Anda di halaman 1dari 20

Makalah Agama Islam

ISLAM SEBAGAI TATANAN HIDUP YANG


HOLISTIK

Disusun oleh :

1. Fitriya (081311733035)
2. Rusydina Firdausi (081311733038)
3. Titania Rachma Safitri (081311733047)
4. Iswatun Hasanah (081311733050)
5. Violentaria Gita Salina (081311733052)
6. Anak Agung Lara S (081311733054)
7. Amalia Indah Lestari (081411233009 )

Fakultas Sains dan Teknologi


Universitas Airlangga
2016
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam II. Agama sebagai
sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut
pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami kebenaran akan Islam yang
merupakan tatanan hidup yang holistik, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Airlangga.
Kami selaku penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Surabaya, 26 September 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengantar
Apakah Holistik itu? Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari
kata HOLY and HEALTHY. Pandangan holistik bermakna membangun manusia
yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran;
seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektuan, budaya, estetika, emosi, dan fisik.
Sedangkan Holistisisme adalah sebuah filosofi cara pandang yang berprinsip bahwa
mengenal keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih utama daripada hanya sekedar
memahami bagian bagiannya (karena semua bagian dibuat untuk keseluruhan)-upaya
untuk memahami sesuatu secara menyeluruh-orientasi pada keseluruhan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pandangan hidup holistik dari swudut
pandang Islam. Cara pandang atau cara berfikir holistik adalah upaya untuk
memahami sesuatu secara utuh-menyeluruh-tidak terpecah belah-tidak
parsialistik,tidak terkotak kotak kedalam pandangan yang partikularistik,dan itu ibarat
upaya merangkai potongan potongan puzzle untuk menemukan rahasia gambar yang
utuh-menyeluruh.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1. Bagaimana mengungkapan bahwa dalil Islam adalah Agama yang paling diridloi
Allah?
2. Bagaimana menunjukkan dalil Islam adalah Agama paripurna?
3. Bagaimana menunjukkan dalil Islam sebagai agama yang universal?
4. Bagaimana menjelaskan dengan dalil bahwa Islam dapat menyelesaikan seluruh
problematika ummat hingga akhir jaman?
5. Bagaimana menguraikan makna kaaffah serta syarat dan cara menjadi kaaffah
dalam ber-Islam dalam surah Al baqoroh ayat 208?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengungkapan bahwa dalil Islam adalah Agama yang paling diridloi Allah.
2. Untuk menunjukkan dalil Islam adalah Agama paripurna.
3. Untuk Bagaimana menunjukkan dalil Islam sebagai agama yang universal.
4. Untuk menjelaskan dengan dalil bahwa Islam dapat menyelesaikan seluruh
problematika ummat hingga akhir jaman.
5. Untuk menguraikan makna kaaffah serta menjelaskan syarat dan cara menjadi
kaaffah dalam ber-Islam dalam surah Al baqoroh ayat 208.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Islam Adalah Agama Yang Sempurna dan Diridloi Allah


Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kesempurnaan di segala aspek
yang dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupan pada setiap waktu dan tempat.
Islam satu-satunya ideologi yang dapat menuntun manusia untuk mencari kesempurnaan
yang menjadi idamannya. Walaupun agama Islam merupakan agama terakhir tetapi di
sinilah letak keutamaan dan kesempurnaan agama ini dibandingkan dengan agama-agama
lainnya, baik itu agama samawi yang turun dari Allah maupun agama atau jalan hidup
yang lahir dari ide dan pengalaman spiritual seseorang. Islam datang sebagai penyempurna
bagi agama-agama yang telah datang sebelumnya. Dan Rasulullah sebagai pembawa dan
pengemban risalah Ilahi merupakan nabi terakhir yang setelahnya tidak akan ada lagi Nabi
dan Rasul.
Selain itu, islam merupakan satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah Ta’ala.
Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 19:

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Allah Subhanahu wa ta'ala mengabarkan (dalam ayat di atas) bahwa agama yang sah dan
di ridhoi serta di terima di sisiNya adalah cuma satu yaitu agama Islam yang maknanya
berserah diri kepada Allah Ta'ala dengan mentauhidkan dan tunduk padaNya dengan
ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk mencari agama
yang benar-benar dapat diterima disisi-Nya. Selain agama Islam, Allah tidak akan
menerima dan menganggap pemeluknya sebagai hambanya. Jika hal ini terjadi, maka
manusia itu benar-benar berada dalam kelompok orang yang merugi. Seperti yang terdapat
dalam surat Ali Imran ayat 85:

Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.”

Islam adalah agama yang sempurna . Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah
agama yang paling sempurna, karena ajarannya meliputi semua ajaran yang pernah
diturunkan oleh Allah kepada para nabi sebelum Muhammad mencakup perkara dhohir
dan bathin baik dalam masalah pokok-pokok (agama) ataupun cabang-cabangnya yang
tidak di dapati sedikitpun kekurangan dan cela,. Ajaran agama Islam juga meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia, mulai aspek ibadah dan muamalah hingga aspek-aspek
lainnya.
Kesempurnaan Islam ini ditegaskan dalam al-Quran:

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
al-Maidah [5]: 3)

2.2. Islam, Agama Sempurna dan Paripurna


Agama Islam merupakan nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada umat
Nabi Muhammad SAW. Agama Islam merupakan agama yang diemban oleh penghujung
dan pemimpin para Nabi dan Rasul yang tidak ada lagi Nabi dan Rasul setelah Rasulullah,
sehingga agama Islam merupakan agama terakhir dan paripurna yang mencakup dan
mengatur segala aspek kehidupan. Seperti yang ditegaskan pada QS. Al-Ma’idah ayat ke-
3:
Yang artinya :

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Ayat diatas bermakna bahwa Allah SWTmemberitakan bahwa agama Islam adalah
agama yang telah sempurna. Artinya telah sampai pada tingkatan paripurna (lengkap).
Maksud dari Islam yang sudah sempurna yaitu :

1. Karena Islam sudah sempurna sejak masa Nabi Muhammad SAW, maka agama
Islam tidak memerlukan tambahan, apalagi revisi ajaran, serta
2. Islam telah mengatur segala aspek kehidupan.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala berkata,”Ini merupakan kenikmatan Allah


SWT yang terbesar kepada umat ini, dimana Allah SWT telah menyempurnakan agama
mereka sehingga mereka tidak membutuhkan agama selainnya. Dan (tidak pula
membutuhkan) Nabi selain Nabi mereka; oleh karena itu, Allah SWT menjadikannya
(Nabi Muhammad SAW) sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada jin dan
manusia, maka tidak ada haram kecuali yang beliau haramkan, tidak ada agama selain apa
yang beliau syari’atkan, dan setiap apa yang beliau beritakan adalah benar dan jujur, tiada
kedustaan didalamnya.” Berikut merupakan beberapa contoh kesempurnaan agama Islam,
diantaranya :

1. Tauhid

Tauhid menjadi masalah yang sangat penting sebab tauhid merupakan kunci
kebahagiaan dunia dan akhirat. Tauhid berarti mengesakan Alla SWT dan tidak
menyekutukan-Nya dalam hal-hak yang menjadi kekhususan Allah SWT. Para ulama
menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga, yakni :

a) Tauhid Rububiyyah
Didalam tauhid ini mengajarkan kita untuk meyakini sebenar-benarnya
bahwa Allah SWt adalah satu-satunya pencipta, penguasa, pemberi rezeki, dan
sebagainya. Seperti yang difirmankan Allah SWT pada QS.at-Taubah:116.
Yang berarti :

“Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan


dan mematikan. dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain
Allah.” (QS at-Taubah [9]: 116).

b) Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyyah adalah memurnikan segala macam ibadah hanya untuk
Allah semata, baik ibadah lisan, hati, dan anggota badan. Tauhid inilah yang berisi
kandungan La Ilaha Illallah yang berarti “tidak ada sembahan yang berhak untuk
diibadahi kecuali Allah saja”. Maka tidak boleh menyerahkan ibadah seperti do’a,
menyembelih, nadzar, dan sebagainya kepada selain Allah SWT, sekalipun dia
adalah malaikat atau nabi.
Di antara dalil tauhid ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
selalu dibaca oleh kaum muslimin dalam shalat mereka:

Yang berarti :

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.”

c) Tauhid Asma’wa Shifat


Tauhid asma‘ wa shifat adalah mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah disebutkan al-Qur‘an dan hadits shahih tanpa
tahrif (pengubahan), tanpa ta’thil (pengingkaran), tanpa takyif
(membagaimanakan/menjelaskan tata caranya), dan tanpa tamtsil (penyerupaan).
Di antara dalil yang menunjukkan tentang sifat ini adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
Yang berarti :

“Hanya milik Allah asma‘ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya


dengan menyebut asma‘ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS al-A’raf
[7]: 180).

2. Syarat Diterimanya Amal

Setiap muslim dan muslimah tentu saja mendambakan agar ibadahnya diterima oleh
Allah SWT. Seluruh ibadah manusia akan sia-sia belaka kecuali apabila telah memenuhi
dua syarat, yaitu :

a) Ikhlas

Seseorang harus benar-benar memurnikan niatnya hanya untuk Allah SWT, bukan
karena oamrih kepada manusia, bangga terhadap dirinya, atau penyakit hati lainnya. Syarat
ini memang berat, namun barang siapa yang berusaha dan bersungguh-sungguh untuk
memenuhi syarat ini, niscaya akan dimudahkan oleh Allah SWT :

Yang artinya :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS al-Bayyinah [98]: 5).

b) Al-Ittiba’

Sesorang harus berupaya untuk beribadah sesuai uang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Allah SWT berfirman :

Yang artinya :
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. “(QS Ali Imran [3]: 31)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ayat yang mulia ini
merupakan hakim bagi orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah tetapi dia
tidak mengikuti jalan yang ditempuh Nabi, dia dusta dalam pengakuannya sehingga
dia mengikuti syari’at dan agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dalam setiap ucapannya, perbuatannya, dan keadaannya.”

2.3. Islam Sebagai Agama yang Universal


Islam sebagai suatu agama telah ditempatkan sebagai suatu pilihan dan sekaligus
ajarannya dijadikan pedoman dalam kehidupan umat manusia. Sehingga keberadaannya
telah memberikan arahan dalam pengembangan perdaban umat manusia dalam segala
bidang terutama dalam bidang pengetahuan dan teknologi, bukan hanya ajaran ibadah dan
aqidah semata.
Islam adalah agama yang bersifat terbuka dimana Islam selalu memberikan
keleluasaan kepada umatnya untuk berfikir ke depan dalam rangka mencapai tingkat
peradaban dan kemajuan yang lebih baik. Islam merupakan agama yang memberikan
rahmat bagi seisi dunia ini. Oleh karena itu syariah Islam sebagai suatu syariah yang
dibawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri yaitu sebagai agama yang
lengkap dan universal. Komprehensif dan lengkap berarti syariah Islam merangkum
seluruh aspek kehidupan baik ritual (ibadah) maupun sosial ekonomi (muamalah).
Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap tempat dan setiap
waktu sampai hari akhir tiba nanti. Universalitas ini tampak jelas terutama pada bidang
muamalah. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak membeda-
bedakan antara muslim dan non muslim.
Contoh keuniversalan Islam antara lain tercermin dari ilmu-ilmu yang
dikembangkan para ulama Islam pada Zaman Klasik (abad VIII-XIII M). Mereka tidak
hanya mengembangkan ilmu-ilmu seperti tafsir, hadits, fiqih, tauhid, dan tasawuf, tetapi
juga mengembangkan ilmu-ilmu keduniaan seperti ilmu kedokteran, matematika,
astronomi, kimia, dan sebagainya
Islam sebagai agama yang universal berarti aturan-aturan, penjelasan-penjelasan,
perintah-perintah, larangan-larangan serta seruan/anjurannya berlaku untuk seluruh
manusia yang tidak terbatas pada umat Islam dan sampai hari akhir (kiamat nanti). Allah
SWT banyak menjelaskan tentang keuniversalan Islam dalam banyak ayat-Nya di al-
Quranul Karim. Di antara ayat-ayat tersebut dapat di temukan pada:
1. Surat Al-Baqarah ayat 21:

Artinya “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

2. Surat Al-Baqarah ayat 185:

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
3. Surat Al-Baqarah ayat 187:

Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu
Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa.”
4. Surat Al-Baqarah ayat 221.

Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak
ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.”

2.4. Islam Sebagai Penyelesaian Segala Problematika Ummat Hingga


Akhir Jaman
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal
yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. (Debdikbud, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276). Problematika tersebut
dapat muncul melalui factor internal dan eksternal. Factor internal datang akibat adanya
terlalu banyak pengembangan paham di masyarakat, sehingga seseorang kurang dapat
memfilter paham tersebut. Selain itu juga dapat disebabkan karena pengaruh kebiasaan
ataupun kurangnya pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal terjadi karena adanya
pengaruh perbedaan budaya dan perbedaan pemikiran ataupun kondisi antara harapan dan
kenyataan.
Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Tuhan seluruh alam. Allah turunkan kepada
Rasul-Nya Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam untuk mengeluarkan manusian dari
kegelapan menuju cahaya (keimanan). Dalam hal ini, telah dijelaskan bahwa Al-Quran
akan menghilangkan keraguan atau masalah dalam diri untuk mendapatkan keyakinan dan
pegangan yang kuat dalam menjalani kehidupan. Penjelasan ini terdapat pada Surat Al-
Hadid ayat 9.

“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya
Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.” QS. Al-Hadid: 9.
Selain itu, Allah telah menjelaskan dalam AL-Qur’an Al-Karim kabar generasi
awal dan terakhir, penciptaan langit dan bumi, di dalamnya memperinci halal dan haram,
pokok adab, akhlak dan hukum ibadah. Begitu juga kisah para Nabi dan orang-orang
sholeh sehingga dapat diikuti dan diambil hikmah untuk dipelajari. Di jelaskan pula
mengenai orang mukmin dan orang kafir, bahwa sifat surga tempat tinggal orang mukmin
dan sifat neraka tempat tinggal orang kafir.

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.” QS. An-Nahl: 89.
Mengenai pengertian frasa ini, ada beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh
para mufassir. Al-Baghawi menyatakan bahwa Alquran menjelaskan segala sesuatu yang
dibutuhkan manusia, yakni perintah dan larangan, halal dan haram, hudud dan hukum-
hukum. Ibnu Mas’ud menyatakan, “Sungguh Allah SWT telah menjelaskan kepada kita
dalam Alquran semua ilmu dan segala sesuatu. Sedangkan Mujahid berkata, “Semua yang
halal dan semua yang haram.”
Menurut Ibnu Katsir, penafsiran Ibnu Mas’ud lebih umum dan mencakup. Sebab Alquran
meliputi semua ilmu yang bermanfaat, yakni berita tentang perkara yang telah terjadi dan
yang akan terjadi, semua yang halal dan yang haram, semua yang dibutuhkan manusia,
urusan dunia, agama, kehidupan, dan tempat kembali mereka (akhirat).
Melalui penjelasan diatas diketahui bahwa pada islam selain dapat menyelesaikan
permasalahan dalam diri seseorang (internal) untuk mendapatkan kedamaian dan
kebahagiaan, juga diberikan aturan, hukum, perintah, larangan, perbedaan yang haram dan
yang halal, untuk menyelesaikan permasalahan antar manusia ataupun permasalahan
manusia dengan alam. Tidak hanya memberi petunjuk dalam kehidupan dunia, di dalam
Al-Quran juga diberikan penjelasan mengenai kehidupan akhirat. Pada dasarnya seluruh
agama memerintahkan untuk berbuat kebaikan, sehingga apabila seluruh manusia berbuat
sesuai apa yang telah dituliskan, maka problematika di dunia dapat ditekan.

2.5. Makna Kaffah serta Syarat dan Cara Menjadi Kaffah dalam Surat
Al-Baqoroh Ayat 208.
Kaffah memiliki arti menyeluruh, sempurna, utuh, totalitas; tidak terpecah-pecah /
mengambil yang disukai dan membuang sebagian yang lain yang tidak disukai;
sebagai satu kesatuan; Pengertian kaffah adalah pengamalan atas ilmu seutuhnya sesuai
dengan yang tersurat dalam Al Qur’an dan hadits nabi saw yang shoheh.
Ada beberapa Imam yang memaknai kaffah diantaranya yaitu :
Imam ath Thabari menerangkan makna ‘kaffah’ di dalam tafsirnya
adalah :“Perintah melaksanakan seluruh syari’at-syari’at-Nya (Islam) dan hukum-hukum
hudud-Nya dengan tidak mengurangi sebagiannya dan mengamalkan sebagiannya. Yang
demikian itu dimaksudkan karena ‘kaffah’ itu merupakan sifat dari pada Islam, maka ini
dapat ditakwilkan “Masuklah kamu dengan menagamalkan seluruh ajaran-ajaran Islam,
dan janganlah kamu mengurangi sedikitpun dari padanya wahai ahli Iman dengan
Muhammad dan dengan apa yang ia datang dengannya.” Tafsir ath Thabari, Jaami’ al
Bayaan fie Ta’wiil al Qur’an, 2/337.
Al Ustadz Sayyid Quthb rahimahullah beliau mengatakan: “Tatkala Allah menyeru
orang-orang yang beriman agar masuk ke dalam Islam secara kaffah (total). Dia juga
mengingatkan mereka dari mengikuti langkah-langkah syetan. Karena di sana tidak ada
kecuali dua arah. Masuk ke dalam Islam secara kaffah atau mengikuti langkah-langkah
syetan, Petunjuk atau kesesatan, Islam atau jahiliyah,Jalan Allah atau jalan
syetan, Petunjuk Allah atau kesesatan syetan. Dengan ketegasan seperti ini seharusnya
seorang muslim mampu mengetahui akan keberadaannya, sehingga tidak terombang-
ambing, tidak ragu-ragu dan tidak bingung di antara berbagai jalan dan arah.
Kaaffah secara bahasa artinya keseluruhan. Muslim yang sungguhan atau dalam al-
qur’an disebut dengan Kaaffah merupakan Muslim yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam
di setiap aspek kehidupan. Seorang Muslim belum bisa disebut Muslim yang kaaffah jika
ia belum menjalankan ajaran Islam di segala aspek kehidupannya. Dengan demikian,
Muslim yang kaffah tidak berhenti pada ucapan kalimat syahadat saja. Muslim yang kaffah
tidak berhenti pada ritual-ritual keagamaan saja, tetapi sudah menjajaki substansi dari
ritual-ritual tersebut. Dalam al-Qur’an sendiri telah jelas disebutkan untuk masuk ke dalam
Islam secara keseuluruhan (Kaaffah) pada surat Al-Baqarah ayat 208.

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh
yang nyata bagimu.”
Berdasarkan dari arti surat al-Bawarah ayat 208, maka dapat diketahui kandungan yang
bisa ambil adalah sebagai berikut :
1. Manusia yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah oranng-orang yang beriman.
2. Anjuran kepada orang yang beriman agar masuk dan mempercayai islam secara
keseluruhan dan tidak setengah-setengah.
3. Anjuran kepada orang yang beriman untuk tidak mengikuti ajakan syaithan dalam
melakukan larangan-larangan Allah.
4. Perintah untuk menjadikan syaithan sebagai musuh bagi orang-orang yang beriman.
Tinjauan Asbabun Nuzul (Latar Belakang)
Dari kandungan ayat tersebut terdapat suatu kisah mengenai sekelompok kaum Yahudi
yang menghadap Rasulullah SAW untuk menyatakan keimanannya. Namun, mereka
(kelompok Yahudi) meminta kepada Rasul agar dibiarkan merayakan hari Sabtu dan
mengamalkan Kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap bahwa hari Sabtu
merupakan hari yang harus dimuliakan, dan Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan
oleh Allh SWT juga. Oleh karena itu, berkenaan dengan peristiwa tersebut, maka turunlah
ayat tersebut di atas, yang merupakan perintah agar tidak mencampur-baurkan agama. Di
antara orang-orang Yahudi yang menghadap kepada Nabi itu adalah: Abdullah bin Salam,
Tsa’labah, Ibnu Yamin, Asad bin Ka’ab, Usaid bin Ka’ab, Sa’id bin ‘Amr, dan Qais bin
Zaid (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah).
Tinjauan Tafsir
Berdasarkan arti dari kandungan ayat tersebut, telah dijelaskan secara tegas bagi seorang
muslim untuk mengambil sikap sehingga tidak tidak ragu, tidak terombang-ambing, dan
tidak bingung dalam memilih berbagai macam manhaj yang harus dipilih. Karena
sesungguhnya orang yang melaksanakan ajaran-Nya namun tanpa mengesampingkan
ajaran lain, merupakan hamba yang berimanan tidak secara kaaffah (menyeluruh). Dari
sinilah kita dapat mengetahui jika dalam menyakini agama Islam ini, terdapat dua pilihan
yaitu :
1. Memeluk agama Islam dan menyakini secara keseluruhan dengan melaksanakan
ajarannya dengan menerimanya secara baik dan lengkap.
2. Namun jika tidak mau menjalankan agama Islam secara keseluruhan maka orang
tersebut mengikuti langkah-langkah syaithan dengan melakukan pembeda-bedaan
ajaran Islam atau meremehkan ajarannya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Dari penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Allah memerintahkan
kepada umat manusia untuk mencari agama yang benar-benar dapat diterima disisi-Nya.
Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kesempurnaan di segala aspek yang
dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupan pada setiap waktu dan tempat..
sebagaimana diegaskan dalam Al-Quran:

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
al-Maidah [5]: 3).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala berkata,”Ini merupakan kenikmatan Allah
SWT yang terbesar kepada umat ini, dimana Allah SWT telah menyempurnakan agama
mereka sehingga mereka tidak membutuhkan agama selainnya. Dan (tidak pula
membutuhkan) Nabi selain Nabi mereka; oleh karena itu, Allah SWT menjadikannya
(Nabi Muhammad SAW) sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada jin dan
manusia, maka tidak ada haram kecuali yang beliau haramkan, tidak ada agama selain apa
yang beliau syari’atkan, dan setiap apa yang beliau beritakan adalah benar dan jujur, tiada
kedustaan didalamnya.” Hal tersebut sesuai dengan sebuah dalil :

‫ٱۡل ۡس َٰلَ َم ِد ٗينا‬


ِ ۡ ‫يت لَ ُك ُم‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ۡٱليَ ۡو َم أَ ۡك َم ۡل‬
ُ ۡ‫ت لَ ُكمۡ ِدينَ ُكمۡ َوأَ ۡت َمم‬
ِ ‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ نِ ۡع َمتِي َو َر‬
Yang artinya :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Islam sebagai agama yang universal berarti aturan-aturan, penjelasan-penjelasan,


perintah-perintah, larangan-larangan serta seruan/anjurannya berlaku untuk seluruh
manusia yang tidak terbatas pada umat Islam dan sampai hari akhir (kiamat nanti). Allah
SWT banyak menjelaskan tentang keuniversalan Islam dalam banyak ayat-Nya di al-
Quranul Karim.
Penjelasan dikemukaan oleh Al-Baghawi menyatakan bahwa Alquran menjelaskan
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, yakni perintah dan larangan, halal dan haram,
hudud dan hukum-hukum. Ibnu Mas’ud menyatakan, “Sungguh Allah SWT telah
menjelaskan kepada kita dalam Alquran semua ilmu dan segala
sesuatu. Sedangkan Mujahid berkata, “Semua yang halal dan semua yang haram.” Islam
selain dapat menyelesaikan permasalahan dalam diri seseorang (internal) untuk
mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan, juga diberikan aturan, hukum, perintah,
larangan, perbedaan yang haram dan yang halal, untuk menyelesaikan permasalahan antar
manusia ataupun permasalahan manusia dengan alam. Tidak hanya memberi petunjuk
dalam kehidupan dunia, di dalam Al-Quran juga diberikan penjelasan mengenai kehidupan
akhirat. Pada dasarnya seluruh agama memerintahkan untuk berbuat kebaikan, sehingga
apabila seluruh manusia berbuat sesuai apa yang telah dituliskan, maka problematika di
dunia dapat ditekan.
Kaaffah secara bahasa artinya keseluruhan. Muslim yang sungguhan atau dalam al-
qur’an disebut dengan Kaaffah merupakan Muslim yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam
di setiap aspek kehidupan. Berdasarkan dari arti surat al-Bawarah ayat 208, maka dapat
diketahui kandungan yang bisa ambil adalah sebagai berikut :
1. Manusia yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah oranng-orang yang beriman.
2. Anjuran kepada orang yang beriman agar masuk dan mempercayai islam secara
keseluruhan dan tidak setengah-setengah.
3. Anjuran kepada orang yang beriman untuk tidak mengikuti ajakan syaithan dalam
melakukan larangan-larangan Allah.
4. Perintah untuk menjadikan syaithan sebagai musuh bagi orang-orang yang beriman.

3.2. Saran
Kami selaku penyusun menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu kami sebagai penyusun sangat menerima semua kritik dan saran yang
bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait makalah ini. Sebagai penutup
kami sebagai penyusun mengucapkan permohonan maaf jika ada kesalahan baik yang
disengaja atau yang tidak disengaja.
Daftar Pustaka

Muslim, Muhammad Nur Ichwan. 2010. Kaffah dalam Beragama.


https://muslim.or.id/2067-kaffah-dalam-beragama.html. Diakses pada tanggal: 27
September 2016.

K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan. 2000. Asbaabun Nuzul: Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai