Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL SEMINAR ARSITEKTUR

PROTOTIPE DESAIN KULIT BANGUNAN PINTAR


RESPONSIF TERHADAP CAHAYA MATAHARI DENGAN
METODE PARAMETRIK

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat


Kurikulum Prodi Arsitektur
Universitas Malikussaleh

DI SUSUN OLEH:

DENI HIDAYAT
130160077

Dosen Pembimbing
ATTHAILLAH, ST., M.Arch

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019-2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamin, berkat rahmat dan hidayah Allah maka


segala puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan proposal skripsi ini. Selawat dan salam penulis sampaikan kehadiran
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk, dan telah membawa
umat manusia dari alam jahiliyah kepada alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu, terutama kepada pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan hingga dapat terselesaikannya penulisan proposal skripsi ini, untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya
kepada :

1. Bapak Muhammad Iqbal, ST.,M.Sc selaku Ketua Program Studi


Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh.
2. Bapak Atthaillah, ST.,M.Arc selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dari awal hingga terselesaikannya penulisan
proposal skripsi ini sebagaimana yang diharapkan.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam penulisan proposal
skripsi ini.

Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda


dan Ibunda, serta kepada seluruh keluarga tercinta yang telah turut memberikan
dukungan, motivasi, baik moril maupun spiritual serta doa restu, sehingga cita-
cita yang penulis harapkan dapat tercapai.

Penulis menyadari sepenuhnya dimana proposal skripsi ini masih jauh


dari kesempurnaan, serta masih terdapat kejanggalan dan kelemahannya, baik
dalam penyajian isi maupun dalam pembahasan. Untuk itu penulis mengharapkan
adanya saran, serta kritikan dari pembaca sekalian, sehingga keberadaan proposal
skripsi ini dapat sempurna dimasa yang akan datang. Dengan harapan semoga
proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dalam menambah

i
wawasan terutama untuk penulis sendiri guna menambah wawasan ilmu
pengetahuan. Akhirnya segala amal baik yang telah diperbuat oleh semua pihak,
penulis harapkan kepada Allah SWT semoga dibalas dengan pahala yang
setimpal.

Lhokseumawe, Juni 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ............................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 4


2.1 Daylighting ......................................................................................... 4
2.2 Peran Pencahayaan ............................................................................. 4
2.3 Daylighting Performance ................................................................... 6
2.3.1 Quantity of Daylight ................................................................. 6
2.3.2 Quality of Daylight ................................................................... 6
2.4 Variabel yang mempengaruhi Daylighting ........................................ 7
2.5 System Daylight .................................................................................. 7
2.5.1 Sistem daylight dengan perangkat shading .............................. 8
2.5.2 Sistem daylight tanpa perangkat shading ................................. 10
2.6 Kinetic Facades .................................................................................. 13
2.7 Tipologi Arsitektur Kinetik ................................................................ 15
2.8 Performance-Based Architectural Design ......................................... 15
2.8.1 Desain Parametrik .................................................................... 16

iii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 19
3.1 Objek Penelitian ................................................................................. 19
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................... 19
3.3 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 19
3.4 Langkah - Langkah Penelitian ........................................................... 21
3.5 Sumber Data ....................................................................................... 21
3.6 Pengelolaan Data ................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan dunia ini terjadi di berbagai bidang, baik di


bidang ekonomi, sosial budaya, maupun teknologi. Hal ini mendorong manusia
untuk menemukan hal-hal yang baru guna mempermudah dan mengoptimalkan
aktivitas manusia sehari-hari. Pencahayaan adalah salah satu fitur estetika dan
visual yang paling signifikan dari bangunan, dengan dampak yang signifikan pada
kebutuhan fisiologis dan psikologis orang yang tinggal dan bekerja di ruangan
(Pauley 2004). Potensi efek positif siang hari pada lingkungan indoor dan
kenyamanan penghuninya dan kesejahteraan telah diselidiki sejak tipologi
arsitektur kuno dan bukti dari studi penelitian membuktikan bahwa pencahayaan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas pekerja di tempat kerja,
serta meningkatkan kondisi fisiologis mereka (Hassanabadi et al. 2012). Namun,
pencahayaan alami juga mengakibatkan ketidaknyamanan visual seperti silau dan
refleksi yang tidak diinginkan, hal ini juga mempengaruhi keseimbangan termal
pada ruangan dengan pemanasan yang berlebihan (Tabad kani et al, 2018).

Oleh karena itu, tantangan terberat bagi seorang arsitek dalam mendesain
pencahayaan alami yang efektif adalah mengontrol keseimbangan antara
memaksimalkan hasil dari pengendalian yang berpotensi ketidaknyamanan. Dalam
bangunan, rata-rata manusia menghabiskan waktunya 87% dari hidupnya. Dengan
demikian pencahayaan biasa sering menggunakan arus listrik untuk melakukan
tugas atau pekerjaan, sehingga tidak efesien dalam memanfaatkan hasil dari
orientasi matahari. Saat ini arsitektur membutuhkan desain berbasis kinerja yang
bergantung pada pencapaian tingkat kenyamanan pengguna. Hal ini dilakukan
melalui simulasi kinerja manusia dan respon terhadap perubahan.

1
2

Arsitek mencoba untuk mengintegrasikan fasad di bidang desain berbasis


kinerja melalui fasad kinetik. Fasad adalah hubungan langsung antara ruang interior
dan lingkungan luar, peran utamanya adalah untuk melindungi ruang dalam
ruangan dari lingkungan luar. Perubahan yang terus-menerus dalam kondisi iklim
luar mempengaruhi kenyamanan manusia di ruang, sehingga fasad yang
membutuhkan lingkungan responsif terhadap kondisi luar.
Sistem Shading Daylight dapat berupa statis atau dinamis. Keuntungan
dari dinamika adalah memiliki kemampuan untuk mengontrol penetrasi cahaya
dengan relevansi dengan posisi gerakan matahari dan beradaptasi dengan
lingkungan luar. Masalah ini mendorong arsitek untuk memikirkan fasad kinetik
(El Sheikh, 2011). Fasad kinetik, adalah gerakan fisik bagian dari fasad untuk
merespon kondisi perubahan sekitarnya (Mejia, 2010). Menyesuaikan tingkat
kinerja siang hari di ruang kerja adalah contoh untuk mencapai kenyamanan
pengguna. Menyesuaikan Daylight seragam dengan tingkat cahaya yang sesuai dan
mengendalikan silau melalui jam kerja, adalah semacam fasad kinetik cerdas yang
dapat diprogram dan bereaksi atas itu (El Sheikh, 2011). Berdasarkan hal tersebut
Penelitian ini akan mempelajari tentang penerapan fasad kinetik dalam
meningkatkan kinerja siang hari di ruang kantor, melalui simulasi dan analisis
untuk konfigurasi kisi terbaik pada kinerja siang hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam eksperimen ini adalah Bagaimana cara menghitung pencahayaan
alami yang maksimal berdasarkan data standar cahaya matahari untuk sebuah
ruangan serta bagaimana mendesain kulit bangunan pintar untuk memaksimalkan
cahaya matahari yang berlebihan dengan metode pemodelan simulasi parametrik
dan prototipe.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini yaitu bagaimana cara mendesain kulit bangunan pintar responsif
3

terhadap cahaya matahari yang berlebihan dan menghitung berdasarkan data


standar untuk sebuah ruangan yang maksimal dengan metode pemodelan simulasi
parametrik dan prototipe.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari eksperimen ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan acuan untuk mendesain inovatif kulit bangunan pintar
responsif terhadap cahaya matahari yang berlebihan dalam ruangan.
2. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang mendesain inovatif
kulit bangunan pintar responsif terhadap cahaya matahari yang berlebihan
dalam ruangan.
3. Memberikan dasar pertimbangan mendesain inovatif kulit bangunan pintar
responsif terhadap cahaya matahari dan menghasilkan cahaya yang
maksimal dari metode pemodelan simulasi parametrik dan prototipe.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian


1. Ruang Lingkup Eksperimen
Eksperimen ini mendesain inovatif kulit bangunan pintar responsif
terhadap cahaya matahari dengan metode parametrik untuk mendapatkan
hasil yang efesien dalam sebuah ruangan. Juga menerapkan prototipe dari
hasil eksperimen.

2. Batasan Eksperimen
Batasan dari sebuah eksperimen ini hanyalah focus untuk mendapatkan
hasil cahaya matahari yang efesien untuk sebuah ruangan, dan menerapkan
prototipe dari desain kulit bangunan responsive terhadap matahari.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Daylighting
Pencahayaan adalah ukuran dari berapa banyak flux cahaya yang tersebar
di daerah tertentu. Seseorang dapat berpikir tentnag fluks cahaya sebagai ukuran
jumlah totoal cahaya yang terlihat, dan pencahyaan sebagai ukuran intensitas
pencahayaan pada suatu permukaan. Pencahayaan adalah bidang yang umum
diminati dalam banyak karier. Masalah ini memberikan kekuatan dalam desain
pencahayaan sebagai profesi yang berbeda fokus pada aspek yang berbeda dari
pencahayaan.

Tabel 2.1 Lima contoh definisi untuk pencahayaan (Reinhart et al., 2006)

Definisi arsitektur Interaksi cahaya alami dan bentuk bangunan untuk memberikan visual
merangsang, sehat, dan produktif interior lingkungan.

Definisi penghematan Penggantian kebutuhan penerangan listrik dalam ruangan pada siang
energi pencahayaan hari, sehingga mengurangi konsumsi energi tahunan pencahayaan.

Definisi Penggunaan sistem fenestration dan kontrol pencahayaan listrik


Membangun konsumsi responsif untuk mengurangi kebutuhan energi bangunan secara
energi keseluruhan (pemanasan, pendinginan, pencahayaan).

Definisi manajemen Kontrol dinamis dari fenestration dan pencahayaan untuk mengelola
beban dan kontrol bangunan puncak permintaan listrik dan beban bentuk.

Definisi biaya Penggunaan strategi pencahayaan untuk meminimalkan biaya


pengoperasian dan memaksimalkan output, penjualan, atau
produktivitas.

2.2 Peran Pencahayaan

Peran cahaya matahari dibagi menjadi tiga bagian mengenai fungsi ruang,
efisiensi energi dan kesehatan manusia.

1. Fungsi Ruang
Koneksi cahaya dan arsitektur tidak bisa dipecahkan. Cahaya
memungkinkan elemen penting dalam arsitektur muncul sebagai bentuk,
tekstur dan warna. Juga, ini membantu ruang untuk bekerja sesuai dengan

4
5

fungsi yang tepat, sehingga membantu dalam kenyamanan dan kontrol


lingkungan (Khoshroonejad, 2010).

2. Efisiensi energi
Argumentasi telah dipuji pada saat ini; ada dua sudut pandang. Para
pendukung Daylight memotivasi penggunaan pencahayaan karena
pengaruhnya yang besar dalam konsumsi energi. Meskipun karena
teknologi penemuan lampu listrik yang beralih untuk mengurangi
konsumsi energi dan beberapa standar energi cahaya telah terdaftar ini.
Bahkan melalui pembangunan ini, pencahayaan masih mengkonsumsi
sebagian besar energi di bangunan besar. U.S Electric Power Research
Institute, di Amerika Serikat menyatakan bahwa rata-rata 37% dari listrik
digunakan oleh penerangan listrik. Pentingnya tidak hanya dalam
mengurangi listrik tetapi juga pemanasan dan pendinginan beban dalam
ruang yang dipancarkan oleh lampu di ruang angkasa (Boubekri, 2008).
Pendukung siang hari lainnya merekomendasikan bahwa argumen
pentingnya siang hari seharusnya tidak bergantung pada efisiensi energi,
tetapi harus tergantung pada manfaat dari pencahayaan pada kesehatan
pengguna (Boubekri, 2008).

3. Kesehatan dan produktivitas manusia


Desain pencahayaan alami tidak hanya membantu dalam memberikan pandangan
dengan lingkungan luar tetapi juga mempengaruhi kesehatan pengguna. Daylight
cenderung memberikan kondisi pencahayaan dinamis yang menghasilkan ruang
ceria. Pemisahan antara desain kantor dan strategi siang hari mengarah pada hasil
negatif mengenai kenyamanan visual yang secara langsung mempengaruhi
kesehatan dan produktivitas manusia. Ruang yang diterangi cahaya hari biasanya
diakui sebagai lingkungan kerja yang menyenangkan.
6

2.3 Daylight Performance

Untuk mencapai ruang kenyamanan visual, ada beberapa prinsip dasar


daylight yang harus dipertimbangkan sebagai berikut (Leslie, 2002) :
1. Desain bangunan di mana pengguna berada di zona siang hari
2. Perluas poros timur-barat untuk mencegah kenaikan panas ekstra di musim
panas
3. Mendeteksi tugas visual yang tepat di dekat jendela
4. Jendela tinggi memungkinkan penetrasi siang hari lebih
5. Jendela di sisi ruang yang berbeda memungkinkan peningkatan
keseragaman siang hari
6. Kontrol matahari langsung melalui memantul melalui elemen shading
untuk menyebarkan cahaya
7. Warna cahaya dalam finishing interior mengurangi kontras antara jendela
dan sekitarnya.
8. Untuk mengurangi silau pada layar komputer Orient mereka tegak lurus
untuk jendela

2.3.1 Quantity of Daylight

Kuantitas cahaya di ruang ditentukan melalui tingkat pencahayaan. Istilah


penerangan berasal dari "illumino" kata Latin yang berarti untuk menerangi
(konferensi internasional tentang penerangan dalam rekayasa, arsitektur dan
lingkungan, 2011). Tingkat penerangan adalah jumlah cahaya pada pesawat dan
diukur dengan Lux (Phillips, 2004).

2.3.2 Quality of Daylight


Unsur utama kualitas daylight adalah kesatuan dalam tingkat cahaya, itu
adalah proses menerapkan unit yang sama untuk ruang kecil atau besar (Phillips,
2004). Kualitas daylight didefinisikan sebagai "cahaya yang memberikan
kenyamanan visual untuk melakukan tugas visual tanpa silau, atau sebagai siang
didistribusikan baik yang memungkinkan fisik dan lingkungan penyembuhan
7

psikologis dan siang hari yang memberikan rasa kesenangan dalam ruang
arsitektural "(Hourani & Hammad, 2012).

2.4 Variabel yang Mempengaruhi Daylighting

Ada enam parameter eksternal yang mempengaruhi pencahayaan siang


hari, parameter ini adalah :
- Luas bangunan
- Orientasi bangunan
- Area Windows
- Tipe Glazing
- Perangkat shading
- Eksternal sekitarnya (Li et al., 2006)

2.5 Sistem Daylight

Sebuah sistem pencahayaan, seperti yang didefinisikan oleh Baker dan


Steemers, sebagai "sebuah perangkat yang terletak dekat atau di bukaan gedung
amplop, yang fungsi utamanya adalah untuk mengarahkan sebagian besar dari fluks
cahaya alami masuk untuk meningkatkan kondisi pencahayaan interior" (Alrubaih
et al., 2013). Ada dua jenis sistem pencahayaan. Yang pertama adalah pencahayaan
samping yang dikenal sebagai ruang yang diterangi oleh jendela. Sementara tipe
kedua adalah pencahayaan atas yang dikenal sebagai bukaan di langit-langit seperti
skylight (Alrubaih et al., 2013). Sistem Daylight menggunakan kaca sederhana
dengan elemen lain yang meningkatkan kontrol dan efisiensi siang hari ke luar
angkasa. Menggunakan kaca saja dapat memberikan kinerja siang hari yang cukup
dalam ruang tetapi dalam kondisi langit tunggal. Sementara menerapkan beberapa
teknik dalam sistem pencahayaan dapat membantu dalam memperpanjang kinerja
siang hari seperti :

- Memperpanjang penetrasi siang hari melalui ruang seperti pada gambar 2-


10
- Meningkatkan kinerja siang hari di bawah mendung dan langit cerah di
mana sinar matahari langsung perlu disebarkan
8

- Meningkatkan kinerja siang hari di ruang yang dikelilingi oleh penghalang


eksternal
- Menembus cahaya ke angkasa tanpa jendela

Gambar 2.5 Penetrasi siang hari dalam kaitannya dengan kedalaman ruang (El Sheikh, 2011)

0 5 10 15 20 FT

200 FC
150

0 5 10 15 20 25FT
200 FC
150
100

Sistem Daylighting memiliki dua jenis: sistem Daylight dengan shading


dan tanpa perangkat shading. Sebagai contoh untuk jenis ini penggunaan bahan
reflektif atau refraktif dalam sistem glasing atau menambahkan perangkat shading
untuk meningkatkan penetrasi dan mengurangi silau. Beberapa sistem termasuk
dalam lebih dari satu kategori. Seperti: rak cahaya yang memantulkan sinar
matahari langsung dan skylight yang menyebar (konservasi energi pada bangunan
& sistem komunitas & program pemanasan dan pendinginan matahari, 2010). Siang
hari dapat melakukan perjalanan melalui ruang untuk satu setengah kali jarak dari
lantai ke kepala jendela. Sementara menggunakan perangkat shading dapat
meningkatkan jarak penetrasi ini untuk dua kali jarak (El Sheikh, 2011).

2.5.1 Sistem daylight dengan perangkat shading


Dua jenis sistem pencahayaan dengan shading telah ditinjau: sistem yang
mengandalkan menyebarkan dari skylight langsung dengan memantulkan skylight
ke plafon dan kemudian ke ruang angkasa. Mencapai cahaya dengan sistem shading
9

membantu dalam melindungi area di samping jendela dari skylight langsung dan
cahaya menyebar ke ruang angkasa (konservasi energi di bangunan & sistem
masyarakat & pemanasan dan program pendinginan Solar, 2010). Tabel 2.5.1
menunjukkan analisis untuk beberapa sistem pencahayaan dengan perangkat
shading dan menganalisa dari iklim yang cocok untuk digunakan dalam kontrol
silau, koneksi luar, menembus cahaya melalui ruang, distribusi pencahayaan,
efisiensi energi, ketersediaan dan jika perlu pelacakan matahari.

Tabel 2.5.1 analisis untuk beberapa sistem pencahayaan dengan perangkat shading (konservasi
energi di gedung & sistem komunitas & pemanasan dan pendinginan Solar program, 2010)
10

2.5.2 Sistem daylight tanpa perangkat shading

Mengalihkan daylight dari jendela atau skylight adalah tujuan utama untuk
sistem siang hari tanpa shading. Sistem ini dibagi menjadi empat kategori:
- Sistem panduan cahaya difusi yang menyebarkan skylight langsung dari
area langit tertentu ke ruang angkasa. Sistem ini membantu pencahayaan.
11

- Langsung sistem cahaya-membimbing yang memungkinkan sinar


matahari langsung ke ruang angkasa sementara mencegah efek silau dan
overheating.
- Cahaya-scattering atau menyebar di ruang yang dikelilingi oleh bangunan
tinggi di mana langit adalah satu-satunya sumber sistem membantu dalam
distribusi siang hari di ruang dan hanya digunakan dalam elemen
pencahayaan atas sebagai skylight. Silau dapat terjadi jika digunakan di
ruang bercahaya samping.
- Sistem transportasi cahaya adalah sistem yang mengumpulkan cahaya dan
membawa skylight ke ruang yang diinginkan untuk dinyalakan. seperti:
serat optik dan pipa cahaya (konservasi energi dalam bangunan & sistem
masyarakat & pemanasan dan pendinginan Solar program, 2010). Tabel
2.5.2 menunjukkan analisis untuk beberapa sistem pencahayaan tanpa
perangkat shading dan menganalisisnya dari iklim yang cocok untuk
digunakan dalam silau, koneksi luar, menembus cahaya melalui ruang,
distribusi pencahayaan, efisiensi energi, ketersediaan dan jika itu perlu
pelacakan matahari. Sumber: (konservasi energi pada bangunan & sistem
komunitas & program pemanasan dan pendinginan matahari, 2010)

Tabel 2.5.2 analisis untuk beberapa sistem pencahayaan tanpa perangkat shading (konservasi
energi di bangunan & sistem masyarakat & pemanasan dan pendinginan Solar program, 2010)
12
13

2.6 Kinetic Facades

Konsep kinetika ditemukan di istana tua dalam bentuk drawbridges


bergerak dan portcullises. Drawbridges bergantung pada katrol, rantai dan tali,
sementara portcullises difungsikan sebagai kisi besi yang bergerak naik dan turun.
Keduanya adalah aplikasi menggunakan kinetika untuk mengontrol keamanan
Istana. Pada 1932, Pier Nervi merancang rumah yang berputar, saat ini konsep
rumah yang berputar untuk dua tujuan: pertama, untuk memiliki kontrol atas
pandangan alam dan tujuan kedua adalah untuk mengontrol siang hari yang
diinginkan dan sirkulasi udara (Randl, 2008).

Adaptasi terhadap perubahan di sekitarnya dan menanggapi pengaruh


tertentu disebut sistem responsif. Ini seharusnya menjadi jawaban untuk Cedric
harga di 1960-an "Bagaimana jika sebuah bangunan atau ruang bisa terus-menerus
dihasilkan dan diregenerasi?" (Jovanović et al., 2012) Sebuah disscusion diadakan
pada perubahan yang mempengaruhi masyarakat dan itu berpengaruh pada
arsitektur. Pendekatan baru ini adalah untuk mendesain bangunan yang mampu
beradaptasi dengan perubahan tersebut. Dengan demikian Heijne menyatakan
"merancang untuk uknown, yang tak terduga, adalah tantangan baru yang dihadapi
14

arsitek hari ini" (Leupen et al., 2005) ini menunjukkan bahwa merancang arsitektur
beradaptasi adalah tantangan baru saat ini. Jean Nouvel menunjukkan gagasan fasad
kinetik dan dampak lingkungan di Institut dunia Arab di Paris. Dibangun antara
1981 dan 1987.

Nouvel mencoba menghubungkan antara budaya Arab, teknologi dan


teknik matahari shading adaptif. Fasad Selatan terdiri dari mushrabiyat yang
bertindak sebagai elemen Sun shading dan beroperasi secara mekanis. Layar ini
disesuaikan setiap jam untuk mengontrol jumlah sinar matahari yang diinginkan
diperlukan. Dia menggunakan teknik lensa kamera dalam gerak (Su, 2010).
Kinetika biasanya digunakan sebagai faktor aethestic, tetapi Dr. David Fisher
mencoba untuk memberikan alasan lingkungan untuk gerakan dengan desiging
builiding berputar di Dubai. Tingginya 420 meter. Setiap lantai berputar secara
terpisah untuk menyesuaikan diri dengan matahari, angin dan pemandangan.
Gerakan bangunan akan memiliki tampilan fluida. Lantai yang melekat pada inti
statis utama (Woollard, 2008). Dalam menyesuaikan kinetika untuk waktu tertentu
hari untuk mengendalikan siang dan silau, 250 payung kinetik dibangun di Plaza
mousque nabi di Al Madinah pada tahun 2011. Tempat penampungan ini membantu
dalam meningkatkan kondisi iklim. 250 payung meliputi area seluas 162.000 m2
karena komponen besar itu. Setiap payung berukuran persegi dengan panjang 25,5
m.

Gerak tergantung pada motor elektronik untuk membuka dan menutup


secara otomatis melalui gerakan lipat (dengan menggunakan mesin, 2012).
Perbandingan dilakukan antara kisi aluminium yang kinetik, kisi aluminium tetap
dan kasus non-teduh dari fasad kantor berorientasi Selatan dalam biaya siklus hidup
dan konsumsi energi. Hasilnya menunjukkan bahwa biaya pengoperasian kisi
aluminium kinetik kurang dari kasus yang tetap dan tidak berbayang. Sementara
biaya awal kisi aluminium kinetik lebih tinggi daripada kasus lain (Eldeen et al.,
2015). Sebagai contoh untuk menyesuaikan fasad kinetik untuk siang hari Contol
dan silau di gedung perkantoran. Pada 2012, Aedas Architects merancang gedung
perkantoran Al Bahar Towers di Abu Dhabi. Menara ini tergantung pada perangkat
15

shading lipat menanggapi paparan sinar matahari dan perubahan sudut selama hari
yang berbeda dalam setahun. Fasadnya adalah programed untuk merespon gerakan
matahari untuk mengurangi gain matahari dan silau (Cilento, 2012).

2.7 Tipologi Arsitektur Kinetik

Tipologi berikut adalah menurut (Fox & Yeh, 2000).

1. Struktur kinetik tertanam


"Struktur kinetik tersemat adalah sistem yang ada di dalam keseluruhan
arsitektur yang lebih besar di lokasi yang tetap" (Fox & Yeh, 2000). Fungsi
utamanya adalah menyesuaikan sistem arsitektur yang lebih besar dalam
beradaptasi dengan aspek yang berubah-ubah. Jenis struktur dapat terlepas dari
sistem yang lebih besar.

2. Struktur kinetik deployable


Struktur deployable dicirikan oleh mobilitas mereka dan dapat dengan
mudah dibangun dan didekonstruksi. Ini termasuk pameran portabel dan tempat
penampungan perakitan sendiri untuk mudah konstruksi dan penghapusan.

3. Struktur kinetik dinamis


"Sistem dinamis bertindak secara independen sehubungan dengan
keseluruhan arsitektur" (Fox & Yeh, 2000). Ini ditemukan di kisi, dinding, partisi
dan plafon. Pola plafon Auditorium adalah contoh untuk jenis ini. Plafon akan
berubah untuk mencapai solusi akustik yang optimal. Tesis ini akan fokus pada
jenis ini.

2.8 Performance-Based Architectural Design

Desain berbasis kinerja berarti menekankan pada kinerja bangunan dalam


proses desain. Evaluasi kinerja bangunan biasanya dilakukan melalui simulasi. Ada
banyak alat desain dan konsep yang digunakan dalam desain berbasis kinerja seperti
parametrik pemodelan, simulasi, optimasi dan desain generatif. Pemodelan
parametrik memainkan peran impor dalam desain arsitektur berbasis kinerja.
16

Sebuah bangunan ikonik yang dirancang menuju pendekatan arsitektur


berbasis kinerja melalui desain parametrik adalah bangunan Swiss Re di London,
oleh Norman Foster. Bentuk bangunan menyesuaikan dengan angin dan kinerja
struktural seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8.a Contoh lain yang baik untuk
desain parametrik adalah desain atap terminal internasional di Stasiun Waterloo di
London oleh Nicholas Grimshaw dan Partners. Struktur atap terminal terdiri dari
36 lengkungan besar dengan dimensi yang berbeda. Sebuah model parametrik
digunakan untuk mengetahui ukuran masing-masing lengkungan sesuai dengan
kebutuhan arsitektur, rentang struktural dan kelengkungan seperti pada gambar
2.8.b (Chalabee, 2013).

Gambar 2.8.a bangunan Swiss Re Gambar 2.8.b Terminal internasional di Stasiun Waterloo
di London (Foster + mitra, 2006) di London (ArchiTeam, 2013)

2.8.1 Desain Parametrik


Desain parametrik penting untuk mencapai desain berbasis kinerja. Hal ini
dilakukan melalui mendefinisikan model dengan parameter yang berbeda.
Parameter ini adalah alat berbasis desain yang mempengaruhi seluruh geometri
yang mengarah ke berbagai hasil (Chalabee, 2013).

Desain parametrik didefinisikan sebagai: "kemampuan untuk menentukan,


menentukan dan mengkonfigurasi ulang hubungan geometris adalah nilai tertentu"
(Carl, 2009). Proses ini membantu secara otomatis menemukan banyak alternatif
solusi melalui simulasi komputer, maka arsitek dapat memilih solusi yang cocok.
Pembentukannya bergantung pada parameter tertentu dan bukan bentuknya (Carl,
17

2009). Ini dikembangkan melalui perangkat lunak pemodelan tiga dimensi atau
dengan menghubungkan dengan komponen generatif. Komponen generatif
membantu dalam menghubungkan semua bagian model bersama-sama, ketika
bagian bergerak, semua yang lain diperbarui secara otomatis. Ini dapat digunakan
dalam tahap desain untuk membantu dalam proses pembangunan (Carl, 2009).

Desain parametrik telah dijelaskan oleh banyak istilah sebagai: "model


asosiatif", "desain variasional", "desain berbasis kendala" dan "pemodelan
relasional" (Chalabee, 2013) Robert Aish menggambarkan nilai parametrik atau
desain asosiatif: "desain melibatkan eksplorasi dan resolusi ambiguitas. Oleh
karena itu, tidak cukup bahwa alat desain komputasi dapat model representasi statis
desain. Yang penting adalah bahwa alat desain dapat menangkap kedua aturan
desain yang mendasari dari mana berbagai solusi potensial dapat dieksplorasi, dan
memfasilitasi bagaimana ' ruang solusi ' dapat disempurnakan menjadi kandidat
yang cocok untuk konstruksi... Untuk model tidak hanya satu solusi untuk masalah
ini, tapi aturan desain yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi solusi alternatif,
memerlukan kompleks ' grafik ' geometri asosiatif. (Carl, 2009). Model parametrik
terdiri dari dua bagian; variabel dan constrain. Variabel adalah parameter model
yang menyematkan hubungan geometris dan angka. Nilai ini biasanya didorong
dari persamaan matematika. Sementara konstrain adalah bagian tetap dari geometri
yang hampir perlu dicapai (Chalabee, 2013).

Parametrik pemodelan mewakili perubahan besar dalam alur kerja desain.


Tidak hanya desainer menambah dan mengurangi atau menghapus, tetapi mereka
sekarang taksi menambahkan, menghapus, memperbaiki dan berhubungan. Bagian
yang berhubungan membutuhkan desainer untuk menghubungkan parameter model
bersama-sama melalui algoritma. Sementara bagian perbaikan mengikuti opsi
Hapus. The ' berhubungan ' dan ' perbaikan ' pilihan adalah tambahan utama dalam
alur kerja desain (Woodbury, 2010). Sebuah studi parametrik dilakukan
menggunakan Grasshopper dan Diva untuk meningkatkan kinerja siang hari di
fasad Selatan ruang tamu di Kairo. Origami berdasarkan Facade yang disebut
Kaleidocycle diuji dengan alur kerja parametrik. Studi ini dibagi menjadi dua
18

bagian menganalisis kinerja siang hari kasus dasar. Bagian kedua bergantung pada
teknik optimasi parametrik untuk mencapai konfigurasi façade yang optimal. Dua
variabel diuji; ukuran pembukaan Kaleidocycle dan sudut rotasi. Hasil mencapai
solusi optimal yang memberikan kinerja siang hari yang lebih baik daripada yang
setara dengan LEED v4 (ElGhazi et al., 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian dilakukan pada sebuah simulasi miniatur ruangan untuk


mengeksperimen kulit bangunan pintar responsif terhadap cahaya matahari dengan
metode parametrik.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah studi simulasi kuantitatif dan dibagi menjadi dua
bagian utama, Bagian teoritis dan eksperimental. Bagian teoritis bergantung pada
metode deduktif, dimana kerangka teoritis digunakan untuk menyimpulkan
pedoman utama yang digunakan dalam bagian eksperimen.
Bagian kedua dari penelitian adalah metode eksperimental, di mana
prototipe virtual ruang kantor. Analisis facade kinetik didasarkan pada pendekatan
parametrik untuk mencapai kinerja siang hari yang optimal pada grid bidang kerja.
Sebuah simulasi lengkap digunakan untuk melacak efek dari setiap perubahan pada
kinerja siang hari. Akhirnya, menganalisis dan membandingkan antara hasil terbaik
dan terburuk dengan hubungannya dengan kasus dasar yang tidak memiliki
perangkat shading.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian eksperimen ini memiliki alat dan bahan yang akan
dipergunakan untuk menghasilkan sebuah hasil yaitu :

1. Software Rhinoceros
Rhinoceros, Rhino atau Rhino 3D adalah software komputer grafis 3D dan
software aplikasi CAD (Computer Aided Design) yang dikembangkan oleh
Robert McNeel & Associates; sebuah perusahan Amerika yang didirikan sejak
tahun 1980. Geometri Rhinoceros berbasis model matematika NURBS (Non-
Uniform Rational Base Splines) yang fokus menciptakan representasi kurva dan

19
20

permukaan bebas yang presisi pada komputer grafis yang berlawanan dari
aplikasi berbasis Poligon-mesh. Rhino digunakan untuk mengolah CAD, CAM,
Rapid Prototyping, 3D Printing, dan Reverse Engineering pada industri-industri
seperti Arsitektur, Desain produk Industri, Multimedia dan Desain Grafis.

2. Arduino Elektronika
Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328
(datasheet). Memiliki 14 pin input dari output digital dimana 6 pin input tersebut
dapat digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator
kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk
mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya menghubungkan
Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau listrik
dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk menjalankannya. Uno berbeda
dengan semua board sebelumnya dalam hal koneksi USB-to-serial yaitu
menggunakan fitur Atmega8U2 yang diprogram sebagai konverter USB-to-serial
berbeda dengan board sebelumnya yang menggunakan chip FTDI driver USB-to-
serial. Nama “Uno” berarti satu dalam bahasa Italia, untuk menandai peluncuran
Arduino 1.0. Uno dan versi 1.0 akan menjadi versi referensi dari Arduino.

Gambar 3.3 Board Arduino


21

3. Prototipe Ruangan
Prototipe adalah model kerja dasar dari pengembangan sebuah program
(software) atau perangkat lunak. Prototipe dalam Bahasa Inggris “prototype”
disebut juga dengan purwarupa. Prototipe biasanya dibuat sebagai model untuk
tujuan demonstrasi atau sebagai bagian dari proses pengembangan atau pembuatan
sebuah software. Prototype adalah sebuah Javascript Framework yang dibuat untuk
lebih memudahkan proses dalam membangun aplikasi berbasis web. Metode
protyping sebagai suatu paradigma baru dalam pengembangan sistem informasi,
tidak hanya sekedar suatu evolusi dari metode pengembangan sistem informasi
yang sudah ada, tetapi sekaligus merupakan revolusi dalam pengembangan sistem
informasi manajemen.

4. Lampu Senter
Lampu Senter sebagai media untuk menguji hasil dari objek yang sudah di
desain. Senter merupakan salah satu sumber cahaya portable yang dilengkapi
dengan satu set baterai. Biasanya sumber cahaya dari senter adalah sebuah lampu
pijar yang kecil, bisa juga dari lampu pendar atau yang biasa disebut dengan lampu.

3.4 Langkah-Langkah Penelitian

Sesuai dengan tujuan metode penelitian, maka langkah-langkah yang akan


dilakukakn secara umum ada 4 langkah yaitu :
1. Mendesain Kulit Bangunan
2. Simulasikan Hasil Desain
3. Membuat Prototipe
4. Pengujian Hasil

3.5 Sumber Data

Sumber data mempunyai peran yang sangat penting dalam penelitian


karena dengan adanya sumber data penulis akan mendapatkam tempat atau sumber
yang dapat digunakan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan
22

penelitian yang dilakukan. Objek penelitian yang di ambil merupakan sebuah


ruangan untuk mendesain kulit bangunan responsive terhadap cahaya matahari.
Penelitian tersebut dilakukan dengan metode komputasi parametrik dengan
pengaplikasian rhinoceros, grasshopper, firefly, dan Arduino. Adapun data yang
digunakan dalam penelitiam ini adalah data sekunder yang terdiri dari standar
pencahayaan matahari yang efesien.

3.6 Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data akan dilakukan berapa hal sebagai berikut :
1. Mendesain kulit bangunan dengan metode parametrik yang dilakukan
melalui software rhinoceros untuk mendapatakan model dan simulasi.
2. Membuat prototipe dari hasil yang sudah di simulasikan untuk menguji
pegerakan kulit bangunan responsif terhadap cahaya matahari sesuai
dengan orientasi matahari.
DAFTAR PUSTAKA

Alrubaih, M. S., Zain, M. F. M., Alghoul, M. A., Ibrahim, N. L. N., Shameri, M.


A., & Elayeb, O. (2013). Research and Development on Aspects of
Daylighting Fundamentals. Renewable and Sustainable Energy Reviews,
21, 494–505.

Boubekri, M. (2008). Daylighting, Architecture and Health Building Design


Strategies. Amsterdam; Boston; London: Architectural Press.

Capeluto, I. G. (2003). The Influence of the Urban Environment on the


Availability of Daylighting in Office Buildings in Israel. Building and
Environment, 38(5), 745– 752.

Carl, H. S. Y. (2009). Parametric Architecture: Performative/Responsive


Assembly Components (Master of Science in Architecture Studies).
Massachusetts Institute of Technology, United States.

Christakou, D. E., David, C. N., & Amorim. (2005). Daylighting Simulation:


Comparison of Softwares for Architect's Utilization. In Ninth
International IBPSA Conference. Montréal, Canada.

Fontoynont, M., Tsangrassoulis, A., & Synnefa, A. (2004). Chapter 2:


Daylighting. In SynthLight Handbook : European Educational
Infrastructure on Energy Efficient Lighting Technologies, Assisted by
3D Environments. European Commission , SAVE programme.

Foster + Partners. (2006). 30 St Mary Axe | Foster + Partners. Retrieved May 16,
2016, from http://www.fosterandpartners.com/projects/30-st-mary-axe/

Gut, P., & Ackerknecht, D. (1993). Climate Responsive Building (1st ed). St.
Gallen.

Hall, D. J., Architects, A. I. of, & Giglio, N. M. (2010). Architectural Graphic


Standards for Residential Construction. John Wiley & Sons.

Hanna, G. B. (2009). Egyptian Energy Efficiency Building Codes. Presented at


the Energy Efficiency Buildings in Egypt, Cairo, Egypt. Retrieved from
http://www.jcee-eg.net/download.asp?path=library%2FGeorgeBassili.pdf

Jonatan. (2014). TT Toolbox | Grasshopper. Retrieved January 3, 2016, from


http://www.food4rhino.com/project/tttoolbox?ufh

Anda mungkin juga menyukai