Anda di halaman 1dari 11

REVIEW ARTICLE

Terapi Regeneratif dengan Mesenchymal Stem Cells : Optimisasi dan Protokol


Persiapan Sel.
Chiho Ikebe dan Ken Suzuki
WilliamHarveyResearchInstitute,BartsandTheLondonSchoolofMedicineandDentistry,QueenMaryUniv
ersityofLondon, CharterhouseSquare,LondonEC1M6BQ,UK

Diterima: 9 Oktober 2013; Disetujui : 8 Desember 2013; Dipublikasikan 6 Januari 2014

Administasi mesenchymal stem cells (MSCs) dari sumsum tulang merupakan salah satu
alternative terapi pada beberapa spektrum penyakit yang sulit tertangani, termasuk
didalamnya adalah gagal jantung. Beberapa uji klinik terlah dilakukan dan beberapa lainnya
masih dalam proses; lebih dari 2000 pasien dari seluruh dunia diikutkan sebagai subjek untuk
pengadministrasian MSC sebagai terapi bagi beberapa penyakit, menunjukkan keamanan dari
terapi ini. Meskipun telah terdapat banyak protocol/teknik untuk isolasi dan system
pendonoran dari MSC, masih perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan standar
internasional dari produksi MSC, yang teruji secara ilmiah, teregulasi dengan baik, sejalan
dengan praktik kedokteran yang baik, efektif dari sisi biaya, dan mudah dipraktikan secara
klinis sehingga terapi ini bisa dilaksanakan secara luas. Review artikel ini merangkum protocol
untuk mengisolasi dan meng-expand MSCs sumsum tulang pada 47 uji klinis terakhir
berdasarkan terapi yang dipublikasikan setelah tahun 2007 dengan penjelasan metodologi
yang jelas, identifikasi hal – hal terkait produksi, metode, alat dan bahan yang dibutuhkan
akan dibahas untuk mencapai penanganan klinis yang baik dengan MSC based therapy.

1. Pendahuluan
Beberapa penelitian terakhir telah menunjukkan potensi dari BM derived mesenchymal
stem cells untuk terapi regenerative pada berbagai organ termasuk jantung. Efek ini
didaoatkan dari potensi sel tersebut untuk mensekresi sitokin dan faktor pertumbuhan yang
mempercepat regenerasi sel. Kesembuhan bergantung pada potensi sekresi sitokin, factor
pertumbuhan jaringan, dan diferensiasi sel terhadap organ yang rusak. Pada penelitian
pertama yang dilakukan tahun 1996 dengan injeksi BMC, 2000 pasien diikutkan. Beberapa
penyakit yang diterapi dengan MSC antara lain graft versus host disease, keganasan
hematologic, gangguan jantung, gangguan neurologi, autoimun, luka yang berulang kali
kambuh / refrakter, adanya defek pada tulang dan kartilago. Lebih dari 200 uji klinik MSC
based therapy sudah dilakukan, dan tercantum di United State National Institute of Health
per Juli 2013. Sel yang digunakan antara lain mesenchymal stromal stem cells, termasuk
didalamnya MSCs, dan sel lainnya, Uji klinis sebelumnya menyatakan terapi ini sudah aman
untuk dijalankan, meskipun efek terapeutik nya masih memiliki hasil yang inkonsisten dari
penelitian.
MSC pertama kali dipaparkan pada tahun 1976 oleh Friedenstein dan rekannya,
kemudian semakin dikembangkan oleh The International Society of Cellular Therapy
berdasaran 3 komponen selular: 1) aderensi pada plastic, 2) menunjukkan positive expression
CD105, CD73, CD90, dan negative expression dari CD45, CD34, CD14, atau CD11b, CD79alfa,
atau CD19, serta HLA kelas II, 3)memiliki potensi untuk berdiferensiasi pada ostesit, adiposity,
kondrosit. Namun frekuensi MSCs di sumsum tulang sedikit, sekitar 0.001% - 0.01% dari sel
mononuclear.
Meskipun dosis optimal penggunaan MSCs pada aplikasi terapeutik masih belum jelas
dan masih bergantung pada tipe terapi, sejumlah 1.0 – 2.0 x 106 MSC per kgBB sering
digunakan sebagai acuan. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pengamatan secara
invitro untuk mengetahui jumlah yang dibutuhkan pada setiap terapi.
MSC memiliki kemampuan proliferasi yang cepat, sehingga sel – selnya dapat ekspansi
dalam 2 – 3 minggu post terapi. Telah diketahui sebelumnya kultur invitro berhubungan
dengan growth arrest dan apoptosis. Efek terapi pada organ target dapat berkurang saat
dilakukan kultur lebih lanjut, seperti contohnya passage dari 5MSCs secara signifikan lebih
rendah jika dibandingkan dengan passage 3mSCs. Walaupun protocol persiapan terapi MSCs
telah digunakan dalam berbagai uji klinis, hasilnya masih inkonsisten dan suboptimal. Pada
penelitian, didapatkan protocol yang digunakan ntuk material kultur seperti (flasks, media
dan suplemen) yang dapat membantu mengoptimalkan hasil pada hasil MSCs yang masih sulit
diprediksi akhirnya. Perbedaan prtokol ini membuat perbandingan dari berbagai uji klinis sulit
dilakukan.
Protocol yang telah ada mengenai isolasi dan ekspansi MSC digunakan sebagai acuan
umum dalam pelaksanan terapi. Untuk tujuan ini, memahami protocol yang telah digunakan
adalah penting. Peneliti secara hati – hati menguji protocol mana yang dapat digunakan
dengan menggunakan uji klinis. Dari 47 laporan, artikel yang dipublikasikan dari Januari 2007
dikumpulkan. Review artikel ini menyimpulkan informasi dari uji klinis studi eksperimen untuk
protocol terapi MSCs.
2. Latar Belakang Uji Klinik Untuk Terapi MSC
Literatur dicari dengan menggunakan PubMed, terpilih 47 uji klinis yang dipublikasikan antara
Januari 2007 – Juni 2013 yang menjelaskan metode isolasi dan ekspansi MSCs. Sebagian besar
article menyediakan informasi terkait metodologi penelitian yang menarik. Tujuan dari
penggunaan MSCs untuk memberikan terapi pada gangguan / penyakit yang berkaitan
onkologi (38%), neurologi (26%), gangguan kardiovaskular (11%). 66% dari studi yang
menggunakan autologous MSCs, dan 34% lainnya menggunakan alogenik MSCs. Jumlah MSCs
yang diinjeksi berkisar antara0.34 – 2.3 x 106 sel/kgBB. Mayoritas berkisar 1 – 2 x 106 / kgBB
MSC. Semua ujinklinik ini aman dan ditujukan untuk mengukur jumlah MSCs yang digunakan,
tetapi dengan berbagai cara / teknik isolasi dan ekspansi.
3. Isolasi MSC dari Sumsum Tulang
3.1 Preparasi Sumsum tulang untuk Isolasi MSC
Teknik yang memungkinkan untuk isolasi MSC dari sumsum tulang tidak berubah dari
metode sebelumnya. Fluorescence activated cell soering dan immune magnetic bead
cell sorting memiliki kelebihan karena dapat mengoleksi jumlah MSC murni
dibandingkan dengan yang lain. Tetapi, metode tersebut sulit dilakukan uji secara
klinis karena keterbatasan simple surface marker specific untuk MSCs, kemungkinan
kerusakan seluler, mahalnya biaya, dan membutuhkan sarana prasarana lab yang
lebih kompleks. Untuk adherence based method, baik sel sumsum tulang atau sel
mononuclear sumsum tulang dipisahkan dengan setrifus berdasarkan separasi
gradien masa jenis. Pada studi yang dianalisis, sentrifus menggunakan Ficoll (Paque,
Hypaque, or Paque premium) atau Percoll (tersedia di GE Healthcare, Uppsala,
Sweden). Pada studi terakhir yang dianalisis, 62% menggunakan Ficoll based density
gradien separation, dan 9% nya menggunakan Fircoll.
Parcol dan Ficoll biasa digunakan dengan berat jenis 1.073g/mL dan
1.077g/mL, untuk mengisolasi MSCs dengan proliferasi dan diferensiasi yang
potensial. Percoll merupakan suspense koloid partikel silika (diameter 15 – 30nm),
dimana telah banyak digunakan untuk memisahkan sel, organel, virus, dan partikel
subselular lainnya tetapi tidak diproduksi sebagai Good Manual Facturing Practice
(GMP). FIcoll, yang sering digunakan untuk memisahkan sel mononuclear dan limfosit
dari darah perifer pada uji klinis beberapa dekade terakhir dan terbukti aman untuk
uji klinis. Mareschi et al membandingkan MSC yang sudah terkumpul dari Percoll dan
Fircoll menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dari motfologi,
differensiasi, ataupun imunofenotip dari sel yang terkumpul.

Gambar 1: Latar belakang uji klinik terapi MSC pada review article. (a) Gambaran kasus yang dapat
diterapi dengan MSCs (b) MSCs autologous dan autogenic yang digunakan dalam terapi MSCs (c)
Jumlah MSCs yang diadministrasikan pada sebagian besar uji klinis
3.2 Media untuk Isolasi MSCs
Banyak pabrik yang memproduksi botol plastic untuk isolasi MSC dengan metode
adherence based menggunakan Corning, Falcon, Nunc, dan Greiner. Sotiropuolou et
al membandingkan efek dari 4 botol terhadap aderensi MSC dan mengindikasikan
jumlah MSC yang paling banyak teraderen secara berurutan adalah Corning, Falcon,
Nunc, dan Greiner pada 7 hari post plating. Semua botol ini diproduksi dari
polystyrene yang secara permanen hidrofilik dengan corona discharge, membutuhkan
tegangan tinggi untuk menghasikan gas plasma reaktif. Proses pembuatan botol
falcon dilakukan pada lingkungan yang khusus dan diamati pada berbagai kondisi
cuaca. Yang paling sering digunakan adalah Corning (27%), Falcon (27%), Nunc (23%)
Greiner (18%), dan Iwaki (5%)

Gambar 2: Protokol dan Material yang digunakan untuk isolasi MSC dan ekspansi MSC.
Metode dan material berbeda digunakan untuk uji klinis MSCs (a) botol kultur untuk isolasi
(b)media kultur untuk ekspansi MSC (c) media yang digunakan untuk ekspansi , (d)serum
yang digunakan untuk ekspansi MSC PL: platelet lysate FBS: fetal bovine serum

3.3 Cell Seeding Density untuk isolasi MSCs


Cell seeding density untuk sel sumsum tulang mononuclear atau sel lainnya adalah
factor yang penting untuk menentukan efisiensi terapi, kontaminasi dengan zat lain
atau jenis sel lain. Sotiropulou et al melaporkan bahwa sebagian besar peneliti
menanam sel dalam rentang jumlah 1 x 103 – 2 x 105 sel mononuclear/cm2 . pada
penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa MSCs seeded pada densitas rendah
dapat berdampak pada proliferasi yang cepat. Dimana memenuhi target sebesar
2x108 sel 4 hari lebih cepat dibandingkan kelompok lainnya.

Gambar 3: Plating density untuk isolasi Plating cell densities sel sumsum tulang mononuclear
untuk isolasi MSC digunakan pada 26 uji klinis menunjukkan 1.5 – 1.6 x 105 sel/cm2 merupakan
angka yang paling sering digunakan

Angka yang paling sering adalah antara rentang 1.5 – 1.6 x 105 sel / cm2. Untuk uji klinis
selanjutnya disarankan penanaman sel untuk uji / penelitian melibatkan sel sesedikit
munngkin dengan alasan biaya, dan fasilitas laboratorik.
3.4 Media dan Suplemen
Media optimal untuk kultur sedikit dipelajari dibandingkan dengan teknik ekspansi MSCs.
Penggunaan medium yang sama untuk isolasi dan ekspansi dapat meringankan peneliti dari
segi ekonomi. Kondisi yang paling efektif untuk meneliti isolasi dan ekspansi MSC mungkin
dapat berbeda, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji media kultur
yang optimal untuk isolasi MSC.
4. Ekspansi MSCs
4.1 Flask untuk Ekspansi MSCs
Investigasi laboratorium yang komprehensif digunakan untuk efikasi
proliferasi kultur MSCs dari 4 tipe mayor kultur yang mengindikasikan media kultur
MSCs di flasks dari Falcon, diikuti Corning, Nunc, dan Greiner. Flask yang sering
digunakan pada uji klinis adalah Corning flask (35%), diikuti Nunc flasks (25%), Falcon
flasks (20%) dan Greiner flasks (20%). Pada mayoritas laporan, peneliti menemukan
botol dari manufactur yang sama untuk isolasi dan ekspansi MSCs. Pengurangan
jumlah botol dapat meningkatkan keamanan mikrobiologi dan pengelolaan sampah.
4.2 Media Kultur Basal
BMC terdiri dari asam amino, glukosa, dan ion termasuk kalsium, magnesium
potassium, sodium, phosphate. Perbedaan media kultur berdampak pada proliferasi
dan diferensiasi MSCs. Hasil uji pre klinis menunjukkan DMEM adalah sebuah
preferensi untuk IMDM (iscove’s Modified Dulbecco’s Medium)
L-Glutamine merupakan nutrient esensial untuk produksi energi seperti
protein dan sintesa asam nukleat, yang kemudian disupplementasikan ke media
kultur. Jika nanti diletakkan di media kultur, akan terjadi pemecahan kimia,
metabolisme selular meghasilkan ammonia, yang dapat menghambat pertumbuhan
sel. Untuk menyelesaikan issue ini, Glutamax sering disubstitusikan dengan L
glutamine, yang lebih stabil dalam aqua. Sotiropoulou et al secara sistemik
membandingkan efikasi MSCs pada 8 media basal (IMDM, Optimem, alfaMEM, L-
glutamine, alfaMEM dengan Glutamax, DMEM dengan kadar glukosa rendah dan
tinggi. Peneliti telah membuktikan perbedaan yang signifikan diantara 8 tipe medium.
4.3 Suplementasi growth factor untuk ekspansi MSC
Telah diketahui suplementasi growth factor untuk media kultur dapat meningkatkan
proliferasi untuk mempertahankan MSCs. Fibroblast growth factor-2 (FGF2), platelet-
derived growth factor (PDGF), epidermal growth factor (EGF), insulin like growth
factor (IGF) memiliki peran. FBS (Fetal Bovine Serum) untuk mensupply pertumbuhan
MSC karena FBS mengandung semua fator tersebut dan tersedia di klinis. FBS aman
digunakan.
Platelet lysate menghasilkan produk manusia yang dipilih; lebih dari 10% uji klinis
sebelumnya antara 2007 dan 2013 menggunakan Platelet lysate (Gambar 2 (d)).
Platelet lysate dapat dengan mudah diperoleh dari produk apheresis [26], serta dari
buffy coats [33] sukarelawan sehat. Segera setelah pengumpulan, produk trombosit
dibekukan pada suhu −80∘C dan selanjutnya dicairkan untuk mendapatkan pelepasan
faktor pertumbuhan yang termasuk dalam trombosit dengan sentrifugasi untuk
menghilangkan tubuh trombosit. Faktor-faktor pertumbuhan yang diperoleh meliputi
PDGF, b-FGF, VEGF, IGF-1, dan TGF-𝛽 [25, 26], yang meningkatkan kapasitas produktif
dari MSC.
dari beberapa donor yang sehat dapat dikumpulkan untuk penggunaan [26]. Doucet
et al. pertama-tama menunjukkan bahwa faktor-faktor pertumbuhan mengandung sel
darah tinggi yang tidak mampu melakukan ekspansi MS dalam ekspansi dengan cara
yang tergantung pada dosis [25]. Ini lebih jauh dibuktikan dengan data yang
menunjukkan bahwa media kultur ditambah dengan 5% plateletlyateateupuporto10%
FBS dalam efisiensi klonogenik dan kapasitas proliferatif MSC, oleh karena itu
memberikan ekspansi yang lebih efisien, bersama dengan penghematan waktu yang
signifikan [26]. Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan keterbatasan lisat
trombosit. , termasuk pengurangan potensi diferensiasi osteogenikadipogenik [33,34]
dan penurunan kapasitas imunosupresif dengan ekspresi penanda permukaan yang
berubah [35]. Selain itu, ada risiko bahwa semua produk manusia yang allogen
mungkin dapat terkontaminasi dengan patogen manusia yang mungkin tidak
terdeteksi oleh penyaringan rutin. Terlebih lagi, penganiayaan yang
rendahdapatdilakukandenganbatasyangdipastikanuntukmengalamivarietastas-ke-
batch, dankemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan MSC dan potensi
terapeutik dapat berubah-ubah.
Masalah yang terkait dengan produk manusia mendorong penggunaan media kultur
MSC yang bebas serum dan bebas hewani. Agata et al. menunjukkan efek yang
ditingkatkan dari Proporsi CSSFM untuk meningkatkan proliferasi cepat pada tahap
awal (<5) bagian dibandingkan dengan FBS [36]. Dari catatan, karakteristik penting
dari MSC, termasuk ekspresi antigen permukaan, batang, dan potensi diferensiasi,
berbeda antara MSC yang dibiakkan dengan FBSandMSCwithserum-freemedium [36].
Meskipun formulasi media komersial tidak diungkapkan, penting untuk mengevaluasi
masing-masing media komersial dan memilihnya sesuai denganperforma yang
ditetapkan.
4.4. Penambahan Langsung Faktor Pertumbuhan Kultur MSC.
Meskipun suplemen faktor pertumbuhan yang ideal untuk kultur MSC masih
ditentukan, pemberian beberapa jenis faktor pertumbuhan dengan atau tanpa serum
atau platisat lisat telah diuji jika dapat meningkatkan MS. Ekspansi dengan
pemeliharaan sifat seluler yang penting. Ini termasuk setidaknya bFGF [22], PDGF [23],
TGF-𝛽, EGF [24], dan IGF1 [25, 26]. FGF2 menginduksi efisiensi ekspansi yang sangat
baik dari MSC dengan mempertahankan potensi diferensiasi mereka dan telah
digunakan untuk uji klinis dari terapi berbasis MSC [37]. Namun, data terbaru
menunjukkan bahwa b-FGF meningkatkan regulasi HLA-DR dan Stro-1 dan
menurunkan regulasi pada mode BD44 [16, 38]. PDGF pertama kali ditemukan dalam
trombosit dan mereka mungkin tidak bertanggung jawab atas sebagian dari aktivitas
trombosit dalam pertumbuhan MSC. PDGF memiliki peran dalam diferensiasi
osteogenik, adipogenik, dan kondrogenik dari MSC, namun, efek primer cenderung
menjadi tindakan mitogenik dengan penghambatan diferensiasi [39]. Isoform PDGF-
BB dapat mengaktifkan semua reseptor PDGF dan karenanya dapat menjadi pilihan
terbaik sebagai suplemen kultur. Sebuah laporan baru-baru ini menemukan bahwa
kombinasi b-FGF, PDGF, dan TGF-𝛽 dapat menggantikan komponen serum dalam
media kultur sel untuk memperluas MSC manusia tanpa mengurangi potensi
diferensiasi

Gambar 4: Kepadatan Plating untuk Ekspansi MS. Ekspansi Sel-sel untuk ekspansi MSC yang
digunakan dalam 25 laporan uji klinis disajikan. 3.000-6.000 sel / cm2 biasa digunakan.

4.5. Cell Plating Density untuk Ekspansi MSC.


Kepadatan sel plating berpengaruh tidak hanya pada isolasi awal tetapi pada ekspansi
kultur MSC. Secara umum, kepadatan pelapisan yang lebih tinggi menghasilkan
kemampuan proliferasi yang berkurang, kemungkinan penghambatan kontak karena
kontaktan dan / atau tidak tersedianya nutrisi per sel [40]. Fase log berlangsung untuk
durasi yang lebih lama dalam sel yang dilapisi pada kepadatan yang lebih rendah, dan
karenanya lebih banyak penggandaan populasi terjadi karena fase pertumbuhan
eksponensial yang lebih lama [41]. Dibandingkan dengan yang diprediksi sebelumnya,
setelah 10 hari kultur, BM-turunan MSCeedeedat2.500.250,25, dan2.5cells / cm2
dihasilkan di 2,7 ± 0,5, 4,8 ± 0,4, 6,7 ± 0,5, dan 7,6 ± 1,0 penggandaan populasi [42].
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepadatan pembenihan tidak mempengaruhi
sifat seluler dari MSC termasuk sinyal selular. Namun, untuk produksi skala klinis (1 ×
10 6 / kg berat badan atau lebih) dari MSC, penggunaan kerapatan plating yang sangat
rendah tidak realistis karena menuntut biaya, fasilitas, dan tenaga kerja; kepadatan
plat1000 sel / cm2 memberikan kesan kompromi berbasis bukti yang masuk akal [43].
Namun, dalam penelitian klinis, lebih banyak kompromi untuk biaya / tenaga kerja
biasanya diambil; lebih dari 75% uji klinis saat ini menggunakan kepadatan plating
lebih dari 3.000 sel / cm2 (Gambar 4).
5. Passaging dan Penyimpanan MSC
5.1. Disosiasi MSC untuk Adherent MSCs.
Untuk tujuan melintas untuk ekspansi atau pengumpulan untuk administrasi, MSC
melekat pada termos plastik perlu dipisahkan. Dalam pencarian kami, MSC yang
diberikan diterima dalam waktu kurang dari 1 bagian dalam 23%, 1 - 5 bagian dalam
71%, dan lebih dari 5 bagian dalam 6% dari laporan klinis yang dilaporkan (Gambar 5
(a)). solusi trypsin-EDTA (Tabel Tambahan 1). Sebagai catatan, konsentrasi konsentrasi
gula-EDTA digunakan secara acak; 0,25,0,05, dan 0,025% trypsin-EDTA digunakan
dalam 58,26, dan 16% dari percobaan sebelumnya, masing-masing (Gambar 5 (b)).
Tripsin yang berlebihan dapat merusak sel, sementara di sisi lain, pemberian trypsin
yang tidak cukup akan mengurangi hasil sel. Kondisi trypsination yang optimal
mungkin berbeda antara flasktypesusedandcelldensity / confluence.Jadi, pilihan
kondisi trypsination (tidak hanya konsentrasi tetapi juga durasi dan suhu) harus
diputuskan dengan hati-hati berdasarkan bukti-bukti ilmiah. yang harus diganti
dengan trypsin manusia atau alternatif lain [44,45] toreducesafetycerns [46].
5.2. Penyimpanan MSC.
MSC yang berasal dari BM yang diisolasi dan diperluas, kadang-kadang
digunakan untukmenggunakanlampaipelayanan seumur hidup. Dalam penelitian17
dari49 (35%) uji coba menggunakan MSCs yang diawetkan dengan cryopreserved
(Gambar 5 (c); dua dari 47 uji klinis menggunakan sel segar dancryopreservasi sel,
membuat jumlah total 49). Hal ini memungkinkan fleksibilitas yang besar dalam
pengaturan klinis, tetapi peringatan ekstrem diperlukan untuk mengubah MSC.
Meskipun demikian, ada beberapa studi klinis pribadi yang tidak mengubah perilaku
kultural seperti MSC seperti diferensiasi, pertumbuhan, dan / atau ekspresi penanda
permukaan [47, 48], namun ada banyak peringatan yang terkait dengan bahaya
lainnya. ] Penyempurnaan lebih lanjut dari protokol dijamin. Bahan-bahan penting
dalam larutan pembekuan saat ini termasuk dimetilsulfoksida (DMSO) dan serum.
DMSO telah digunakan secara luas pada 5-10% sebagai cryoprotectant dengan
permeabilitas membran yang tinggi. Namun, DMSO dapat merusak sel ketika
digunakan dalam konsentrasi tinggi, terutama selama prosedur pencairan. Juga, jika
tetap dalam suspensi MSC untuk pemberian, DMSO dapat menyebabkan reaksi yang
merugikan pada pasien, termasuk mual, muntah, takikardia, bradikardia, dan
hipotensi. Haack-Sørensenetal. 95% FBS. Namun, penggunaan serum hewan akan
memiliki risiko dalam penggunaan untuk pasien seperti yang dibahas di atas. Media
pembekuan bebas-beku dan bebas-hewani dari hewan, seperti Cryostor CS10
StemCell Technologies [51] atau Plasmalyte-A [52], mungkin merupakan alternatif
yang memungkinkan. Konsentrasi selama cryopreservasi diusulkan menjadi optimal
dengan 0,5-1 × ×106 / mL [53]. Metode pembekuan laju yang terkontrol (pembekuan
pada laju 1∘C per menit) akan mencapai hasil yang unggul daripada pembekuan yang
tidak terkontrol [54].
5.3. Pembawa Injeksi.
Sangat penting untuk mengoptimalkan pembawa MSC untuk injeksi, karena ini akan
mempengaruhi kelangsungan hidup sel donor dan kehilangan sebelum dan sesudah
injeksi. Sebelumnya, uji klinis sebelumnya, 66% digunakansalin dan17% digunakanPBS
(Gambar 5 (d)) .Ada upaya untuk menambah albumin serum manusia untuk
melindungi seldarilingkunganandanakarusmenempatkansebagai dinding tabung dan
untukmenghindarisebuahberhasiluntukmenghambatlaluisampankebijakanuntukmen
ghambatlaluberhubungan dengan sel . Lebih lanjut perbandingan sistematis antara
perlindungan terhadap diskriminasi

Gambar 5: Persiapan MSC. (A) Lebih dari 70% uji klinis digunakan MSCyang diterima
1–5 ayat. (B) Dosisbarangsuntukdipakai yangdigunakanuntukmemintas sangat
bervariasi. (c) MSC Cryopreserved digunakan dalam 35% uji klinis yang ditinjau. Dalam
47 uji klinis yang diteliti, dua uji coba menggunakan sel-sel segar dan sel-sel yang
diawetkan dengan sel-sel yang diawetkan, nomor total laporan yang ditunjukkan pada
tabel 49 (lihat Tabel Tambahan1).
6. Kesimpulan dan Perspektif Masa Depan
Kemajuan terbaru dalam ilmu dan teknologi dasar dan medis telah menyadari
penggunaan MSC yang diturunkan dari BM untuk berbagai indikasi terapi termasuk
terapi regeneratif. Sejumlah uji klinis awal yang memadai telah menunjukkan
kelayakan dan keamanan dari pendekatan ini setidaknya dan juga menyarankan efek
terapeutik (meskipun pendahuluan), mendorong studi lebih lanjut untuk pendekatan
ini untuk menjadi pengobatan generik yang mapan. Salah satu rintangan utama untuk
pengembangan ini adalah pembentukan optimalisasi GMP-compliant yang
dioptimalkan dan standar sesuai standar dan perluasan MSC. Ulasan ini menunjukkan
betapa beragamnya protokol saat ini. Banyak protokol yang tidak memiliki validasi
ilmiah dan tidak ada yang optimal. Ini sangat penting untuk menyelesaikan masalah
karena kurangnya kesesuaian antara MS dengan protokol, yang dianggap sebagai
ancaman potensial untuk pengembangan lebih lanjut dari terapi berbasis MSC. Seperti
yang dirangkum dalam ulasan ini, berbagai bukti ilmiah yang relevan tersedia untuk
tujuan ini. Kerja sama aktif antara akademisi, dokter, perusahaan, dan otoritas
pengaturdibentuk untuk mengembangkan standar internasional untuk produksi MSC
yang diturunkan dari BM, yang harus berbasis bukti, peraturan sesuai otoritas, dari
kelas praktik medis yang baik, efektif biaya, dan praktis secara klinis, untuk
keberhasilan terapi berbasis MSC di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai