Anda di halaman 1dari 20

HIPOTESIS PENELITIAN

Mata Kuliah:
Metodologi Penelitian Pendidikan

Disusun oleh Kelompok 7:


1. Nindya Mawaddah (17020074014)
2. Mega Putri Wulandari (17020074032)
3. Sarifatus Solikhah (17020074050)
4. Fahma Aynani Tajriyan Ahmad (17020074053)
5. Malinda Nur Fitriyah (17020074059)
6. Janunindarama Dhaniati (17020074086)

Dosen Pengampu:
Dr. Yuniseffendri, M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

2019
HAKIKAT DAN PENGERTIAN HIPOTESIS PENDIDIKAN

Hipotesis terdiri dari dua kata, yaitu Hypo yang berarti bawah dan thesa
yang berarti kebenaran. Kata tersebut diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa hingga berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis adalah komponen yang
memiliki kekuatan dalam proses inkuairi karena hipotesis dapat menghubungkan
teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau dari kenyataan dengan teori
yang relevan (Arikunto dalam Arifin, 2009:53)
Menurut Gay, Mills, Airasian, dan juga Vardiansyah (dalam Kurniawan,
2018: 79) hipotesis adalah perkiraan sementara yang dapat dijadikan sebuah
jawaban terhadap permasalahan penelitian. Hipotesis juga dapat disebut dengan
dugaan seorang peneliti terhadap penemuan yang sedang diteliti tentang korelasi
antarvariabel dalam topik penelitian yang masih dibuktikan kebenarannya secara
empiris. Dalam hal ini hipotesis merupakan suatu jawaban yang belum sempurna.
Selanjutnya, menurut Leedy dan Ormrod (dalam Kurniawan, 2018: 79-80)
tampilan hipotesis masih dalam bentuk pernyataan yang menjelaskan korelasi
fakta tertentu. Fred N. Kerlinger (dalam Darmadi, 2011:43) menegaskan bahwa
hipotesis diartikan sebagai dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang dapat dijadikan sebagai jawaban
terhadap permasalahan dalam penelitian yang berhubungan dengan korelasi
antarvariabel. Kebenaran mengenai hipotesis belum dapat dikatakan sempurna
dan masih perlu tindak lanjut untuk menemukan kebenaran.

JENIS-JENIS HIPOTESIS

Menurut penggolongannya hipotesis dibagi menjadi dua yaitu melalui cara


penarikan dan bagaimana hipotesis itu dinyatakan. Menurut cara penarikannya,
hipotesis dibagi menjadi dua yaitu hipotesis induktif dan deduktif. Hipotesis
induktif merupakan sebuah dugaan awal terhadap kejadian atau peristiwa yang
bersifat general atau umum berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
Sedangkan hipotesis induktif adalah hipotesis yang berasal dari sebuah teori yang
mendukung suatu ilmu pengetahuan pendidikan yang disertai dengan bukti.
Menurut cara menyatakannya, hipotesis dibagi menjadi dua yaitu hipotesis
deklaratif dan nol. Deklaratif merupakan cara yang digunakan untuk menyatakan
hipotesis penelitian. Sedangkan nol merupakan cara untuk menyatakan hipotesis
statistika (Darmadi, 201:44)
Vredenbregt (1984: 25-26) dalam “Metodologi Penelitian Pendidikan”
karya Asep Kurniawan, pada penelitian deduktif yang mana pembuktian sebuah
kebenaran baru diperoleh dari kebenaran-kebenaran yang sudah ada dan diketahui
sebelumnya (berkelanjutan), jadi hipotesis dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yaitu hipotesis universal, eksistensial, dan probabilitas.

2
Hipotesis eksistensial memiliki bentuk dasar yaitu paling sedikitnya ada
satuan dalam universum X yaitu Y. Misal peneliti menduga bahwa di masa depan
akan ada kemampuan supranatural. Berdasarkan hipotesis nol, maka tidak ada
satupun manusia yang memiliki kemampuan supranatural. Maka harus mencari
kasus yang menolak atau membantah prediksi tersebut.
Hipotesis probabilitas mempunyai bentuk dasar yang abstrak. Masalah
yang ada yaitu kondisi “relatif kurang atau relatif lebih”. Hipotesis ini didasarkan
oleh pengujian sampel yang menggunakan penegasan kriteria yang diatur berdasar
kesepakatan. Hipotesis ini menghasilkan kemungkinan risiko-risiko tertentu.
1. Sifat hubungan antarvariabel
a. Hipotesis deskriptif
Merupakan penyebaran dari suatu variabel dalam satu sampel
meskipun di dalamnya bisa terdapat banyak kelompok atau perkiraan
sementara yang menggambarkan nilai atau ukuran.
Masalah penelitian ini dilandaskan pada anggapan level pendidikan
yang membuat seseorang memiliki sikap terbuka untuk mengikuti
sebuah pembaharuan, dasar untuk mau menerima upaya pembaharuan
adalah nilai yang dimiliki seseorang, dan banyak atau sedikitnya
informasi yang dimiliki seseorang bisa memberikan pandangan
tentang usaha pembaharuan.
Asumsi-asumsi di atas untuk dasar bagi perumusan hipotesis
deskriptif baik maupun umum dan khusus. Hipotesis umum adalah
seseorang yang datang dari lingkungan sosial yang terbuka tidak akan
susah menerima usaha pembaharuan. Yang termasuk hipotesis khusus
adalah orang yang memiliki pendidikan tinggi dapat menerima usaha
pembaruan, orang yang lebih menekankan pada nilai-nilai yang
modern maka orang tersebut akan lebih cepat menerima pembaruan,
dan orang yang memiliki banyak informasi dapat menerima upaya
pembaruan.

b. Hipotesis korelasional
Yang menjadi penyebab dan variabel yang menjadi akibat dalam
hubungan tersebut adalah hipotesis yang memiliki maksud adanya
korelasi antardua atau lebih variabel. Permasalahan ini didasarkan
pada anggapan bahwa dalam suatu lembaga pendidikan, jumlah guru
dan tenaga kerja kependidikan yang berkualitas berkaitan erat dengan
kinerja lembaga pendidikannya, apabila peraturan kerja sangat ketat
maka guru dan tenaga kependidikan akan sukar bekerja, dan tingkat
kinerja lembaga pendidikan berhubungan dengan aturan kerja.
Dapat dirumuskan dari anggapan-anggapa tersebut bahwa semakin
besar jumlah guru dan tenaga pendidikan maka akan semakin rendah

3
level ketaatan terhadap peraturan kerja, berhubungan dengan
kemampuan lembaga pendidikan yang semakin meningkat.

c. Hipotesis kausalitas
Hipotesis yang menunjukkan terdapatnya hubungan antardua atau
lebih variabel dan menunjukkan variabel yang menjadi penyebab dan
variabel yang menjadi akibat dalam hubungan tersebut. Beberapa hal
tersebut dilandaskan anggapan-anggapan, yaitu lingkungan
masyarakat memiliki daya serap terhadap fenomena sosial yang bisa
memunculkan guncangan, apabila siswa tersisih dari lingkungan
masyarakat siswa dapat frustasi, dan siswa frustasi lebih mudah
dipengaruhi untuk melakuka tindakan kriminal.

2. Kategori rumusan
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990: 42) hipotesis dibagi menjadi
hipotesis kerja dan hipotesis nol.
a. Hipotesis kerja (Work Hypothese/Ha)
Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif disebutkan pernyataan
terdapat hubungan antara variabel X dan Y, atau terdapatnya
perbedaan antara dua kelompok. Pada umumnya, hipotesis kerja
diterima. Peneliti dapat bekerja lebih terarahkan dalam menentukan
gejala yang relevan untuk memecahkan permasalahan
penelitiannya.
b. Hipotesis Nol (Null hypothese/Ho)
Hipotesis ini juga disebut hipotesis statistik karena menggunakan
perhitungan statistik. Pemikiran yang bertolak belakang tersebut
dapat penulis sampaikan bahwa dalam studi ini penulis menyusun
hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol).

Sedangkan dalam (Arifin, Zaenal, 2009: 55) Hipotesis dapat


dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hipotesis penelitian (research questions)
dan hipotesis statistika. Hipotesis penilitian adalah hipotesis yang memiliki fungsi
sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Dengan
dirumuskannya hipotesis penelitian, rumusan masalah yang direncanakan dapat
dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan. Selanjutnya yaitu Hipotesis
Statistika, hipotesis ini meliputi hipotesis-hipotesis yang dilibatkan dalam analisis
data statistik pada bagian uji hipotesis. Apabila dilihat dari posisinya, hipotesis
statistika pada umumnya ditempatkan pada bagian analisis data dengan
menggunakan analisis statistika yang dinyatakan secara eksplisit dan jelas dengan
menggunakan simbol statistik yang sesuai.

4
MENYATAKAN DAN MENGUJI HIPOTESIS

Untuk menyatakan sebuah hipotesis penelitian eksperimen, ada model atau


paradigma yang biasa digunakan. Xs yang mendapatkan Y lebih berhasil dalam Z
dibandingkan Xs yang tidak mendapatkan Y. Pada model tersebut, Xs adalah
subjek, Y adalah hasil yang diamati.
Setelah menyatakan hipotesis. Maka langkah selanjutnya adalah menguji
hipotesis (Hamid, 2011: 45). Untuk menguji hipotesis diperlukan sample dan
instrumen pengukur, desain, dan prosedur pengumpulan data yang diperlukan.
Setelah data terkumpul, data akan dianalisis untuk memvalidasi hipotesis akan
tetapi apabila hipotesis tidak mendapat dukungan, maka dapat dilakukan
perbaikan dalam beberapa aspek teori, dengan perbaikan tersebut maka hipotesis
baru akan timbul.
Uji hipotesis dikatakan menerima hipotesis penelitian, jika dari uji
statistika yang dilakukan peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil
yang diajukan ditolak pada derajat signifikan tertentu (Arifin, 2009: 63-64). Suatu
hipotesis nihil dikatakan diterima jika hipotesis nihil yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoretis tidak ditolak sebaliknya bagaimana jika hipotesis nihil
diterima dalam artian bahwa hipotesis penelitiannya ditolak atau hasilnya tidak
sesuai dengan apa yang digambarkan dalam kerangka berpikir? Dalam hal ini
peneliti tidak dianggap gagal dan tidak diharuskan kembali ke lapangan untuk
mencari data kembali justru para peneliti dapat langsung mengambil kesimpulan
atau menginterpretasi hasil analisisnya.
Menguji hipotesis dalam penelitian kualitatif akan identik dengan
perhitungan matematis. Perhitungan matematis ini dilakukan dengan pengukuran
statistik menggunakan instrumen-instrumen pengukur yang objektif. Pengujian
pada penelitian ini lebih cenderung pada penekanan kualitas data yang berhasil
dikumpulkan sebab pengujiannya bersifat subjektif (Kurniawan, 2018: 91).
Karena itulah peneliti menjadi kesulitan dalam menetapkan sampai mana hipotesis
dapat diterima atau ditolak. Hipotesis penelitian kualitatif lebih didasarkan pada
kedalamannya pengumpulan datanya, bukan pada pengujian hipotesisnya.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan statistik sehingga akan
memberi peluang besar kepada objektivitas pengukuran. Implikasinya pada
kemudahan pemahaman penjelasan apakah suatu hipotesis itu diterima atau
ditolak.

5
Berdasarkan gambar tersebut, pada taraf kepercayaan 95%, 5 persennya
adalah penolakan hipotesis terdiri dari sisi kanan dan sisi kiri masing-masing
2,5%. Wilayah yang berada di antara keduanya disebut sebagai wilayah
penerimaan hipotesis (taraf signifikansi).
Menurut Asep Kurniawan (2018: 92) dalam statistik yang disebut sebagai
hipotesis dimaknai sebagai hipotesis null (Ho) atau hipotesis statistik. Ho
menyatakan praduga sementara bahwa kondisi yang dibandingkan itu sama atau
kondisi yang dikorelasikan tersebut tidak terdapat hubungan di dalam
populasinya. Agar terlihat terdapat dua pilihan, diadakan hipotesis tandingan
untuk Ho yang kemudian disebut sebagai Hipotesis Alternatif (Ha).
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
Formulasi hipotesis bisa dituliskan:
Ho : q = q0
Ha : q > q0
Pengujian ini dinamakan pengujian sisi kanan:
Ho : q = q0
Ha : q < q0
Pengujian ini dinamakan pengujian sisi kiri:
Ho : q = q0
Ha : q1 1q0
Pengujian ini dinamakan pengujian dua sisi.
2. Menetapkan Taraf Nyata (Significant Level)
Taraf nyata merupakan besarnya batas toleransi dalam penerimaan kekeliruan
hasil hipotesis pada nilai parameter populasinya yang disimbolkan dengan α
(alpha). Semakin tinggi α yang dipakai, maka semakin tinggi penolakan
hipotesis yang diuji (hipotesis nol), meskipun Ho-nya benar. Benarnya nilai α
bergantung besarnya kekeliruan yang bisa ditoleransi, yang dinamakan
sebagai wilayah kritis pengujian (critical region of test) atau wilayah
penolakan (rejection region).
3. Menetapkan Kriteria Pengujian
Ciri-ciri pengujian merupakan bentuk pemegang keputusan dalam menolak
atau menerima Ho dengan cara melakukan komparasi nilai α tabel
distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sejalan dengan bentuk
pengujiannya.
a. Ho bisa diterima apabila nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil
daripada nilai negatif atau positif dari α tabel (nilai uji statistik berada di
luar nilai kritis).
b. Ho bisa ditolak apabila nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar
daripada nilai negatif atau positif dari α tabel (nilai uji statistik berada di
dalam nilai kritis).
4. Menetapkan Nilai Uji Statistik
Uji statistik adalah perhitungan untuk memperkirakan parameter data sampel
yang ditetapkan secara acak dari suatu populasi.
5. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah penegasan keputusan dalam hal menolak atau
menerima Ho, sejalan dengan kriteria pengujiannya. Penarikan kesimpulan
dilakukan sesudah melakukan komparasi nilai uji statistik dengan nilai kritis
atau nilai α tabel.

6
a. Ho bisa diterima apabila nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya.
b. Ho bisa ditolak apabila nilai uji statistik berada di dalam nilai kritisnya.

Hipotesis dimaknai sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian. Semua hipotesis dapat salah atau benar. Oleh karena itu, harus
dilakukan penelitian sebelum hipotesis itu ditolak atau diterima. Prosedur
(langkah) untuk menetapkan apakah menolak atau menerima hipotesis adalah
sebagai pengujian hipotesis.
Berikut adalah cara untuk menentukan daerah kritis:
a. Uji Dua Arah
Apabila Ha memiliki rumusan berbeda, maka pada distribusi statitik yang
dipakai, normal untuk angka Z, siswa untuk angka t, dan seterusnya, ada
dua wilayah kritis yang semuanya ada pada ujung-ujung distribusi.
1
Luas wilayah kritis pada setiap ujung yaitu 2 α. Karena terdapat dua
wilayah penolakan Ho maka disebut pengujian uji dua arah/dua pihak/dua
ekor.
Ho : µ = µo
Ha : µ = µo
Ilustrasi penolakan uji dua arah disajikan pada gambar berikut:

Kedua wilayah penolakan dan penerimaan Ho dibatasi bilangan d1 dan d2


yang harganya didapatkan dari daftar distribusi yang dipakai dengan
peluang ralat α yang sudah digunakan.
Kriteria: menerima Ho apabila harga statistik yang dihitung jatuh pada
antara d1 dan d2, maka di sini Ho harus ditolak.
Contoh:
Suatu sampel terdiri dari 15 kaleng susu yang diperoleh di mini market
sekolah, mempunyai isi berat kotor sebagaimana yang diberikan berikut:

Isi berat kotor dalam kg/kaleng:


1,21 1,21 1,23 1,20 1,21
1,24 1,22 1,24 1,21 1,19
1,19 1,18 1,18 1,23 1,18

Apabila dipakai taraf nyata 1%, bisakah peneliti mempercayai bahwa


populasi susu dalam kaleng rata-rata mempunyai berat kotor 1,2
kg/kaleng? (dengan alternatif berbeda).
Penyelesaian:
Diketahui:

7
N = 15, α= 1%, µo = 1,2
Jawaban:
∑X = 18,13
∑X 2
= 21,9189
X = 18,13/15
= 1,208

S = √21,9189 – (18,13)2

14 210

a. Rumusan hipotesisnya:
Ho : µ = 1,2
Ha : µ ≠ 1,2
b. Taraf nyata dan nilai tabelnya:
α = 1% = 0,01
tα/2 = 0,005 dengan db = 15-1 = 14
t 0,005;14 = 2,977

c. Kriteria uji hipotesis:

- Ho diterima jika: -2,977 ≤ to ≤ -2,977


- Ho ditolak : to > 2,977 atau to < -2,977

d. Kesimpulan
Apabila Ha memiliki rumusan lebih besar, maka pada distribusi
statistik yang dipakai pada suatu wilayah kritis yang posisinya di
ujung kanan. Luas wilayah kritis ini yaitu sama dengan α. Pengujian
hipotesis ini disebut pengujian satu pihak (satu ekor), yaitu pihak
kanan.
Ho : µ = µo
Ha : µ > µo

8
Misalnya:
Peneliti beranggapan bahwa rata-rata jam kerja staf administrasi
sekolah di wilayah A dan B sama dengan alternatif A lebih besar
daripada B. Oleh karena itu, diambil sampel di kedua wilayah, setiap
100 dan 70 dengan rata-rata dan simpangan baku 3 dan 9 jam setiap
minggu, dan 35 serta 7 jam setiap minggu.
Penyelesaian:
Diketahui:
n1 = 100 X1 = 38 s1 = 9
n2 = 70 X2 = 35 s2 = 7
Jawaban:
a. Rumusan hipotesisnya:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
b. Taraf nyata dan nilai tabelnya:
α = 5% = 0,05
Z0,05 = 1,64 (pengujian sisi kanan)
c. Kriteria uji hipotesis:

- Ho diterima apabila Zo ≤ 1,64


- Ho ditolak apabila Zo > 1,64
d. Pengujian statistik
S = √S12 – S22 = √ 912 – 712
n1 n2 100 70
= 2,44
e. Kesimpulan
Sebab Zo = 2,44 > Z0,05 = 1,64, maka Ho ditolak. Maka rata-rata
jam kerja buruh di wilayah A dan wilayah B adalah berbeda.

9
1. Uji satu arah (kiri)
Apabila Ha < parameter, maka wilayah kritis ada di ujung kiri dari
distribusi yang digunakan. Luas = α yang menjadi batas wilayah
diterimanya Ho oleh bilangan d yang diperoleh dari daftar distribusi yang
bersangkutan. Kemungkinan untuk memperoleh d dipastikan oleh taraf
nyata α. Pengujian ini disebut uji satu pihak, yaitu pihak kiri.
Ho : µ = µo
Ha : µ < µo
Ilustrasi pengujian satu arah (kiri)

Contoh:
Suatu koperasi sekolah mengecek produk susu jualannya. Apakah rata-rata
berat bersih satu kaleng susu bubuk full cream yang dijual masih tetap 400
gram atau telah berkurang. Dari data sebelumnya ditemukan bahwa
simpangan baku bersih per kaleng sama dengan 125 gram. Dari sampel 50
kaleng yang diteliti, didapatkan rata-rata berat bersih 375 gram. Apakah
diterima bahwa berat bersih rata-rata yang dijual tetap 400 gram? Maka
pengujian dengan taraf nyata 5% adalah sebagai berikut:
Penyelesaian:
Diketahui:
N = 50, X = 375, α = 125, µo = 400
Jawaban:
a. Rumusan hipotesis:
Ho : µ = 400
Ha : µ < 400
b. Taraf nyata dan nilai tabelnya:
α = 5% = 0,05
Z0,05 = -1,64 (uji sisi kiri)
c. Kriteria pengujian

10
- Ho diterima apabila Zo ≥ - 1,64
- Ho ditolak apabila Zo - 1,64
d. Pengujian statistik
Zo = X - µo
α
√n
e. Kesimpulan
Sebab Zo = -1,41 ≥ - Z0,05 = -1,64, maka Ho diterima sehingga berat
bersih rata-rata susu bubuk full cream per kaleng yang dijual di
koperasi sekolah sama dengan 400 gram.

MERUMUSKAN HIPOTESIS

Menurut Gay, Mills, Airasian (2009: 71) dan juga Vardiansyah (2008: 10)
dalam buku Metodologi Penelitian Pendidikan karya Asep Kurniawan (2018: 79-
80), hipotesis adalah perkiraan sementara yang dapat dijadikan sebuah jawaban
terhadap permasalahan penelitian. Hipotesis juga dapat disebut dengan dugaan
seorang peneliti terhadap penemuan yang sedang diteliti tentang korelasi
antarvariabel dalam topik penelitian yang masih dibuktikan kebenarannya secara
empiris. Dalam hal ini hipotesis merupakan suatu jawaban yang belum sempurna.
Selanjutnya, menurut Leedy dan Ormrod (2005: 156-209) tampilan hipotesis
masih dalam bentuk pernyataan yang menjelaskan korelasi fakta tertentu.
Menurut Black dan Champion (1992: 121) tidak semua penelitian mutlak
harus memiliki hipotesis walaupun hipotesis penting sebagai arah dan sebuah
pedoman kerja dalam penelitian. Arikunto menjelaskan jika penelitiannya
menggunakan pendekatan kuantitatif, rumusan hipotesis disusun melalui
pengolahan data statistik inferensial. Dalam penelitian penjelasan yang bertujuan
menjelaskan hubungan antarvariabel adalah sebuah hal yang harus menggunakan
hipotesis. Singarimbun Efendi menambahkan bahwa sebuah penelitian kuantitatif
yang menggunakan statistik deskriptif tidak harus menggunakan hipotesis di

11
dalamnya cukup hanya dengan pertanyaan pokok. Begitu pula dengan penelitian
kualitatif.
Hipotesis adalah sebuah dugaan sementara yang jawabannya juga masih
dalam penelitian. Dalam merumuskan hipotesis yang menggunakan pendekatan
kuantitatif rumusannya menggunakan pengolahan data statistik inferensial yang
tujuannya menjelaskan hubungan antarvariabel. Sedangkan untuk penelitian
kuantitatif yang menggunakan statistik deskriptif tidak menggunakan hipotesis.

FUNGSI HIPOTESIS

Bahasan selanjutnya ialah fungsi Hipotesis. Bailey (1986; 41) dalam buku
Metodologi Penelitian Pendidikan karya Asep Kurniawan (2018: 82-84),
mengatakan bahwa dalam sebuah penelitin, hipotesis memiliki fungsi untuk
menguji sebuah teori, memunculkan teori baru, menjelaskan gejala sosial, sebagai
pedoman mengarahkan penelitian dan menciptakan kerangka untuk menarik
sebuah kesimpulan.
Fungsi yang pertama adalah untuk Menguji Teori. Fungsi hipotesis adalah
untuk menguji sebuah teori karena antar keduanya tidak dapat dilepaskan.dalam
menyusun sebuah hipotesis penelitian yang harus diperhatikan adalah adanya
kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang akan diteliti, memiliki
kemampuan untuk menggunakan teori terkait atau tidak melakukan
pengembangan pernyataan yang tegas dengan masalah penelitian. Yang
selanjutnya, fondasi hipotesis harus dapat diuji sehingga tingkat ketepatan
hipotesis dalam memperkirakan dan menjelaskan suatu gejala atau hubungan
antarfenomena ditentukan oleh tingkat kebenaran teori yang disusun dan
digunakan dalam kerangka teori.
Yang kedua adalah mendorong munculnya Teori. Hipotesis adalah
penjelasan suatu fenomena yang dioandaskan pada keterbatasan data dan belum
teruji secara penelitian. Dalam hal ini, teori merupakan serangkaian gagasan yang
ditujukan untuk menguraikan peritiwa atau fakta didasarkan pada bukti yang
nyata atau data yang kuat dan sudah diteliti secara penelitian. Maka dari itu,
dengan terjawabnya hipotesis atau terbantahkannya hipotesis maka dengan
sendirinya memunculkan sebuah teori.Yang ketiga adalah Menerangkan
Fenomena. Peneliti tidak hanya mengumulkan fakta-fakta tetapi lebih jauh lagi,
peneliti harus menjelaskan suatu permasalahan. Hipotesis yang telah baik akan
memberi arah dan penjelasan.
Yang keempat adalah pedoman untuk mengarahkan penelitian. Fenomena
yang harus dipilih adalah fenomena yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
Hipotesis bisa melandasi penentuan sampel dan aturan penelitian yang harus
digunakan. Yang kelima adalah memberikan kerangka untuk menyusun

12
kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan interpretasi temuan penelitian dan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Kesimpulan dari fungsi hipotesis adalah menguji teori, mendorong
munculnya teori, menerangkan fenomena, dan fungsi terakhir adalah pedoman
untuk mengarahkan penelitian. Fungsi ini akan muncul apabila menerapka
hipotesis dengan benar.

MACAM-MACAM HIPOTESIS

Menurut Arifin (2009: 55-61), hipotesis dapat dikelompokkan menjadi dua


jenis, yaitu hipotesis penelitian (research questions) dan hipotesis statistika.
Hipotesis penilitian adalah hipotesis yang memiliki fungsi sebagai jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian. Dengan dirumuskannya hipotesis
penelitian, rumusan masalah yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian
yang hendak dilakukan.
Jenis yang kedua yaitu hipotesis Statistika, hipotesis ini meliputi hipotesis-
hipotesis yang dilibatkan dalam analisis data statistik pada bagian uji hipotesis.
Apabila dilihat dari posisinya, hipotesis statistika pada umumnya ditempatkan
pada bagian analisis data dengan menggunakan analisis statistika yang dinyatakan
secara eksplisit dan jelas dengan menggunakan simbol statistik yang sesuai.
Hipotesis statistika dibedakan menjadi empat jenis, keempat jenis tersebut antara
lain:
a. Hipotesis nihil yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan atau
tidak ada hubungan anatara variabel yang menjadi minat peneliti.
Hipotesis ini biasanya disebut sebagai hipotesis nul atau nihil karena
menyatakan tidak ada perbedaan, maka selisih rata-rata skor antara dua
atau lebih tersebut adalah nul. Dalam uji statistika biasanya ditulis Hₒ: ų₁ =
ų₂. Hipotesis nihil dibuat bertentangan dengan apa yang peneliti pikirkan,
dengan tujuan untuk menjaga netralitas peneliti agar tergoda untuk
memihak pada dugaan peneliti yang telah dirumuskan. Hipotesis ini
menjadi dasar penelitian kuantitatif yang merupakan pernyataan statistik
yang harus diuji.
b. Hipotesis riset yaitu hipotesis yang digunakan oleh para peneliti untuk
mendampingi hipotesis nihil sebagai tandingan. Hipotesis riset merupakan
penggambaran terhadap ide yang ada dalam pikiran peneliti yang
dikembangkan dari hasil kajian teoretis. Peranannya adalah
mengakomodasi substansi ide dari kajian teoretis, jika hipotesis pertama
nihil gagal maka hipotesis riset akan diterima. Secara simbolis hipotesis
ini dinyatakan dengan Hᵣ dengan contoh penggunaannya Hₒ: ų₁ = ų₂ maka
Hᵣ: ų₁ ≠ ų₂. Simbol tersebut menyatakan bahwa hipotesis nihil tidak ada

13
perbedaan antara nilai rata-rata kelompok satu dan kelompok dua. Dengan
demikian Barlian mengemukakan bahwa hipotesis riset adalah hipotesis
tidak terarah.
c. Hipotesis alternatif yaitu hipotesis yang dirumuskan sebagai alternatif
selain hipotesis riset yang dapat digunakan untuk menemptakan bentuk
pernyataan lain yang menggantikan hipotesis nihil. Hipotesis ini sering
dinyatakan dengan Hₐ dengan contoh pengguanaannya Hₒ: ų₁ ≤ ų₂ , Hₐ: ų₁
> ų₂. Menurut barlian hipotesis tersebut merupakan hipotesis penelitian
terarah yang ditunjukkan oleh Hₐ: ų₁ > ų₂ sehingga Hₒ harus dirumuskan
dengan pernyataan yang berbeda yaitu Hₒ: ų₁ ≤ ų₂. Apabila peneliti
menggunakan dua atau lebih hipotesis alternatif maka digunakan indeks di
belakng sebagai penunjuknya.
d. Hipotesis nihil penyearah. Untuk kepentingan uji hipotesis dalam analisis
satatistik, hipotesis alternatif pada hipotesis tidak terarah memerlukan
hipotesis nihil yang sesuai, sebagai negasi yang dari pernyataan statistik
Hₐ: ų₁ > ų₂ maka dirumuskan hipotesis nihil lain yang bukan Hₒ: ų₁ = ų₂,
tetapi Hₒ: ų₁ ≤ ų₂. Hipotesis tersebut disebut dengan hipotesis nihil
penyearah atau hipotesis nihil terarah. Keempat jenis hipotesis tersebut
masing-masing dipasangkan menjadi dua pasang yaitu hipotesis nihil
dengan hipotesis riset sedangkan hipotesis nihil penyearah dengan
hipotesis alternatif.
Menurut Darmadi (2011: 77), penempatan hipotesis dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Hipotesis penelitian
memiliki fungsi untuk memberikan dugaan sementara terhadap rumusan masalah
atau disebut juga dengan research question. Hipotesis penelitian pada bersifat
tidak mutlak, umumnya jumlahnya sama banyak dengan jumlah rumusan masalah
yang ada dalam rencana penelitian. Hal yang perlu dipahami adalah ketika
dhipotesis penelitian sudah dirumuskan, rumusan masalah dapat terjangau atau
tercakup dalam penelitian yang akan dilakukan. Penempatan hipotesis penelitian
berada pada bab dua yaitu studi kepustakaan setalah landasan teori dan setelah
kerangka berpikir telah selesai dibuat.
Hipotesis selanjutnya ialah hipotesis stratistika yaitu berupakan rangkaian
dari dua atau lebih variabel yang menjadi perhatian dan akan diuji. Hipotesis ini
dipakai apabila peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan sebagian
data. Jika peneliti ingin menggambarkan pengambilan data dari seluruh ke
populasi maka akan melalui proses inferensi, tekniknya dinamakan inferensial.
Hasil penelitian ini disebut sebagai proses generalisasi jika hasil penelitian
diambil dari proses tersebut dijadikan sebagai simpulan dari keseluruhan atau
populasi. Macam-macam hipotesis statistika menurut Balian (dalam darmadi:
2011:76) Secara umum hipotesis statistika dapat dikelompokkan menjadi empat
macam, yaitu:

14
a. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang menjelaskan tidak ada hubungan
atau keterkaitan antara variabel yang menjadi perhatian. Hipotesis ini
adalah dasar penelitian kuantitatif yang perlu diuji. Jika peneliti memakai
hipotesis ini maka ia harus mempelajari bermacam macam sumber
kemudian menyusunnya menjadi teori atau disebut pula dengan hipotesis
desuktif. Hipotesis hihil dapat dtuliskan dengan Ho.
b. Hipotesis riset yaitu hipotesis ini muncul dan dipergunakan untuk
menemani hipotesis nihil. Hipotesis riset merupakan sebuahh gambaran
ide yang berasal dari pengembangan teori. Keberadaan hipotesis ini hanya
sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipotesis pertama dan tidak
untuk diujikan. Hipotesis ini berfungsi sebagai penyedia ide dari kajian
teori. Apabila hipotesis pertama gagal maka hipotesis riset ditolak. Simbol
dari hipotesis ini adalah H dengan indeks r atau Hr.
c. Hipotesis alternatif yang diposisikan sebagai bentuk batasan ilmu
pengetahuan yang diidapatkan dari kajian teori yang dapat digunakan
untuk menempatkan gagasan gagasan lain selain hipotesis nihil. Hipotesis
ini dilambangkan dengan Ha.
d. Hipotesis Penyearah (Directional Hypotesis) Prinsip hipotesis penelitian
adalah suatu hipotesisia yang menujukkan sebuah arah baik itu arah yang
sudah pasti, belum pasti, dan yang masih memiliki dua arah. Contoh
hipotesis yang sudah memiliki arah adalah hipotesis statistika, dalam
hipotesis ini peneliti menggunakan analisis satu ekor dengan tingkat
kesalahan yang terjadi sebesar 0,1 atau 0,5. Untuk hipotesis yang belum
memiliki arah, peneliti menggunakan analisis dua ekor. Dalam
menyatakan hipotesis, peneliti perlu melihat dulu masalah apa yang akan
diteliti. Apabila peneliti sudah menemukan kepastian tentang arah pada
variable setelah mendapat informasi dari berbagai sumber dan telah
tersusun dalam kajian teori maka peneliti dapat menggunakan hipotesis
yang sudah pasti arahnya atau hipotesis searah. Sebaliknya jika peneliti
belum juga menemukan arah dari variable bahkan setelah menyusun kajian
teori maka merka dapat menggunakan hipotesis nihil dengan rumus Ho:
U1=U2.
Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh di atas, dapat diketahui bahwa
pada umumnya hipotesis memiliki dua macam yaitu hipotesis penelitian (research
question) dan hipotesis statistika. Hipotesis statistika dapat dibedakan menjadi
empat jenis yang meliputi hipotesis nol atau nihil, hipotesis riset, hipotesis nihil,
dan hipotesis penyearah.

MACAM-MACAM HIPOTESIS STATISTIKA

15
Hipotesis statistika dibedakan menjadi empat jenis, keempat jenis tersebut
antara lain yang pertama adalah hipotesis nihil yaitu hipotesis yang menyatakan
tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan anatara variabel yang menjadi minat
peneliti. Hipotesis ini biasanya disebut sebagai hipotesis nul atau nihil karena
menyatakan tidak ada perbedaan, maka selisih rata-rata skor antara dua atau lebih
tersebut adalah nul. Dalam uji statistika biasanya ditulis Hₒ: ų₁ = ų₂. Hipotesis
nihil dibuat bertentangan dengan apa yang peneliti pikirkan, dengan tujuan untuk
menjaga netralitas peneliti agar tergoda untuk memihak pada dugaan peneliti yang
telah dirumuskan. Hipotesis ini menjadi dasar penelitian kuantitatif yang
merupakan pernyataan statistik yang harus diuji.
Jenis hipotesis statistika yang kedua adalah hipotesis riset yaitu hipotesis
yang digunakan oleh para peneliti untuk mendampingi hipotesis nihil sebagai
tandingan. Hipotesis riset merupakan penggambaran terhadap ide yang ada dalam
pikiran peneliti yang dikembangkan dari hasil kajian teoretis. Peranannya adalah
mengakomodasi substansi ide dari kajian teoretis, jika hipotesis pertama nihil
gagal maka hipotesis riset akan diterima. Secara simbolis hipotesis ini dinyatakan
dengan Hᵣ dengan contoh penggunaannya Hₒ: ų₁ = ų₂ maka Hᵣ: ų₁ ≠ ų₂. Simbol
tersebut menyatakan bahwa hipotesis nihil tidak ada perbedaan antara nilai rata-
rata kelompok satu dan kelompok dua. Dengan demikian Barlian mengemukakan
bahwa hipotesis riset adalah hipotesis tidak terarah.
Jenis hipotesis statistika yang ketiga adalah hipotesis alternatif yaitu
hipotesis yang dirumuskan sebagai alternatif selain hipotesis riset yang dapat
digunakan untuk menemptakan bentuk pernyataan lain yang menggantikan
hipotesis nihil. Hipotesis ini sering dinyatakan dengan Hₐ dengan contoh
pengguanaannya Hₒ: ų₁ ≤ ų₂ , Hₐ: ų₁ > ų₂. Menurut barlian hipotesis tersebut
merupakan hipotesis penelitian terarah yang ditunjukkan oleh Hₐ: ų₁ > ų₂ sehingga
Hₒ harus dirumuskan dengan pernyataan yang berbeda yaitu Hₒ: ų₁ ≤ ų₂. Apabila
peneliti menggunakan dua atau lebih hipotesis alternatif maka digunakan indeks
di belakng sebagai penunjuknya.
Jenis hipotesis yang terakhir adalah hipotesis nihil penyearah. Untuk
kepentingan uji hipotesis dalam analisis satatistik, hipotesis alternatif pada
hipotesis tidak terarah memerlukan hipotesis nihil yang sesuai, sebagai negasi
yang dari pernyataan statistik Hₐ: ų₁ > ų₂ maka dirumuskan hipotesis nihil lain
yang bukan Hₒ: ų₁ = ų₂, tetapi Hₒ: ų₁ ≤ ų₂. Hipotesis tersebut disebut dengan
hipotesis nihil penyearah atau hipotesis nihil terarah. Keempat jenis hipotesis
tersebut masing-masing dipasangkan menjadi dua pasang yaitu hipotesis nihil
dengan hipotesis riset sedangkan hipotesis nihil penyearah dengan hipotesis
alternatif.

MENERIMA DAN MENOLAK HIPOTESIS

16
Dalam analisis statistik, hasil uji hipotesis memiliki dua kemungkinan
yaitu ditolak dan diterima. Dikatakan ditolak apabila hipotesis nihil yang diajukan
ditolak pada derajat signifikan tertentu. Sebaliknya apabila hipotesis nihil diterima
maka hasil kajian teoritis pun diterima (Darmadi, 2011: 81).
Suatu uji hipotesis dikatakan menerima hipotesis penelitian, jika dari uji
statistika yang dilakukan peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil
yang diajukan ditolak pada derajat signifikan tertentu. Suatu hipotesis nihil
dikatakan diterima jika hipotesis nihil yang diturunkan dri hasil kesimpulan kajian
teoretis tidak ditolak sebaliknya bagaimana jika hipotesis nihil diterima dalam
artian bahwa hipotesis penelitiannya ditolak atau hasilnya tidak sesuai dengan apa
yang digambarkan dalam kerangka berpikir?. Dalam hal ini peneliti tidak
dianggap gagal dan tidak diharuskan kembali ke lapangan untuk mencari data
kembali justru para peneliti dapat langsung mengambil kesimoulan atau
menginterpretasi hasil analisisnya (Arifin, Zaenal, 2009: 63).

MENGEMBANGKAN BENTUK HIPOTESIS (MENGKONSTRUKSI


HUBUNGAN VARIABEL DALAM HIPOTESIS)

Sebelum mengkonstruksi suatu bentuk hipotesis, sebaiknya peneliti


melihat lebih cermat pada masalah yang akan diteliti. Jika telah melakukan
pengkajian dari berbagai teori yang relevan dan bermacam-macam sumber
informasi lalu mengakomodasikannya dalam sebuah landasan teori dengan begitu
peneliti akan mendapatkan kepastian arah dari hubungan variabel yang hendak
diuji. Maka peneliti dapat menggunakan hipotesis yang telah pasti atau hipotesis
searah. Misalnya seorang peneliti pendidikan akan meneliti anaknya yang suka
menggunakan kalkulator ketika belajar matematika. Jika berbagai teori dan hasil-
hasil penelitian yang dibacanya memperkuat dugaan bahwa siswa yang belajar
matematika menggunakan kalkulator lebih baik prestasinya dibandingkan siswa
yang tidak menggunakan kalkulator maka dalam analisis statistika, mereka dapat
menggunakan analisis testing satu ekor dan menulis hipotesisHₒ: ų₁ ≤ ų₂ , Hₐ: ų₁ >
ų₂. Keterangan: ų₁ = rata-rata skor kelompok siswa yang menggunakan kalkulator
ketika belajar matematika dan ų₂ = rata-rata skor kelompok siswa yang tidak
menggunakan kalkulator ketika belajar matematika.

KRITERIA KONSTRUKSI HIPOTESIS

Terdapat empat butir penting yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam
mengembangkan hipotesis, antara lain: (1) Hipotesis harus merefleksikan inti
daripada studi. Hipotesis yang baik haruslah menyatakan variabel pokok yang

17
hendak diteliti; (2) Hipotesis hendaknya dinyatakan atau ditulis secara tegas dan
hanya memiliki satu pengertian terhadap variabel yang akan diungkap untuk
kemudian diuji; (3) Rangkaian variabel yang hendak dinyatakan harus dapat diuji
dengan informasi atau data yang dikumpulkan di lapangan; dan (4) Satu
pernyataan nihil harus diuji dengan satu testing statistika.

KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS

Terlepas dari diterima atau ditolaknya hipotesis, seorang peneliti akan


menjumpai dua jenis kesalahan yang sulit untuk dihindari yaitu kesalahan tipe I
(errror type one) dan kesalahan tipe II (error type two). Pengambilan yang
keputusan disebut kesalahan tipe I yaitu jika seorang peneliti menolak hipotesis
nihil yang dalam kenyataannya benar. Sebaliknya, pengambilan keputusan disebut
kesalahan tipe II yaitu jika seorang peneliti tidak menolak hipotesis nihil yang
kenyataannya adalah salah (Arifin, 2009: 64)
Menurut Darmadi (2011: 82-83) ketika peneliti mengajukan hipotesis nihil
yang kenyataannya benar dengan kemungkinan kesalahan sebesar α, kemudian
hasil uji dari hipotesis tersebut memang benar dan diterima. Maka hipotesis nihil
diterima dan besarnya adalah 1- α. Jika suatu saat ternyata hipotesis nihil yang
benar setelah diuji ditolak maka keputusan peneliti yang menolak hipotesis nihil
yang benar dianggap sebagai kesalahan tipe 1 sebesar α. Sedangkan kesalahan tipe
II dapat terjadi ketika hipotesis diuji dan peneliti menolak hipotesis yang keliru
tersebut, maka keputusan tersebut adalah benar dengan peluang sebesar (1-β). Jika
hipotesis tersebut suatu saat diuji lagi kemudian hasilnya diterima maka ia telah
melakukan kesalahan tipe II sebesar β. Contohnya, seorang peneliti mengajukan
hipotesis nihil yang keliru seperti berikut, bahwa tidak ada perbedaan signifikan
antara produksi yang dihasilkan grub pekerja perempuan dan laki-laki. Ternyata
peneliti menolak hipotesis yang salah tersebut. Lalu di kesempatan lain hipotesis
tersebut kembali diuji dan diterima. Maka peneliti tersebut telah melakukan
kesalahan tipe kedua. Dampak yang diakibatkan oleh penelitain yang salah
tersebut adalah jika perusahaan menggunakan hasil penelitian tersebut dengan
tidak membedakan antara pekerja laki-laki dan perempuan maka perempuan akan
dirugikan karena secara fisik perempuan dan laki-laki jelas berbeda, sehingga
sangat dimungkinkan bahwa kemampuan bekerja dari masing-masing mereka
juga berbeda.
α disebut juga dengan taraf signifikan atau taraf arti atau taraf nyata. Besar
kecilnya α dan β yang bisa diterima bergantung pada akibat atas diperbuatnya
kesalahan-kesalahan ini. Apabila α diperkecil, maka β menjadi besar, dan begitu
pula sebaliknya. Hasil pengujian hipotesis yang baik yaitu pengujian yang bersifat
bahwa di antara seluruh pengujian yang bisa dilaksanakan dengan harga α yang
sama besar, ambillah sebuah yang memiliki kesalahan β paling kecil. Dalam
prinsip ini membutuhkan pemecahan matematika yang telah keluar dari tujuan
buku ini karena untuk kebutuhan praktis. Contoh α = 0,01 atau α = 0,05. Dengan α
= 0,05 atau disebut dengan taraf nyata 5%, yang berarti sekitar 5 dari tiap 100
kesimpulan bahwa peneliti akan menolak hipotesis yang semestinya diterima.

18
Artinya sekitar 95% yakin bahwa peneliti sudah menarik kesimpulan yang betul.
Dalam hal ini disebutkan bahwa hipotesis sudah ditolak pada taraf nyata 0,05
yang artinya peneliti mungkin salah dengan peluang 0,05. Untuk semua pengujian
denga α yang sudah ditetapkan, harga β akan bisa dihitung. Harga (1-β)
dinamakan daya uji statistik. Jadi daya uji statistik merupakan kemungkinan atau
peluang untuk menolak terhadap Ho yang keliru dan diperlihatkan oleh bilangan
1-β (Kurniawan, 2018: 91)

PENGGUNAAN HIPOTESIS DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN

Dalam penelitian pendidikan sering kali menggunakan hipotesis dengan


mempertimbangkan kepentingannya. Pada penelitian kuantitatif yang bersifat
eksplanatif, penggunaan hipotesis adalah langkah yang sangat penting. Sedangkan
dalam penelitian kuantitatif deskriptif, penggunaan hipotesis ini dianggap tidak
terlalu penting karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, melainkan
hanya untuk mendeskripsikan data, menjelaskan fenomena yang ada dengan
menggunakan angka pada karakteristik individu ataupun kelompok.
Perbedaan yang sangat kontras adalah dalam penggunaan hipotesis antara
penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif, khususnya lagi pada penelitian
grounded. Perbedaan itu disebabkan karakter dari jenis penelitian tersebut tidak
sama satu sama lain. Penelitian kuantitatif rancangan penelitiannya sudah
dipersiapkan sejak awal sebelum peneliti terjun ke lapangan. Pada penelitian
kualitatif hipotesis dirumuskan ketika peneliti berada di lapangan dan selama
proses penelitian berlangsung bisa timbul tenggelam seiring dengan data yang
didapatkan peneliti. Hipotesis penelitian kualitatif khususnya grounded research
dapat muncul banyak dan bervariasi.
Penelitian kualitatif cenderung bersifat eksploratif sehingga lebih
ditekankan pada perumusan hipotesis bukan untuk menguji hipotesis. Jadi
keberadaan hipotesis dalam penelitian kualitataif bukan sesuatu keharusan, tetapi
sesuatu yang hanya disarankan keberadaannya. Jika terdapat hipotesis maka
penelitian kualitatif itu lebih baik.

19
REFERENSI

Arifin, Zaenal. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori, dan


Aplikasinya. Surabaya: Lontera cendekia.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, Asep. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.
Alfabeta.

20

Anda mungkin juga menyukai