Anda di halaman 1dari 20

ETIKA PEMASARAN JASA WISATA

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah “Etika Administrasi dan
Profesi”

Dosen Pengampu : Hamidah Nu, DR, Msi

Disusun Oleh : Robiatul Al Adawiyah 135030800111002

Rhiki pratama 135030801111003

Fina eva devanti 135030801111009

Ilham hanafi 135030807111005

BISNIS PARIWISATA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Hal 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena limpahan karunia dan rahmatnya,
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang karena merekalah
makalah ini bisa sampai ke tahap selesai.

Penulis menyadari, jika dalam penulisan makalah ini penulis masih harus terus
belajar untuk bisa mencapai makalah yang bagus dan layak. Oleh karenya, saran dan kritik
dari pembaca semuanya sangat penulis harapkan.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Malang, 16 november 2014

Penulis

Hal 2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 4
1.1. Latar belakang............................................................................................ 4
1.2. Rumusan masalah...................................................................................... 5
1.3. Tujuan......................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................ 6
2.1. Pengertian etika pemasran jasa wisata.................................................. 6
2.2. kasus dan analisis etika pemasaran jasa wisata..................................... 16
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................ 19
3.3. Kesimpulan................................................................................................. 19
3.4. Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20

Hal 3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dunia kepariwisataan semakin hari semakin menunjukan perkembangan yang
sangat menggembirakan. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan di
bidang pariwisata, misalnya bisnis penerbangan yang semakin ramai jadwal
penerbangannya, tingginya tingkat permintaan wisatwan akan kamar hotel, ramianya
restauran yang dipenuhi oleh wisatawan, dan maraknya biro prjalanan wisata (BPW) dan
agen perjalanan wisata (APW).
Tempat tujuan pariwisata dan hotel semakin banyak di berbagai daerah. Selain hotel
bisnis pelayanan jasa lainnya seperti restaurant, night club, catering, bar, pub dan
discotheque juga semakin berkembang, yang perlu mendapat perhatian sekarang
adalah bagaimana mengelola industri jasa diatas tersebut menjadi sebuah perdagangan
yang maju. Sebagai Industri yang bergerak di bidang jasa, maka setiap pengusaha jasa
wisata akan berusaha memberikan pelayanan yang maksimal bagi para tamunya.
Akhir-akhir ini perjalanan wisata mulai tumbuh sebagai suatu gejala pelepasan dan
berupa wisata bersenang-senang ataupun wisata rekreasi, sebagai cara untuk
melepaskan diri dari kesibukan dunia kerja serta kejenuhan hidup. Seiring dengan
perkembangan dunia pariwisata lambat laun menjadi suatu gengsi masyarakat dalam
melakukan perjalanan wisata dengan cara mengunjungi tempat-tempat wisata dari
berbagai daerah maupun wisata yang terkenal di dunia. Setiap orang beranggapan
bahwa orang yang telah mengunjungi tempat-tempat wisata di luar negaranya dengan
sendirinya melebihi orang yang belum mengunjungi tempat tersebut. Hal ini
menyebabkan aktivitas berwisata ke luar negeri semakin pesat.
Oleh karena itu untuk mengelola Industri pariwisata dengan baik dan profesioanal
diperlukan kajian mendalam diantaranya adalah bahwa wisatawan adalah sumber dari
pendapatan yang harus dilayani dengan baik agar mereka senang dan nyaman
sehingga waktu tinggal disuatu daerah wisata akan lebih lama. Industri pariwisata adalah
suatu jenis produk yang banyak bergerak dibidang jasa, untuk itu segala aspek yang
berhubungan dengan ekonomi orientasinya adalah pelayanan jasa. Untuk mengelola
Industri pariwisata dengan baik dan profesioanal diperlukan kajian mendalam
diantaranya adalah bahwa wisatawan adalah sumber dari pendapatan yang harus
dilayani dengan baik agar mereka senang dan nyaman sehingga waktu tinggal disuatu
daerah wisata akan lebih lama. Industri pariwisata adalah suatu jenis produk yang
banyak bergerak di bidang jasa, untuk itu segala aspek yang berhubungan dengan
ekonomi orientasinya adalah pelayanan jasa.

Hal 4
1.2 RUMUSAN MASALAH
• Apakah yaang dimaksud etika pemasaran jasa wisata
• Bagaimana etika dalam pemasaran jasa wisata
• Sebutkan contoh kasus pelanggaran etika pemasaran jasa wisata

1.3 TUJUAN
• Memahami tentang etika pemasaran jasa wisata
• Mengetahui etika dalam pemasaran jasa wisata
• Menganalisis kasus-kasus yang berhubungan dengan etika pemasaran jasa
wisata

Hal 5
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA PEMASARAN JASA WISATA


Etika
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu
apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang
atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah
mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan
standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian
etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan
moral yang baik dan jahat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis.
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke
dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi
dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.

Pemasaran
Boone & Kurtz (2.2002:7)
pemasaran (marketing) adalah proses menemukan keinginan dan kebutuhan
pelanggan dan kemudian menyediakan barang dan jasa yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan tersebut
Jatmiko (2006:90)
pemasaran sebagai aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
kepentingan pasar, baik pasar konsumen rumah tangga ataupun pasar industri.
Kotler (2001)
mengemukakan definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk
mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan

Hal 6
keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran
merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan.
Stanton (2001)
Definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan
usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada
usaha pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang
diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan
harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan
yang baik dari konsumen. Perusahaan harus secara penuh tanggung jawab tentang
kepuasan produk yang ditawarkan tersebut. Dengan demikian, maka segala aktivitas
perusahaan, harusnya diarahkan untuk dapat memuaskan konsumen yang pada
akhirnya bertujuan untuk memperoleh laba.
Analisis Pasar Wisata
Setiap pemasaran, termasuk pemasaran pariwisata pada awalnya dimulai dengan
membuat analisis pasar wisata. Analisis ini meliputi analisis persepsi dan preferensi
wisatawan. Pada umumnya calon wisatawan menginginkan suatu produk wisata tertentu.
Faktor sosiodemografi dan psikografimemiliki peran yang sangat besar dalam memilih
macam produk dan destinasi pariwisata. Berawal dari data inilah bagaimana pemasaran
harus dilakukan.
Pemasaran, merupakan suatu proses social an manajerial di mana individual
maupun kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran produk dan nilai (value) secara bebas dengan pihak lain. Dari pengertian ini
jelas bahwa dalam proses pemasaran pihak pemilik produk harus bisa menyesuaikan
dengan keinginan wisatawan atau menyesuaikan dengan segmen wisatawan yang
berminat pada jenis produk yang dimilikinya.
Konsep pemasaran yang demikian ini, mengandung beberapa pengertian yang secara
konsisten dilaksanakan yaitu :
1. Pemasaran sebagai suatu proses sosial harus dapat dilaksanakan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Pelaku pemasaran tidak hanya oleh industri pariwisata atau
pihak pihak yang saat ini kompetensi dalam pemasaran pariwisata. Kebijakan
pemasaran sudah harus mendorong kemungkinan berperannya duta-duta bangsa
yang saat ini berada di luar negeri, seperti TKI (Tenaga Kerja Indonesia), mahasiswa
dan pelajar serta para pedagang Indonesia. Siapapun dalam kepentingan apapun

Hal 7
mereka diposisikan sebagai pemasar pariwisata. Langkah strategis yang perlu
dilakukan adalah menempatkan anjungan informasi dan leaflet atau booklet tentang
pariwisata di kantor kantor emigrasi yang akan mengurus paspor perjalanan ke luar
negeri. Mereka diwajibkan membawa informasi ini kepada mitra mereka di luar
negeri tentang daerah mereka.
2. Pemasaran sebagai suatu proses manajerial. Di dalam pelaksanaan pemasaran
harus direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan yang lebih penting adalah
dilaksanakan evaluasi. Di dalam pemasaran pariwisata tindakan evaluasi sangat
penting sebab agak berbeda dengan pemasaran barang yang mudah dikemas atau
diperbaiki. Pariwisata adalah menjual image dan pelayanan yang perbaikannya
membutuhkan proses yang komplek dan panjang.
3. Pemasaran sebagai proses pertukaran produk dan nilai. Untuk memiliki produk yang
bernilai jual tinggi ada strategi yang dilakukan. Bagaimana kita dapat memiliki produk
yang berkualitas? Pada saat ini produk yang kita memiliki yang sangat berkualitas
dan memiliki competitiveness yang tinggi adalah nilai nilai budaya dan alam yang
memiliki otentisitas local yang spesifik. Nilai filosofi, kehidupan masyarakat (living
culture ), nilai luhur/pemaknaan hidup manusia, pengetahuan penduduk berkaitan
dengan alam dan kearifan masyarakat lokal merupakan produk nasional yang tidak
dimiliki oleh bangsa lain, apalagi bangsa bangsa barat. Adanya krisis jatidiri, mulai
adanya proses perubahan pemikiran rasional kedalam pemikiran baru yang spiritual
dalam kehidupan mereka, dorongan untuk mengunjungi Negara Asia semakin besar.
Sementara itu pengembangan produk yang mereplikasi apa yang ada di Negara
Negara maju sudah tidak begitu menarik wisatawan mancanegara. Apalagi
untuk mature tourist sudah mulai mencari sesuatu yang baru dalam rangka
mendapatkan pengkayaan hidup dengan mencari new knowledge dan expansion of
life.
Di dalam pemasaran pariwisata memang perlu ditata. Sebab pemasaran adalah
proses manajemen. Oleh karenanya ada 3 tahapan dalam pemasaran. Pertama pihak
yang memberikan informasi. Pemberian informasi dapat dilakukan oleh banyak pihak,
utamanya adalah informasi tentang apa yang diketahuinya. Bagi pemula tentu yang
diketahui yaitu daerah tempat tinggalnya, atau obyek obyek wisata yang pernah mereka
kunjungi. Tahapan pemberian informasi ini juga dapat dilakukan melalui
IT (Information Technology) dan exhibition atau pameran. Kedua adalah negosiasi.
Proses pembelian ataupurchasing ini dilakukan oleh negosiator yang handal. Ketiga
proses pengemasan dan pelayanan terhadap wisatawan yang telah berkunjung ke
daerah tujuan wisata. Pelayanan yang berkualitas akan memberikan evaluasi dan

Hal 8
rekomendasi untuk perjalanannya sebagai repeater atau rekomendasi terhadap orang
lain untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Pendekatan Pemasaran Pariwisata
1. Konsep pemasaran produk pariwisata
Di dalam pemasaran pariwisata diperlukan adanya pemahaman yang mendalam
terhadap produk yang dimiliki dan dijual. Demikian pula persepsi dan preferensi
wisatawan atau calon wisatawan. Persepsi dan preferensi wisatawan ini akan
menimbulkan perilaku yang mendorong proses pembelian. Dikenal ada beberapa
konsep pemasaran, yang dapat dipergunakan untuk menjual produk pariwisata sebagai
berikut:
a) Konsep produksi
Konsep ini menempatkan pertimbangan bahwa konsumen hanya mau membeli
barang yang bisa dibeli dengan harga murah dan mudah didapat. Untuk pariwisata
yang memenuhi dua criteria ini adalah produk pariwisata buatan atau kemasan baru
dan untuk mass production. Taman rekreasi , resort wisata buatan, souvenir buatan
pabrik dan event olahraga dan convention dapat menggunaan pendekatan produksi
ini.
b) Konsep produk
Konsep produk ini menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya akan membeli
barang yang memiliki keunikan , inovatif dan superioritas. Produk pariwisata yang
dapat dijual dengan pendekatan ini adalah pariwisata minat khusus yang bertemakan
budaya (heritage dan living culture), alam (ekowisata, wisata pendidikan dan
penelitian) dan souvenir kerajinan tangan.
c) Konsep penjualan
Pemasaran yang yag bertjuan untuk menjual produk untuk mendapatkan laba dari
penjualan yang banyak volumenya an dengan promosi yang agresif. Produk
pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah bentuk pariwisata profane
misalnya taman rekereasi, souvenir produksi masal buatan pabrik, event olah raga ,
exhibition dan convention.
d) Konsep pemasaran , suatu konsep yang diterapkan dengan mempertimbangkan
bahwa keuntungan akan dicapai melalui upaya memberikan kepuasan pada
konsumen yang terlebih dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan dan
keinginan wisatawan. Seluruh produk wisata seharusnya menggunakan pendekatan
ini.
e) Konsep pelanggan
Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep pemasaran, dimana kepuasan
konsumen harus diusahakan tercapainya kepuasan setiap pelanggan secara

Hal 9
individual. Seluruh produk wisata hendaknya menggunakan konsep ini dalam
pemasaran pariwisata.
f) Konsep ekologikal dan humanistik
Konsep yang mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan konsumen
dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan dengan pengintegrasian
kegiatan pemasaran dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dalam
jangka panjang. Pemasaran yang demikian ini diperankan oleh pemerintah untuk
produk produk pariwisata kawasan yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah seperti
halnya kawasan taman nasional dan taman hutan raya.
2. Sistem Informasi Pemasaran
Di dalam pemasaran pariwisata peran dari sistem informasi pariwisata (Marketing
Information System atau isingkat MIS) ini sangat penting. Sebab perilaku calon
wisatawan sagat dinamis perkembangannya dari waktu ke waktu. Keputusan harus
dapat cepat diambil untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Skema sistem
informasi pemasaran komponennya disajikan oleh Kotler, et al (1999) berikut.
1) Manajer Pemasaran
Manajer pemasaran melaksanakan analisis terhadap informasi yang didapat,
kemudian membuat perencanaan, pelaksanaan, pengorgansasian dan melakukan
kontrol terhadap pelaksanaan pemasaran.
2) Membuat keputusan untuk melakukan pemasaran dan mengkomunikasikan
keseluruh bagian terkait.
Keputusan ini sebenarnya dari 2 aspek , yaitu :
(a) Sistem Informasi Pemasaran
Sistem informasi dilakukan penapisan, kesesuaian informasi dengan informasi
yang dibutuhkan dan pendistribusian informasi.
(b) Mengembangkan informasi. Pengembangan informasi ini terdiri atas: pencatatan
informasi, membuat analisis informasi, menyusun suatu strategi dan membuat
penelitian untuk pemasaran.
3) Faktor Lingkungan yang mempengaruhi pemasaran. Ada beberapa faktor yang
mempengarhi keberhasilan pemasaran yaitu: Sasaran, saluran atau hubungan
pesaing, kondisi masyarakat dan tekanan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pemasaran pariwisata Indonesia dapat dilihat seperti berikut.
Strategi Pemasaran Pariwisata
1. Alat alat pemasaran
Pemasaran pariwisata baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah serta industri pariwisata harus dilaksanakan dengan strategi pemasaran bauran
(marketing mix). Strategi ini angat diperlukan karena pariwisata adalah industri yang

Hal 10
sifatnya sangat komplek dan multi faset. Peralatan yang dapat dipergunaan untuk
pemasaran sangat banyak. Namun pariwisata juga sangat rentan terhadap perubahan
baik yang terjadi secara ekternal maupun yang terjadi secara internal. Misalnya salah
satu alat tidak sesuai dengan apa yang dipromosikan maka berakibat pada kedatangan
wisatawan. Maka pemasaran harus dilaksanakan dengan well organized.
Alat alat pariwisata dapat yang dilasanakan dengan strategi bauran pemasaran
( marketing mix ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Alat Pemasaran Strategi Marketing Mix


Product Price Place Promotion
1.Souvenir 1.Memadai 1.Pameran 1. Iklan
2.Services 2.Tarif tercatat 2.Setiap 2.Promosi dan
3. ODTW 3.Tidak slalu pemberhentian sekaligus
4.Fasilitas berubah 3.Disetiap penjualan
utilitas berlangsung 3.Promosi
5.Penglaman/ wisatawan personal
pengetahuan beraktifitas 4.Publikasi
6. Kreativitas 5.Pemasaran
7. SDM langsung
8.Organisasi

2. Strategi Pemasaran
Agar pemasaran dapat dilakukan dengan efisien dan memperoleh hasil capaian
pemasaran yang maksimal maka perlu upaya pemasaran berikut .
Segmentation. Suatu upaya untuk mengelompokkan pasar yang sangat heterogen
ke dalam pasar yang relatif homogen. Posisi Indonesia yang memiliki
keanekaragaman produk yang sangat tinggi mempunyai peluang yang sangat besar
dalam memperoleh sasaran pasar yang sangat beranekaragam pula. Oleh
karenanya perlu melakukan kajian terhadap pasar untuk mengelompokkannya.
Pasar wisatawan saat ini dapat dibagi kedalam beberapa kelompok. Kelompok ini
sangat dipengaruhi oleh sosiodemografi dan psikografi.
Faktor sosiodemografi dan psikografi sangat menentukan pola hidup (life
style). Faktor yang mempengaruhi life style adalah budaya, kelompok sosial, mata
pecaharian dan pendidikan. Menurut Plummer (1974) pola hidup seseorang dapat
dikelompokkan sebagai berikut.

Hal 11
Pola Hidup Seseorang
Aktifitas Interes Pendapat Demografi
1. Bekerja 1. Keluarga 1.Personal 1. Umur
2. Hobi 2.Rumah 2.Isu sosial 2.Penddikan
3.Kerja sosial 3.Pekerjaan 3.Politik 3.Penghasilan
4. Liburan 4.Komunitas 4.Bisnis 4.Pekerjaan
5. Hiburan 5.Rekreasi 5.Ekonomi 5.Jmlhanggota
6.Anggota 6.Kesenangan 6.Pendidikan Klarga
organisasi 7.Makanan 7.Produk 6.Kediaman
7. Komunitas 8.Media 8.Masadepan 7.Geografis
8.Belanja 9.Tujuan 9.Budaya 8.Ukuran kota
9.Olahraga 9.Posisi

Jasa wisata
Jenis-Jenis Usaha Pariwisata menurut pasal 14 Undang-undang Pariwisata Nomor 10
Tahun 2009

Usaha Pariwisata adalah : usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata

Pengusaha Pariwisata adalah : orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata

Adapun Jenis Usaha Pariwisata antara lain :


1. Usaha Daya Tarik Wisata
Usaha pengelolaan daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan/atau daya
tarik wisata buatan/binaan manusia.
2. Usaha Kawasan Pariwisata
Usaha pembangunan dan/atau pengelolaan kawasan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Usaha Jasa Transportasi Pariwisata
Usaha penyediaan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan
angkutan transportasi reguler/umum.
4. Usaha Jasa Perjalanan Wisata
• Biro Perjalanan Wisata adalah usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan
dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk
penyelenggaraan perjalanan ibadah.

Hal 12
• Agen perjalanan wisata adalah usaha jasa pemesanan sarana, seperti
pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen
perjalanan
5. Usaha Jasa Makanan Dan Minuman
Usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan,penyimpanan dan/atau penyajiannya.
• Restoran adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan
penyajian, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.
• Rumah makan adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian,
di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.
• Bar/rumah minum adalah usaha penyediaan minuman beralkohol dan non-
alkohol dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan dan/atau penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak
berpindah-pindah.
• Kafe adalah penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau
penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.
• Jasa boga adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan
penyajian, untuk disajikan di lokasi yang diinginkan oleh pemesan.
• Pusat penjualan makanan adalah usaha penyediaan tempat untuk restoran,
rumah makan dan/atau kafe dilengkapi dengan meja dan kursi.
6. Usaha Penyediaan Akomodasi
Usaha penyediaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat dilengkapi
dengan pelayanan pariwisata lainnya.
• Hotel adalah penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di
dalam 1 (satu) bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan
dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya.
• Bumi perkemahan adalah penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan
menggunakan tenda.
• Persinggahan karavan adalah penyediaan tempat untuk kendaraan yang
dilengkapi fasilitas menginap di alam terbuka dapat dilengkapi dengan
kendaraannya.
• Vila adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang
dapat dilengkapi dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya.

Hal 13
• Pondok wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal
yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan
dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari pemiliknya.
7. Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan & Rekreasi
Usaha penyelenggaraan kegiatan berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan,
karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk
pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya wisata tirta dan spa.
• Gelanggang olahraga adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas
untuk berolahraga dalam rangka rekreasi dan hiburan.
• Gelanggang seni adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
melakukan kegiatan seni atau menonton karya seni dan/atau pertunjukan seni.
• Arena permainan adalah usaha yang menyediakan tempat menjual dan fasilitas
untuk bermain dengan ketangkasan.
• Hiburan malam adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas bersantai
dan melantai diiringi musik dan cahaya lampu dengan atau tanpa pramuria.
• Panti pijat adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas pemijatan
dengan tenaga pemijat yang terlatih.
• Taman rekreasi adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk
berekreasi dengan bermacam-macam atraksi.
• Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan
atau tanpa pemandu lagu.
• Jasa impresariat/promotor adalah usaha pengurusan penyelenggaraan hiburan,
berupa mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan artis dan/atau
olahragawan Indonesia dan asing, serta melakukan pertunjukan yang diisi oleh
artis dan/atau olahragawan yang bersangkutan.
8. Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi Dan
Pameran
Pemberian jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, penyelenggaraan
perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta
penyelenggaraan pameran dalam rangka penyebarluasan informasi dan promosi
suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.
9. Usaha Jasa Informasi Pariwisata
Usaha penyediaan data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai
kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan/atau elektronik.

Hal 14
10. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata
Usaha penyediaan saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan,
pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.
11. Usaha Jasa Pramuwisata
Usaha penyediaan dan/atau pengoordinasian tenaga pemandu wisata untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata.
12. Usaha Wisata Tirta
Selanjutnya disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha penyelenggaraan wisata
dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya
yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
• Wisata bahari adalah penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut.
• Wisata sungai, danau dan waduk adalah penyelenggaraan wisata dan olah raga
air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola
secara komersial di perairan sungai, danau dan waduk.
13. Usaha Spa
Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air,
terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah
aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap
memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia

Jadi, etika pemasran jasa wisata adalah :


Penelaahan standar moral atau proses pemeriksaan standar moral individu atau masyarakat
dalam menjalankan usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang
diarahkan kepada usaha pemuas kebutuhan dan keinginan wisatawan untuk emeperoleh
keuntunganyang diharapkan melalui proses penyelenggaraan pariwisata.

Hal 15
2.2. KASUS ETIKA PEMASARAN JASA WISATA
Kasus 1 :
PELANGGARAN ETIKA BISNIS-PEMASARAN : Studi Kasus Pada Rumah Makan Siap Saji
tentang Pemakaian Angciu dan Minyak Babi
Jaringan rumah makan siap saji asal Indonesia. Restoran ini menyajikan makanan
khas Indonesia seperti nasi goreng, mi goreng, kwetiau goreng, dan masih banyak lagi. Saat
ini sudah terdapat lebih dari 50 gerai di kota-kota di Indonesia. Isu mengenai penggunaan
angciu dan minyak babi di restoran “S” ternyata masih merebak. Meskipun sudah dibantah
oleh manajemen “S”, kabar fiktif itu terus bergulir di media sosial.
Inilah kisah dosen akuntansi salah satu universitas negeri tentang restoran “S” yang tidak
memiliki sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu. “Ada kerabat yang mau beli
franchise “S”. Tapi ketika mau bikin kontrak perjanjian, ternyata pihak pemilik franchise
mewajibkan penggunaan angciu (arak) dan minyak babi dalam beberapa masakan,”
ujarnya.
Tapi, kata Prof, jawaban pemilik franchise sungguh arogan dan mencengangkan. Menurut
pemilik franchise, “S” mewajibkan menunya menggunakan minyak babi dan angciu.
”Di sini (“S”) wajib pakai itu. Lagian kita gak pakai label halal kok. Kalau gak mau ya sudah,”
ujar pihak “S” sebagaimana diungkap Prof. Sementara PT “SS” selaku perusahaan yang
membawahi restoran ini membantah hal tersebut. “Isu yang berkembang itu tidak benar.
Minyak-minyak kami memakai brand-brand halal. Semua makanan kami halal,” kata
Operational Manager “S”, Namun ia membenarkan bahwa sampai saat ini perusahaan
belum mempunyai sertifikasi halal dari MUI saat ini perusahaan sedang mengumpulkan
sertifikat-sertifikat dari para supplier. “Supplier kita kan banyak, kita sedang kumpulkan
sertifikatnya sebagai syarat mengurus ke MUI,” katanya.
Majelis Ulama Indonesia melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) membenarkan restoran “S” belum mengantongi
sertifikat halal. “Maka, bersama ini disampaikan bahwa MUI melalui Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia belum pernah melakukan
pemeriksaan atas produk makanan/minuman dan atau mengeluarkan sertifikat halal untuk
restoran “S” di mana pun,” tulis MUI di situs resminya Kemudian pertanyaan yang muncul
adalah, apakah pemilik bisnis “S” salah? Yang salah utamanya adalah bila ada pebisnis
Muslim yang tutup mata dan tetap mengambil bisnis ini. Lebih salah lagi adalah para Muslim
yang sudah tahu info ini tetapi juga tutup mata dan makan di sana.
Analisis
Kesimpulan: Etika bisnis belum dijalankan secara maksimal, baik dilihat dari etika promosi
maupun keadilan konsumen. Majelis Ulama Indonesia melalui Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

Hal 16
membenarkan restoran “S” belum mengantongi sertifikat halal. Saat ini perusahaan sedang
mengumpulkan sertifikat-sertifikat dari para supplier. Meski Muslim di negeri ini mayoritas,
tetap tidak bisa memaksa pihak pengusaha rumah makan harus memakai label halal dan
atau harus seperti yang kaum Muslimin inginkan.
Saran: Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau restoran atau rumah makan yang belum
bersertifikasi halal agar segera mengajukan sertifikasi halal. Untuk berhati-hati sebaiknya
masyarakat muslim Indonesia menahan diri terlebih dahulu sampai sertifikasi halal
dikeluarkan. Untuk para pengusaha restoran yang menggunakan barang-barang yang
haram dalam pandangan Islam, hendaklah mencantumkan label mengandung babi atau
mengandung arak dan seterusnya pada rumah makannya. Jika pengusaha tidak
mengindahkan anjuran tersebut, ada baiknya ormas-ormas Islam yang bergerak, dengan
memberi label yang sangat besar dan menempelkanya di tempat usaha yang haram
tersebut dengan label mengandung babi atau angciu atau lainnya yang mengharamkan.

Kasus 2 :
Contoh Pelanggaran Etika Pemasaran dan Etika Produksi dari Kentucky Fried
Chicken di China
Dan semoga tidak mengandung bahan-bahan yang aneh untuk di Indonesia ya, dan
label halal MUI memang benar-benar menjamin KFC Berbahaya di China, Kalau di
Indonesia? Skandal terkuak saat stasiun televisi negara China Central Television
melaporkan pada akhir Desember, beberapa ayam KFC dan McDonald Corp mengandung
obat antiviral dan hormon perangsang pertumbuhan. Hal ini berdampak pada menurunnya
kepercayaan terhadap restoran cepat saji asal AS di China.Beberapa blogger dalam situs
micro blogging Weibo mengkritik keras KFC. “Saya tidak akan makan KFC lagi,” kata
seorang pengguna dengan nama akun ”Neverbunny”.
“Kita harus keluarkan KFC dari China,” kata pengguna lainnya yang bernama
“nininbababa”. Seperti diberitakan Kantor Berita Antara, Perusahaan induk KFC, Yum
Brands Inc, memiliki 5.100 restoran di China dan salah satu restoran Barat terbesar di
China. Sejak laporan adanya penggunaan bahan berbahaya untuk mempercepat
pertumbuhan ayam di KFC China, saham KFC turun sebanyak 4,2% pada Selasa (8/1).
Sebelumnya, Yum menarik beberapa produk pada 2005 karena mengandung
pewarna Sudan Red, yang dilarang sebagai bahan makanan karena dapat meningkatkan
risiko kanker. Adanya laporan tentang bahan berbahaya yang terdapat pada ayam di China
ternyata berdampak positif bagi beberapa brand restoran cepat saji lainnya. Misalnya,
Country Style Cooking Restaurant, sebuah restoran lokal cepat saji yang bermarkas di barat
daya kota Chongqing, semakin populer dan meningkat penjualannya.

Hal 17
Yum Brands Inc, perusahaan induk jaringan restoran cepat saji KFC, meminta maaf
kepada pelanggan di China atas penanganan terhadap isu penggunaan bahan terlarang
untuk mempercepat pertumbuhan ayam.“Kami menyesalkan kecerobohan dalam proses
pemeriksaan internal dan kurangnya komunikasi,” kata Direktur Eksekutif Yum Brands, Su
Jingshi, dalam akun media sosial Weibo. Shanghai Food and Drug Administration
menemukan 1 dari 8 ayam sampel yang diteliti mengandung level obat-obatan antiviral
dalam level yang mencurigakan.
Juru bicara Yum mengatakan pada Kamis (10/1) bahwa perusahaan telah
menghentikan kerjasa sama dengan dua penyedia ayam sebelum penyelidikan resmi
diumumkan. Penghentian tersebut dilakukan setelah dua uji acak menunjukkan bahwa dua
penyuplai itu tidak memenuhi standar Yum. Kasus ini telah memukul citra KFC di China, di
mana merek dari negara barat dianggap lebih aman dan lebih berkualitas dibanding milik
negara sendiri. Keamanan makanan adalah perhatian utama bagi konsumen.
“Mereka akhirnya meminta maaf sekarang, namun ini sudah terlambat. Saya tidak
tahu apakah orang lain dapat memaafkan mereka atau tidak, namun yang jelas saya tidak!”
tulis Jackson Dong dalam akun Weibo.Itu terjadi di Cina, bagaimana dengan KFC di
Indonesia?? Apakah sudah betul-betul melindungi hak-hak konsumen untuk tidak
menggunakan bahan berbahaya ?
Analisis
Komentar dan Saran dari artikel di atas :
Kfc seharusnya memperhatikan imagenya di mata konsumen karena akan
mempengaruhi persepsi pelanggan yang berada di kfc. Dan pihak kfc juga seharusnya
membuktikan dengan melakukan riset bahwa produk ayamnya tidak menyebabkan kanker.
Sehingga produk kfc masih tetap mendapatkan respon yang baik dari konsumennya yang
akan membeli hidangannya tanpa memperdulikan isu-isu yang ada di publik.

Hal 18
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berbagai kasus yang ada menunjukkan bahwa etika bisnis belum di jalankan secara
maksimal baik di lihat dari etika promosi maupun keadilan konsumen. Menurut Mahmoedin
(1996 : 7) akibat para pelaku bisnis yang tidak memperhatikan etika dalam bisnis adalah :
• Perusahaan / bisnis yang rusak namanya karena tidak menggunakan etika dalam
berbisnis akan dimusuhi mitra usahanya.
• Bisnis yang tidak menghiraukan etika akan hancur karena konsumen bukan benda
mati yang gampang dibodohi.
• Jika bisnis itu merusak lingkungan, maka akan rugi bahkan masyarakat akan
menghukumnya sebagai perusak alam dan lingkungan yang pada gilirannya
perusahaan tersebut akan dikucilkan.
• Kekuasaan yang terlalu besar dari bisnis jika tidak diimbangi dengan tanggung jawab
social yang sebanding akan menyebabkan bisnis tersebut menjadi kekuatan yang
merusak masyarakat.
Keadilan dalam konsep pemenuhan hak konsumen berkaitan dengan transaksi antara
perusahaan / pebisnis dengan konsumen harus menerapkan berbagai norma moral dan
etika yang berlaku di lingkungan masyarakat yang meliputi kebenaran, kejujuran dan
keadilan, sehingga kalau terjadi ketidak adilan kepada konsumen, pebisnis harus
bertanggung jawab.

3.2 SARAN
Dengan kasus diatas perlu diperhatikan prinsip-prinsip etika bisnis menurut Mahmoedin
(1996 : 81) :
1. Bersifat Bebas : Kebebasan adalah syarat yang harus ada agar manusia bisa
bertindak etis. Manager harus bebas mengembangkan usahanya.
2. Bertanggung Jawab : Perbuatan yang menjunjung tinggu etika dan moral, sehingga
kebebasan diberikan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Bersikap Jujur : Kejujuran adalah suatu jaminan dan dasarbagi kegiatan bisnis
terutama dalam jangka panjang.
4. Bertindak Baik : Secara aktif melakukan kegiatan berbuat baik kepada masyarakat
dan kegiatan yang saling menguntungkan dengan masyarakat.
5. Bersikap Adil : Memperlakukan setiap orang sesuai dengan hak. Bersikap Hormat :
Menghargai orang lain.
6. Bersikap Informatif : Informasi diperlukan bagi konsumen dan pelanggan tentang
produk barang dan jasa yang ditawarkan.

Hal 19
DAFTAR PUSTAKA

Rachmawan, hani, 2014, kasus-kasus pelanggaran pelanggaran etika pemasaran,


http://hanirachmawan173.blogspot.com/2014/03/kasus-pelanggaran-etika-
pemasaran-dan.html, diakses pada 16 november 2014

Hadishtis, yodia, 2013, studi kasus pelanggaran etika bisnis,


http://yodiahadishtis.blogspot.com/2013/11/studi-kasus-pelanggaran-etika-
bisnis.html, diakses pada 16 n0vember 2014

Anonim, 2012, definisi/pengertian pemasaran skripsi manajemen-manajemenn keuangan,


http://skripsi-manajemen.blogspot.com/, diakses pada 16 november 2014

Siswanty, arvy dewi, 2008, pemasaran paket wisata dengan metode personal selling PT.
Kesan Indah Abadi tour and travel di Karanganyar, surakarta

Andidni, lestari, 2014, pelanggaran etika produksi dan pemasaran,


http://lestariandini.blogspot.com/, diakses pada 16 november 2014

Nanang, hidayat choirul, Bauran pemasaran jasa sebagai alat untuk meningkatkan potensi
pariwisata di kabupaten Banyuwangi, Banyuwangi

Pratama, rizky, 2014, daya jual pariwisata dan etika bisnis daerah istimewa yogyakarta,
http://rizkybeanpratama.wodpress.com/2012/04/11/Daya-Jual-Pariwisata-dan-
Etika-Bisnis Daerah-Istimewa-Yogyakarta.htm, diakses pada 16 november
2014

Hal 20

Anda mungkin juga menyukai