Referat Herpes Zoster Oftalmikus
Referat Herpes Zoster Oftalmikus
PENDAHULUAN
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf
trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit dan organ
mata1
diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus.2 Penyakit ini cukup berbahaya karena
dapat menimbulkan penurunan visus. Infeksi herpes zoster biasanya terjadi pada
pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity pada umumnya menurun
seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang mengalami penurunan system
(HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi dengan imunosupresif dan pada usia tua.3
daerah dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel,
dapat mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks. 4 Bila
Jika saraf ini tidak terkena maka resiko komplikasi pada mata hanya sekitar 3,4%.
1
Manifestasi herpes zoster oftalmikus antara lain sakit mata, mata merah,
penurunan visus dan mata berair. Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat dari
manifestasi nyeri dan gambaran ruam dermatom serta adanya riwayat menderita cacar
komplikasi mata seperti keratitis, iritis dan iridosiklitis dapat diberikan steroid topical
dan siklopegik. Pengobatan akan optimal bila dimulai dalam 72 jam dari onset ruam
kulit.2
1.2 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri
dan raba pada daerah inervasi N. V (daerah muka dan bagian ventral calvaria),
pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi otot
rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigi-
gigi rahang atas, sementara m. Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi dengan
mudah.
persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang
tersebut berasal nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang
Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher dan
3
trigeminus muncul dari pons, dekat dengan batas sebelah atas dengan radiks motorik
kecil yang terletak di depan dan radiks sensorik besar yang terletak di medial.
Nervus trigeminus dinamai saraf tiga serangkai sebab terdiri atas tiga cabang (rami)
utama yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut adalah:
1. Nervus oftalmikus, yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus
paranasalis dan sebagian dari selaput lendir hidung. Saraf ini memasuki
4
dari bagian atas ganglion semilunar sebagai berkas yang pendek dan rata
nasociliaris.6
2. Nervus maksilaris, yang mensarafi rahang atas serta gigi-gigi rahang atas,
bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maxillaries dan selaput lendir
5
Gambar : Percabangan dari Ganglion Gasseri
internus dan selaput otak. Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui
unipolar.6
mengincervasi gigi dan gingiva rahang bawah, kulit pada regio temporal,
6
Gambar Nervus Mandibularis dan Distribusinya
II.2.1 Definisi
Herpes zoster merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh Human Herpes
Virus 3 (Varisela Zoster Virus), virus yang sama menyebabkan varisela (chicken
pox). Virus ini termasuk dalam famili Herpes viridae, seperti Herpes Simplex,
Zoster Virus (VZV) pada Nervus Trigeminal (N.V). Semua cabang dari nervus
tersebut bisa terpengaruh, dan cabang frontal divisi pertama N.V merupakan yang
7
paling umum terlibat. Cabang ini menginervasi hampir semua struktur okular dan
periokular.2
infiltratif disertai dengan erupsi vesikuler yang khas sepanjang penyebaran dermatom
palpebra mirip lesi kulit di tempat lain, bisa timbul di tepi palpebra ataupun palpebra
Lesi kornea pada HZO sering disertai keratouveitis yang bervariasi beratnya,
sesuai dengan status kekebalan pasien. Keratouveitis pada anak umumnya tergolong
jinak, pada orang dewasa tergolong penyakit berat, dan kadang-kadang berakibat
kebutaan.4
II.2.2. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di
dalam ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui sternus
8
sensori ke tepi ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten.
Varicella zoster, yaitu suatu virus rantai ganda DNA anggota famili virus herpes yang
lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seorang yang sedang
Apabila terdapat rangsangan tersebut, virus varicella zoster aktif kembali dan terjadi
saraf pada kulit atau mukosa mulut dan mata, dan mengadakan replikasi setempat
II.2.3. Morfologi
embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit.
Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel
penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap
virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau
imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput yang disebabkan oleh virus.
II.2.4. Epidemiologi
dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat
9
varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang
menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang
II.2.5. Insidensi
Faktor predisposisi timbulnya herpes zoster oftalmikus ini terbagi dua yaitu faktor
kondisi penurunan dan faktor reaktivasi. Pada kondisi penurunan imun, diantaranya
adalah usia tua, HIV, Kanker dengan penggunaan kemoterapi, penggunaan steroid
lama. Sedangkan pada faktor reaktivasi adalah trauma lokal, drmam, sinar UV, udara
dingin, penyakit sistemik, stres dan emosi. Faktor predisposisi tidak selalu
II.2.7. Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kraniali. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah
persarafan dang ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion
motorik.
10
Seperti herpes virus lainnya, VZV (varicella zoster virus) menyebabkan
infeksi primer (varisela/cacar air) dan sebagian lagi bersifat laten, dan ada kalanya
primer VZV menular ketika kontak langsung dengan lesi kulit VZV atau sekresi
pernapasan melalui droplet udara. Infeksi VZV biasanya merupakan infeksi yang self-
limited pada anak-anak, dan jarang terjadi dalam waktu yang lama, sedangkan pada
Pada anak-anak, infeksi VZV ini ditandai dengan adanya demam, malaise,
dermatitis vesikuler selama 7-10 hari, kecuali pada infeksi primer yang mengenai
mata (berupa vesikel kelopak mata dan konjungtivitis vesikuler). VZV laten
hari. HZO timbul akibat infeksi N.V1. Kondisi ini akibat reaktivasi VZV yang
Varisela zoster adalah virus DNA yang termasuk dalam famili Herpes viridae.
Selama infeksi, virus varisela berreplikasi secara efisien dalam sel ganglion.
Bagaimanapun, jumlah VZV yang laten per sel terlalu sedikit untuk menentukan tipe
sel apa yang terkena. Imunitas spesifik sel mediated VZV bertindak untuk membatasi
11
Gambar : Patogenesis virus dalam sel target penderita.
Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang
menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang N. V. Hal
ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus pada berbagai jaringan.
Walaupun sulit dimengerti, penyebaran dermatom pada N. V dan daerah torak paling
banyak terkena.6,7
Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan akhirnya
akan mengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal sebagai tanda
Hutchinson), yang merupakan indikasi untuk resiko lebih tinggi terkena gannguan
12
penglihatan. Dalam suatu studi, 76% pasien dengan tanda Hutchinson mempunyai
gangguan penglihatan.
varisela beberapa waktu sebelumnya. Dapat terjadi demam atau malaise dan rasa
nyeri yang biasanya berkurang setelah timbulnya erupsi kulit, tetapi rasa nyeri ini
zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa. Herpes zoster
biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu rasa gatal,
sakit yang menusuk, parastesi dan gejala-gejala terbakar serta sensitivitas muncul di
4,6,7,8
sepanjang lintasan syaraf yang terkena.
13
Pada awal terjadinya infeksi, seseorang akan mengalami fase prodromal
dengan gejala- gejala seperti nyeri lateral sampai mengenai mata, demam, malaise,
sakit kepala, serta kaku kuduk. Gejala-gejala di atas terjadi pada 5 % penderita,
terutama pada anak-anak, dan timbul 1 - 2 hari sebelum terjadi erupsi. Kemudian
disusul gejala yang timbul yaitu masa erupsi. Akan timbul gejala dermatitis, nyeri
pada mata, lakrimasi, perubahan visus, mata merah unilateral, dan bisa terjadi defek
Gejala tersebut muncul secara spesifik. Berikut akan dijabarkan organ-organ yang
1. Kulit
Herpes zoster dikarakteristik oleh sakit dan sensasi lokal kulit lain (seperti
terbakar, geli, dan gatal), sakit kepala, tidak enak badan dan (paling sering)
demam, biasanya muncul ruam zoster (2–3 hari). Ruam menyebar ke seluruh kulit
yang terkena, berkembang menjadi papula, vesikel (3-5 hari) dan tahap krusta (7-
10 hari), memerlukan 2-4 minggu untuk sembuh. Lesi baru berlanjut muncul
untuk beberapa hari. Kelainan kulit hanya setempat dan hanya mengenai sebelah
bagian tubuh saja, yaitu terbatas hanya pada daerah kulit yang dipersyarafi oleh
satu syaraf sensorik. Syaraf yang paling sering terkena adalah C3, T5, L1, dan L2,
14
Gambar : Ruam Kulit pada Herpes Zoster Ophtalmicus
2. Rongga Mulut
nyeri yang hebat, kadang-kadang rasa sakitnya seperti rasa sakit pulpitis sehingga
sering salah diagnosa. Lesi diawali oleh vesikel unilateral yang kemudian dengan
cepat pecah membentuk erosi atau ulserasi dengan bentuk yang tidak teratur.4
Pada mukosa rongga mulut, vesikel hanya terdapat pada satu dari divisi nervus
eritema, akhiran yang kasar pada midline. Vesikel bernanah dan bentuk pustula
selama 3 sampai 4 hari.15,17 Apabila cabang kedua dan ketiga nervus trigeminal
terlibat, maka akan muncul lesi-lesi di rongga mulut secara unilateral. Jika cabang
kedua (nervus maksilaris) terlibat maka lokasi yang dikenai adalah palatum, bibir
dan mukosa bibir atas. Jika cabang ketiga (nervus mandibula) terlibat, lokasi yang
dikenai adalah lidah, mukosa pipi, bibir dan mukosa bibir bawah.4 Lesi-lesi
intraoral adalah vesikuler dan ulseratif dengan tepi meradang dan merah sekali.
Perdarahan adalah biasa. Bibir, lidah, dan mukosa pipi dapat terkena lesi ulseratif
15
unilateral jika mengenai cabang mandibuler dari saraf trigeminus. Keterlibatan
divisi kedua dari saraf trigeminus secara khas akan mengakibatkan ulserasi
palatum unilateral yang meluas ke atas, tetapi tidak keluar dari raphe palatum.1,4,8
tersebar di epitel kornea yang dengan cepat sekali melibatkan stroma. Bila infeksi
mengenai jaringan mata yang lebih dalam dapt menimbulkan iridosiklitis disertai
3. Mata
a. Palpebra
HZO sering mengenai kelopak mata. Hal ini ditandai dengan adanya
16
akan memiliki lesi vesikuler pada kelopak mata, ptosis, disertai edema
dan inflamasi. Lesi pada palpebra mirip lesi kulit di tempat lain.
b. Konjungtiva
17
c. Sklera
Skleritis atau episkleritis mungkin berupa nodul atau difus yang biasa
d. Kornea
nyeri, fotosensitif, dan gangguan visus. Hal ini terjadi jika terdapat
uvea anterior pada awalnya, lesi epitelnya keruh dan amorf, kecuali
sudah sembuh.7
Multipel, lesi vocal dengan fluoresen atau rose Bengal. Lesi ini
18
kronik bisa menyerang vaskularisasi, keratopati, penipisan kornea dan
astigmatisme.
19
e. Traktus uvea
f. Retina
Tidak sulit mendiagnosis herpes zoster oftalmikus, karena bentuk khas yaitu
perjalanan pada nervus trigeminus. Namun bisa juga dibandingkan dengan beberapa
penyakit. Diagnosis banding herpes zoster oftalmikus antara lain bell’s palsy, luka
cacar air, manifestasi nyeri dan gambaran ruam kulit seperti vesikel dengan
karakteristik distribusi sesuai dermatom. Jika gambaran lesi kulit tidak begitu jelas
reaction (PCR) adalah tekhnik pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik karena
dapat mendeteksi varicella-zoster virus DNA yang terdapat dalam cairan vesikel.
20
Kultur virus juga dapat dilakukan namun sensitifitasnya rendah. Pemeriksaan lain
II.2.11. Penatalaksanaan
Strategi pengobatan pada infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu antivirus,
kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesic yang adekuat. Jika tidak diobati
dengan adekuat dapat terjadi kerusakan permanen pada mata termasuk inflamasi yang
kronik, nyeri yang mengganggu (neuralgia pasca herpes) dan hilangnya tajam
pengelihatan.7,8
dan mengurangi neuralgia pasca herpetic jika dimulai dalam 72 jam onset
ruam. Yang sering digunakan adalah asiklovir 5x800 mg perhari selama 7 hari
diikuti 2-3 minggu kemudian.6,7,8 Jika kondisi pasien berat dianjurkan dirawat
dan diberikan terapi asiklovir 5-10 mg/kgBB IV 8 jam selama 8-10 hari.
2. Lesi kulit dapat diobati dengan kompres hangat dan salep antibiotic. Terapi
local untuk lesi pada mata seperti keratitis, iridosiklitis, dan skleritis dapat
21
3. Pemberian kortikosteroid diberikan sebagai pencegahan komplikasi-
yang sering digunakan adalah prednisone dengan dosis 20-60 mg per hari
dalam dosis tebagi 2-4 selama 2-3 minggu dan dilakukan tapering off bila
gejala berkurang terutama pada pasien dengan umur lebih dari 60 tahun.2,5
untuk mengontrol rasa nyeri. Untuk neuralgia pasca herpetik obat yang
sehari. Hari pertama dosisnya 300 mg sehari diberikan sebelum tidur, setiap 3
II.2.12. Komplikasi
2. Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis yang
22
disertai dengan penurunan sensibilitas kornea dan kadang-kadang oedema
3. Kornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk tidak
khas dengan batas yang tidak tegas , tetapi kadang-kadang infiltratnya dapat
menyerupai herpes simplex. Proses yang terjadi pada dasamya berupa keratitis
profunda yang bersifat khronis dan dapat bertahan beberapa minggu setelah
kelainan kulit sembuh. Akibat kekeruhan comea yang terjadi maka visus akan
menurun.
4. Iris. Adanya laesi diujung hidung sangat penting untuk diperhatikan karena
cabang dari n.ophthalmicus yang juga menginervasi daerah iris, corpus ciliaze
glaucoma. Akibat dari iritis ini sering timbul sequele berupa iris atropi yang
biasanya sektoral. Pada beberapa kasus dapat disertai massive iris atropi
dengan injeksi lokal yang dapat timbul beberapa bulan sesudah sembuhnya
23
laesi di kulit. Nodulusnya bersifat khronis, dapat bertahan beberapa bulan,
6. Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N V1, N III dan N IV
totalis dua bulan setelah menderita herpes zoster ophthalmicus. Paralyse dari
sampai tiga minggu setelah gejala permulaan dari zoster dirasakan, walaupun
ada juga yang timbul sebelumnya. Prognosa otot-otot yang pazalyse pada
umumnya baik dan akan kembali normal kira-kira dua bulan kemudian.
8. Neuritis optik. Neuritis optik juga jarang ditemukan; tetapi bila ada dapat
skotoma sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi penurunan visus
II.2.13. Prognosis
tindakan perawatan secara dini. Kesembuhan penyakit ini umunya baik pada dewasa
24
dan anak-anak dengan perawatan secara dini. Prognosis ke arah fungsi vital
komplikasi ke mata sampai kehilangan penglihatan. Jika tidak diberikan terapi secara
tepat, maka dapat terjadi komplikasi yang bisa mengganggu pengelihatan yang
bersifat irreversibel. Prognosis kosmetikum pada mata penderita tersebut baik karena
bengkak dan merah pada mata dapat hilang. Pada kulit dapat menimbulkan makula
hiperpigmentasi atau sikatrik. Gejala sisa yang mungkin masih ada biasanya berupa
25
BAB III
PENUTUP
Herpes zoster ophtalmicus adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sesuai dengan serabut saraf. Pada kasus herpes zoster oftalmikus ganglion yang
Bersifat self limitting disease namun harus diterapi secara tepat untuk mencegah
pemeriksaan oftalmologi
tepat.
26
DAFTAR PUSTAKA
2005-2006.
3.Suwarji H. Infeksi viral dan strategi pengobatan anti viral pada penyakit mata.
Diakses darihttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08InfeksiViral087.pdf.
Oktober 2006.
27