Supremasi Hukum Tugas - Kelompok 2 PDF
Supremasi Hukum Tugas - Kelompok 2 PDF
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena atas rahmat dan karunia-
Nya memberikan kesehatan dan kelapangan waktu, sehingga penulisan makalah yang berjudul
“Supremasi Hukum” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Offering B/GN Program Studi S1 Sistem Komputer Di STMIK NABIRE
Makalah ini merupakan materi mengenai supremasi hukum yang telah disebutkan dalam judul
tugas terstruktur kelompok ini. Penulis berusaha mendapatkan dan mengumpulkan beberapa
materi mengenai supremasi hukum dari beberapa referensi, yang diperoleh dari beberapa situs
internet yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun, penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis sangat menghargai apabila terdapat saran maupun kritik yang membangun
dari semua pihak. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi
para pembacanya untuk memperluas khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terus
berkembang mengikuti kemajuan zaman, khususnya bagi khasanah Ilmu Pengetahuan mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Amin.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
C. Batasan Masalah......................................................................................................................2
D. Tujuan ....................................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN HUKUM.........................................................................................................3
BAB III............................................................................................................................................ 11
PENUTUP ....................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara hukum adalah negara yang menempatkan hukum pada tempat yang tertinggi,
yang meliputi perlindungan terhadap hak asasi manusia, pemisahan kekuasaan, setiap
tindakan pemerintah didasarkan pada peraturan perundang-undangan, dan adanya peradilan
yang berdiri sendiri. Negara dapat dikatakan sebagai Negara Hukum (rule of law) bilamana
superioritas hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair play) dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara, terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap
hak-hak warganya.
Dalam Negara hukum menurut Jhon Lockce, warga masyarakat atau rakyat tidak lagi
diperintah oleh seorang raja atau apapun namanya, akan tetapi diperintah berdasarkan
hukum. Ide ini merupakan suatu isyarat bahwa bagi Negara hukum mutlak adanya
penghormatan terhadap supremasi hukum. Supremasi hukum hanya akan berarti bila ada
penegakan hukum, dan penegakan hukum hanya akan mempunyai nilai evaluatif jika
disertai dengan pemberlakuan hukum yang responsif. Artinya superioritas hukum akan
terjelma dengan suatu penegakan hukum yang bersendikan dengan prinsip persamaan di
hadapan hukum (equality before the law) dengan dilandasi nilai dan rasa keadilan. Untuk
dapatnya suatu hukum berfungsi sebagai sarana penggerak, maka hukum harus dapat
ditegakkan dan untuk itu hukum harus diterima sebagai salah satu bagian dari system nilai
kemasyarakatan yang bermanfaat bagi warga masyarakat, sehingga keberlakuan hukum
benar-benar nyata pada rana empiris tanpa paksaan.
Penegakan hukum di suatu negara sangatlah penting, karena sangat pentingnya hukum di
suatu negara akan menciptakan masyarakat yang kondusif dan tenang bagi warganya dan
sekaligus warga akan sangat menghormati hukum itu sendiri. Indonesia sendiri adalah
negara hukum. Hal ini tertuang jelas dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ketiga
yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. UUD 1945 Sebagai konsekuensi
dari Pasal 1 ayat (3) Amandemen ketiga UUD 1945, 3 (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung
oleh setiap warga negara yaitu supremasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum, dan
penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum.
Simposium mengenai negara hukum Tahun 1966 di Jakarta, merumuskan sifat dan ciri-
ciri khas suatu negara hukum. Sifat negara hukum itu ialah bahwa alat kelengkapannya
hanya dapat bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang telah ditentukan lebih
1
dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan aturan itu atau
singkatnya disebut prinsip rule of law.
Ciri-ciri khas bagi suatu negara hukum menurut simposium tersebut adalah:
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka topik bahasan dapat dirumuskan:
1. Pengertian hukum ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka ruang lingkup pembahasan makalah ini
meliputi pengertian, tujuan, fungsi, pelaksanaan, dan hubungan supremasi hukum dengan
demokrasi dan HAM.
D. Tujuan
Berdasarkan identifikasi rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembahasan masalah
yakni untuk mengetahui pengertian, tujuan, fungsi, bagaimana pelaksanaan, dan bagaimana
hubungan supremasi hukumdengan demokrasi dan HAM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM
Menurut para ahli pengertian hukum ada beberapa macam sebagai berikut :
Achmad Ali : Hukum adalah norma yang mengatur mana yang benar dan mana yang
salah, yang eksistensi atau pembuatannya dilakukan oleh pemerintah, baik itu secara
tertulis ataupun tidak tertulis, dan memiliki ancaman hukuman bila terjadi pelanggaran
terhadap norma tersebut.
Plato : Hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan baik serta
juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah.
Tullius Cicerco : Hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang tertinggi yang
mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak
3
nyata sesuai dengan pelangarannya tersebut.dengan demikian hukum merupakan kekuasaan
tertinggi.
Istilah supremasi hukum, adalah merupakan rangkaian dari selingkuhan kata supremasi
dan kata hukum, yang bersumber dari terjemahan bahasa Inggeris yakni kata supremacy dan
kata law, menjadi “supremacy of law” atau biasa juga disebut “law’s supremacy”.
Hornby.A.S (1974:869), mengemukakan bahwa secara etimologis, kata “supremasi” yang
berasal dari kata supremacy yang diambil dari akar kata sifat supreme, yang berarti “Higes t
in degree or higest rank” artinya berada pada tingkatan tertinggi atau peringkat tertinggi.
Sedangkan supremacy berarti “Higest of authority” artinya kekuasaan tertinggi.
Kata hukum diterjemahkan dari bahasa Inggeris dari kata “law”, dari bahasa Belanda
“recht” bahasa Perancis “droit” yang diartikan sebagai aturan, peraturan perundang-
undangan dan norma-norma yang wajib ditaati.
Rumusan sederhana dapat diberikan bahwa supremasi hukum adalah pengakuan dan
penghormatan tentang superioritas hukum sebagai aturan main (rule of the game) dalam
seluruh aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat yang
dilakukan dengan jujur (fair play).
Pengertian sederhana tersebut, telah terhubungkan dengan idée tentang teori kedaulatan
hukum (rechtssovereiniteit). Hukum adalah kedaulatan tertinggi dalam suatu Negara,
karenanya yang memerintah sesungguhnya adalah hukum, penyelenggara pemerintahan
Negara hanya melaksanakan kehendak hukum, sehingga dalam konteks demikian hukum
sebagai komando dan panglima.
4
melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun
termasuk oleh penyelenggara negara.
1. Hukum itu bertujuan untuk mencapai keadilan. Yang dimaksud ialah bahwa masyarakat
hendaknya diperlakukan sesuai hak-haknya sebagai martabat kemanusiaannya .
2. Kepastian hukum dalam arti bahwa terhadap tindakan yang dilakukan setiap orang atau
anggota masyarakat itu dapat segera dengan cepat ditentukan apakah perbuatan itu
melanggar dinyatakan menyimpang dari hukum atau tidak.
3. Kegunaan yang berarti bahwa dalam proses kerjanya hukum itu dapat memaksa
masyarakat umumnya dan penegak hukum khususnya untuk melakukan segala
aktifitasnya selalu berkaca mata pada hukum yang mengaturnya.
2. Menempatkan kebebasan individu sebagai prinsip dasar dari organisasi sosial, untuk
menjamin kemerdekaan individu.
6. Menjadikan tanggung jawab ahli hukum untuk dilaksanakan dan yang harus dikerjakan
tidak hanya untuk melindungi dan mengembangkan hak- hak perdata dan politik
perorangan dalam masyarakat bebas, tetapi juga untuk menyelenggarakan dan membina
5
kondisi sosial, ekonomi, pendidikan dan kultural yang dapat mewujudkan aspirasi
rakyat serta meningkatkan integritas Sumber Daya Manusianya.
d) Hukum memidana.
Iskandar mengatakan tentang fungsi hukum ialah sebagai sosial control (control social)
juga berfungsi sebagai alat perubahan sosial (Social engenering) fungsi tersebut akan tidak
tercipta dan akan menghambat terciptanya keadilan ekonomi maupun keadilan politik
apabila hukum tidak digunakan dengan penggunaan kekuasaan tidak sesuai dengan hakikat
sebab kalau hukum tidak benar penggunaanya maka kekuasaanpun cenderung digunakan
secara tidak benar.
Pendapat Rudolf Von I Lering yang mengatakan fungsi hukum ialah “laws were on way
achieve the end namely social control, selanjutnya menurut I lering ''an instrument for
serving the needs of society where there is an inevitable conflict between the social needs
individual's self interest" suatu alat untuk melayani kebutuhan masyarakat dimana konflik
(pertikaian) tidak dapat diletakkan antara kebutuhan sosial dan kepentingan pribadi. Dari
beberapa pendapat yang diuraikan di atas bahwa fungsi hukum pada dasarnya meliputi
sebagai berikut :
6
a. Hukum dalam proses kerjanya untuk mengatur perhubungan hukum masyarakat.
Seperti yang kita tahu hukum di indonesia di letakkan pada tingkatan yang peling tinggi,
tetapi dalam pelaksanaannya Penegakan hukum di Indonesia masih belum berjalan secara
tepat sesuai dengan apa yang ingin diwujudkan didalam pancasili sila ke-lima yaitu
“keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia”. Ini di buktikan dengan masih belum
jelasnya penyelesain kasus-kasus yang merugikan masyarakat Indonesia seperti yang terjadi
beberapa tahun lalu. Seperti penyelesaian kasus korupsi Bank Century dan kasus pajak.
Penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dirasa belum sesuai
dengan apa yang telah diatur oleh Undang-undang.
Juga masih banyak lagi kasus-kasus yamg lainnya, sehingga banyak orang-orang
indonesia yang beranggapan hukum di Indonesia itu yang menang yang me mpunyai
kekuasaan, yang mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan
negara dilanggar. Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil langsung
ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan
korupsi uang milyaran milik negara dapat berkeliaran dengan bebasnya. Banyak yang
menilai bahwa perkembangan penegakan hukum di Indonesia masih jauh dari harapan.
Sejak Indonesia merdeka sampai pemerintahan Gus Dur pasti terdapat kekurangan-
kekurangan dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia.
Dengan adanya fakta- fakta tersebut kita sebagai masyarakat yang peduli keadilan diajak
untuk lebih mengkritisi kasus-kasus pelanggaran kejahatan-kejahatan kemanusiaan dan
aturan hukum yang menanganinya. Masalah pencabutan perundang- undangan yang tak
demokratik dibahas mengenai Pengamandemenan UUD 45 pasal 6 ayat (1) yang memang
perlu dilakukan. Karena pasal tersebut tidak mencerminkan penegakan hukum secara
demokratik Dan itu terbukti menjadi solusi karena da lam UUD 45 pasal 6 ayat (1)
Amandemen keempat telah berubah bunyinya menjadi “ Capres dan cawapres harus warga
negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaran lain karena
kehendaknya sendiri….” Masalah impunity dalam kaitannya dengan amandemen kedua
UUD 45 Pasal 28I ayat (1) memang belum jelas apakah pasal tersebut berlaku sama
terhadap tindak kejahatan- kejahatan kemanusiaan
7
Penegakan supremasi hukum memiliki keterkaitan erat dengan pelapisan sosial di
masyarakat. Lawrence M. Friedman melihat bahwa adanya pelapisan sosial dalam
masysrakat memberi pengaruh pada terbentuknya watak hukum yang diskriminatif, baik
pada peraturan-peraturan itu sendiri, maupun melalui praktek penegaknya.
Selain itu Ada juga lima faktor yag memberikan kontribusi pengaruh pada proses
penegakan hokum menurut Soerjono Soekanto :
Hubungan antara negara hukum dan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara
demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum tentu negara
demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Demokrasi baik sebagai
bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan di atas dan tunduk pada koridor
hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main demokrasi. Adapun demokrasi sebagai
sikap hidup ditunjukkan dengan adanya perilaku yang taat pada aturan main yang telah
disepakati bersama pula. Aturan main itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma huk um.
Dengan demikian di negara demokrasi, hukum menjadi sangat dibutuhkan sebagi aturan dan
prosedur demokrasi. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi
akan liar tidak terkendali. Jadi, negara demokrasi sangat membutuhkan hukum. (Winarno,
2007: 128)
Hubungan antara demokrasi dan hukum sangat erat, dapat dikatakan bahwa kualitas
demokrasi suatu negara akan menentukan kualitas hukumnya. Artinya negara-negara yang
demokratis akan melahirkan pula hukum- hukum yang berwatak demokratis, sedangkan di
negara-negara yang otoriter aatau non demokratis akan lahir hukum-hukum yang non
demokratis. (Moh.Mahfud, 1999: 53)
9
Dewasa ini kehidupan ekonomi jauh lebih baik daripada periode-periode sebelumnya
berkat pemerintahan yang kuat dan otoritarian sesuai dengan pilihan yang telah dilakukan
secara sadar sebagai pecinta hukum. Lahirnya hukum- hukum yang berkarakter responsif
tanpa mengorbankan persatuan dan kesatuan serta kebutuhan ekonomi dapat lahir di dalam
konfigurasi politik yang demokratis untuk melahirkan hukum- hukum yang renponsif itu,
diperlihatkan demokratisasi di dalam kehidupan politik. Alasan-alasan untuk melakukan
demokratisasi ini sudah cukup jika kesadaran politik masyarakat membaik, Pancasila
diterima sebagai satu-satunya asas oleh orpol dan ormas, dan kehidupan ekonomi
masyarakat dan pertumbuhannya sudah memadai. Dengan modal itu, proses demokratisasi
tidak akan mengancam stabilitas apalagi persatuan kesatuan bangsa. (Moh.Mahfud, 1999:84)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supremasi hukum dan penegakan hukum bagi suatu Negara yang memilih sebagai
Negara hukum rechtsstaat / rule of law atau apapun istilahnya, merupakan harga mati yang
tidak boleh ditawar-tawar. Demikian pulalah halnya Indonesia. Sejak semula bangsa ini
mendirikan Negara the founding fathers telah memilih menjadi suatu Negara hukum, maka
konsekuensi dari pada itu hukum harus menjadi fondasi dalam tatanan ke hidupan
kenegaraan, pemerintahan dan kemasyarakatan. Namun tidak berhenti sampai disitu saja,
akan tetapi berkelanjutan dengan pembangunan elemen-elemen hukum dan peraturan
perundang-undangan sebagai bangunan hukum yang dapat menaungi kepentingan segenap
elemen bangsa dan dilakukan penegakan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan
memulihkan gangguan- gangguan yang timbul.
Untuk itu semua, maka komitmen dari segenap elemen bangsa mutlak diperlukan untuk
mendukung supremasi hukum dan penegakan hukum di ne geri ini, agar kita tidak menjadi
bangsa yang mengingkari dan bahkan menghianati pilihannya sendiri untuk bernegara dalam
sebuah Negara hukum.
Hubungan supremasi hukum, demokrasi, dan HAM adalah hubungan yang tidak dapat
terpisahkan. Supremasi hukum dapat tercipta jika hukum dilaksanakan dengan berdasar pada
keadilan. Negara yang demokratis akan akan mewujudkan watak hukum yang demokratis.
Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar tidak
terkendali. Dengan adanya demokrasi, maka Hak Asasi Manusia pun akan dijunjung sebagai
wujud negara demokrasi yang tertib hokum
11
DAFTAR PUSTAKA
[1] Iriyanto A. Baso Ence, Negara Hukum dan Hak Uji Konstitusionalitas Mahkamah Konstitusi
Telaah Terhadap Kewenangan Mahkamah Konstitusi, P.T Alumni Bandung, Bandung, 2008,
hlm.165
http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html
http://dimasdoc.blogspot.com/2009/11/negara- hukum-dan-supremasi-hukum.htm
http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/pengertian-supremasi-hukum.html
http://rafi-thegunners.blogspot.com/2011/04/supremasi-hukum.html
http://supremasihukum-helmi.blogspot.com/
http://supremasihukum-helmi.blogspot.com/
http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/contoh- makalah-supremasi-hukum.html
http://jdih.purworejokab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=508:artikel-
new&catid=39:artikel&Itemid=27
http://tesishukum.com/pengertian-supremasi-hukum-menurut-para-ahli/
http://pangeranarti.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-supremasi-hukum-dan.html
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/HierarkiProdukHukum.html
http://artonang.blogspot.co.id/2015/01/tata-urutanhierarki-peraturan-perundang.html
http://pengayaan.com/pengertian-hukum-menurut-para-ahli-di-dunia/
12