Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN JIWA II
“MENGIDENTIFIKASI KASUS GANGGUAN PSIKOSOSIAL PADA
PASIEN PERILAKU KEKERASAN”
(Fasilitator : Ns. Sasteri Yulianti., M.Kep)

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2


 HASRUL FAUZY (1709MK694)
 LINDAWATI (1709MK697)
 MAHESA BURMA (1709MK698)
 MUH. ISMAIL (1709MK700)
 PAHRUDIN (1709MK702)
 SENAWATI (1709MK703)
 SUDI LESTARI (1709MK704)
 SYAHRI RAFIDA (1709MK705)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2019
SKENARIO
Klien datang ke poliklinik RSJ, menurut keluarga klien mengamuk di
tempat kerja karena beban pekerjaan dan tersinggung oleh atasannya. Perasaan
tersinggung sering menjadi stimulus klien untuk marah dan mengamuk. Saat di
kantor muka klien merah dan tegang, bicara kasar, mengepal, wajah merah dan
tegang. Hasil pengkajian didapatkan bahwa sejak usia 0-2 tahun ia tidak
mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang tidak cukup.
Klien biasa melihat orangtuanya mengekspresikan kemarahan dengan cara
melempar barang. Sehingga kebiasaan tersebut ditiru juga oleh anaknya yang
sering menonton tayangan kekerasan.
METODE TUTORIAL SEVEN JUMP

 STEP 1: Clarifying Unfamiliar Terms (Mengklarifikasi Istilah atau Konsep)


1. Muka merah.
Definisi :
 Muka yang berwarna merah seperti darah karna tersipu, marah, dan
lain-lain.
 Ciri khas dari kemarahan.
 Respon tubuh ketika menghadapi kemarahan.
 Respon tubuh ketika perasaan tidak senang.
 Respon normal tubuh ketika menghadapi stress.
2. Tersinggung.
Definisi :
 Merasa disakiti hatinya & merasa difitnah.
 Tersentuh,terjemah & tersenggol hatinya.
 Merasa disakiti.
 Respon seseorang akan sesuatu yang tidak disenangi, seperti: saat
difitnah dan lain-lain.
3. Stimulus.
Definisi :
 Perangsang organisme tubuh/reseptor lain untuk menjadi aktif.
Menurut psikologi bagian dari respon stimuli yang berhubungan
dengan kelakuan.
 Stimulus adalah perubahan lingkungan eksternal/internal.
4. Kekerasan.
Definisi :
 Menurut KBBI : Stimulus adalah perbuatan seseorang /kelompok
orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik.
 Kekerasan adalah tindakan yang mengacu pada sikap atau perilaku
yang tidak manusiawi.

5. Tegang.
Definisi :
 Suatu tubuh mendapatkan masalah.
 Menurut KBBI : Tegang adalah kencang, kaku, keras dan liat terasa
mencengkang bertentang keras.
6. Marah.
Definisi :
 Menurut KBBI : Marah adalah tanda emosi yang dihasilkan dari
kehidupan manusia.
 Menurut KBBI : Marah artinya sangat tidak senang.
 Marah adalah suatu emosi secara fisik karena merasa tidak senang,
karena dihina, karna diperlakukan tidak sepantasnya.
7. Mengekspresikan.
Definisi :
 Mengungkapkan perasaan dengan anggota tubuh.
 Mengungkapkan gagasan, maksud dan perasaan dengan gerak anggota
badan dan kata-kata.
8. Bicara kasar.
Definisi :
 Mengungkapkan sesuatu dengan tidak sepantasnya .
 Suatu perkataan yang tidak baik.
 Mengungkapkan suara saat emosi.
 Berkata,berbahasa dan bertingkah laku dengan tidak lemah lembut.
9. Kasih sayang.
Definisi :
 Perasaan yang mendalam kepada seseorang.
 Suatu sikap yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
 Rasa simpati dan empati terhadap suatu yang bersifat abstrak.
10.Mengamuk.
Definisi :
 Suatu respon tubuh yang dikeluarkan secara emosional.
 Menyerang secara membabi buta.
 Suatu cara untuk melepas emosi atau amarah.
 Keadaan di mana disaat kita kehilangan kontrol diri.
11.Beban pekerjaan.
Definisi :
 Sejumlah proses/kegiatan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu.
 Suatu yang dirasakan diluar kemampuan pekerjaan untuk melakukan
pekerjaannya.
 Sesuatu yang berat yang dilakukan untuk mendapat sesuatu dari
pekerjaan yang sedang dijadikan sebagai profesi saat itu.

 STEP 2 : Problem Defiition (Mendefinisikan Masalah)


1. Apa penyebab kekerasan ?
2. Bagaimana dia bisa meniru perilaku kekerasan hanya dengan menonton
tayangan kekerasan ?
3. Kenapa beban pekerjaan bisa membuat klien mengamuk ?
4. Apa hubungan tidak mendapat kasih sayang dengan perilaku kekerasan ?
5. Apa yang menyebabkan klien marah ?
6. Apa hubungannya pemenuhan kebutuhan air susu yang tidak cukup dengan
perilaku kekerasan ?
7. Apa gejala dari perilaku kekerasan ?
 STEP 3 : brainstorming (Menjawab Problem Definition)
1. Apa penyebab kekerasan ?
Jawaban :
 Karena beban pekerjaan dan tersinggung oleh atasan.
 Karna tidak mendapat kasih sayang dan biasa melihat tayangan
kekerasan.
2. Bagaimana dia bisa meniru perilaku kekerasan hanya dengan menonton
tayangan kekerasan ?
Jawaban :
 Karena tayangan tersebut sebagai contoh bagi sang anak.
 Karena secara tidak sengaja saat menonton tayangan kekerasan otak
seseorang tersebut menyerap informasi dari tayangan yang ditonton
tersebut.
3. Kenapa beban pekerjaan bisa membuat klien mengamuk ?
Jawaban :
 Karena dia capek dan stress sehingga mengamuk sebagai cara untuk
mengekspresikan kemarahannya.
 Karena beban pekerjaan yang tidak diselesaikan tepat waktu sehingga
seseorang merasa gagal dan marah lalu mengekspresikannya dengan
mengamuk.
4. Apa hubungan tidak mendapat kasih sayang dengan perilaku kekerasan ?
Jawaban :
 Karna ia merasa tidak dihargai.
5. Apa yang menyebabkan klien marah ?
Jawaban :
 Karna tersinggung oleh atasannya.
 Kurang kasih sayang,beban pekerjaan.
6. Apa hubungannya pemenuhan kebutuhan air susu yang tidak cukup dengan
perilaku kekerasan ?
Jawaban :
 Karena kekurangan air susu bisa menyebabkan sikap agresif sehingga
menyebabkan perilaku kekerasan.
7. Apa gejala dari perilaku kekerasan ?
Jawaban :
 Mukanya kemerahan.
 Fisik seperti : muka merah, tegang, dan tangan mengepal.
 Perilaku seperti : mengamuk, dan bicara kasar.
 STEP 4 : Analyzing the Problem (memnghubungkan berbagai ide untuk
mengidentifikasi topik/informasi harus dicari faktanya atau refrensi dan
dipelajari secara mendaalam)

Penyebab :
Beban pekerjaan, sejak usia 0-2 tahun kurang
mendapatkan kasih sayang, kebutuhan ASI yang
tidak cukup, sering menonton tayangan kekerasan
cucku

Akibat :
Perilaku kekerasan

Tanda dan gejala :


Mengamuk, marah, muka merah, tangan
mengepal, tegang, dan bicara kasar

 STEP 5 : Formulating Learning Issues (Menentukan Tujuan


Pembelajaran/Learning Objective)
1. Untuk mengetahui diagnose kasus.
2. Untuk mengetahui definisi perilaku kekerasan.
3. Untuk mengetahui rentang respon perilaku kekerasan.
4. Untuk mengetahui etiologi perilaku kekerasan.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala perilaku keekerasan.
6. Untuk mengetahui pohon masalah perilaku kekerasan.
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan perilaku kekerasan.
8. Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap perilaku kekerasan.

 STEP 6 : Self Study (Belajar Mandiri)


Pada tahap ini adalah proses mencari informasi atau menyusun informasi
baru melalui evidence based terhadap permasalahan yang ada pada skenario
melalui text book, jurnal, internet, kuliah, konsultasi, pakar, dan lain-lain.

 STEP 7 : Reporting (Mensintesis atau Menguji Informasi Baru)

1. DIAGNOSA BERDASARKAN KASUS DI ATAS :


PERILAKU KEKERASAN.
2. DEFINISI PERILAKU KEKERASAN :
 Sumber : Askep Piskiatri Berbasis Klinik : Ali Mustofa .
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk berilaku yg bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun pisikologis. Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat di lakukan secara perbal, di
arahkan pada diri sendiri , org lain dan lingkungan.
 Sumber : NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8, No 1,Juni 2012 :65-
73).
Perilaku kekerasan merupakan ekspresi kekuatan fisik dengan
menyerang diri sendiri atau orang lain, serta pemaksaan keinginan
seseorang kepada orang lain (Townsend, 2009).
 Sumber : Jurnal Asuhan Keperawatan Jiwa, Yanuar Adi Nugroho,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, (2017)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Dermawan dan Rusdi 2013).

3. RENTANG RESPON PERILAKU KEKERASAN :


ResponAdaftif Respon
Sumber : Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhrifah Maladaftif &
Damaiyanti
Iskandar (2014).
Gambar rentang respon perilaku kekerasan (Yosep, 2010).
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Klien mampu Kllien gagala Klien merasa Klien Perasaaan


mengungkapkan mencapai tidak dapat mengekspresikan marah dan
marah tanpa tujuan mengungkapkan marahnya secara bermusuhan
menyalahkan kepuasan/saat perasaannya, fisik, tapi masih yang kuat dan
orang lain dan marah dan tidak tidak berdaya dan terkontrol, hilang kontrol,
memberikan dapat menyerah mendorong orang disertai amuk
kelegaan menemukan lain dengan dan merusak
alternatifnya. ancaman lingkungan
4. ETIOLOGI PERILAKU KEKERASAN
 Sumber : Asuhan Keperawatan, Redza Nanda Pratama , Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP (2015).
 Etiologi perilaku kekerasan
a) Faktor Predisposisi :
1) Teori biologic :
 Neurologic factor : Beragam komponen dari system
saraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit, akson
terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan
mempengaruhi sifat agresif. System limbic sangat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respon agresif.
 Genetic factor : Adanya factor gen yang diturunkan
melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif.
Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat domant (potensi) agresif yang sedang
tidur akan bangun jika terstimulasi oleh factor
eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karytopy
XYX, pada umumnya dimiliki oleh gen penghuni
pelaku tindak criminal serta orang-orang tersangkut
hukum akibat perilaku agresif.
 Cycardian rhytm : (irama sirkadian tubuh), memegang
peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-
jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 09 dan 13.
Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk
bersukaf agresif.
 Biochemistry factor : (factor biokimia tubuh) seperti
neurotransmitter di otak (epineprin, neropineprin,
dopamine, asetikolin dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui system
persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar
tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan
akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak
dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan
hormone androgen dan norepineprin serta penurunan
serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra
dapat menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku
agresif.
 Brain area disorder : Gangguan pada system limbik dan
lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak,
trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2) Teori psikologis
 Teori psikonalisa : Agresivitas dan kekerasan dapat
dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang
(life span history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan
kebutuhan air susu yang cukup cendrung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan
pada lingkungannya.
 Imitation, modeling, and information processing
theory: Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa
berkembang dalam lingkungan yang mentolelir
kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang
ditiru dari media atau lngkungan sekitar memungkinkan
individu meniru perilaku tersebut.
 Learning theory : Perilaku kekerasan merupakan hasil
belajar indivudu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia
mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat
marah. Ia juga belajar bahwa agresivitas llingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.
3) Teori sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah rebutan uang
receh, sesaji atau kotoran kerbau di keratin, serta ritual-ritual
yang cenderung mengarah kemusyrikan secara tidak
langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin sendiri.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan
maraknya demonstarsi, film-film kekerasan, mistik, tahayul,
dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi.
4) Aspek religiusitas.
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas
merupakan dorongan dari bisikan syaitan yang sangat
menyukai kerusakan agar manusia menyesal (devil support).
Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syaitan melalui
pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital manusia
lainnya yang akan dituruti manusia sebagai bentuk
konpensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus
segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma
agama (super ego).
b) Factor presipitasi
Faktor-faktor yang mencetuskan perilaku kekerasan seringkali
berkaitan dengan :
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi diri dari tidak tepenuhinya kebutuhan dasar dan
kondisi social ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecah masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
4) Ketidaksiapan seorang Ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yng
dewasa
5) Adanya riwayat perilaku anti social, meliputi
penyalahguanaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu
mengontrol emosinya pada saat menghadapi masa frustasi
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perunbahan
tahap perkembangan keluarga.
 Sumber : Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhripah Damaiyanti &
Iskandar (2014).
 Etiologi Perilaku Kekerasan
a) Factor predisposisi
Menurut Yosep (2010), Faktor predisposisi klien dengan
perilaku kekerasan adalah:
1) Teori biologis
 Neurologic factor : Beragam komponen dari system
saraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit, akson
terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan
mempengaruhi sifat agresif. System limbic sangat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respon agresif.
 Genetic factor : Adanya factor gen yang diturunkan
melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif.
Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat domant (potensi) agresif yang sedang
tidur akan bangun jika terstimulasi oleh factor
eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karytopy
XYX, pada umumnya dimiliki oleh gen penghuni
pelaku tindak criminal serta orang-orang tersangkut
hukum akibat perilaku agresif.
 Cycardian rhytm : (irama sirkadian tubuh), memegang
peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-
jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 09 dan
13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi
untuk bersukaf agresif.
 Biochemistry factor : (factor biokimia tubuh) seperti
neurotransmitter di otak (epineprin, neropineprin,
dopamine, asetikolin dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui system
persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar
tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan
akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak
dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan
hormone androgen dan norepineprin serta penurunan
serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadinya
perilaku agresif.
 Brain area disorder : Gangguan pada system limbik dan
lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak,
trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan.
2) Teori psikologis
 Teori psikonalisa : Agresivitas dan kekerasan dapat
dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang
(life span history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan
kebutuhan air susu yang cukup cendrung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan
pada lingkungannya.
 Imitation, modeling, and information processing
theory: Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa
berkembang dalam lingkungan yang mentolelir
kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang
ditiru dari media atau lngkungan sekitar memungkinkan
individu meniru perilaku tersebut.
 Learning theory : Perilaku kekerasan merupakan hasil
belajar indivudu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia
mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat
marah. Ia juga belajar bahwa agresivitas llingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.
b) Factor presipitasi
Menurut Yosep (2010), factor-faktor yang dapat mencetuskan
perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis
solidaritas sepet=rti dalam sebuah konser, penonton sepak
bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tida terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tida k membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cemdrung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
4) Adanya riwayat perilaku kekerasan anti sosial meliputi
penyalahgunaan obat dan alcoholisme dan tidak mampu
mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan keluarga.

5. TANDA DAN GEJALA PERILAKU KEKERASAN


 Sumber Fitria, 2010 (Jurnal Asuhan Keperawatan Jiwa, Yanuar Adi
Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017) : mengungkapkan
fakta tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
1) Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kaata kotor,
berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
3) Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
4) Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5) Intelektual : mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan
dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6) Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,
tidak bermoral dan kreativitas terhambat.
7) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan
dan sindiran.
8) Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan
sosial.
 Menurut Jurnal STIKES Nani Hasanudin Makasar, Husniati, dkk
(2013).
Adapun tanda dan gejala berpariasi mulai dari fisik muka merah
dan tegang mata melotot atau pandangan tajam tangan mengepal
kemudian di lihat dari gejala” verbal nya, sering berbicara kasar, bersuara
tinggi membentak atau teriak, mengancam secara verbal atau fisik,
mengumpat dgn kata” kotor, suara keras.
 Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1) Muka merah dan tegang.
2) Mata melotot/pandangan tajam.
3) Tangan mengepal.
4) Rahang mengatup.
5) Jalan mondar-mandir.

6. POHON MASALAH PERILAKU KEKERASAN


 Sumber : Buku Saku Keperawatan Jiwa, Ali Mustofa (2013).

Efek
Resiko mencerderai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan

Masalah Utama
Perilaku kekerasan
Penyebab
Gangguan Harga Diri (HDR)
7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
A. PENGKAJIAN
 Sumber : Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku
Kekerasan, Redza Nanda Pratama, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
(2015)
Data yang perlu dikaji adalah:
1) Identitas klien dan penanggung jawab.
2) Data subyektif :
 Kilen mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kasar.
 Klien mengatakan dendam dan mengancam.
 Klien mengatakan ingin berkelahi.
 Klien menyalahakan dan menuntut.
 Klien meremehkan.
3) Data obyektik :
 Mata melotot.
 Tangan mengepal.
 Rahang mengatup.
 Wajah memerah dan tegang.
 Postur tubuh kaku.
 Suara keras.
4) Tanda dan gejala.
5) Riwayat kesehatan keluarga.

B. DIAGNOSA
 Sumber : Jurnal Askep Jiwa pada Pasien Perilaku Kekerasan,
Redza Nanda Pratama, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP (2015).
1) Perilaku kekerasan.
2) Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
3) Ganguan konsep diri : harga diri rendah .
4) Isolasi social.
5) Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
6) Berduka disfungsional .
7) In-efektif proses terapi.
8) Koping keluarga in-efektif.

C. INTERVENSI
1) Pasien
Menurut Jurnal Askep Jiwa pada Pasien Perilaku Kekerasan, Redza
Nanda Pratama, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP (2015).
Tujuan :
1. Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Kriteria hasil :
1. Klien mau membalas salam.
2. Klien mau berjabat tangan.
3. Klien mau menyebut nama.
4. Klien mau tersenyum.
5. Klien ada kontak mata.
6. Klien mau mengetahui nama perawat.
7. Klien mau menyediakan waktu untuk perawat.
8. Klien mengungkapkan perasaannya.
9. Klien mampu mengungkapkan penyebab persaan marah,
jengkel/kesal (terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan).
10. Klien mampu mengungkapkan tanda-tanda
marah/jengkelnya.
11. Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah/jengkel yang
dialaminya.
12. Klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukannya.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan
kesal/jengkelnya.
4. Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
6. Simpulkan bersama klien tanda-tanda marah/jengkel yang
sedang dialaminya.
7. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
2) Keluarga.
 Sumber: Asuhan Keperawatan Pskiatri Berbasis Klinis, Ali
Mustofa (2010).
Tujuan :
Keluarga dafat merawat pasien di rumah
Intervensi :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekersan
(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku tersebut).
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar
atau memukul benda/atau orang lain.
4. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan:
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat.
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan.
5. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.

D. EVALUASI
1) Pasien
Sumber : Asuhan Keperawatan Pskiatri Berbasis Klinis, Ali
Mustofa (2010).
 Pasien mengetahui penyebab prilaku kekerasan .
 Pasien mengetahui tanda tanda prilaku kekerasan.
 Pasien mampu menyebutkan prilaku kekerasan yang pernah
ia lakukan.
2) Keluarga.
 Keluara mampu merawat pasien di rumah .
 Keluarga mampu mengontrol kemarahan klien.

8. PANDANGAN ISLAM PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN


1) Al-Qur’an surah Ali-imran/3 : 134.
Artinya : (yaitu) orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang
maupun sempit dan orang orang yang menahan amarahnya dan
memapkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (QS. Ali-imran/3:134)
2) Al-Qur’an surah Ali-imran/3 : 159

Artinya : Maka di sebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling. Karna itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekat maka bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah menyukai orang
orang yang bertawakal padanya.(QS. Ali-imran/3:159).
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhrifah & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi Dan Mahasiswa
Keperawatan. Mataram : Stikes Hamzar.
Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram :
Stikes Hamzar.
http://repository.ump.ac.id/3988/3/Yanuar%20Adhi%20Nugroho%20BAB
%2011.pdf
http://repository.ump.ac.id/1433/3/REDZA%20NANDA%20PRATAMA
%20BAB%2011.pdf.
https://www.neliti.com/id.publications/240297/aspek-hukum-islam-tentang-
kekerasan-terhadap-perempuan
https://id.scribd.com/document/363453136/jurnal-upaya-penurunan-resiko-
perilaku-kekerasan-pada-dengan-melatih-asertif-secara-verbal. Diunggah
oleh Wawan Van HeLsinkz pada November 04, 2017.

Anda mungkin juga menyukai