Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan

fraktur gigi sangat bergantung dari lokasi, tipe, dan derajat frakturnya.
Secara umum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada fraktur gigi
meliputi:
Menjaga hidrasi dan kelembaban gigi
 Tutup gigi dengan aluminium foil atau penutup khusus gigi. Penggunaan lilin
tulang/bonewax tidak dianjurkan.
 Simpan gigi dalam cairan garam normal atau susu dingin
Manajemen nyeri
 Berikan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau obat-obat analgetik ringan
seperti diklofenac, ibuprofen, asam mefenamat.
 Beberapa pasien juga dapat diberikan ansiolitik
Mencegah infeksi
 Antibiotik sistemik seperti amoxicilin atau eritromisin harus diberikan
apabila pasien mengalami avulsi gigi, intrusi gigi, ekstrusi gigi, luksasi lateral,
dan trauma dental lain yang berisiko tinggi mengalami endokarditis
bakterial.
Manajemen trauma pada gigi permanen
 Pengisian bagian gigi yang hilang/filling dengan komposit atau resin
 Reimplantasi gigi: periode emas untuk reimplantasi gigi adalah dalam 15 hingga 60
menit setelah trauma jika gigi mengalami avulsi. Pada kasus-kasus fraktur yang
terbatas pada korona, reimplantasi fragmen yang pada dapat dilakukan dalam
waktu 7 hari.
 Reposisi dengan bidai/splinting dapat dilakukan bila terjadi luksasi lateral
 Gingivektomi dapat dilakukan bila terjadi fraktur crown root
 Perawatan saluran akar gigi/root canal treatment, pulpektomi, atau
pulpotomi harus dilakukan jika terdapat komplikasi terhadap akar gigi

Manajemen trauma pada gigi susu


 Reimplantasi dan reposisi tidak dianjurkan. Reposisi diharapkan dapat terjadi
secara spontan
 Pasien harus segera dirujuk ke dokter gigi untuk restorasi dentin segera karena
risiko infeksi pulpa sangat tinggi
 Pulpotomi atau pulpektomi jika terjadi komplikasi[2,7,8]

Referensi
1. Peng L, Cheng C, Brenner B. Fractured Tooth. Medscape.
2015. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/763458
2. McTigue D, Griffen A, Bachur R, Wiley J. Evaluation and
management of dental injuries in children. Wolters
Kluwer. 2017. Diakses dari:
https://www.uptodate.com/contents/evaluation-and-
management-of-dental-injuries-in-children
5. Thomas JJ, Edwards AR, Jacobs J. Fractured Teeth.
Medscape. 2016. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/82755
7. Diangelis AJ, Andreasen JO, Ebeleseder KA, Kenny DJ,
Trope M, Sigurdsson A, et al. Guidelines for the
management of traumatic dental injuries: 1. Fractures
and luxations of permanent teeth. Dent Traumatol.
2016;38:358–68.
8. American Academy of Pediatric Dentristry. Guideline
on management of acute dental trauma. Dent Traumatol
2011;34:230–8.

Pencegahan

Pencegahan trauma gigi yang tidak disengaja dilakukan dengan edukasi,


perubahan lingkungan, dan pelaksanaan. Edukasi dapat dilakukan dengan
memberi informasi dan pelatihan. Perubahan lingkungan dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan yang aman. Sedangkan pelaksanaan dilakukan
dengan membuat peraturan. Adapun tahapan pencegahan terjadinya trauma
gigi yaitu:

a. Pencegahan primer adalah pencegahan keadaan yang dapat menimbulkan


luka. Pencegahan primer dilakukan dengan penyediaan pelindung mulut
(mouthguard) saat berolahraga dan taman bermain yang nyaman.

b. Pencegahan sekunder adalah pencegahan atau meminimalisir keparahan


insiden cedera yang terjadi. Mengintervensi, mendiagnosa, dan
mengobati pada gigi yang mengalami fraktur sebagai pencegahan
sekunder terhadap komplikasi trauma.

c. Pencegahan tersier adalah perawatan yang optimal dan rehabilitasi


dengan meminimalkan dampak dari cedera. Trauma gigi pada anak –
anak dapat dilakukan perawatan saat masa dewasa dengan
memanfaatkan teknologi khususnya dibidang implantologi dan teknologi
porselen (Welbury & Gregg, 2006).

Anda mungkin juga menyukai