Aktuator / Penggerak, dalam pengertian listrik adalah setiap alat yang mengubah
sinyal listrik menjadi gerakan mekanis. Biasa digunakan sebagai proses lanjutan dari
keluaran suatu proses olah data yang dihasilkan oleh suatu sensor atau kontroler.
Berikut berbagai jenis aktuator sesuai dengan prinsip kerjanya yaitu:
- Aktuator listrik : Aktuator tenaga elektris, biasanya digunakan selenoid, motor arus
searah (mesin DC). Sifat mudah diatur dengan torsi kecil sampai sedang.
- Aktuator hidraulik : Aktuator tenaga hidraulik, torsi yang besar konstruksinya sukar
- Aktuator pneumatik : Aktuator tenaga pneumatik, sukar dikendalikan
Aktuator Electric
Aktuator elektrik merupakan actuator yang mempunyai prinsip kerja mengubah sinyal
elektrik menjadi gerakan mekanik, Berikut macam-macam actuator elektrik
a. Solenoid.
b. Motor stepper.
c. Motor DC.
d. Brushless DC-motors.
e. Motor Induksi.
f. Motor Sinkron.
Aktuator Pneumatic
Aktuator pneumatic adalah aktuator yang memanfaatkan udara bertekanan me
njadi gerakan mekanik. Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permuka
an piston (arah maju) , sedangkan sisi yang lain (arah mundur) terbuka ke atmosfir, m
aka gaya diberikan pada sisi permukaan piston tersebut sehingga batang piston akan te
rdorong keluar sampai mencapai posisi maksimum dan berhenti.
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder bergantung pada tekanan udara, dia
meter silinder dan tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis
dihitung menurut rumus berikut :
Aktuator Hydraulic
Aktuator hydraulic merupakan aktuator yang memanfaatkan aliran fluida/oli b
ertekanan menjadi gerakan mekanik. Sama seperti halnya pada sistem Pneumatik, akt
uator hidrolik dapat berupa silinder tapi inputannya hydraulic.
a. Double acting silinder untuk sistem Hidrolic
Double Acting Cylinder
Gambar diatas menunjukkan double acting cylinder. warna merah menunjukkan oli
yang bertekanan dan warna hijau menunjukkan oli yang memiliki tekanan sama
dengan tekanan tangki. ini merupakan hidrolik aktuator yang paling umum digunakan
pada mobile equipment. digunakan pada implement, steering dan sistem lainnya
dimana silinder dibutuhkan untuk melakukan kerja pada dua arah.
Double acting berarti bahwa silinder akan menyediakan gaya dan gerakan pada
masing-masing arah.
Double acting cylinder (Gambar diatas) merupakan tipe silinder yang paling banyak
digunakan pada mobile equipment. Double acting cylinder menghasilkan gaya pada
kedua arah, memanjang dan memendek. supaya memanjang, fluida dialirkan menuju
cap end dan rod end port dihubungkan menuju resevoir. sewaktu memendek, fluida
dialirkan ke rod end dan saluran pada cap end port dihubungkan dengan resevoir.
Double acting cylinder juga disebut differential silinder karena perbedaan area efektif
dan volume antara rod end dan cap end. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya
perbedaan kecepatan ketika silinder memanjang dan memendek.
Variasi double acting cylinder adalah double-rod silinder. pada versi ini, silinder rod
memanjang melalui kedua end cap (Gambar di atas). silinder ini memiliki area dan
volume yang sama pada kedua ujung silinder. hal ini tentunya juga menyamakan gaya
dan kecepatan sewaktu silinder memanjang dan memendek. Double-rod silinder
digunakan secara umum pada aplikasi power steering.
Linear Actuator
Sesuai namanya gerakan dari Linear Actuator adalah jenis Motor DC yang bergerak
linear atau maju mundur. Gerakan maju mundur tersebut di dapat dari hasil
perpindahan dari roda gigi dengan motor DC rotari. Linear Actuatur juga tentu
memiliki Feedback yang dikirimkan ke Kontroller, membantu mempermudah
pengendalian.
c. DLP Projector
Salah satu perbedaan DLP Projector dan LCD Projector adalah adanya chip DLP
(disebut juga DMD – Digital Micro Device). Pada chip DLP ini terdapat cermin-
cermin yang berukuran mikro (sepersejuta) yang terbuat dari alumunium dan
berfungsi untuk memantulkan cahaya untuk citra. Cermin-cermin ini dapat bergerak
membelokkan cahaya sampai 5000 kali per detik.
Perbedaan lain juga terdapat pada cara DLP memberi warna pada cahaya yang lewat
lampu proyektor. Cermin mikro pada chip DLP tidak memiliki warna yang spesifik
untuk memberi warna pada gambar. Sehingga diperlukan filter warna (berupa
lingkaran yang berisi warna-warna dasar merah, hijau dan biru) yang berputar dengan
ritme tertentu dan tersinkronisasi dengan pergerakan cermin mikro. Cahaya yang
tidak dipakai pada gambar akhir akan dibelokkan keluar dari jalur bias oleh cermin
mikro. Proyektor hi-end ada yang membenamkan 3 chip DLP dalam perangkatnya.
Tiap chip menangani warna dasar yang berbeda. Sehingga biasanya memiliki harga
yang mahal (sekitar US$10.000-an keatas). Keunggulan teknologi DLP terdat pada
ringkasnya ruang cahaya yang diperlukan. Hal ini tentu mempengaruhi ukuran “bodi”
proyektor. Selain itu, kontras warna yang dihasilkan proyektor DLP sangat baik
dengan kualitas warna hitam yang lebih baik. Piksel yang terlihat pada gambar yang
dihasilkan oleh proyektor LCD juga dapat diminimalisir dengan baik oleh teknologi
DLP. Sedangkan kelemahan DLP terdapat pada lingkaran warna yang merupakn salah
satu komponen pentingnya. Pada beberapa kasus, lingkaran warna ini dapat
menghasilkan “efek pelangi”. Yaitu munculnya warna asing di luar 3 warna primer
yang ada akibat kesalahan perputaran lingkaran warna.
4. Empat kelebihan menggunakan kontrol dengan sistem PLC
a. Konsumsi daya PLC lebih rendah dibandingkan sistem kontrol konvensional
b. Fungsi diagnostic pada sistem control dengan PLC dapat mendeteksi kesalahan
dengan lebih mudah dan cepat/mudah dalam troubleshooting
c. Sistem pengkabelan dapat dikurangi sampai dengan 80% bila dibandingkan
dengan sistem kontrol konvensional
d. Jika dikendaki perubahan pada urutan operasional, proses atau aplikasi dapat
dilakukan dengan lebih mudah, hanya dengan melakukan pergantian program,
baik menggunakan handled atau dengan komputer/laptop tanpa merubah
pengkabelan I/O lagi jika tidak diperlukan ada tambahan atau output.
Pada gambar di atas, penyambungan input pada Group 0 (ata) adalah menggunakan
Tipe Modul Input Sourcing, yaitu input dengan menggunakan Common Positif.
Sedangkan, penyambungan input pada Group 1 (bawah) adalah Tipe Modul Input
Sinking, yaitu input dengan menggunakan Common Negatif.
Seperti halnya modul input, sensor memiliki 2 jenis utama yaitu input sourching
(PNP) dan input sinking (NPN). Sensor dengan tipe sinking (NPN) hanya bisa
diterapkan pada modul input sinking. Beberapa PLC saat ini memiliki lebih dari 1
common untuk input, sehingga memungkinkan penyambungan baik sourching
maupun sinking dalam 1 sistem yang sama. Namu, lebih baik dipilih salah satu antara
sourcing atausinking untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam
penyambungan.
Contoh sederhana penyambungan PLC pada mode source :
a. Alat penyortir botol minum menggunakan PLC
b. Sistem pengukuran dan pemotongan kertas otomatis
a.
Y=((A+B).B’)+B’+(B.C)
b.
Y=(A.B).(A.B).(C’.D’)