Anda di halaman 1dari 55

KUNJUNGAN RUMAH

TUBERCULOSIS PARU

PUSKESMAS JABON KABUPATEN SIDOARJO

Oleh:

Dwi Putri Nindya Pratiwi, S.Ked 15710157

Pembimbing :

dr. Lina Haryana Fajrin

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

2018

LEMBAR PENGESAHAN

KUNJUNGAN RUMAH

1
TB PARU

PUSKESMAS JABON

KECAMATAN JABON, KABUPATEN SIDOARJO

Laporan kunjungan rumah ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengikuti ujian profesi dokter di fakultas kedokteran universitas wijaya kusuma
surabaya

oleh :

Dwi Putri Nindya Pratiwi, S.Ked

15710157

Menyetujui,

Dokter pembeimbing

dr. Lina Haryana Fajrin

NIP : 198803092014022001

Mengesahkan

Kepala Puskesmas Jabon

dr. Djoko Setijono

NIP : 196906032008011012

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikan kami kekuatan dan pertolongan sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.

2
Pada kesempatan ini tidak lupa kami kami ucapkan terima kasih atas
segala bimbingan dan bantuannya yang tak ternilai kepada pihak-pihak sebagai
berikut :
1. Prof. DR. Sri Harmadji, Sp.THT-KL (K), selaku Rektor Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
2. Prof. Soedarto, dr., DTM&H., PhD., SpPark. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati T., dr., SKM selaku Kepala Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
4. Sukma Sahadewa, dr., SH., M.Kes, selaku koordinator Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya dan
5. dr. Hj.Andiani, M.Kes, dosen pembimbing yang telah memberi arahan dan
bimbingan pada kami.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf dan jajarannya.
7. dr. Djoko Setijono selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo dan pembimbing puskesmas kami dr. Lina Haryana Fajrin beserta
staf Puskesmas Jabon dan jajarannya.
8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan laporan konsep penyelesaian
masalah.
Akhirnya, sebagai harapan dari kami semoga laporan konsep penyelesaian
masalah dalam rangka kegiatan kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan
masyarakat ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan pembaca semua. Amin.
Sidoarjo, 1 September 2018
Penulis

3
DAFTAR ISI

Hala
man

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 3
C. TUJUAN.......................................................................................... 3
D. MANFAAT....................................................................................... 4

4
BAB II HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
A. STATUS PENDERITA ..................................................................... 5
1. Identitas.......................................................................................... 5
2. Anamnesis....................................................................................... 5
3. Pemeriksaan Fisik........................................................................... 8
4. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 12
5. Resume........................................................................................... 12
6. Diagnosis Holistik.......................................................................... 12
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 13
8. Follow Up....................................................................................... 15
BAB III. IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA...................................................................... 16
B. APGAR SCORE................................................................................ 17
C. SCREEM............................................................................................ 18
D.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA............................ 20
E. SIKLUS KELUARGA....................................................................... 20
F. POLA INTERAKSI KELUARGA..................................................... 21
G.PERTANYAAN SIRKULER.............................................................. 21

BAB IV. IDENTIFIKASI BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH .................................... 26
B. AKSES PELAYANAN KESEHATAN............................................ 26
C. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU ... 27
BAB V. DAFTAR MASALAH
A. MASALAH AKTIF............................................................................ 30
B. FAKTOR RISIKO.............................................................................. 30
C. DIAGRAM PERMASALAHAN KESEHATAN PASIEN................ 31
BAB VI. PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT............................................ 33
B. PREVENSI BEBAS PENYAKIT UNTUK KELUARGA
LAINNYA….......................................................................................34

5
BAB VII. PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI PENYEBAB............................................................ 34
B. PRIORITAS MASALAH................................................................... 34
C. PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH.................................... 34
D. URAIAN PROGRAM KERJA.......................................................... 35
E. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN...................................... 36
BAB VIII. PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................. 37
B. SARAN............................................................................................... 37
LAMPIRAN FOTO............................................................................................ 40

FORM HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH DOKTER KELUARGA


Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Jabon No. RM : 6343

Tanggal kunjungan pertama kali 9 Agustus 2018

Nama pembimbing : dr. Lina Haryana Fajrin

Nama pembina keluarga : Verly Fitri Retnowati, Amd.Keb

Nama DM Pembina : Dwi Putri Nindya Pratiwi, S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu

periode

Tanggal Tingkat Paraf Paraf Keterangan

Pemahaman Pembimbing

dr. Lina Haryana F

6
dr. Lina Haryana F

dr. Lina Haryana F

dr. Lina Haryana F

LAMPIRAN 1
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Jabon No. RM : 6343

Tanggal kunjungan pertama kali : 9 Agustus 2018

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Alamat lengkap : Ds Panggreh RT 09 RW 2 Panggreh Kecamatan
Jabon Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
Bentuk Keluarga :Nuclear Family (keluarga inti)

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Kedudukan Umu Pasien


Pendidika
No Nama dalam L/P r Pekerjaan Klinik Ket
n
keluarga (th) (Y/T)
1 Tn. A Kepala L 75 Tamat Purnawiraw Y Diagnosis
Keluarga SMA an TNI-AD TB Paru
Kategori 1
2 Ny. N Isteri P 68 Tamat SD/ Ibu Rumah T -
Sederajat Tangga
Sumber : Data Kartu Keluarga

7
KUNJUNGAN RUMAH KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan konsep

pembangunan lanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) dengan

arah pembangunan hampir diseluruh Negara yang di pusatkan pada

pembangunan sumberdaya manusia, dimana pembangunan sumberdaya

manusia ini merupakan indikator pembangunan secara keseluruhan yang

telah disepakati dan lazimnya disebut Human Development Index (HDI).

Kemajuan pembangunan suatu negara terindikasi dengan HDI ini, dimana

terdiri dari indikator, yakni tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan

pendapatan perkapita. Salah satu goals dari SDGs adalah mengakhiri

epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan,

serta memerangi hepatitis, dan penyakit menular lainnya.

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat

ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada

bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global healt

emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting

8
karena kurang dari 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mycobacterium TB.

Pada tahun 1998 ada 3.617. 047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.

Sebagaian besar dari kasus TB ini 95 % dan kematiannnya 98% terjadi di

negera - negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada

pada usia produktif yaitu 20-49 tahun karena penduduk yang padat dan

tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus kasus TB yang baru

dan kematian muncul di Asia.

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6

juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan.

Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah

perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif

dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan

480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari

9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15

tahun) dan 140.000 kematian/tahun. Jumlah kasus TB di Indonesia menurut

Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun

(399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per

100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25

per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case Notification

Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000

penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah

kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB

diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak

6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TBRO dari kasus baru TB dan ada

12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang

9
(Permenkes, 2016). Di Kabupaten Sidoarjo sendiri, jumlah kasus TB dengan

BTA positif sebanyak 23.456 penderita

Diagram Permasalahan Kesehatan Pasien (H.L Blum)

Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih

digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai

dasar suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L Blum

ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

yang merupakan faktor determinan sebagai penyebab timbulnya masalah

kesehatan.Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life

style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan

kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).

1.2 RUMUSAN MASALAH

10
Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial ekonomi dan

lingkungan pasien dengan penyakit yang diderita pasien?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan pasien dengan

penyakit yang diderita pasien.


1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi keadaan pasien berdasarkan klinis dan karakteristik

pasien
b. Mengidentifikasi keadaan pasien bedasarkan konsep keodokteran

keluarga
c. Menganilisis penyebab terjadinya penyakit, memprioritaskan masalah

penyebab, memprioritaskan pemecahan masalah dan intervensi kegiatan.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Pasien dan Keluarganya

Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan

keluarganya mengenai penyakitnya, sehingga pasien dapat melakukan

tindakan pencegahan dengan memutus rantai penularan dari TB paru.

1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Manfaat kunjungan rumah ini bagi pelayanan kesehatan

adalah sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan

11
terhadap penyakit TB paru sehingga dapat digunakan sebagai acuan

untuk mendapatkan solusi penyelesaian masalah TB paru.

1.4.3 Manfaat bagi Puskesmas


Manfaat kunjungan rumah ini bagi puskesmas adalah sebagai

sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan terhadap penyakit TB

paru .

BAB II

HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

2.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. A

Umur : 75 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Purnawirawan TNI-AD

Pendidikan : SLTA

12
Agama : Islam

Alamat : Desa Panggreh RT 9 RW 02, Jabon, Sidoarjo.

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 5 Agustus 2018

2.2 Anamnesis (Pada Waktu Sakit)

1. Keluhan Utama : Batuk berdahak lebih dari 1 bulan

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan batuk berdahak sudah sejak 1 bulan sebelum

melakukan pemeriksaan di Puskesmas, awalnya batuk hanya diobati

dengan menggunakan obat batuk yang dibeli di warung, namun batuk

tidak kunjung sembuh, pasien juga mengatakn berat badanya turun sejak

sakit hingga kurang lebih 4 kg, tidak ada keluhan batuk berdarah

sebelumnya, pasien juga mengeluh demam sumer - sumer sudah sejak 1

bulan ini, demam dirasakan terutama pada malam hari. Setelah satu bulan

kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmas dan disarankan untuk

melakukan pemeriksaan foto roentgen dada dan pemeriksaan dahak di

puskesmas dengan hasil positif TB paru. Sampai saat dilakukannya

kunjungan rumah, pasien sudah mengkonsumsi obat anti TB paru (OAT)

selama 5 bulan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

1) Riwayat Diabetes Melitus :disangkal


2) Riwayat Hipertensi : disangkal
3) Riwayat Asma : disangkal
4) Riwayat Alergi Obat / Makanan : disangkal

13
5) Riwayat Sakit Jantung : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

1) Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

2) Riwayat keluarga alergi obat/makanan : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

1) Riwayat Olahraga : Rutin olahraga setiap hari jumat

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalahseorang suami, ayah dari 3 orang anak. Anak

pertama dan kedua sudah menikah, bekerja sebagai wiraswasta, dan

sudah punya rumah sendiri. Anak bungsu masih bersekolah di SMA.

Pasien merupakan purnawirawan TNI-AD dan berpenghasilan

±3.000.000 per bulannya.Keluarga pasien tinggal di sebuah rumah yang

berpenghuni 3 orang (pasien, istri, 1 orang perempuan anak pasien).

7. Riwayat Gizi

Pasien untuk makan sehari-harinya biasanya 3 kali sehari.

Sehari - hari pasien mengkonsumsi lauk pauk seperti telur dan tahu-

tempe, terkadang disertai sayur. Pasien jarang makan buah-buahan.

Pasien mengkonsumsi daging ayam. Kesan status gizi cukup.

2.3 Anamnesis Sistem


1) Kulit : warna kulit sawo matang.
2) Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala

tidak rontok,luka pada kepala (-),

benjolan/borok di kepala (-).


3) Mata : pandangan mata berkunang - kunang (-),

penglihatan kabur (+), ketajaman baik.


4) Hidung : tersumbat (-), mimisan (-).

14
5) Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-),

keluar cairan (-).


6) Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa

pahit (-).
7) Tenggorokan : nyeri telan (-).
8) Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (+), mengi (-),

batuk darah (-).


9) Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada(-), ampek(-).
10) Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan

menurun (-), nyeri perut (-).


11) Genitourinaria :BAK lancar, 3-4 kali/hari warna kuning dan

jumlah cukup.
12) Neuropsikiatri :Neurologik : kejang(-), lumpuh(-).

Psikiatrik : emosi stabil (+)


13) Muskuloskeletal :kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-),

nyeri otot (-).


14) Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-).
Bawah : bengkak (-), sakit (-).
2.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

1) Tanda Vital

Nadi : 88 x/menit, reguler, kuat angkat

Pernafasan : 18 x/menit

Suhu : 36°C

Tensi : 120/80 mmHg

2) Status gizi ( IMT ) :

BB : 48 kg

15
TB : 160 cm

IMT: Berat badan (kg) =48 = 17 (kurang)

(Tinggi badan)2 (m) (1,65)2

3) Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut

tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis

(-), makula (-), papula (-), nodula (-),

kelainan mimik wajah/bells palsy (-).

4) Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), wama kelopak (coklat

kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-).

5) Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksls (-),

deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-).

6) Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah

atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

7) Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang

(-), cuping telinga dalam batas normal.

16
8) Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

9) Leher

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).

10) Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

a) Cor :

I : ictus cordis tak tampak

P: ictus cordis tak kuat angkat

P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

b) Pulmo : Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

17
A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

11) Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada

A : BU (+) kesan normal

P : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : meteorismus (-)

12) Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : Nyeri ketuk costo vertebrae (-)

13) Ektremitas: palmar eritema (-/-)

akral dingin (-/-) oedem (-/-)

14) Sistem genetalia: tidak dilakukan

15) Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : dalam batas normal

18
16) Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : tidak berubah

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk realistik

isi : waham(-), halusinasi (-), ilusi(-)

arus : koheren

Insight : baik

2.5 Pemeriksaan Penunjang

2.5.1 Pemeriksaan rontgen thoraks : Menunjukan keradangan spesifik tgl 13

Januari susp TB paru

2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium : Sputum BTA SPS 2018 (+/+/+) tgl 15

Januari.

2.6 Resume

19
Seorang pasien laki laki berusia 75 tahun memiliki keluhan batuk

sudah sejak 1 bulan setelah melakukan pemeriksaan di Puskesmas Jabon,

disarankan melakukan roentgen dada dan pemeriksaan dahak, hasil

pemeriksaan roentgen dada dan dahak menunjukan adanya infeksi TB paru.

Saat ini pasien sudah menjalani pengobatan OAT 5 bulan, pemeriksaan BTA

pada 2 bulan pertama pengobatan OAT dinyatakan positif.


2.7 Diagnosis Holistik

2.7.1 Aspek Personal


2.7.1.1 Alasan kedatangan : batuk sudah sejak ±1 bulan sebelum pemeriksaan
2.7.1.2 Kekhawatiran : batuk yang diderita tidak dapat disembuhkan dan
dapat menularkan kepada orang lain
2.7.1.3 Persepsi : Batuk sulit disembuhkan karena pengobatan yang tidak
cocok
2.7.1.4 Harapan : Batuk lama yang diderita dapat disembuhkan
2.7.2 Aspek Klinis
2.7.2.1 Tuberculosis Paru
2.7.3 Aspek Resiko Internal
2.7.3.1 Pengetahuan yang kurang tentang TB Paru
2.7.3.2 Pengetahuan yang kurang tentang pentingnya tindakan pengobatan
preventif dibandingkan pengobatan kuratif
2.7.3.3 Pengetahuan yang kurang tentang pencegahan penularan TB paru ke
anggota keluarga lainnya
2.7.3.4 Pengetahuan yang kurang tentang efektivitas terapi gizi terhadap
perkembangan perbaikan klinis TB Paru
2.7.4 Aspek Resiko Eksternal
2.7.4.1 Psikososial Keluarga : Keluarga kurang memahami tentang penyakit
pasien, namun memberi dukungan baik terhadap pasien dan bersedia
menjadi pengawas minum obat pasien
2.7.4.2 Lingkungan tempat tinggal : Keadaan rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang kurang, kelembaban udara yang tinggi
2.7.4.3 Lingkungan kerja : -

20
2.7.4.4 Sosial ekonomi : Pasien sanggup membiayai kebutuhan dasar keluarga
sehari hari
2.7.5 Derajat Fungsional
Derajat fungsional yang didapatkan adalah satu (1), yaitu mampu
melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan).

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan dengan mengintervensi

pasien beserta keluarga, intervensi yang dilakukan adalah berupa edukasi

dan konseling tentang penyakit yang diderita pasien, pencegahan agar

tidak terjadi komplikasi yang lebih berat dan pencegahan penularan

penyakit TB. Terapi dibagi berdasarkan patient centered, family focused,

dan community oriented

2.8.1 Patient Centered

1. Non Medikamentosa :

a. Konseling mengenai pentingnya pengobatan preventif dibandingkan

kuratif.

b. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien.

c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin dan minum

obat yang rutin, bila obat habis dapat mengambil di puskesmas.

d. Konseling kepada pasien untuk selalu makan - makanan yang bergizi.

e. Konseling tentang efek samping obat

2. Medikamentosa

21
- 2HRZE/4HR diminum 3 kali seminggu.

2.8.2 Family focused

a. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarganya

b. Memberikanedukasi pada keluarga untuk berperan dalam

mengingatkan pasien untuk minum obat rutin

c. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dan dukungan dari

semua anggota keluarga terhadap perbaikan kondisi pasien

2.8.3 Community Oriented

Konseling mengenai pencegahan dan penularan penyakit TB paru

yang berdampak terhadap orang disekitarnya dalam satu komunitas.

Konseling berupa penjelasan bagaimana dan apa saja yang pasien laukan

agar tidak menularkan kepada tetangga sekitar rumah seperti penggunaan

masker dan tidak meludah disembarang tempat.

2.9 Follow up

Tanggal 9 Agustus2018

S : Pasien mengatakan keluhannya sudah berkurang, sudah tidak batuk


dan berat badan sudah naik, nafsu makan baik, pasien minum obat
teratur. Aktifitas sehari - hari tetap seperti biasa dan rajin olah raga.

O : KU : Cukup, compos mentis

Tanda Vital :

- Tensi : 120/70 mmHg - Pernafasan : 18x/menit


- Nadi : 84x/menit - Suhu : 36,7oC
Status Generalis :

- Kepala : a (-), i (-), c (-), d (-). Sariawan (-)

22
- Thoraks : simetris, Pulmo vesikuler (+/+) Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)

- Abdomen : supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

- Ekstremitas : odem (-), akraldingin (-)

A : TB paru fase lanjutan

P :

Non Medikamentosa

- Memberikan konseling tentang penularan penyakit TB kepada


pasien dan keluarganya.
- Memotivasi pasien untuk rutin kontrol dan minum obat teratur
sesuai dengan anjuran.
Medikamentosa

o 2HRZE/4HR diminum 3 kali seminggu.


BAB III
IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

3.1 FAKTOR KELUARGA


3.1.1 STRUKTUR KELUARGA
Keluarga Tn. A termasuk keluarga patriakal dimana yang
dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pasien
selaku kepala rumah tangga.
3.1.2 BENTUK KELUARGA
Alamat lengkap : Ds. Panggreh RT 9 / RW 02 Kecamatan Jabon,

Kabupaten Sidoarjo.

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. A

Dibuat tanggal 9 Agustus 2018

23
Sumber informasi : Informasi dari Tn. A

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan

: Pasien : Meninggal dunia

3.1.3 FUNGSI KELUARGA

A. APGAR SCORE

ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, Tn. A selalu pertama kali

membicarakannya kepada istrinya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan

menjadi keluhannya. Penyakitnya ini tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Dukungan dari istri, keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi

penyuluhan kepadanya, memberikannya motivasi untuk sembuh dan teratur minum

obat.

PARTNERSHIP

Tn. A menyadari bahwa dirinya mempunyai peran penting dalam

keluarganya, terutama dalam hal sebagai tulang punggung keluarga dalam

memenuhi kebutuhan hidup dasar keluarga. Sehingga Tn. A berusaha sebisa

mungkin agar tetap dapat sehat dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

GROWTH

Tn. A merasa keluarga selalu menerima dan mendukung setiap kegiatan baru

yang dilakukan oleh Tn. A

24
AFFECTION

Kasih sayang diantara keluarga Tn. A, baik kepada istri maupun anak

anak cukup baik.

RESOLVE

Tn. A dapat membagi waktu dengan baik untuk bekerja sebagai kepala

rumah tangga, dan membagi waktu bersama keluarga untuk berbincang.

APGAR Tn. A Terhadap Keluarga Sering/selalu Kadang- Jarang/tidak


kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali 


ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 


membahas dan membagi masalah
dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 


menerimadan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga 


saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya
seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya 


dansaya membagi waktu bersama-
sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. A adalah 10,

Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki Tn. A dan

25
keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga

tersebut terjalin baik.

SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota _


keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya _


baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 –


waktu di jalani dengan baik. Dan setiap
Agama menawarkan sholat sebisa mungkin mereka sholat
pengalaman spiritual yang baik bersama.
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah _


kebawah, untuk kebutuhan primer bisa
terpenuhi dan mampu mencukupi kebutuhan
sekunder tanpa mengabaikan skala prioritas
kebutuhan sehari-hari.

Edukasi Pendidikan anggota keluarga cukup _

Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan _


yang memadai. Dalam mencari pelayanan
Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan keluarga ini biasanya
memberikan perhatian khusus menggunakan Puskesmas hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat

26
terhadap kasus pasien

Keterangan :

 Dalam hal sosial, cultural, religius, ekonomi, edukasi, medical

keluarga Tn. A tidak mengalami masalah karena semua berjalan

dengan baik.

3.1.3 SIKLUS KELUARGA


Dinamika Keluarga : Siklus Kehidupan Keluarga (Duvall)

Berdasarkan hasil anamnesis pasien keluarga Tn. A termasuk dalam

kelompok keluarga dengan orang tua usia menengah menurut teori Duvall. Pasien

memiliki tiga orang anak dimana anak pertama bekerja sebagai guru, anak kedua

bekerja sebagai PNS TNI-AL dan anak yang terakhir sedang menempuh

pendidikan sekolah menengah atas (SMA).

27
3.1.5 Pola Interaksi Keluarga

Tn. A 75 th Istri 68 th

An. R 19 th

An. I 30 th An. S 35 th

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara Tn. Adan keluarganya baik dan dekat.

3.1.6 Pertanyaan Sirkuler


1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang dilakukan oleh istri ?
Jawab :

Mengusulkan pasien untuk berobat ke pelayanan kesehatan.

2. Ketikaistri melakukan tersebut, apa yang dilakukan oleh anak?


Jawab :

Anak mendukung tindakan yang akan dilakukan oleh ibu terhadap


penderita.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?


Jawab :

28
Pasien adalah kepala keluarga, ijin untuk rawat inap/operasi didiskusikan
bersama seluruh anggota keluarga.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?


Jawab :

Istri penderita.

5. Selanjutnya siapa?
Jawab :

Anak anak penderita.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?


Jawab :

Tidak ada.

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?


Jawab :

Tidak ada.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan keputusan pasien?


Jawab :

Keluarga selalu mendukung keputusan pasien, dan hanya terkadang

mengingatkan pasien apabila keputusan yang diambil kurang baik.

3.2 FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN


3.2.1 LINGKUNGAN

A. Lingkungan Sekitar

Daerah desa ini merupakan daerah dataran rendah. Luas wilayah

Desa Panggreh 155.873 Ha. Jumlah penduduk Desa Panggreh 5.775

jiwa, jumlah rumah tangga 2.350.

29
B. Gambaran Lingkungan Rumah

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 4 x 6 m2dimana di

depannya terdapat pekarangan rumah.Rumah memiliki pintu pagar

pembatas. Memiliki teras yang berukuran 2x2 m2. Terdiri dari ruang

tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, ruang sholat, ruang makan, dapur,

dan 1 kamar mandi yang memiliki fasilitas tandon. Pencahayaan di

kamar tidur kurang, pencahayaan di ruang tamu kurang. Ventilasi

kurang memadai karena di kamar tidur hanya terdapat satu jendela

kecil, dan menghadap ke arah tembok rumah tetangga.

Lantai rumah seluruhnya sudah di tehel. Atap rumah tersusun dari

genting saja dengan plafon. Dinding rumah di bagian ruang tamu dan

kamar tidur terbuat dari tembok dan dicat, sedangkan dinding rumah di

bagian dapur dan kamar mandi hanya terbuat dari tembok semen yang

tidak di cat. Perabotan rumah tangga tampak minimalis. Sumber air

untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur di

belakang rumah dan PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah

masih kurang bersih. Bila pasien memasak menggunakan kompor gas

dengan tabung 3kg.

30
A

B Keterangan :

C
A : Teras rumah
D

B : Ruang tamu

C : Ruang keluarga
E
D : Kamar tidur
F

E : Kamar tidur

G F : Kamar tidur
H

G : Ruang Sholat

31
H : Ruang Makan

I : Dapur

J J : Kamar Mandi

: Tirai

3.2.2 AKSES PELAYANAN KESEHATAN


Jarak antara rumah pasien dengan pelayanan kesehatan tergolong
masih dekat, jarak antara rumah dengan pelayanan kesehatan terdekat (bidan
desa) kurang lebih 10 meter.

3.2.3 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU

KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga

Tn. A adalah seorang suami dan kepala keluarga. Tn. A bekerja

sebagai purnawirawan TNI-AD. Untuk kebutuhan makan sehari hari

biasanya disiapkan oleh istri dengan memasak sendiri, atau terkadang

membeli di luar. Kegiatan memasak menggunakan air mineral yang dibeli di

toko, sedangkan untuk mencuci alat makan dan bahan makanan masih

menggunakan air sumur dan PDAM.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

ekonomi menengah ke bawah.Tn A sebagai kepala keluarga sanggup

memenuhi kebutuhan pokok keluarga dan beberapa kebutuhan sekunder.

32
Anak pertama dan kedua sudah bekerja dan anak ketiganya masih

bersekolah di bangku sekolah menengah atas (SMA).

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena belum

memenuhi dalam pemenuhan standar kesehatan. Pencahayaan ruangan

kurang, ventilasi kurang terutama di kamar tidur, sehingga kelembaban udara

di dalam rumah sangat tinggi. Sampah keluarga dibuang ditempat

pembuangan sampah yang terletak beberapa meter dari rumah. Fasilitas

kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah

Puskesmas Jabon.

BAB IV

DAFTAR MASALAH

4.1 Masalah Aktif :

1. Tuberculosis Paru

4.2 Faktor Resiko :

a. Keadaan rumah yang kurang sehat

b. Kurangnya pengetahuan tentang penularan TB

4.3 Permasalahan Kesehatan Pasien


1. Konsep Teori Blum
Tabel V.1 Konsep Teori Blum

33
Perilaku Lingkungan Keturunan Tenaga kesehatan
 Pengetahuan  Pencahayaan  Penyakit  Penyuluhan
tentang TB dan ventilasi yang diderita tentang
kurang ruangan pasien bukan penanganan dan
 Motivasi diri kurang merupakan pencegahan
kurang memadai penyakit penyakit TB
 Penghasilan  Dukungan keturunan kurang efektif
keluarga tokoh
kurang masyarakat
 Prioritas untuk rumah
anggaran dana sehat kurang
tidak
diutamakan
untuk
penyakitnya
 Kurang
menjalankan
PHBS

34
Diagram 1. Konsep Derajad Kesehatan Menurut H.LBlum

Faktor Keturunan

Penyakit yang diderita


pasien bukan
merupakan penyakit
keturunan
Faktor Pelayanan
Faktor Lingkungan Kesehatan
Pencahayaan dan TB paru Penyuluhan
ventilasi ruangan tentang
kurang memadai penanganan dan
Dukungan tokoh Tn.A pencegahan
masyarakat untuk penyakit TB
rumah sehat kurang kurang efektif

Faktor Perilaku

Pengetahuan tentang TB
kurang
Motivasi diri kurang
Prioritas anggaran dana
tidak diutamakan untuk
penyakitnya
Kurang menjalankan
PHBS
Tidak menggunakan
masker
Penghasilan keluarga
kurang

35
/2. Identifikasi Masalah Kesehatan (konsep fishbone)

INPUT PROSES
Man Perilaku tidak
Material Tidak Man PHBS kurang memakai masker
Man Motivasi diri untuk Man Kurangnya
terlaksananya
sehat yang kurang pemahaman tentang TB Money Prioritas anggaran
rumah sehat
dana tidak diutamakan
Man Pengetahuan yang Material rumah tidak untuk penyakitnya
rendahtentangTB sehat
Metode Pengarahn petugas
MoneyPenghasila Machine dukungan Metode Penyuluhan yang
kesehatan kurang optimal
n keluarga kurang keluarga yang tidak kurang efektif
diperhatikan

TB Paru

Machine Kurangnya dukungan Tokoh Man sosial ekonomi rendah


masyarakat untuk Rumah sehat
Material
Pencahayaandanventilasi
Money alokasi dana untuk meningkatkan rumahyang kurang
kesehatan kurang optimal Material Ventilasi
Rumah yang kurang
Metode kurang optimalnya
akses informasi Material
Pencahayaandanventilasirumahy
ang kurang
LINGKUNGAN

39
40
Dari konsep fish bone diatas maka dapat ditentukan permasalahan yang

terjadi pada pasien yaitu


a. Faktor Input
1). Pengetahuan yang rendah tentang penyakit TB
Pengetahuan pasien tentang penyakit infeksi masih sangat kurang,

hal ini ditunjukan dengan bagaimana pasien tidak menggunakan masker

saat dirumah maupun beraktivitas dengan keluarganya.


2). Penghasilan keluarga kurang
Pasien bekerja sebagai purnawirawan TNI-AD penghasilan per

bulan kurang lebih 3.000.000 rupiah.


3). Motivasi diri untuk sehat yang kurang
4). Tidak terlaksananya rumah sehat
b. Faktor Proses
1).Kebiasaan pasien yang kurang menjaga bagaimana proses

penularan penyakit yang di deritanya.


2). Penyuluhan yang kurang efektif
Penyuluhan terkait dengan penyakit infeksi terutama TB paru

sudah sering dilaksanakan oleh Puskesmas, namun masih saja

banyak masyarakat yang kurang paham tentang penyakit menular

seperti TB paru, hal ini menunjukan kurang efektifnya penyuluhan

yang dilakukan.

3). PHBS Kurang


Keadaan rumah yang tidak sehat merupakan salah satu

indikator kurang terlaksananya PHBS


4). Kurangnya pemahaman tentang TB
Pemahaman pasien tentang TB sangat kurang, kebiasaan

pasien meludah sembarangan saat sebelum melakukan

pemeriksaan dapat menjadi sumber penularan kepada keluarga


5). Perilaku tidak menggunakan masker
Pasien tidak menggunakan masker saat berada dirumah
6). Prioritas anggaran dan tidak diutamakan untuk penyakitnya
Karena pasien membagi dengan kebutuhan sehari-harinya

untuk makan.
c. Faktor Lingkungan

40
Pencahayaan dan ventilasi ruangan kurang memadai Keadaan

rumah yang lembab dan kurang pencahayaan merupakan tempat yang

sangat cocok untuk berkembangnya kuman khususnys mycobacterium TB

(Fares, 2011). Pencahayaan pada rumah pasien sangatlah kurang, keadaan

rumah yang sangat lembab yang langsung diukur oleh tenaga kesehatan.

Ventilasi yang terhalang oleh tembok menyebabkan sirkulasi udara yang

tidak baik, hal ini dapat mencadi sumber penularan dari mycobacterium

TB. (Fares, 2011).

BAB V
PATIENT MANAGEMENT

5.1 Patient Centered Management


Medikamentosa
Pendekatan teraupetik
- 2HRZE/4HR diminum 3x seminggu.
Non Medikamentosa
1.Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada

keluarga

a. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pentingnya

pengobatan preventif dibandingkan kuratif.

b. Memberikan informasi kepada keluarga mengenai penyakit TB pada

pasien.

c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin dan

minum obat yang rutin, bila obat habis dapat mengambil di puskesmas.

d. Memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu makan - makanan yang

bergizi.

e. Memberikan motivasi tentang efek samping obat

41
f. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga

mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan

masalah ekonominya.

2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru.

b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah

penyakit ini dengan cara batuk yang benar atau jangan meludah

sembarangan, memakai masker, pola hidup sehat, makan makanan bergizi

dan minum obat secara teratur.

5.2 Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya (anak dan cucu)

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas Tuberkulosis adalah

tidak sama dengan prevensi bebas Tuberkulosis untuk pasien, namun dalam hal ini

di utamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai

berikut :

1.Bagi keluarga jangan terlalu dekat “cukup intim”, apalagi saat bicara atau batuk

agar tidak tertular langsung kuman TB dari pasien, mengingatkan pasien untuk

selalu menggunakan masker.

2.Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan

mengkonsumsi makanan yang bergizi.

3. Mengingatkan pasien agar tidak meludah di sembarang tempat yang

mengakibatkan kuman TB dapat berterbangan dan terhirup oleh anggota keluarga

lainnya.

4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

42
5. Menggunakan masker untuk perlindungan diri.

6. Istirahat yang cukup 6-8 hari sehari semalam.


7. Olah raga teratur.
8. Tidak terlalu memaksa bekerja bila kelelahan.
Kesemuanya ini merupakan langkah – langkah untuk mencegah terkena

penyakit Tuberkulosis yang sama dengan pasien serta meningkatkan daya tahan

tubuh bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Prioritas Masalah (Tabel Scoring)

Masalah
No Parameter
A B C

1 Prevalence 4 4 5
2 Severity 4 5 4
3 Rate % increase 4 4 5
4 Degree of unmeet need 3 5 4
5 Social benefit 3 5 4
6 Public concern 4 4 4
7 Technical feasibility study 5 1 1
8 Resources availability 5 1 1

Jumlah 32 29 28

Rerata 4.00 3.62 3.5

43
Dari hasil scoring tabel diatas, maka dapat ditentukan urutan prioritas

permasalahan dari yang paling tinggi ke rendah

Masalah A
Masalah B
Masalah C
6.2 Prioritas Penyelesaian Masalah

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada sekenario diatas

dapat menggunakan system scoring. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritas dari yang

tertinggi sampai yang terendah.

Tabel 2. Penentuan Prioritas Penyeselaian Masalah


Keterangan :

No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)

Melakukan penyuluhan
1 tentang infeksi TB paru 5 3 4 2 30
dan komplikasinya

Pengadaan perlombaan
2 4 4 4 5 16
rumah sehat

3 Pengadaan bedah rumah 5 4 4 5 16

Mengadakan pelatihan
4 tenaga kesehatan tentang 5 4 5 5 20
teknik penyuluhan

P : Prioritas penyeselaian masalah


M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)


I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan

Berdasarakan skala prioritas penyelesaian masalah di atas didapatkan

bahwa mengadakan pelatihan tenaga kesehatan tentang teknik penyuluhan sebagai

44
prioritas solusi. Maka dari itu, dapat dibentuk rencana usulan kegiatan sebagai

berikut

45
6.3 Uraian Program Kerja
Tabel 3. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
No Kegiatan Sasaran Target Volume Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan
Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan

1 Penyuluhan Seluruh Pemahaman 1x Balai Dokter Agustu Materi


tentang masyarakat Desa masyarakat Desa Puskesma s- presentasi, ATK,
infeksi TB Panggreh tentang TB s dan Septem LCD, Konsumsi
paru dan paru petugas ber
komplikasiny meningkat kesehatan
a

2 Pengadaan Seluruh rumah di Meningkatny 1x Desa Pengurus Agustu Formulir


perlombaan Desa Panggreh a minat Panggreh Desa s- pendaftaran, ATK,
rumah sehat warga untuk Septem Laptop, Hadiah
rumah sehat ber pemenang

3 Pengadaan Rumah yang Jumlah 1x Desa Pengurus Agustu Batu bata, semen,
bedah rumah tidak memenuhi rumah sehat Panggreh Desa s- besi, kayu,
standar rumah di Desa Septem akomodasi
sehat di Desa Panggreh ber
Panggreh

4 Pelatihan Petugas Nakes 2x Ruang TIM Agustu Materi


tenaga Puskesmas Jabon mampu Pertemuan s- presentasi,
kesehatan memberikan Puskesma Septem ATK, LCD,
tentang penyuluhan s Jabon ber Konsumsi
teknik yang efektif 47
penyuluhan
Tabel 4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tenaga
Volume Rincian Kebutuhan
No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Pelaksan Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan
a

Lintas
program :
Rapat  Data kasus
Promkes
koordinasi Semua  Konsumsi
Kesling 1. Memilih/menyeleksi
lintas Terbentuk 2x Ruang Pegawai Senin-  Ruangan
1 P2PM kandidat TIM
program dan Lintas TIM Pertemuan 2. rapat Yang kamis  LCD
Persetujuan
terpilih  MIC
sektor Sektor 3. Pembentukan struktural
 Laptop
Camat  Kursi
Lurah
Kades
Terbentuk  Konsumsi
1. Pengumpulan bahan
 Ruangan
Penyusunan materi, mengenai TB paru dan
2x
komplikasinya
Ruang Senin-  LCD
2 materi TIM PPT, TIM  MIC
pertemuan 2. Penyusunan materi rapat kamis
penyuluhan leaflet,  Laptop
3. Mendesign PPT, leaflet,
banner  Flashdisk
banner
 Printer
3. Penyuluhan TIM Materi 1x 1. Pembukaan Balai TIM Sebula  Konsumsi
bisa penyuluha 2. Pretest Desa n sekali  LCD
diterima n 3. Penyuluhan Panggreh  MIC
4. Tanya jawab  Laptop
peserta

48
5. Membagikan leaflet
Kursi
6. Post test

1. Kegiatan laporan
Evaluasi dan Seluruh Desa Sebula  ATK
4. - 1x 1bulan pertanggungjawaban TIM
monitoring TIM 2. Pendataan cakupan Panggreh n sekali  Laptop
 LCD
program TB

49
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

a. Tn. A 75 tahun, menderita penyakit Tuberculosis paru dan sudah

mengkonsumsi obat selama 5 bulan.


b. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. A yang kurang sehat.

2. Segi Psikologis :

a. Pengetahuan akan penyakit Tuberculosis paru yang masih kurang

memadai.

3. Segi Sosial :

a. Tidak ada masalah dari segi sosial.

4. Segi fisik :

a. Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis (Tuberculosis paru) dilakukan langkah-langkah :

a. Preventif :

1) Mencegah penularan dengan menggunakan masker.

2) Mengkonsumsi makanan sehat, tinggi protein dan rendah

karbohidrat.

3) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

b. Promotif : Edukasi mengenai penyakit Tuberculosis Paru dengan

mengoptimalkan penyuluhan dan menyediakan fasilitas konseling.

c. Kuratif: Medikamentosadan non Medikamentosa (kerja sama lintas

program dengan bagian rehabilitasi)

50
d. Rehabilitatif : meyakinkan Tn. A bahwa fungsi anggota tubuh

mampu kembali menjalani kehidupannya dengan sehat.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

a. Promotif: Mendorong keluarga untuk mengupayakan perbaikan

rumah dengan memperbaiki fungsi ventilasi rumah dan menambah

celah masuknya sinar matahari, sehingga pencahayaan didalam

rumah lebih baik, demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat

untuk mendukung kesembuhan pasien.

3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

a. Rehabilitatif: Pemerintah hendaknya berupaya pemberian

kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, sehingga

diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari

kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan

untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman

yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

4. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Tuberculosis paru, dilakukan

langkah-langkah:

a. Promotif: Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota

keluarga mengenai penyakit Tuberculosis paru.

DAFTAR PUSTAKA

51
1. Cristanto et all, 2014. Kapita selekta kedokteran edisi IV. Medica
Aesculpus: Jakarta

2. Herchline,T.E.,2013.Tuberculosis.Availablefrom:
http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview [Accesed 10
April 2013].

3. Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta: Kemenkes. hal. 15-16

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional
pengendalian tuberkulosis. 2011. Jakarta: Bakti Husada. h.11-37.

5. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Upaya Kesehatan. 2012.


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberculosis di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

6. Martin, Alvishenna. Simbolon, Rohani Lamaria . Restuastuti, Tuti. 2016.


Pengetahuan Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru terhadap Pencegahan
Kontak Serumah di Puskesmas Airtiris Kecamatan Kampar Kabupaten
Kampar Provinsi. JOM FK VOL.3 NO. 1

7. Noviyani, Eni . Fatimah, Sari . Nurhidayah, Iken . Adistie, Fanny . 2015.


Upaya Pencegahan Penularan TB dari Dewasa terhadap Anak. Volume 3.

8. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2014. Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016


Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

10. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Pedoman Diagnosis


dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Indonesia.

52
11. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia. 2011. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. h.2-30.

12. Saptawati, Leli. Mardiastuti, dkk. 2012. Evaluasi Metode FASTPlaque TB


untuk Mendeteksi Mycobacterium Tuberculosis Pada Studi Di Beberapa
Unit Pelayanan Kesehatan di Jakarta-Indonesi. Jurnal Tuberculosis
Indonesi, Vol.8

13. Sudoyo, A.W., dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
VI. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. P. 863-881.

14. Winariani S, Hariadi MJ, Wibisono. 2010. Buku Ajar Penyakit Paru.
Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD dr. Soetomo.

15. Zettira. 2017. Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan


Kedokteran Keluarga. Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung

53
/LAMPIRAN : Foto Rumah Pasien

Teras Rumah

Foto beserta pasien dan isteri

54
Ruang Keluarga

Ruang Makan

55
Kamar Tidur

Kamar Tidur

56
Kamar Tidur

Ruang Sholat

57
Dapur

Kamar Mandi

58

Anda mungkin juga menyukai