Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPASTIAN TERHADAP LOKASI, PROSEDUR


DAN PASIEN OPERASI

OLEH :
KELOMPOK 4

1. YUNI MELATI
2. WILANDA
3. MIA AGUSTINA
4. WIDYAWATI
5. ZAINAL EFENDY

DOSEN PEMBIMBING : NS. HARJITO, S.Kep, MARS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit

memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya

cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut

meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi

untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien

sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian

bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu

dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan

untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang

baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan

asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam

undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang

kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan

pasien.

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan

oleh setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan


kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan

lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta

kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus

memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas

dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah

sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.

Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak

adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di

dalam penan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi

lokasi operasi.

Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat,

penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak

mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan

yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)

dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang

sering terjadi.

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratoriumoratif

mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam

mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga

praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety

Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s
Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong

Person Surgery.

Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan

pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara

konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/ orang yang akan

melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika

memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan

lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),

multipel Standarduktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel

level (tulang belakang).

Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua

pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan di tempat,

dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan

melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana

proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan

ceklist.

1.2 Tujuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepastian Terhadap Lokasi Operasi

Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :

1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.


2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)
4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap

Anjuran Penandaan Lokasi Operasi

1. Gunakan tanda yang telah disepakati


2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda
3. Tandai pada atau dekat daerah insisi
4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X” merupakan tanda
yang ambigu)
5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)

2.2 Kepastian Terhadap Prosedur Operasi

2.2.1 Prosedur Sebelum Dilakukan Operasi

Merupakan suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan

untuk diikuti oleh petugas medis sebelum tindakan operasi dilakukan.

Standar Operasional Prosedur (SOP) tepat prosedur sebelum operasi

dilakukan antara lain:

1. Ucapkan salam, “Selamat pagi/siang/malam Bapak/Ibu”, dan

perkenalkan diri: “Saya petugas..(nama) jelaskan profesi / unit kerja.

Jelaskan Tujuan kedatangan.

2. Pastikan identitas pasien


3. Cek pasien sesuai denga nrekam medis dan gelang pasien.

4. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman.

5. Cek persiapan dan melaksanakn tindakan persiapan untuk anestesi.

6. Cek kelengkapan persipan pasien diisi petugas rawat inap dan petugas

kamar operasi berupa :

a. Informed consent.

b. Keadaan umum (GCS)

c. TD : N: S: RR:

d. Visite dokter

e. Riwayat Penyakit

f. Pengobatan sekarang / Pramedikasi

g. Riwayat Operasi

h. Cek Laboratorium lengkap ( DR, HbsAg, GolDar, CT, BT, GDS)

i. Persiapan darah (jika diperlukan)

j. IV catheter / abbocath 18, urin kateter

k. Puasa

l. Riwayat penggunaan obat

m. Hasil radiologi (Rontgen Thorax, dll)

n. EKG 12 leads

o. Cairan infus

p. Skin test antibiotik (jika diperlukan)

q. Identitas pasien sesuai gelang dan status pasien

r. Alergi yang diderita


s. Paramedikasi yang diberikan

t. Status emosional

u. Protease dilepas (gigi palsu, lensa kontak) jika menggunakan

v. Perhiasan dilepaskan

w. Status pasien dan daftar obat

x. Persiapan kulit (cukur, desinfeksi)

y. Pengosongan kandung kemih

z. Pakai baju operasi

1) Pendidikan kesehatan

2) Penandaan lokasi operasi

3) Cukur area operasi

7. Lakukan pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi keperawatan

terhadap pasien secara fisik dan psikologis agar siap menjalani

pembedahan.

8. Pastikan personal hygiene pasien dalam keadaan sudah mandi, tidak

memakai perhiasan, bersih, memakai baju dan topi khusus untuk kamar

operasi.

9. Antar pasien ke kamar operasi

10. Lakukan serah terima pasien kepada perawat kamar operasi meliputi

identitas pasien / RM dan persiapan preoperasi yang telah dilakukan.

11. Lakukan verifikasi kelengkapan persiapan operasi dan kondisipasien

(berkaitan dnegan tepat prosedur operasi)


2.2.2 Prosedur Saat di Ruang Operasi

Suatu tindakan yang dilakukan di kamar operasi. Kegiatan ini

dilakukan dengan tujuan agar operasi berjalan dengan benar dan lancar.

Prosedur ini digunakan sebagai pedoman untuk melakukan

pengkajianterhadap pasien di kamar operasi.

Standr Operasional Prosedur (SOP) saat di ruang operasi :

1. Menyiapkan tempat tidur, pakaian khusus kamar bedah dan tutup

kepala.

2. Menerima pasien diruang pre operasi.

3. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian kamar bedah, memakaikan

tutup kepala yang dilakukan oleh perawat.

4. Memindahkan pasien keatas tempat tidur yang telah disiapkan

5. Memeriksa kelengkapan dan persiapan operasi pasien yaitu

 Sebelum Instuksi anastesi

Pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat

1. Sudahkah identitas, lokasi, prosedur, dan persetujuan dikonfirmasi ulang

2. Sudahkah lokasi pembedahan ditandai

3. Apakah pulse oximeter pada pasien berfungsi dengan baik

4. Sudahkah disediakan bahan cangkokkan atau pengganti

(jenis/ukuran/sisi) yang tepat?

5. Adakah data radiologi yang mendukung tindakan diagnostic

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter Anastesi

1. Adakah data radiologi yang mendukung tindakan anestesi.


2. Sudahkah mesin dan obat-obatan anestesi diperiksa dengan lengkap

3. Apakah pasien memiliki riwayat alergi

4. Apakah ada kesulitan jalan napas dan resiko aspirasi

5. Apakah ada resiko kehilangan darah > 500ml (7ml/kg pada anak-anak

 Sebelum insisi kulit

1. Mengkonfirmasi nama pasien, tindakan, dan dimana lokasiyang akan

insisi.

2. Mengkonfirmasi seluruh anggota tim dengan memperkenalkan diri

dengan menyebut kan nama dan tugas.

3. Sudahkah hasil pemeriksan radiologi untuk tindakan diagnostik

ditampilkan

 Sebelum luka operasi ditutup

Konfirmasi verbal oleh perawat instrumen berapa jumlah alat & instrument,

kasa, sponge, dll) yang terpakai.

 Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi

Konfirmasi verbal oleh perawat:

1. Nama tindakan

2. Melengkapi perhitungan alat, sponge, dan jarum yangterpakai

3. Menamai spesimen (baca label spesimen dengan jelas termasuk nama

pasien)

4. Melaporkan apabila ada masalah pada alat.

5. Membubuhkan tanda tangan pada formulir serah terima oleh unit terkait
2.2.3 Prosedur Assesmen Pra Anastesi

Asesmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi ini merupakan

rangkaian kegiatan yang mengawali suatu operasi yang akan dilaksanakan.

Penilaian dilakukan terhadap fungsi vital pasien.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penilaian sebelum

anastesi, dengan tujuan:

1. Melakukan penilaian sendiri terhadap fungsi napas, fungsi

kardiovaskuler, fungsi kesadaran, fungsi gastrointestinal

2. Mengetahui status fisik pasien praoperatif

3. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi

4. Memilih jenis atau tehnik anastesi yang sesuai

5. Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi

6. Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi kemungkinan

yang terjadi

Proseudr Asesmen atau penilaian pra anastesi meliputi: 2/4

1. B1 : Jalan nafas dan fungsi pernafasan

a. Nilai patensi jalan nafasnya, apakah jalan nafas bebas

b. Lihat apakah sumbatan jalan nafas oleh benda asing, muntahan,

darah, dll

c. Lihat adakah tanda-tanda retraksi dinding dada, pernafasan cupit

hidung.

d. Lihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu

inspirasidan ekspirasi. Bila asimetris manakah yang tertinggal.


e. Lihat adakah gerakan dada see saw seperti gergaji

f. Denganrkan adakah suara nafas tambahan:

1) Snoring (mengorok)

2) Gurgling

3) Tridor

4) Tidak ada suara nafas

g. Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera bebaskan baik tanpa alat

atau menggunakan alat pembebasan jalan nafas.

h. Rasakan dengan punggung tangan apakah hembusan udara dari

hidung atau mulut

i. Lakukan perkusi untuk membedakan antara kemungkinan berisi

darah atau udara

j. Dengarkan menggunakan stetoskop apakah kiri sama dengan yang

kanan, ataukah terdapat suara nafas yang lebih lemah pada satu sisi

k. Nilai adakah prediksi intubasi sulit dengan ¾ mallampati score,

jarak mentohyoid, gerak leher, massa

2. B2 : Fungsi Kardiovasculer

a. Lihat apakah pasien tampak pucat atau cyanosis

b. Lihat apakah sumber perdarahan yang terlihat

c. Cek apakah perfusi pada ujung jari apakah hangat, kering, merah

(normal)

d. Cek nadi apakah frekuensinya normal, irama teratur, kuat

e. Cek tensi menggunakan tensimeter


f. Bila perlu cek tensi pada lengan kiri dan kanan

g. Dengarkan menggunakan stetoscope apakah terdapat bising jantung

3. B3 : Fungsi kesadaran

Nilai kesadaran bisa dengan mengajak pasien berbicara bila pasien

sadar atau dengan penilaian Gaslow Coma Scale (GCS) bila terdapat

penurunan kesadaran.

4. B4 : Fungsi perkemihan

a. Lakukan evaluasi fungsi ginjal, dapat dilakukan dengan

menggunakan urin tampung atau kalau perlu dengan pemasangan

chateter.

b. Nilai produksi urinnya meliputi warna dan jumlahnya.

5. B5 : Fungsi pencernaan

a. Lihat adakah abdomen distended

b. Lakukan perkusi untuk membedakan adanya udara atau cairan,

palpasi untuk mencari adanya massa.

6. B6 : Tulang Muskuluskletal

a. Adakah patah tulang panjang pada femur, 4/4, patah tulang

multipel, patah tulang iga yang multipel

b. Adakah pertukaran kulit

7. B7 : Laboratorium

Evaluasi hasil laboratorium, apakah terdapat nilai yang abnormal

segera diambil tindakan dan evaluasi ulang.

8. Radiologi : SS
Evaluasi hasil dari pemeriksaan radiologi, apabila terdapat hal yang

tidak normal segera ambil tindakan.

9. Pemeriksaan penunjang lain : ECG dll

10. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa pasien tersebut termasuk

dalam kategori ASA 1/2/3

2.3 Kepastian Terhadap Pasien Operasi


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang

memberikan pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi

pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan

menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta

meminimalisir timbulnya risiko.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan

baik dan benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga

akan terjamin keselamatan pasien dari segala aspek tindakan yang kita

berikan.
DAFTAR PUSTAKA

Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif

Hukum Kesehatan.

Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan

Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol

II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

Pabuti, Aumas. 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah

Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas

University, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai