Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fatma Erya Santoso

Jur/Sems : PMM-2/III
NIM : 35134151

Resume

A. Pengertian Negara
Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles (384-522 SM)
merumuskan negara dalam bulu politica yang disebut negara polis, yang saat itu
masih dipahami dalam suatu wilayah terkecil.
Dalam pengertian negara disebut negara hukum yan didalamnya terdapat
suatu warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia), oleh karena itu
Aristoteles mengartikan keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya
negara yang baik demi terwujudnya cita-cita seluruh warga negaranya.
Pengertian yang lain mengenai negara dikembangkan oleh Agustinus, yang
merupakan tokoh katolik. Ia membaginya dalam dua pengertian, yaitu Civitas dei
yang artinya negara Tuhan, dan civitas terrena atau civitas dei yang artinya negara
duniawi, Civitas terrena ini ditolak oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik
adalah negara Tuhan atau civitas Dei, negara tuhan bukanlah dari negara dunia lain,
melainkan juwa yang dimiliki oleh sebagian-sebagian atau beberapa orang di dunia
ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah gereja yang
mewakili Tuhan, meskipun demikian bukan berarti apa yang diluar gereja itu
terasing sama sekali dari civitas dei (Kusnardi), beberapa dengan konsep negara
menurut kedua tokoh pemikir negara tersebut, Nocolli Machlavell (1469-1527)
yang merumuskan negara sebagai negara kekuasaan dalam bukunya “II Principle”
yang dahulu merupakan buku referensi dalam raja. Machlavelly memandang negara
dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang
harus dimiliki oleh suatu orang pemimpin negara atau raja, raja sebagai pemegang
kekuasaan suatu negara tidak mungkin hanya mengandalkan suatu kekuasaan hanya
pada satu moralitas atau kesusilaan, kekacauan yang timbul dalam suatu negara
karena lemahnya suatu kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran
Machlavelly tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara akibat ajaran
inilah munculah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter,
yang jauh dari nilai-nilai moral, teori machlavelly mendapat tantangan dan reaksi
yang kuat dari filsuf lain seperti Thomas Habes (1958-1679). John Locke (1652-
1704), dan Rouseau(1712-1788). Mereka mengartikan negara sebagai suatu badan
atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama, menurut mereka
manusia yang dilahirkan telah membawa hak asasi seperti hak untuk hidup, untuk
memilih, serta hak kemerdekaan dalam keadaan naturalis terbentuknya negara hak-
hak itu akan dapat dilanggar yang konsekuensi terjadi pembentukan kepentingan
yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat tersebut, menurut hobbes dalam
keadaan naturalis sebuah terbentuknya suatu negara akan terjadi homoni lupus
yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia lain yang menimbulkan perang
sementara yang disebut belum ominum Contrk Omnes dan hukum yang berlaku
adalah hukum rimba.
Bentuk ini pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa tokoh antara
lain :
a. Roger H,
Mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat argency atau wewenang
louthority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama
atau nama masyarakat (Soltau, 1961)
b. Harold J, Lasky
Menerangkan bahwa negara merupakan suatu masyarakat yang diantar
generasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang
secara syah lebih agung dari pada individu atau kelompok. Masyarakat
merupakan suatu negara manakala cara hidup yang harus ditaati baik oleh
individu atau kelompok – kelompok ditentukan oleh wewenang yang bersifat
memaksa dan mengikat (Lasky, 1947)
c. Max Weber,
d. Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah (Weber, 1958).
B. Tujuan Negara
a. Menyelenggarakan ketertiban hukum
b. Memperluas kekuasaan
c. Mencari kesejahteraan hukum
Beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan sebuah negara :
a. Plato
Tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia sebagai perseorangan
(Individu) atau sebagai makhluk sosial.
b. Ibnu Arabi
Tujuan negara adalah agar manusia dapat menjalankan kehidupan baik jauh
dari sengketa atau perselisihan
c. Ibnu Khaldun
Tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia
yang bermuara pada kepentingan akhirat.

C. Bentuk-bentuk negara
Negara terbagi kedalam dua bentuk yaitu negara kesatuan(Uniterianisme)
dan negara serikat(Federasi).
a. Negara kesatuan
Bentuk suatu negara yang merdeka yang berdaulat dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun
dalam pelaksanaannya negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam
yaitu : Sentral dan Otonomi, sistem yang langsung dipimpin oleh
pemerintahan pusat model pemerintahan orde baru di bawah pimpinan
presiden Soeharto. Didesentralisan adalah kepada daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan di wilayahnya sendiri,
sistem itu dikenal sebagai Otonomi daerah ata swantara.
b. Negara serikat
Negara serikat atau pederasi merupakan bentuk negara gabungan
yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat.
Pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat di
golongkan ke-3 kelompok yaitu monarki, Oligarti dan Demokrasi.
a. Monarki, model pemerintahan yang dipakai oleh Raja atau Ratu.
b. Oligarti, pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
c. Demokrasi, bentuk pemerintahan yang bersandar kepada kedaulatan
rakyat atau mendasarkan kekuasaaannya pada pilihan kehendak rakyat
melalui mekanisme pemilihan umum (Pemilu).

D. Pengertian Kewarganegaraan
Warga negara dapat diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau
kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta dari suatu
persekutuan yang didirikan dari kekuatan bersama. Untuk itu setuiap warga negara
mempunyai persamaan hak didepan hukum, kepastian hak, pripasi dan
tanggungjawab.
Dalam konteks indonesia istilah warga negara (Sesuai dengan pasal 26)
dimaksudkan untuk bangsa indonesia asli dan bangsa lain yang di syahkan UU
sebagai warga negara. Selain itu menurut pasal UU 1 No.22/1958 dinyatakan bahwa
warga negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-
undangan dan perjanjian-perjanjian yang berlaku sejak proklamasi 17/08/1945.

E. Hak dan Kewajiban Warga Negara


Dalam pengertian warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga
negara merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap
negaranya. Ia mempunyai hak dan kewajibannya yang bersifat timbal balik
terhadap negaranya.
Dalam konteks Indonesia hak warga Indonesia terhadap negaranya telah
diatur dalam UUD 1945 dan berbagai peraturan lainnya yang merupakan derivasi
dari UUD 1945.

F. Contoh Hak Dan Kewajiban WNI


Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain
tanpa terkecuali, persamaan antara sesama manusia selalu dijunjung tinggi untuk
menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan dikemudian hari.
a. Contoh Hak Warga Negara Indonesia
Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum, dan setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghu=idupan yang layak.
b. Contoh Kewajiban WNI
Setiap warga negara Indonesia memiliki kewajiban untuk berperan serta
dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari
serangan musuh dan setiap warga negara wajib membayar pajak dan
retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(Pemda).

G. Hubungan Negara dan Warga Negara


Hubungan negara dan warga negara ibarat ikan dan airnya, keduanya
memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat. Negara Indonesia sesuai dengan
institusi, misal, berkewajiban untuk menjamin dan melindungi seluruh warganya,
tanpa kecuali. Secara jelas dalam UUD Pasal 33. Misal, disebtkan bahwa fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (ayat 1) negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, (ayat
2) negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.

Anda mungkin juga menyukai