Anda di halaman 1dari 12

KEGAGALAN KONSTRUKSI DI JALAN GUBENG,

SURABAYA, JAWA TIMUR

Disusun Oleh :

Rahma Nur Pramesti (17/410631/SV/12558)

D4 TEKNIK PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyebab utama kerentanan fisik dan lingkungan adalah kegiatan manusia
dalam membangun lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dalam sektor
konstruksi. Prosedur yang salah ketika melaksanakan suatu proyek konstruksi, baik dari
proses perencanaan, perancangan, pelaksanaan, hingga pengawasan mampu melahirkan
infrastruktur yang mengalami kegagalan konstruksi.

Kegagalan konstruksi sendiri disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal, antara lain adanya kesalahan dalam proses studi kelayakan,
kesalahan dalam perencanaan dan perancangan, kesalahan dalam pelaksanaan, kesalahan
dalam operasional dan lain sebagainya. Tetapi, pada umumnya kasus kegagalan konstruksi
didominasi oleh penyimpangan berupa pengaturan lelang, kekurangan volume pekerjaan,
pengurangan kualitas pekerjaan, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut merupakan
penyimpangan yang bertentangan dengan kode etik yang telah ditetapkan serta berpotensi
besar menimbulkan kegagalan konstruksi sehingga perlu diminimalisir.

Terjadinya jalan ambles di jalan Gubeng, Surabaya, Jawa Timur merupakan salah satu
potret adanya kegagalan konstruksi. Maka dari itu, makalah ini disusun untuk
memberikan informasi terkait kronologi dari peristiwa tersebut, siapa yang perlu
bertanggung jawab, dan pelanggaran apa yang sudah dilakukan oleh pihak terkait
sehingga menyebabkan kegagalan konstruksi ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi dari peristiwa tersebut?

2. Siapa yang paling bertanggung jawab dalam peristiwa ini?

3. Mengapa pihak tersebut menjadi pihak yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa
ini?

4. Bagaimana peran owner, konsultan, dan kontraktor dalam peristiwa ini?

5. Apa konsekuensi yang ditanggung pihak yang bertanggung jawab?


6. Kode etik apa yang dilanggar dalam peristiwa ini?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kronologi dan penyebab dari peristiwa amblesnya jalan Gubeng, Surabaya,
Jawa Timur.

2. Mengetahui pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa amblesnya jalan


Gubeng, Surabaya, Jawa Timur.

3. Mengetahui peran owner, konsultan, dan kontraktor dalam menyelesaikan peristiwa


amblesnya jalan Gubeng, Surabaya, Jawa Timur.

4. Mengetahui konsekuensi yang harus ditanggung pihak yang bertanggung jawab.

5. Mengetahui kode etik asosiasi profesi terkait peristiwa ini.


BAB II
LANDASAN TEORI

Pedoman beretika dasar terkait keselamatan, kesejahteraan, dan kesehatan masyrakat


yang harus diterapkan oleh insinyur dalam bekerja yang tercantum dalam Kode Etik
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) adalah sebagai berikut :

1. Insinyur harus memegang hal terpenting seperti keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat dalam pelaksanaan tugas profesional mereka.

a. Insinyur harus mengakui bahwa hidup, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan


masyarakat umum tergantung pada teknik penilaian, keputusan dan praktek yang
dimasukkan ke dalam struktur, mesin, produk, proses dan perangkat.

b. Insinyur tidak akan menyetujui atau menyegel rencana dan / atau spesifikasi yang
bukan dari desain yang aman bagi kesehatan dan kesejahteraan publik serta tidak sesuai
dengan standar teknis yang berlaku.

c. Jika penilaian profesional insinyur dikesampingkan dalam keadaan dimana keselamatan,


kesehatan, dan kesejahteraan publik langka, Insinyur harus memberitahu klien atau
petinggi dari konsekuensi yang mungkin dan memberitahukan otoritas dan situasi tepat
yang lain, yang mungkin diperlukan.

(1) Insinyur harus memungkinkan untuk melakukan dan menyediakan standar apapun
yang dipublikasikan, tes kode dan prosedur pengendalian kualitas yang akan
memungkinkan masyarakat untuk memahami tingkat harapan keselamatan atau
hidup yang terkait dengan menggunakan produk desain, dan sistem yang mereka
pertanggungjawabkan.

(2) Insinyur akan melakukan review keselamatan dan keandalan desain, produk atau
sistem yang mereka pertanggungjawabkan sebelum mereka memberikan persetujuan
untuk rencana desain.

(3) Jika insinyur mengamati kondisi yang mereka percaya akan membahayakan
keselamatan umum atau kesehatan, mereka harus memberitahu otoritas dan situasi
yang tepat.

d. Insinyur harus memiliki pengetahuan atau alasan untuk dapat dipercaya oleh orang lain
atau perusahaan yang mungkin melanggar setiap ketentuan atau pedoman ini. Mereka
akan menyajikan informasi tersebut kepada otoritas yang tepat secara tertulis dan harus
bekerja sama dengan kewenangan yang sesuai dalam memberikan informasi lebih lanjut
atau bantuan yang mungkin diperlukan.

(1) Mereka harus memberitahu otoritas yang berwenang jika kajian tentang keselamatan
dan keandalan dari produk atau sistem belum dibuat atau ketika desain
menyebabkan bahaya kepada masyarakat melalui penggunaannya.

(2) Mereka harus menahan persetujuan produk atau sistem ketika perubahan atau
modifikasi yang dibuat akan menghasilkan kinerja yang buruk sehingga
mempengaruhi keselamatan dan keandalan yang bersangkutan.

e. Insinyur harus mencari peluang untuk melayani urusan kewarganegaraan secara


konstruktif dan bekerja untuk kemajuan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan
komunitas mereka.

f. Insinyur harus berkomitmen untuk meningkatkan lingkungan dan meningkatkan kualitas


hidup.

Selain yang telah ditetapkan oleh PII, ahli konstruksi di Indonesia juga memiliki
HAKI yang kode etiknya juga dapat diterapkan oleh ahli konstruksi dalam melaksanakan
pekerjaannya. Adapun jika terdapat kode etik yang dilanggar, maka orang yang bersangkutan
akan mendapat konsekuensi seperti mendapat peringatan, pencabutan lisensi, pemblokiran,
hingga menghadapi prosedur hukum yang berlaku.
BAB III

PEMBAHASAN

Amblesnya jalan Gubeng, Surabaya, Jawa Timur terjadi pada hari Selasa, 18
Desember 2018 pada pukul 21:40 WIB. Kejadian ini bermula ketika pukul 21:30 terdengar
suara gemuruh dan terasa getaran seperti gempa di sekitar jalan Gubeng Surabaya. Selain itu,
juga terdengar suara ledakan travo listrik di depan Bank BNI jalan Gubeng Surabaya. Seluruh
gejala tersebut disusul dengan amblesnya jalan Gubeng Surabaya secara perlahan. Jalan
Gubeng Surabaya ambles sepanjang 30 meter, lebar 10 meter, dan kedalaman 10 meter.

Setelah peristiwa tersebut terjadi, dilakukan penyelidikan terkait penyebab dari


amblesnya jalan Gubeng Surabaya. Ahli Geologi menganalisis bahwa penyebab terjadinya
jalan Gubeng Surabaya ambles adalah sebagai berikut :

1. Dalam pembuatan basement Rumah Sakit Siloam di jalan Gubeng Surabaya dibangun
sebuah dinding penahan (Retaining wall), akan tetapi dinding penahan tersebut tidak cukup
kuat menahan beban, sehingga ambrol.

2. Adanya perubahan muka air tanah yang disebabkan oleh air hujan dan adanya kesalahan
metode dalam pembuatan basement selama pelaksanaan pembuatan basement Rumah Sakit
Siloam di jalan Gubeng Surabaya.

Pihak yang menjadi sorotan dalam peristiwa amblesnya jalan Gubeng Surabaya, Jawa
Timur adalah pihak dari Rumah Sakit Siloam. Hal itu dikarenakan pihak Rumah Sakit
Siloam dinilai salah dalam menerapkan metode untuk pembuatan basement. Karena
kegagalan konstruksi yang berakibat fatal ini, pihak berwajib melakukan penyelidikan
kepada seluruh pihak yang terkait dalam pembuatan basement Rumah Sakit Siloam.

Kegagalan konstruksi yang terjadi di jalan Gubeng Surabaya ini merupakan contoh
dari adanya penyimpangan kode etik PII yang dilakukan oleh pihak terkait. Penyimpangan
tersebut terwujud dengan tidak diperhatikannya keselamatan, kesejahteraan, dan kesehatan
pekerja maupun masyrakat. Hal itu terbukti dari perancangan yang salah dari dinding penahan
sehingga tidak mampu menahan beban. Juga kesalahan penerapan metode untuk membuat
basement, yang berakibat pada penambahan beban dan peningkatan muka air tanah sehingga
menyebabkan amblesnya jalan Gubeng Surabaya.
Bukan hanya itu, pengetahuan dan keandalan dari owner, konsultan, dan kontraktor
juga perlu dipertanyakan. Seharusnya, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek Rumah Sakit
Siloam tersebut sudah ahli dalam perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan pengawasan,
tetapi pada realitanya berkebalikan dengan kondisi seharusnya. Standar yang diterapkan juga
perlu dikaji ulang, apakah sudah sesuai atau belum. Kegagalan konstruksi seperti peristiwa ini
merupakan potret bahwa kode etik, standar, pengetahuan, dan keandalan harus benar-benar
diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.

Adapun peran dari owner, kontraktor, dan konsultan dalam peristiwa amblesnya jalan
Gubeng Surabaya, Jawa Timur menjadi sangat penting. Owner harus bertanggung jawab atas
amblesnya jalan Gubeng Surabaya, Jawa Timur karena kerusakan tersebut terjadi karena
imbas dari kegagalan konstruksi dari proyeknya. Begitupun untuk konsultan dan kontraktor,
kedua pihak ini harus mengkaji ulang terkait perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan
pengawasan dari berjalannya proyek pembuatan basement Rumah Sakit Siloam. Terutama
kajian terkait bagaimana pengaruh proyek tersebut untuk lingkungan sekitar dan masyrakat
tanpa mengabaikan keselamatan, kesejahteraan, dan kesehatan pekerja maupun masyrakat.

Pihak yang bertanggung jawab terhadap peristiwa amblesnya jalan Gubeng Surabaya,
Jawa Timur memperoleh konsekuensi dengan melaksanakan prosedur hukum dengan pihak
berwajib. Hal tersebut dikarenakan pihak yang bertanggung jawab dalam kegagalan
konstruksi ini dinilai melanggar kode etik yang telah ditetapkan oleh PII dan menyebabkan
situasi yang berbahaya, baik untuk pekerja maupun masyrakat sekitarnya. Kegagalan
konstruksi seperti yang tejadi di jalan Gubeng Surabaya merupakan contoh kegagalan
konstruksi non teknis.
BAB IV

KESIMPULAN

Peristiwa amblesnya jalan Gubeng Surabaya, Jawa Timur merupakan satu contoh
kegagalan konstruksi non teknis yang penyebab terjadinya didominasi oleh adanya
pelanggaran kode etik yang telah ditetapkan, utamanya kode etik dari Persatuan Insinyur
Indonesia (PII) terkait kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan kerja. Pihak yang
bertanggung jawab harus melakukan kajian ulang terkait proyek yang terlaksana di sekitar
jalan Gubeng Surabaya agar tidak menimbulkan peristiwa membahayakan yang lain. Selain
itu, juga terdapat beberapa konsekuensi dari pihak yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Setyvani Gloria. (2018, Desember 19). Ahli Geologi Ungkap 2 Penyebab Amblesnya Jalan
Gubeng Surabaya. Kompas online. Diakses dari http://www.kompas.com

Liputan6. (2018, Desember 24). Menilik Penyebab Jalan Raya Gubeng Ambles. Liputan 6.
Diakses dari http://m.liputan6.com

Mega. 2016. Kegagalan Konstruksi. Tersedia dari scholar.unand.ac.id

Penulis. 2018. Kegagalan konstruksi. Tersedia di e-journal.uajy.ac.id

Kode etik Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Tersedia di khamdiutm. files. wordpress.com
GAYA SENI HINDU – JAWA YANG DITERAPKAN PADA TATA
RUANG KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU
BANGUNAN TUA DI YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Rahma Nur Pramesti (17/410631/SV/12558)

D4 TEKNIK PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
Keraton Yogyakarta yang memiliki lahan yang luas sehingga di dalam keraton
Yogyakarta terdapat banyak sekali bangunan. Bangunan-bangunan tersebut memiliki fungsi
masing-masing. Adapun arsitektur dari bangunan Keraton Yogyakarta mengolaborasikan gaya
seni hindu dan jawa untuk menghasilkan bentuk bangunan yang unik dan aestetik, serta tidak
meninggalkan budaya yang melekat sejak lama. Sejumlah bangunan untuk urusan dalam
istana berada di sepanjang pinggiran pelataran kedhaton, termasuk ruang hunian bagi para
penghuni keraton. Ruang hunian di pelataran ini terbagi menjadi dua sisi, yakni keputren
berada di bagian Barat, sedangkan kesatriyan berada di bagian Timur. Berikut gambar denah
dari Keraton Yogyakarta.

Semua bentuk dasar bangunan Keraton Yogyakarta (dilihat dari layout) dominan berbentuk
segi empat yang simetris sebagaimana bentuk-bentuk denah candi Hindu di Jawa. Harmoni
struktur keraton Yogyakarta dapat pula dilihat dari istilah perwujudan konsep filosofis Jawa
kiblat papat, lima pancer, terlihat pada bangunan keraton yang mempunyai bentuk kubus
(persegi empat), maupun kehidupan sosio-religius masyarakatnya. Pada bangunan dapat
dilihat adanya empat pojok beteng dengan dinding setebal + 3,5 m, tingginya + 3,5 m
sampai 4 m, dan mengelilingi keraton sepanjang + 5 kilometer. Pada kehidupan sosio-religius
masyarakat Yogyakarta, tampak dengan adanya keyakinan empat unsur dalam diri manusia
berupa kekuatan yang terdiri dari tanah, api, air, dan udara (bumi-geni-banyuangin). Bentuk
persegi atau bujur sangkar merupakan bentuk bangunan yang paling tepat dan sempurna
dalam Vastusastra, karena aliran energi alam di dalam ruang membentuk suatu putaran yang
berpusat di tengahnya. Bentuk persegi juga dianggap sebagai mandala yang dalam arti makro
berarti alam semesta, dan dalam arti mikro berarti jagad cilik yaitu rumah tinggal manusia
(Ambarwati, 2009: 126).
Tidak hanya arsitektur yang unik dan aestetik, Keraton Yogyakarta juga memiliki
struktur yang berkualitas dan kuat. Kolom-kolom yang ada di Keraton Yogyakarta memiliki
dimensi yang cukup besar untuk menopang beban yang besar pula. Kualitas pemilihan
material yang baik, proses perencanaan yang terstruktur, serta pelaksanaan yang sesuai
dengan prosedur pada zaman dahulu menjadikan bangunan Keraton Yogyakarta menjadi
bangunan yang kuat walau sudah berusia lama. Selain pada konstruksi yang kuat, adanya
pemeliharaan dan renovasi bangunan secara rutin menjadikan Keraton Yogyakarta tetap
berdiri kokoh sampai hari ini. Baik dari bangunan yang baru hingga berusia lama dibutuhkan
perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi yang kuat serta pemeliharaan yang rutin.

Sumber :

Kusuma L,. (2017). Gaya Seni Hindu-Jawa pada Tata Ruang Keraton Yogyakarta. Tersedia di
repository.etd.ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai