0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan3 halaman
Sediaan apus darah dibuat dengan metode oles untuk membentuk lapisan tipis darah di kaca objek yang kemudian difiksasi, diwarnai, dan ditutup gelas penutup. Pemeriksaan sediaan apus darah berguna untuk mendiagnosa penyakit hematologi dan non-hematologi serta memantau efek terapi. Metode pewarnaan seperti Giemsa sering digunakan untuk mempelajari morfologi sel darah dan mengidentifikasi parasit. Kriteria
Sediaan apus darah dibuat dengan metode oles untuk membentuk lapisan tipis darah di kaca objek yang kemudian difiksasi, diwarnai, dan ditutup gelas penutup. Pemeriksaan sediaan apus darah berguna untuk mendiagnosa penyakit hematologi dan non-hematologi serta memantau efek terapi. Metode pewarnaan seperti Giemsa sering digunakan untuk mempelajari morfologi sel darah dan mengidentifikasi parasit. Kriteria
Sediaan apus darah dibuat dengan metode oles untuk membentuk lapisan tipis darah di kaca objek yang kemudian difiksasi, diwarnai, dan ditutup gelas penutup. Pemeriksaan sediaan apus darah berguna untuk mendiagnosa penyakit hematologi dan non-hematologi serta memantau efek terapi. Metode pewarnaan seperti Giemsa sering digunakan untuk mempelajari morfologi sel darah dan mengidentifikasi parasit. Kriteria
darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan cara mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas p enutup (Handari, 2003). S ediaan apus berarti meng”apus”kan ( spread ) suatu bahan di atas kaca objek dan kemudian dianalisis lebih lanjut . Biasanya digunakan misalnya untuk mendeteksi penyakit malaria akibat parasit Plasmodium vivax . Namun pada saat ini pemb uatan sediaan ini masih dilakukan dengan cara manual dengan sudut apusan 30° – 40° yang akan menghasilkan lapisan tipis darah di belakangnya. Sediaan darah hampir selesai, kemudian dikeringkan dan hasil akhir berupa lapisan tipis pada kaca objek. Selanjutn ya dilakukan pengecatan dan barulah hasilnya berupa sediaan yang siap untuk di amati pada mikroskop (Faradisa dkk, 2016). Pemeriksaan apus darah tidak hanya diperlukan untuk menunjang diagnosis penyakit - penyakit hematologis, namun juga diperlukan untuk men unjang diagnosis penyakit - penyakit non hematologis, memantau efek terapi maupun untuk mengetahui ada tidaknya efek samping terapi (Budiyono 1995 , dalam Afida 2005). Afida (2005) menjelaskan , dengan pemeriksaan sediaan apus darah, terdapat hal - hal yang bisa dinilai yaitu : adanya parasit, sel inang atau sel ganas; sel eritrosit meliputi ukuran, bentuk, warna, benda - benda inklusi dan susunannya; dapat menghitung jenis leukosit, estimasi jumlah dan morfologi seri leukosit; dan melakukan estimasi jumlah dan morfologi trombosit. Afida juga menegaskan bahwa ketrampilan dalam membuat sediaan yang baik, menjadi syarat penting dalam penilaian sediaan apus tersebut. Sediaan apus darah tepi dapat diwarnai dengan berbagai macam metode misalnya seperti : pewarnaan Gie msa, pewarnaan acid fast, pewarnaan wright, dan lain lain. Pewarnaan Giemsa d isebut juga pewarnaan Romanowsky . Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel - sel darah, sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit - parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia dan lain - lain dari golongan protozoa. Pemeriksaan apus darah tepi merupakan pemeriksaan rutin terdiri dari hemoglobin (Hb), jum lah sel darah putih (lekosit), h itung jenis sel darah put ih (Differensial counting), dan Laju Endap Darah (LED). Menurut Santosa (2010), k riteria preparat darah apus yang baik adalah lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda, secara gradual penebalannya berangsur - angsur menipis dari kepala ke ekor, tidak berlubang, tidak terputus - putus, tidak terlalu tebal dan mempunyai pengecatan yang baik.