatalaksanaan Koma Hepaticum :
1. Infus RS : Komafuchsin = 1:1
IV. Beda Hepatorenal sindrom dan pseudohepatorenal sindrom
2. Vicillin 1gr/8 jam
Hepatorenal sindrom
3. Lavemen tinggi 2x/hari dengan laxative
Gangguan faal ginjal yang disebabkan penyakit hepar yang berat.
4. Neomicin
Gangguan hepar fungsi detoxicasi hepar terganggu sehingga zat
Komafuchsin : terdiri dari asam amino esensial mencegah - zat toxic meracuni ginjal. Gejala yang sering terjadi azotemia
terbentuknya pseudoneurotrasmiter progresif, creatinin serum >250mg/dl, hiponatremia, oliguria dan
hipotensi
catatan : Pseudo Hepatorenal sindrom
I. Patofisiologi SGOT/SGPT Kerusakan ginjal dan hepar oleh karena penyakit :
Pembuatan SGOT di mitokondria sedangkan SGPT di sitosel, pada - Leptospirosis
Hepatitis akut peradangan terjadi di sel-sel hepar terutama sitoplasma - Decomp cordis
sehingga SGPT yang diproduksi di sito sel meningkat menyebabkan - Keganasan
SGOT/SGPT < 1. -Infeksi
Sebaliknya pada Hepatitis kronis/Sirrosis kerusakan sel hepar
terutama pada inti sel sehingga produksi SGOT meningkat sehingga V. Syndrom Meig terdiri :
menyebabkan SGOT/SGPT > 1. - Kistoma ovarii
Hipoalbumin menyebabkan tubuh mengkompensasi globulin - As c i t e s
naik ( >N ) ratio albumin/globulin terbalik. Ratio albumin : globulin < - Efusi pleura kanan dan kiri
1
Destruksi sel darah merah ( SRE ) Pre hepatik Hepatik Post hepatik
(red) (yellow) (green)
Causa - Over produksi Kelemahan konjasi - Obstruksi bilier
Hemoglobin 1. hemolisis 1. Cliger Najjar I/II 1. batu
(leptospirosis) 2. Neonatal J 2. tumor
2. inefektif 3. Drug inhibition 3. strictur,
Disosiasi menjadi heme eritropoesis cloramp,
pregnadiol -Kelemahan ekskresi
- Up take lemah : 4. Hepatitis hepar :
1. Gilbert sindrom 5. Sirosis 1. Famlial :
Biliverdin 2. Obat (as. Flavas- - Dub johns synd
pidic) - Pregnancy
3. Prolonged pasting. 2.Didapat : drug
Bilirubin unconjugated ( I ) induced colestasis
(oral kontrasepsi,
metyl testosteron)
Terikat lemak dan albumin Laboratorium Bilirubin I Bil I Bil I (-)
Billirubin II N Bil II Bil II
Urin Urobilin +++ Urobilin + Urobilin N (-)
Up take dengan protein Y & Z Bil - Bil + Bil +++
Excresi Kasus :
Wanita dengan : usia > 40 th Female, fourty, fertil.
Fertil
usus halus Urin Obesitas
Nyeri menjalar ( refered pain ) epigastrium kanan
Murphys sign (+)
Reduksi menjadi urobilinogen dan stercobilin Gatal timbunan bilirubin dibawah kulit.
Diagnosis banding :
1. Colesistitis
Urin Feses 2. Colelitiasis
3. Kolik ureter dextra
4. Hepatitis kapsula fibrosa meregang.
Planning laboratorium :
- Hb, AL, AT
- Amilase, lipase
2. ulkus peptik
Penunjang : BNO, USG III. Nyeri + tidak kentut, tidak BAB illeus, peritonitis.
Penatalaksanaan : Tanda-tanda illeus :
1. Bed rest - borborigmi
2. Diet rendah lemak hindari makanan yang merangsang - metalik sound
3. Antasid - darm contur
4. Operatif, jika terjadi obstruksi total hidrops vesica - darm steifung
velea. macam illeus obstruksi dan stranggulasi
Non operatif jika tidak menyebabkan obstruksi.
Ileus stranggulasi :
terjadi gangguan pasase / motiliti / peristaltik turun usus tidak
berfungsi normal, kontraksi turun makanan tidak keluar.
ABDOMINAL PAIN
Tanda-tanda peritonitis lihat BAB tifoid.
Dermopathy
Hipertiroid jika nilai indeks 20. Gejala :
1. Mixoedem
Pemeriksaan tambahan adalah basal metabolisme rate (BMR) 2. Tiroid acropati
Rumus : 3. Vertigo
BMR = ( 0,75 x nadi )+ ( 0,74 x selisih sistol dan diastol ) 72 %.
Terapi : kortikosteroid topikal potensi tinggi
Diukur pagi sebelum penderita beranjak dari tempat tidur.
DM tipe 1 DM tipe 2
Mudah tidak
terjadi ketoasidosis mudah terjadi ketoasidosis
Pengob tida
atan harus denagn insulin harus menggunakan insulin Komplikasi Kronik
Onset onset Komplikasi kronik DM bisa dibagi menjadi :
akut lambat 1. Komplikasi Vaskuler
Biasan gemuk a. Mikrovaskuler
ya pasien kurus / tidak gemuk Mata
Biasan biasan - Retinopati
ya terjadi pada usia muda ya > 45 tahun - Neurophati (non poliferatif / proliferatif)
Berhub tidak - Macular edema
ungan dengan gen HLA- berhubungan dengan HLA - Katarak
DR3 & DR4 tidak - Glaukoma
Didapa ada islet antibody cell Neuropati
tkan Islet cell antibody (ICA) riwayat - Sensorik dan motorik (mononeurophati dan
Riway keluarga pada 30% polyneuropathy)
at keluarga DM sekitar 10% 100% - Autonomik
30- kembar identik terkena b. Makrovaskuler
50% kembar identik yang - Penyakit jantung koroner
terkena - Penyakit pembuluh darah Peripheral
- Penyakit Cerebrovasculer
Nefropati DM
Kriteria diagnostik HONK : Kriteria : - D M (>5 tahun)
- Orang tua umur >40 tahun - Retinopati diabetikum
- Macroalbuminuria >300 mg/dl/24 jam, 3-4x pemeriksaan - Fagositosis - Kemotaksis
selang 2 minggu. - Opsonifikasi - Antibodi intrasel
3. Kerentanan, karena : - kadar gula darah naik turun
- Keton bodies
Pada Nefropati Diabetes setiap obat yang diekresikan lewat ginjal 4. Mikro/makroangiopati leukosit & O2 sulit mencapai jaringan.
akan mengalami akumulasi sehingga menghasilkan dosis relatif yang
lebih tinggi, oleh karena itu pada nefropati DM sebaiknya digunakan
OAD yang tidak diekresi melalui ginjal, untuk menghindarkan terjadinya
hipoglikemi misalnya glikuidon.
Pada ibu hamil dengan DM tidak boleh diberikan OHO karena akan
Mengganti insulin ke OHO
1. Secara bertahap dosis insulin diturunkan 2 Unit/hari dan OAD dimulai menyebabkan hipoglikemi janin dan teratogenik, sebaiknya diberi insulin.
dari dosis terendah naik secara bertahap
2. Saat insulin nol OHO optimal dose
Resisten OAD,
Obat hipoglikemik oral (OHO) Cara menanggulangi :
1. Ubah dahulu dengan bentuk OAD lain.
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 3 golongan : 2. Kombinasi dengan golongan yang berbeda (midle & short).
Pemicu sekresi insulin (insulin secretogogue) : sulfonil urea dan glinid 3. Dosis maksimal (misal Daonil & Diamicron : 4 tablet).
Penambah sensitivitas insulin : metformin, tiazolidindion
Penghambat absorpsi glokosa : penghambat glukosidase alfa
DM disebut terkontrol bila :
1. GDS < 200
Jenis I Tolbutamide
short acting GD 2JPP + GDS
2. < 150
2
1. Glibencamid Daonil 3. Hb A1c < 6,5% (yang paling tepat untuk kontrol)
OHO Jenis II 2. Glicaside Diamicron
intermediate 3. Glikuidone Glurenorm Kumpulan kasus bed side :
4. Glipiside Minidiab Orang tua DM + GE (lendir darah : hati-hati adanya Ca) langkah :
1. Cari TB dan BB, tentukan RBW kebutuhan kalori
Jenis III Clorpropamide Diabenese
long acting < 90 Underwight
BB 90 100 Normowight
RBW = X 100% 100 120 Overwight
TB - 100
> 120 Obesitas
Pilihan Obat untuk penderita DM dengan Obesitas tidak dengan
insulin, karena selain mempunyai efek samping selain menaikkan BB juga
dapat menimbulkan Hiperinsulinisme, karena pada obesitas terjadi down
Underweight Kal = BB x 40-60 kal regulation yaitu penurunan jumlah reseptor. Sebaiknya digunakan Oral Anti
Normoweight Kal = BB x 30-40 kal Diabetik yang dapat menaikkan jumlah reseptor yaitu Glipizide (Minidiab)
Overweight Kal = BB x 20 kal dan metformin. Dapat pula dikombinasi dengan Glibenklamid (Daonil)
Obesitas Kal = BB x 10 kal karena mempunyai efek Hipoglikemi kuat.
Macam-macam hipoglikemi :
1. True Hipoglikemi : GDS < 60
2. Koma Hipoglikemi : GDS < 30 DEMAM TIFOID
3. Reaksi Hipoglikemi : bila kadar gula darah sebelumnya naik,
kemudian diberi obat hipoglikemi, ada tanda tanda hipoglikemi dan
saat diambil GDSnya ternyata masih > N. Demam tifoid merupakan infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh bakteri
Tx diistirahatkan, diawasi beri minum manis/kembang gula. Salmonella typhii
4. Reaktif Hipoglikemi : - merupakan prediabetik Kreteria mayor :
- sesudah makan nasi biasa, 3-5 jam kemudian 1. Panas > 7 hari, terutama malam hari, suhu meningkat secara bertahap
timbul tanda tanda hipoglikemi. 2. Gangguan GIT : - konstipasi S. typhi
- diare S. paratyphi
Pengelolaan Hipoglikemia - mual, muntah
- nyeri epigastrium
Stadium permulaan (sadar) 3. Hepatosplenomegali
Berikan gula murni 30 gr (2 sdm) atau sirup/ permen gula murni (bukan 4. Bradikardi relatif.
pemanis pengganti gula atau diet / gula diabetes) dan makanan yang 5. Lidah kotor , tepi hiperemis, tremor ( roseola tifosa )
mengandung hidrat arang
Defferensial diagnosa febris > 7 hari :
Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa darah sewaktu
1. Tifoid
Stadium lanjut (koma hipoglikemia) 2. Malaria
Penanganan harus cepat 3. TB paru
Berikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon melalui vena setiap 10- 4. UTI
20 menit hingga pasien sadar
5. DHF - Ampicillin 4 x 1 gr
6. Meningitis - ceftriaxon 3 gr / 24 jam
- Ciprofloksasin 2 x 500mg
Laboratorium :
a. Leukopenia .
Indikasi ampicillin : AL < 2000 gr / dl
b. Limfositosis relatif.
- ada kelainan hepar
c. Widal test penunjang.
- alergi cloramphenicol.
d. Gaal culture dari isolat spesimen darah, asspirasi sumsum tulang, tiinja
danurin diagnosa pasti.
e. SGOT /SGPT siklus enterohepatik. Catatan :
f. BUN / Creatinin nefritis tifoid. Tifoid dengan kehamilan pada trismester I dan II boleh diberi
g. Urin rutin. chloramphenicol, trimester III tidak boleh karena mengakibatkan grey baby
sindrom .
Widal test
Yang diharapkan dari pemeriksaan widal adalah peningkatan titer Follow up :
salmonella : 1. Suhu badan
Slide test / presipitasi titer O > 1 / 160 2. Adanya komplikasi
Aglutinasi test titer O > 1 / 2320 3. Hepatomegali
Titer O mempunyai nilai diagnostik lebih tinggi karena dari badan Indikasi pulang
salmonella sebaliknya titer H kurang karena berasal dari flagella salmonella. 1. Febris (-) minimum 7 hari.
Widal perlu diulang jika test (-), karena pada minggu I belum terbentuk 2. Mobilisasi penuh.
antibodi, sehingga presipitasi kurang nyata dibandingkan pemeriksaan 3. Komplikasi (-).
dengan aglutinasi. Pada minggu II antibodi >> dalam darah sehingga
dilakukan pemeriksaan dengan presipitasi test reaksi tipe III antibodi Komplikasi :
spesifik. 1. Minggu I syok endotoksemia
Kemungkinan hasil widal test dapat : 2. Minggu II reaktif hepatitis, perdarahan usus.
a. false (+) : - post vaksinasi KOTIPA 3. Minggu III perforasi.
- infeksi sublinik 4. Minggu IV relaps tifoid.
- daerah endemik
- reaksi anamnestik Penatalaksanaan tifoid komplikasi perdarahan ( melena ):
b. False (-) : - malnutrisi 1. Bed rest total.
- AIDS 2. Puasa.
- Geriatrik 3. Rehidrasi dan nutrisi parenteral.
- Terapi sitostatik 4. Medikamentosa : - Antibiotik, koagulan.
- Terapi kortikosteroid
- Minggu I Follow up perdarahan :
- Tidak melena warna feses
Penatalaksanaan - RT feses darah (-)
1. Bed rest total , sampai 7 hari bebas panas mobilisasi bertahap mulai - Ukur lingkar perut karena perdarahan sering disertai perforasi yang
dari duduk sampai pulihnya kekuatan. memerlukan tindakan bedah.
2. Diet saring TKTP rendah serat, lunak sampai 7 hari bebas panas ganti
bubur kasar setelah 7 hari ganti nasi. Tanda-tanda perforasi / peritonitis
3. Medikamentosa : - Defans muskuler.
- cloramphenicol ( drug of choise ) - Nyeri tekan.
4 x 500 mg atau kemicetin 0,5 gr / 6 jam. - Pekak hepar menurun atau menghilang.
- kotrimoksazol 2 x 960 mg - Bising usus menurun.
- Tonus musculus sphingter ani menurun.
Follow up tifoid hepatitis :
Defans muskuler hiperestesi kulit dan kaku otot diatas organ viscera yang 1. Tifoid panasnya.
diinervasi nervus sesegmen. 2. Hepatitis hepatosplenomegali, ikterus, SGOT / SGPT, serologis.
Komplikasi organ :
Hepatitis, ikterik (-) : hepatitis anikterik - gejala prodromal
1. Otak meningitis, encephalopai.
- hepatomegali
2. Cardiovasculer syok endotoksin, miokarditis, tensi , nadi . - SGPT naik.
3. Paru pneumonia.
4. Ren pielonefritis.
5. Kandung empedu kolesistitis.
6. Hepar tifoid hepatitis.
7. Sendi artritis.
Catatan :
Panas dengan perdarahan harus disingkirkan dengan kasus perdarahan yang SEPSIS
lain.
Infeksi :
Infeksi adalah istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman yang masuk
Setiap perdarahan , tanyakan : ke dalam tubuh manusia. Bila kuman berkembang biak dan menyebabkan
Laki-laki : kerusakan jaringan di sebut penyakit infeksi.
- waktu khitan
Organ yang terlibat pada infeksi umumnya berkaitan dengan jenis kuman yang
Inflamasi : menimbulkan infeksi tersebut, misal :
Inflamasi ialah reaksi jaringan vaskuler terhadap semua bentuk jejas. Traktus Uropoetika ISK sering disebabkan gram (-) E. Coli
Traktus Gastrointestinal Infeksi GIT sering disebabkan gram (-) E. Coli
Manifestasi klinik yang berupa inflamasi sistemik disebut sistemic inflammation Traktus Respiratorius sering disebabkan gram (+)
respons syndrome (SIRS). Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa sepsis Traktus genetalia sering terjadi pada abortus, pasca operasi,
adalah SIRS dengan dugaan infeksi. korioamnionitis. Kuman penyebab yang sering adalah E. Coli.
Infeksi dengan fokus pada kulit Pada umumnya dikaitkan dengan
Systemic Inflammatory Response Syndrome adalah pasien yang memiliki dua perawatan yang lam di RS sehingga mempunyai resiko infeksi seperti
atau lebih kriteria sebagai berikut : pemasangan infus. Pada umunya disebabkan oleh Staphilokokus dan
1. Suhu > 38 0C atau < 36 0C. Pseudomonas.
2. Denyut jantung > 90 denyut/menit.
3. Respirasi >20/menit atau Pa CO2 < 32 mmHg.
4. Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau > 10% sel imatur (band). TERAPI
Perkembangan terbaru untuk mengetahui lebih dini adanya sepsis adalah dengan 1. Stabilisasi Pasien Langsung
pemeriksaan procalcitonin (PCT) dan C-reactive protein (CRP), dimana akan ABC: airway, breathing, circulation. Oksigen harus adekuat, cairan
terjadi kenaikan dari marker tersebut. harus cukup ( kristaloid dan koloid ). Bila mengalami syok pilihan
utama adalah vosopresor yaitu norepineprin ( Levophed / vascon )
Syok septik merupakan diagnosis klinik sesuai dengan sindroma sepsis dengan dosis 0,05 0,15 mikrogram / KgBB/ mnt ( sediaan 1 ampul = 4
disertai dengan hipotensi (tekanan darah turun < 90 mmHg) atau terjadi cc = 4 mg ) caranya 4 mg diencerkan dalam 50 cc NaCl 0,9 %. Sehingga
penurunan tekanan darah sistolik > 40 mmHg dari tekanan darah ketemu 1 cc = 80 gr dimasukkan dalam siringe pump, atur sesuai
sebelumnya. kebutuhan.
Etiologi : 2. Antibiotik secara empiris, sambil menunggu kultur.
Penyebab sepsis dapat berupa : 3. Menghilangkan focus infeksi bila ada ( abses, gangrene dll )
1. Bakteri gram (-) dan produknya (60 % s/d 70 % kasus), tersering adalah 4. Diit tinggi kalori tinggi protein.
Esceresia Coli. 5. Bisa diberikan antibodi poliklonal ( IVIG = Intravenus Immunoglobulin
2. Bakteri gram (+) dan produknya (20 % s/d 30 % kasus), tersering Staph., Gamimun )
Strepto., dan Enterococcus.
6. Kortikosteroid dosis rendah ( Dexametazon 1 ampul / 8 jam / hari atau
3. Bakteri anaerob, misal: Bacteriodes fragilis pada sepsis intraabdominal
metilprednisolon 62,5 mg / hari dosis terbagi )
4. Jamur oportunistik, virus (dengue dan herpes) atau protozoa (Plasmodium)
Mengapa harus kortikosteroid dosis rendah ?
Gangguan keseimbangan pada sistim imun dapat berperan dalam terjadinya Pada pemberian kortikosteroid dosis tinggi akan menyebabkan :
sepsis, antara lain: Penekanan pada HPA-axis, sehingga sekresi CTR hormon akan berkurang.
1. Defek sistim imun humoral : defisiensi komplemen dan antibodi yang
mengakibatkan gangguan pada kemampuan opsonisasi dan bakterisidal.
Supresi pada adrenal sehingga akan terjadi absolut adrenal insufisiensi,
2. Defek sistim imun seluler : gangguan sistim fagosit (netrofil dan makrofag)
dan sistim imun seluler spesifik. dengan akibat terjadi insufisiensi absolut dari hormon-hormon adrenal;
3. Pada usia balita dan usia tua (>60 tahun) misalnya: adrenalin dan noradrenalin serta mineralo kortikoid. Sebagai
4. Pemakaian obat imunosupresan dan sitostatika akibatnya akan terjadi kelainan tonus pembuluh darah perifer, kelainan
5. Penyakit kanker, automun, DM, gagal ginjal dan sirosis hati. elektrolit dan metabolisme karbohidrat sehingga menstimulasi terjadinya
6. Adanya faktor predisposisi, yaitu : kurang gizi, dehidrasi, tindakan invasif syok septik (Ingat pada sepsis sudah terjadi Relative Adrenal Insufisiensi)
(Infus, kateter urin dan jantung, pemasanngan vntilator)
Penggunaan kortikosteroid dosis rendah, berperan :
Penyakit Dasar 1. Menekan / mengurangi efek sitokin, terutama sitokin pro-inflamasi sehingga
terjadi keseimbangan sitokin pro-inflamasi dengan anti-inflamasi.
Pemeriksaan feses
a. 1 gr feses diencerkan ambil sedikit oleskan pada obyek glass
periksa dengan mikroskop.
b. 1 gr feses + 5 cc air centrifuge endapan diambil periksa dengan
mikroskop.
c. Metode kertas harada
1 gr feses + 5 cc air centrifuge endapan diambil disaring
ambil yang kertas saring periksa dengan mokroskop.
ANKILOSTOMIASIS Penetalaksanaan
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP
Definisi : Infeksi oleh karena cacing ankilostoma disertai tanda-tanda anemia 3. Sulfas ferrosus ( 2 x 1 + Vit B + Vit E )
dan malnutrisi. 4. Obat cacing ( trifeksan tab 1 dd 1 selama 3 hari )
5. Transfusi, tetesan pelan, dengan diuretik pretransfusi.
Kasus Bed Side Hati-hati bahaya udema paru akut: sianosis.
a) 1. ISK simptomatik
Seorang pasien dikatakan menderita ISK bila ditemukan satu diantara 3
kriteria berikut ;
INFEKSI NOSOKOMIAL
Untuk orang dewasa dan anak> 12 bulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau yang didapat di rumah
sakit. Suatu infeksi yang didapat dirumah sakit apabila : 1) Didapatkan salah satu dari gejala keluhan ini :
a) Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau tidak dalam Demam . 38 o C , axillar
masa inkubasi infeksi tersebut. Disuria
b) Infeksi terjadi 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit atau
Polakisuri
Nyeri supra pubik
Atau
Hasil biakan urin porsi tengah (midstream) 105 kuman per ml urin
dengan jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies. Untuk orang dewasa dan anak > 12 bulan ditemukan salah satu tanda/ gejala
2) Ditemukan 2 diantara gejala/ keluhan berikut : antara lain :
Demam . 38o C 1. Ditemukan kuman yang tumbuh dari biakan cairan
Disuria bukan urin ( jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai terinfeksi)
Polakisuria 2. Adanya abses atau tanda infeksi lain yang dapat
dilihat, baik secara pemeriksaan langsung, selama pembedahan, atau
Nyeri supra pubik
melalui pemeriksaan histopatologi
Dan
3. Dua dari tanda berikut demam . 38o C PTC, nyeri
Salah satu dari hal-hal berikut :
lokal , nyeri tekan, padea daerah yang dicurigai terinfeksi
Test carik celup(diptick) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit,
4. Didiagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
Piuri terdapat 10 lekosit per ml atau terdapat 3 lekosit per LPB Dan
45x dari urin yang tidak dipusing Salah satu dari tanda/gejala :
Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak o keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang dicurigai
dipusing (centrifuge) terinfeksi
Biakan urin 2 x berturut-turut menunjukkan jenis kuman uropatogen o Ditemukan kuman pada biakan darah
yang sama, dengan jumlah > 100 kuman per ml urin yang diambil o Pemeriksaan radiologis memperlihatkan gambaran infeksi
dengan kateter o Didiagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
Biakan urin menunjukkan satu jenis uro patogen dengan jumlah 105 5. Dokter menangani memberikan pengobatan anti
per ml pada penderita yang telah mendapat pengobatan anti mikroba mikroba yang sesuai
yang sesuai
Didiagnosa ISK oleh dokter yang menangani
Telah terdapat pengobatan anti mikroba yang sesuai oleh dokter yang
menangani
ad.2. Infeksi akibat luka
a.2. Bakteriuri Asimptomatik Luka operasi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial
berasal dari operasi yang kurang steril, flora dari dokter, perawat atau bakteri
Seseorang dikatakan menderita bakteriuri asimptomatik bila ditemukan satu airborn. Tindakan operatif yang dekat dengan tempat yang banyak
diantara kriteria berikut : mengandung bakteri, misal : operasi kolon, daerah vagina dan operasi yang
1) Pasien pernah memekai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari lama.
sebelum biakan urin : Infeksi nosokomial akibat operasi biasanya manifest 3 sampai 7 hari
Ditemukan biakan urin 105 kuman per ml urin dengan jenis kuman post operatif, 24-48 jam pertama post operatif biasanya disebabkan oleh
ma\ksimal 12 spesies Strept. Grup A atau Chlostridium Sp. 4-6 hari postoperatif disebabkan oleh
TANPA gejala-gejala/keluhan : Staphylococcus. Setelah itu biasanya disebabkan bakteri gram (-) atau
Demam, suhu 380 C., polikisuri, nikuri, disuri, dan nyeri supra pubik bakteri anaerobik.
2) Pada pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam 7 hari sebelum
dibiakan pertama dari biakan urine 2 x berturut-turut ditemukan tidak Infeksi luka operasi dibedakan menjadi : ILO superfisial adalah ILO yang terjadi
lebih dari 2 jenis kuman dalam 30 hari paska bedah dan meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain diatas
TANPA gejala/keluhan fascia dengan salah satu kedaan berikut :
Demam, polakisuri, nikuri, nyeri suprapubik 1) Adanya Pus yang keluar dari luka operasi atau drain yang
dipasang diatas fascia
Ad. 3. ISK lain 2) Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka yang ditutup
(ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, jaringan sekitar retroperitoneal atau primer.
rongga perinefrik). Seorang pasien dikatakan menderita ISK lain bila 3) Dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi
ditemukan kriteria berikut : 4) Sengaja dibuka oleh dokter karna terdapat tanda peradangan,
kecuali jika hasil biakan negatif.
Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, sikatan /cuci bronkus
Operasi terkontaminasi atau operasi kotor dinyatakan infeksi apabila dapat atau biopsi
dibuktikan bahwa penyebab infeksi adalah kuman yang berasal dari rumah sakit Virus dapat diisolasi atau terdapat antigen virus dalam sekresi
atau ditemukan kuman strain lain dari kuman yang ditemukan sebelum masuk saluran nafas.
rumah sakit Titerr Ig M atau Ig G spesifik meningkat 4x lipat dalam 2 x
pemeriksaan
ILO profunda adalah ILO yang terjadi setelah 30 hari sampai satu tahun (bila ada
Terdapat tanda-tanda pnemonia pada pemeriksdaan histo
implant) paska bedah yang meliputi infeksi jaringan dibawah fascia dengan salah
patologi
satu kedaan berikut :
1) Pus dari drain dibawah fascia.
2) Dehisensi luka atau luka dibuka oleh dokter karena adanya
tanda infeksi (suhu 38 C dan nyeri lokal )
3) Abses ad.4. Infeksi Saluran Cerna
4) Dokter yang menangani menyatakan infeksi.
Operasi terkontaminasi atau operasi kotor dinyatakan apabila dapat dibuktikan Infeksi sistem saluran cerna meliputi : Gastroenteritis, hepatitis, enterokolitis
bahwa penyebab infeksi adalah kuman yang berasal dari rumah sakit atau nekrosis dan infeksi intra abdomen lainnya, namun pembahasan berikut terbatas
ditemukan kuman strain lain dari kuman yang ditemukan sebelum masuk rumah pada gastroentertitis.
sakit
a. Batasan gastroenteritis
Seorang pasien dikatakan menderita gastroenteritis bila ditemukan satu
diantara kriteria berikut
Gejala mayor :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam satu bulan.
2. Diare kronik yang berlangsung lebih dari satu bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.
4. Dementia/HIV ensefalopati.
5. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
Gejala minor :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
1. Batuk menetap lebih dari satu bulan.
belum nyata bagi Allah di antaramu, dan belum nyata orang-orang
yang sabar. 2. Dermatitis generalisata.
(Ali Imran 142) 3. Kandidiasis orofaringeal.
4. Herpes simplek kronik progresif.
5. Limfadenopati generalisata.
6. Herpes Zoster rekurens/multisegmental.
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
HIV/AIDS Pasien HIV/AIDS sering kali masuk rumah sakit oleh karena infeksi
oportunistiknya.
Virus HIV akan mempengaruhi atau merusak sistem kekebalan tubuh melalui Pengobatan
limfosit T helper yang mempunyai reseptor CD4 yang sering disebut sel limfosit 1. Masuk ruang isolasi ( untuk mencegah tertular penyakit dari pasien lain )
CD4. Karena yang diserang limfosit CD4, lambat laun akan menurun baik fungsi 2. Terapi terhadap infeksi oportunistik.
maupun jumlahnya. Karena limfosit CD4 berperan penting dalam sistem imunitas 3. ARV ( Anti Retroviral )
maka akan mudah terjadi infeksi oportunistik dan kanker sekunder. 4. Terapi Psikologis
GE suspek cholera : 1. Diare : - seperti cucian beras Pemeriksaan - amuba anti bodi (+) - amuba anti bodi (-)
- bau amis Komplikasi : - abses hepar (kista coklat)
2. Tidak panas - Artritis - abses paru
- Toksik septikemi - perdarahan
3. Dehidrasi - ameboma
- vital sign tensi turun nadi cepat.
- kulit keriput
4. Epidemiologi perforasi
Sterilisasi air Colon in loop : Ulkus bergaung, kecil, tepi Ulkus multipel tidak
5. Laboratorium AL menngkat. Luka lebar batas tidak tegas tak hiperemis bergaung tepi hiperemis.
dan sekitarnya oedem.
Penatalaksanaan Terapi : - rehidrasi - Rehidrasi Antibiotik :
- antibiottik : - Antibiotik a. Sulkolon
1. Rehidrasi tetrasklin a. metronidazol 500 mg b. Flagile
- oral oralit ampicilin 2X1
- parenteral infus RL, NaCl. b. emetin HCL
inj 2 amp / hari
2. Antibiotik (diIndonesia tingkat infeksi tinggi )
3. Diet bubur rendah serat, tidak merangsang.
Berak darah Catatan :
Gejala : demam tinggi, menggigil, sakit kepala ( terutama frontal ), nyeri otot,
mual , muntah, diare.
Penatalaksanaan
First step : NSAID / Analgetik
Second step : NSAID + kortikosteroid
Third step : NSAID + kortikosteroid + preparat emas
Rehabilitasi medik fisioterapi
NSAID
1. Salisilat
2. Phenil butazon
REMATOID ARTRITIS
3. Indometasin
4. Ibuprofen
Klinik : Biasanya berkasiat setelah beberapa hari, bila 2 minggu hasil (-)
1. Morning steffnes kaku pagi hari, diperberat gerakan. hentikan tidak boleh jangka lama > 6 bulan.
2. Bengkak Perlu diberikan bersama antasid dan simetidin.
3. Status lokalis : a. pada sendi kecil, simetris Perlu diingat : komplikasi penggunaan NSAID jangka panjang.
b. radang (+)
Terhadap artritis - NSAID / analgetik
GOUT ARTRITIS - Antasid dan simetidin
Laboratorium : Guanine
Hipoxantin
AL
LED
Asam urat Xantine
Cholesterol
Trigliserid
Penatalaksanaan Asam urat
I. Diet 6 bulan (rendah purin) di Asia gagal Deposit monosodium urat reaksi inflamasi (respon lekosit fagositosis)
II. Treatment kerusakan lisosom kerusakan sel.
Terhadap hiperurecemi
a. Inhibitor xantin
cara kerja : menghambat metabolisme hipoxantin menjadi
xantin dan xantin menjadi asam urat.
Preparatnya : allupurinol tab 100 mg 3 x 1 atau 300 mg 1 x 1 / hr. GUILLAIN-BARRE SYNDROM
b. Urikosurik
cara kerja : menurunkan kadar asam urat darah force diuresis
syarat : Anamnesa : - sebelum tetraparese ada panas dulu
- usia muda - parese ascendern
- tidak ada needes batu urat - tidak ada kelainan otonom
- jangan pada orang tua prostat hipertropi - tidak ada riwayat trauma
Preparatnya : probeneside
Pemeriksaan fisik : Pukulan sepanjang tulang belakang (nyeri ketok) Dyspneu CHD
poliradiculair. Biasanya disertai gejala : - Anemia (lemas, gliyer)
- Hipertensi (kaku tengkuk)
DD : - Kompresi fraktur RPD : - Riwayat hipertensi
- Tumor VC/VTh usul foto Cervical/Thorakal - Riwayat sakit tenggorokan
- Gangguan miksi - Urin seperti cucian daging
Diagnosa pasti : LP Disosiasi sito albumin (albumin meningkat, sel - Kencing tak lancar
sedikit) - Pegel pingang
- Nyeri pingang menjalar
Terapi : - Antiinflamasi - Riwayat DM
- Roboransia - Riwayat obat-obatan
- indikasi pemberian gamma globulin dari luar Pemeriksaan Fisik : - Trias (hipertensi, anemia, oedema)
- Nyeri pinggang menjalar
- Periksa ginjal (harus)
- Rambut mundah rontok
Laboratorium :
Lab : BUN
Creatinin (+) hematuri
Hb
Untuk mengarahkan dasar CRF
Lab Urin :
eritrosit (GN) ISK atas
leukosit -/+ rendah
Eritrosit pecah helmet sel
eritrosit -/+ rendah UTI
lekosit Eritrosit utuh
eritrosit Batu ISK bawah
lekosit
GDS adakah nefroti diabetic
Etiologi CRF
1. Infeksi : Pielonefritis
2. Peradangan : Glomerulonefritis
3. Gangguan metabolisme : DM, Hipertensi, Hiperparatiroid,
Gout, Amiloidosis
4. Nefropati toxic : Analgetik, Nefropati timah
5. Nefropati obstrukti : Batu, BPH
6. Penyakit Vaskuler hipersensitif : SLE, Poliartritis nodusa
7. Kongenital : Renal tubuler asidosis, Penyakit
Chronic Renal Failure ginjal polikistik
(C R F)
Anemia pada CRF karena :
Penderita datang terutama dengan : 1. Eritropoetin menurun karena fungsi ginjal rusak
Gangguan GIT mual, muntah 2. Suasana uremi darah sehingga umur eritrosit menurun
Bengkak 3. Depresi sumsum tulang karena terjadi hiperparatiroidisme sekunder
4. Defisiensi Fe dan asam folat akibat nafsu makan menurun 1. Bed rest tidak total karena aktifitas fisik yang berat menyebabkan
5. Trombositopati perdarahan GIT dan mukosa perfusi darah ke ginjal berkurang 20%.
(endoskopi : bercak perdarahan pada lambung/antrum piloricum) 2. Diet TK RP < 30 g/hr RG < 5 g/hr
3. Balance cairan (1000 IWL + urin loss/hr tampung)
Hipertensi pada CRF 4. As amino esensial (ketosteril)
Hiperaktifitas system rennin angiotensin sehingga produksi rennin meningkat 5. Phosfat binding (actal)
Antihipertensi yang dipakai ACE inhibitor. 6. Terapi komplikasi : - anemia
- hipertensi
CRF, mudah infeksi karena : - infeksi
1. Hipersegmentasi leukosit - hiper/hipo K+
2. Fagositosis dan kemotaksis turun 7. Terapi dasar : transplantasi ginjal
3. Limfosit turun
Follow up
CRF, mudah berdarah karena : Balance cairan
1. Masa perdarahan Diet
2. Agregasi dan adhesi trombosit karena turunnya factor trombosit III dan Anemi (tranfusi PRC + Recombinan eritropoitin, 3 x 40 U SC)
ADP Hipertensi
Deferensial diagnosis
1. malnutrisi
2. sirosis hepatis dengan asites berat (oedema)
3. congestive heart failure (oedema pada kaki)
Penatalaksanaan
1. Diet TKTP rendah garam
2. Diuretika : furosemid dan aspar K
3. Tambahan protein
SINDROM NEFROTIK 4. Imunosupresan :
Kortikosteroir
Definisi Sandimun
Sindrom yang ditandai Siklofosfamid (?)
1. Odema anasarka
2. Proteinuri Kematian
3. Hipoalbumin albuminuria 1. Gagal ginjal
4. Hiperlipidemia 2. Sekunder infeksi
Kasus Penyebab
Laki-laki umur 50 tahun dengan keluhan odema anasarka 1. Tak diketahui
2. DM
Anamnesis 3. Glomerulonefritis
1. Bengkak seluruh tubuh 4. SLE
2. Gizi cukup 5. Keracunan logam berat
3. Riwayat sakit kuning (-) 6. Toksin : serangga, ular dan sebagainya
4. Riwayat sakit ginjal (-) 7. Amiloidosis
5. Riwayat DM (-) / keluarga DM (-)
6. Riwayat SLE (-) Terapi
Kortikosteroid harus diberikan
Pemeriksaan fisik Hati-hati / kontraindikasi :
Odem anasarka Bila kausanya : DM
Amiloidosis
Bila tidak proses kronis bukan krisis
Tanda CRF:
Ditemukan gejala anemia cepat lelah, gliyer, lemah.
Urinarius Tract Infection Ditemukan odema atau riwayat odema.
(UTI )
3. Pola makan teratur / tidak, senang asin / daerah perifer
Anamnesis 4. Riwayat emosional pola keluarga
1. Febris 5. Sosial ekonomi
2. Keluhan kencing : - kencing sakit,
- kencing panas, Pemeriksaan
- anyang-anyangen 1. Tekanan darah / tensi (bila normal tanya minum obat / tidak)
3. Pinggang pegel 2. Komplikasi :
4. Riwayat sering menahan kencing Gangguan penglihatan
5. Riwayat DM Tanda-tanda decomp
Tanda gangguan ginjal
Pemeriksaan
UTI Atas UTI Bawah Laboratorium
Pemeriksaan Nyeri ketok kostovertebra Nyeri tekan SOP 1. Renal fungsi test BUN, creatinin, asam urat
Laboratorium Eritrosit urin helm sel Eritrosit utuh 2. ECG dan foto thorak
(dinding sel pecah)
Penatalaksanaan
Steril Pyeuria Lekosit (+) 1. Bed rest
Bakteri (-) 2. Diet TKTP rendah garam
Terdapat pada keadaan : - Obstruksi Baru 3. Medikamentosa
- TBC Stage I Diuretik
- Pielonepritis kronik Stage II Diuretik + bloker kombinasi
Stage III Diuretik + Ca antagonis
Diagnosa pasti : Cultur urin Bakteri (+) 105 / ml
Terapi : Bactrim 2x2 (480 mg) penyebab terbanyak bakteri gram (-) 4.
Terapi komplikasi :
a. Apopleksi cerebri
b. Retinopati hipertensi
c. Acut lung odema
HIPERTENSI d. Gangguan fungsi ginjal
5. Bila disertai factor emosional minor transquilizer
Anamnesis Obat anti hipertensi
1. Tanda-tanda hipertensi kaku tengkuk, kepala berat, sakit kepala. 1. Tahap I
Diuretik - Lasik injeksi (1 ampul 20 mg)
2. Adakah kelainan organ mata kabur, sesak nafas, bengkak muka.
- Furosemid tablet (1 tablet 40 mg)
Tanda decomp :
2. Tahap II dan III
Sesak nafas Dispnoe deeffort tanyakan apakah sesak terjadi
Calsium antagonis
mendadak :
a. Nifedipin Adalat Vasdalat
Bila ya acut lung oedema krisis hipertensi
Efek : - Coroner dilatasi
- Hipotensi kuat 1. Fungsional : misal pada mitral stenosis F : Decomp kanan
b. Verapamil Isoptin 2. Anatomi : misal pada mitral stenosis A : LAH & LVH
Efek : - Anti aritmia 3. Etiologi : misal pada mitral stenosis E : M
- Hipotensi < Nifedipin
c. Diltiazem Herbezer
Efek : - Efek keduanya di atas
- Hipotensi kuat
Setiap perdarahan atau anemia harus diperiksa apusan darah tepid an Hb,
leukosit, trombosit
Hb AL AT Makna
An. Aplastik, Aleukimik leukimia
Leukimia
N N ITP, DHF
Reaksi anafilaktik dapat bersifat lokal ataupun sistemik, apabila bersifat sistemik
dapat terjadi gangguan yang berupa sesak napas, nyeri perut, tekanan darah yang
turun dengan mendadak ( syok ) yang sering berakibat fatal.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
PERJALANAN REAKSI TIPE I
Respon imun, baik spesifik maupun non spesifik pada umumnya
berfungsi protektif. Tetapi respon imun dapat menimbulkan akibat buruk dan
Dalam perjalanannya ternyata reaksi anafilaktik terdapat beberapa
penyakit yang disebut penyakit hipersensitivitas. Hipersensitivitas yaitu reaksi
stadium yaitu :
imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
Stadium I : Phase sensitisasi pada phase ini Ig E tersensitisai oleh antigen
yang masuk ke dalam tubuh, Ig E yang terstimulir ini
Pembagian reaksi hipersensitivitas :
bereaksi pada permukaan sel mast dan sel basofil.
Stadium II : Phase aktifasi pada phase ini sel mast yang terpapar oleh
1. Reaksi tipe I ( Anafilaksis ) : antigen yang masuk ke dalam tubuh
antigen akan mengalami perubahan dan terbentuklah
menimbulkan respons imun berupa produksi IgE. Penyakit yang termasuk
granula - granula di dalamnya.
reaksi tipe I adalah asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi.
Stadium III : Phase efektor pada phase ini adalah kelanjutan dari phase II
dimana sel mast yang telah mengalami pembentukan
2. Reaksi tipe II ( Sitotoksik ) : terjadi karena dibentuk antibody jenis IgG atau
grabulasi didalamnya pecah / lisis dan mengeluarkan zat
IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Penyakit yang
kimia yang disebut agent aktif
termasuk reaksi tipe II adalah anemia hemolitik autoimun, reaksi transfusi,
demam rematik akut, miastenia gravis, penyakit grave.
3. Reaksi tipe III ( Imun komplek atau komplek antigen antibodi ) : yang
AGENT AKTIF YANG BERPERAN DALAM REAKSI ANAFILAKTIK
berperan IgG. Terbentuk antigen - antibodi komplek dalam sirkulasi dan akan
mengendap dalam jaringan yang selanjutnya akan menimbulkan kerusakan
1. HISTAMIN merupakan zat kimia yang dibentuk dari gugus kimia histidin Untuk tahap akut kurang bermanfaat. Jenis ini dapat mengeblok
yang mengalami dekarbosilasi. Histamin mempunyai dua reseptor yaitu histamin lebih lanjut ke target organ, sehingga memperpendek reaksi dan
reseptor H1 dan reseptor H2 mencegah kekambuhan. Difenhidramin HCL ( Delladryl ) 25 - 50 mg IV
Reseptor H 1 : apabila berikatan dengan reseptor pada otot polos akan ( IM atau oral ) tiap 6 jam.
terjadi kontraksi dan spasme dari otot polos tersebut. E. Glucocorticoid
Dan apabila bereaksi dengan sel endotel dari Tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam waktu 6 - 12 jam. Namun
pembuluh darah akan terjadi peningkatan permeabilitas obat ini dapat mencegah kekambuhan reaksi yang lebih parah. Dosis
dari pembuluh darah tersebut, sehingga terjadi yang adekuat adalah hidrokortison 125 mg IV tiap 6 jam.
ekstravavasi cairan dari dinding pembuluh darah
terutama pada pembuluh darah kapiler. 3. Observasi
Reseptor H2 : apabila berikatan dengan sel mukosa reseptor akan Pasien dengan reaksi anafilaksi ringan hinga sedang ( gatal hingga nafas
mengakibatkan peningkatan pembentukan sekresi ringan ) , agar diobservasi setidaknya selama 6 jam. Pasien dengan reaksi
mukosa dan peningkatan permeabilitas kapilernya. berat dan cenderung mengalami kekambuhan, sebaiknya dilakukan rawat
Reseptor H2 terutama bekerja pada tunika mukosa inap ( dilakukan pengawasan ketat bila terdapat sesak nafas yang parah,
lambung. hipotensi atau gangguan irama jantung )
Pada reaksi anafilaktik efek histamin melalui H1 dan H2 sangat berperan
sehingga berakibat terjadinya : kontraksi otot polos dari saluran napas /
bronkus, edema laring, spasmus otot saluran cerna disertai hipersekresi
daerah tersebut disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
penurunan drastis dari tekanan darah ( reaksi syok ).
2. SEROTININ merupakan agent aktif yang juga dihasilkan oleh mast sel yang
mempunyai efek seperti histamin.
3. SRT - A merupakan agent aktif yang dilepaskan oleh sel mast sel yang
mempunyai efek memperpanjang kontraksi otot polos pada saat reaksi
anafilaktik terjadi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Klinik
1. Bed rest total duduk
Sesak, dispnoe deeffort, paroximal noktural, ortopnoe, berdebar-debar
2. Oksigenasi 2-3 lt/menit
(takikardi)
3. Diet lunak TKTP rendah garam
Adakah :- Anemia
4. Lasix 1 x 1 pagi
- Hipertensi
5. Aspar K 1 x 1
- Obesitas
6. Neurobin 1 x 1
- COPD
7. Lanoxin 2 x 1
- CRF
Derajad Decomp cordis
Pemeriksaan
4 derajad
1. JVP meningkat
I. aktifitas berat sesak
2. Bentuk thorak
3. Jari tabuh II. jalan 1 meter sesak
4. Anemia III. aktifitas sehari-hari sesak
5. Batas jantung melebar IV. istirahat sesak
6. Ronchi
7. Hepatomegali Digitalis
8. Oedem tungkai Indikasi digitalis
1. Decomp cordis
Tentukan decomp kanan/kiri/congestive 2. Atrial fribrilasi
3. Flutter atrium
Decomp kanan Decomp kiri 4. Extrasistole supraventrikel
1. JVP meningkat 1. Sesak nafas :
a. Dispnoe Kontraindikasi
b. Ortopnoe
1. Alergi
c. Paroxismal nocturnal dispnoe
2. Batas jantung kanan melebar : 2. Sianosis 2. Intoksikasi
- RVH
- Pulsasi epigastrium Pemberian digitalis
3. Hepatomegali 3. Chein stokes
lunak, nyeri tekan, tepi tumpul Cepat Lambat
4. Sptenomegali 4. Batas jantung kiri melebar : LVH Indikasi - Acut lung oedema berat - Ringan / hilang timbul
5. Ascites 5. RBB - Tidak sadar
6. Oedem tungkai 6. Takikardi Teknik a. Cedilanid 0,8 mg IV perlahan- a. Cedilanid tablet 3 x 1
7. Gallop lahan b. Digoxin 0,5 2x1, 2-4 hari
b. Digoxin 1-1,5 mg IV perlahan- Efek setelah 1 minggu
Jika sudah kanan dan kiri CHD lahan
Maintenance dose : Digoxin tablet 0,25 mg per hari PaCO2: 36 44 mmHg
Intoksikasi digitalis
1. Gangguan GIT mual, muntah, anorexia Langkah langkah membaca hasil AGD :
2. Gangguan jantung takikardi, ekstrasistole, AV block 1. Lihat pH ( asidosis atau alkalosis )
3. Neuralgia, nyeri kepala, gangguan mental 2. Lihat [HCO3]. Bila turun / naik sesuai dengan pH ( berbanding lurus )
proses metabolik,
Terapi intoksikasi bila tidak proses respiratorik.
1. Hentikan Digitalis 3. Setelah itu lihat komponen PaCO 2 bila proses metabolik untuk mengetahui
2. Dilantin 3x100 mg sampai tanda toksik hilang ada kompensasi atau tidak ( respiratorik ), dan lihat [HCO 3] bila proses
respiratorik untuk melihat ada kompensasi atau tidak.
Cardiac sirosis
Patogenesis
Pembuluh darah hepar ada 2 macam :
1. Arteri hepatica fungsional pH [HCO3] PaCO2 Interpretasi
2. Vena cava nutrisi Asidosis metabolik
Jika terjadi bendungan vena cava (Decomp kanan) maka nutrisi hepar Turun Turun Normal Belum kompensasi
terganggu sehingga terjadi kerusakan sel-sel hepar Kardiak sirosis Turun Turun Turun Kompensasi sebagian
Normal Turun Turun Kompensasi penuh
Asidosis respiratorik
Turun Normal Naik Belum kompensasi
Turun Naik Naik Kompensasi sebagian
Normal Naik Naik Kompensasi penuh
CARA PRAKTIS MEMBACA HASIL ANALISA GAS DARAH Alkalosis metabolik
Naik Naik Normal Belum kompensasi
Mekanisme tubuh untuk mempertahankan pH dalam batas normal yaitu paru- Naik Naik Naik Kompensasi sebagian
paru, ginjal, buffer.stabilitas pH ditentukan oleh stabilitas perbandingan PaCO 2 Normal Naik Naik Kompensasi penuh
dengan [HCO3]. Alkalosis respiratorik
Ingat rumus Handerson Hasselbach Naik Normal Turun Belum kompensasi
Naik Turun Turun Kompensasi sebagian
pH = pka + log [HCO3] Normal Turun Turun Kompensasi penuh
0,03 PaCO2
Turun Turun Naik Mix asidosis
Naik Naik Turun Mix alkalosis
Dengan rumus diatas bisa diketahui
pH berbanding lurus dengan [HCO3]
pH berbanding terbalik dengan PaCO2
Harga normal :
pH : 7,36 7,44
[HCO3] : 22 26 mEq/L
3. Sumbatan limfe
4. Hiperaldosteron
CPC Planning
Laboratorium lengkap
Anamesis ECG
Sesak Foto thorak
Berdebar-debar
Oedema tungkai Penatalaksanaan
Gangguan GIT sebah, perut membesar 1. Bed rest total duduk
Riwayat batuk lama, batuk darah Adakah COPD 2. Oksigen 2-3 lt/menit
Riwayat sesak sebelumnya 3. Lasix 1x1 pagi
Riwayat merokok lama 4. Aminopilin injeksi
5. Ampicilin 1 gr/8 jam
Pemeriksaan
a. Tanda disoksigenasi : Patogenesis
Dada emfisematous (barel chest)
Jari tabuh (clubbing fingers)
PPOK
b. Tanda decomp kanan (+)
JVP meningkat
RVH
Hepatosplenomegali Hipoxia Vascular bed turun
Oedem tungkai dan ascites
c. Adanya kelainan di paru
Ronchi Curah jantung naik Vasokontriksi
polisitemia
Dada emfisematous
1. Jarak linea midclavicula dextra-sinistra hampir sama atau lebih kecil dari
jarak antara LMC dan linea axilaris media Hipertensi pulmonal
2. Intercostal melebar
3. Pekak hati turun
4. Hipersonor
Decomp kanan
Differensial diagnosa jari tabuh
Disoksigenasi jaringan perifer kronik
Ca paru
COPD / PPOK
Efusi pleura
Emfisema