Anda di halaman 1dari 5

2.1 Sejarah PT.

Wijaya Karya (WIKA)

WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze Vennotschap
Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL)
No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha
WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA
turut berperan serta dalam proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka
penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama Perusahaan Negara
Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah
kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di
Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan dibentuknya
beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk
Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani
saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Selain itu,
semakin berkembangnya anak-anak perusahaan di sektor industri konstruksi membuat WIKA menjadi
perusahaan infrastruktur yang terintegrasi dan bersinergi.

2.2 Struktur Organisasi WIKA

2.3 Tata kelola perusahaan WIKA

Untuk mencapai tujuan perusahaan, tidak ada lain kecuali komitmen yang tinggi untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) pada semua organ dan
jenjang organisasi secara terencana, terarah, dan terukur sedemikian rupa sehingga penerapan GCG
dapat berlangsung secara konsisten dan sesuai dengan praktik-praktik terbaik penerapan GCG.

Untuk itu WIKA dengan dukungan seluruh elemen keorganisasian mulai dari RUPS, Dewan Komisaris,
Direksi, hingga Karyawan, senantiasa berkomitmen untuk terus membangun sistem, struktur, dan kultur
manajemen dan organisasi yang berbasis pada nilai-nilai keterbukaan, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, dan kesetaraan/ keadilan.

Penerapan prinsip-prinsip GCG tercermin pada hal-hal berikut:

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.


Pembentukan Komite-komite yang membantu peran pengawasan Dewan Komisaris.

Keterbukaan informasi secara penuh sesuai dengan ketentuan sebagai Perusahaan Publik dan
Perusahaan Tercatat.

Penerapan Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal.

Sosialisasi GCG secara berkelanjutan.

Assesment penerapan GCG sebagai sarana untuk mengetahui kinerja dan peningkatan implementasi
GCG.

Berbagai aktivitas lain yang mendukung terbentuknya Good Governance.

Disentralisasi pengadaan barang dan jasa.

Sentralisasi keuangan.

Sistem rekrutmen SDM.

2.4 Konflik yang terjadi pada WIKA

Meskipun di dalam organisasi WIKA memiliki komitmen, integritas, dan juga hubungan yang baik
antar pihak, timbulnya konflik tentu tetap tidak dapat dihindari. Beberapa alasan adanya konflik di dalam
organiasasi ini adalah:

Perbedaan dalam tujuan.

Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa mempunyai tujuan
yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat
menimbulkan adanya konflik.

Sebagai contoh Seperti diketahui, pada 2011 lalu, WIKA telah menghentikan proyek pembangunan mall
senilai USD 11,5 juta di Libya.

Adanya konflik yang tak kunjung reda menyebabkan WIKA kesulitan untuk menyelesaikan proyek
tersebut, alhasil WIKA menghentikan proyek tersebut dan mengevakuasi pekerjanya untuk kembali ke
Tanah Air.

Sebelumnya, WIKA menggandeng perusahaan lokal Libya, Solar Sahara Investment untuk mengerjakan
mall yang nilainya Rp 104,4 miliar atau setara dengan USD 11,6 juta. Proyek kerjasama dengan mitra
Libya itu mempekerjakan sekitar 500 orang, di mana 300 diantara pekerjanya warga negara Libya

Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan.

Perbedaan dalam nilai atau persepsi.


Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan persepsi yang bisa
mengarah ke timbulnya konflik.

Kompetisi (persaingan) yang tidak sehat.

Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga sebelumnya. Sabotase
seringkali digunakan dalam permainan politik dalam internal organisasi atau dengan pihak eksternal.

2.5 Penyelesaian konflik di dalam WIKA

Berdasarkan beberapa konflik yang terjadi di dalam organisasi WIKA pada penjelasan di atas. Maka hal-
hal yang dilakukan untuk menghindari juga untuk menyelesaikan masalah yang terjadi adalah dengan
melakukan instropeksi diri dengan mencari kesalahan yang mungkin disebabkan ego pribadi. Kalau kedua
pihak saling merasa yang paling benar akan menyulitkan bagi keutuhan organisasi.

Juga melalui penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak
memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi
memuaskan.

Kompromi, setiap pihak tidak memaksakan kehendak walaupun mungkin mereka anggap baik.
Menerima usul dari anggota lain dengan lapang dada. Jika mengambil posisi sebagai pimpinan dan ada
banyak perbedaan pendapat dari bawahan, sebaiknya melakukan sedikit otoriter dengan mengambil
pendapat yang paling logis dan mengacuhkan sisanya.

PLANING (Perencanaan)

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-
cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran
dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu perusahaan konstruksi di Indonesia. Dari hasil
nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en
Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir
dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.

Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi pemborong pemasangan
jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi. Di awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya
menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan.
ORGANIZING (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal , mengelompokkan dan
mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara organisasi agar tujuan organisasi dapat
dicapai dengan efisien.

ACTUATING (Penggerakkan)

Actuating dalam kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi perilaku
bawahan sehingga bawahan tersebut mau bekerjasama secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Pertumbuhan WIKA tidak lepas dari peran kepemimpinan yang baik. Sebagai perusahaan infrastruktur
terintegrasi yang kuat semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan sukses dalam
melaksanakan penawaran saham perdana. Perolehan dana segar dipergunakan untuk mendukung
pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan oleh WIKA. Posisi WIKA menjadi kuat, dimana saat itu krisis
ekonomi dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Struktur permodalan yang kuat
sangat mendukung WIKA dalam meluaskan operasinya ke luar negeri.

Berkat strategi yang matang, WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang meliputi
konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung), Mekanikal elektrikal, Industri Beton Pra
cetak, Real Estate dan Industri Lainnya yang ke depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan
Engineering Procurement Construction (EPC) dan Investasi.

CONTROLLING (Pengawasan)

Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan
mengambil tindakan-tindakan korektif, bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan
rencana.

Dalam hal ini di PT WIKA, setiap bagian memiliki supervisor-nya tersendiri untuk melakukan fungsi
controlling. Prosedur pengawasan dalam PT WIKA relatif sama dengan organisasi atau perusahaan lain
yaitu;

Menetapkan standar untuk pengawasan.

Meneliti, memeriksa, dan menilai hasil yang dapat dicapai.

Membandingkan hasil dengan standar.

Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan koreksi.


BAB III

KESIMPULAN

PT.Wijaya Karya yang sudah berdiri selama lebih dari 40 tahun merupakan suatu kesuksesan yang
mencerminkan komitmen tinggi dan usaha kerjakeras. Memasuki abad ke 21, WIKA berusaha keras
meningkatkan kinerja di setiap aspek, dimulai dari manjemen, sumber daya manusia yang tersusun guna
menghasilkan inovasi dan teknologi.

Seiring dengan tantangan yang dihadapi oleh WIKA yang semakin luas, maka WIKA memiliki visi baru
yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering Procurement dan
Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, WIKA memegang teguh motto “Spirit of Innovation” dan mengoptimalkan nilai-nilai
perusahaan yang berdasarkan pada komitmen, inovasi, keseimbangan, hasil terbaik, hubungan yang
baik, kerjasama, dan integritas

Anda mungkin juga menyukai