LP Gilut
LP Gilut
PUSKESMAS KLAKAH
Oleh:
NIM : 162303101003
KAMPUS LUMAJANG
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia perlu mendapat perhatian serius
dari tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat gigi sebagaimana hasil Riset
Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa prevelensi
nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%, sebanyak 14 provinsi mempunyai
prevelensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Penyakit gigi dan mulut
menduduki urutan pertama dari 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan
masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap
kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari besarnya angka karies gigi dan
penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat.
Penyakit gigi dan mulut yang paling sering diderita adalah karies gigi dan
penyakit periodontal, karena prevelensi dan insedensinya tinggi disemua tempat.
Penyakit gigi yang saat ini memiliki tingkat prevelensi tinggi pada anak usia sekolah
diindonesia salah satunya adalah penyakit gigi dan mulut yaitu 74,4%, akibat
kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.Hampir seluruhanak dengan
karies gigi yang tidakdirawat menyebabkan rendahnya massaindeks tubuh anak,
anemia, kurang tidurdan berujung pada menurunnya kualitashidup anak tersebut.
Kesehatan gigi dan mulut masih belum cukup mendapat perhatian dari
masyarakat, karena masyarakat belummemahami pentingnya kesehatan gigi dan
mulut untuk mendukung fungsi pengunyahan, bicara dan estetik serta sangat besar
pengaruhnya pada life cycle. Hal ini berakibat kesehatan gigi dan mulut tidak menjadi
prioritas bagi sebagian besar masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu menyusun
kebijakan dan program kesehatan gigi dan mulut yang terintegrasi mengingat dampak
penyakit gigi dan mulut pada kesehatan umum.
Jumlah tenaga kesehatan gigi dan mulut dirasakan masih kurang, karena
penyebaran tenaga yang ada belum merata. Masih banyak Puskesmas dan Rumah
Sakit belum memiliki tenaga kesehatan gigi dan mulutnya sesuai dengan standar yang
berlaku.
Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan gigi masih terbatas, baik pengadaan
yang sumber dana APBN maupun APBD. Hal ini terbukti masih banyak Puskesmas
dan Rumah Sakit belum memiliki alat kesehatan gigi dan mulut yang memadai.
Kondisi ini dipengaruhi pula harga alat dan bahan kesehatan gigi yang mahal, serta
perencanaan pengajuan pengadaan alat kesehatan gigi yang masih kurang. Pola
pembiayaan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih sangat kurang,
terutama pembiayan UKM.
Perawatan gigi dan mulut bukan hanya untuk mengobati gigi sakit dan
bermasalah, tapi juga untuk memperbaiki penampilan, gigi yang pada akhirnya akan
menciptakan rasa percaya diri yang tinggi. Seiring berjalannya waktu meningkatnya
kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut akan menimbulkan kepuasan
pada diri setiap pasien.
Status atau derajat kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar
ditentukan oleh berbagai faktor seperti : pengetahuan dan perilaku orang tua,
lingkungan dan pelayanan kesehatan, untuk mengatasi masalah kesehatan terutama
kesehatan gigi anak sekolah tersebut perlu mendapatkan perhatian serta penanganan
sebagai satu kesatuan. Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat
kesehatan optimal (hidup sehat), upaya di bidang kesehatangigi dan mulut juga perlu
mendapatkan perhatian terutama anak sekolah dasar melalui wadah UKGS di setiap
sekolah dasar. Penyelenggaraan kesehatan gigi sebagai salah satu kegiatan pokok
yang dilaksanakan sesuai dengan pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan
tersebut terutama ditujukan kepada golongan rawan terhadap gangguan kesehatan
gigi yaitu anak pra sekolah dan anak sekolah dasar, serta ditujukan kepada keluarga
dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik di pedesaan maupun diperkotaan .
program usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) adalah suatu komponen dari usaha
kesehatan sekolah (UKS) dan merupakan strategi klinis pelayanan kesehatan gigi dan
mulut bagi anak sekolah. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh
kembang anak.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah bagian Integral dari Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara
terencana pada para siswa terutama siswa sekolah tingkat dasar (STD). Dalam suatu
kurun waktu tertentu dan diselenggarakannya upaya ini secara berkesinambungan
melalui paket UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Usaha yaitu Paket Minimal, Paket
Standar, dan Paket Optimal. Di bawah ini ada beberapa penjelasan mengenai paket
UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) yaitu:
a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi mulut
b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi mulut,
c. Pencegahan penyakit gigi mulut,
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I,
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit,
f. Pelayanan medic gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengan kelas
VI (care on demand),
g. Pelayanan medic gigi dasar sesuai kebutuhan (treatment need) pada kelas
terpilih.
4) Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan
selanjutnya sesuai dengan indikasi.
5) Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat dilakukan
tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.
f. KIE
2. Pulpitis Akut
a. Definisi:
Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri,
merupakan reaksi terhadap toksin bakteri pada karies gigi.
b. Penyebab:
Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah pembusukan gigi,
penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras
sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi
peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi.
Peradangan yang ringan jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan
kerusakan gigi yang permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa.
Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar,
sehingga bisa melukai tulang rahang dan jaringan di sekitarnya.
c. Gambaran Klinis:
1) Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama malam hari.
Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis (pulpitis
gigi atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah).
2) Bila kemasukan makanan, karena rangsangan asam, manis, atau dingin
akan terasa sakit sekali. Sakit saat mengunyah menunjukkan bahwa
peradangan telah mencapai jaringan periapikal.
3) Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka.
d. Diagnosis:
Nyeri dan tanda peradangan.
e. Penatalaksanaan:
1) Bila tidak ada tenaga kesehatan gigi, lubang gigi dibersihkan dengan
ekskavator dan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas dan
dimasukkan pellet kapas yang ditetesi eugenol.
2) Berikan analgetik bila diperlukan:
f. KIE:
a. Definisi:
b. Penyebab:
Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik.
Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan (plak),
pemakaian sikat gigi yang salah, rokok, tambalan yang kurang baik. Faktor
sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM), ketidakseimbangan hormon (saat
menstruasi, kehamilan, menopause, pemakaian kontrasepsi), keracunan
logam, dan sebagainya.
c. Gambaran Klinis:
- Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa
nyeri, hanya kadang terasa gatal.
- Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah
berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya buruk.
- Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih
berat: demam, sukar membuka mulut.
d. Diagnosis:
e. Penatalaksanaan:
- Bila kebersihan mulut sudah diperbaiki dan tidak sembuh, rujuk ke Rumah
Sakit untuk perawatan selanjutnya. Perlu dipikirkan kemungkinan sebab
sistemik.
f. KIE:
- Alasan rujukan: bila kebersihan mulut sudah diperhatikan dan penyakit tidak
sembuh, perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.
4. Periodontitis
a. Definisi:
b. Penyebab:
c. Gambaran Klinis:
- Perdarahan gusi
d. Diagnosis:
e. Penatalaksanaan:
- Karang gigi, saku gigi, impaksi makanan dan penyebab lokal lainnya harus
dibersihkan/diperbaiki.
f. KIE
5. Perikoronitis Akut
a. Definisi:
Peradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi, terjadi
pada molar ketiga yang sedang erupsi.
b. Penyebab:
Bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari penumpukan plak dan
sisa makanan diantara gigi dan gusi.
c. Gambaran Klinis:
- Perdarahan gusi
d. Diagnosis:
Adanya riwayat sakit gigi yang sedag erupsi khususnya molar tiga,
peradangan di gusi sekitar mahkota gigi.
e. Penatalaksanaan:
- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan
selanjutnya sesuai dengan indikasi.
- Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat dilakukan
tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.
f. KIE
a. Definisi:
Trauma gigi adalah hilangnya kon nuitas jaringan keras gigi dan atau
periodontal karena sebab mekanis.
b. Penyebab:
Penyebab trauma gigi paling sering adalah jatuh saat bermain, berolahraga,
kecelakaan lalu lintas dan perkelahian.
c. Gambaran Klinis:
- Perdarahan gusi
- Pembengkakan/luka pada wajah
d. Diagnosis:
Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung,
trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai
gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan
yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi
rahang atas dengan kekuatan tekanan besar dan tiba-tiba.
e. Penatalaksanaan:
- Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut.
Jaringan lunak harus dirawat dengan baik.
- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan
selanjutnya sesuai dengan indikasi.
- Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat dilakukan
tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.
f. KIE:
- Baskom cuci
1. Evidence Based
Menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung fluor harus dimulai pada usia
dini. Semakin cepat orangtua memperkenalkan sikat gigi dengan pasta mengandung fl
uor maka anak akan mempunyai risiko rendah terserang karies di masa mendatang.
Pasta gigi yang terjangkau biasanya dihitung dengan waktu kerja yang
dibutuhkan untuk membeli 100 ml pasta gigi, di Myanmar tiga jam bekerja untuk
membeli satu tube pasta gigi, sedangkan di Belanda dengan waktu enam menit dapat
membeli satu tube pasta gigi. Di Myanmar harga satu tube pasta gigi sama dengan
sekali makan, sedangkan di Belanda harga satu tube pasta gigi sama dengan harga 1/6
dari satu kali makan. Di Indonesia misalnya upah minimum adalah Rp. 900.000 per
bulan di bagi 24 hari kerja menjadi Rp. 37.500 per hari. Satu hari kerja sama dengan
delapan jam berarti Rp. 4.687. Harga satu tube pasta gigi mengandung fl uor di
Indonesia sama dengan harga ½ kali makan.
Instruksi yang jelas mengenai penggunaan pasta gigi secara efisien, termasuk
jumlah optimal pasta gigi yang digunakan, metode berkumur yang benar serta saran
untuk mengawasi anak menyikat gigi harus tertera dalam kemasan pasta gigi.
Menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung fluor harus diupayakan sejak
usia dini. Memasyarakatkan sikat gigi dengan pasta gigi berfl uor dalam bentuk sikat
gigi bersama dapat dilaksanakan pada kegiatan UKGM (Usaha Kesahatan Gigi
Masyarakat) misalnya di Posyandu, PAUD (Pendidikan anak usia Dini) dan UKGS
(Usaha kesehatan Gigi Sekolah) .
Vivin Sumanti, T. W. (2013). Faktor yang berhubungan dengan partisipan orang tua
dalam perawatan kesehatan gigi anak di puskesmas Tegallalang. public health
and preventive medicine archive, volume 1,nomor 1 .
Dr gita maya koemara sakti, M. (2019). Rencana Aksi Nasional Pelayanan Kesehatan
Gigi Dan Mulut . Jakarta .
Vivin Sumanti, T. W. (2013). Faktor yang berhubungan dengan partisipan orang tua
dalam perawatan kesehatan gigi anak di puskesmas Tegallalang. public health
and preventive medicine archive, volume 1,nomor 1 .
Monica Sherlyta, R. W. (2017 ). Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa Sekolah
Dasar Negeri Di Desa Tertinggal Kabupaten Bandung . J ked Gi Urpad ,
29(1);69-76.
De Amorim RG, Leal SC, Frencken JE. Survival of ART Sealants and ART
restorations: A meta-analysis. Clin Oral Invest 2011; epub
Frencken J.E. (2011). Minimal Intervention Dentistry for managing dental caries: The
ART approach. Department of Global Oral Health College of Dental Science
University of Nijmegen. The Netherlands.
Frencken J.E. (2011). Public Oral Health. Department of Global Oral Health College
of Dental Science University of Nijmegen. The Netherlands.