Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENILAIAN KASUS ORGANISASI KINERJA

PADA PT WIJAYA KARYA

DODDY MARCELLO SAHETAPY

2012 10 286

STIEM BONGAYA

MAKASSAR

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang organisasi pada PT. Wijaya Karya

(WIKA) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan

juga kami berterima kasih pada Ibu Erna Kustyarini selaku Dosen mata

kuliah teori organisasi umum 2 yang telah memberikan tugas ini kepada

kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang

ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi

barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh

sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak

ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna

bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami

mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan

dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar

belakang…………………………………………………………………………3

1.2 Tujuan

penulisan…………………………………………………………………………3

1.3 Rumusan

masalah…………………………………………………………………………3

1.4 Metode

Penulisan…………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah PT.Wijaya Karya (WIKA)

…………………………………………………………………………..4

2.2 Struktur organisasi

WIKA……………………………………………………………………………5

2.3 Tata kelola perusahaan

WIKA………………………………………………………………………………

2.4 Konflik yang terjadi pada

WIKA……………………………………………………………………………6

2.5 Penyelesaian konflik di dalam

WIKA…………………………………………………..7

BAB III

KESIMPULAN……………………………………………………………………8

DAFTAR

PUSTAKA……………………………………………………………………9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kemajuan teknologi dari masa ke masa sangat berkembang pesat

salah satunya di bidang konstruksi. Perkembangan ini dapat dilihat dari

pembangunan jembatan Suramadu, sebuah proyek prestisius yang

menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura. Kini proyek tersebut

telah dirasakan oleh masyarakat luas

Proyek besar tersebut diselesaikan oleh beberapa perusahaan, salah

satunya adalah PT. Wijaya Karya, perusahaan yang di sepanjang tahun

2012 juga berhasil menuntaskan proyek power plant yang terdiri dari:

Pembangkit Listrik Tenaga Gas Borang, 60MW, Pembangkit Listrik

Tenaga Mesin Gas Rengat, 21MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Ambon, 34MW.  Hal inilah yang ingin kami ketahui lebih lanjut mengenai

organisasi pada PT. Wijaya Karya.

1.2  Rumusan Masalah

Pada makalah ini, kami membatasi pada masalah-masalah berikut:

1. Konflik yang terjadi pada WIKA

2. Penyelesaian konflik di dalam WIKA

1.3  Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas tentang konflik

apa saja yang terjadi pada WIKA dan bagaimana cara penyelesaian

konflik yang terjadi pada WIKA

1.4  Metode Penulisan

Metode penelitian yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini

adalah dengan metode pustaka dan wawancara. Narasumber yang kami

pilih adalah salah satu karyawan dari PT.Wijaya Karya.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Sejarah PT.Wijaya Karya (WIKA)

WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda

bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en

Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan

nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha

WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada

awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek

pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka

penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan

Asian Games ke-4 di Jakarta.

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada

saat itu nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah

menjadi PT Wijaya Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah

kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti

pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan

divisi dengan dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum,

Divisi Bangunan Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan
Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan.

Proyek yang ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung

Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Selain itu, semakin

berkembangnya anak-anak perusahaan di sektor industri konstruksi

membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi dan

bersinergi.

2.2  Struktur Organisasi WIKA

2.3  Tata kelola perusahaan WIKA

Untuk mencapai tujuan perusahaan, tidak ada lain kecuali

komitmen yang tinggi untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG

(Tata Kelola Perusahaan yang Baik)  pada semua organ dan jenjang

organisasi secara terencana, terarah, dan terukur sedemikian rupa


sehingga penerapan GCG dapat berlangsung secara konsisten dan

sesuai dengan praktik-praktik terbaik penerapan GCG.

Untuk itu WIKA dengan dukungan seluruh elemen keorganisasian mulai

dari RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, hingga Karyawan, senantiasa

berkomitmen untuk terus membangun sistem, struktur, dan kultur

manajemen dan organisasi yang berbasis pada nilai-nilai keterbukaan,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kesetaraan/ keadilan.

Penerapan prinsip-prinsip GCG tercermin pada hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan

Direksi.

2. Pembentukan Komite-komite yang membantu peran pengawasan

Dewan Komisaris.

3. Keterbukaan informasi secara penuh sesuai dengan ketentuan

sebagai Perusahaan Publik dan Perusahaan Tercatat.

4. Penerapan Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal.

5. Sosialisasi GCG secara berkelanjutan.

6. Assesment penerapan GCG sebagai sarana untuk mengetahui

kinerja dan peningkatan implementasi GCG.

7. Berbagai aktivitas lain yang mendukung terbentuknya Good

Governance.

8. Disentralisasi pengadaan barang dan jasa.

9. Sentralisasi keuangan.

10. Sistem rekrutmen SDM.


2.4  Konflik yang terjadi pada WIKA

          Meskipun di dalam organisasi WIKA memiliki komitmen, integritas,

dan juga hubungan yang baik antar pihak, timbulnya konflik tentu tetap

tidak dapat dihindari. Beberapa alasan adanya konflik di dalam

organiasasi ini adalah:

1. Perbedaan dalam tujuan.

Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian

yang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari

berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat  menimbulkan

adanya konflik.

Sebagai contoh Seperti diketahui, pada 2011 lalu, WIKA telah

menghentikan proyek pembangunan mall senilai USD 11,5 juta di Libya.

Adanya konflik yang tak kunjung reda menyebabkan WIKA kesulitan untuk

menyelesaikan proyek tersebut, alhasil WIKA menghentikan proyek

tersebut dan mengevakuasi pekerjanya untuk kembali ke Tanah Air.

Sebelumnya, WIKA menggandeng perusahaan lokal Libya, Solar Sahara

Investment untuk mengerjakan mall yang nilainya Rp 104,4 miliar atau

setara dengan USD 11,6 juta. Proyek kerjasama dengan mitra Libya itu

mempekerjakan sekitar 500 orang, di mana 300 diantara pekerjanya

warga negara Libya


1. Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan.

1. Perbedaan dalam nilai atau persepsi.

Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam

sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik.

1. Kompetisi (persaingan) yang tidak sehat.

Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga

sebelumnya. Sabotase seringkali digunakan dalam permainan politik

dalam internal organisasi atau dengan pihak eksternal.

2.5  Penyelesaian konflik di dalam WIKA

Berdasarkan beberapa konflik yang terjadi di dalam

organisasi WIKA pada penjelasan di atas. Maka hal-hal yang dilakukan

untuk menghindari juga untuk menyelesaikan masalah yang terjadi adalah

dengan melakukan instropeksi diri dengan mencari kesalahan yang

mungkin disebabkan ego pribadi. Kalau kedua pihak saling merasa yang

paling benar akan menyulitkan bagi keutuhan organisasi.

Juga melalui penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan

kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu.

Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.


Kompromi, setiap pihak tidak memaksakan kehendak walaupun mungkin

mereka anggap baik. Menerima usul dari anggota lain dengan lapang

dada. Jika mengambil posisi sebagai pimpinan dan ada banyak

perbedaan pendapat dari bawahan, sebaiknya melakukan sedikit otoriter

dengan mengambil pendapat yang paling logis dan mengacuhkan

sisanya.

PLANING (Perencanaan)

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan

yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan

organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,

prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu perusahaan

konstruksi di Indonesia. Dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda,

Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf

Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2

Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga

Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama

Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.


Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang

menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah,

menengah, dan tinggi. Di awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya

menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan.

ORGANIZING (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur

formal , mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau

pekerjaan diantara organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai

dengan efisien.

ACTUATING (Penggerakkan)

Actuating dalam kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin

dapat mempengaruhi perilaku bawahan sehingga bawahan tersebut mau

bekerjasama secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Pertumbuhan WIKA tidak lepas dari peran kepemimpinan yang baik.

Sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi yang kuat semakin

mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan sukses dalam

melaksanakan penawaran saham perdana. Perolehan dana segar


dipergunakan untuk mendukung pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan

oleh WIKA. Posisi WIKA menjadi kuat, dimana saat itu krisis ekonomi

dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Struktur

permodalan yang kuat sangat mendukung WIKA dalam meluaskan

operasinya ke luar negeri.

Berkat strategi yang matang, WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business

Unit (SBU) yang meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi

Bangunan Gedung), Mekanikal elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real

Estate dan Industri Lainnya yang ke depannya akan semakin terintegrasi

menjadi perusahaan Engineering Procurement Construction (EPC) dan

Investasi.

CONTROLLING (Pengawasan)

Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai,

mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tindakan

korektif, bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan

rencana.

Dalam hal ini di PT WIKA, setiap bagian memiliki supervisor-nya tersendiri

untuk melakukan fungsi controlling. Prosedur pengawasan dalam PT

WIKA relatif sama dengan organisasi atau perusahaan lain yaitu;


 Menetapkan standar untuk pengawasan.

 Meneliti, memeriksa, dan menilai hasil yang dapat dicapai.

 Membandingkan hasil dengan standar.

 Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan koreksi.

BAB III

KESIMPULAN
 

PT.Wijaya Karya yang sudah berdiri selama lebih dari 40 tahun

merupakan suatu kesuksesan yang mencerminkan komitmen tinggi dan

usaha kerjakeras. Memasuki abad ke 21, WIKA berusaha keras

meningkatkan kinerja di setiap aspek, dimulai dari manjemen, sumber

daya manusia yang tersusun guna menghasilkan inovasi dan teknologi.

Seiring dengan tantangan yang dihadapi oleh WIKA yang semakin luas,

maka WIKA memiliki visi baru yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu

perusahaan terbaik di bidang Engineering Procurement dan Construction

(EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, WIKA memegang teguh motto “Spirit of Innovation” dan

mengoptimalkan nilai-nilai perusahaan yang berdasarkan pada komitmen,

inovasi, keseimbangan, hasil terbaik, hubungan yang baik, kerjasama, dan

integritas.
 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.wika.co.id/id/company-info/who-we-are/

http://www.wika.co.id/id/company-info/corporate-organization/

Anda mungkin juga menyukai