Anda di halaman 1dari 111

5

EVALUASI PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN ORANG TUA


DALAM PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK
PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
DI PUSKESMAS KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana S-1

Oleh:
ERGINA PUSPITA HERAWAN
1008010131

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
6

ii
7

iii
8

iv
9

MOTTO HIDUP

MAN JADDA WA JADDA

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”

“Sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar”

(Qs. Al-baqarah ayat 153).

Terus Melangkah Raih Cita- Cita dengan Ridho Kedua Orang Tua

v
10

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur yang tak terhingga terucapkan kepada


ALLAH SWT serta junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran, tiada halangan hingga
terselesaikannya penelitian ini. Skripsi ini penulis persembahkan
kepada :

- Papah tercinta Engkun Hermawandi, S. Sos atas dukungan yang


tak ternilai dari kecil hingga dewasa ini. Tanpa support dan
nasehat beliau penulis hanya ranting kecil yang rapuh. Dan
mamahku Eti Kurniati S.Ag atas nasehat yang tak henti- henti.
- Kedua kakakku tercinta Evan Herawan S.Pd dan Erlan Herawan
AmdKep. atas dukungan, nasehat dan pengalaman yang telah
diberikan bahwa disetiap cobaan yang kita lalui pasti akan selalu
ada hikmahnya. Kepada adikku Elvian Herawan yang begitu sabar
selalu memberikan bantuan yang tak terduga serta support
hingga akhir penelitian.
- Mbak ayu dan keponakan yang paling aku sayangi Fathir Rizky
Herawan dan Fahira Zahra Herawan.

vi
11

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirrabbala’lamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT serta junjungan Nabi Muhammad SAW atas Rahmat dan
Ridho- Nya telah memberikan kemudahan kepada sang penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Hambatan dan rintangan senantiasa hadir dalam
setiap langkah namun berkat karunia Sang Illahi penulis dapat menyelesaikan
penelitiannya dalam skripsi yang berjudul “Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan
Orang Tua dalam Pemberian Antibiotik Pada Pasien Anak Penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Di Kabupaten Cirebon”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program
pendidikan tingkat sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pada kesempatan yang penuh
bahagia ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang mendalam dan
penghargaan yang setinggi- tingginya kepada :
1. Ibu Susanti M.Phil, Apt dan Ibu Wahyu Utaminingrum, M.Sc, Apt selaku
pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat,
motivasi dan petunjuk kepada penulis selama penelitian berlangsung hingga
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Dr. Nunuk Aries Nurulita selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto atas jasanya telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi.
3. Dosen- dosen fakultas Farmasi yang penulis hormati dan cintai yang telah
memberikan ilmu, pengalamannya, nasehat, motivasi kepada penulis sehingga
penulis memiliki wawasan yang luas terkait bidang farmasi hingga dapat
menyelesaikan perkuliahan ini. Semoga ilmu yang Bapak- Ibu berikan dapat
penulis amalkan secara benar dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Bapak Agus Dinkes Kabupaten
Cirebon serta Para Dokter dan bidan di Puskesmas khususnya Bu Mega,Bu
Tuti, Bu Syarifah, Dokter di Pkm Losari, Gebang, Sindang Laut dan

vii
12

seluruhnya yang telah turut membantu dan memperlancar proses dalam


penelitian ini. Semoga Kebaikan Bapak – Ibu dibalas oleh Allah SWT. Amin.
5. Bapak, ibu yang selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat yang tidak
pernah putus.
6. Adek, kakak ipar dan ponakan yang aku sayangi terima kasih karena canda
tawa kalian selalu menghiasai hari-hari penulis.
7. Teman- teman kos (Darwati, Mba Sri) yang telah menghiasi hari- hari selama
ini.
8. Semua teman- teman Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
angkatan 2010 khususnya kepada Mba Mega, Kak Firly, Teh Nurul, Ita,
Anjar, Baning, Krisvia Ayu, Ifa, Fia, Ratna, Mba Ruyana, Sally, Unggun,
Agung, Tyo, Rifky dan seluruh teman- teman lain yang telah memberikan
senyuman, canda, tawa, bantuan, dukungan, doa serta semangat hingga akhir
penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu kritik serta saran penulis harapkan guna tercapainya
kesempurnaan dalam skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan kita semua. Amin

Purwokerto, Agustus 2014

Penulis

viii
13

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Ergina Puspita Herawan
Nim : 1008010131
Tempat / Tanggal lahir : Cirebon, 17 Agustus 1992
Agama : ISLAM
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Adipura Lestari 1 no 21 Perumahan BCA
Pamengkang Mundu

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
- TK Baiturrahim
- SD N Merapi
- SMP N 1 Kota Cirebon
- SMA N 3 Kota Cirebon
- Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ix
14

ABSTRAK

ERGINA PUSPITA HERAWAN. Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan Orang


Tua Dalam Pemberian Antibiotik Pada Pasien Anak Penderita Infeksi Saluran
Pernafasan di Puskesmas Kabupaten Cirebon.
Dibawah bimbingan Susanti, M.Phil., Apt dan Wahyu Utaminingrum, M.Sc., Apt
Latar Belakang: Antibiotik merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh
berbagai spesies mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah atau tinggi dapat
membunuh atau menghambat bakteri lain. Anak atau bayi lebih rentan mendapat
antibiotik karena daya tahan tubuh yang rentan terhadap berbagai infeksi terutama
pada bagian pernafasan. Penyakit infeksi saluran pernafasan merupakan penyakit
yang disebabkan karena bakteri dan virus. Jenisnya adalah Streptococus
Pneumonia, Mycoplasma Pneumonia, Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, tahun 2010 infeksi saluran pernafasan
menempati urutan ke- 2 dari 10 penyakit tertinggi di Puskesmas. Penggunaan
antibiotik yang terlalu sering dan tidak sesuai peruntukannya dapat menghasilkan
bakteri yang resisten. Resistensi bakteri mungkin berdampak kenaikan biaya
karena jenis antibiotik yang digunakan lebih beragam. Pemberian antibiotik
merupakan suatu pengobatan yang ditentukan oleh pengetahuan dan kepatuhan
dalam menjalankan terapi pengobatan

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada


hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan orang tua dalam pemberian obat
antibiotik pada pasien anak penderita infeksi saluran pernafasan di Puskesmas
Kabupaten Cirebon.

Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian


observasional analitik dengan metode secara cross sectional.

Hasil: Berdasarkan hasil analisis person chi-square diperoleh nilai 𝑋 2 hitung >
𝑋 2 tabel (13,8> 3,481) dan didapatkan nilai signifikansi (P) yaitu p-value sebesar
0,00 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang kuat, maka ada hubungan yang
bermakna dan berbanding lurus antara pengetahuan dengan kepatuhan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada pasien anak penderita infeksi saluran pernafasan
di Puskesmas Kabupaten Cirebon.

Kesimpulan: Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang


antibiotik memiliki kemungkinan untuk tidak patuh dalam memberikan
antibiotik pada anaknya 5,3 lebih tinggi daripada orang tua yang memiliki
pengetahuan tinggi.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kepatuhan orang tua, antibiotik, infeksi saluran


pernafasan
x
15

ABSTRACT

ERGINA PUSPITA HERAWAN, Evaluation of Knowledge and Compliance of


Parents in Antibiotic provision on Pediatric Patients with Respiratory Infections in
Cirebon Public Health Center.

Advisor : Susanti, M.Phil., Apt and Wahyu Utaminingrum, M.Sc., Apt

Introduction: Antibiotics are organic compounds produced by various species of


microorganisms which at low or high concentrations can kill or inhibit other
bacteria. The children or babies are more susceptible to various infections,
especially on respiratory system. Respiratory infection is a disease caused by
bacteria and viruses, such as Streptococus Pneumonia, Mycoplasma Pneumonia
and Pseudomonas aeruginosa. Based on data obtained from Cirebon Public
Health Center in 2012, respiratory infection have been second ranks of the top
ten disease in Public Health Center. High frequency of inappropriate use of
antibiotic can result in bacteria resistances. Bacteria resistance might increase the
treatments cost due to the use of diverse types of antibiotic. Antibiotics provision
is determined by knowledge and compliance in carrying therapeutic regimen.

Object: This study aimed to determine correlation between parents knowledge


and compliance of antibiotics used in pediatric patients with respiratory infections
in Cirebon Public Health Center.

Method: This study was an observational cross sectional research with


descriptive analytical approach.

Result: Based on the research, chi-square analysis show X2 calculated > Xtable
(13, 8 > 3.481), which means there was a significant correlation (p-value < 0,05)
between parents knowledge and complience of antibiotic used with in pediatric
patients with respiratory infections in Cirebon Public Health Center.

Conclusion: Parents with low antibiotics knowledge have 5,3 times possibility of
non-compliance of antibiotic treatments on their children than high knowledge
parents.

Keyword : knowledge, compliance parents, antibiotic, respiratory infections

xi
16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...............................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ................................................................iv
MOTTO HIDUP .................................................................................................v
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................ix
ABSTRAK ..........................................................................................................x
ABSTRACT ..........................................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1
B. Perumusan Masalah ......................................................................3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5
A. Infeksi Saluran Pernafasan akut ...................................................5
1. Otitis Media ............................................................................5
2. Sinusitis ..................................................................................6
3. Faringitis .................................................................................7
4. Bronkhitis ...............................................................................8
5. Pneumonia ..............................................................................9
B. Pengetahuan ..................................................................................11
C. Kepatuhan ....................................................................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................15
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................15
B. Variabel Penelitian .......................................................................15
C. Definisi Variabel Operasional ......................................................15
D. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................17
E. Bahan dan Alat ............................................................................17
F. Cara Penelitian .............................................................................20
xii
17

1. Tahap Persiapan ......................................................................20


2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ...............................................21
G. Etika Penelitian .............................................................................22
H. Analisis Hasil................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................26
A. Validitas dan Realibilitas ..............................................................26
1. Validitas ..................................................................................26
2. Realibilitas ..............................................................................27
B. Karakteristik Responden...............................................................27
C. Tingkat Pengetahuan Orang Tua ..................................................30
D. Tingkat Kepatuhan Orang Tua .....................................................33
1. Kuisioner MMAS ....................................................................33
2. Pill Count................................................................................36
E. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan ....................40
F. Keterbatasan Penelitian ...............................................................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................43
A. Kesimpulan ...................................................................................43
B. Saran ............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................45
LAMPIRAN ........................................................................................................45

xiii
18

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Mikroba Patogen Penyebab Infeksi Pernafasan ................................ 10


Tabel 2. Daftar Puskesmas dan Kasus Penderita ISPA tahun 2012 ................ 19
Tabel 3. Gambaran Umum Responden .......................................................... 28
Tabel 4. Daftar Pertanyaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua ......................... 31
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Antibiotik ......................... 33
Tabel 6. Tingkat Kepatuhan MMAS ............................................................... 35
Tabel 7. Daftar Pertanyaan Tingkat Kepatuhan MMAS ................................. 35
Tabel 8. Jenis Antibiotik yang digunakan ....................................................... 37
Tabel 9. Tingkat Kepatuhan Pill count ............................................................ 38
Tabel 10. Kriteria Tingkat Kepatuhan keseluruhan ........................................ 39
Tabel 11. Hasil analisis chi- square ................................................................. 40

xiv
19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengumpulan Sampel......................................................... 50


Lampiran 2. Karakteristik Responden............................................................. 51
Lampiran 3. Materi Kuisioner dan Kuisioner Penelitian . .............................. 52
Lampiran 4. Validitas dan Realibilitas . .......................................................... 77
Lampiran 5. Surat perizinan penelitian ........................................................... 81

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Antibiotik merupakan senyawa organik dihasilkan oleh berbagai
spesies mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah atau tinggi dapat
membunuh (bakteriosida) atau menghambat pertumbuhan bakteri lain
(bakteriostatik). Penggunaannya telah dikenal luas oleh masyarakat, di
Inggris total pengeluaran obat hampir 19 % merupakan antibiotik (Curtis et
al, 2004). Bayi atau anak lebih beresiko mendapatkan antibiotik karena daya
tahan tubuh yang rentan terhadap berbagai infeksi terutama pada bagian
organ yang menyerang pernafasan.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut meliputi pernafasan atas dan
pernafasan bagian bawah. Di Indonesia kejadian ISPA sudah sangat
mengkhawatirkan seperti yang dilaporkan oleh Nurjazuli dan Widyaningtyas
(2009) dari 450.000 kematian balita setiap tahun diperkirakan sepertiganya
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut khususnya pneumonia.
Penyebab umum infeksi pernafasan bawah di banyak negara adalah
Streptococus pneumoniae (WHO, 2007).
Data Dinas Kabupaten Cirebon menyatakan bahwa ISPA tidak
spesifik menduduki peringkat kedua dalam sepuluh penyakit tertinggi di
Puskesmas Kabupaten Cirebon tahun 2012 dengan presentasi 9,25 % dan
pada tahun 2011 memperoleh presentasi 10,9 %. Pola penyakit di pelayanan
rawat jalan di Puskemas Kabupaten Cirebon pada kelompok umur 1-4 tahun
menempati lima besar penyakit tertinggi yaitu ISPA tidak spesifik 19,13 %,
nasopharing akut 16,89 % , diare dan gastroenteritis 10,74 %, eksema 4,8 %,
gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan 3,88 %.
Diagnosis dan penanganan yang tepat belum tentu menjamin
keberhasilan pengobatan jika tidak disertai pengetahuan dan kepatuhan akan
pengobatan yang sedang dijalani. Kegagalan pengobatan dalam kasus infeksi
bakteri lebih disebabkan karena pasien lupa atau tidak patuh dalam
2

mengkomsumsi antibiotiknya. Studi yang dilakukan di Jordania menyebutkan


dari 663 responden sebanyak 77 responden menghentikan penggunaan
antibiotik tanpa konsultasi dokter dan 405 responden lainnya tidak
menyelesaikan penggunaan antibiotik terakhirnya (Suaifan et al, 2012).
Perilaku irrasional yang banyak terjadi di masyarakat adalah
menghentikan penggunaan ketika merasa sudah lebih baik atau sengaja
menghentikan penggunaan antibiotik padahal mereka sudah mengetahui
antibiotik harus dihabiskan. Dalam penelitian McNulty, et al (2007)
melaporkan bahwa 65 % responden menghentikan penggunaan antibiotik
karena merasa lebih baik atau lupa untuk mengkomsumsi obatnya. Hal ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan terhadap pengunjung
Puskesmas Rawamangun dimana 66,8 % tidak tuntas dalam meminum
antibiotik, 7,2 % diantaranya menjawab karena merasa malas untuk
mengkomsumsi obat sampai habis dan 55,4 % menghentikan penggunaan jika
merasa keluhan sudah tidak ada (Swastinitya A., et al, 2013). Penggunaan
antibiotik yang tidak sesuai aturan dapat berdampak pada tidak efektifnya
pengobatan dan resistensi bakteri yang dapat memperpanjang masa infeksi
(Wulansari, 2012).
Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat akan ISPA maupun
bahaya resistensi antibiotik membuat pengobatan menjadi tidak rasional
(Swastinitya A., et al, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Rampal Cekalet Malang menunjukan adanya hubungan linear antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku irrasional dalam penggunaan antibiotik, dimana
26 (49 %) responden berpengetahuan kurang, 37 (70 %) responden tidak
pernah mendapatkan informasi tentang bahaya resistensi antibiotik dan 36
(68%) diantaranya berperilaku irrasional dalam penggunaan antibiotik
(Wahyunadi, 2013).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan Orang Tua dalam
Pemberian Antibiotik pada Pasien Anak Penderita Infeksi Pernafasan di
Puskesmas Kabupaten Cirebon”.
3

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan orang tua tentang antibiotik pada pasien
anak penderita infeksi saluran pernafasan akut di Puskesmas Kabupaten
Cirebon?
2. Bagaimana tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik pada
pasien anak penderita infeksi saluran pernafasan akut di Puskesmas
Kabupaten Cirebon?
3. Adakah hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap kepatuhan
pemberian antibiotik pada pasien anak penderita infeksi saluran
pernafasan akut?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan dan kepatuhan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada pasien infeksi saluran nafas akut serta
mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik pada pasien anak penderita
infeksi saluran pernafasan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Pemerintah
Memberikan gambaran seberapa jauh tingkat pengetahuan dan
kepatuhan orang tua terhadap penggunaan antibiotik pada pasien anak
penderita infeksi saluran pernafasan di Puskesmas Kabupaten Cirebon
sehingga dapat menjadi masukan dan referensi untuk penelitian
selanjutnya dan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan khususnya
dalam hal penggunaan antibiotik kepada masyarakat.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan sekaligus memperoleh pengalaman untuk
melakukan penelitian lapangan mengenai tingkat pengetahuan dan
kepatuhan orang tua pada pasien anak penderita infeksi saluran
pernafasan serta memberikan masukan kepada peneliti terkait keadaan
4

langsung dilapangan sehingga dapat menjadikan peneliti menjadi seorang


good farmasist dalam hal memberikan pelayanan terkait informasi obat
kepada masyarakat.
3. Bagi tenaga kesehatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
bagi dokter, farmasis, dan tenaga kesehatan lain dalam upaya
meningkatan kepatuhan dan pengetahuan orang tua mengenai bahaya
resistensi antibiotik sehingga diharapkan dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
serta kejadian resistensi obat dapat dicegah. Dengan demikian,
diharapkan derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Yang dimaksud
infeksi pernafasan adalah mulai dari infeksi pernafasan atas dan adneksa
hingga parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
hingga 14 hari (Wantania et al, 2010).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut meliputi pernafasan bagian atas dan
pernafasan bagian bawah. Infeksi Pernafasan bagian atas meliputi rhinitis,
sinusitis, faringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran
pernafasan bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli, seperti bronkhitis,
bronchiolitis dan pneumonia.
1. Otitis Media
Otitis merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah. Infeksi ini
menjadi masalah pada bayi dan anak-anak. Penyebabnya adalah obstruksi
tuba Eustachius dan penyebab sekunder yaitu menurunya
imunokompetensi pada anak. Pada beberapa anak yang memiliki
kecenderungan otitis mengalami 3 - 4 kali episode otitis pertahun atau
otitis media yang terus menerus selama > 3 bulan.
a. Etiologi dan patogenesis
Otitis media akut ditandai dengan peradangan lokal, otalgia,
otorrhea, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun serta
demam. Otitis media efusi ditandai adanya cairan di rongga telinga
bagian tengah tanpa disertai peradangan akut. Otitis media
disebabkan oleh berbagai bakteri dan virus seperti Streptococus
pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis. Otitis
media akut kronik terbentuk sebagai konsekuensi dari otitis media
6

akut yang berulang. Penyebab otitis kronik Staphilococus aureus,


Pseudomonas aeruginosa.
b. Terapi
Penatalaksanaan otitis media akut dapat di berikan :
1) antibiotik selama 7 hari :
a) Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari
Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
b) Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari
Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
c) Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari
Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
(Depkes, 2007)
2. Sinusitis
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal.
Peradangan biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas. Pada
sinusitis akut terjadi sampai dengan 30 hari gejalanya berupa adanya
keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang bertambah parah dan
bertahan selama 10 - 14 hari pada malam hari, demam selama 3 - 4 hari.
Sinusitis sub akut gejalanya menetap selama 30 - 90 dalam kurun waktu
6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis bila
gejala terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu.
a. Etiologi dan patogenesis
Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat sekret yang
berwarna hijau atau jernih dapat pula di sertai bau, nyeri tekan pada
wajah di area pipi diantara kedua mata dan dahi. Tanda umum
seperti batuk, demam tinggi, sakit kepala, dan penurunan nafsu
makan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, foto rontgen
sinus dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk menentukan luas dan
7

beratnya sinusitis, bisa dilakukan pemeriksaan CT scan.


Penyebabnya antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza dan Moraxella catarrhalis. Sedangkan patogen yang
menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut
dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan
Streptococus Aureus. Penularan sinusitis ini terjadi melalui udara
(droplet) sehingga dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan penderita serta pemakaian masker sebagai
pencegah.
b. Terapi
Pada penderita sinusitis kronik dapat di berikan:
1) Dekonghestan untuk mengurangi penyumbatan. Pemakaian
dekonghestan ini hanya boleh digunakan dalam waktu terbatas
karena dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan
saluran hidung
2) Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
3) Antibiotik (terapi awal umumnya amoxsisilin)
Pada anak: 20 – 40 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis/25 -
45mg/kg/hari terbagi dlm 2 atau kotrimoksazol Anak: 6 - 12 mg atau
eritromisin Anak: 30 - 50 mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam Dewasa: 4
x 250-500 mg atau doksisiklin Dewasa: 2 x 100 mg (Depkes, 2005).
3. Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering
meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama
dengan tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-
anak usia 5 - 15 tahun di daerah dengan iklim panas.
a. Etiologi dan patogenensis
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam, nyeri
tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual.
Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya
pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai
8

peradangan. Penyebab bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.


Penyebab virus seperti rhino virus, adenovirus, Human
parainfluenza virus (HPIV), coxsackievirus, Epstein –Barr virus,
herpes simplex virus). Bakteria (Streptococcus, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenza).
b. Terapi
1) Untuk demam dan nyeri:
a) Dewasa : parasetamol 250 atau 500 mg, 1 – 2 tablet per oral
4 x sehari jika diperlukan atau ibuprofen 200 mg 1 – 2
tablet 4 x sehari jika diperlukan
b) Anak : parasetamol diberikan 3 kali sehari jika demam
2) Jika terjadi infeksi bakteri maka di gunakan antibiotik
a) Dewasa : kotrimoksazol 2 tablet dewasa 2 x sehari selama 5
hari, amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari,
eritromisin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari
b) Anak : kotrimoksazol 2 tablet anak 2 x sehari selama 5 hari,
amoksisilin 30 - 50 mg/kgBB perhari selama 5 hari,
eritromisin 20 – 40 mg/kgBB perhari selama 5 hari
(Depkes, 2007)
4. Bronkhitis
Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah
trakheobronkhial. Peradangan tidak meluas hingga alveoli. Pada bayi
umumnya dikenal dengan bonkhiolitis. Bronkhitis dibedakan menjadi
bronkhitis akut dan kronis. Bronkhitis akut pada anak merupakan
penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang sering
dijumpai dan penyebabnya disebabkan infeksi bakteri atau virus, alergi,
cuaca, polusi udara dan merokok
a. Etiologi dan patogenensis
Penyebab bronkhitis akut umumnya disebabkan oleh virus
seperti rhino virus, corona virus, human parainfluenza virus (HPIV)
dan respiratory synctial virus (RSV). Selain virus adapula yang
9

disebabkan oleh bakteri seperti Chlamydia pneumonia atau


Mycoplasma pneumonia. Gejalanya dapat berupa batuk parah pada
malam hari yang disertai sputum, sesak nafas, lemah lesu, adanya
ronchi, nyeri kepala, nyeri telan (faringitis).
b. Terapi
Pada bronkhitis kronis tidak dianjurkan penggunaan
antibiotika kecuali bila disertai demam dan batuk lebih dari 6 hari
karena dicurigai disebabkan oleh bakteri saluran nafas seperti
Streptococus pneumonia. Untuk batuk > 10 hari biasanya ada
keterlibatan Mycobacterium pneumonia sehingga diperlukan
antibiotik. Untuk terapi pendukung dapat digunakan bronkodilatasi
(salbutamol, albuterol), analgesik atau antipiretik (parasetamol,
NSAID), antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk.
(Depkes, 2005)
5. Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus
(bronchopneumonia). Gejala berupa nafas cepat atau nafas sesak karena
paru meradang secara mendadak. Penyakit ini sering menyerang anak
balita namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa dan usia lanjut.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau kesukaran bernafas,
nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe
chest indrawing) biasanya terjadi pada anak usia 2 bulan sampai kurang 5
tahun. Sedangkan untuk anak di bawah 2 bulan pneumonia berat ditandai
dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih
disertai penarikan kuat pada dinding dada bawah ke dalam.
a. Etiologi dan patogenesis
Penyebabnya antara lain mikroorganisme virus bakteri dan
sebagian kecil disebabkan oleh (minyak tanah, bensin) dan masuknya
makanan, minuman ke dalam saluran pernafasan (aspirasi).
10

Mikroorganisme yang paling umum dijumpai yaitu Respiratory


Syncial Virus (RSV) dan golongan bakteri yang berperan terutama
Streptococus pnemonia, Mycoplasma pnemonia dan Haemophilus
influenza type b (Hib). Mikroorganisme ini masuk melalui percikan
ludah (droplet) kemudian tersebar ke saluran pernafasan atas hingga
ke jaringan (parenkim) paru. Tanda dan gejalanya berupa demam,
tachypnea, takikardia, batuk produktif serta perubahan sputum baik
dari jumlah maupun karakterisasinya (Depkes, 2005).
b. Terapi
Penatalaksanan pada penderita dengan penyakit yang tidak
terlalu berat dapat di berikan antibiotik per oral . Pada anak penderita
gejala sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru harus
di rawat dan diberikan antibiotik secara infus, oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Penggunaan antibiotik atau agen anti mikroba didasarkan
pada penyebab infeksi pada kelompok anak:
Tabel 1. Mikroba Patogen Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan dan Terapi
Presumtif pada anak (Dipiro et al, 2008)

Umur Bakteri Patogen Terapi Presumtif


0-1 Bulan Group B Streptococcus, ampicillin-sulbactam,
Hemophilus cephalosporin,
influenzae, Escherchia coli, carbapenem, ribavirin
Listeri,
CMV,RSV,adenovirus

1-3 bulan Chlamydia, macrolide/azalide, trimtoprim-


Ureaplasma,CMV, sulfamethoxazole
Pneumocytis carinii, ribavirin,
RSV, semisyntetic penicillin,
Pneumococcus,S.aureus cephalosporin

3 bulan Pneumococcus, Hemophilus amoxicillin,cephalosporin


sampai 6 influenzae, RSV, adenovirus, ampicillin-sulbactam,
tahun Parainfluenza virus amoxicillin- clavulanate,
ribavirin
>6 tahun Pneumococus, makrolida/azalide,
Mycoplasma pneumonia, cephalosporin, amoxicillin
adenovirus clavulanate
11

Keterangan:
CMV = cytomegalo virus,
RSV = respiratory syncial virus
a. Generasi ketiga : ceftriaxine, cefatoxime,cefepim
b. Carbapenem : imipenem cilastatin, meropenem
c. Macrolide/azalide : erythromycin,clarithromycin-azithromycin
d. Semi-synthetic penicillin : nafcillin, oxacillin.
e. Generasi kedua cephalosporin : cefuroxime, cefprozil

B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia seperti indra pengelihatan pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh
dari mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunya enam tingkatan
yakni:
1. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan
sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam
suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
12

5. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

C. Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat perilaku yang tertuju terhadap instruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam pengobatan baik diet latihan ataupun menepati
janji pertemuan dengan dokter. Menurut Horne (2005) kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat menyangkut compliance, adhrence dan concordance.
Compliance didefinisikan sebagai ketaatan perilaku pasien sesuai
dengan rekomendasi pemberi resep (dokter). Terjadinya penurunan ketaatan
disebabkan kurangnya keterlibatan pasien. Adherence didefinisikan sebagai
sejauh mana perilaku pasien mengkonsumsi obat yang sebelumnya
merupakan kesepakatan antara pasien dengan pemberi resep. Pada
kesepakatan ini, pasien bebas dalam memutuskan apakah menyetujui
rekomendasi tersebut atau tidak sehingga jika terjadi kegagalan tidak ada
alasan untuk menyalahkan pasien. Sedangkan concordance yaitu perilaku
dalam mematuhi resep dari dokter, terdapat proses konsultasi yang di
dalamnya terjadi komunikasi antara dokter dengan pasien untuk mendukung
keputusan pengobatan (Horne, 2005).
Sedangkan ketidakpatuhan didefinisikan sebagai ketidakmampuan
pasien dalam mengikuti instruksi atau didefinisiskan sebagai perilaku
penyimpang. Untuk mengetahui kepatuhan seseorang berdasarkan perilaku
sangat tidak mudah. Pengukuran perilaku dapat mempengaruhi kepatuhan
pasien dalam pengobatan. Sehingga pengukuran kepatuhan rentan terhadap
reaktivitas dan bias. Reaktivitas adalah kecenderungan perhatian orang lain
13

untuk mempengaruhi perilaku. Jika pasien menyadari bahwa kepatuhan


sedang dipantau maka akan merangsang perilakunya menjadi patuh. Hal ini
dapat menyebabkan bias. Sehingga pasien enggan mengakui ketidakpatuhan
karena takut akan mengecewakan dokter dan takut akan resiko yang timbul.
Akibatnya pasien lebih sering membuat skor kepatuhan palsu dengan cara
mengambil lebih banyak obat sebelum pengujian berlangsung (Horne, 2005).
Ketidakpatuhan terdiri dari 2 jenis yaitu ketidakpatuhan yang
disengaja dilakukan oleh pasien (intentional non compliance) dan
ketidakpatuhan yang tidak disengaja (unintentional non compliance).
Ketidakpatuhan yang disengaja (intentional non compliance) meliputi
keterbatasan biaya pengobatan, sikap apatis, serta ketidakpercayaan akan
efektifitas pengobatan. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (unintentional
non compliance) disebabkan karena pasien lupa meminum obat ataupun
ketidaktahuan akan pengobatan (Lailatushifah, 2009).
Berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kemudahan dan yang
sering digunakan dalam mengukur kepatuhan dalam mengkomsumsi obat
adalah dengan menggunakan metode skala yang diadaptasi dari Morisky
Modification Adherence Scale. Dalam penelitian Morisky et all (1986)
predikif validitas serentak dalam kepatuhan pengobatan dengan menggunakan
item 4 pertanyaan divalidasi dengan cronbach alpha memiliki realibilitas
relatif tinggi sebesar 0,61 dengan konsistensi internal. Hasil penelitian
menunjukan skala validitas baik berkaitan dengan kontrol tekanan darah pada
2 tahun dan 5 tahun.
Kemudian dikembangan MMAS 8 item pertanyaan yang berisi
frekuensi kelupaan dalam minum obat, kesengajaan berhenti minum obat
tanpa sepengetahuan doker, kemampuan untuk mengendalikan diri untuk
tetap minum obat (Morisky dan Munther P., 2009). Metode yang
dikembangan dari MMAS dengan item 4 pertanyaan digunakan untuk
mengatasi beberapa aspek kepatuhan. MMAS 8 item yang memiliki
kehandalan yang lebih besar dengan nilai alpha (α = 0,83) dibanding MMAS 4
14

(α = 0,61) dan memiliki sensitivitas lebih besar dibanding metode


sebelumnya ( Filho et all, 2012)
Menurut Gupta dan Goren (2013) menyatakan kepatuhan dalam
peresepan hipertensi diukur dengan delapan item pertanyaan MMAS.
Realibilitas dan validitas MMAS diukur menggunakan CTT (Classical Test
Theory) dan analisis IRT (Item Respon Theory). Item dari 8 pertanyaan
MMAS memiliki korelasi total item berkisar 0,32- 0,72, dimana item dengan
“Melupakan dan Kesulitan mengambil semua obat memiliki korelasi tertinggi
sedangkan item “ Tidak minum obat kemarin” memiliki korelasi terendah.
Pada perkiraan reabilitas MMAS (alpha cronbach 0,72) serta reabilitas setiap
item pertanyaan diukur menggunakan model IRT yang digunakan untuk
memperkirakan diskriminasi dan kesulitan setiap item pertanyaan. Dari 8
item “ Lupa minum obat” memiliki diskriminasi tertinggi dan “Tidak minum
obat kemarin” memiliki diskriminasi terendah”.
Metode lain seperti Pill count menurut San Lio (2008) dalam
mengevaluasi kepatuhan terapi antiretroviral menggunakan Pill count
menunjukan bahwa metode ini dapat dijadikan pengukuran yang handal,
ekonomis, dan tepat waktu dalam pemantauan kepatuhan pengobatan didalam
terbatasnya sumber daya namun metode ini juga memiliki kelemahan dimana
pasien cenderung meningkatkan kepatuhan karena mereka tahu sedang
diamati. Oleh karena itu, untuk mencegah bias pengukuranya dilakukan tanpa
memberitahu maksud kunjungan tersebut serta menanyakan jumlah obat yang
diminum.
15

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian mengenai Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada pasien anak penderita ISPA termasuk dalam
jenis penelitian observational analitik.
Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional yaitu penelitian
yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor
efek (dependen) dimana observasi atau pengukurannya variabel dilakukan
satu kali pada waktu yang sama (Riyanto, 2011). Data yang di ambil untuk
mengevaluasi pengetahuan menggunakan kuisioner dan untuk mengevaluasi
kepatuhannya menggunakan MMAS (Modified Morisky Adherence Scale)
dan Pill Count.

B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel
lain yang artinya apabila variabel ini berubah maka akan mengakibatkan
perubahan variabel lain (Riyanto, 2011).Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah tingkat pengetahuan orang tua
2. Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain
yang artinya apabila variabel ini berubah akibat adanya perubahan pada
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan
orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak penderita ISPA.

C. Definisi Variabel Operasional


1. Puskesmas adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan preventif, kuratif, dan promotif secara terpadu, dalam wilayah
kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Penelitian dilaksanakan di
Puskesmas Kabupaten Cirebon.
16

2. Responden adalah orang tua pasien anak penderita ISPA yang sedang
menjalani rawat jalan di Puskesmas Kabupaten Cirebon yang bersedia
menjadi subyek penelitian.
3. Antibiotik adalah subtrat atau zat yang dapat menghambat atau
membunuh bakteri lain. Antibiotik dalam penelitian ini adalah antibiotik
yang digunakan dalam pengobatan ISPA.
4. Pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki orang tua pada pasien
anak penderita ISPA tentang penggunaan antibiotik yang pengukurannya
dinilai dengan kuisioner. Kriteria jawaban “benar” di beri skor 1 dan
jawaban “salah” di beri skor 0.
5. Pill count adalah alat untuk mengukur kepatuhan pasien dengan cara
menghitung sisa obat yang didapatkan pasien selama terapi dalam jangka
waktu yang tercantum dalam peresepan. Sisa obat dihitung pada hari ke-5
setelah pemakaian obat sesuai resep. Jenis obat yang dihitung sisanya
adalah antibiotik berbentuk sirup. Kriteria kepatuhan dengan
menggunakan pill count dikatakan patuh jika ≥ 90%, tidak patuh < 90%.
6. MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) adalah skala pengukuran
tingkat kepatuhan yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang
divalidasi sesuai keadaan pasien. Kuesioner ini terdiri dari 8 pertanyaan
mengenai yang menunjukan frekuensi kelupaan dalam minum obat,
kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, juga
kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat.
Setiap pilihan jawaban ”ya” diberi skor 1 dan jawaban ”tidak” diberi skor
0. Dimana kriteria pengukuran kepatuhan yaitu “tinggi” skor 8 ,
“medium” skor 6 - < 8, “rendah” skor < 6.
7. Kepatuhan adalah derajat dimana orang tua teratur dalam pemberian
antibiotik sesuai dengan anjuran dokter. Kriteria kepatuhan secara
keseluruhan dengan menggabungkan pill count dan MMAS , dimana di
nilai dengan :
a. Patuh : Pill count ≥ 90% , MMAS (Tinggi / Sedang )
b. Tidak patuh : Pill count < 90% , MMAS (Sedang/ Rendah )
17

Jika salah satu kriteria Pill count dan MMAS tidak terpenuhi maka
dikatakan tidak patuh.

D. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kabupaten Cirebon pada bulan
Maret hingga Juni 2014.

E. Bahan dan Alat


Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah orang tua pasien
anak penderita ISPA di Puskesmas Kabupaten Cirebon. Alat yang dipakai
dalam penelitian adalah kuisioner yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan dan kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik.
1. Kriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1) Orang tua pasien anak usia 1 - 5 tahun penderita ISPA yang
mendapatkan antibiotik.
2) Orang tua yang bersedia menjadi responden dengan mengisi
inform consent yang telah di sediakan oleh peneliti.
b. Kriteria eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi subyek penelitian.
2) Anak penderita ISPA dengan penyakit penyerta.
2. Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah orang tua pasien anak penderita Infeksi Saluran Pernafasan di
Puskesmas Kabupaten Cirebon. Dari data Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon menyatakan bahwa terdapat 57 puskesmas di
Kabupaten Cirebon. Pengambilan puskesmas dengan menggunakan
rumus:
√N + 1 (BPOM, 2010)
18

Sehingga di dapat √n+1 = √57+1 = 8,54 ≈ 8 sampel


Puskesmas di Kabupaten Cirebon. Setelah mendapatkan besar
sampel kemudian menentukan puskesmas mana yang akan dijadikan
sampel penelitian. Pengambilan sampling dilakukan dengan
proportional stratified random sampling dimana populasi yang
bersifat heterogen di bagi - bagi dalam strata atau wilayah yang
berbeda (Riyanto, 2011). Pembagian wilayah berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Cirebon yang membagi berdasarkan 4 wilayah
yaitu wilayah utara, timur, selatan, dan barat. Untuk data detail
keseluruhan Puskesmas di masing - masing wilayah dapat dilihat di
lampiran. Berikut penentuan besar sampel masing- masing wilayah
dengan menggunakan rumus :
𝑁𝑖
𝑛𝑖 = .𝑛
𝑁
(Nugrahaeni, 2010)
Keterangan :
ni = Sampel strata /sampel subpopulasi
Ni = Populasi srata/ subpopulasi
N = Populasi
n = Sampel minimal

1. Bagian Utara terdapat 8 Puskesmas


8/ 57 x 8 = 1,12 ≈ 1 puskesmas bagian utara
2. Bagian Timur terdapat 16 Puskesmas
16/57 x 8 = 2,24 ≈ 2 puskesmas bagian timur
3. Bagian Selatan terdapat 11 Puskesmas
11/57 x 8 = 1,54 ≈ 2 puskesmas bagian selatan
4. Bagian Barat terdapat 22 Puskesmas
22/57 x 8 = 3,08 puskesmas ≈ 3 puskesmas bagian barat
Setelah mendapatkan Puskesmas di setiap wilayah, kemudian
peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Pemilihan
19

Puskesmas dilakukan dengan pengocokan, sehingga didapat untuk


bagian utara yaitu Puskesmas Gunung Jati, 2 Puskesmas bagian
timur yaitu Puskesmas Losari dan Puskesmas Gebang, 2 Puskesmas
bagian selatan yaitu Puskesmas Astanajapura dan Puskesmas
Sindang Laut, 3 Puskesmas bagian barat yaitu Puskesmas Plered,
Puskesmas Plumbon dan Puskesmas Lurah. Berikut detail daftar
Puskesmas dan jumlah kasus penderita di 8 Puskesmas Kabupaten
Cirebon :

Tabel 2. Daftar Puskesmas dan Kasus Penderita ISPA tahun 2012

No Nama Puskesmas Jumlah Penderita


1. Puskesmas Gunung Jati 4132
2. Puskesmas Gebang 6106
3. Puskesmas Losari 4456
4. Puskesmas Sindang laut 1337
5. Puskesmas Astanajapura 7289
6. Puskesmas Plered 1498
7. Puskesmas Lurah 1596
8. Puskesmas Plumbon 2603
Jumlah keseluruhan 29017
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon 2012

b. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojo, 2010). Sampel yang digunakan peneliti
adalah orang tua pasien anak usia 1-5 tahun penderita ISPA.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proporsi
sampel dimana banyaknya subyek setiap strata atau wilayah berbeda
satu dengan yang lain (Arikunto, 2010).
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti dengan
variabel keluaran berupa variabel katagorik (patuh dan tidak patuh)
dapat menggunakan rumus deskriptif katagorik yaitu :
𝑍𝑎2 × 𝑃 × 𝑄
𝑛=
𝑑2
(Dahlan, 2010)
20

Keterangan :
𝑍𝛼 = deviat baku alfa
P = Proporsi kategori variabel yang diteliti
Q =1–P
𝑑 = presisi
Menurut Wulansari (2012) proporsi pengetahuan dan
kepatuhan pemberian antibiotik dapat dikatakan memiliki
pengetahuan baik juga kepatuhan yang baik dalam pemberian
antibiotik pada penderita ISPA adalah sebesar 63%. Dengan nilai
𝑍𝛼 = 1,96 dengan kesalahan prediksi yang masih diterima dimana
nilai d (presisi) ditetapkan sebesar 10%. Dengan demikian besar
sampel yang diperlukan adalah
𝑧𝑎2 × 𝑃 × 𝑄
𝑛=
𝑑2
1,962 × 0,63 × 0,37
=
0,102
= 89,5 ≈ 90 responden
Berdasarkan hasil pembulatan perhitungan diatas diperoleh
jumlah (n) 90 responden. Hasil perhitungan data secara lebih
lengkap dapat dilihat pada lampiran 1. Pengambilan sampel
dihentikan apabila sudah memenuhi jumlah kuota 90 responden.

F. Cara Penelitian
Jalannya penelitian di bagi menjadi dua bagian yaitu tahap persiapan
dan pelaksanaan:
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan peneliti membuat kuisioner mengenai
pengetahuan penggunaan antibiotik dan kuisioner MMAS yang berisi 8
pertanyaan mengenai frekuensi kelupaan minum obat, kesengajaan
berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter juga kemampuan untuk
mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat. Kuisioner MMAS
21

digunakan untuk mengukur kepatuhan pemberian antibiotik pada anak.


Selanjutnya menguji kuisioner dengan uji validitas dan realibilitas di 1
Puskesmas Kabupaten Indramayu. Pengukuran validitas kuisioner
pengetahuan dan MMAS dilakukan dengan menggunakan koefisien biseral
dan KR-20. Pengujian dilakukan dengan mengambil tempat dimana
karakterikstik sesuai dengan karakteristik responden. Apabila kuisioner
telah dikatakan valid dan reliabel maka peneliti mengajukan surat
permohonan penelitia n ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon dan Badan KesbangPolinMas Kabupaten Cirebon.
Kemudian Kepala Dinas Kesehatan yang akan mengeluarkan surat
pengantar untuk kepala Puskesmas. Adanya surat pengantar yang kepada
Kepala Puskesmas, peneliti mendapatkan ijin penelitian di Puskesmas.
Peneliti melakukan penelitian di 8 Puskesmas Kabupaten Cirebon.

2. Tahap pelaksanaan penelitian


Setelah mendapatkan ijin penelitian, kemudian dilakukan
pengumpulan data dengan cara mengunjungi Puskesmas yang telah
dijadikan tempat penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan inform consent meliputi nomer responden, umur,
pendidikan, pekerjaan, jumlah serta aturan pakai obat yang didapat dan
kuisioner yang telah diuji sebelumnya. Kuisioner dibagikan kepada
responden di Puskesmas dengan didampingi oleh peneliti. Setelah
pengisian kuisioner selesai, untuk responden yang mendapat sediaan sirup
peneliti memastikan takaran yang digunakan sesuai dengan yang
tercantum dalam etiket. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
responden mengerti aturan yang dituliskan dokter. Sedangkan pengukuran
kepatuhan dilaksanakan dengan mendatangi langsung kediaman
responden dengan melihat sisa obat yang diperoleh (Pill count) tanpa
memberitahu maksud dan jadwal kunjungan. Pada saat pengukuran sisa
obat, peneliti membagikan kuisioner MMAS kepada responden.
22

Ketika kunjungan kerumah peneliti menanyakan kembali tentang


jumlah takaran obat yang diambil untuk memastikan kesesuain dalam
etiket. Langkah pengukuran Pill count dilakukan pada hari ke- 5 setelah
obat diberikan, dimana volume sisa obat yang dihitung menggunakan
gelas ukur. Berikut rumus untuk menghitung sisa antibiotik yaitu
Jumlah obat yang diperoleh − jumlah obat sisa
% Kepatuhan = x 100%
Jumlah obat yang diperoleh-
(Anna et al, 2006).

G. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Etika penelitian dalam penelitian ini berasal dari kode
etik Universitas Jenderal Soedirman. Responden yang bersedia menjadi
responden penelitian sebelumnya akan mengisi dan menandatangani inform
consent yang telah disediakan dan bersedia mengikuti alur dalam penelitian
yang disediakan oleh peneliti.

H. Analisis Hasil
Data tentang hasil pengukuran tingkat pengetahuan dengan mengambil
nilai median sebagai “cut of point” dimana dibagi menjadi 2 katagori yaitu :
a) Pengetahuan tinggi bila nilai responden diperoleh > median
b) Pengetahuan rendah bila nilai responden diperoleh ≤ median
(Siswati, 2009)
Data kriteria kepatuhan menggunakan MMAS di katakan “tinggi” jika
mendapat skor 8 , “medium” skor 6 - < 8 , “rendah” skor < 6 . Dan kriteria
pill count di katakan patuh jika pill count ≥ 90 % , tidak patuh jika pill count
< 90 %.
Pengukuran hasil kepatuhan secara keseluruhan dengan
menggabungkan 2 parameter di atas yaitu:
23

a. Patuh : Pill count ≥ 90% , MMAS (Tinggi / Sedang )


b. Tidak patuh : Pill count < 90% , MMAS (Sedang/ Rendah )
Jika salah satu kriteria pill count dan MMAS tidak terpenuhi maka
dikatakan tidak patuh.
1. Uji Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur dapat dikatakan lain bahwa
pengukuran tersebut harus tepat dan akurat (Riyanto, 2011). Jika butir
soal Dis-Kontinum (soal berbentuk obyektif dengan skor 0 dan 1) maka
menggunakan rumus “koefisien korelasi biseral” yaitu:

( Xi  Xt )  Pi 
rbis (i )   
St  qi 
 

Keterangan:
𝑟𝑏𝑖𝑠(𝑖) : Koofisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor I

dengan skor total


Xi : Rata- rata skor total responden yang menjawab benar butir
soal
Xt : Rata- rata skor total semua responden
St : Standar deviasi skor total semua responden
P𝑖 : Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i

Q𝑖 : Proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i


Uji validitas yang digunakan menggunakan rumus koefisien
korelasi bisera, jika r hitung ≥ r tabel maka di katakan pertanyaan tersebut
valid dan bila r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid
(Riyanto, 2011).

2. Uji Realiabilitas
Pengujian realibilitas dilakukan dengan membandingkan nilai alpha
yang diperoleh pada masing-masing perhitungan validasi terhadap nilai
24

koefisien korelasi tabel, maka item tersebut dikatakan reliabel. Untuk


mengetahui apakah alat ukur yang di pakai reliabel, dapat menggunakan
rumus “Kuder Richardson – 20 ( KR- 20)” yaitu :
𝑘 𝑠 2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 =( )[ ]
(𝑘 − 1) 𝑠2
Keterangan:
𝑟11 = Reabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 𝑝𝑞 = Jumlah hasil perkalian p dan q
s = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi subjek yang menjawab item benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1 – p)
Instrumen di katakan reliabel apabila r hitung lebih besar dari r
tabel (Arikunto, 2010).
Pengukuran uji validitas dilakukan di Puskesmas Kabupaten
Indramayu dengan mengambil subyek sekitar 30 orang. Responden yang
sudah digunakan untuk uji coba tidak boleh digunakan untuk penelitian.
Jika memungkinkan uji coba kuisioner dilakukan di tempat yang berbeda
dari tempat penelitian tetapi karakteristik responden tidak jauh berbeda
(Riyanto, 2011).
Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data
secara komputerisasi. Adapun analisa yang digunakan adalah :
a. Analisis Univariat
Analisis Univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian menggunakan teknik deskriptif kuantitatif yang dinyatakan
dalam bilangan persentase dan ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi (Notoatmojo, 2010). Analisa Univariate dalam penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsikan gambaran karakteristik responden
(umur, pendidikan, pekerjaaan,penghasilan), tingkat pengetahuan dan
25

kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik pada pasien anak


penderita ISPA.
b. Analisis Bivariat
Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data
secara komputerisasi. Analisis bivariat digunakan menguji hipotesis
yang sudah ditetapkan yaitu dengan melihat hubungan antara dua
variabel (bebas dan terikat) yaitu hubungan antara tingkat
pengetahuan dan kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik
pada pasien penderita infeksi saluran pernafasan.
Analisis bivariat yang digunakan yaitu analisis chi- square
dengan hipotesis komparatif dimana variabel yang digunakan berupa
variabel katagorik (ordinal). Rumus dari uji chi square (X2) adalah
sebagai berikut :
2
(𝑓0 − 𝑓ℎ )
𝑥2 = ∑[ ]
𝑓ℎ

Keterangan :
X2 : Harga chi kuadrat yang dicari
f0 : Frekuensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi sesuai
dengan keadaan)
fh : Frekuensi yang diharapkan
Dalam penelitian uji signifikan dilakukan dengan
menggunakan batas kemaknaan taraf kepercayaan 95% dan (α) = 0,05
dengan ketentuan bila :
1) P value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak (P value ≤ α ) menunjukan
adanya hubungan yang signifikan.
2) P value > 0,05 berarti Ho diterima (P value > α ) menunjukan
tidak ada hubungan yang signifikan (Sugiyono, 2011).
26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Validitas dan Realibilitas


Validitas dan Realibilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur ketepatan setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner.
Pengujian ini dilakukan sebelum dimulainya penelitian. Peneliti terlebih
dahulu melakukan pengujian di Puskesmas Karang ampel Kabupaten
Indramayu dengan mengambil 30 responden sebagai subyek uji. Dengan
pertimbangan responden yang sudah digunakan dalam uji coba kuisioner
tidak boleh digunakan dalam penelitian dan pemilihan tempat dalam uji coba
dilakukan di tempat yang berbeda dengan karakteristik responden yang tidak
jauh berbeda dari tempat penelitian (Riyanto, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti membuat pertanyaan mengenai
pengetahuan dan kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik pada pasien
anak penderita ISPA. Kuisioner pengetahuan berisi 20 pertanyaan mengenai
pengertian antibiotik, penggunaan antibiotik, salah satu contoh antibiotik,
resistensi, makanan/ minuman yang dihindari, efek samping antibiotik,
penyimpanan serta aturan dalam pemakaian antibiotik. Sedangkan kuisioner
kepatuhan berisi 8 item pertanyaan yang diadaptasi dari Morisky Medication
Adherence Scale.
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mendapatkan pengukuran
yang tepat dan akurat. Setiap bulir pertanyaan dapat dikatakan valid jika r
hitung ≥ r table dengan taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05 pada 30
responden berkisar 0,361 (Riyanto, 2011). Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan “koefisien biseral” dengan bentuk pertanyaan objektif
dengan skor 0 dan 1. Hasil yang diperoleh pada tingkat pengetahuan
menunjukan dari 20 pertanyaan didapatkan nilai r hitung berkisar 0,402 –
0,704 sehingga dapat dikatakan valid dengan nilai r hitung lebih besar
27

dari 0,361. Sedangkan pada tingkat kepatuhan menunjukan nilai r hitung


berkisar 0,365 – 0,693 sehingga dapat dikatakan valid dengan nilai r
hitung lebih besar dari 0,361.
2. Uji Realibilitas
Uji realibilitas menunjukan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya
atau dapat diandalkan (Budiman dan Riyanto, 2013). Uji ini dilakukan
dengan menggunakan “KR-20” dengan bentuk pertanyaan objektif
dengan skor 0 dan 1. Suatu pertanyaan dapat memenuhi syarat realibilitas
apabila r hitung lebih besar dari r tabel (Arikunto, 2010). Dari data yang
diperoleh, tingkat pengetahuan memiliki r hitung yang lebih besar dari r
tabel dengan nilai sebesar 0,815 begitu juga dengan tingkat kepatuhan
orang tua memiliki nilai sebesar 0,677. Dari hasil tingkat pengetahuan
dan kepatuhan dapat diperoleh kesimpulan bahwa pertanyaan tersebut
realibel sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

B. Karakteristik Responden
Setelah kuisioner dikatakan valid dan realibel, selanjutnya melakukan
penelitian di Puskesmas se- Kabupaten Cirebon. Jumlah keseluruhan
Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Cirebon sebanyak 57 Puskesmas.
Penelitian dilakukan di 8 Puskesmas yang tersebar di wilayah bagian utara,
selatan, timur, dan barat. Untuk wilayah bagian utara meliputi Puskesmas
Gunung Jati, 2 Puskesmas wilayah bagian selatan meliputi Puskesmas
Astanajapura dan Puskesmas Sindang Laut, 2 Puskesmas wilayah bagian
timur meliputi Puskesmas Losari dan Puskesmas Gebang, serta 3 Puskesmas
wilayah bagian barat meliputi Puskesmas Plered, Puskesmas Plumbon, dan
Puskesmas Lurah. Jumlah keseluruhan responden yang digunakan adalah
sebesar 90 orang. Responden penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah orang tua pasien anak penderita ISPA yang sedang berobat jalan di
Puskesmas dan telah memenuhi kriteria inklusi.
28

Tabel 3. Gambaran Umum Responden


Data Frekuensi Presentase
Umur
20 – 24 18 20 %
25 – 29 17 18,9 %
30 – 34 33 36,7 %
35 – 39 19 21, 1 %
40 – 44 2 2,2 %
45 – 49 1 1,1 %
Tingkat Pendidikan
SD 38 42,2 %
SMP 24 26,7 %
SMA 25 27,8 %
D3/ S1 3 3,3 %
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 72 80 %
Wiraswasta 16 17,8 %
Pegawai Negeri 2 2,2 %
Penghasilan
Belum berpenghasilan 72 80 %
Rp. < 1.000.000 14 15,6 %
Rp. 1.000.000 – 2.000.000 2 2,2 %
Rp. > 2.000.000 2 2,2 %

Dari tabel 3. diketahui frekuensi umur orang tua yang berkunjung ke


Puskesmas yaitu umur 20 – 24 tahun sebesar 18 responden (20 %), umur 25 –
29 sebesar 17 (18,9 %), umur 30 - 34 tahun sebesar 33 responden (36,7 %),
umur 35 – 39 tahun sebesar 19 responden (21,1 %), umur 40 – 44 tahun
sebesar 2 (2,2 %) dan frekuensi terendah pada umur 45 – 49 tahun sebesar 1
responden dengan presentase 1,1 %. Menurut Wulansari (2012) faktor usia
dapat mempengaruhi kemampuan belajar seseorang dalam menerima
keterampilan dan informasi baru dimana seseorang yang lanjut usia lebih
mudah lupa, bingung, dan pikun.
Berdasarkan tingkat pendidikan frekuensi tertinggi responden yang
berkunjung ke Puskesmas adalah pada tingkat pendidikan SD sebesar 38
orang dengan presentase 42,2 %, SMP sebesar 24 responden (26,7 %), SMA
sebesar 25 responden (27,8 %) dan terendah pada tingkat pendidikan D3/S1
sebesar 3 responden dengan presentase 3,3 %. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2012) dimana dalam penelitian
tersebut sebanyak 56 % responden memiliki tingkat pendidikan SMA
29

sehingga akses untuk memperoleh dan memahami informasi lebih mudah.


Semakin banyak informasi yang diterima tentang penggunaan antibiotik maka
pengetahuannya pun semakin bertambah. Menurut Budiman dan Riyanto
(2012) tingkat pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang
dalam menerima informasi, semakin tinggi pendidikan makin banyak
informasi yang diterima baik dari orang lain maupun media massa. Namun
seseorang dengan pendidikan rendah tidak berarti memiliki pengetahuan
rendah juga karena pengetahuan bisa saja didapat dari berbagai sumber media
massa seperti koran, televisi, internet, lingkungan, pengalaman, pendidikan
non formal serta faktor motivasi seseorang dalam menerima dan informasi
yang tersedia dapat mempengaruhi proses memperoleh pengetahuan tersebut.
Berdasarkan pekerjaan orang tua sebesar 72 (80 %) responden
berpekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sebesar 16 (17,8 %) responden
berpekerjaan sebagai wiraswasta dan pegawai negeri sebesar 2 orang dengan
presentase 2,2 %. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wulansari (2012) dimana sebesar 18 (60 %) responden dalam penelitian
tersebut berpekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan sebesar 12 (40 %)
responden berpekerjaan sebagai swasta. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Jaya (2009) terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status
pekerjaan dengan tingkat kepatuhan seseorang dalam minum obat, hal ini
dibuktikan dengan nilai P (0,171) > α (0,05).
Berdasarkan tingkat penghasilan rata - rata responden yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 72 orang (80%) belum berpenghasilan
dan hanya menggantungkan perekonomian dari suami. Responden lain
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebagian besar menggantungkan
hidup dengan berdagang kecil- kecilan di rumah mereka dengan tingkat
penghasilan Rp. < 1.000.000 sebanyak 16 orang dengan presentase 17,8 %,
tingkat penghasilan Rp. 1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 2 orang (2,2 %) dan
tingkat penghasilan tertinggi dengan Rp. > 2.000.000 sebanyak 2 orang
dengan presentasi sebesar 2,2 %. Menurut Budiman dan Riyanto (2013)
30

status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini


berkaitan dengan ketersediaan fasilitas seseorang dalam memperoleh
informasi (misalkan sekolah ataupun internet), semakin seseorang memiliki
ekonomi tinggi maka semakin mudah untuk mendapatkan informasi baik
dalam hal pendidikan maupun media massa. Hal inilah yang dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan akan informasi yang dimilikinya akan
sesuatu.
Hal ini tidak serupa dengan penelitian yang dilakukan di Tanggerang
Selatan mengatakan bahwa faktor status ekonomi memiliki P > (α = 0,05)
yang artinya tidak ada hubungan antara status pendapatan dengan tingkat
kepatuhan minum obat pasien hipertensi (Jaya, 2009). Berbagai faktor dapat
mempengaruhi kepatuhan minum obat meliputi usia, jenis kelamin, status
sosial ekonomi yang rendah, tingkat keparahan penyakit, golongan obat yang
diresepkan, jumlah obat yang diminum, efek samping obat, dan pengetahuan
mengenai pentingnya pengobatan (Wulansari, 2012). Ketidakteraturan dalam
pemberian antibiotik dapat menyebabkan resistensi yang dapat meningkatkan
biaya pengobatan dikarenakan jenis antibiotik yang digunakan semakin
beragam.

C. Tingkat Pengetahuan Orang Tua


Pengetahuan diukur dengan menggunakan alat pengumpul data
berupa kuisioner yang telah divalidasi sebelumnya. Kuisioner berisi 20
pertanyaan yang digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan orang tua dalam
pemberian antibiotik pada pasien anak penderita ISPA. Pertanyaan berisi
pengetahuan seputar antibiotik meliputi pengertian antibiotik, penggunaan
antibiotik, salah satu contoh antibiotik, resistensi, makanan/ minuman yang
dihindari, efek samping antibiotik, penyimpanan serta aturan dalam
pemakaian antibiotik. Berikut daftar pertanyaan tingkat pengetahuan orang
tua tentang antibiotik :
31

Tabel 4. Daftar Pertanyaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Antibiotik

Jawaban
Pertanyaan Kuisioner
Benar Salah
N % N %
1. Antibiotik digunakan untuk menghambat atau 71 78,89 % 19 21,11 %
membunuh bakteri.
2. Antibiotik juga dapat digunakan untuk infeksi jamur 11 12,22 % 79 87,78 %
dan virus
3. Jika anak demam dapat langsung diberikan antibiotik 34 37,78 % 56 62,22 %
4. Jika anak batuk berdahak sebaiknya tidak diberikan 62 68,89 % 28 31,11 %
antibiotik
5. Jika anak flu dan hidung tersumbat menggunakan 37 41,11 % 53 58,89 %
antibiotik
6. Parasetamol merupakan salah satu contoh antibiotik 57 63,33 % 33 36,67 %
7. Amoxicillin merupakan salah satu contoh antibiotik 73 81,11 % 17 18,89 %
8. Pemberian antibiotik harus dihabiskan 59 65,56 % 31 34,44 %
9. Pemberian antibiotik yang tidak teratur menyebabkan 53 58,89 % 37 41.11 %
resistensi
10. Resistensi merupakan kondisi dimana bakteri kebal 49 54,44 % 41 45,56 %
atau bertahan terhadap antibiotik yang diberikan
11. Pemakaian antibiotik yang tidak teratur dapat 64 71,11 % 26 28,89 %
mengurangi efektifitas dari pengobatan
12. Pemakaian antibiotik sebaiknya tidak bersamaan 64 71,11 % 26 28,89 %
dengan susu
13. Antibiotik dapat menimbulkan reaksi alergi pada 58 64,44 % 32 35,56 %
pasien tertentu
14. Antibiotik tidak mempunyai efek samping 50 55,56 % 40 44,44 %
15. Penyimpanan yang baik adalah jauh dari jangkauan 89 98,89 % 1 1,11 %
anak- anak dan tidak terkena sinar matahari langsung
16. Menggunakan antibiotik sesuai dengan resep dokter 89 98,89 % 1 1,11 %
17. Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam 71 78,89 % 19 21,11 %
sekali
18. Jika anak sudah merasa sembuh, antibiotik dapat 17 18, 89 % 73 81,11 %
dihentikan walau belum habis
19. Melanjutkan pemberian antibiotik sampai habis walau 36 40 % 54 60 %
anak sudah merasa lebih baik
20. Jika anak tidak sembuh setelah pemakaian habis maka 60 66, 67 % 30 33,33 %
anda akan mengubah pemakaian antibiotik tanpa
berkonsultasi ke dokter

Tabel 4. digunakan untuk mendeskripsikan pengetahuan orang tua


dalam pemberian antibiotik pada pasien anak ISPA. Didapatkan hasil nilai
mean 12,27 dan median 12,00. Dengan mengambil nilai median sebagai “cut
of point” maka nilai dari ≤ 12 dikatakan rendah dan > 12 dikatakan tinggi
(Siswati, 2009).
Dari 90 responden di 8 Puskemas Kabupaten Cirebon diketahui
bahwa sebesar 78,89 % responden telah mengetahui pengertian antibiotik
dalam membunuh bakteri dan sebesar 87,78 % responden salah menafsirkan
32

antibiotik dapat digunakan juga untuk infeksi jamur dan virus. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Mc.Nulty (2007) mengatakan sebesar 43 %
responden dalam penelitian tersebut menyetujui jawaban yang salah dimana
antibiotik juga dapat digunakan untuk membunuh virus.
Pengetahuan penggunaan antibiotik sehari - hari sebesar 37,78 %
responden menjawab benar jika anak demam sebaiknya tidak langsung
diberikan antibiotik karena penyebab panas atau demam belum tentu
disebabkan oleh bakteri melainkan juga virus. Sehingga dokter harus lebih
bijak dalam penggunaan antibiotik pada anak. Penggunaan antibiotik ketika
anak flu dan hidung tersumbat sebesar 58,89 % responden menjawab salah
jika mengatakan antibiotik dapat digunakan ketika anak flu dan hidung
tersumbat. Hal ini juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Mc.Nulty juga
mengatakan 32 % responden dalam penelitian masih menjawab salah bahwa
antibiotik dapat digunakan untuk batuk dan flu. Rendahnya pemahaman
masyarakat dalam penggunaan antibiotik dikarenakan belum di
aplikasikannya secara maksimal penyerahan obat sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh Puskesmas, sehingga
SOP ini hanya disimpan dan tidak lagi dijadikan pedoman untuk evaluasi
pelayanan yang telah diberikan.
Dalam hal aturan pakai antibiotik sebanyak 98,89 % responden telah
melakukan penggunaan sesuai resep dokter dan 81,11 % responden
mengetahui bahwa amoxicillin merupakan salah satu contoh antibiotik.
Sebanyak 58,89 % responden telah mengetahui pemberian antibiotik yang
tidak teratur menyebabkan resistensi dan 65,56 % responden menjawab
pemakaiannya harus dihabiskan. Hal ini berbanding dengan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Rampal Cekalet Malang dimana 49 % responden
tersebut masih berpengetahuan kurang mengenai bahaya resistensi
(Wahyunadi, 2013).
Ketika anak sudah merasa lebih baik responden sebanyak 36 (40 %)
responden lebih memilih melanjutkan antibiotik dan sebanyak 17 (18,89 %)
responden memilih tidak melanjutkan pemberian antibiotik dikarenakan
33

sudah merasa lebih baik dan merasa malas untuk memberikan obat ketika
sang anak sudah sembuh. Penelitian yang dilakukan di Inggris juga
mengatakan bahwa sebagian responden (87%) dalam penelitian tersebut tidak
menyelesaikan penggunaan padahal mereka tahu antibiotik harus sampai
tuntas (Mc.Nulty, 2007). Penelitian lain yang dilakukan oleh Panagakou et all
(2011) di Yunani mengatakan bahwa sebesar 10 % orang tua jarang
memberikan antibiotik tanpa berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu, hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan dimana sebesar 66,67 % orang tua
yang berkunjung ke Puskesmas umumnya akan mengubah antibiotik tanpa
berkonsultasi ke dokter jika anak tidak kunjung sembuh. Berdasarkan
gambaran tersebut berikut hasil tingkat pengetahuan orang tua tentang
antibiotik:
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Antibiotik
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase
(n) (%)
Rendah 49 54,4 %
Tinggi 41 45,6 %
Jumlah 90 100 %

Berdasarkan tabel 5. didapatkan hasil dari 90 responden di 8


Puskesmas Kabupaten Cirebon sebesar 49 (54,4 %) responden memiliki
tingkat pengetahuan rendah dan sebesar 41 (45,6 %) responden yang
berpengetahuan tinggi tentang antibiotik. Hal ini jelas berbanding dengan
penelitian yang dilakukan di Puskesmas KendalSari Kota Malang bahwa
sebesar 19 (63 %) responden dalam penelitian tersebut memiliki tingkat
pengetahuan baik, sebesar 6 (20 %) responden berpengetahuan cukup baik,
sebesar 3 (10 %) responden berpengetahuan kurang baik dan sebesar 2 (7 %)
responden memiliki pengetahuan tidak baik tentang antibiotik (Wulansari,
2012).

D. Tingkat Kepatuhan Orang Tua dalam Pemberian Antibiotik


Kepatuhan Orang tua diukur menggunakan kuisioner yang diadaptasi
dari Morisky Modified Adherence Scale dan Pill count untuk melihat sisa obat
34

yang digunakan. Metode Pill count dilakukan dengan mengunjungi rumah


responden pada hari ke- 5 setelah peresepan obat pada penyakit ISPA. Dalam
Depkes (2012) dijelaskan bahwa klasifikasi ISPA di Puskesmas terdiri dari
pneumonia berat jika terdapat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK) disertai nafas cepat, pneumonia jika tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (TDDK) disertai nafas cepat untuk usia 12 bulan - < 5
tahun memiliki frekuensi pernafasan > 40x/menit, dan batuk bukan
pneumonia atau batuk pilek biasa tanpa disertai tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) dan tidak ada nafas cepat. Pengobatan ISPA dalam
Depkes (2012) dengan menggunakan antibiotik kotrimoksazol dan
amoksisilin diberikan selama 5 hari dengan tindak lanjut pada 2 hari setelah
mendapat antibiotik di fasilitas kesehatan jika keadaan memburuk maka ke
dokter akan merujuk ke Rumah Sakit, jika keadaan tetap sama maka
mengganti antibiotik atau merujuk dan jika keadaan membaik maka
meneruskan antibiotik sampai 3 hari berikutnya.
Pengukuran kepatuhan keseluruhan dengan menggabungkan MMAS
dan Pill count dimana dikatakan patuh bila Pill count ≥ 90%, MMAS (Tinggi/
Sedang) dan kepatuhan rendah bila Pill count < 90 % dan MMAS (Sedang/
Rendah).
1. Kuisioner MMAS
Kuisioner MMAS ini terdiri dari 8 pertanyaan yang berupa
frekuensi kelupaan minum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter ketika merasa buruk juga kemampuan untuk tetap
mengendalikan diri untuk minum obat (Morisky dan Munther P., 2009 ).
Setiap bulir pilihan jawaban berbentuk objektif dengan jawaban
“ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Kriteria kepatuhan
kuisioner MMAS dibagi tinggi, sedang dan rendah. Pengukuran
kepatuhan menggunakan MMAS dengan skor 8 dikatakan “tinggi”, skor 6
- < 8 dikatakan “sedang”, skor < 6 dikatakan “rendah”. Berikut hasil
tingkat kepatuhan orang tua :
35

Tabel 6. Tingkat kepatuhan MMAS


Tingkat kepatuhan Frekuensi Presentase
(n) (%)
Tinggi “8” 0 0%
Sedang “6 - < 8” 48 53,3 %
Rendah “< 6” 42 46,7 %
Jumlah 90 100 %

Hasilnya menunjukan dari total 90 responden yang diberikan


kuisioner MMAS diketahui bahwa rata - rata responden memiliki tingkat
kepatuhan “sedang” sebanyak 48 (53,3 %) dan tingkat kepatuhan
“rendah” sebanyak 42 (46,7 %). Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Morisky (2008) kepatuhan menggunakan MMAS terhadap
pasien hipertensi diketahui bahwa pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi
lebih dapat mengontrol tekanan darahnya dibanding pasien dengan
tingkat tingkat kepatuhan sedang atau rendah, dimana sebanyak 32,1 %
responden memiliki tingkat kepatuhan rendah, 52,0 % responden
memiliki tingkat kepatuhan sedang, 15,9 % responden diantaranya
memiliki tingkat kepatuhan tinggi. Berikut ini daftar pertanyaan tingkat
kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik :
Tabel 7. Daftar Pertanyaan Tingkat Kepatuhan MMAS

Ya Tidak
Pertanyaan Kuisioner
N % N %
1. Apakah anda kadang-kadang lupa 34 37,78 % 56 62,22 %
memberikan antibiotik untuk anak anda?
2. Orang kadang- kadang tidak sempat 43 47,78 % 47 52,22 %
memberikan antibiotik bukan karena lupa.
Selama 7 hari terakhir, apakah ada hari- hari
yang anda juga lupa untuk memberikan
antibiotik pada anak ?
3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti 69 76,67 % 21 23,33 %
memberikan antibiotik tanpa memberitahu
dokter anda karena merasa kondisi tambah
parah ketika anak anda minum antibiotik
tersebut ?
4. Ketika anda berpergian/ meninggalkan 47 52,22 % 43 47,78 %
rumah, apakah kadang- kadang anda lupa
membawa antibiotik?
5. Apakah anak anda minum antibiotik 85 94,44 % 5 5,56 %
kemarin?
6. Ketika anak anda merasakan gejala yang 80 88,89 % 10 11,11 %
tidak diinginkan, apakah anda berhenti
memberikan antibiotik ?
36

Lanjutan tabel 7.
Ya Tidak
Pertanyaan Kuisioner
N % N %
7. Minum antibiotik setiap hari merupakan hal 60 66,67 % 30 33,33 %
yang tidak menyenangkan. Apakah anda
pernah merasa terganggu dengan rencana
perawatan anak anda?
8. Seberapa sering anda mengalami kesulitan 67 74,44 % 23 25,56 %
untuk memberikan antibiotik pada anak
anda
a. Tidak pernah/ jarang
b. Sekali- kali saja/ tidak tentu
c. Kadang- kadang
d. Biasanya

Tabel 7. digunakan untuk menggambarkan tingkat kepatuhan


orang tua dengan menggunakan kuisioner MMAS. Pada pertanyaan “lupa
memberikan antibiotik” sebanyak 37,78 % responden menjawab “lupa
memberikan antibiotik”, sebanyak 47,78 % lupa memberikan antibiotik
selama anak sakit, 52,22 % responden kadang-kadang lupa membawa
antibiotik ketika berpergian. Hal ini berbeda dimana menurut Gupta dan
Goren (2013) perilaku ketidakpatuhan pada pasien hipertensi menujukan
bahwa “kesulitan mengambil obat” dan “lupa mengambil obat”
merupakan jawaban tertinggi dalam penelitian tersebut.
Pertanyaan kesengajaan berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter sebanyak 76,67 % responden orang tua menjawab
“berhenti memberikan antibiotik tanpa memberitahu dokter ketika
merasa lebih buruk” dan sebanyak 88,89 % “berhenti memberikan
antibiotik ketika anak merasakan gejala yang tidak diinginkan”.
Pada pertanyaan kemampuan untuk mengendalikan dirinya
sebanyak 94,44 % responden mengatakan “anak mereka minum
antibiotik kemarin” merupakan jawaban tertinggi yang diberikan orang
tua. Hal ini berbeda dimana 8 % responden pasien hipertensi “minum
obat kemarin” (Gupta dan Goren, A., 2013).
2. Pill Count
Pill count merupakan metode observasi langsung yang digunakan
untuk menghitung jumlah sisa obat. Menurut Horne (2006) dalam
Lailatushifah (2009) metode Pill count memiliki kekurangan dimana
37

reponden akan menyembunyikan atau membuang obat tanpa


sepengetahuan peneliti sehingga untuk mengatasinya peneliti mendatangi
kediaman responden tanpa tidak memberitahu maksud dan jadwal
kunjungan. Pengukuran sediaan obat berbentuk sirup dilakukan dengan
menggunakan gelas ukur dimana sebelumnya peneliti memastikan
terlebih dahulu takaran sediaan obat yang digunakan. Berikut jenis
antibiotik yang digunakan pada kasus ISPA di Puskesmas Kabupaten
Cirebon :
Tabel 8. Jenis antibiotik yang digunakan

Jumlah pasien Frekuensi


Antibiotik
(n) (%)
Amoxicillin 49 54,4 %
Cotrimoxazole 41 45.6 %
Jumlah 90 100 %

Hasil didapatkan 54,4 % antibiotik yang digunakan untuk pasien


anak penderita ISPA yaitu amoxicillin dan 45,6 % yaitu cotrimoxazole.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Rampal Cekalet Malang dimana
penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan dalam penelitian
tersebut yaitu amoxicillin sebesar 70 % (Wahyunadi, 2013).
Penggunaan antibiotik di masing- masing Puskesmas Kabupaten
Cirebon berbeda- beda dikarenakan ada atau tidaknya ketersediaan di
Puskesmas, sehingga seringkali dokter akan meresepkan sediaan yang
tidak sesuai dengan guideline yang ditentukan.
Pada beberapa kasus batuk bukan pneumonia yang ditandai
dengan tidak adanya TDDK disertai demam > 3 hari dokter seringkali
meresepkan amoxicillin sebagai antibiotik karena kekhawatiran adanya
infeksi. Menurut Asmoko (2004) hal ini juga dengan alasan agar pasien
cepat sembuh dan mencegah infeksi lebih parah seperti halnya
pneumonia. Padahal dalam pengobatan yang tertulis dalam Depkes
(2012) antibiotik pilihan pertama untuk ISPA pada anak di fasilitas
kesehatan sekunder seperti Puskesmas yaitu cotrimoxazole dan pilihan
kedua yaitu amoxicillin (Depkes, 2012).
38

Cotrimoxazole merupakan antibiotik golongan sulfonamide,


sediaan ini merupakan kombinasi antara sulfamethoxazole (SMZ) dan
trimetoprim (TM) dimana mempunyai aktivitas antibakteri spektrum luas
terhadap mikroba gram negative dan gram positif. Mekanisme kerja
sulfametoksazol yaitu dengan menghambat sintesis asam folat,
sedangkan trimethoprim bekerja dengan menghambat enzim alur sintesis
asam folat. Kombinasi dari efek sinergis ini dapat digunakan pada terapi
infeksi seperti sinusitis, otitis media akut, infeksi saluran kecing (Depkes,
2005). Sedangkan amoxicillin merupakan golongan penisilin yang paling
umum banyak digunakan, memiliki anti bakterisidal dengan mekanisme
menghambat sintesis dinding sel (Depkes, 2005).
Perhitungan sisa obat dilakukan dengan mendatangi kediaman
responden pada hari ke- 5 setelah peresepan tanpa memberitahu jadwal
dan maksud kunjungan. Di kediaman responden, peneliti menanyakan
kembali jumlah takaran yang digunakan untuk memastikan kesesuian
dalam etiket kemudian membagikan kuisioner MMAS dilanjutkan
pengukuran volume sisa antibiotik sediaan sirup dengan menggunakan
gelas ukur. Setelah hasil volume sisa obat diperoleh, kemudian
menghitung presentase kepatuhan dengan cara jumlah obat yang
diperoleh dikurangi jumlah sisa obat dibagi jumlah obat yang diperoleh
dikalikan seratus persen (Anna et al, 2006). Berikut tingkat kepatuhan
orang tua yang pengukurannya menggunakan Pill count :
Tabel 9. Tingkat Kepatuhan Pill count
Tingkat Kepatuhan Frekuensi Presentase
(n) (%)
Tidak Patuh “ < 90 % “ 52 57,8%
Patuh “ ≥ 90 % ” 38 42,2 %
Jumlah 90 100 %

Berdasarkan tabel 9. diketahui bahwa sebesar 52 (57,8 %)


responden tidak patuh dalam menuntaskan pemberian antibiotik pada
anak dan sebesar 38 (42,2 %) responden diantaranya patuh dalam
menuntaskan antibiotik. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
39

dilakukan oleh Hayati (2011) mengatakan bahwa sebesar 43 (56,58 %)


responden patuh dan sebesar 33 (43,42 %) responden diantaranya tidak
patuh dalam pengobatan yang diberikan.
Jika dilihat sediaan obat yang diberikan oleh dokter di Puskesmas
kurang sesuai dengan aturan pakai selama 5 hari pengobatan. Hal ini
dikarenakan keterbatasan Puskesmas dalam menyediakan stok obat
sehingga pasien hanya mendapat perorang satu obat. Menurut Setiyani
(2005) juga mengatakan bahwa sebagian besar antibiotik yang
diresepkan dalam penelitian tersebut kurang dari 5 hari dan yang paling
banyak diresepkan hanya untuk 3 hari saja. Padahal jelas hal tersebut
dapat menimbulkan resistensi apalagi ditambah dengan pemakaian yang
tidak sampai tuntas.
Kriteria kepatuhan keseluruhan diperoleh dengan
menggabungkan MMAS dan Pill count. Berikut hasil tingkat kepatuhan
keseluruhan :
Tabel 10. Kriteria Tingkat Kepatuhan Keluruhan
Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase
(n) (%)
Tidak Patuh 54 60 %
Patuh 36 40 %
Jumlah 90 100 %

Tabel 10. menunjukan tingkat kepatuhan orang tua dalam


pemberian antibiotik didapatkan bahwa sebesar 54 (60 %) responden
tidak patuh dan sebesar 36 (40 %) responden patuh dalam memberikan
antibiotik pada anak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wulansari (2012) dimana sebagian besar 21 (70 %) responden
dalam penelitian tersebut patuh dalam pemberian antibiotik pada anak.
Menurut Wibowo dan Soedibyo (2008) alasan yang diberikan
orang tua dalam pemberian antibiotik jangka pendek ( < 7 hari ) pada
anak adalah lupa dan sibuk, dimana memiliki korelasi kuat dengan nilai
OR 0,086 dengan alasan “lupa” dan OR 0,023 dengan alasan “sibuk”.
Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak menganalisa faktor
ketidakpatuhan tersebut.
40

E. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Orang Tua


dalam Pemberian Antibiotik
Analisis ini digunakan untuk menghubungkan antara tingkat
pengetahuan orang tua dengan tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian
antibiotik pada pasien anak penderita ISPA. Berdasarkan dk = 1 dengan taraf
kesalahan yang ditetapkan 5 % maka harga Chi Kuadrat = 3,481 , jika harga
Chi Kuadrat hitung lebih besar dari tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
(Sugiyono, 2011). Berikut hasil analisis chisquare :
Tabel 11. Hasil analisis chisquare tingkat pengetahuan antibiotik dengan tingkat
kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak

Tingkat Kepatuhan
Pengetahuan Tidak Patuh Patuh P X2 OR
N % N %
Rendah 38 42,2 % 11 12,2 %
Tinggi 16 17,8 % 25 27,8 % 0,00 13,8 5,3
Total 54 60 % 36 40 %
Uji chisquare

Tabel 11. Diperoleh bahwa dari 49 responden yang berpengetahuan


rendah sebesar 38 responden yang tidak patuh dan sebesar 11 responden
lainnya patuh dalam menghabiskan antibiotik. Hal ini disebabkan karena
orang tua seringkali dengan sengaja tidak memberikan obat hingga tuntas
ketika anak sudah merasa lebih baik. Menurut Hayati (2011) pasien dengan
alasan sudah lebih baik pernah dengan sengaja menghentikan pengobatan dan
membuang obat. Sisanya sebesar 41 responden lainnya memiliki tingkat
pengetahuan tinggi tentang antibiotik diantaranya sebesar 25 responden
patuh, sisanya sebanyak 16 responden lebih memilih tidak patuh dalam
memberikan antibiotik sampai habis. Menurut Wahyunadi (2013)
menjelaskan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
bahaya resistensi dengan perilaku penggunaan antibiotik dimana semakin
rendah pengetahuan seseorang tentang bahaya resistensi antibiotik maka
semakin irrasional perilaku sehingga dapat berdampak pada kepatuhan
seseorang dalam penggunaan antibiotik.
41

Bila dilihat dari hasil analisis menunjukan bahwa harga chi kuadrat
(X2) hitung yaitu 13,8 , hal ini berarti menunjukan chi kuadrat hitung lebih
besar dari chi kuadrat tabel (13,8 > 3,481) dengan nilai signifikansi P < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulan tersebut terdapat
perbedaan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan tingkat kepatuhan
orang tua dalam pemberian antibiotik. Dengan nilai OR 5,3 yang artinya
responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang antibiotik
memiliki kemungkinan untuk tidak patuh dalam memberikan antibiotik pada
anaknya 5,3 kali lebih tinggi daripada orang tua yang memiliki pengetahuan
tinggi. Hal ini juga menurut Wulansari (2012) berdasarkan hasil uji spearman
tersebut diperoleh nilai 0,00 < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima
yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan orang
tua dalam pemberian antibiotik di Puskesmas Kendalsari Kota Malang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Morisky (2008) tingkat pengetahuan
memiliki OR 1,15 terhadap kepatuhan yang diukur menggunakan MMAS.
Pengetahuan adalah bagian proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran tersebut juga dipengaruhi oleh faktor motivasi dan
ketersediaan informasi (Budiman dan Riyanto, 2013). Dengan adanya
motivasi dalam proses pembelajaran maka kinerja belajarnya akan semakin
meningkat. Menurut Notoatmodjo (2007), Budiman dan Riyanto (2013)
pengetahuan merupakan bagian perilaku seseorang sebelum memutuskan
mengambil tindakan. Dimana perilaku didasarkan pengetahuan, sikap
positif, dan kesadaran akan bersifat langgeng dibanding yang tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran (Wahyunadi, 2013).
42

F. Keterbatasan peneliti
1. Pengukuran sisa obat (Pill count) hanya dilakukan sekali.
2. Variabel yang digunakan hanya tingkat pengetahuan tentang antibiotik
saja tanpa pengetahuan akan penyakitnya.
3. Peneliti tidak memastikan apakah orang tua menggunakan pengasuh anak
atau tidak, sehingga tidak bisa mengetahui apakah orang tua benar- benar
memberikan antibiotik pada anak atau menggunakan pengasuh dalam
mengurus anaknya.
43

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil berikut:
1. Gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang pengetahuan antibiotik
di Puskesmas Kabupaten Cirebon didapatkan hasil sebesar 41 (45,6%)
responden berpengetahuan tinggi dan sebesar 49 (54,4%) responden
berpengetahuan rendah tentang antibiotik.
2. Gambaran tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik pada
pasien anak penderita ISPA di Puskesmas Kabupaten Cirebon didapatkan
hasil sebesar 36 (40%) responden patuh dalam memberikan antibiotik
pada anak dan sebesar 54 (60 %) responden tidak patuh dalam
memberikan antibiotik pada anak.
3. Berdasarkan hasil uji chisquare dapat disimpulkan ada perbedaan antara
tingkat pengetahuan orang tua tentang antibiotik dengan tingkat kepatuhan
orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak dengan nilai P (0,00) <
0,05.

B. Saran
1. Sebaiknya Dinas Kesehatan lebih aktif meninjau ketersediaan obat di
Puskemas sehingga dapat mengatasi keterbatasan sediaan di Puskesmas
serta untuk para petugas kesehatan juga meningkatkan pelayanan
khususnya dalam memberikan informasi tentang antibiotik kepada orang
tua serta lebih menaati Sistem Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan
ketentuan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi pelayanan yang
diberikan.
2. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan menganalisa faktor- faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik serta
faktor motivasi anak dalam meminum obat.
44

DAFTAR PUSTAKA

Asmoko, R. R. P. D., 2004, Pola Pengobatan Balita Penderita ISPA Non


Pneumonia di Puskesmas Purwokerto Timur I dan Puskesmas Purwokerto
Timur II Tahun 2003 [skripsi], Purwokerto, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Ana C. Maria, Bonga D., 2006, Factors influencing compliance with iron
supplementation among pregnant woment, Social Science Diliman 3(1-2),
84-107.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Badan POM. 2010. Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik


yang Baik. Jakata : Badan POM.

Budiman, Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner: Pengetahuan dan sikap


dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Curtis, C., Marriott J., Langley C., 2004, Development of prescribing indicator for
objective quantification of antibiotic usage in secondary care, Journal of
Antimicrobial Chemotherapy 54: 529-533.

Dipiro, T.J. ,Talbert, R. L., Yee, G.C., Matzke, G. R., Welss, B. G., Possey, L. M.,
2008, Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, 7th Ed, The Mc.
Graw Hill Company, USA, halaman 1807.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi


Saluran Pernafasan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.


Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi


Antibiotik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran


Pernafasan Akut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon.


Kabupaten Cirebon : Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon.

Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon.


Kabupaten Cirebon: Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon.
45

Dahlan, M. S. 2010. Besaran Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:


Salemba Medika.

Dahlan, M. S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Filho- Oliveira A. D., Filho- Barreto J.A., Neves S. J. F., Junior Lyra D. P., 2012,
Asssociation between the 8- item Morisky Modification Adherence Scale
(MMAS– 8) and Blood Pressure Control, Arquivos Brasileiros de
Cardiologia 99: 1.

Gupta S. MS., Goren A., 2013, Application of Item Response Theory in


Validating the Morisky Medication Adherence Scale in Patients with
Hypertensi, Journal of the International Society for Pharmacoeconomics
and Outcomes Research 16 (3): A4.

Horne, R., 2005, Compliance, Adherence and compliance in medication taking.


Report for the National Co-ordinating Centre for NHS Service Delivery
and Organisation R & D (NCCSDO).

Horne, R., 2006, Compliance, Adherence and Concordance: Implications for


asthma treatment, Chest Journal 130: 65S- 72S.

Hayati, A., 2011, Evaluasi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkolosis Paru


Tahun 2010- 2011 di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok
[skripsi], Depok, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Farmasi, Universitas Indonesia.

Jaya, N. T. A. A., 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat Antihipertensi di Puskesmas
Pamulang Kota Tanggerang Selatan Propinsi Banten Tahun 2009
[skripsi], Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Krousel W. M., Islam T., Webber L. S., Re R., Morisky D. E., Muntner P., 2009,
New Medication Adherence Scale Versus Pharmacy Fill Rates in Senior
with Hypertention, American Journal of Managed Care, 15 (1) : 59-66.

Lailatushifah, S. N., 2009, Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis


dalam mengkonsumsi obat harian [skripsi], Yogyakarta, Fakultas
Psikologi, Universitas Mercu Buana.

McNulty, Cliodna A.M., Boyle Paul, Nicholas Tom, Clappison Peter, Davey P.,
2007, Don’t wear me out- The Public’s knowldege of and attitudes to
antibiotic use, Journal of antimicrobial Chemoterapy 59: 727-738.
46

McNulty, Cliodna A.M., Boyle Paul, Nicholas Tom, Clappison Peter, Davey P.,
2007, The Public’s attitudes to and compliance with antibiotics, Journal of
antimicrobial Chemoterapy 60: i63-i68.

Morisky, D. E., Green Lawrence W., Levine D. M., 1986, Concurrent and
Predictive Validity of a Self- reported Measure of Medication Adherence,
Medical Care 24: 1.

Morisky, D. E., Ang A., Krousel- Wood M., Ward H. J., 2008, Predictive Validity
of Medication Adhrerence Measure in an Outpatient Setting, Journal of
Clinical Hypertension 10: 348-354.

Morisky, D. E., Muntner, P., 2009, New Medication Adherence Scale Versus
Pharmacy Fill Rates in Senior with Hypertention, American Journal of
Managed Care, 15 (1) : 59-66.

Nurjazuli A. M, Widyaningtyas, R., 2009, Faktor Risiko Dominan Kejadian


Pneumonia Pada Balita, Jurnal Respirologi Indonesia 29 : 2. [online].
http://jurnalrespirologi.org/.../Artikel%20NURJAZULI.pdf%E2%80%8E
[15 Desember 2013].

Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Notoadmojo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nugrahaeni, D. 2010. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : Kedokteran EGC.

Panagakou, S. G., Spyridis, N., Papaevangelou, V., Theodoridou, K. M.,


Goutziana, G. P., Thedoridou, M. N., et all , 2011, Antibiotic use for upper
respiratory tract infection in children: A cross- sectional survey of
knowledge, attitudes, and practice (KAP) of parents in Greece, BMC
Pediatrics 11: 60.

Rachmat, M., 2011. Biostatistik Aplikasi pada Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Kedokteran EGC.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Setiyani, W., 2005, Penggunaan antibiotik pada Penderita ISPA Non Pneumonia
di Puskesmas Sokaraja I dan di Puskesmas Sokaraja II Tahun 2004
47

[skripsi], Purwokerto, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah


Purwokerto.

San Lio M. M., Carbini R., Germano P., Guidotti G., Mancinelli S., Magid N. A.,
Narciso P., Palombi L., Renzi E., et all, 2008, Evaluating Adherence to
Highly Active Antiretroviral Therapy with Use of Pill Counts and Viral
Load Measurement in the Drug Resources Enhancement against AIDS and
Malnutrition Program in Mozambique, Clinical Infectious Disease 46:
1609.

Sugiyono. 2011. Statistik Non Parametriks Untuk Penelitian. Bandung: CV


Alfabeta.

Suaifan, G., Shehadeh, M., Darwish, D., Al-Ije, H., Yousef, A. M., Darwish, R.,
2012, A cross-sectional study on knowledge,attitude, and behavior related
to antibiotic use and resistance, among medical and non medical university
student in Jordan. African Journal of Pharmacy and Pharmacology 6 (10),
763-770.

Siswati, S., 2009, Analisis Penggunaan Antibiotika yang Tidak Rasional Pada
Balita Penderita bukan Pneumonia di Kota Padang, Saintek 13 : 1.

Swastiniya, A., Kurniasari, D., Amalia, F., Al-Huraiby, L. S., Saily, S.,
Herqutanto, 2013, Pengetahuan dan Perilaku Pengunjung Puskesmas dan
Tenaga Kesehatan terhadap Penggunaan Antibiotik pada ISPA. eJKI 1: 2.

Wibowo, R., dan Soedibyo, R., 2008, Kepatuhan Berobat dengan Antibiotik
Jangka Pendek di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Sari Pediatri 10 (3): 171-
6

Wahyunadi, N. M. D., 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya


Resistensi Antibiotik dengan Perilaku Penggunaan Antibiotik yang
Irasional Pada Pasien di Puskesmas Rampal Celaket Malang [skripsi],
Malang, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

[WHO] Word Health Organization. 2005. Handbook IMCI Integrated


Management of Childhood Illnes.

[WHO] Word Health Organization. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi


saluran pernafasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan
pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. [terhubung berkala].
www.who.int/iris/.../WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf [10 Oktober 2013].
48

Wulansari, A., 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Orang tua


dalam pemberian Antibiotik pada anak (usia 1-4 tahun) penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas KendalSari Kota Malang [skripsi],
Malang, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Wantania, J. M., Naning, R., Wahani, A., 2010, Infeksi Respiratori Akut, Di
dalam: Raharjoe, N. N., Supriyatno, B., Setyanto, D. B., penyunting. Buku
Ajar Respirologi Anak. Cetakan kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
halaman 268-276.
49

LAMPIRAN
50

LAMPIRAN 1

Data Pengumpulan Sampel

1. Puskesmas wilayah bagian Utara


a. Puskesmas Gunung Jati
4132/29017 x 90 = 12,8 ≈ 13 responden

2. Puskemas wilayah bagian Timur


a. Puskesmas Gebang
6106/29017 x 90 = 18,9 ≈ 19 responden
b. Puskesmas Losari
4456/29017 x 90 = 13,8 ≈ 14 responden

3. Puskesmas wilayah bagian selatan


a. Puskesmas Sindang laut
1337/29017 x 90 = 4,14 ≈ 4 responden
b. Puskesmas Astanajapura
7289/29017 x 90 = 22,60 ≈ 22 responden

4. Puskesmas wilayah bagian barat


a. Puskesmas Plered
1498/29017 x 90 = 4,64 ≈ 5 responden
b. Puskesmas Lurah
1596/29017 x 90 = 4,95 ≈ 5 responden
c. Puskesmas Plumbon
2603/29017 x 90 = 8,07 ≈ 8 responden
51

LAMPIRAN 2
Karakteristik Responden

R = ( N tertinggi – N terendah )

K = 1 + 3,3 Log N

IK = R / JK

Keterangan

R = Range

K = Banyaknya kelas atau Jumlah Kelas

IK = Interval Kelas

N = Sampel (Rachmat, M., 2011)

a. Karakteristik Umur Responden


R = ( N tertinggi – N terendah )
= ( 48 – 20 )
= 28

K = 1 + 3,3 Log N
= 1 + 3,3 log 90
= 7,4

IK = R / JK
= 28 / 7,4
= 3,78 ≈ 4

Karakteristik untuk Responden Orang Tua


1. 20 – 24
2. 25 – 29
3. 30 – 34
4. 35 – 39
5. 40 – 44
6. 45 – 49
52

LAMPIRAN 3

MATERI KUISIONER

1. Pengetahuan orang tua tentang antibiotik

No Materi Presentasi Nomer Soal Jumlah Soal


1 Pengertian antibiotik 10 % 1, 2 2
2 Penggunaan antibiotik dalam 15 % 3, 4, 5, 3
sehari-hari
3 Salah satu contoh antibiotik 10 % 6, 7 2
4 Resistensi antibiotik 10 % 9, 10 2
5 Makanan/minuman yang harus 5% 12 1
dihindari
6 ESO antibiotik 10 % 13, 14 2
7 Penyimpanan antibiotik 5% 15 1
8 Aturan pakai antibiotik 35 % 8, 11, 16, 17, 18, 19, 20 7

(Panagakou, S. G., et all, 2011)


53

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya selaku mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto


akan melakukan penelitian, adapun penjelasannya sebagai berikut :
Nama : Ergina Puspita Herawan
NIM : 1008010131
Judul : Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan Orang Tua dalam Pemberian
Antibiotik pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan di
Puskesmas Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan
orang tua dalam pemberian antibiotik pada pasien anak Infeksi Saluran Pernafasan
di Puskemas Kabupaten Cirebon serta mengetahui ada tidaknya hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan orang tua dalam pemberian antibiotik
Kami selaku peneliti mengajak para orang tua yang memiliki anak usia 1- 5 tahun
penderita Infeksi Saluran Pernafasan untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Penelitian ini membutuhkan orang tua yang memiliki anak usia 1- 5 tahun
penderita Infeksi Saluran Pernafasan yang sedang melakukan rawat jalan di
Puskesmas Kabupaten Cirebon sebagai subyak penelitian, dengan jangka waktu
penelitian sekitar bulan Maret s.d Juni 2014.
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau
sanksi apa pun.
B. Prosedur penelitian
Apabila Anda bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini,
Anda diminta untuk menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu
untuk Anda simpan, dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
a. Peneliti memberikan lembar kuisioner dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian dan langkah- langkah yang peneliti lakukan kemudian
responden diminta mengisi lembar kuisioner tersebut. Kuisioner terdiri
dari data pribadi responden, lembar pengetahuan tentang antibiotik,
lembar kuisioner kepatuhan MMAS, setelah responden mengisi lembar
kuisioner peneliti meminta kesedian bapak/ibu untuk rumahnya di
datangi oleh peneliti dalam rangka pill count menghitung sisa antibiotik
yang digunakan.
b. Setelah pelaksanaan, tahap terakhir penelitian yaitu pencatatan dan
pelaporan, data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan dianalisis
untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan
orang tua dalam pemberian antibiotik.
54

C. Kewajiban responden
Sebagai subjek penelitian, Anda tidak dibebani kewajiban apapun selain
menerima prosedur penelitian yang sudah ditetapkan.

D. Resiko dan efek samping


Selama penelitian ini berlangsung mungkin anda membutuhkan waktu dan
pikiran untuk menjawab semua pertanyaan kuisioner yang diberikan ataupun
mungkin akan ada dampak kecurigaan atau psikososial dimana peneliti
melakukan observasi langsung ke rumah saudara terkait kepatuhan pemberian
antibiotik.Observasi langsung dilakukan hanya semata untuk kepentingan
penelitian tidak ada maksud lain sehingga untuk itu diperlukan persetujuan
terlebih dahulu dari pihak calon responden untuk keikutsertaannya dalam
penelitian ini.

E. Manfaat
Manfaat langsung dari penelitian ini adalah Bapak/ Ibu akan mendapatkan
wawasan lebih mengenai pengetahuan tentang antibiotik serta pentingnya
keteraturan dalam mengkomsumsi antibiotik sehingga diharapkan dapat
meminimalisir kejadian resistensi yang dapat memperlama masa infeksi dan
pengobatan yang diberikan.

F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh tim peneliti. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa identitas subjek penelitian.

G. Kompensasi
Karena penelitian ini bersifat sukarela dan diajukan untuk mencapai gelar S1,
maka tidak ada kompensasi untuk responden dikarenakan keterbatasan biaya.

H. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian ditanggung oleh peneliti.

I. Informasi tambahan
Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu- waktu Anda membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya sebagai peneliti, di
contact person 087728984059
55

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua


pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila
memerlukan penjelasan, saya dapat menanyakan kepada peneliti.
Saya menyatakan bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini secara
sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.Saya bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Tanda tangan subjek : Tanggal :

Nama Jelas : (.........................................)


Alamat lengkap : (.........................................)
Pendidikan :
Pekerjaan :

KUISIONER DATA PENELITIAN No. Responden


56

.
A. Data Demografi
No. Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :

B. Sosial ekonomi
Petunjuk : Isilah data yang sesuai dengan pertanyaan dan berikan tanda
checklist (√) pada tempat yang telah disediakan dibawah ini

1. Pendidikan ( ) SD
( ) SMP
( ) SMU
( ) DIPLOMA
( ) SARJANA
( ) Lain-lain

2. Pekerjaan ( ) Ibu Rumah Tangga


( ) Buruh
( ) Pegawai Negeri
( ) Wiraswata
( ) Petani
( ) Lain-lain (sebutkan)

3. Penghasilan ( ) < 1.000.000


( ) 1.000.000- 2.000.000
( ) > 2.000.000

C. Pengetahuan Orang Tua tentang Antibiotik


57

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan tepat !


1. Antibiotik merupakan substansi yang dapat menghambat atau
membunuh bakteri
a. Benar
b. Salah
2. Antibiotik juga dapat digunakan untuk menyembuhkan infeksi jamur
dan virus
a. Benar
b. Salah
3. Jika anak anda mengalami demam dapat langsung diberikan antibiotik
a. Benar
b. Salah
4. Jika anak batuk berdahak sebaiknya tidak langsung diberikan
antibiotik jika penyebabnya belum jelas diketahui
a. Benar
b. Salah
5. Obat yang tepat untuk anak-anak dengan gejala flu dan hidung
tersumbat menggunakan antibiotik
a. Benar
b. Salah
6. Parasetamol merupakan salah satu contoh antibiotik
a. Benar
b. Salah
7. Amoxicillin merupakan salah satu contoh antibiotik
a. Benar
b. Salah
8. Pemberian antibiotik pada pasien anak penderita ISPA harus
dihabiskan
a. Benar
b. Salah
9. Pemberian antibiotik yang tidak teratur pada anak dapat menyebabkan
resistensi yang dapat memperlama masa infeksi pada anak
a. Benar
b. Salah
10. Resistensi antibiotik adalah kondisi dimana bakteri kebal atau bertahan
terhadap antibiotik yang diberikan
a. Benar
b. Salah
11. Pemakaian antibiotik jika tidak dihabiskan dapat mengurangi
efektivitas dari pengobatan
58

a. Benar
b. Salah
12. Pemberian antibiotik sebaiknya tidak bersamaan dengan susu
a. Benar
b. Salah
13. Antibiotik dapat menimbulkan reaksi alergi pada pasien tertentu
a. Benar
b. Salah
14. Antibiotik tidak mempunyai efek samping apapun
a. Benar
b. salah
15. Penyimpanan antibiotik yang baik adalah jauh dari jangkauan anak-
anak dan tidak terkena sinar matahari langsung
a. benar
b. salah
16. Menggunakan antibiotik sesuai dengan aturan pakai yang diresepkan
dokter
a. Benar
b. Salah
17. Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
a. Benar
b. Salah
18. Jika anak anda sudah merasa sembuh maka antibiotik dapat dihentikan
walaupun belum habis
a. Benar
b. Salah
19. Melanjutkan memberikan antibiotik sampai habis walaupun anak anda
sudah merasa lebih baik
a. Benar
b. Salah
20. Jika anak anda tidak sembuh setelah antibiotik habis maka anda akan
mengubah antibiotik tanpa berkonsultasi ke dokter
a. Benar
b. Salah

D. Kepatuhan Orang tua dalam Pemberian Antibiotik


59

Petunjuk :
1. Isilah data yang sesuai dengan pertanyaan dan berikan tanda checklist
(√) pada tempat yang telah disediakan dibawah ini.
2. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah semua pertanyaan dengan
sejujurnya
No Pertanyaan Iya Tidak

1. Apakah Anda kadang-kadang lupa memberikan


antibiotik untuk anak anda?
2. Orang kadang-kadang tidak sempat memberikan
obat bukan karena lupa. Selama 7 hari terakhir ini,
apakah ada hari-hari yang anda juga lupa untuk
memberikan antibiotik pada anak?
3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti
memberikan obat tanpa memberitahu dokter anda
karena merasa kondisi tambah parah ketika anak
anda minum obat tersebut?
4. Ketika anda bepergian/ meninggalkan rumah,
apakah kadang-kadang anda lupa membawa obat?
5. Apakah anak anda minum obat kemarin?
6. Ketika anak anda merasakan gejala yang tidak di
inginkan, apakah anda berhenti memberikan obat?
7.
Min Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak
mnyenangkan bagi setiap orang. Apakah anda
pernah merasa terganggu oleh keharusan
memberikan obat kepada anak anda secara rutin?

8. Seberapa sering anda mengalami kesulitan untuk memberikan obat


pada anak anda?
a. Tidak pernah/ jarang
b. Sekali- kali saja/ tidak tentu
c. Kadang- kadang
d. Biasanya
e. Selalu

Pengetahuan Orang Tua


60

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
No Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 12
2 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13
3 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10
4 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 13
5 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 12
6 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 10
7 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15
8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 9
9 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13
10 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 10
11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16
12 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 13
13 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17
14 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 13
15 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
16 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 9
17 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10
18 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14
19 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14
20 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 13
21 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 13
22 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 13
23 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 13
24 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 10
25 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 10
26 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 14
27 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10
28 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 10
29 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 12
30 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 9
31 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 14
32 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 10
33 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 12
34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 10
35 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 15
36 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 10
37 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 12
38 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 17
39 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 11
40 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 10
41 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 16
42 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 10
43 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 10
44 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9
45 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10
46 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15
47 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10
48 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17
49 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15
61

50 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 13
51 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12
52 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 13
53 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 13
54 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 10
55 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 10
56 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 12
57 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13
58 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15
59 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16
60 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 14
61 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 10
62 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15
63 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
64 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12
65 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 11
66 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14
67 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 12
68 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 10
69 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13
70 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
71 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12
72 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 10
73 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 15
74 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
75 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12
76 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12
77 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13
78 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16
79 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 10
80 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 10
81 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12
82 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14
83 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9
84 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10
85 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 9
86 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
87 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15
88 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10
89 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 9
90 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 10
62

Kepatuhan Orang Tua

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Total
1 0 1 1 1 1 1 1 1 7
2 0 0 1 0 1 1 0 1 4
3 0 0 1 0 1 1 0 1 4
4 0 0 1 0 0 1 1 1 4
5 1 1 1 0 1 1 1 1 7
6 1 0 1 1 1 1 0 0 5
7 1 1 1 0 1 1 0 1 6
8 0 0 0 1 1 1 0 1 4
9 1 1 0 0 1 1 1 1 6
10 1 0 1 1 1 1 1 1 7
11 1 1 1 0 0 1 1 1 6
12 0 1 1 0 1 1 1 1 6
13 1 1 1 0 0 1 1 1 6
14 0 0 1 1 1 0 0 0 3
15 0 0 1 1 1 1 1 1 6
16 0 0 1 0 1 1 1 1 5
17 1 1 0 1 1 0 1 0 5
18 1 1 0 0 1 0 0 1 4
19 0 0 0 0 1 1 0 1 3
20 1 1 0 1 1 0 1 1 6
21 1 1 1 0 1 1 0 1 6
22 0 0 0 1 1 1 0 0 3
23 1 1 0 1 1 1 1 1 7
24 1 1 1 0 1 1 1 1 7
25 0 0 1 1 1 1 1 1 6
26 0 0 1 0 1 1 1 1 5
27 1 1 1 1 1 1 1 0 7
28 0 0 0 0 1 1 1 1 4
29 1 0 1 0 1 1 1 1 6
30 0 0 1 0 1 1 1 0 4
31 0 1 1 1 1 1 1 1 7
32 0 0 0 1 1 1 1 1 5
33 1 0 1 1 1 1 1 1 7
34 0 0 1 0 1 1 1 1 5
35 1 0 1 1 1 1 0 1 6
36 0 0 1 1 1 1 1 0 5
37 1 0 1 0 1 1 1 0 5
38 0 1 1 0 1 1 1 1 6
63

39 0 0 1 0 1 0 0 0 2
40 0 0 1 0 1 1 1 0 4
41 0 1 1 0 1 1 1 1 6
42 0 0 1 0 1 1 0 1 4
43 1 1 1 0 1 1 0 1 6
44 0 0 1 1 1 0 1 1 5
45 0 1 1 0 1 1 0 1 5
46 0 1 1 0 1 1 1 1 6
47 1 1 1 0 1 1 1 0 6
48 0 1 1 0 1 1 1 1 6
49 0 0 1 1 1 1 1 1 6
50 1 1 1 1 1 1 1 0 7
51 0 0 1 0 1 1 1 1 5
52 0 1 1 1 0 1 1 1 6
53 0 0 0 1 1 1 1 0 4
54 0 0 1 0 1 1 0 1 4
55 0 0 0 1 1 1 1 0 4
56 0 0 1 1 1 1 1 1 6
57 0 1 1 1 1 1 0 1 6
58 0 1 1 1 1 1 1 1 7
59 0 1 1 1 1 1 0 1 6
60 1 0 1 0 1 1 0 0 4
61 0 0 1 0 1 0 1 1 4
62 0 0 1 1 1 1 1 1 6
63 0 1 1 1 1 1 0 1 6
64 1 1 1 0 1 1 1 1 7
65 1 1 0 0 1 0 1 1 5
66 0 0 0 1 1 0 1 1 4
67 1 1 0 1 1 1 0 1 6
68 0 0 0 1 1 1 0 1 4
69 0 0 1 0 1 1 1 0 4
70 0 1 1 1 1 1 1 1 7
71 1 1 0 0 1 1 0 0 4
72 0 1 0 1 1 1 1 0 5
73 0 1 1 1 1 1 1 1 7
74 1 0 1 0 1 0 0 1 4
75 1 0 1 1 1 1 1 1 7
76 1 1 1 0 1 1 0 0 5
77 1 1 0 1 1 1 1 1 7
78 1 1 1 1 1 1 0 0 6
79 0 0 1 1 1 1 0 0 4
64

80 0 0 1 1 0 1 1 1 5
81 1 1 0 1 1 1 1 1 7
82 1 1 1 0 1 1 0 1 6
83 0 1 1 1 1 1 1 1 7
84 0 0 1 1 1 1 1 1 6
85 0 1 1 1 1 1 1 1 7
86 0 0 1 1 1 1 1 0 5
87 0 1 1 1 1 1 1 1 7
88 1 0 0 0 1 1 0 0 3
89 0 0 1 1 1 1 1 1 6
90 0 0 1 0 1 1 0 1 4
65

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengetahuan

N 90

Normal Parametersa Mean 12.27

Std. Deviation 2.350

Most Extreme Differences Absolute .199

Positive .199

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z 1.890

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Test distribution is Normal.

Pengetahuan OrangTua * Kepatuhan Minum Obat Crosstabulation

KepatuhanMinumObat

Tidak Patuh Patuh Total


Pengetahuan OrangTua Rendah Count 38 11 49
Expected Count 29.4 19.6 49.0
% within
77.6% 22.4% 100.0%
PengetahuanOrangTua
% of Total 42.2% 12.2% 54.4%
Tinggi Count 16 25 41
Expected Count 24.6 16.4 41.0
% within
39.0% 61.0% 100.0%
PengetahuanOrangTua
% of Total 17.8% 27.8% 45.6%
Total Count 54 36 90
Expected Count 54.0 36.0 90.0
% within
60.0% 40.0% 100.0%
PengetahuanOrangTua
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%
66

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 13.805a 1 .000

Continuity Correctionb 12.247 1 .000

Likelihood Ratio 14.108 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association
13.652 1 .000

N of Valid Casesb 90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.40.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .365 .000

N of Valid Cases 90

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


PengetahuanOrangTua 5.398 2.154 13.527
(Kurang baik / Baik)

For cohort
KepatuhanMinumObat = 1.987 1.317 2.998
Tidak Patuh

For cohort
KepatuhanMinumObat = .368 .207 .654
Patuh

N of Valid Cases 90
67

Frequencies

Statistics

Pengetahuan

N Valid 90

Missing 0

Mean 12.27

Median 12.00

Mode 10

Std. Deviation 2.350

Range 10

Minimum 9

Maximum 19

Sum 1104

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 9 7 7.8 7.8 7.8

10 26 28.9 28.9 36.7

11 2 2.2 2.2 38.9

12 14 15.6 15.6 54.4

13 16 17.8 17.8 72.2

14 7 7.8 7.8 80.0

15 9 10.0 10.0 90.0

16 5 5.6 5.6 95.6

17 3 3.3 3.3 98.9

19 1 1.1 1.1 100.0

Total 90 100.0 100.0


68

Pengetahuan Orang Tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 49 54.4 54.4 54.4

Tinggi 41 45.6 45.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Kuisioner kepatuhan MMAS

N Valid 90

Missing 0

Mean 5.39

Median 6.00

Mode 6

Std. Deviation 1.242

Range 5

Minimum 2

Maximum 7

Sum 485

Kuisioner kepatuhan MMAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 1 1.1 1.1 1.1

3 4 4.4 4.4 5.6

4 21 23.3 23.3 28.9

5 16 17.8 17.8 46.7

6 29 32.2 32.2 78.9

7 19 21.1 21.1 100.0

Total 90 100.0 100.0


69

Kriteria kepatuhan MMAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sedang "6- <8" 48 53.3 53.3 53.3

Rendah "<6" 42 46.7 46.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Kepatuhan Pill count

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Patuh < 90 % 52 57.8 57.8 57.8

Patuh > 90 % 38 42.2 42.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

KepatuhanMinumObat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Patuh 54 60.0 60.0 60.0

Patuh 36 40.0 40.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

NamaObat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Amoxicillin 49 54.4 54.4 54.4

Cotrimoxazole 41 45.6 45.6 100.0

Total 90 100.0 100.0


70

Frequencies
Statistics

Umur

N Valid 90

Missing 0

Mean 30.61

Median 30.00

Mode 30

Std. Deviation 5.725

Range 28

Minimum 20

Maximum 48

Sum 2755

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-24 18 20.0 20.0 20.0

25-29 17 18.9 18.9 38.9

30-34 33 36.7 36.7 75.6

35-39 19 21.1 21.1 96.7

40-44 2 2.2 2.2 98.9

45-49 1 1.1 1.1 100.0

Total 90 100.0 100.0


71

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20 2 2.2 2.2 2.2

22 5 5.6 5.6 7.8

23 6 6.7 6.7 14.4

24 5 5.6 5.6 20.0

25 3 3.3 3.3 23.3

26 2 2.2 2.2 25.6

27 2 2.2 2.2 27.8

28 3 3.3 3.3 31.1

29 7 7.8 7.8 38.9

30 12 13.3 13.3 52.2

31 7 7.8 7.8 60.0

32 5 5.6 5.6 65.6

33 3 3.3 3.3 68.9

34 6 6.7 6.7 75.6

35 3 3.3 3.3 78.9

36 6 6.7 6.7 85.6

37 1 1.1 1.1 86.7

38 4 4.4 4.4 91.1

39 5 5.6 5.6 96.7

43 2 2.2 2.2 98.9

48 1 1.1 1.1 100.0

Total 90 100.0 100.0


72

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sarjana 2 2.2 2.2 2.2

D3 1 1.1 1.1 3.3

SMA/SMK 25 27.8 27.8 31.1

SMP 24 26.7 26.7 57.8

SD 38 42.2 42.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah ≤ SMA 87 96.7 96.7 96.7

Tinggi > SMA 3 3.3 3.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Penghasilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Belum Berpenghasilan 72 80.0 80.0 80.0

Rp. < 1.000.000 14 15.6 15.6 95.6

Rp. 1.000.000 - 2.000.000 2 2.2 2.2 97.8

Rp. > 2.000.000 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0


73

Jumlah Obat
NO Nama Obat Sisa Obat % Kepatuhan MMAS Kriteria
yang di dapat
1. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 7 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
2. Cotrimoxazole 60 ml 10 ml 83 4 Tidak 2
2 x 1sdt Patuh
3. Amoxicillin 60 ml 20 ml 66,67 4 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
4. Amoxicillin 60 ml 10 83 4 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
5. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
3 x 1 sdt
6. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
7. Cotrimoxazole 60 ml 0 ml 100 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
8. Cotrimoxazole 60 ml 20 ml 66, 67 4 Tidak 2
2 x 1sdt patuh
9. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 75 6 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
10. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
11. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
2x1
12. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
13. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
14. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 3 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
15. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2x1
16. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
3x1 Patuh
17. Amoxicillin 60 ml 20 ml 66,67 5 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
18. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
19. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 3 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
20. Cotrimoxazole 60 ml 10 ml 83 6 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
21. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
22. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 3 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
23. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
24. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
25. Amoxicillin 60 ml Habis 66,67 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
26. Cotrimoxazole 60 ml 10 ml 83 5 Tidak 2
74

Jumlah Obat
NO Nama Obat Sisa Obat % Kepatuhan MMAS Kriteria
yang di dapat
2 x 1 ½ sdt Patuh
27. Amoxicillin 60 ml 5 ml 91,6 7 patuh 1
3 x 1 sdt
28. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
29. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
30. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
3 x 1 cth Patuh
31. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
3 x 1 sdt
32. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
33. Cotrimoxazole 60 ml 20 ml 66,67 7 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
34. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
35. Cotrmoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
36. Cotrimoxazole 60 ml 20 ml 66,67 5 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
37. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
3 x1 sdt Patuh
38. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
39. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 2 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
40. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 4 Tidak 2
3 x1 sdt Patuh
41. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
42. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 4 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
43. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 6 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
44. Amoxicillin 60 ml 20 ml 66,67 5 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
45. Amoxicillin 60 ml 20 ml 66,67 5 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
46. Amoxicillin 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
47. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 6 Tidak 2
3x 1 sdt Patuh
48. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
49. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
50. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
51. Cotrimoxzole 60 ml 10 ml 83 5 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
52. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
75

Jumlah Obat
NO Nama Obat Sisa Obat % Kepatuhan MMAS Kriteria
yang di dapat
3 x 1 sdt
53. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
54. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
2x1½ patuh
55. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
56. Cotrimoxazole 60 ml 10 ml 83 6 Tidak 2
2 x 1 sdt patuh
57. Cotrimoxazole 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
2 x1 ½ sdt
58. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 7 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
59. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
60. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 4 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
61. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
62. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2 x 1 sdt
63. Amoxicillin 60 ml 20 ml 66,67 6 Tidak 2
3x1 patuh
64. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 ml 7 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
65. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 5 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
66. Amoxicillin 60 ml Habis 100 4 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
67. Amoxicillin 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
68. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
69. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
2 X 1 ½ sdt Patuh
70. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 patuh 1
3 x 1 cth
71. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 4 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
72. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
73. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 patuh 1
3 x 1 cth
74. Cotrimoxazole 60 ml 10 ml 83,33 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
75. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
3 x 1 sdt
76. Cotrimoxazole 60 ml 20 ml 66,67 5 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
77. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
3 x 1 sdt
78. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 patuh 1
76

Jumlah Obat
NO Nama Obat Sisa Obat % Kepatuhan MMAS Kriteria
yang di dapat
3 x 1 sdt
79. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
80. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 5 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
81. Amoxicillin 60 ml Habis 100 7 Patuh 1
3 x 1 sdt
82. Amoxicillin 60 ml Habis 100 6 Patuh 1
3 x 1 sdt
83. Amoxicillin 60 ml 10 ml 83 7 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
84. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 6 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
85. Amoxicillin 60 ml 20 ml 66,67 7 Tidak 2
3 x 1 sdt Patuh
86. Amoxicillin 60 ml 15 ml 75 5 Tidak 2
3 x 1 sdt patuh
87. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 7 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
88. Cotrimoxazole 60 ml 20 ml 66,67 3 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt Patuh
89. Cotrimoxazole 60 ml 5 ml 91,6 6 Patuh 1
2 x 1 ½ sdt
90. Cotrimoxazole 60 ml 15 ml 75 4 Tidak 2
2 x 1 ½ sdt patuh
77

Lampiran 4
Validitas dan Realibilitas Pengetahuan Orang Tua
Item Of Question Item Of Question
Responden Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 11
2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 7
3 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 8
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16
6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
7 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 11
8 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 10
9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 15
11 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18
14 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 8
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 18
17 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17
18 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16
19 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 12
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15
21 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 7
22 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
23 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 11
24 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
25 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9
26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 14
27 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 17
29 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18
30 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 14
SX 26 18 20 23 24 21 22 20 19 17 22 20 23 17 17 19 17 13 20 21 405
SX2 26 18 20 23 24 21 22 20 19 17 22 20 23 17 17 19 17 13 20 21
(SX)2 676 324 400 529 576 441 484 400 361 289 484 400 529 289 289 361 289 169 400 441
SY 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405
SY2
Validity

6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035 6035
(SY)2 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025 164025
SXY 374 274 300 337 345 319 323 302 286 264 327 299 335 275 256 293 263 206 297 308
r XY 0.519 0.485 0.488 0.480 0.402 0.594 0.451 0.520 0.469 0.534 0.520 0.471 0.444 0.704 0.410 0.580 0.518 0.472 0.439 0.410
r table 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Result Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
p 0.867 0.600 0.667 0.767 0.800 0.700 0.733 0.667 0.633 0.567 0.733 0.667 0.767 0.567 0.567 0.633 0.567 0.433 0.667 0.700
q 0.133 0.400 0.333 0.233 0.200 0.300 0.267 0.333 0.367 0.433 0.267 0.333 0.233 0.433 0.433 0.367 0.433 0.567 0.333 0.300
pq 0.116 0.240 0.222 0.179 0.160 0.210 0.196 0.222 0.232 0.246 0.196 0.222 0.179 0.246 0.246 0.232 0.246 0.246 0.222 0.210
Spq
Reliability

4.266
Vt 18.917
k 20
r11 0.815
rtable 0.361
Result Reliable
78

Validity, and Reliability Kepatuhan Orang Tua

Item Of Question
Responden Y
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1 1 1 1 1 1 0 0 1 6
2 1 1 1 1 1 1 0 1 7
3 1 1 1 1 1 1 0 1 7
4 1 0 1 0 0 0 1 1 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 8
6 1 1 1 1 1 1 1 1 8
7 1 0 1 1 0 1 0 1 5
8 1 0 1 1 1 1 1 1 7
9 0 1 1 0 0 0 0 1 3
10 1 1 0 0 0 0 0 1 3
11 0 1 1 0 1 1 1 1 6
12 1 1 1 0 0 1 1 1 6
13 1 0 0 1 0 1 1 1 5
14 1 1 0 1 0 1 1 1 6
15 0 0 1 1 1 0 1 1 5
16 0 1 0 1 1 1 1 1 6
17 1 0 0 1 0 0 0 0 2
18 1 0 0 0 0 1 0 1 3
19 0 1 1 0 0 1 1 1 5
20 1 1 1 1 1 1 1 1 8
21 1 1 1 1 1 1 1 1 8
22 0 0 0 0 0 0 1 1 2
23 0 0 0 0 1 0 0 1 2
24 0 0 1 0 1 1 0 0 3
25 1 1 0 0 0 1 0 0 3
26 1 0 1 1 1 1 1 0 6
27 1 1 1 1 1 1 1 1 8
28 1 1 1 1 1 1 1 1 8
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8
30 0 1 0 0 1 0 1 1 4
X 21 19 20 18 18 21 19 26 162
X2 21 19 20 18 18 21 19 26
X)2 441 361 400 324 324 441 361 676
Y 162 162 162 162 162 162 162 162
Validity

Y2 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000


Y)2 26244 26244 26244 26244 26244 26244 26244 26244
XY 126 118 126 118 115 131 118 148
rXY 0.449 0.521 0.623 0.693 0.593 0.627 0.521 0.365
rtable 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Result Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
p 0.700 0.633 0.667 0.600 0.600 0.700 0.633 0.867
q 0.300 0.367 0.333 0.400 0.400 0.300 0.367 0.133
pq 0.210 0.232 0.222 0.240 0.240 0.210 0.232 0.116
Reliability

pq 1.702
Vt 4.173
k 8
r11 0.677
rtable 0.361
Result Reliable
79

Validitas Pengetahuan Orang Tua

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 10
2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 7
3 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 8
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16
6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
7 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 10
8 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 10
9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 15
11 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18
14 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 8
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 18
17 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17
18 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16
19 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 11
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15
21 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 7
22 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
23 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 11
24 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
25 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9
26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 14
27 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 17
29 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18
30 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 14
80

Validitas Kepatuhan Orang Tua

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Total
1 1 1 1 1 1 0 0 1 6
2 1 1 1 1 1 1 0 1 7
3 1 1 1 1 1 1 0 1 7
4 1 0 1 0 0 0 1 1 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 8
6 1 1 1 1 1 1 1 1 8
7 1 0 1 1 0 1 0 1 5
8 1 0 1 1 1 1 1 1 7
9 0 1 1 0 0 0 0 1 3
10 1 1 0 0 0 0 0 1 3
11 0 1 1 0 1 1 1 1 6
12 1 1 1 0 0 1 1 1 6
13 1 0 0 1 0 1 1 1 5
14 1 1 0 1 0 1 1 1 6
15 0 0 1 1 1 0 1 1 5
16 0 1 0 1 1 1 1 1 6
17 1 0 0 1 0 0 0 0 2
18 1 0 0 0 0 1 0 1 3
19 0 1 1 0 0 1 1 1 5
20 1 1 1 1 1 1 1 1 8
21 1 1 1 1 1 1 1 1 8
22 0 0 0 0 0 0 1 1 2
23 0 0 0 0 1 0 0 1 2
24 0 0 1 0 1 1 0 0 3
25 1 1 0 0 0 1 0 0 3
26 1 0 1 1 1 1 1 0 6
27 1 1 1 1 1 1 1 1 8
28 1 1 1 1 1 1 1 1 8
29 1 1 1 1 1 1 1 1 8
30 0 1 0 0 1 0 1 1 4
81

Lampiran 5
82
83
84
85

Dokumentasi
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

Anda mungkin juga menyukai