Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN PADA PT Wijaya Karya.

WIKA
Berdasarkan Laporan Tahunan 2020

diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Management akuntansi


Dosen Pengampu :
KRISNALDY SE,SMi

disusun oleh :

Siti Zaitun Yunita 191010550702

JURUSAN MANAJEMENT AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2020

I
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kemajuan teknologi dari masa ke masa sangat berkembang pesat salah satunya di
bidang konstruksi. Perkembangan ini dapat dilihat dari pembangunan jembatan
Suramadu, sebuah proyek prestisius yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau
Madura. Kini proyek tersebut telah dirasakan oleh masyarakat luas

Proyek besar tersebut diselesaikan oleh beberapa perusahaan, salah satunya adalah
PT. Wijaya Karya, perusahaan yang di sepanjang tahun 2012 juga berhasil
menuntaskan proyek power plant yang terdiri dari: Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Borang, 60MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Rengat, 21MW, Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel Ambon, 34MW.  Hal inilah yang ingin kami ketahui lebih
lanjut mengenai organisasi pada PT. Wijaya Karya.

1.2  Rumusan Masalah


Pada makalah ini, kami membatasi pada masalah-masalah berikut:

1. Konflik yang terjadi pada WIKA


2. Penyelesaian konflik di dalam WIKA
1.3  Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas tentang konflik apa saja yang
terjadi pada WIKA dan bagaimana cara penyelesaian konflik yang terjadi pada
WIKA

 
1.4  Metode Penulisan
Metode penelitian yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini adalah dengan
metode pustaka dan wawancara. Narasumber yang kami pilih adalah salah satu
karyawan dari PT.Wijaya Karya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
 
2.1  Sejarah PT.Wijaya Karya (WIKA)
WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze
Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV
Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960,
dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA
pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa
1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek pembangunan Gelanggang Olah
Raga Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan Games of the New Emerging
Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama
Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya.
WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan
menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan
dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan
dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan
Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi
Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu
diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek Bangunan dan
Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak perusahaan di sektor industri
konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi dan
bersinergi.

2
2.2  Struktur Organisasi WIKA

2.3  Tata kelola perusahaan WIKA


Untuk mencapai tujuan perusahaan, tidak ada lain kecuali komitmen yang tinggi
untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG (Tata Kelola Perusahaan yang
Baik)  pada semua organ dan jenjang organisasi secara terencana, terarah, dan terukur
sedemikian rupa sehingga penerapan GCG dapat berlangsung secara konsisten dan
sesuai dengan praktik-praktik terbaik penerapan GCG.

Untuk itu WIKA dengan dukungan seluruh elemen keorganisasian mulai dari RUPS,
Dewan Komisaris, Direksi, hingga Karyawan, senantiasa berkomitmen untuk terus
membangun sistem, struktur, dan kultur manajemen dan organisasi yang berbasis
pada nilai-nilai keterbukaan, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan
kesetaraan/ keadilan.

Penerapan prinsip-prinsip GCG tercermin pada hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.


2. Pembentukan Komite-komite yang membantu peran pengawasan Dewan
Komisaris.
3. Keterbukaan informasi secara penuh sesuai dengan ketentuan sebagai
Perusahaan Publik dan Perusahaan Tercatat.
4. Penerapan Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal.
5. Sosialisasi GCG secara berkelanjutan.
6. Assesment penerapan GCG sebagai sarana untuk mengetahui kinerja dan
peningkatan implementasi GCG.
7. Berbagai aktivitas lain yang mendukung terbentuknya Good Governance.

3
8. Disentralisasi pengadaan barang dan jasa.
9. Sentralisasi keuangan.
10. Sistem rekrutmen SDM.
2.4  Konflik yang terjadi pada WIKA
          Meskipun di dalam organisasi WIKA memiliki komitmen, integritas, dan juga
hubungan yang baik antar pihak, timbulnya konflik tentu tetap tidak dapat dihindari.
Beberapa alasan adanya konflik di dalam organiasasi ini adalah:
1. Perbedaan dalam tujuan.
Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini
kalau kurang adanya koordinasi dapat  menimbulkan adanya konflik.

Sebagai contoh Seperti diketahui, pada 2011 lalu, WIKA telah menghentikan proyek
pembangunan mall senilai USD 11,5 juta di Libya.
Adanya konflik yang tak kunjung reda menyebabkan WIKA kesulitan untuk
menyelesaikan proyek tersebut, alhasil WIKA menghentikan proyek tersebut dan
mengevakuasi pekerjanya untuk kembali ke Tanah Air.

Sebelumnya, WIKA menggandeng perusahaan lokal Libya, Solar Sahara Investment


untuk mengerjakan mall yang nilainya Rp 104,4 miliar atau setara dengan USD 11,6
juta. Proyek kerjasama dengan mitra Libya itu mempekerjakan sekitar 500 orang, di
mana 300 diantara pekerjanya warga negara Libya

1. Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan.


1. Perbedaan dalam nilai atau persepsi.
Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan
persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik.

1. Kompetisi (persaingan) yang tidak sehat.


Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Sabotase seringkali digunakan dalam permainan politik dalam internal
organisasi atau dengan pihak eksternal.

2.5  Penyelesaian konflik di dalam WIKA


Berdasarkan beberapa konflik yang terjadi di dalam organisasi WIKA pada
penjelasan di atas. Maka hal-hal yang dilakukan untuk menghindari juga untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi adalah dengan melakukan instropeksi diri
dengan mencari kesalahan yang mungkin disebabkan ego pribadi. Kalau kedua pihak
saling merasa yang paling benar akan menyulitkan bagi keutuhan organisasi.

4
Juga melalui penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok
damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok
berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

Kompromi, setiap pihak tidak memaksakan kehendak walaupun mungkin mereka


anggap baik. Menerima usul dari anggota lain dengan lapang dada. Jika mengambil
posisi sebagai pimpinan dan ada banyak perbedaan pendapat dari bawahan, sebaiknya
melakukan sedikit otoriter dengan mengambil pendapat yang paling logis dan
mengacuhkan sisanya.

PLANING (Perencanaan)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan
dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan (planning)
adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu perusahaan konstruksi di
Indonesia. Dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap
Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA
lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.

Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi


pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi. Di
awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor sipil
dan bangunan perumahan.

 
ORGANIZING (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal ,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara
organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.

5
ACTUATING (Penggerakkan)
Actuating dalam kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat
mempengaruhi perilaku bawahan sehingga bawahan tersebut mau bekerjasama secara
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Pertumbuhan WIKA tidak lepas dari peran kepemimpinan yang baik. Sebagai
perusahaan infrastruktur terintegrasi yang kuat semakin mendapat pengakuan dari
berbagai pihak. Perseroan sukses dalam melaksanakan penawaran saham perdana.
Perolehan dana segar dipergunakan untuk mendukung pertumbuhan dan inovasi yang
dilakukan oleh WIKA. Posisi WIKA menjadi kuat, dimana saat itu krisis ekonomi
dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Struktur permodalan yang
kuat sangat mendukung WIKA dalam meluaskan operasinya ke luar negeri.

Berkat strategi yang matang, WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit
(SBU) yang meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung),
Mekanikal elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real Estate dan Industri Lainnya yang
ke depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan Engineering Procurement
Construction (EPC) dan Investasi. 

CONTROLLING (Pengawasan)
Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi
atasannya, dan mengambil tindakan-tindakan korektif, bila diperlukan, untuk
menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.

Dalam hal ini di PT WIKA, setiap bagian memiliki supervisor-nya tersendiri untuk
melakukan fungsi controlling. Prosedur pengawasan dalam PT WIKA relatif sama
dengan organisasi atau perusahaan lain yaitu;

 Menetapkan standar untuk pengawasan.


 Meneliti, memeriksa, dan menilai hasil yang dapat dicapai.
 Membandingkan hasil dengan standar.
 Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan koreksi.
 
 

6
BAB III
KESIMPULAN
 
PT.Wijaya Karya yang sudah berdiri selama lebih dari 40 tahun merupakan suatu
kesuksesan yang mencerminkan komitmen tinggi dan usaha kerjakeras. Memasuki
abad ke 21, WIKA berusaha keras meningkatkan kinerja di setiap aspek, dimulai dari
manjemen, sumber daya manusia yang tersusun guna menghasilkan inovasi dan
teknologi.

Seiring dengan tantangan yang dihadapi oleh WIKA yang semakin luas, maka WIKA
memiliki visi baru yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan terbaik di
bidang Engineering Procurement dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di
Asia Tenggara.

Oleh karena itu, WIKA memegang teguh motto “Spirit of Innovation” dan
mengoptimalkan nilai-nilai perusahaan yang berdasarkan pada komitmen, inovasi,
keseimbangan, hasil terbaik, hubungan yang baik, kerjasama, dan integritas.

7
DAFTAR PUSTAKA
 
http://www.wika.co.id/id/company-info/who-we-are/
http://www.wika.co.id/id/company-info/corporate-organization/
 

Anda mungkin juga menyukai