Anda di halaman 1dari 72

PENATALAKSANAAN REPLANTASI GIGI ANTERIOR PERMANEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana

kedokteran gigi

Oleh :

ADNAN GISNAWAN M

J111 11 263

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Penatalaksanaan Replantasi Gigi Anterior Permanen

Oleh : Adnan Gisnawan M / J111 11 263

Telah Diperiksa dan Disahkan


Pada Tanggal Desember 2014
Oleh :
Pembimbing

drg. Nasman Nur Alim, Ph.D


NIP. 19610812 199002 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Hasanuddin

Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D


NIP. 19540625 198403 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, oleh karena

Rahmat dan Hidayahnya-Nya Sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Penatalaksanaan replantasi gigi anterior permanen“ di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari

berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph. D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin.

2. drg. Nasman Nur Alim, Ph.D selaku pembimbing skripsi, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan ikut serta menyumbangkan

pikiran untuk penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Terima kasih atas segala bantuannya semoga Tuhan tetap memberikan Rahmat-

Nya kepada dokter dan keluarga.

iii
3. drg. Syamsiar Toppo, M.Kes selaku penasehat akademik yang senantiasa

memberikan dukungan, motivasi dan arahan kepada penulis, sehingga jenjang

perkuliahan penulis dapat diselesaikan dengan baik.

4. Dengan sepenuh cinta, hormat, dan rasa bangga, penulis menghaturkan terima

kasih kepada Ayahanda A. Mukramin Amran dan Ibunda Lina, yang telah

mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya, serta doa yang tak henti-

hentinya terucap untuk keberhasilan penulis, serta kakak-kakakku Fany, Ari,

Ardi, dan adik-adikku Ade, Fina.

5. Seluruh dosen yang telah membagi ilmu yang dimilikinya kepada penulis selama

jenjang perkuliahan, serta para staf karyawan Fakultas Kedokteran Gigi, baik staf

administrasi, akademik, dan perpustakaan yang juga berperan penting dalam

kelancaran perkuliahan penulis.

6. Teman-temanku : Yusrini, Rudin, Cita, Ambas dan teman teman yang lain yang

tidak sempat saya sebutkan satu persatu. terima kasih atas segala bantuan dan

doanya selama ini, tanpa dukungan yang begitu besar dari kalian, penulis tidak

mungkin menyelesaikan penelitian ini

7. Sahabat-sahabat terbaik : Ashar, Nugi, Azrul, dan Purwo yang selama ini

selalu ada dalam suka dan duka.

8. Teman-teman angkatanku Oklusal 2011 serta teman-teman sefakultas yang

telah mendukung selama ini, tanpa bantuan dan semangat dari kalian, penulis

tidak mungkin sampai ke tahap ini.

iv
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam Penulisan skripsi ini penulis merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang

dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan

penulis demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat

bermanfaat bagi teman teman pembaca.

Aamiin, Aamiin Ya Rabb...!!!

Makassar, Desember 2014

Penulis

v
PENATALAKSAAN REPLANTASI GIGI ANTERIOR PERMANEN

Adnan Gisnawan M

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Latar Belakang: Avulsi adalah terlepasnya gigi dari soketnya karena suatu trauma

mekanis, perawatan untuk gigi avulsi adalah replantasi. Replantasi bertujuan untuk

mengembalikan fungsi normal gigi serta mencegah terjadinya ankilosis dan resorbsi.

Tujuan: Untuk memperoleh pengetahuan mengenai cara penatalaksanaan replantasi

pada gigi avulsi serta memberi pengetahuan tentang media penyimpanan yang baik pada

gigi yang mengalami avulsi. Metode: Menggunakan metode studi

kepustakaan.Kesimpulan: Replantasi merupakan perawatan pilihan penanganan gigi

avulsi yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis gigi.Beberapa faktor yang

harus di perhatikan dalam melakukan tindakan replantasi antara lain, kondisi gigi yang

avulsi, keadaan tulang alveolus dan jaringan periodontal, lamanya gigi avulsi diluar

mulut, penatalaksaan soket gigi, media penyimpanan,dan waktu di lakukannya

perawatan endodontik.

Kata kunci: Avulsi, Replantasi, Media penyimpanan, perawatan endodonti

vi
PENATALAKSAAN REPLANTASI GIGI ANTERIOR PERMANEN

Adnan Gisnawan M

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Background: Avulsed tooth is the release of tooth from its socket due to a mechanical

trauma, treatment for the avulsed tooth is replantation. Replantation aims to restore normal

function of the teeth and prevent ankylosis and resorption. Purpose: To obtain knowledge

about the containment procedures of replantation on avulsed teeth and also the knowledge of

good storage media on the avulsed tooth. Method: This study used literary study method.

Conclusion: Replantation is an avulsed tooth care treatment options that aim to restore the

physiological function of the teeth. Several factors must be considered in tooth replantation

include the condition of avulsed teeth, alveolar bone and the state of periodontal tissues,

duration of avulsed teeth outside the mouth, tooth socket containment procedures, storage

media, and the time in doing the endodontic treatment.

Key words: Avulsed teeth, replantation, storage media , endodontic treatment

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………….…….……………………………….....i

LEMBAR PENGESAHAN…………….……….….…………………………….ii

KATA PENGANTAR………………………….….……………………..………iii

ABSTRAK……………………………………………………………………….vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………….……………………….xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………….….1

1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………..……….….3

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Replantasi…….…………………..……………………………………5

2.1.1 Definisi Replantasi………………………………….……….….5

2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi replantasi…………………………6

2.1.3 Syarat-syarat replantasi………………………………………....7

2.1.4 Teknik replantasi……………..……………….……..…..………8

2.1.5 Indikator keberhasilan replantasi………………………………..11

2.1.6 Fiksasi (splinting) setelah replantasi………………………...…...11

viii
2.1.6.1 Tujuan splinting………………………………....…………11

2.1.6.2 Jenis splint…..…………………………………...…...……12

2.1.7 Instruksi setelah replantasi…………………………...………….17

2.1.8 Akibat replantasi…………………..……………….…………….17

2.2 Cedera pada jaringan lunak………….………………....……………….19

2.2.1 Jenis trauma pada jaringan lunak………………..……………….19

2.2.2 Klasifikasi trauma gigi……………………………...……………21

2.3 Avulsi Gigi……………………………………………………...………26

2.3.1 Etiologi avulsi……………………………………………....……27

2.3.2 Pertolongan pertama gigi avulsi ………………………………...28

2.3.3 Pertimbangan perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami

avulsi……………………………………………………………31

2.4 Media penyimpanan gigi avulsi………………………………………..32

2.4.1 Hank’s balanced salt solution…………………………………...32

2.4.1 Saline fisiologis……………………………………………….....34

2.4.1Susu………………………………………………………………34

2.4.2 Air……………………………………………………………….35

2.4.3 Saliva……………………………………………………………35

2.4.4 Air kelapa……………………………………………………….36

ix
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………....38

3.1 Tujuan replantasi………………………………………………...…….38

3.2 Pemeriksaan gigi avulsi……………………………………………….40

3.3 Penatalaksanaan replantasi gigi anterior permanen……………… ….41

3.4 Prosedur splinting setelah replantasi………………………………….45

3.4.1 Prosedur pembuatan fiksasi (splint)…………………………....46

3.4.2 Prosedur melepaskan fiksasi (splint)…………………………...49

3.5 Tindak lanjut dari replantasi………………………………...................50

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………..…57

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...59

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Orthodontik bands dan bracket……………………………………….…….13

Gambar 2. Arch bars splint…………………………………………….……..…..…….14

Gambar 3. Cold curing acrylic brackets splint…………………………………............15

Gambar 4. Persentase kejadian fraktur…………………………………………....…....25

Gambar 5. Gigi anterior atas (Insisivus sentralis kiri rahang atas) yang mengalami
avulsi…...........................................................................................................................27

Gambar 6. Gigi dicuci dengan air dingin yang mengalir………………………....……29

Gambar 7. Gigi diletakkan ke dalam soket……………………………………....…….29

Gambar 8. Gigi di pertahankan pada posisinya………………………………....……..30

Gambar 9. Media penyimpanan “save a tooth”………………………………………..33

Gambar 10. Gigi disimpan dalam kain/tissue…………………………………....….....41

Gambar 11. Gigi dimasukkan kedalam larutan fisiologis……………………………..42

Gambar 12. Akar gigi dibersihkan…………………………..........................................43

Gambar 13. Soket dikuretase……………………………………………..……............43

Gambar 14. (a) Mengembalikan gigi kedalam soket, (b) Gigi yang telah direplantasi
posisi oklusinya diatur yang benar dan estetik………………………….……………..44

Gambar 15. (a) Buat jendela menembus tulang alveolar bukal,(b)Ujung akar diasah 1-2
mm…………………………………………………………….….….……………......45

xi
Gambar 16. Bersihkan dataran labial gigi-gigi dengan pasta profilaksis….…………...46

Gambar 17. Oleskan bahan etsa dataran labial gigi dengan pasta profilaksis………….47

Gambar 18. Letak semen pada dataran labial gigi-gigi…………………………………48

Gambar 19. Sesuaikan kawat dengan gigi-gigi dan letakkan semen adesif pada setiap
gigi dengan menutup kawatnya………………………………………………………....48

Gambar 20. Untuk melepaskan splint bebaskan dengan hati-hati……………...............49

Gambar 21. Lepaskan semen dengan skaler…………………………………………....50

Gambar 22. Rontgen periapikal……………………………………………………...…51

Gambar 23. (a) Atap pulpa dibuang dengan bur bulat (b) Jalan masuk kesaluran akar
melalui orfisium……………………………………………………………………......52

Gambar 24. Pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar……………………….......53

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Secara umum trauma adalah sebuah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma

dengan kata lain disebut injuri atau wound, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka

yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas

normal suatu struktur.Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau

suatu penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu benda. Definisi lain

menyebutkan bahwa trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi

dan atau periodontal karena sebab mekanis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka

trauma gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal

karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi

anterior baik pada rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya.1,2

Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior.

Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis

dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health

Organization (WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to

Dentistry and Stomatology. 1


Ellis dan Davey mengkategorikan cedera traumatik pada gigi dalam delapan

klasifikasi.Mulai dari fraktur sederhana yang hanya melibatkan jaringan email atau biasa

di sebut sebagai fraktur kelas satu hingga kerusakan gigi akibat trauma atau benturan

pada gigi sulung 2. Avulsi adalah terlepasnya gigi dari soketnya karena suatu trauma

mekanis18. Avulsi biasanya menyertai luka-luka multipel pada wajah dan biasanya pada

korban kecelakaan sepeda motor atau luka karena peralatan industri atau pertanian, dan

pada pasien yang luka tembak ringan.2

Insidensi trauma gigi desidui dan gigi permanen di Indonesia, meskipun belum ada

catatan resmi, diduga cukup tinggi. Kebanyakan kasus tersebut belum mendapat

perawatan yang semestinya. Di Negara lain, misalnya di Swedia utara tercatat 28 dari

1000 anak yang mengalami trauma gigi tiap tahunnya dan hampir dua kali lipat terjadi

pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan.6

Survey retrospektif pada anak-anak usia 7 tahun menunjukan bahwa anak laki-laki

lebih dominan pernah menderita trauma pada gigi susu. Pada gigi permanen insidennya

meningkat pada anak laki-laki usia 8-9 tahun sebagian besar melibatkan gigi pertama

atas, sedangkan incisivus pertama bawah dan incisivus ke dua atas lebih jarang

(Andreasen and Andreasen, 1994).6

Sekitar 0,5 – 0,6% trauma pada gigi permanen dan 7-13% pada gigi susu berakibat

lepasnya gigi dari soketnya atau avulsi dan kerusakan meluas pada ligamen periodontal

dan sementum. Tingkat kerusakan jaringan periodontium saat avulsi dan pemeliharaan

2
viabilitas sel-sel ligamen periodontal pada permukaan akar gigi yang masih hidup sangat

menentukan keberhasilan replantasi gigi avulsi (Andreasen, 1981). Lamanya gigi berada

di luar soket dan kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sel-sel ligamen

periodontal agar tetap vital. Sel-sel ligamen periodontal yang nekrotik berakibat pada

resorpsi progresif akar gigi.6

Replantasi gigi avulsi bertujuan untuk mengembalikan fungsi normal gigi serta

mencegah terjadinya ankilosis dan resorbsi akar. Replantasi segera, sebelum 30 menit

gigi avulsi tersebut berada diluar soket, menjanjikan penyembuhan dan reformasi

ligamen periodontal sampai 90% (Andreasen and Adreasen, 1994). Akan tetapi

kenyataan dilapangan sulit dilakukan, apalagi pengetahuan masyarakat tentang

penatalaksanaan gigi avulsi masih sangat kurang. 6

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dari skripsi ini adalah :

1. Untuk memperoleh pengetahuan secara umum mengenai gigi avulsi.

2. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai cara penatalaksanaan replantasi pada

gigi avulsi

3. Memberikan pengetahuan mengenai pertolongan pertama saat terjadi avulsi

4. Memahami syarat-syarat replantasi yang baik

3
5. Memberikan pengetahuan tentang media penyimpanan yang baik pada gigi yang

mengalami avulsi

6. Mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan setelah replantasi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 REPLANTASI

2.1.1 Definisi Replantasi

Replantasi atau reimplantasi merupakan suatu tindakan dibidang kedokteran gigi

yang merujuk pada pemasangan insersi dan fiksasi sementara gigi yang mengalami

avulsi, baik sebagian atau keseluruhan akibat suatu trauma.Replantasi merupakan

perawatan pilihan untuk penanganan gigi avulsi, yang bertujuan untuk mengembalikan

fungsi fisiologis gigi.Istilah avulsi gigi dapat digunakan untuk menunjukan suatu

keadaan terlepasnya gigi alami trauma dari soketnya akibat trauma Replantasi adalah

insersi gigi ke dalam soketnya setelah avulsi menyeluruh yang disebabkan oleh injuri

traumatik. Lukasasi total atau avulsi gigi dirawat dengan replantasi/penanaman kembali.

Istilah ini diartikan sebagai menempatkan kembali gigi pada soketnya, dengan tujuan

mencapai pengikatan kembali bila gigi, telah terlepas sama sekali dari soketnya karena

kecelakaan,kondisi yang paling cocok untuk replantasi lebih sering di temukan pada

anak-anak.Gigi-gigi susu tidak di replantasi.pada anak-anak prosesus alveolaris relative

mudah mengembang dan lebih mudah berubah bentuk sehingga memungkinkan avulsi

dengan tanpa fraktur alveolar yang luas.1


2.1.2 Indikasi Dan Kontraindikasi Replantasi

Dalam setiap tindakan perawatan tidak hanya didasarkan pada kasus-kasus avulsi

gigi, akan tetapi juga didasarkan pada pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif.

Pertimbangan suatu perawatan merupakan hal yang penting dilakukan untuk mengetahui

perlu atau tidaknya dalam melakukan suatu tindakan, ini dilakukan agar mencapai suatu

prognosis yang baik dalam setiap tindakan yang akan dikerjakan.

Indikasi replantasi adalah sebagai berikut :7,11

1) Tulang alveolar masih baik

2) Soket alveolar dapat menyediakan tempat untuk gigi avulsi

3) Tenggang waktu antara terjadinya trauma dengan pelaksanaan perawatan adalah 15-

30 menit lebih dari 2 jam kemungkinan besar akan terjadi komplikasi yaitu resorbsi

dari akar gigi dan gigi akan menjadi non vital, kecuali sebelum direplantasi gigi

tersebut dirawat endodontik terlebih dahulu.

Kontraindikasi replantasi adalah sebagai berikut :

1) Gigi permanen dimana foramen apikal sudah menyempit

2) Integritas yang tidak mendukung dari gigi avulsi atau jaringan pendukung

3) Adanya fraktur akar

4) Kondisi medis yang tidak mendukung (gangguan imun, anomali jantung kongenital

berat, diabetes tidak terkontrol

5) Resorpsi pada tulang alveolus

6) Memiliki penyakit periodontal

6
7) Gigi yang terlalu lama diluar soket

8) Pada gigi sulung

2.1.3 Syarat-Syarat Replantasi

Syarat syarat replantasi adalah sebagai berikut :11

1) Faktor pasien dan keterbatasan fisik

2) Faktor anatomi gigi dan endodontik

3) Gigi yang avulsi sebaiknya sehat tidak terdapat karies yang luas, untuk mencegah

kerusakan ligament periodontal

4) Tulang alveolar harus tetap utuh agar dapat menahan gigi, tidak terdapat fraktur atau

penyakit jaringan periodontal

5) Lamanya gigi diluar mulut harus dipertimbangkan. Gigi yang sudah lebih dari dua

jam berada diluar mulut dapat menyebabkan mudahnya terjadi resorbsi akar dan

sebaiknya dipertimbangkan sebagai gigi dengan resiko yang buruk

6) Cara menyimpan gigi yang avulsi sebelum replantasi sangat mempengaruhi

kesuksesan perawatan. Hal ini berhubungan dengan pencegahan terhadap terjadinya

dehidrasi sisa ligamen periodontal pada akar gigi setelah keluar dari soket sampai

menuju praktek dokter gigi

7) Faktor operator (faktor operator merupakan hal yang penting sebagaimana seorang

praktisi harus memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam perawatan

replantasi serta memiliki kemampuan dan ketersediaan bahan dental).

7
2.1.4 Teknik Replantasi

Pada saat melakukan tindakan replantasi perlu diperhatikan penatalaksanaan soket

gigi, Yaitu tidak mengeringkan soket, sebaiknya melakukan irigasi dengan

saline.Pertimbangan perawatan endodontik sebelum atau sesudah tindakan replantasi,

hal ini tergantung lamanya gigi avulsi diluar mulut atau secepatnya diinsersi kembali.3

Apabila replantasi segera tidak mungkin di lakukan, pasien yang mengalami cedera

harus dibawa ketempat praktek dokter gigi dan gigi dibawa sedemikian rupa sehingga

tetap basah. Media pembawa yang paling baik adalah media transpor-penyimpanan yang

dapat diperoleh di pasaran dan larutan salin fisiologis. Susu merupakan alternatif yang

baik. Saliva dapat juga dipakai sebagai media penyimpanan sedangkan air tidak baik

untuk mempertahankan vitalitas sel. 4

Tindakan yang dilakukan saat pasien datang dengan gigi yang telah keluar dari soket

alveolar dalam waktu 2 jam yaitu :4

1. Gigi di letakkan di dalam tempat berisi salin fisiologis

2. Daerah cedera di foto, untuk mencari tanda-tanda adanya fraktur alveolaris.

3. Daerah avulsi di periksa secara teliti untuk melihat apakah ada fragmen tulang

yang dapat di angkat jika alveolusnya menutup,bukalah secara hati-hati dengan

instrument.

4. Soket secara hati-hati di irigasi dengan salin untuk mengangkat bekuan darah

yang terkontaminasi.

8
5. Gigi dari mangkuk yang berisi salin tadi di pegang dengan tang cabut agar tidak

terkontaminasi dengan tangan.

6. Gigi di periksa dan bila ada debris di bersihkan dengan kasa yang di basahi

dengan salin.

7. Gigi di masukkan kembali dalam soket dengan menggunakan tang,setelah masuk

sebagian pakailah tekanan ringan dengan jari atau suruhlah pasien menggigit

kasa sampai gigi kembali pada kedudukannya.

8. Ketepatan letak gigi di periksa dan hindari hiperoklusi.Laserasi jaringan lunak di

jahit rapat-rapat terutama pada bagian servikal.

9. Gigi di pasang splint selama 1 sampai 2 minggu untuk stabilisasi.

10. Resep obat antibotik di ajurkan untuk di berikan dengan dosis yang sama seperti

yang di pakai pada infeksi mulut ringan atau sedang.Suntikan tetanus booster

juga di anjurkan untuk di berikan,jika suntikan tetanus terakhir di lakukan lebih

dari 5 tahun yang lalu.

11. Pasien di beri perawatan pendukung,makanan lunak dan analgesik ringan di

anjurkan sesuai kebutuhan

Apabila gigi telah keluar dari soket alveolar untuk lebih dari 2 jam (dan tidak di

upayakan tetap basah dengan media yang sesuai),sel-sel dan serabut ligamentum tidak

akan bertahan hidup sampai di mana pun stadium pertumbuhan akarnya.Resorbsi

replacement(ankilosis)kemungkinan besar akan terjadi setelah replentasi.Oleh karena

9
itu, upaya yang harus di lakukan sebelum replantasi adalah perawatan akar untuk

mengurangi/memperlambat proses resorbsi.4

Tindakan replantasi ketika pasien datang lebih dari 2 jam yaitu :4

1. Daerah avulsi gigi dan radiograf di periksa barang kali terjadi fraktur

alveolar.

2. Debris dan serpihan jaringan lunak yang menempel pada permukaan akar di

bersihkan.

3. Gigi di rendam dalam larutan natrium fluoride 2,4 %(di asamkan sampai pH

5,5) selama 5-20 menit.perendaman dalam senyawa fluor ini tidak perlu bila

gigi telah di simpan dalam medium fisiologis.

4. Pulpa di ekstirpasi, dan saluran akar di bersihkan, di bentuk,dan di isi,

sedangkan gigi di pegang dengan kain yang di basahi cairan fluor.

5. Soket alveolar dengan hati-hati di hisap untuk mengambil bekuan

darah.Soket di irigasi dengan salin.pertama kali perlu di lakukan anastesi

untuk menghilangkan rasa sakit pada pasien.

6. Gigi dengan hati-hati di masukkan kembali (replantasi) ke dalam

soket,periksa ketepatan letak dan oklusinya.

7. Gigi di pasangi splin selama 3-6 minggu

10
2.1.5 Indikator Keberhasilan Replantasi

Keberhasilan replantasi pada gigi yang mengalami avulsi tergantung pada tenggang

waktu antara kejadian avulsi dengan replantasi,luas kerusakan ligamentum

periodontal,derajat kerusakan alveolar,dan efektifitas stabilisasi.Replantasi dapat di

katakan berhasil apabila dalam kontrol berkala terlihat perbaikan yang nyata(setelah 2

minggu) antara lain 1,20

1. Gigi tidak goyang

2. Tidak ada keluhatan sakit spontan dari penderita

3. Perkusi cenderung berkurang

4. Warna gingiva normal

2.1.6 Fiksasi(Splinting)Setelah Replantasi

Untuk mengstabilkan gigi yang telah di replantasi, di butuhkan suatu alat

splint.Splinting merupakan suatu usaha untuk mempertahankan, mengikat atau

mengfiksasi gigi agar tetap pada posisi yang di inginkan saat replantasi,untuk

memberikan kesempatan agar gigi dapat melekat pada asalnya.20

2.1.6.1 Tujuan splinting20

1. Memberi dukungan pada jaringan penyangga yang dapat menguntungkan

perbaikan jaringan

2. Mengurangi derajat kegoyangan gigi.

3. Mendistribusikan tekanan.

4. Mengstabilkan kontak permukaan.

11
5. Mencegah migrasi dan ekstrusi gigi.

6. Memperbaiki fungsi penguyahan

7. Retensi pack periodontal.

2.1.6.2 Jenis splint1,12,20

Pemilihan jenis splint yang di pakai sebagai alat fiksasi pun harus

mempertimbangkan berbagai hal seperti kebutuhan menggunakan splint, memilih jenis

splint yang sesuai serta lama pemakaiannya. Dalam memilih jenis splint perlu di

pertimbangkan dengan baik, sehingga hasil replantasi dapat sesuai dengan yang di

harapkan.Oleh karena itu perlu di gunakan jenis splint yang ideal dengan syarat-syarat

sebagai berikut ;

1. Melibatkan gigi yang stabil sebanyak mungkin

2. Dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak memberikan tekanan pada gigi yang

di pegangnya.

3. Dapat di perluas sekitar lengkung rahang.

4. Tidak boleh menghalangi oklusi normal / tidak menimbulkan oklusi traumatik

5. Tidak menyentuh jaringan gingival oleh karena dapat menyebabkan iritasi pada

gingival

6. Tidak boleh menimbulkan gaya ortodontik pada gigi yang replantasi

7. Tidak menghalangi perawatan endodontik (menyediakan jalan untuk perawatan

endodontik )

8. Mudah di bersihkan dan memenuhi kriteria oral hygine yang baik

12
9. Desainnya sederhana sehingga mudah di lepas

10. Dapat di terima secara estetik

Beberapa jenis splint yang sering di gunakan untuk kasus avulsi antara lain adalah ;

1. Band orthodonsi

Tipe splint ini biasanya diindikasikan untuk gigi geligi dalam fase gigi

campuran, cara pembuatan dari alat splint ini dengan terlebih dahulu

menyatukan secara bersamaan band ortodonsi yang belum terbentuk,atau dapat

juga dengan memasang secara langsung bond ortodonsi yang belum terbentuk

dengan beberapa bracket atau hanya satu bracket pada permukaan labial,lalu di

satukan dengan cold curing resin. Splint ini juga kadang di rentangkan dengan

jarak yang panjang untuk menjangkau gigi tetangganya yang kuat, sehingga gigi

premolar dan kaninus biasanya menempati kedua sisi dari gigi yang mengalami

trauma.

Gambar:1
Orthodontik bands dan bracket (sumber:http4.bp..com-
rw8obuaafdmqlxlhhcsdf4s1600metal.jpg)

13
2. Arch bars splint dan essigs splint

Jenis splint ini bertujuan untuk mengstabilkan gigi yang telah di reposisi dengan

atau tanpa fraktur alveolar, serta untuk melindungi bekuan yang terorganisir

pada apeks guna mempertinggi revaskularisasi dari gigi.Adapun jika terjadi

fraktur alveolar maka splint tipe ini akan memberikan posisi yang fungsional

dengan daya tarik yang elastis dan lambat pada fraktur alveolar.

Gambar.2

Arch bars splint


(sumber:http://www.homesteadschools.com/Dental/courses/Managing%20Dental%20Injuries/Figur_4.JP
G)

14
3. Cold curing acrylic brackets splint

Tipe splint ini di pergunakan untuk mengurangi retensi plak serta mencegah

adanya retensi dari sisa-sisa makanan pada tepi servikal gigi yang direplantasi.

Gambar:3
Cold curing acrylic brackets splint
(sumber:http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/stomat_ortop/classes_stud/e
n/stomat/ptn/Orthopedic%20stomatology/5/5%20module/09.%20Traumatic%20occlusi
on.%20Etiology%20and%20pathogenesis..files/image076.gif)

4. Acid etza resin splint(etza asam resin- komposit kawat)

Bertujuan untuk mencegah terjadinya trauma yang lebih lanjut pada pulpa atau

periodontium serta memberikan kestabilan dan estetik yang baik.adapun hal

yang pertama di lakukan sebelum pengetsaan yaitu jika pada gigi di replantasi

terdapat fraktur mahkota dengan dentin terbuka,harus segara di tutup dengan

kalsium hydroxide(dycal) untuk mencegah kerusakan pulpa. Namun jika tidak

15
terjadi fraktur ada gigi yang di replantasi maka pengetsaan dapat langsung di

lakukan.

Teknik splint etsa asam resin dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut ;

a) Gigi replantasi yang akan di splint di bersihkan dari darah debris

dengan semprotan air atau dengan cotton roll,terutama bagian labialnya.

b) Gigi di isolasi dan di keringkan

c) Larutan etsa asam di aplikasikan pada 1/3 insisal dari permukaan labial

selama satu menit dengan asam fosfat 30-50 %.Untuk pengontrolan

perdarahan gingiva yang tidak sempurna,etsa bentuk gel lebih cocok

karena sifatnya tidak mudah bergerak dari permukaan gigi.

d) Permukaan yang telah di etsa di cuci dan di keringkan dan email tidak

boleh terkontaminasi dengan darah/saliva selama aplikasi dari splint

e) Resin komposit di campur baru di aplikasi pada permukaan email dari

gigi yang telah di etsa, sementara posisi gigi di pertahankan.

f) Saat resin mengeras,kelebihannya di buang dan permukaan yang kasar

di haluskan.

g) Tahap akhir yaitu setelah pemakaian splint di anggap cukup,maka splint

di lepaskan dengan fissure bur bentuk tapered untuk mengurangi resin

dan memotongnya melalui bagian interproksimal.kemudian permukaan

labial di polis dengan pumis untuk melepaskan sisa-sisa resin.

16
5. Sutura dan bonded resin splint

Biasanya di gunakan pada gigi insisivus sentral permanen atas/bawah yang telah

di replantasi dan semua gigi tetangganya adalah gigi sulung.

6. Periodontal pack

Untuk memberikan stabilitas sementara bagi gigi yang di replantasi,mencegah

kontak oklusal selama rahang bawah bergerak/menyimpang dan memberikan

gerakan fisiologis guna memperoleh susunan ligamentum periodontal yang

fungsional.

2.1.7 Instruksi Setelah Replantasi

Setelah melakukan replantasi, instruksi yang diberikan kepada pasien adalah sebagai

berikut :8

1) Anjurkan pasien pergi ke dokter umum untuk penyuntikan serum antitetanus jika

ada indikasi.

2) Berikan resep analgetik untuk menanggulangi nyeri

3) Anjurkan untuk makan makanan yang lunak sampai gigi cekat kembali

2.1.8 Akibat Replantasi

Yang sering terjadi adalah resorbsi eksternal.Terdapat tiga tipe yang telah di

identifikasi yakni tipe permukaan,inflamatori,dan replacement4

 Resorbsi permukaan, pemeriksaan gigi yang telah di replantasi dengan

mikroskop mengungkapkan adanya lacuna resorbsi dalam sementum.keadaan ini

17
biasanya tidak terlihat oleh radiografi. Perbaikan terjadi dengan deposisi

sementum baru,yang menggambarkan penyentuhan.

 Resorbsi inflamatori.resorbsi jenis ini dapat terjadi sebagai respons terhadap

adanya pulpa yang nekrotik dan cedera pada ligamentum periodontal. Hal ini

terjadi pada gigi yang di replantasi serta pada cedera bentuk lain. Resorbsi

inflamatori di tandai dengan hilangnya struktur gigi dan tulang alveolar di

sebelahnya. Resorbsi biasanya berkurang setelah pengangkatan jaringan

nekrotik,sehingga prognosisnya baik.oleh karena itu , perawatan saluran akar

pada gigi yang di replantasi dengan apeks sudah tertutup di anjurkan di lakukan

secarar rutin.

 Replacement Resorbsi, pada resorbsi jenis ini struktur gigi mengalami resorbsi

dan di gantikan oleh tulang.Keadaan ini akibat dari ankilosis,tulang langsung

melebur ke permukaan akar. Karakteristik ankilosis adalah kurangnya

pergerakan fisiologis,kegagalan melakukan erupsi bersama dengan gigi-gigi

sebelahnya(menyebabkan infraoklusi pada anak muda), dan bila gigi di perkusi

suaranya seperti logam padat.Saat ini ,tidak di kenal perawatan yang dapat

mengatasi resorbsi ini, yang cenderung berlangsung terus sampai akar di ganti

dengan tulang. Pada gigi yang berada di luar alveolar dan kering untuk jangka

lama, proses resorbsinya tampaknya bias di hambat dengan merendamkan gigi di

dalam larutan fluor sebelum replantasi.

18
2.2 CEDERA PADA JARINGAN LUNAK

Cedera pada jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf

atau pembuluh darah. Klasifikasi Cedera pada jaringan lunak dikelompokkan

berdasarkan luka, avulsi, kontusi, abrasi/tattoo, dan luka bakar. Luka-luka bisa

tunggal/multipel, menguntungkan/tidak menguntungkan (dikaitkan dengan garis

ketegangan pada kulit yaitu garis langer), trap door, puncture, dan through and through.

Pada waktu melakukan pemeriksaan, sebaiknya dilakukan pengukuran dan membuat

diagram dari luka-luka multipel. Apabila tepi bibir atau kelopak mata terlibat, pasien

harus diberitahu mengenai kemungkinan terjadinya lekukan (yang membekas), yang

mungkin memerlukan perbaikan pada masa mendatang. Luka-luka yang tidak

menguntungkan yakni yang menyilang garis langer mempunyai prognosis kosmetik

yang jelek, mengakibatkan timbulnya jaringan parut. Untuk perawatan luka yang luas

atau kompleks kadang-kadang diperlukan rujukan atau konsultasi.1,2

2.2.1 Jenis Trauma Pada Jaringan Lunak 1

1. Trap door (penggeseran flap pedikel)

Luka trap door terdiri atas penggeseran flap pedikel. Luka jenis ini juga mempunyai

prognosis yang jelek secara kosmetik, karena bagian yang mengalami penyembuhan

mengalami penebalan atau meninggi dibanding struktur kulit di sekitarnya.

19
2. Through and through (luka penghubung)

Luka jenis ini menghubungkan kulit dengan permukaan mukosa sehingga mudah

terkontaminasi dengan flora rongga hidung dan mulut. Bibir merupakan daerah

yang paling sering mengalami hal ini.

3. Avulsi

Hilangnya substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai kulit, walaupun

mukosa, otot, dan tulang juga bisa terkena. Avulsi biasanya menyertai luka-luka

multipel pada wajah dan biasanya pada korban kecelakaan sepeda motor atau luka

karena peralatan dalam industri atau pertanian, dan pada pasien dengan luka tembak

ringan (serpihan) atau luka tembak berat (perforasi).

4. Luka bakar

Luka bakar dikelompokkan berdasarkan tingkat ketebalan kulit yang mengalami

kelukaan.Ketebalan sebagian atau luka bakar derajat pertama melibatkan hanya

lapisan luar epidermis disertai eritema, nyeri tekan, dan sakit. Luka bakar sebagian

dengan kedalaman yang lebih besar atau derajat dua, menyebabkan kerusakan yang

mencapai dermis dan ditandai dengan terjadinya vesikel,lepuh, dan bullae.

5. Cedera jaringan lunak rongga mulut

Cedera pada mukosa mulut serupa dengan cedera pada kulit. Luka-luka pada ronga

mulut sering terdapat pada lidah dan mukosa bibir, biasanya karena tergigit

sendiri/terhimpitnya di antara gigi dan trauma eksternal.Kadang-kadang terjadi luka

gingiva pada daerah yang mengalami fraktur dengan pergeseran yang intensif, dan

20
pada gigi yang luksasi/avulsi.Apabila terjadi avulsi intraoral penyebabnya

kemungkinan besar adalah karena tembakan pelur, biasanya juga melibatkan lidah.

Hematon mulut merupakan temuan yang umum terjadi dan mungkin menandai

daerah yang mengalami fraktur /luka jaringan lunak yang luas.

2.2.2 Klasifikasi Trauma Gigi

Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior.

Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis

dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health

Organization (WHO)dalam Application of International Classification of Diseases to

Dentistry and Stomatology.2

Ellis dan Davey menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut banyaknya

struktur gigi yang terlibat, yaitu :2

Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.

Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin

tetapi belum melibatkan pulpa.

Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan

menyebabkan terbukanya pulpa.

Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan

atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

21
Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.

Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.

Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) dalam

Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology

diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan

pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut yaitu sebagai berikut :2

I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa

1) Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada

email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal.

2) Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur

email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu suatu fraktur

yang hanya mengenai lapisan email saja.

3) Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada mahkota

gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa.

4) Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu fraktur

yang mengenai email, dentin, dan pulpa.

II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar

1) Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan

sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur

mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) dan fraktur

22
mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar

yang tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).

2) Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa

melibatkan lapisan email.

3) Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding

soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding

soket.

4) Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris

dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.

5) Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula atau

maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket

gigi.

III. Kerusakan pada jaringan periodontal

1) Concusion, yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang

menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya

kegoyangan atau perubahan posisi gigi.

2) Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat

trauma pada jaringan pendukung gigi.

3) Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar

dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.

23
4) Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke

arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur

pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral

menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal

5) Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat

menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi

menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.

6) Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari

soket

24
Gambar 4.
Persentase Kejadian Fraktur (sumber : jurnal penatalaksanaan trauma gigi pada anak )

25
IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut

1) Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan

oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa

robeknya jaringan epitel dan subepitel.

2) Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda

tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa

disertai sobeknya daerah mukosa.

3) Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan

atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet.

Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada gigi tetap,

antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi. Beberapa reaksi yang terjadi

pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami trauma adalah hiperemi pulpa, diskolorisasi,

resorbsi internal, resorpsi eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa gigi, dan nekrosis

pulpa.

2.3 AVULSI GIGI

Avulsi merupakan keadaan trauma gigi ketika gigi terlepas dari tempatnya

(soketnya) secara utuh dan menghasilkan luka kompleks, serta mempengaruhi beberapa

jaringan pendukung gigi. Avulsi juga diartikan sebagai gigi yang sama sekali keluar dari

soket alveolarnya. Kecelakaan dapat menyebabkan luka traumatik pada wajah dan gigi

26
dengan disertai pendarahan, pembengkakan dan laserasi pada jaringan serta terjadinya

fraktur dinding soket alveolar dan luka pada bibir.1,19,2

Gambar 5.
Gigi anterior atas (Insisivus sentralis kiri rahang atas) yang mengalami avulsi (Sumber
:http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/09/13793191741325720023.jpg)

2.3.1 Etiologi Avulsi

Faktor etiologi yang utama yang menyebabkan terjadinya avulsi adalah karena

terjadinya kecelakaan lalu lintas, luka karena peralatan dalam industri atau pertanian,

dan pada pasien dengan luka tembak ringan.

Penyebab trauma gigi pada anak-anak yang paling sering adalah karena jatuh saat

bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat berolahraga. Trauma gigi anterior

dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi

ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak

27
langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah

membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.

Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi trauma gigi anterior pada anak-anak

terjadi antara usia 13 tahun karena pada usia tersebut, anak mempunyai kebebasan serta

ruang gerak yang cukup luas sehingga sering terjatuh dari tempat tidur, kereta dorong,

atau kursi yang tinggi. Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada

periode dewasa karena adanya peningkatan aktifitas fisik mereka. Beberapa penyebab

trauma yang paling sering terjadi adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, sepak

bola, kecelakaan lalu lintas, lomba lari dan bermain sepatu roda.2

2.3.2 Pertolongan Pertama Gigi avulsi

Dalam beberapa aspek diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik,

ketidakmampuan untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan dengan baik akan

menimbulkan akibat yang membahayakan.

Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut.Jaringan lunak

harus dirawat dengan baik. Pembersihan luka dengan baik merupakan tolak ukur

pertolongan pertama. Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan

membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anerobik.

Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri, khususnya

stafilokokus dan streptokokus patogen pada kulit atau mukosa daerah luka.

28
Pertolongan pertama untuk gigi avulsi adalah

1) Gigi dicuci dengan air dingin yang mengalir (10 detik)

Gambar.6
Gigi dicuci dengan air dingin yang mengalir(sumber
:httpwww.google.comimgresimgurl=.wordpress.com)

2) Gigi jangan disentuh

3) Gigi diletakkan kembali kedalam soketnya menggunakan jari dengan yang tekanan

ringan

Gambar.7
Gigi di letakkan ke dalam soket(sumber :
httpwww.google.comimgresimgurl=http%3A%2F%2Fdentosca.files.wordpress.com)

29
4) Gigi dipertahankan (atau pasien yang menahan) pada posisinya

Gambar.8
Gigi di pertahankan pada
posisinya(sumber:httpstat.ks.kidsklik.comstaticsfiles20130913793192981831147164.jpg)

5) Mencari perawatan dokter gigi dengan segera

Cara terbaik untuk merawat gigi avulsi adalah dengan memasukkan kembali ke dalam

soketnya (replantasi) sesegera mungkin. Ketika terjadi kejadian avulsi pasien sebaiknya

disuruh membungkus gigi dengan kain atau tisu yang bersih dan basah serta datang ke

praktek untuk perawatan segera.Pengamatan membuktikan bahwa makin singkat waktu

waktu gigi berada diluar mulut, makin besar kemungkinan keberhasilan replantasi.4,19

30
2.3.3 Pertimbangan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Yang Mengalami

Avulsi

Pada gigi matang yang mengalami avulsi, bila direplantasi, tidak dapat diharapkan

terbentuknya kembali vaskularisasi suplai darah ke pulpa.Vaskularisasi kembali dapat

terjadi pada gigi dengan apeks yang masih terbuka lebar, walaupun hal ini tidak

dipastikan. Gigi ini harus dimonitor secara radiografi selama beberapa waktu untuk

melihat terjadinya nekrosis pulpa.

Pada gigi dewasa yang direplantasi, perawatan saluran akar merupakan indikasi yang

harus dilakukan kira-kira 1-2 minggu setelah replantasi4 Dalam melakukan perawatan

saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi perlu dilakukan pertimbangan seperti:2

a. Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau setelah

splint dilepas

b. Saluran akar diisi pasta kalsium hidroksida untuk sementara

c. Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan terjadi

revaskularisasi pada pulpa sehingga perawatan saluran akar hendaknya

ditangguhkan

d. Apabila pada foto rontgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya

gambran radiolusen daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar

eksternal maka perwatan saluran akar harus segera dilakukan

31
e. Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan foto rontgen

setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak sampai terlihat pulpa tidak

nekrosis dan penutupan apeks terjadi.

2.4 MEDIA PENYIMPANAN GIGI AVULSI

Perhatian utama perawatan awal gigi avulsi adalah untuk mempertahankan vitalitas

jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar. Semakin lama gigi berada di luar

mulut, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan ligament periodontal untuk dapat

bertahan hidup. Hal ini terjadi karena gigi tersebut menjadi kering sehingga banyak sel-

sel ligamen periodontal yang mati. Stabilitas sel-sel ligamen periodontal perlu dijaga.

Media penyimpanan merupakan media tempat gigi avulsi disimpan, bila perawatan

replantasi gigi tidak dapat dilakukan segera setelah terjadinya trauma. Tujuan

penempatan gigi avulsi pada media penyimpanan ini dapat memelihara ligamen

periodontal pada waktu terbatas sebelum replantasi gigi.

Ada beberapa jenis media penyimpanan gigi avulsi, berdasarkan yang paling baik

digunakan adalah larutan garam isotonik, susu, saliva, dan air kelapa (cocos nucifera).5,6

2.4.1 Hank’s balanced salt solution

Hank’s balanced salt solution (HBSS) merupakan larutan salin standar, yang

biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai

sel. HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen periodontal karena mempunyai

osmolalitas yang ideal yaitu 270 sampai 320 mOsm, PH yang seimbang. HBSS

mengandung berbagai nutrient yang penting, seperti kalsium, fosfat, kalium dan glukosa

32
yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal untuk waktu

lama.

Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpanan yang terbaik untuk gigi yang

avulsi adalah media kultur sel seperti HBSS karena dapat menjaga sel-sel ligamen

periodontal tetap hidup dalam 24 jam dibandingkan dengan saliva dan susu. Namun,

HBSS hanya dapat diperoleh di apotik, toko-toko obat dan farmasi, biasanya tersedia

dengan nama dagang yang disebut “save-a-Tooth”. Larutan ini tidak membutuhkan

pendinginan dan tersedia dalam sebuah wadah yang steril.

Gambar 9.
Media penyimpanan “save-a-tooth” (sumber
:http://sale.dentist.net/spree/products/1966/product/save-a-tooth-tooth-preserving-
system.jpg?1296523233 )

33
2.4.2 Saline fisiologis

Saline fisiologis merupakan larutan yang mengandung 0,9% NaCl yang dapat

digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penelitian menunjukan saline

fisiologis lebih baik digunakan sebagai media penyimpanan daripada air atau saliva,

apabila gigi harus disimpan untuk waktu lebih dari 30 menit sebelum

replantasi.Penyimpanan pada saline fisiologis tidak menyebabkan pembengkakan

struktur sel. Namun kebutuhan metabolit dan glukosa untuk mempertahankan

metabolisme sel yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Penggunaan larutan

saline sebagai media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi

harus disimpan selama lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.

2.4.3 Susu

Penelitian laboratorium pada tahun 2005 menunjukan bahwa susu merupakan suatu

media optimal untuk menyimpan gigi avulsi. Hal ini didukung kuat oleh suatu penelitian

terhadap transport organ dan sel yang disimpan di dalam susu dengan temperature 39 F.

Keuntungan lain adalah susu mudah didapat sehingga gigi dapat segera ditempatkan di

media susu. Tekanan osmolalitas gigi dapat mempertahanan vitalitas sel ligamen

periodontal dibandingkan saliva, saline dan air.

Susu mempunyai kemampuan mendukung kapasitas klonogenik sel-sel ligamen

periodontal pada suhu ruang sampai 60 menit. Pada temperature yang lebih rendah, susu

dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan perbaikan

34
penyembuhan sel. Hal ini didukung oleh penelitian fisiologi sel yang menunjukkan efek

perlindungan susu terhadap sel-sel ligamen periodontal yang disimpan di media

penyimpanan pada temperature rendah. Kemampuan susu temperatur rendah untuk

mendukung klonogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit

dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur ruang yang melindungi

viabilitas sel selama 60 menit.

2.4.4 Air

Air mengandung bermacam-macam mineral, seperti sodium, klorid, kalsium,

magnesium, potassium, fluorin besi, dan kloramin (pH 7,5), dengan konsentrasi yang

bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Hasil analisis histometrik 8 minggu

pasca replantasi gigi avulsi yang direndam dalam air selama 120 menit menunjukan

hanya sekitar 33% dalam kondisi normal dan 35% resorbsi akibat inflamasi, hampir

sama dengan kondisi gigi avulsi yang dibiarkan kering selama 120 menit.

2.4.5 Saliva

Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu yang

sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mendukung pengunaan saliva sebagai

media menyimpanan sampai 30 menit pertama dari waktu cedera.Penyimpanan gigi

avulsi pada saliva lebih dari 30 menit dapat menimbulkan masalah karena saliva secara

alamiah mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar

gigi.Infeksi dapat menyebabkan kematian sel-sel liagamen periodontal. Penelitian

lainnya kemampuan sel-sel ligamen periodontal untuk berikatan, mengadakan proliferasi

35
dan kolonisasi kembali dengan permukaan akar (kapasitas klonogenik 7,6%) selama 30

menit berada dalam saliva. Setelah 30 menit kapasitas fungsional ligamen periodontal

akan menurun dengan cepat.

Beberapa penelitian telah menganjurkan bahwa menyimpan gigi dalam mulut pasien

(saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup ligamen periodontal. Gigi dapat ditahan

pada vestibulum bukal atau dibawah lidah. Namun, penyimpanan gigi dalam mulut

dapat menimbulkan masalah bagi anak, seperti tertelannya gigi, terhirup atau

kemungkinan anak mengunyah giginya. Untuk menghindari keadaan tersebut, saliva

(besama dengan darah yang mungkin juga ada di dalamnya) dikumpulkan di dalam

sebuah wadah kecil sehingga gigi dapat dimasukkan ke dalamnya.

2.4.6 Air kelapa (cocos nucifera)

Air kelapa (Cocos nucifera), pada umumnya dikenal sebagai "Tree of Life", adalah

minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam buah

kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih

erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara

lain kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan natrium, klorida, dan fosfat,

ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah.Air kelapa merupakan cairan

hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik sekitar 1,020, sebanding

dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan

gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino

esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah

36
diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi terutama

pada pasien yang menderita defisiensi kalium. Air kelapa telah terbukti memiliki

efektivitas yang sebanding dengan cairan elektrolit komersial dalam memperpanjang

waktu bertahan pada pasien sakit. Air kelapa juga unggul dalam melakukan

pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya

berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin, dan mineral.

37
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tujuan replantasi

Replantasi merupakan perawatan pilihan untuk penanganan gigi avulsi yang

bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis gigi. Luksasi total atau avulsi gigi di

rawat dengan replantasi/penanaman kembali. Istilah ini di artikan sebagai menempatkan

kembali gigi pada soketnya, dengan tujuan mencapai pengikatan kembali bila gigi telah

terlepas sama sekali dari soketnya karena kecelakaan.19Replementasi pada gigi sulung

sebaiknya tidak di lakukan dengan mempertimbangkan bahwa akan mengganggu

pertumbuhan gigi permanen dan ini menyebabkan terjadinya infeksi kronis pada daerah

apikal yang akan berpengaruh pada pertumbuhan gigi permanen20 Keberhasilan

replantasi pada gigi yang mengalami avulsi tergantung pada tenggang waktu antara

kejadian avulsi dengan replantasi, luas kerusakan ligamentum periodontal, derajat

kerusakan alveolar,dan efektifitas stabilisasi1 .Avulsi itu sendiri merupakan hilangnya

substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai kulit, walaupun mukosa, otot, dan

tulang juga bisa terkena. avulsi biasanya menyertai luka-luka multiple pada wajah dan

biasanya pada korban kecelakaan sepeda motor atau luka karena peralatan dalam

industri atau pertanian, dan pada pasien pada tembak luka (serpihan) atau luka tembak

berat (perforasi)1 kejadian avulsi pada gigi alami dapat memutuskan serat ligamentum
periodontal dan bundel neurovascular, serta dapat pula mencederai tulang alveolar serta

gigi di sekitarnya.ketika gigi lepas dari soketnya, sel-sel pulpa dan ligamentum

periodontal mulai mengalami kerusakan akibat kekurangan asupan darah. Faktor yang

lain adalah kekeringan pada gigi avulsi, akibat penyimpanan gigi avulsi yang salah, dan

kontaminasi dengan bakteri merupakan hal – hal yang penting untuk penyembuhan

ligamentum periodontal yang baik serta keberhasilan replantasi itu sendiri.3 Bahkan pada

perawatan yang paling baik yakni replantasi segera tanpa adanya kerusakan ligamentum

periodontium dan alveolar serta stabilisasi yang baik, akan terjadi penggantian atau

resorpsi inflamatorik. Faktor waktu sangatlah menentukan dan keberhasilan yang tinggi

akan dicapai apabila pengembalian gigi pada tempatnya dilakukan tidak lebih dari 30

menit sesudah cedera. Resorbsi akar hampir tidak terhindarkan apabila melebihi 2 jam.

Pada keadaan darurat replantasi sering dilakukan oleh orang nonprofesional misalnya

memasukkan kembali gigi yang dilakukan oleh orang tua atau teman pasien. Secara

biologis kondisi ligamentum periodontium dan sementum adalah rawan apabila

dikaitkan dengan perlekatan kembali. Apabila ligamentum periodontium mengalami

cedera atau ada sementum terbuka, kemungkinan besar akan terjadi ankilosis (fusi

antara tulang dan sementuk). Perbaikan suplai vascular pulpa tidak dimungkinkan lagi,

tetapi apabila apeks masih terbuka, masih ada kesempatan. Sehubungan dengan itu,

pemeriksaan klinis dan radiografi diarahkan pada usaha untuk mendeteksi secara dini

adanya nekrosis pulpa pada gigi yang ditanam kembali, yang dapat menyebabkan

terjadinya keradangan dan mengganggu perlekatan kembali atau menimbulkan lesi

39
periodontal atau periapikal. Selain itu prosedur serta syarat dalam replantasi perlu di

perhatikan dengan seksama agar replantasi dapat berjalan sesuai dengan yang di

inginkan.

3.2 Pemeriksaan gigi avulsi

Pemeriksaan gigi avulsi sendiri meliputi pemeriksaan cedera pada jaringan lunak dan

jaringan keras, penggunaan gambar radiografi, tes diagnostik yang lain, dan pemeriksaan

gigi-gigi tetangga serta antagonisnya8.

1. Cedera pada jaringan lunak.pemeriksaan sebaiknya meliputi seluruh bagian soket

untuk melihat adanya benda asing dan kotoran didalam luka. Untuk melakukan hal

tersebut, jendalan darah dan segala sesuatu yang mengganggu pemeriksaan harus

dilakukan dengan hati-hati.

2. Cedera pada jaringan keras, pemeriksaan meliputi daerah luka dan palpasi pada gigi

serta alveolus dan pemeriksaan adanya kelainan oklusi untuk mendeteksi dislokasi

gigi.

3. Pemeriksaan radiografik, gambarah radiografi dapat menunjukan adanya fraktur

akar serta fakta-fakta lain yang penting seperti proses pemeriksaan akar.

4. Pemeriksaan pada gigi-gigi tetangga dan antagonisnya

40
3.3 Penatalaksanaan replantasi gigi anterior permanen

Penatalaksaan replantasi gigi anterior meliputi :4,3,8,9,11,16,13,10

1. Jika pasien menelepon dan memberitahu tentang kecelakaannya, sebaiknya disuruh

membungkus gigi dengan kain atau tissue yang bersih dan basah serta datang ke

praktek untuk perawatan segera. Pengamatan membuktikan bahwa makin singkat

waktu gigi berada diluar mulut, makin besar kemungkinan keberhasilan replantasi.

Gambar.10
Gigi disimpan dalam kain kasa/tissue
(sumber:httpwww.studiodentaire.comimagesavulsion2.jpg)
2. Ketika pasien datang, harus ditanya mengenai keadaan medik atau riwayat sakitnya

untuk melihat adanya luka yang lebih parah yang mungkin disebabkan oleh

traumanya.

41
3. Gigi dimasukkan kedalam larutan garam fisiologis untuk mencegah dehidrasi dan

Diberikan anestesi lokal untuk menyakinkan bahwa replantasi tidak akan

menimbulkan rasa sakit.

Gambar.11
Gigi di masukkan kedalam larutan fisiologis (sumber: . Managemen of
Acute Dental Trauma-avulsion and Extrusive Luxation: A Case Raport.
Journal of Clinical and Diagnostic Research

4. Gigi yang terlepas diperiksa apakah ada fraktur atau tidak, Akar diperiksa dan

dibersihkan. Tidak perlu menghilangkan ligament periodontium, namun cabikan

jaringan yang hancur sebaiknya dibuang.

42
Gambar.12
Akar gigi di bersihkan (sumber:Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of Traumatic Injuries to the
teeth)

5. Pada daerah Soket lakukan kuretase dengan hati-hati dan diirigasi untuk

menghilangkan jendalan darah dan kotoran yang ada. Dengan palpasi ditentukan

apakah ada tulang alveolar yang fraktur,

Gambar.13
Soket di kuretase (sumber: Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of Traumatic
Injuries to the teeth)

43
6. Lalu masukkan gigi kedalam soket dan atur posisi pada oklusi yang benar dan

estetika yang baik.

Gambar.14
(a) Mengembalikan gigi kedalam soket (sumber: Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of
Traumatic Injuries to the teeth)
(b) Gigi yang telah direplantasi posisi oklusinya di atur yang benar dan estetik.(sumber: Riyanti E.
Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Anak Universitas Padjajaran)

7. Selama replantasi gigi avulsi, pengumpalan darah dan cairan jaringan dalam soket

mengakibatkan tekanan hidrolik yang menahan gigi untuk kembali keposisinya

yang normal, untuk menghilangkan tekanan tersebut dapat dilakukan pembuatan

jendela dengan flap kecil dan tulang alveolar ditembus untuk memungkinkan

mengalirnya cairan yang terjebak, ruangan untuk cairan tersebut juga dapat

disediakan dengan memotong ujung akar.

44
Gambar.15
Jika terdapat kesukaran untuk mengembalikan gigi pada posisi apeks yang benar. (a)
Buat jendela menembus tulang alveolar bukal
(b) ujung akar diasah 1-2 mm (sumber: Bence, Richard. Buku Pedoman Endodontik
Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)

8. Kemudian tulang alveolar yang meregang pada gigi ditekan dengan jari dan gigi

difiksasi supaya stabil. Bila jaringan periodontal tidak mampu lagi menahan stres

fungsional, gigi geligi akan menjadi goyang. Splint dapat mengontrol mobilitas gigi

yang telah di replantasi, fiksasi gigi avulsi dapat dilakukan dengan wiring atau

orthodontik brake.

3.4 Prosedur splinting setelah replantasi

Untuk mengstabilkan gigi yang telah di replantasi dibutuhkan suatu alat splint. Splinting

merupakan suatu usaha untuk mempertahankan mengikat atau mengfiksasi gigi agar

tetap pada posisi yang diingingkan saat replantasi untuk memberikan kesempatan agar

gigi dapat melekat pada asalnya.20

45
3.4.1 Prosedur Pembuatan fiksasi (splint)

Prosedur pembuatan fiksasi(splint) dengan sistem adhesif ketika reposisi gigi telah di

lakukan dengan baik :3,4,8,2

1. Bersihkan dataran labial gigi-gigi yang akan dilibatkan dengan pasta profilaksis

yang mengandung flour

Gambar.16
Bersihkan dataran labial gigi-gigi dengan pasta profilaksis (sumber: Bence, Richard.
Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)

2. Kemudian bersihkan gigi dan keringkan selanjutnya isolasi daerah kerja dengan

gulungan kapas.

3. Setelah itu bentuk kawat orthodonti segi empat (0,0125-0,028 inci) supaya

menyentuh bagian dataran labial gigi-gigi sampai jauh melampui gigi yang kena

trauma kemudian lekukan kedua ujung kawat supaya masuk kedalam daerah

interproksimal gigi.

46
4. Lalu oleskan bahan etsa pada daratan labial gigi-gigi yang akan diberi splin. Biarkan

bahan tersebut selama 60 detik, semprot dengan air dan keringkan

Gambar.17
Oleskan bahan etsa dataran labial gigi dengan pasta profilaksis (sumber: Bence,
Richard. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)

5. Lalu panaskan kawat yang telah dibentuk dan menutup kawatnya sampai warnanya

seperti jerami,

6. Atur kawat tersebut pada gigi dan stabilkan dengan malam perekat.

7. Selanjutnya campur bubuk dan cairan sesuai petunjuk pabrik sampai homogen

8. Lalu letak semen pada dataran labial gigi-gigi karna cepat mengeras, semen hanya

direkatkan pada dua atau tiga gigi saja.

47
Gambar.18
Letak semen pada dataran labial gigi-gigi (sumber: Bence, Richard. Buku Pedoman
Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)
9. Jika semen mengeras, angkat malam perekatnya dan jika perlu haluskan kawat serta

semennya.

Gambar.19
Sesuaikan kawat dengan gigi-gigi dan letakkan semen adesif pada setiap gigi dengan
menutup kawatnya.(sumber: Riyanti E. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Jurnal
Kedokteran Gigi Anak Universitas Padjajaran)

Pada pasien yang giginya telah di pasangi splint selama 1 sampai 2 minggu untuk

stabilisasi,jika gigi tetap goyang, dapat di fiksasi lebih lama dan pasien di pesan untuk

tidak menggigit pada gigi tersebut.

48
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi kepada pasien , di anjurkan pergi

kedokter umum untuk penyuntikan serum anti tetanus. Resep obat antibiotik juga di

anjurkan untuk di berikan dengan dosis yang sama seperti yang di pakai pada infeksi

mulut ringan dan sedang serta pasien di anjurkan untuk makan makanan yang lunak

sampai gigi cekat kembali.3,4,8

3.4.2 Prosedur Melepaskan Fiksasi (splint)

Cara melepaskan splint :8

1. Bor dengan kecepatan tinggi kemudian semen di ambil supaya gambar bebas

Gambar.20
Untuk melepaskan splint bebaskan kawat dengan hati-hati(sumber : Bence, Richard. Buku
Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)

49
2. Congkel sisa semen dengan skaler

Gambar.21
Lepaskan semen dengan skaler(sumber: Bence, Richard. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih
bahasa E.H Sundoro)

3. Lapisi gigi dengan pasta profilaksis yang mengandung fluor

3.5 Tindak Lanjut Dari Replantasi

Tindakan lanjut dari replantasi adalah perawatan saluran akar, setelah 1-2 minggu di

lihat perawatan saluran akar di pertimbangkan bila terdapat adanya kelainan pada

pulpa.Pasien di minta kembali untuk melakukan perawatan endodontik yang adekuat

setelah di lakukan splinting.18,12

Tahapan perawatan Saluran akar:9,18

1. Preoperatif Radiografi

50
Preoparatif Radiografi di butuhkan sebelum di lakukan perawatan saluran

akar agar mempermudah perawatan yang akan di lakukan.

Gambar.22
Rontgen periapikal (sumber: Bakar Abu. Kedokteran gigi klinis)

2. Preparasi Saluran Akar

Atap pulpa di buang dengan bur bulut, dengan gerakan dari kamar pulpa ke

arah luar,dinding kavitas di ratakan dengan fissure bur, sampai berbentuk

divergen kearah insisal. Kemudian mencari jalan masuk kesaluran akar

melalui orifis dengan menggunakan eksplorer atau barbed

broach(eksplorasi).

51
a b

Gambar.23
(a) Atap pulpa di buang dengan bur bulat
(b) Jalan masuk kesaluran akar melalui orfisium (sumber: Andreasen J.O, F.M. Anreasen.
Esentials of Traumatic Injuries to the teeth)
3. Ekstirpasi

Pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar dengan jarum ekstirpasi

(barbed broach). Broach di putar perlahan sampai jaringan pulpa menyangkut

di duri-durinya, kemudian di Tarik (gerakan pull stroke). Ada dua macam

broach yang di gunakan sebelum dan saat melakukan ekstirpasi yaitu jarum

miller (yang terdiri atas smooth broach yang berpenampang melintang

bulat,dan square broach , berpenampang melintang bujur sangkar). Jarum

miller berfungsi untuk eksplorasi saluran akar, pengukuran dan panjang

kerja. Dan yang ke dua adalah barbed broach yang berfungsi mengeluarkan

jaringan pulpa dari saluran akar.

52
Gambar.24
Pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar (sumber : Andreasen J.O, F.M. Anreasen.
Esentials of Traumatic Injuries to the teeth)

4. Pengukuran panjang kerja

Panjang kerja (working length) adalah jarak dari titik referensi pada bagian

mahkota gigi sampai titik yang teridentifikasi pada bagian apikal akar.

Terdapat beberapa macam pengukuran panjang kerja diantaranya :

a. Radiografik (observasi langsung)

b. Elektronik (apeks locator)

c. Taktil, respon pasien

d. Evaluasi poin kertas

5. Sterilisasi saluran akar/Dressing

Sterilisasi saluran akar dapat dilakukan dengan beberapa macam bahan

dressing diantaranya:

a. ChKM (chlorphenolkamfermentol)

ChKM mempunyai antibakteri spectrum luas. Masa aktif selama satu hari

53
b. Chresophen

Merupakan antiphlogisticum, sangat baik untuk kasus dengan permulaan

periodontitis apikalis akut yang dapat terjadi pada peristiwa

overinstrumentasi.Masa aktifnya antara 3-5 hari.

c. Kalsium hidroksid (CaOH)

CaOH merupakan disinfektan intra pulpa yang sangat efektif. Masa

aktifnya 7-14 hari

d. Eugenol

Memiliki sifat sebagai penghalang impuls saraf interdental.Eugenol

merupakan golongan minyak esensial. Masa aktif selam 3 hari

Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan dressing dalam perawatan

saluran akar yang diteteskan pada butiran kapas kecil, diperasi (dengan butiran

kapas yang besar ditekankan pada kapas kecil tadi) kemudian dimasukkan

kedalam kamar pulpa, selanjutnya ditutup dengan tumpatan sementara.

6. Obturasi saluran akar

Saluran akar dapat dilakukan obturasi dengan syarat :

a. Gigi asimtomatik

b. Saluran akar cukup kering

c. Tes bakteri negative

d. Fistula telah menutup

54
Pengisian saluran akar dapat dilakukan secara kondensasi lateral (lateral

condensation method) :

1. Pilih guta perca point dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF,

sebagai master cone (guta perca utama ) potong sesuai dengan panjang

kerja dengan menggunakan gunting.

2. Saluran akar maupun guta perca utama diolesi dengan pasta saluran akar

atau sealer (endomethason) dengan menggunakan lentulo yang diputar

dengan putaran low speed contra angle, dengan gerakan ditarik kearah

koronal.

3. Guta perca utama kedalam saluran akar, semaksimal mungkin ditekan

lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan

guta perca tambahan sampai penuh.

4. Kelebihan guta perca point dipotong sampai orifis menggunakan

eskavator yang dipanaskan.

5. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara (cavit)

Dapat pula dilakukan dengan kondensasi vertikal :

1. Guta perca utama sesuai dengan instrument yang terakhir yang digunakan

dipaskan pada saluran dengan cara yang biasa.

2. Dinding saluran akar dilapisi dengan lapisan tipis semen saluran akar.

3. Ujung korona guta perca dipotong dengan instrument panas.

55
4. Suatu “pembawa panas”, missal pluger dipanasi sampai merah dan segera

di dorong ke dalam sepertiga koronal.

5. Sebuah condenser vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan

tekanan vertikal dikenakan pada guta perca yang telah dipanasi.

6. Bagian sisa saluran akar diisi dengan potongan tambahan guta perca

panas.

Kunjungan terakhir :

a. Lakukan rontgen foto untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar

hermetis atau tidak.

b. Jika hermetis, maka langsung dilakukan restorasi.

Replantasi dapat dikatakan berhasil apabila dalam kontrol berkala terlihat perbaikan

yang nyata seperti, gigi tidak goyang, tidak ada keluhan sakit spontan dari penderita,

perkusi cenderung berkurang, dan warna gingiva normal.

56
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Replantasi merupakan perawatan pilihan untuk penanganan gigi avulsi yang

bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis gigi. Kunci keberhasilan replantasi

terletak pada vitalitas sel-sel ligamentum periodontal, serta dua faktor penting yaitu

tingkat kerusakan ligamentum periodontal akibat trauma dan lamanya gigi avulsi diluar

mulut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan replantasi

antara lain, kondisi gigi yang avulsi, keadaan tulang alveolus dan jaringan periodontal,

lamanya gigi avulsi diluar mulut, penatalaksanaan soket gigi, dan waktu dilakukannya

perawatan endodontik. Media penyimpanan gigi avulsi juga memegang peranan penting,

oleh karena media yang paling baik adalah saliva pasien sendiri, maka dianjurkan gigi

avulsi diletakkan pada vestibulum rongga mulut. Pemeriksaan gigi sendiri meliputi

pemeriksaan cedera pada jaringan lunak dan jaringan keras, penggunaan gambar

radiografi, tes diagnostik dan pemeriksaan gigi tetangga serta antagonisnya.

Keberhasilan replantasi pada gigi yang mengalami avulsi tergantung pada tenggang

waktu antara kejadian avulsi dengan replantasi. Penyesuaian oklusi serta fiksasi harus
pula diperhatikan karena lamanya fiksasi gigi untuk tulang alveolus yang sehat adalah 1-

2 minggu. Oleh karena itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat tentang pertolongan

pertama pada kasus avulsi total, yaitu gigi avulsi tersebut harus disimpan dalam rongga

mulut atau larutan garam isotonik dan segera kedokter gigi terdekat untuk segera

direplantasi.

58
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedersen, GW. Buku Ajar Praktis (Bedah Mulut). Alih bahasa, Purwanto,
Basoesono.Edisi 1. Jakarta.1996: hal.221-33

2. Riyanti E. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Jurnal Kedokteran Gigi


Anak Universitas Padjajaran;2010.

3. Dahong F. lies W.W.Replantasi. Gigi Avulsi. Jurnal Kedokteran Gigi


Dentofasial;2012:11(2) : 69-136.
4. Richard E.W, Mahmoud T. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Alih bahasa,
Narlan, Winiati, Bambang.Edisi 2.Jakarta.1999: hal.573-77.

5. Aan M.A, Amatul F.R. Coconut Water (cocos nucifera) as Storage Media For
The Avulsed Tooth. Jurnal of dentistry Indonesia;2010:17(3) : 74-79.

6. Sri Kuswandari. Efekvitas Media Dalam Melindungi Sel-Sel Ligament


Periodontal Sebelum Replantasi Gigi Avulsi. Jurnal Kedokteran Gigi Anak Edisi
Khusus Pertemuan Ilmiah PDGI Jateng September 2004.

7. Saeed A, Laleh AM, Alireza K. Indications And Case Series Of International


Replantation Of Teeth. Iranion Endodontic Journal. Tehran,Iran. 2014 : 9(1) :71-
78

8. Bence,Richard. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro.


Jakarta.1990.Hal 231-57

9. Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of Traumatic Injuries to the teeth.


10. M.Singla, at all. Managemen of Acute Dental Trauma-avulsion and Extrusive
Luxation: A Case Raport. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2010 ;
(4): 2596-2600

11. Andersen L. Internasional Association of Dental Traumatology Guidelines for


the management of traumatic Dental Injuries: 2. Avulsion of Permanent Teeth.
Dental Traumatology Journal.2012

59
12. Manson J.D, Eley. Buku Ajar Periodonti. Alih bahasa Susianti Kentjana. Edisi 2.
Jakarta.Hipokrates.1993

13. Guideline on Management of Acute Dental Trauma. American Academy of


Pediatric Dentristry journal. 2001; 34 (6)

14. Setiawan A. Trauma Oral dan Maksilofasial. editor Lilian Juwono. Jakarta. EGC.
2011

15. Barret E.J, D.J Kenny. Avulsed permanent Teeth: a Review of The Literature and
Treatment Guidelines. Endod Dent Traumatol. 1997; 13

16. Moule AJ, CA Maulet. The Endodontic Management of Traumatized Permanent


Anterior Teeth:a Review. Ausralian Dental Journal Suplement. 2007; 52(1)

17. Day P, M Duggal. Interventions For Treating Traumatized Permanent Front


Teeth: Avulsed (Knocked Out) And Replanted. Australian Dental Journal. 2010.
55; 228-230
18. Bakar Abu. Kedokteran gigi klinis.Yogyakarta.quatum sinergis.2012:hal.52-61
19. Grossman I.L, Oliet S, Rio E.C. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa
Abyono R.edisi 11.Jakarta.1995:hal.358-378)
20. Simanjuntak,R.M.Gigi avulsi traumatik dan permasalahannya.PABMI,Surabaya.
2000;hal 81-83

60

Anda mungkin juga menyukai