Skripsi Adnan PDF
Skripsi Adnan PDF
SKRIPSI
kedokteran gigi
Oleh :
ADNAN GISNAWAN M
J111 11 263
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, oleh karena
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph. D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.
2. drg. Nasman Nur Alim, Ph.D selaku pembimbing skripsi, yang telah
pikiran untuk penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Terima kasih atas segala bantuannya semoga Tuhan tetap memberikan Rahmat-
iii
3. drg. Syamsiar Toppo, M.Kes selaku penasehat akademik yang senantiasa
4. Dengan sepenuh cinta, hormat, dan rasa bangga, penulis menghaturkan terima
kasih kepada Ayahanda A. Mukramin Amran dan Ibunda Lina, yang telah
mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya, serta doa yang tak henti-
5. Seluruh dosen yang telah membagi ilmu yang dimilikinya kepada penulis selama
jenjang perkuliahan, serta para staf karyawan Fakultas Kedokteran Gigi, baik staf
6. Teman-temanku : Yusrini, Rudin, Cita, Ambas dan teman teman yang lain yang
tidak sempat saya sebutkan satu persatu. terima kasih atas segala bantuan dan
doanya selama ini, tanpa dukungan yang begitu besar dari kalian, penulis tidak
7. Sahabat-sahabat terbaik : Ashar, Nugi, Azrul, dan Purwo yang selama ini
telah mendukung selama ini, tanpa bantuan dan semangat dari kalian, penulis
iv
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan
penulis demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat
Penulis
v
PENATALAKSAAN REPLANTASI GIGI ANTERIOR PERMANEN
Adnan Gisnawan M
ABSTRAK
Latar Belakang: Avulsi adalah terlepasnya gigi dari soketnya karena suatu trauma
mekanis, perawatan untuk gigi avulsi adalah replantasi. Replantasi bertujuan untuk
mengembalikan fungsi normal gigi serta mencegah terjadinya ankilosis dan resorbsi.
pada gigi avulsi serta memberi pengetahuan tentang media penyimpanan yang baik pada
avulsi yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis gigi.Beberapa faktor yang
harus di perhatikan dalam melakukan tindakan replantasi antara lain, kondisi gigi yang
avulsi, keadaan tulang alveolus dan jaringan periodontal, lamanya gigi avulsi diluar
perawatan endodontik.
vi
PENATALAKSAAN REPLANTASI GIGI ANTERIOR PERMANEN
Adnan Gisnawan M
ABSTRAK
Background: Avulsed tooth is the release of tooth from its socket due to a mechanical
trauma, treatment for the avulsed tooth is replantation. Replantation aims to restore normal
function of the teeth and prevent ankylosis and resorption. Purpose: To obtain knowledge
about the containment procedures of replantation on avulsed teeth and also the knowledge of
good storage media on the avulsed tooth. Method: This study used literary study method.
Conclusion: Replantation is an avulsed tooth care treatment options that aim to restore the
physiological function of the teeth. Several factors must be considered in tooth replantation
include the condition of avulsed teeth, alveolar bone and the state of periodontal tissues,
duration of avulsed teeth outside the mouth, tooth socket containment procedures, storage
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………….…….……………………………….....i
LEMBAR PENGESAHAN…………….……….….…………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………….….……………………..………iii
ABSTRAK……………………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………….……………………….xi
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Replantasi…….…………………..……………………………………5
viii
2.1.6.1 Tujuan splinting………………………………....…………11
avulsi……………………………………………………………31
2.4.1Susu………………………………………………………………34
2.4.2 Air……………………………………………………………….35
2.4.3 Saliva……………………………………………………………35
ix
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………....38
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………..…57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...59
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Gigi anterior atas (Insisivus sentralis kiri rahang atas) yang mengalami
avulsi…...........................................................................................................................27
Gambar 14. (a) Mengembalikan gigi kedalam soket, (b) Gigi yang telah direplantasi
posisi oklusinya diatur yang benar dan estetik………………………….……………..44
Gambar 15. (a) Buat jendela menembus tulang alveolar bukal,(b)Ujung akar diasah 1-2
mm…………………………………………………………….….….……………......45
xi
Gambar 16. Bersihkan dataran labial gigi-gigi dengan pasta profilaksis….…………...46
Gambar 17. Oleskan bahan etsa dataran labial gigi dengan pasta profilaksis………….47
Gambar 19. Sesuaikan kawat dengan gigi-gigi dan letakkan semen adesif pada setiap
gigi dengan menutup kawatnya………………………………………………………....48
Gambar 23. (a) Atap pulpa dibuang dengan bur bulat (b) Jalan masuk kesaluran akar
melalui orfisium……………………………………………………………………......52
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum trauma adalah sebuah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma
dengan kata lain disebut injuri atau wound, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka
normal suatu struktur.Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau
suatu penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu benda. Definisi lain
menyebutkan bahwa trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi
dan atau periodontal karena sebab mekanis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka
trauma gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal
karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi
anterior baik pada rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya.1,2
Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior.
Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis
dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health
klasifikasi.Mulai dari fraktur sederhana yang hanya melibatkan jaringan email atau biasa
di sebut sebagai fraktur kelas satu hingga kerusakan gigi akibat trauma atau benturan
pada gigi sulung 2. Avulsi adalah terlepasnya gigi dari soketnya karena suatu trauma
mekanis18. Avulsi biasanya menyertai luka-luka multipel pada wajah dan biasanya pada
korban kecelakaan sepeda motor atau luka karena peralatan industri atau pertanian, dan
Insidensi trauma gigi desidui dan gigi permanen di Indonesia, meskipun belum ada
catatan resmi, diduga cukup tinggi. Kebanyakan kasus tersebut belum mendapat
perawatan yang semestinya. Di Negara lain, misalnya di Swedia utara tercatat 28 dari
1000 anak yang mengalami trauma gigi tiap tahunnya dan hampir dua kali lipat terjadi
Survey retrospektif pada anak-anak usia 7 tahun menunjukan bahwa anak laki-laki
lebih dominan pernah menderita trauma pada gigi susu. Pada gigi permanen insidennya
meningkat pada anak laki-laki usia 8-9 tahun sebagian besar melibatkan gigi pertama
atas, sedangkan incisivus pertama bawah dan incisivus ke dua atas lebih jarang
Sekitar 0,5 – 0,6% trauma pada gigi permanen dan 7-13% pada gigi susu berakibat
lepasnya gigi dari soketnya atau avulsi dan kerusakan meluas pada ligamen periodontal
dan sementum. Tingkat kerusakan jaringan periodontium saat avulsi dan pemeliharaan
2
viabilitas sel-sel ligamen periodontal pada permukaan akar gigi yang masih hidup sangat
menentukan keberhasilan replantasi gigi avulsi (Andreasen, 1981). Lamanya gigi berada
di luar soket dan kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sel-sel ligamen
periodontal agar tetap vital. Sel-sel ligamen periodontal yang nekrotik berakibat pada
Replantasi gigi avulsi bertujuan untuk mengembalikan fungsi normal gigi serta
mencegah terjadinya ankilosis dan resorbsi akar. Replantasi segera, sebelum 30 menit
gigi avulsi tersebut berada diluar soket, menjanjikan penyembuhan dan reformasi
ligamen periodontal sampai 90% (Andreasen and Adreasen, 1994). Akan tetapi
gigi avulsi
3
5. Memberikan pengetahuan tentang media penyimpanan yang baik pada gigi yang
mengalami avulsi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 REPLANTASI
yang merujuk pada pemasangan insersi dan fiksasi sementara gigi yang mengalami
perawatan pilihan untuk penanganan gigi avulsi, yang bertujuan untuk mengembalikan
fungsi fisiologis gigi.Istilah avulsi gigi dapat digunakan untuk menunjukan suatu
keadaan terlepasnya gigi alami trauma dari soketnya akibat trauma Replantasi adalah
insersi gigi ke dalam soketnya setelah avulsi menyeluruh yang disebabkan oleh injuri
traumatik. Lukasasi total atau avulsi gigi dirawat dengan replantasi/penanaman kembali.
Istilah ini diartikan sebagai menempatkan kembali gigi pada soketnya, dengan tujuan
mencapai pengikatan kembali bila gigi, telah terlepas sama sekali dari soketnya karena
kecelakaan,kondisi yang paling cocok untuk replantasi lebih sering di temukan pada
mudah mengembang dan lebih mudah berubah bentuk sehingga memungkinkan avulsi
Dalam setiap tindakan perawatan tidak hanya didasarkan pada kasus-kasus avulsi
gigi, akan tetapi juga didasarkan pada pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif.
Pertimbangan suatu perawatan merupakan hal yang penting dilakukan untuk mengetahui
perlu atau tidaknya dalam melakukan suatu tindakan, ini dilakukan agar mencapai suatu
3) Tenggang waktu antara terjadinya trauma dengan pelaksanaan perawatan adalah 15-
30 menit lebih dari 2 jam kemungkinan besar akan terjadi komplikasi yaitu resorbsi
dari akar gigi dan gigi akan menjadi non vital, kecuali sebelum direplantasi gigi
2) Integritas yang tidak mendukung dari gigi avulsi atau jaringan pendukung
4) Kondisi medis yang tidak mendukung (gangguan imun, anomali jantung kongenital
6
7) Gigi yang terlalu lama diluar soket
3) Gigi yang avulsi sebaiknya sehat tidak terdapat karies yang luas, untuk mencegah
4) Tulang alveolar harus tetap utuh agar dapat menahan gigi, tidak terdapat fraktur atau
5) Lamanya gigi diluar mulut harus dipertimbangkan. Gigi yang sudah lebih dari dua
jam berada diluar mulut dapat menyebabkan mudahnya terjadi resorbsi akar dan
dehidrasi sisa ligamen periodontal pada akar gigi setelah keluar dari soket sampai
7) Faktor operator (faktor operator merupakan hal yang penting sebagaimana seorang
7
2.1.4 Teknik Replantasi
hal ini tergantung lamanya gigi avulsi diluar mulut atau secepatnya diinsersi kembali.3
Apabila replantasi segera tidak mungkin di lakukan, pasien yang mengalami cedera
harus dibawa ketempat praktek dokter gigi dan gigi dibawa sedemikian rupa sehingga
tetap basah. Media pembawa yang paling baik adalah media transpor-penyimpanan yang
dapat diperoleh di pasaran dan larutan salin fisiologis. Susu merupakan alternatif yang
baik. Saliva dapat juga dipakai sebagai media penyimpanan sedangkan air tidak baik
Tindakan yang dilakukan saat pasien datang dengan gigi yang telah keluar dari soket
3. Daerah avulsi di periksa secara teliti untuk melihat apakah ada fragmen tulang
instrument.
4. Soket secara hati-hati di irigasi dengan salin untuk mengangkat bekuan darah
yang terkontaminasi.
8
5. Gigi dari mangkuk yang berisi salin tadi di pegang dengan tang cabut agar tidak
6. Gigi di periksa dan bila ada debris di bersihkan dengan kasa yang di basahi
dengan salin.
sebagian pakailah tekanan ringan dengan jari atau suruhlah pasien menggigit
10. Resep obat antibotik di ajurkan untuk di berikan dengan dosis yang sama seperti
yang di pakai pada infeksi mulut ringan atau sedang.Suntikan tetanus booster
Apabila gigi telah keluar dari soket alveolar untuk lebih dari 2 jam (dan tidak di
upayakan tetap basah dengan media yang sesuai),sel-sel dan serabut ligamentum tidak
9
itu, upaya yang harus di lakukan sebelum replantasi adalah perawatan akar untuk
1. Daerah avulsi gigi dan radiograf di periksa barang kali terjadi fraktur
alveolar.
2. Debris dan serpihan jaringan lunak yang menempel pada permukaan akar di
bersihkan.
3. Gigi di rendam dalam larutan natrium fluoride 2,4 %(di asamkan sampai pH
5,5) selama 5-20 menit.perendaman dalam senyawa fluor ini tidak perlu bila
10
2.1.5 Indikator Keberhasilan Replantasi
Keberhasilan replantasi pada gigi yang mengalami avulsi tergantung pada tenggang
katakan berhasil apabila dalam kontrol berkala terlihat perbaikan yang nyata(setelah 2
mengfiksasi gigi agar tetap pada posisi yang di inginkan saat replantasi,untuk
perbaikan jaringan
3. Mendistribusikan tekanan.
11
5. Mencegah migrasi dan ekstrusi gigi.
Pemilihan jenis splint yang di pakai sebagai alat fiksasi pun harus
splint yang sesuai serta lama pemakaiannya. Dalam memilih jenis splint perlu di
pertimbangkan dengan baik, sehingga hasil replantasi dapat sesuai dengan yang di
harapkan.Oleh karena itu perlu di gunakan jenis splint yang ideal dengan syarat-syarat
sebagai berikut ;
2. Dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak memberikan tekanan pada gigi yang
di pegangnya.
5. Tidak menyentuh jaringan gingival oleh karena dapat menyebabkan iritasi pada
gingival
endodontik )
12
9. Desainnya sederhana sehingga mudah di lepas
Beberapa jenis splint yang sering di gunakan untuk kasus avulsi antara lain adalah ;
1. Band orthodonsi
Tipe splint ini biasanya diindikasikan untuk gigi geligi dalam fase gigi
campuran, cara pembuatan dari alat splint ini dengan terlebih dahulu
juga dengan memasang secara langsung bond ortodonsi yang belum terbentuk
dengan beberapa bracket atau hanya satu bracket pada permukaan labial,lalu di
satukan dengan cold curing resin. Splint ini juga kadang di rentangkan dengan
jarak yang panjang untuk menjangkau gigi tetangganya yang kuat, sehingga gigi
premolar dan kaninus biasanya menempati kedua sisi dari gigi yang mengalami
trauma.
Gambar:1
Orthodontik bands dan bracket (sumber:http4.bp..com-
rw8obuaafdmqlxlhhcsdf4s1600metal.jpg)
13
2. Arch bars splint dan essigs splint
Jenis splint ini bertujuan untuk mengstabilkan gigi yang telah di reposisi dengan
atau tanpa fraktur alveolar, serta untuk melindungi bekuan yang terorganisir
fraktur alveolar maka splint tipe ini akan memberikan posisi yang fungsional
dengan daya tarik yang elastis dan lambat pada fraktur alveolar.
Gambar.2
14
3. Cold curing acrylic brackets splint
Tipe splint ini di pergunakan untuk mengurangi retensi plak serta mencegah
adanya retensi dari sisa-sisa makanan pada tepi servikal gigi yang direplantasi.
Gambar:3
Cold curing acrylic brackets splint
(sumber:http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/stomat_ortop/classes_stud/e
n/stomat/ptn/Orthopedic%20stomatology/5/5%20module/09.%20Traumatic%20occlusi
on.%20Etiology%20and%20pathogenesis..files/image076.gif)
Bertujuan untuk mencegah terjadinya trauma yang lebih lanjut pada pulpa atau
yang pertama di lakukan sebelum pengetsaan yaitu jika pada gigi di replantasi
15
terjadi fraktur ada gigi yang di replantasi maka pengetsaan dapat langsung di
lakukan.
Teknik splint etsa asam resin dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut ;
c) Larutan etsa asam di aplikasikan pada 1/3 insisal dari permukaan labial
d) Permukaan yang telah di etsa di cuci dan di keringkan dan email tidak
di haluskan.
16
5. Sutura dan bonded resin splint
Biasanya di gunakan pada gigi insisivus sentral permanen atas/bawah yang telah
6. Periodontal pack
fungsional.
Setelah melakukan replantasi, instruksi yang diberikan kepada pasien adalah sebagai
berikut :8
1) Anjurkan pasien pergi ke dokter umum untuk penyuntikan serum antitetanus jika
ada indikasi.
3) Anjurkan untuk makan makanan yang lunak sampai gigi cekat kembali
Yang sering terjadi adalah resorbsi eksternal.Terdapat tiga tipe yang telah di
17
biasanya tidak terlihat oleh radiografi. Perbaikan terjadi dengan deposisi
adanya pulpa yang nekrotik dan cedera pada ligamentum periodontal. Hal ini
terjadi pada gigi yang di replantasi serta pada cedera bentuk lain. Resorbsi
pada gigi yang di replantasi dengan apeks sudah tertutup di anjurkan di lakukan
secarar rutin.
Replacement Resorbsi, pada resorbsi jenis ini struktur gigi mengalami resorbsi
suaranya seperti logam padat.Saat ini ,tidak di kenal perawatan yang dapat
mengatasi resorbsi ini, yang cenderung berlangsung terus sampai akar di ganti
dengan tulang. Pada gigi yang berada di luar alveolar dan kering untuk jangka
18
2.2 CEDERA PADA JARINGAN LUNAK
Cedera pada jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf
berdasarkan luka, avulsi, kontusi, abrasi/tattoo, dan luka bakar. Luka-luka bisa
ketegangan pada kulit yaitu garis langer), trap door, puncture, dan through and through.
diagram dari luka-luka multipel. Apabila tepi bibir atau kelopak mata terlibat, pasien
yang jelek, mengakibatkan timbulnya jaringan parut. Untuk perawatan luka yang luas
Luka trap door terdiri atas penggeseran flap pedikel. Luka jenis ini juga mempunyai
prognosis yang jelek secara kosmetik, karena bagian yang mengalami penyembuhan
19
2. Through and through (luka penghubung)
Luka jenis ini menghubungkan kulit dengan permukaan mukosa sehingga mudah
terkontaminasi dengan flora rongga hidung dan mulut. Bibir merupakan daerah
3. Avulsi
mukosa, otot, dan tulang juga bisa terkena. Avulsi biasanya menyertai luka-luka
multipel pada wajah dan biasanya pada korban kecelakaan sepeda motor atau luka
karena peralatan dalam industri atau pertanian, dan pada pasien dengan luka tembak
4. Luka bakar
lapisan luar epidermis disertai eritema, nyeri tekan, dan sakit. Luka bakar sebagian
dengan kedalaman yang lebih besar atau derajat dua, menyebabkan kerusakan yang
Cedera pada mukosa mulut serupa dengan cedera pada kulit. Luka-luka pada ronga
mulut sering terdapat pada lidah dan mukosa bibir, biasanya karena tergigit
gingiva pada daerah yang mengalami fraktur dengan pergeseran yang intensif, dan
20
pada gigi yang luksasi/avulsi.Apabila terjadi avulsi intraoral penyebabnya
kemungkinan besar adalah karena tembakan pelur, biasanya juga melibatkan lidah.
Hematon mulut merupakan temuan yang umum terjadi dan mungkin menandai
Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior.
Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis
dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health
Ellis dan Davey menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut banyaknya
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin
Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan
Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
21
Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan
pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut yaitu sebagai berikut :2
1) Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada
email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal.
2) Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur
email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu suatu fraktur
gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa.
II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar
1) Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan
sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur
22
mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar
2) Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa
3) Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding
soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding
soket.
5) Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula atau
maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket
gigi.
menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya
2) Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat
23
4) Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke
arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur
pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral
5) Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat
6) Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari
soket
24
Gambar 4.
Persentase Kejadian Fraktur (sumber : jurnal penatalaksanaan trauma gigi pada anak )
25
IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut
1) Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan
oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa
2) Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda
3) Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan
atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet.
Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada gigi tetap,
antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi. Beberapa reaksi yang terjadi
pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami trauma adalah hiperemi pulpa, diskolorisasi,
resorbsi internal, resorpsi eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa gigi, dan nekrosis
pulpa.
Avulsi merupakan keadaan trauma gigi ketika gigi terlepas dari tempatnya
(soketnya) secara utuh dan menghasilkan luka kompleks, serta mempengaruhi beberapa
jaringan pendukung gigi. Avulsi juga diartikan sebagai gigi yang sama sekali keluar dari
soket alveolarnya. Kecelakaan dapat menyebabkan luka traumatik pada wajah dan gigi
26
dengan disertai pendarahan, pembengkakan dan laserasi pada jaringan serta terjadinya
Gambar 5.
Gigi anterior atas (Insisivus sentralis kiri rahang atas) yang mengalami avulsi (Sumber
:http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/09/13793191741325720023.jpg)
Faktor etiologi yang utama yang menyebabkan terjadinya avulsi adalah karena
terjadinya kecelakaan lalu lintas, luka karena peralatan dalam industri atau pertanian,
Penyebab trauma gigi pada anak-anak yang paling sering adalah karena jatuh saat
bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat berolahraga. Trauma gigi anterior
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi
ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak
27
langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah
membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.
Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi trauma gigi anterior pada anak-anak
terjadi antara usia 13 tahun karena pada usia tersebut, anak mempunyai kebebasan serta
ruang gerak yang cukup luas sehingga sering terjatuh dari tempat tidur, kereta dorong,
atau kursi yang tinggi. Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada
periode dewasa karena adanya peningkatan aktifitas fisik mereka. Beberapa penyebab
trauma yang paling sering terjadi adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, sepak
bola, kecelakaan lalu lintas, lomba lari dan bermain sepatu roda.2
Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut.Jaringan lunak
harus dirawat dengan baik. Pembersihan luka dengan baik merupakan tolak ukur
pertolongan pertama. Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan
membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anerobik.
stafilokokus dan streptokokus patogen pada kulit atau mukosa daerah luka.
28
Pertolongan pertama untuk gigi avulsi adalah
Gambar.6
Gigi dicuci dengan air dingin yang mengalir(sumber
:httpwww.google.comimgresimgurl=.wordpress.com)
3) Gigi diletakkan kembali kedalam soketnya menggunakan jari dengan yang tekanan
ringan
Gambar.7
Gigi di letakkan ke dalam soket(sumber :
httpwww.google.comimgresimgurl=http%3A%2F%2Fdentosca.files.wordpress.com)
29
4) Gigi dipertahankan (atau pasien yang menahan) pada posisinya
Gambar.8
Gigi di pertahankan pada
posisinya(sumber:httpstat.ks.kidsklik.comstaticsfiles20130913793192981831147164.jpg)
Cara terbaik untuk merawat gigi avulsi adalah dengan memasukkan kembali ke dalam
soketnya (replantasi) sesegera mungkin. Ketika terjadi kejadian avulsi pasien sebaiknya
disuruh membungkus gigi dengan kain atau tisu yang bersih dan basah serta datang ke
waktu gigi berada diluar mulut, makin besar kemungkinan keberhasilan replantasi.4,19
30
2.3.3 Pertimbangan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Yang Mengalami
Avulsi
Pada gigi matang yang mengalami avulsi, bila direplantasi, tidak dapat diharapkan
terjadi pada gigi dengan apeks yang masih terbuka lebar, walaupun hal ini tidak
dipastikan. Gigi ini harus dimonitor secara radiografi selama beberapa waktu untuk
Pada gigi dewasa yang direplantasi, perawatan saluran akar merupakan indikasi yang
harus dilakukan kira-kira 1-2 minggu setelah replantasi4 Dalam melakukan perawatan
saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi perlu dilakukan pertimbangan seperti:2
a. Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau setelah
splint dilepas
c. Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan terjadi
ditangguhkan
d. Apabila pada foto rontgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya
gambran radiolusen daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar
31
e. Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan foto rontgen
setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak sampai terlihat pulpa tidak
Perhatian utama perawatan awal gigi avulsi adalah untuk mempertahankan vitalitas
jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar. Semakin lama gigi berada di luar
mulut, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan ligament periodontal untuk dapat
bertahan hidup. Hal ini terjadi karena gigi tersebut menjadi kering sehingga banyak sel-
sel ligamen periodontal yang mati. Stabilitas sel-sel ligamen periodontal perlu dijaga.
Media penyimpanan merupakan media tempat gigi avulsi disimpan, bila perawatan
replantasi gigi tidak dapat dilakukan segera setelah terjadinya trauma. Tujuan
penempatan gigi avulsi pada media penyimpanan ini dapat memelihara ligamen
Ada beberapa jenis media penyimpanan gigi avulsi, berdasarkan yang paling baik
digunakan adalah larutan garam isotonik, susu, saliva, dan air kelapa (cocos nucifera).5,6
Hank’s balanced salt solution (HBSS) merupakan larutan salin standar, yang
sel. HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen periodontal karena mempunyai
osmolalitas yang ideal yaitu 270 sampai 320 mOsm, PH yang seimbang. HBSS
mengandung berbagai nutrient yang penting, seperti kalsium, fosfat, kalium dan glukosa
32
yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal untuk waktu
lama.
Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpanan yang terbaik untuk gigi yang
avulsi adalah media kultur sel seperti HBSS karena dapat menjaga sel-sel ligamen
periodontal tetap hidup dalam 24 jam dibandingkan dengan saliva dan susu. Namun,
HBSS hanya dapat diperoleh di apotik, toko-toko obat dan farmasi, biasanya tersedia
dengan nama dagang yang disebut “save-a-Tooth”. Larutan ini tidak membutuhkan
Gambar 9.
Media penyimpanan “save-a-tooth” (sumber
:http://sale.dentist.net/spree/products/1966/product/save-a-tooth-tooth-preserving-
system.jpg?1296523233 )
33
2.4.2 Saline fisiologis
Saline fisiologis merupakan larutan yang mengandung 0,9% NaCl yang dapat
fisiologis lebih baik digunakan sebagai media penyimpanan daripada air atau saliva,
apabila gigi harus disimpan untuk waktu lebih dari 30 menit sebelum
metabolisme sel yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Penggunaan larutan
saline sebagai media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi
harus disimpan selama lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena
2.4.3 Susu
Penelitian laboratorium pada tahun 2005 menunjukan bahwa susu merupakan suatu
media optimal untuk menyimpan gigi avulsi. Hal ini didukung kuat oleh suatu penelitian
terhadap transport organ dan sel yang disimpan di dalam susu dengan temperature 39 F.
Keuntungan lain adalah susu mudah didapat sehingga gigi dapat segera ditempatkan di
media susu. Tekanan osmolalitas gigi dapat mempertahanan vitalitas sel ligamen
periodontal pada suhu ruang sampai 60 menit. Pada temperature yang lebih rendah, susu
34
penyembuhan sel. Hal ini didukung oleh penelitian fisiologi sel yang menunjukkan efek
mendukung klonogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit
dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur ruang yang melindungi
2.4.4 Air
magnesium, potassium, fluorin besi, dan kloramin (pH 7,5), dengan konsentrasi yang
bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Hasil analisis histometrik 8 minggu
pasca replantasi gigi avulsi yang direndam dalam air selama 120 menit menunjukan
hanya sekitar 33% dalam kondisi normal dan 35% resorbsi akibat inflamasi, hampir
sama dengan kondisi gigi avulsi yang dibiarkan kering selama 120 menit.
2.4.5 Saliva
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu yang
sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mendukung pengunaan saliva sebagai
avulsi pada saliva lebih dari 30 menit dapat menimbulkan masalah karena saliva secara
alamiah mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar
35
dan kolonisasi kembali dengan permukaan akar (kapasitas klonogenik 7,6%) selama 30
menit berada dalam saliva. Setelah 30 menit kapasitas fungsional ligamen periodontal
Beberapa penelitian telah menganjurkan bahwa menyimpan gigi dalam mulut pasien
(saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup ligamen periodontal. Gigi dapat ditahan
pada vestibulum bukal atau dibawah lidah. Namun, penyimpanan gigi dalam mulut
dapat menimbulkan masalah bagi anak, seperti tertelannya gigi, terhirup atau
(besama dengan darah yang mungkin juga ada di dalamnya) dikumpulkan di dalam
Air kelapa (Cocos nucifera), pada umumnya dikenal sebagai "Tree of Life", adalah
minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam buah
kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih
erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara
lain kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan natrium, klorida, dan fosfat,
ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah.Air kelapa merupakan cairan
hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik sekitar 1,020, sebanding
dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan
gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino
esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah
36
diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi terutama
pada pasien yang menderita defisiensi kalium. Air kelapa telah terbukti memiliki
waktu bertahan pada pasien sakit. Air kelapa juga unggul dalam melakukan
berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin, dan mineral.
37
BAB III
PEMBAHASAN
bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis gigi. Luksasi total atau avulsi gigi di
kembali gigi pada soketnya, dengan tujuan mencapai pengikatan kembali bila gigi telah
terlepas sama sekali dari soketnya karena kecelakaan.19Replementasi pada gigi sulung
pertumbuhan gigi permanen dan ini menyebabkan terjadinya infeksi kronis pada daerah
replantasi pada gigi yang mengalami avulsi tergantung pada tenggang waktu antara
substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai kulit, walaupun mukosa, otot, dan
tulang juga bisa terkena. avulsi biasanya menyertai luka-luka multiple pada wajah dan
biasanya pada korban kecelakaan sepeda motor atau luka karena peralatan dalam
industri atau pertanian, dan pada pasien pada tembak luka (serpihan) atau luka tembak
berat (perforasi)1 kejadian avulsi pada gigi alami dapat memutuskan serat ligamentum
periodontal dan bundel neurovascular, serta dapat pula mencederai tulang alveolar serta
gigi di sekitarnya.ketika gigi lepas dari soketnya, sel-sel pulpa dan ligamentum
periodontal mulai mengalami kerusakan akibat kekurangan asupan darah. Faktor yang
lain adalah kekeringan pada gigi avulsi, akibat penyimpanan gigi avulsi yang salah, dan
kontaminasi dengan bakteri merupakan hal – hal yang penting untuk penyembuhan
ligamentum periodontal yang baik serta keberhasilan replantasi itu sendiri.3 Bahkan pada
perawatan yang paling baik yakni replantasi segera tanpa adanya kerusakan ligamentum
periodontium dan alveolar serta stabilisasi yang baik, akan terjadi penggantian atau
resorpsi inflamatorik. Faktor waktu sangatlah menentukan dan keberhasilan yang tinggi
akan dicapai apabila pengembalian gigi pada tempatnya dilakukan tidak lebih dari 30
menit sesudah cedera. Resorbsi akar hampir tidak terhindarkan apabila melebihi 2 jam.
Pada keadaan darurat replantasi sering dilakukan oleh orang nonprofesional misalnya
memasukkan kembali gigi yang dilakukan oleh orang tua atau teman pasien. Secara
cedera atau ada sementum terbuka, kemungkinan besar akan terjadi ankilosis (fusi
antara tulang dan sementuk). Perbaikan suplai vascular pulpa tidak dimungkinkan lagi,
tetapi apabila apeks masih terbuka, masih ada kesempatan. Sehubungan dengan itu,
pemeriksaan klinis dan radiografi diarahkan pada usaha untuk mendeteksi secara dini
adanya nekrosis pulpa pada gigi yang ditanam kembali, yang dapat menyebabkan
39
periodontal atau periapikal. Selain itu prosedur serta syarat dalam replantasi perlu di
perhatikan dengan seksama agar replantasi dapat berjalan sesuai dengan yang di
inginkan.
Pemeriksaan gigi avulsi sendiri meliputi pemeriksaan cedera pada jaringan lunak dan
jaringan keras, penggunaan gambar radiografi, tes diagnostik yang lain, dan pemeriksaan
untuk melihat adanya benda asing dan kotoran didalam luka. Untuk melakukan hal
tersebut, jendalan darah dan segala sesuatu yang mengganggu pemeriksaan harus
2. Cedera pada jaringan keras, pemeriksaan meliputi daerah luka dan palpasi pada gigi
serta alveolus dan pemeriksaan adanya kelainan oklusi untuk mendeteksi dislokasi
gigi.
akar serta fakta-fakta lain yang penting seperti proses pemeriksaan akar.
40
3.3 Penatalaksanaan replantasi gigi anterior permanen
membungkus gigi dengan kain atau tissue yang bersih dan basah serta datang ke
waktu gigi berada diluar mulut, makin besar kemungkinan keberhasilan replantasi.
Gambar.10
Gigi disimpan dalam kain kasa/tissue
(sumber:httpwww.studiodentaire.comimagesavulsion2.jpg)
2. Ketika pasien datang, harus ditanya mengenai keadaan medik atau riwayat sakitnya
untuk melihat adanya luka yang lebih parah yang mungkin disebabkan oleh
traumanya.
41
3. Gigi dimasukkan kedalam larutan garam fisiologis untuk mencegah dehidrasi dan
Gambar.11
Gigi di masukkan kedalam larutan fisiologis (sumber: . Managemen of
Acute Dental Trauma-avulsion and Extrusive Luxation: A Case Raport.
Journal of Clinical and Diagnostic Research
4. Gigi yang terlepas diperiksa apakah ada fraktur atau tidak, Akar diperiksa dan
42
Gambar.12
Akar gigi di bersihkan (sumber:Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of Traumatic Injuries to the
teeth)
5. Pada daerah Soket lakukan kuretase dengan hati-hati dan diirigasi untuk
menghilangkan jendalan darah dan kotoran yang ada. Dengan palpasi ditentukan
Gambar.13
Soket di kuretase (sumber: Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of Traumatic
Injuries to the teeth)
43
6. Lalu masukkan gigi kedalam soket dan atur posisi pada oklusi yang benar dan
Gambar.14
(a) Mengembalikan gigi kedalam soket (sumber: Andreasen J.O, F.M. Anreasen. Esentials of
Traumatic Injuries to the teeth)
(b) Gigi yang telah direplantasi posisi oklusinya di atur yang benar dan estetik.(sumber: Riyanti E.
Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Anak Universitas Padjajaran)
7. Selama replantasi gigi avulsi, pengumpalan darah dan cairan jaringan dalam soket
jendela dengan flap kecil dan tulang alveolar ditembus untuk memungkinkan
mengalirnya cairan yang terjebak, ruangan untuk cairan tersebut juga dapat
44
Gambar.15
Jika terdapat kesukaran untuk mengembalikan gigi pada posisi apeks yang benar. (a)
Buat jendela menembus tulang alveolar bukal
(b) ujung akar diasah 1-2 mm (sumber: Bence, Richard. Buku Pedoman Endodontik
Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)
8. Kemudian tulang alveolar yang meregang pada gigi ditekan dengan jari dan gigi
difiksasi supaya stabil. Bila jaringan periodontal tidak mampu lagi menahan stres
fungsional, gigi geligi akan menjadi goyang. Splint dapat mengontrol mobilitas gigi
yang telah di replantasi, fiksasi gigi avulsi dapat dilakukan dengan wiring atau
orthodontik brake.
Untuk mengstabilkan gigi yang telah di replantasi dibutuhkan suatu alat splint. Splinting
merupakan suatu usaha untuk mempertahankan mengikat atau mengfiksasi gigi agar
tetap pada posisi yang diingingkan saat replantasi untuk memberikan kesempatan agar
45
3.4.1 Prosedur Pembuatan fiksasi (splint)
Prosedur pembuatan fiksasi(splint) dengan sistem adhesif ketika reposisi gigi telah di
1. Bersihkan dataran labial gigi-gigi yang akan dilibatkan dengan pasta profilaksis
Gambar.16
Bersihkan dataran labial gigi-gigi dengan pasta profilaksis (sumber: Bence, Richard.
Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)
2. Kemudian bersihkan gigi dan keringkan selanjutnya isolasi daerah kerja dengan
gulungan kapas.
3. Setelah itu bentuk kawat orthodonti segi empat (0,0125-0,028 inci) supaya
menyentuh bagian dataran labial gigi-gigi sampai jauh melampui gigi yang kena
trauma kemudian lekukan kedua ujung kawat supaya masuk kedalam daerah
interproksimal gigi.
46
4. Lalu oleskan bahan etsa pada daratan labial gigi-gigi yang akan diberi splin. Biarkan
Gambar.17
Oleskan bahan etsa dataran labial gigi dengan pasta profilaksis (sumber: Bence,
Richard. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)
5. Lalu panaskan kawat yang telah dibentuk dan menutup kawatnya sampai warnanya
seperti jerami,
6. Atur kawat tersebut pada gigi dan stabilkan dengan malam perekat.
7. Selanjutnya campur bubuk dan cairan sesuai petunjuk pabrik sampai homogen
8. Lalu letak semen pada dataran labial gigi-gigi karna cepat mengeras, semen hanya
47
Gambar.18
Letak semen pada dataran labial gigi-gigi (sumber: Bence, Richard. Buku Pedoman
Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)
9. Jika semen mengeras, angkat malam perekatnya dan jika perlu haluskan kawat serta
semennya.
Gambar.19
Sesuaikan kawat dengan gigi-gigi dan letakkan semen adesif pada setiap gigi dengan
menutup kawatnya.(sumber: Riyanti E. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Jurnal
Kedokteran Gigi Anak Universitas Padjajaran)
Pada pasien yang giginya telah di pasangi splint selama 1 sampai 2 minggu untuk
stabilisasi,jika gigi tetap goyang, dapat di fiksasi lebih lama dan pasien di pesan untuk
48
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi kepada pasien , di anjurkan pergi
kedokter umum untuk penyuntikan serum anti tetanus. Resep obat antibiotik juga di
anjurkan untuk di berikan dengan dosis yang sama seperti yang di pakai pada infeksi
mulut ringan dan sedang serta pasien di anjurkan untuk makan makanan yang lunak
1. Bor dengan kecepatan tinggi kemudian semen di ambil supaya gambar bebas
Gambar.20
Untuk melepaskan splint bebaskan kawat dengan hati-hati(sumber : Bence, Richard. Buku
Pedoman Endodontik Klinik. Alih bahasa E.H Sundoro)
49
2. Congkel sisa semen dengan skaler
Gambar.21
Lepaskan semen dengan skaler(sumber: Bence, Richard. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Alih
bahasa E.H Sundoro)
Tindakan lanjut dari replantasi adalah perawatan saluran akar, setelah 1-2 minggu di
lihat perawatan saluran akar di pertimbangkan bila terdapat adanya kelainan pada
1. Preoperatif Radiografi
50
Preoparatif Radiografi di butuhkan sebelum di lakukan perawatan saluran
Gambar.22
Rontgen periapikal (sumber: Bakar Abu. Kedokteran gigi klinis)
Atap pulpa di buang dengan bur bulut, dengan gerakan dari kamar pulpa ke
broach(eksplorasi).
51
a b
Gambar.23
(a) Atap pulpa di buang dengan bur bulat
(b) Jalan masuk kesaluran akar melalui orfisium (sumber: Andreasen J.O, F.M. Anreasen.
Esentials of Traumatic Injuries to the teeth)
3. Ekstirpasi
broach yang di gunakan sebelum dan saat melakukan ekstirpasi yaitu jarum
kerja. Dan yang ke dua adalah barbed broach yang berfungsi mengeluarkan
52
Gambar.24
Pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar (sumber : Andreasen J.O, F.M. Anreasen.
Esentials of Traumatic Injuries to the teeth)
Panjang kerja (working length) adalah jarak dari titik referensi pada bagian
mahkota gigi sampai titik yang teridentifikasi pada bagian apikal akar.
dressing diantaranya:
a. ChKM (chlorphenolkamfermentol)
ChKM mempunyai antibakteri spectrum luas. Masa aktif selama satu hari
53
b. Chresophen
d. Eugenol
saluran akar yang diteteskan pada butiran kapas kecil, diperasi (dengan butiran
kapas yang besar ditekankan pada kapas kecil tadi) kemudian dimasukkan
a. Gigi asimtomatik
54
Pengisian saluran akar dapat dilakukan secara kondensasi lateral (lateral
condensation method) :
1. Pilih guta perca point dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF,
sebagai master cone (guta perca utama ) potong sesuai dengan panjang
2. Saluran akar maupun guta perca utama diolesi dengan pasta saluran akar
dengan putaran low speed contra angle, dengan gerakan ditarik kearah
koronal.
lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan
1. Guta perca utama sesuai dengan instrument yang terakhir yang digunakan
2. Dinding saluran akar dilapisi dengan lapisan tipis semen saluran akar.
55
4. Suatu “pembawa panas”, missal pluger dipanasi sampai merah dan segera
6. Bagian sisa saluran akar diisi dengan potongan tambahan guta perca
panas.
Kunjungan terakhir :
Replantasi dapat dikatakan berhasil apabila dalam kontrol berkala terlihat perbaikan
yang nyata seperti, gigi tidak goyang, tidak ada keluhan sakit spontan dari penderita,
56
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
terletak pada vitalitas sel-sel ligamentum periodontal, serta dua faktor penting yaitu
tingkat kerusakan ligamentum periodontal akibat trauma dan lamanya gigi avulsi diluar
mulut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan replantasi
antara lain, kondisi gigi yang avulsi, keadaan tulang alveolus dan jaringan periodontal,
lamanya gigi avulsi diluar mulut, penatalaksanaan soket gigi, dan waktu dilakukannya
perawatan endodontik. Media penyimpanan gigi avulsi juga memegang peranan penting,
oleh karena media yang paling baik adalah saliva pasien sendiri, maka dianjurkan gigi
avulsi diletakkan pada vestibulum rongga mulut. Pemeriksaan gigi sendiri meliputi
pemeriksaan cedera pada jaringan lunak dan jaringan keras, penggunaan gambar
Keberhasilan replantasi pada gigi yang mengalami avulsi tergantung pada tenggang
waktu antara kejadian avulsi dengan replantasi. Penyesuaian oklusi serta fiksasi harus
pula diperhatikan karena lamanya fiksasi gigi untuk tulang alveolus yang sehat adalah 1-
2 minggu. Oleh karena itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat tentang pertolongan
pertama pada kasus avulsi total, yaitu gigi avulsi tersebut harus disimpan dalam rongga
mulut atau larutan garam isotonik dan segera kedokter gigi terdekat untuk segera
direplantasi.
58
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedersen, GW. Buku Ajar Praktis (Bedah Mulut). Alih bahasa, Purwanto,
Basoesono.Edisi 1. Jakarta.1996: hal.221-33
5. Aan M.A, Amatul F.R. Coconut Water (cocos nucifera) as Storage Media For
The Avulsed Tooth. Jurnal of dentistry Indonesia;2010:17(3) : 74-79.
59
12. Manson J.D, Eley. Buku Ajar Periodonti. Alih bahasa Susianti Kentjana. Edisi 2.
Jakarta.Hipokrates.1993
14. Setiawan A. Trauma Oral dan Maksilofasial. editor Lilian Juwono. Jakarta. EGC.
2011
15. Barret E.J, D.J Kenny. Avulsed permanent Teeth: a Review of The Literature and
Treatment Guidelines. Endod Dent Traumatol. 1997; 13
60