Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPOGLIKEMIA
DI RUANG HCU PANDAN 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Rinda Harwidiana Rani, S.Kep
131913143111

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DEFINISI

Hipoglikemia adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang sering terjadi secara

terulang yang ditandai dengan gula darah kurang dari 70 mg/dl (Sutawardana et al.,

2016). Faktor pencetus hipoglikemia pada penderita diabetes berkaitan dengan

penggunaan obat-obatan seperti insulin dan obat golongan sulfonylurea (terutama

klorpropamid dan glibenklamid).

Klasifikasi Hipoglikemia

Menurut (Thompson, 2011) (Setyohadi, 2012) klasifikasi hipoglikemia dibagi

menjadi tiga diantaranya :

1. Hipoglikemia ringan yaitu simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada

gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata

2. Hipoglikemia Sedang yaitu simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan

gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata

3. Hipoglikemia berat sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi

sendiri karena adanya gangguan kognitif

a. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak membutuhkan terapi parenteral

b. Membutuhkan terapi parenteral (glucagon intramuskuler atau intravena)

c. Disertai kejang atau koma

Menurut (Seaquist et al., 2013) klasifikasi dibagi menjadi 5 kategori, diantaranya :

1. Severe Hypoglycemia : Kejadian hipoglikemia yang membutuhkan bantuan

dari orang lain untuk mengelola karbohidrat, glucagon, atau tindakan korektif

lainnya.
2. Documented Hypoglycemia : Kadar gula darah plasma ≤ 70 mg/dl disertai

symptomatic gejala klinis hipoglikemia

3. Asymptomatic : Kadar gula darah plasma ≤ 70 mg/dl tanpa hypoglycemia

disertai gejala klinis hipoglikemia

4. Probable Symptomatic : Gejala klinis hipoglikemia tanpa disertai

hypoglycemia pengukuran kadar gula darah plasma

5. Relative Hypoglycemia : Gejala klinis hipoglikemia dengan pengukuran kadar

gula darah plasma 70 mg/dl dan terjadi penurunan kadar gula darah

Etiologi

Penyebab dari hipoglikemia adalah menurut (Kedia, 2011) :

1. Pemberian dosis insulin yang kurang tepat

2. Kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan

3. Konsumsi alcohol

4. Peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan penurunan berat badan

Manifestasi klinis

1. Adrenergik seperti pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,

gelisah, sakit kepala, mengantuk

2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap dan

perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan

stimulus bahaya.
Patofisiologi

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, metabolisme otak bergantung kepada

glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak

dapat memperoleh glukosa dan penyimpanan glikogen di astrosit, namun dipakai

dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak

tergantung dengan suplai glukosa dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam

sistem saraf pusat dan saraf-sarah dalam sistem saraf tersebut.

Konsentrasi glukosa darah normal sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan konsentrasi

glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan konsentrasi insulin

secara fisiologis seiring dengan turunnya konsentrasi glukosa darah, peningkatan

konsentrasu glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada

konsentrasi glukosa darah dibawah batas normal, dan timbulnya gejela-gejala

neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada konsentrasi glukosa darah

dibawah baas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan

mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akn mengakibatkan pola

napas tidak efektif.

Batas konsentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan sistem hormonal,

persyarafan, dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa

organ perifer. Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan konsentrasi

glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah

konsentrasi normal, hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal

ini, glukagon yang diproduksi oleh sel ɑ pankreas berperan penting sebagai

pertahana utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinerfrin kortisol dan


hormone pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi

penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormone yang

disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati.

Glukagon mula-mula meningkatkan glukogenesis, sehingga terjadi penurunan

perfusi jarigan perifer, sehingga apineprin juga merangsang lipolisis di jaringan

lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat,

gemeteran, akral dingin, pasien pingsan, dan lemah.

Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya

kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun

sehingga masalah keperawatannya adalah defisit nutrisi.


Woc

Faktor genetik DM Insulin Asupan karbohidrat Konsumsi


kurang alkohol

Hipoglikemia

Penurunan suplai Hiperaktifitas


glukosa kejaringan seluler pada
dan seluler penyakit kronis

Hiperaktifitas
Jaringan otak Jaringan otot seluler pada
penyakit kronis
Unmetabolis Pemecahan
me otak glukagon / Penyerapan
glikogen glukosa vaskuler

Iskemik Metabolisme
jaringan otak anaerob

Penurunan Nyeri kepala Menghasilka Menghasilka


fungsi / n asam laktat n keton
kesadaran
MK :
Gangguan Penampakan Nafas bau
Depresan asam laktat
Rasa Nyaman aseton
pusat pada otot
pernapasan
Mual,
Kelemahan muntah
MK : Pola muskuloskele
Napas Tidak tal MK : Defisit
Efektif
Nutrisi
MK :
Intoleransi
aktivitas
Gejala dan Tanda Hipoglikemia

Gejala dan tanda dari hipoglikemia menurut (Setyohadi, 2012) merupakan akibat

dari aktivasi sistem saraf otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien yang usia

lanjut dan pasien yang mengalami hipoglikemia berulang, respon sistem saraf

otonom dapat berkurang sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak

menyadari jika kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia unawareness).

Kejadian tersebut dapat memperberat penderita karena penderita terlambat untuk

mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darahnya. Gejala dan

tanda yang muncul pada keadaan hipoglikemia adalah :

Kadar Gula Darah Gejala Neurogenik Gejaa Neuroglikopenik

79,2 mg/dL Gemetar, goyah, gelisah Irritabilita, kebingungan


70,2 mg/dL Gugup, berdebar-debar Sulit berpikir, sulit
berbicara
59,4 mg/dL Berkeringat Ataxia, paresthesia
50,4 mg/dL Mulut kering, rasa Sakit kepala, stupor
kelaparan
39,6 mg/dL Pucat, midriasis Kejang, koma, kematia
Penatalaksanaan

Menurut (Kedia, 2011), pengobatan hipoglikemia tergantung kepada keparahan

dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat

seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi

makanan ringan. Menurut (Setyohadi, 2012), pada minuman yang mengandung

glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20-30 gram (1½ - 2 sendok makan).

Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksterna antara lain :

1. Dekstrosa

Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang,

atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa
dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang

dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anaka

2. Glukagon

Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalah

pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak

seperti dekstrosa yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan

kesehatan yang berkualitas professional, glucagon dapat diberikan secara

subkutan (SC) atau intramuscular (IM) injeksi. Hal tersebut dapat mencegah

keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dilakukan secara darurat.


Komplikasi

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah

selalu dapat menyebabkan gangguan pernapasan, selain itu hipoglikemia dapat

mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan bahkan dapat

menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai berat karena efek dari

hipoglikemia berkaitan dengan sistem saraf pusat yang biasanya ditanda dengan

perubahan perilaku dan pola bicara (Jevon, 2010) dan selain itu hipoglikemia yang

berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen, selain itu

bisa mengakibatkan pasien menjadi koma bahkan kematian.

Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia

1. Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa

75 gram oral ) dan nilai normal antara 70 – 110 mg/dl

2. Gula darah 2 jam post prandial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3. HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memproleh kadar gula

darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam

waktu 2 – 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikolisasi pada

orang normal antara 4-6%. Semakin tinggu maka akan menunjukkan bahwa

orang tersebut menderita diabetes mellitus dan beresiko terjadi komplikasi

4. Elektrolit, terjadi peningkatan kreatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu

5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi


ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan salah satu proses penting dalam asuhan keperawatan

untuk pasien. Adapun data yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah :

Data Subyektif

Data yang berdasarkan hasil wawancara oleh perawat kepada klien ataupun

keluarga klien yang sifatnya tidak dapat diukur dengan jelas karena merupakan

suatu penilaian subyektif

Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang dapat diukur hasilnya. Data obyektif diperoleh

melalui hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lainnya seperti

hasil pemeriksaan laboratorium. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien

dengan gangguan sistem endokrin antara lain :

a. Riwayat Kesehatan

b. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan laboratorium

c. Pengkajiaan psikososial.

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : pasien merasakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala

saat beraktivitas, kejang, gelisah, berkeringat, serta pasien merasakan lapar

terus

3. Pemeriksaan Fisik

B1 (Breathing) : sesak naas, takipnea

B2 (Blood) : takikardi, penurunan TD, Aritmia jantung

B3 (Brain) : Gangguan sistem saraf pusat


B4 (Bladder) : penurunan frekuensi atau jumlah urin

B5 (Bowel) : Munttah, mual, kekuarangan nutrisi

B6 (Bone) : kelemahan, nyeri pada ekstremitas

4. Diagnosis Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d dispnea

b. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keenggenan untuk makan) d.d nafsu

makan menurun

c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen d.d merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

d. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman
5. Intervensi

Diagnosis : Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d
dispnea D.0005
Kategori : fisiologis
Subkategori : Respirasi

Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Setelah dilakukan …. X 24 jam, Manajemen Jalan Napas I.01011
napas klien menjadi efektif kembali Observer :
dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas
Pola Napas L.0104 2. Monitor bunyi napas
1. Penggunaan otot bantu napas 3. Monitor sputum batuk
menurun (5) berdahak
2. Frekuensi napas membaik Terapeutik :
(55). Dengan normal RR 18- 1. Posisikan semi fowler
20x/menit 2. Berikan minuman hangat
3. Kedalaman napas membaik 3. Posisikan head til/ chin lift
(5). Normal simetris jika pasiennya koma
4. Dispnea menurun (5) 4. Berikan oksigenasi
Edukasi :
1. Ajarkan batuk efektif
2. Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Diagnosis : Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keenggenan untuk
makan) d.d nafsu makan menurun D.0019
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan

Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Setelah dilakukan … x 24 jam maka Manajemen Nutrisi I.0319
nutrisi klien kembali normal, dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi L.03030 2. Identifikasi intoleransi
1. Porsi makan klien habis (5. makan
Normalnya 1 porsi makan 3. Monitor berat badan
habis 4. Monitor hasil pemeriksaan
2. BB semakin membaik (5) laboraturium
3. IMT Kembali normal (5). Terapeutik
Disesuaikan dengan BB dan 1. Lakukan oral hygiene
TB sebelum makan
4. Nafsu makan membaik 2. Sajikan makan menarik
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahi gizi
untuk menentukan jumlah
kalori, asupan nutrient yang
dibutuhkan
2. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antmiletik) jika diperlukan
Dignosis : Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh
tidak nyaman D.0074
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Setelah dilakukan … x 24 jam Perawatan Kenyamanan I.0804
diharapkan klien merasakan nyaman Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gejala yang tidak
Status Kenyamanan L.08064 menyenangkan
1. Tidak ada keluhan rasa tidak 2. Identifikasi pemhaman
nyaman tentang kondisi situasi dan
2. Tidak ada keluhan suliti tidur perasaanya
3. Pola tidur membaik Terapeutik
1. Memberikan posisi nyaman
2. Mendukung keluarga terlibat
terapi atau pengobatan
Edukasi
1. Jelaskan mengenai kondisi
dan pilihan terapi pengobatan
2. Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, anti oruitis,
antihistamin
Daftar Pustaka

Jevon, P., 2010. Basic Guide To Medical Emergencies in The Dental Practice. 1st
ed. Inggris: iley Blackwell.

Kedia, N., 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglicemia With Glucagon: an


Underutilized Therapeutic Approach. Dove Prress Journal, 4, pp.337-46.

Seaquist, E. et al., 2013. Hypoglycemia and Diabetes : A Repport of a Workgroup


of the American Diabetes Association and The Endocrine Society. American
Diabetes Association, 36, pp.1384-95.
Setyohadi, B., 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Sutawardana, J.H., Yulia & Waluyo, A., 2016. Studi Fenomenologi Pengalaman
Penyandang Diabetes Melitus Yang Pernah Mengalami Episode
Hipoglikemia. NurseLine Journal, 1 No. 1, pp.159-75.

Thompson, G., 2011. Hypoglycemia (Low Blood Sugar) in People Without


Diabetes. [Online] Available at:
http://www.healthlinkbc.ca/kb/content/mini/rt1050html [Accessed Minggu
Oktober 2019].

Anda mungkin juga menyukai