Anda di halaman 1dari 66

Laporan Aktualisasi Nilai Dasar (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti

Korupsi) Profesi PNS Prajabatan Gol III Pemkot Salatiga pada Dinas Kesehatan Kota Salatiga

LAPORAN
AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR
PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL
PADA DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA
Oleh :
Eka Rahmawati, S.K.M
NIS. 08/Diklat Prajabatan Gol. III/XXVII/2015

DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III ANGKATAN XXVII POLA KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA
SALATIGA DENGAN BADAN DIKLAT PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN

AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL


PADA DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA

NAMA PESERTA : EKA RAHMAWATI, S.K.M


NIP : 19921004 201502 2 001
NO. ABSEN : 08
30 NOVEMBER 2015

MENYETUJUI,

COACH MENTOR

ADHI ISNANTO, S.Sos, M.Si dr. PRASIT AL HAKIM


NIP. 19690125 198803 1 001 NIP. 19730820 200501 1 006
LEMBAR PENGESAHAN

AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL


PADA DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA

PESERTA PRAJABATAN
EKA RAHMAWATI, S.K.M
NIP. 19921004 201502 2 001

COACH MENTOR

ADHI ISNANTO, S.Sos, M.Si dr. PRASIT AL HAKIM


NIP. 19690125 198803 1 001 NIP. 19730820 200501 1 006

PENGUJI

Ir. YATNO ISWORO, MP


Widyaiswara Madya
NIP. 19641010 199903 1 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Aktualisasi di Tempat Kerja dengan judul Aktualisasi
Nilai-Nilai Dasar Profesi Aparatur Sipil Negara Pada Dinas Kesehatan Kota Salatiga.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015 yang diselenggarakan Pola
Kemitraan Pemerintah Kota Salatiga dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Tengah.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, pengarahan, dan dorongan dari semua pihak,
aktualisasi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan bak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Walikota Salatiga yang telah menyetujui penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III Angkatan XXVII Tahun 2015;
2. Kepala Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu kelancaran penyelenggaraan Diklat
Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015;
3. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga Bpk. Adhi Isnanto, S.Sos, M.Si yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti Diklat Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015; sekaligus
sebagai coach yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan maupun penyusunan
rancangan dan laporan aktualisasi;
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga yang telah memberi ijin serta dukungan baik moral maupun
material untuk mengikuti Diklat Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015;
5. Bapak Ir. Yatno Isworo, MP selaku penguji yang telah memberikan saran dalam menyusun laporan
aktualisasi;
6. Bapak dr. Prasit Al Hakim selaku mentor yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
kegiatan maupun penyusunan rancangan dan laporan aktualisasi;
7. Ibu drg. Rita Widya Septriana selaku atasan langsung yang telah memberikan bimbingan dan
dukungan dalam kegiatan maupun penyusunan rancangan dan laporan aktualisasi;
8. Widyaiswara dan Binsuh serta Pengendali yang telah memberikan tambahan pengetahuan,
wawasan, dan pembinaan, baik dalam hal sikap maupun perilaku selama mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015;
9. Segenap Panitia penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015
yang telah membantu dan mengatur penyelenggaraan Diklat;
10. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa, selama mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015;
11. Rekan-rekan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Angkatan XXVII Tahun 2015 yang saling
memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian aktualisasi;
12. Rekan-rekan Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan yang telah memberi dukungan selama
melaksanakan tugas aktualisasi; dan
13. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu atas perannya, dalam penyelesaian laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan kinerja penulis dalam
menjalankan tugas sehari-hari.

Salatiga, 30 November 2015


Penyusun,

EKA RAHMAWATI, S.K.M


NIS. 08/Diklat Prajabatan Gol. III/ XXVII /2015
ABSTRAK

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatus Sipil Negara (ASN) secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Fungsi pegawai ASN adalah
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Pegawai ASN
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan
dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Dinas berkedudukan di bawah Bupati atau
Walikota serta bertanggung jawab langsung pada Bupati atau Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Kesehatan memiliki tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang
kesehatan.
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan merupakan pembekalan komprehensif agar CPNS
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai
Aparatur Sipil Negara. Tujuan dari aktualisasi diklat prajabatan adalah menginternalisasikan nilai-
nilai dasar profesi ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi)
dalam diri PNS untuk membentuk PNS yang jujur, adil, disiplin, berintergritas, dan professional di
Dinas Kesehatan Kota Salatiga.
Kegiatan aktualisasi dengan ketegori kesemuanya inovasi dilaksanakan pada tanggal 16-
27 November 2015 di Dinas Kesehatan. Kegiatannya adalah penyusunan SOP Pemintaan petugas
Kesehatan untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dengan evidence SOP, Pengelolaan
Jadwal petugas kesehatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dengan teknik
komputerisasi dengan evidence e-file pengelolaan jadwal, penyusunan SOP Tes Kebugaran Jasmani
dengan evidence SOP, pembuatan "Report Card" Tes Kebugaran Jasmani dengan evidence kartu
bugar, pembuatan Aplikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani dengan evidence aplikasi hasil tes
kebugaran, penyusunan Buku Pedoman Kesehatan Olahraga Tingkat Puskesmas di Kota Salatiga
dengan evidence buku pedoman upaya kesehatan olahraga di tingkat Puskesmas Kota Salatiga,
pembuatan x-banner Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Medis (SPGDT) dengan evidence x-
banner SPGDT, papan Kontrol Kegiatan Seksi Yandaru dengan evidence papan kontrol kegiatan Seksi
Yandaru tahun 2015, analisis Hasil Tes Kebugaran Jasmani Tahun 2015 dengan evidence laporan hasil
analisis dan telaahan staff yang ditukujan untuk Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga dengan isi
disposisinya, re-design saldo obat dengan penambahan item expired date dengan evidence e-file
saldo obat. Dari seluruh kegiatan aktualisasi yang berjumlah sepuluh dengan kategori kesemuanya
merupakan inovasi semuanya berjalan dengan baik dan menghasilkan evidence.
Dengan adanya aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS diharapkan peserta diklat mampu
membawa perubahan perilaku yang berdampak positif bagi kemajuan Dinas Kesehatan Kota Salatiga
untuk melaksanakan fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan, pelayan masyarakat, dan pemersatu
bangsa.

Kata kunci : ASN, PNS, Dinas Kesehatan, Aktualisasi, Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Inovasi, evidence, Perubahan Perilaku
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… iv
ABSTRAK......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. Tujuan Aktualisasi...………………………………………………… 5
C. Manfaat Aktualisasi…………………………………………………. 6
C. Ruang Lingkup Aktualisasi…………………………………………. 6
BAB II NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Akuntabilitas………………………………..................................... 7
B. Nasionalisme..............................………………………………….. 15
C. Etika Publik..............................…………………………………..... 21
D. Komitmen Mutu...........................………………………………….. 31
E. Anti Korupsi..............................…………………………………..... 37
F. Budaya Kerja Pemerintah Kota Salatiga.......…………………….. 39

BAB III URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI


A. Visi dan Misi Organisasi......……………………………………….. 41
B. Struktur Organisasi.............………………………………………... 48
C. Tugas Pookok dan Fungsi........…………………………………… 49
D. Uraian Tugas.............………………………………………............ 51
BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI
NEGERI SIPIL
A. Keterkaitan Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil dengan Kegiatan
AKtualisasi................................................................. 53
B. Teknik Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil
…………………………………….......................................... 60
C. Jadwal Kegiatan Aktualisasi......…………………………………… 76
BAB V CAPAIAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI
SIPIL DASAR
A. Penyusunan SOP Permintaan Petugas Kesehatan untuk Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) ………………. 77
B. Pengelolaan Jadwal Petugas Kesehatan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK) dengan Teknik Komputerisasi.......... 79
C. Penyusunan SOP Tes Kebugaran Jasmani…………………….. 82
D. Pembuatan “Report Card” Tes Kebugaran Jasmani.................. 85
E. Pembuatan Aplikasi Tes Kebugaran Jasmani.......................... 87
F. Penyusunan Buku Pedoman Kesehatan Olahraga Tingkat Puskesmas di
Kota Salatiga...................................................... 90
G. Pembuatan x-banner Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Medis
(SPGDT)............................................ 92
H. Papan Kontrol Kegiatan Seksi Yandaru..................................... 94
I. Analisis Hasil Kegiatan Tes Kebugaran Jasmani Tahun 2015... 96
J. Re-design Saldo Obat dengan Penmabhana Item Expired
Date............................................................................................ 98
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 101
B. Saran..............………………………………………………………. 101
C. Rencana Tindak Lanjut……………………………………………. 102
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keterkaitan Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil dengan

Kegiatan AKtualisasi …………...........................................….. 53

Tabel 4.2 Teknik Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil

……………………………........................................…….. 60

Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Aktualisasi............…………………………… 76


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Tingkatan Akuntabilitas………...................................... 11

Gambar 3.1 Gambar Struktur Organisasi....................................................... 48

Gambar 5.1 E-File Pengelolaan Jadwal Petugas Kesehatan untuk PPPK..... 81

Gambar 5.2 Aplikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani Perempuan................... 88

Gambar 5.3 Aplikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani Laki-Laki....................... 88

Gambar 5.4 Desain X-Banner Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Medis

(SPGDT) Kota Salatiga.................................................... 93

Gambar 5.5 Papan Control Kegiatan Seksi Yandaru Tahun 2015................. 95

Gambar 5.6 File saldo obat dengan penmabhan item expired date............... 99
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Penyusunan SOP Pemintaan petugas Kesehatan untuk

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)

2. Lampiran2 : Pengelolaan Jadwal petugas kesehatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)

dengan teknik komputerisasi

3. Lampiran 3 : Penyusunan SOP Tes Kebugaran Jasmani

4. Lampiran 4 : Pembuatan "Report Card" Tes Kebugaran Jasmani

5. Lampiran 5 : Pembuatan Aplikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani

6. Lampiran 6 : Penyusunan Buku Pedoman Kesehatan Olahraga Tingkat Puskesmas di Kota Salatiga

7. Lampiran 7 : Pembuatan X-banner Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Medis (SPGDT)

8. Lampiran 8 : Papan Kontrol Kegiatan Seksi Yandaru

9. Lampiran 9 : Analisis Hasil Tes Kebugaran Jasmani Tahun 2015

10. Lampiran 10 : Re-design saldo obat dengan penambahan item expired date

11. Lampiran 11 : Foto konsultasi

12. Lampiran 12 : Form bimbingan mentor dan coach


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.1
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.1
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan
ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan
nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.1
Fungsi pegawai ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat
dan pemersatu bangsa. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.1
Sebagai pegawai ASN wajib : setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang; menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; melaksanakan
tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; bersedia
ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.1
Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten atau
kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah,
dan lembaga teknis daerah.1
Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan
dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Dinas berkedudukan di bawah Bupati atau
Walikota serta bertanggung jawab langsung pada Bupati atau Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Kesehatan memiliki tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang
kesehatan.2
Di era globalisasi masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek, termasuk
terhadap pelayanan di bidang kesehatan yang memuaskan. Dalam memajukan bidang kesehatan
peran stakeholder sangatlah penting. Sehingga dengan demikian keberadaan petugas kesehatan
yang berkompetensi merupakan syarat mutlak hadirnya sistem pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Program Indonesia Sehat yang tertuang dalam rencana strategis Kementrian Kesehatan
tahun 2015-2019 dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan
kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan
pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya. 3
Berdasarkan data Renstra Kemenkes RI, di Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun
2013 telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas, (3-3,5%). Dari sisi kesiapan pelayanan, data
berdasarkan Rifaskes 2011 menunjukkan bahwa pencapaiannya belum memuaskan. Kesiapan
pelayanan umum di Puskesmas baru mencapai 71%, pelayanan PONED 62%, dan pelayanan penyakit
tidak menular baru mencapai 79%. Kekurangsiapan tersebut terutama karena kurangnya fasilitas
yang tersedia; kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan;
dan belum memadainya kualitas pelayanan.3
Pada tahun 2011-2014 cakupan penjaringan kesehatan anak SD/MI di Kota Salatiga telah
mencapai target yaitu 100%. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SMP/MTs di Kota Salatiga pada
tahun 2011 adalah 98,70% meningkat dari tahun sebelumnya namun pada tahun 2012 menurun
menjadi 96,96%. Kemudian pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 99,77% dan pada tahun
2014 menjadi 99,77%. Kemudian cakupan penjaringan kesehatan siswa SMA/MA di Kota Salatiga
pada tahun 2011 yaitu 98,70% jika dibandingkan cakupan tahun 2012 sebesar 92,36%. Tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar 96,74% dan tahun 2014 yaitu 96,74%. Cakupan Kunjungan
Kesehatan Jiwa di Kota Salatiga pada tahun 2011 (0,82%) jika dibandingkan Cakupan Kunjungan
Kesehatan Jiwa pada tahun 2010 (0,85%). Pada tahun 2012 Cakupan Kunjungan Kesehatan Jiwa
meningkat yaitu sebesar 0,90%, tahun 2013 mengalami peningkatan pula menjadi 1,725% dan tahun
2014 sebesar 0,9% walaupun masih jauh di bawah target (15%). Cakupan Rawat Jalan Puskesmas di
Kota Salatiga pada tahun 2010 sebesar 37,74% kemudian menurun menjadi 31,75% pada tahun
2011. Pada tahun 2012 Cakupan Rawat Jalan meningkat menjadi 38% namun pada tahun 2013 ini
menurun menjadi 32,936%. Sedangkan tahun 2014 38% Walaupun demikian dalam lima tahun
terakhir cakupan Rawat Jalan Puskesmas sudah di atas target yaitu 15%. Pada tahun 2011 (169%)
Angka Pemanfaatan Puskesmas di Kota Salatiga lebih rendah dari tahun 2010 yaitu 213,63%
sedangkan Angka Pemanfaatan Puskesmas pada tahun 2012 meningkat lagi yaitu 178%. Angka
Pemanfaatan Puskesmas pada tahun 2013 menurun menjadi 157,489 %. Tahun 2014 menjadi 178%
walaupun masih jauh di atas target (80%). Sedangkan cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level satu
di Kota Salatiga yang harus memberikan sarana kesehatan mencapai 100% pada tahun 2013 dan
2014.4 Walaupun dengan demikian pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan mengingat bidang
kesehatan masih menjadi tolok ukur kesejahteraan masyarakat setelah bidang pendidikan.
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan merupakan pembekalan komprehensif agar CPNS
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai
Aparatur Sipil Negara. Sesuai dengan Peraturan Kepala LAN-RI, Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan III, yang
menggunakan aturan Pola Baru, peserta diklat mengikuti proses pembelajaran yang mencangkup
nilai-nilai dasar profesi PNS yang disebut dengan ANEKA yakni : Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.5
Nilai-nilai dasar itu diberikan dalam pembelajaran di tempat Diklat atau disebut dengan
on-campus dan setelah mendapatkan pembelajaran tersebut peserta diharapkan dapat
mengaktualisasikan kelima nilai dasar saat kembali ke tempat kerja (off-campus). Dalam proses
pembelajaran diklat prajabatan pola baru ini terdapat 6 indikator yaitu : 1. Menyusun rancangan
aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS; 2. Mempresentasikan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar
profesi PNS; 3. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS; 4. Menyusun laporan aktualisasi
nilai dasar profesi PNS; 5. mempresentasikan pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS; 6.
Menerima bantuan untuk penyempurnaan aktualisasi nilai dasar profesi PNS.6
B. Tujuan Aktualisasi
Tujuan pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS adalah untuk :
1. Menginternalisasikan nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, Anti Korupsi) dalam diri PNS untuk membentuk PNS yang jujur, adil, disiplin, berintergritas,
dan professional di Dinas Kesehatan Kota Salatiga
2. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, diatas kepentingan golongan maupun pribadi
3. Memelihara persatuan bangsa serta selalu setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah
Republik Indonesia.
C. Manfaat Aktualisasi
Dengan adanya aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS diharapkan peserta diklat mampu
membawa perubahan perilaku yang berdampak positif bagi kemajuan instansi terkait fungsi ASN
sebagai pelaksana kebijakan, pelayan masyarakat, dan pemersatu bangsa.
D. Ruang Lingkup Aktualisasi
Dalam hal ini aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS saya laksanakan di tempat saya bekerja
yaitu Dinas Kesehatan Kota Salatiga Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan khususnya Seksi
Pelayanan Dasar dan Rujukan.

BAB II
NILAI–NILAI DASAR PROFESI
PEGAWAI NEGERI SIPIL

Ada lima nilai-nilai dasar profesi PNS yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan
PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
A. AKUNTABILITAS
1. Konsep Akuntabilitas
a. Apa yang dimaksud dengan akuntabilitas?
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.7 Nilai-nilai publik tersebut
antara lain adalah :7
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara
kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
2. memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam
politik praktis;
3. memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik;
4. menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara
pemerintahan.

b. Aspek-Aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain
sisi, individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh
sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab
antara kedua belah pihak.7
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut
untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan
berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.7
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang
didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah).7
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau
sanksi.7
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan
kinerja.7
c. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya.7
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:8
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2. untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
3. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
4. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas vertikal
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya,
pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang melibatkan
tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para
pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang independen,
komisi pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.7

d. Bagaimana Tingkatan dalam Akuntabilitas?


Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.7
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan
masalah.
2. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung jawab
untuk memenuhi tanggung jawabnya.
3. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah
“Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”.
4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan
yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada
stakeholders lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
2. Mekanisme akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang
berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja,
sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software
untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi). 7
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas
proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.7
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di
Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah perencanaan
strategis (strategic plans), kontrak kinerja,dan laporan kinerja.7
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan yaitu : kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab (responsibilitas),
keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.7
Lima langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di lingkungan
kerja PNS yaitu : tentukan tanggung jawab dan tujuan, rencanakan apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan, lakukan implementasi dan monitoring kemajuan, berikan laporan secara lengkap,
serta berikan evaluasi dan masukan perbaikan.7
3. Akuntabilitas dalam Konteks
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai
sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini adalah
perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).7
Keterbukaan informasi - memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi
bersandar pada beberapa prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir diseluruh negara
dunia) adalah sebagai berikut : Maximum Access Limited Exemption (MALE), permintaan tidak perlu
disertai alasan, mekanisme yang sederhana, murah, dan cepat, informasi harus utuh dan benar,
informasi proaktif, serta perlindungan pejabat yang beritikad baik.7
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika. Informasi
dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan harus relevant (relevan), reliable (dapat
dipercaya), understandable (dapat dimengerti), serta comparable (dapat diperbandingkan),
sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat
menunjukkan akuntabilitas publik.7
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga
termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-keuangan
(Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain). 7
4. Menjadi PNS yang Akuntabel
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang tepat ketika terjadi
konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis, melayani warga secara adil dan konsisten
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.7
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut yaitu nilai dasar, kode etik
dan kode perilaku, komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik,
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi akademik, jaminan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas, serta profesionalitas jabatan.7
Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat membuat keputusan
dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan yang akuntabel dan beretika sangat penting
dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan pemerintahan.
Dalam prakteknya, penempatan kepentingan umum berarti bahwa: memastikan tindakan dan
keputusan yang berimbang dan tidak bias; bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process;
akuntabel dan transparan; melakukan pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien; berperilaku
sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika sesuai dengan organisasinya serta
mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik
Kepentingan.7
B. NASIONALISME
1. Nilai-Nilai Nasionalisme Pancasila bagi ASN
Nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air dengan tetap menghormati negara-
negara lain. Wawasan kebangsaan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang 1945 tentang diri dan Lingkungan bangsa Indonesia. Wawasan Nusantara adalah
cara pandang Bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa, dan wilayah Negara Kesatuan Indonesia
yang meliputi darat, laut, dan udara diatasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan keamanan. Nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air yang didasarkan
pada nilai – nilai Pancasila.9
a. Sila 1 (Nilai Ketuhanan)
Nilai keTuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai yang positif yang digali dari nilai keagamaan
yang terbuka, membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.
b. Sila 2 (Nilai Kemanusiaan)
Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, saling menghargai antar sesama, mengakui persamaan
derajat, persamaan hak, dan kewajiban setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Nilai
kemanusiaan juga berperan dalam hubungan dengan negara lain secara bebas aktif.
c. Sila 3 (Nilai Persatuan)
Bekerja sama demi persatuan dan kesatuan bangsa, menempatkan kepentingan publik daripada
kepentingan diri sendiri demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila 4 (Nilai permusyawaratan dalam kehidupan sehari – hari)
Perwujudan dari demokrasi permusyawaratan yakni demokarasi yang kerakyatan (penghormatan
terhadap suara rakyat), permusyawatan (kekeluargaan), dan hikmat kebijaksanaan.
e. Sila 5 (Nilai keadilan)
Mengembangkan sikap adil terhadap semua tingkat sistem kemasyarakatan, menyediakan
kesetaraan kesempatan dalam proses fasilitasi akses informasi dan layanan
2. ASN Sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik. Secara teoritis, kebijakan publik
dipahami sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Bertolak dari pengertian di atas, ASN sebagai bagian dari pemerintah atau sebagai aparat sipil negara
memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan publik. Dengan kata lain, ASN adalah aparat pelaksana
(eksekutor) yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan
kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor
pemerintahan.1
Sifat-sifat kebijakan publik tersebut harus dimengerti oleh ASN sebagai pelaksana kebijakan
publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, sebagai pelaksana, ASN
harus mempertimbangkan aspek penting dalam upaya pencapaian tujuan dimaksud. ASN juga
dituntut sebagai pelaksana kebijakan publik untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan publik.9
Di samping itu, Undang-Undang ASN juga memberikan jaminan kepada aparatur sipil
(birokrat) bebas dari intervensi kepentingan politik, bahkan bebas dari intervensi atasan yang
memiliki kepentingan subjektif. Hal ini merupakan upaya untuk mendorong ASN yang berorientasi
kepada kepentingan publik. UU ASN dibangun atas dasar kompetensi dan profesionalisme yang
memadai sebagai sebuah persyaratan. Pandangan tersebut didasarkan atas paradigma bahwa ASN
merupakan aparatur profesional yang kompeten, berorientasi pelayanan publik, dan loyal kepada
negara dan aturan perundang-undangan.9
Ciri-ciri pelayanan publik yang mementingkan kepentingan publik adalah lebih
mengutamakan apa yang diinginkan masyarakat dan pada hal tertentu pemerintah juga berperan
untuk memperoleh masukan dari masyarakat atas pelayanan yang dilaksanakan. Sebagai unit kerja
publik, pemerintah bekerja untuk memenuhi (memproduksi, mentransfer, mendistribusikan) dan
melindungi kebutuhan, kepentingan dan tuntutan pihak yang diperintah sebagai konsumen. Dengan
demikian, yang menjadi ukuran keberhasilan layanan publik adalah terpenuhinya kepentinga
masyarakat umum atau segala sesuatu yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Hal ini
dapat dipenuhi jika ASN juga berpegang pada dua belas kode etik dan kode perilaku yang telah diatur
dalam UU ASN, terutama upaya untuk mendorong agar ASN berintegritas tinggi. Tujuan dari itu
semua adalah untuk dapat mengaktualisasikan wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme dalam
menjalankan profesinya sebagai pelayan publik yang berintegritas.9
3. ASN Sebagai Pelayan Publik
Untuk menjaga agar pelayanan publik dan pelaksanaan fungsi pemerintahan dan
pembangunan dapat berjalan secara kontinyu dan relatif stabil, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara
yang profesional dan cukup independen dari struktur politik pemerintahan negara. Di samping itu,
mendorong profesionalisme dan sifat melayani dari ASN yang berintegritas tinggi juga bertujuan
untuk mengatasi sifat kecenderungan birokrasi yang dapat mengalami kemunduran dalam
pelayanan publik, yang disebut sebagai patologi birokrasi. Patologi ini membuat birokrasi juga dapat
memiliki kecenderungan mengutamakan kepentingan sendiri, mempertahankan status quo dan
resisten terhadap perubahan serta melakukan pemusatan kekuasaan. Akibatnya muncul kesan
bahwa birokrasi cenderung lebih banyak berkutat pada aspek-aspek prosedural ketimbang
mengutamakan substansinya, sehingga lambat dan dapat menghambat kemajuan. 9
Untuk menghindari kecenderungan patologis tersebut maka perlu diatur agar ASN dapat
bekerja secara lebih profesional serta memegang prinsip sebagai pelaksana kebijakan publik dan
memberikan pelayanan publik yang prima sebagai pemersatu bangsa.8 Berdasarkan Undang-Undang
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik dipahami sebagai kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.10
Suatu pelayanan harus diberikan secara maksimal oleh aparat pemerintah hingga tercapai
kepuasaan pelanggan atau dalam hal ini adalah masyarakat umum yang disebut sebagai pelayanan
prima. Sederhananya, pelayanan prima (exellent service) dapat didefinisikan sebagai pelayanan yang
sesuai dengan standar pelayanan dan memuaskan pelangggan. Pelayanan yang baik adalah
pelayanan yang dapat memberi kepuasan yang optimal dan terus-menerus bagi pelanggan.9
Dengan demikian, suatu pelayanan dikatakan bersifat prima jika telah memenuhi SPM.
Keberadaan standard layanan minimum (SPM) ini sangat penting menjadi ukuran suatu layanan
disebut sebagai pelayanan prima. SPM merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu
pembakuan pelayanan yang baik. Dengan kata lain, SPM adalah tolok ukur yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah dalam hal ini adalah
ASN kepada masyarakat untuk menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas.9
Selain profesional dan melayani ASN juga dituntut harus memiliki integritas tinggi, yang
hal ini merupakan bagian dari kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN.
Berdasarkan pasal 5 UU ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN yang menjadi acuan
etika birokrasi pemerintahan. Etika ini dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang apa
yang harus dilakukan oleh aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan politik, dan sekaligus
digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan
politik dapat dikatakan baik atau buruk. Etika birokrasi penting sebagai suatu panduan norma bagi
aparat birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi harus
menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasinya. Etika
harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar mengutamakan kepentingan
masyarakat luas.1
4. ASN Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
Dalam UU No 5 tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait sumpah dan janji ketika diangkat menjadi
PNS, disana dinyatakan bahwa PNS akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD 1945, negara dan pemerintah.1 Menurut Edi M Toha dalam Papernya Separatism and The Unity
of Indonesia (2009) kenapa Persatuan Indonesia dijadikan sila ketiga dari Pancasila, karena diambil
dari pengalaman bangsa Indonesia dimasa penjajahan, dimana bangsa Indonesia sulit untuk bisa
mendapatkan kemerdekaan dari penjajah Belanda yang sudah mulai berada di Indonesia pada abad
ke 16.11
Berdasarkan isi Sumpah Pemuda, Ada tiga aspek dari Persatuan Indonesia yaitu : 9
1. Aspek Satu Nusa: yaitu aspek wilayah, nusa berarti pulau, jadi wilayah yang dilambangkan untuk
disatukan adalah wilayah pulau-pulau yang tadinya bernama Hindia Belanda yang pada saat itu
dijajah oleh Belanda. Ini untuk pertama kali secara tegas para pejuang kemerdekaan meng-klaim
wikayah yang akan dijadikan wilayah Indonesia merdeka.
2. Aspek Satu Bangsa: yaitu nama baru dari suku-suku bangsa yang berada diwilayah yang tadinya
bernama Hindia Belanda yang tadinya dijajah oleh Belanda memproklamirkan satu nama baru
sebagai bangsa Indonesia. Ini adalah awal mula dari rasa nasionalisme sebagai kesatuan bangsa yang
berada dari wilayah Sabang sampai Merauke yang kalau merdeka akan menjadi bangsa baru yang
bernama bangsa Indonesia.
3. Aspek Satu Bahasa: agar wilayah dan bangsa baru yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa bisa
berkomunkasi dengan baik disediakan sarana bahasa Indonesia yang ditarik dari bahasa Melayu
dengan pembaharuan yang bernuansakan pergerakan kearah Indonesia yang Merdeka. Untuk
pertama kali para pejuang kemerdekaan memproklamirkan bahasa yang akan dipakai negara
Indonesia merdeka yaitu bahasa Indonesia.
C. ETIKA PUBLIK
1. Kode Etik dan Perilaku Pejabat Publik
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuanketentuan
tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang
teguh oleh sekelompok profesional tertentu.12
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai
berikut:1
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien.
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan.
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni
sebagai berikut:1
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna,
berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik,
yakni:1
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana
kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:12
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik
membentuk integritas pelayanan publik. Moral dalam etika publik menuntut lebih dari kompetensi
teknis karena harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam
pelayanan publik.
b. Dimensi Modalitas
Unsur-Unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas, transparansi dan netralitas.
Akuntabilitas berarti pemerintah harus mempertanggungjawabkan secara moral, hukum dan politik
atas kebijakan dan tindakan-tindakannya kepada rakyat. Transparansi mengandung arti bahwa
peraturan, prosedur, pelaksanaan harus jelas dan lengkap dan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang
melaksanakan.
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Merupakan tindakan yang sesuai dengan nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema
moral yang tercermin dalam kesederhanaan hidup; Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari
pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat. Etika publik juga
merupakan niat baik seorang pejabat publik yang didukung oleh institusi sosial seperti hukum,
aturan, kebiasaan, dan sistem pengawasan.
Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknik dan
leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak
peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah. Etika publik
merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai (kejujuran, solidaritas, keadilan,
kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat atau kebaikan orang lain.12
Profesionalitas merupakan persyaratan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi pejabat
publik. Oleh karena itu harus dianut prinsip ”the right man on the right job”, menempatkan orang
yang tepat pada posisinya sesuai dengan kemampuannya.12
Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting, setidaknya
mencakup tiga aspek penting yakni: Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua,
merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah
amanah, yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. 12
Perubahan mindset yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem manajemen,
mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk mendukung
terwujudnya good governance. Dalam Reformasi Birokrasi ada 8 area perubahan yang harus
dilakukan oleh seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia
yakni:12
a. Manajemen Perubahan
b. Penataan Peraturan Perundang-undangan
c. Penataan dan Penguatan Organisasi
d. Penataan Tatalaksana
e. Penataan Sistem Manajemen SDM
f. Penguatan Akuntabilitas
g. Penguatan Pengawasan
h. Peningkatan Pelayanan Publik
’Good governance’ mengandung makna: Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi
keinginan/kehendak masyarakat dalam pencapaian tujuan nasional, kemandirian, pembangunan
berkelanjutan, dan keadilan sosial; Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan
efisien dalam pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan tersebut.12
2. Bentuk-Bentuk Kode Etik dan Implikasinya
Sistem sanksi dalam norma hukum sebagian besar bersifat paksaan (coercive) dan karena
itu memerlukan aparat penegak hukum yang dibentuk atau difasilitasi oleh negara. Sebaliknya,
sistem sanksi dalam norma etika tidak selalu bersifat paksaan sehingga pembebanan sanksi kepada
pelanggar norma berasal dari kesadaran internal, sanksi sosial atau kesepakatan bersama yang
terbentuk karena tujuan dan semangat yang sama di dalam organisasi. Norma etika justru sangat
menentukan perumusan kebijakan maupun pola tindakan yang ada di dalam organisasi publik. 12
Dalam banyak hal, ketika norma etika sudah ditaati dengan baik sesungguhnya para
penegak hukum tidak perlu bekerja keras karena tata-tertib sosial sudah dapat dijamin dengan
sendirinya. Dengan kata lain, jika aparat pemerintah maupun masyarakat sudah memiliki dasar
norma etika yang kuat, ketaatan terhadap norma hukum akan mengikuti dan biasanya korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan atau bentukbentuk penyimpangan lain akan dapat dicegah sejak dini. 12
Kode etik biasanya merupakan hasil dari kesepakatan atau konsensus dari sebuah kelompok
sosial dan pada umumnya dimaksudkan untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi. Dalam
sebuah organisasi yang begitu besar seperti negara, para pejabat dan pegawai harus memahami
betapa pentingnya kesamaan semangat dan perilaku yang produktif agar tujuan pelayanan publik
tercapai dengan baik.12
Maka sebagai aparat pemerintah, para pejabat publik wajib menaati prosedur, tata-kerja,
dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah. Sebagai pelaksana
kepentingan umum, para pejabat atau pegawai wajib mengutamakan aspirasi masyarakat dan peka
terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dan sebagai manusia yang bermoral, pejabat dan
pegawai harus memperhatikan nilai-nilai etis di dalam bertindak dan berperilaku. Dengan kata lain,
seorang pejabat dan pegawai pemerintah harus memiliki kewaspadaan profesional dan
kewaspadaan spiritual. Kewaspadaan profesional berarti bahwa dia harus menaati kaidah-kaidah
teknis dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang pembuat
keputusan. Sementara itu, kewaspadaan spiritual merujuk pada penerapan nilai-nilai kearifan,
kejujuran, keuletan, sikap sederhana dan hemat, tanggung-jawab, serta akhlak dan perilaku yang
baik.12
Dengan ditaatinya kode etik yang berlaku bagi ASN secara umum, diharapkan bahwa para
pejabat publik dapat menjalankan tugas-tugasnya seraya berperilaku sebagai pendukung nilai-nilai
moral dan sekaligus pelaksana nilai-nilai etika publik dalam tindakan-tindakan nyata.12
nilai-nilai sebagai pelayan publik yang bermartabat dan luhur akan dapat dipertahankan.
Dan di sisi lain, warga masyarakat akan memiliki kepercayaan (trust).12
Legitimasi kekuasaan kebanyakan bersumber dari religi atau keyakinan agama. legitimasi
religius itu tidak cukup untuk menjamin bahwa hak-hak istimewa yang telah dipersembahkan untuk
raja-raja itu dipergunakan sebagaimana mestinya. legitimasi sosiologis, bahwa keabsahan kekuasaan
seharusnya secara rasional untuk kepentingan bersama dalam suatu organisasi besar yang dikenal
sebagai negara. Jika legitimasi sosiologis melihat kewenangan atas kekuasaan berdasarkan bulat
tidaknya kesepakatan yang terjelma dalam masyarakat. legitimasi paling kuat adalah yang
memenuhi landasan legitimasi etis. Ada tiga alasan mengapa legitimasi etis ini demikian penting.
Pertama, karena landasan etis memiliki basis yang sangat kuat bagi perilaku manusia, maka
keabsahan penggunaan kekuasaan akan pasti terjamin jika sudah memenuhi kaidah-kaidah etis.
Kedua, legitimasi etis berada di belakang setiap tatanan normatif dalam perilaku manusia. Karena
norma etika menjadi penopang dari berbagai ideologi dan aturan-aturan hukum yang terdapat di
dalam masyarakat, maka legitimasi etis akan menjadi landasan yang sangat kokoh bagi
dipergunakannya sebuah kekuasaan. Ketiga, karena etika tidak mendasarkan diri pada pandangan-
pandangan moral de facto yang berlaku dalam masyarakat saja, legitimasi etis tidak akan pernah
dibatasi oleh ruang dan waktu.12
Konflik kepentingan adalah tercampurnya kepentingan pribadi dengan kepentingan
organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian tujuan organisasi. Penyalahgunaan
kekuasaan, pengerahan sumberdaya publik yang kurang optimal, dan peningkatan kesejahteraan
rakyat terabaikan. Pengaruh buruk dari adanya konflik kepentingan secara rinci dapat dijelaskan
dalam berbagai bentuk perilaku sebagai berikut :12
a. Aji mumpung (self-dealing); memanfaatkan Kedudukan politis untuk kepentingan yang sempit dan
sistem nepotisme.
b. Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft).
c. Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling); memanfaatkan pengaruh untuk
kepentingan karir atau bisnis yang sempit.
d. Pemanfaatan fasilitas organisasi / lembaga untuk kepentingan pribadi.
e. Pemanfaatan informasi rahasia; mengacaukan kedudukan formal dengan keuntungan yg diperoleh
secara informal.
f. Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting); menggunakan kedudukan dalam
pemerintahan untuk investasi pribadi.
Paul Douglas (1993:61), mengemukakan beberapa tindakan yang harus dihindari karena
termasuk di dalam kategori konflik kepentingan, yaitu:13
a. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk keuntungan pribadi dengan
mengatasnamakan jabatan kedinasan.
b. Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta pada saat ia melaksanakan transaksi untuk
kepentingan kedinasan atau kepentingan pemerintah.
c. Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pada saat ia berada dalam tugas-tugas
sebagai pejabat pemerintah.
d. Membocorkan infrormasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasia kepada pihak-pihak yang
tidak berhak.
e. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang di luar instansi pemerintah yang dalam menjalankan
bisnis pokoknya tergantung kepada izin pemerintah.
Berikut ini adalah sebagian dari sumber-sumber kode etik yang telah berkembang dalam sistem
administrasi publik sejak kemerdekaan :12
a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan
Anggota Angkatan Perang
b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai
Negeri Sipil.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
Kode Etik mencoba merumuskan nilai-nilai etis luhur ke dalam bidang tertentu, dalam hal
ini pada tugas-tugas pelayanan publik. Pelaksanaannya dalam perilaku nyata, tergantung kepada
niat baik dan sentuhan moral yang ada dalam diri para pegawai atau pejabat sendiri. setiap pegawai
dan pejabat diharapkan menaatinya dengan kesadaran yang tulus.12
Setiap manusia adalah baik dan suka hal-hal yang baik. Apabila ada orang-orang yang
menyimpang dari kebaikan, itu semata-mata karena dia tidak tahu norma untuk bertindak dengan
baik atau tidak tahu cara-cara bertindak yang menuju ke arah kebaikan. Hal yang diperlukan adalah
suatu peringatan dan sentuhan nurani yang terus-menerus untuk menggugah kesadaran moral dan
melestarikan nilainilai tersebut dalam kehidupan dan interaksi antar individu. 12

3. Aktualisasi Etika Aparatur Sipil Negara


Bahwa dalam setiap aktifitas seorang baik sebagai Aparatur Sipil Negara maupun sebagai
anggota masyarakat selalu melekat di dalamnya nilai-nilai etika. Oleh karena itu, seperti yang telah
terjadi pada saat ini banyaknya anggota ASN yang terjerat hukum, maka setiap Aparatur Sipil Negara
dalam setiap kegiatan dan aktifitasnya harus selalu berhati-hati dan agar tidak bertentangan dengan
nilai-nilai etika yang harus selalu dijunjung dan ditegakkan.12

D. KOMITMEN MUTU
1. Efektivitas, Efisiensi, Inovasi, dan Mutu Penyelenggaraan Pemerintah
Efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi
pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang
ke luar alur. Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien antara lain: penghematan,
ketercapaian target secara tepat sesuai dengan yang direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak: pimpinan, pelanggan, masyarakat,
dan pegawai itu sendiri. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak efisien
adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak, menurunkan
kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat, bahkan akan menimbulkan kerugian secara
finansial.14
Inovasi dilandasi oleh keberanian berinisiatif untuk menampilkan kreativitas, sehingga
inovasi akan menjadi faktor yang membuat organisasi tumbuh, berubah, berkembang, dan berhasil.
Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan. 14
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
(customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga
dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang
dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing (competitors).14
Karakteristik ideal dari tindakan yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik, antara lain: diarahkan untuk meningkatkan kepuasan
masyarakat sebagai pelanggan, baik menyangkut layanan yang merujuk pada producer view maupun
customer view. Proses implementasi manajemen mutu diawali dengan menganalisis masalah yang
telah diidentifikasi, kemudian menyusun rencana mutu, melaksanakan pekerjaan berbasis rencana
mutu, mengawal pelaksanaan, dan mengawasi ketercapaiannya, dan merancang upaya
peningkatannya agar dapat membangun kredibilitas lembaga pemerintah.14
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk senantiasa memperbaiki mutu layanan dari pegawai
ASN kepada publik. Misalnya: memahami fungsi, tugas pokok, dan peran masing-masing; kompeten
pada bidang pekerjaannya; memiliki target mutu layanan; memahami karakter masyarakat yang
membutuhkan layanan; menguasai teknik pelayani prima dengan memberikan layanan prima dan
bersedia menerima kritik untuk perbaikan ke depan.14
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level puncak (corporate level)
bertanggung jawab atas mutu layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun citra
kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic business unit level tanggung jawab mutu
berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan target masing-
masing. Pada level fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di
unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu berkaitan dengan
aktivitas/rencana aksi yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja.14
Produktivitas merupakan rasio antara output dengan input, baik dari sisi proses maupun
hasil. Dari sisi proses, produktivitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan produk/jasa,
sedangkan dari sisi hasil, produktivitas menunjukkan capaian hasil (output) yang diperoleh dalam
kurun waktu tertentu berdasarkan target yang direncanakan.14
Implementasi pendekatan inovatif dalam penyelenggaraan layanan pemerintahan
merupakan sebuah keniscayaan, khususnya dalam rangka meningkatkan kepuasan publik atas
layanan aparatur. Oleh karena itu, setiap institusi pemerintah mesti mempersiapkan diri untuk
melakukan perubahan internal untuk menghadapi perubahan ekternal.14
Upaya peningkatan produktivitas PNS sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan dapat
dilakukan melalui banyak cara, misalnya: peningkatan kompetensi, motivasi, penegakan disiplin,
serta pengawasan secara profesional untuk mengawal kinerja PNS agar tetap berada di jalur yang
tepat, tidak melakukan penyimpangan.14
2. Aktualisasi, Inovasi, dan Komitmen Mutu
Mutu kinerja aparatur dalam memberikan layanan kepada masyarakat dewasa ini masih
banyak yang tidak mengindahkan ketentuan peraturan perundangundangan. Masih banyak ditemui
berbagai praktik penyimpangan yang dilakukan oleh “oknum” aparatur yang tidak bertanggung
jawab, ketika mereka memberikan layanan publik.14
Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud akuntabilitas dari pemerintah selaku
penyedia layanan publik. Pelayanan publik yang bermutu akan menciptakan kepercayaan publik
kepada pemerintah. Perubahan dalam bidang pelayanan, menuntut adanya perubahan pola pikir
dan budaya kerja aparatur (mind set and culture set), sehingga tuntutan akan adanya pembangunan
budaya mutu sudah mutlak.14
Posisi pegawai ASN sebagai aparatur memiliki tanggung jawab utama untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Aparatur bekerja untuk kesejahteraan dan kepuasan masyarakat,
melalui pelayanan yang adil dan bermutu. Faktor-faktor yang bisa menjadi pendorong sekaligus
menghambat upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur yang kreatif, inovatif, dan komitmen
terhadap mutu, antara lain: perubahan pola pikir (mindset) aparatur, pergeseran budaya kerja,
perbaikan tata kelola pemerintahan (good corporate governance).14
Inovasi layanan akan membawa perubahan yang dapat meningkatkan kepercayaan publik
terhadap institusi pemerintah. Inovasi layanan akan berhasil dengan baik apabila dijalankan oleh
aparatur yang memiliki kompetensi sesuai syarat jabatan (knowledge worker) dan memiliki tanggung
jawab secara profesional.14
Inovasi dapat menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, menambah
keuntungan, memperkuat organisasi dalam meningkatkan daya saing di era ekonomi global,
meningkatkan kemampuan organsasi dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Inovasi juga penting untuk keluar dari situasi pasar yang lambat dan stagnan menjadi beralih kepada
area operasional lain.14
Inovasi pelayanan publik tidak bergerak dalam ruang hampa, sehingga perlu didukung oleh
unsur-unsur yang mendukung seperti pegawai yang mempunyai jiwa kreatif dan inovatif serta faktor
pendorong lainnya. Sifat kreatif pegawai ditandai oleh karakteristik berikut: (1) senantiasa merasa
butuh untuk terus mengembangkan kemampuannya; (2) dinamis dan berpikir kritis terhadap situasi
yang berkembang; (3) menjadikan keterbatasan sebagai sarana untuk melakukan kreativitas dan
inovasi. Sedangkan faktor pendorong yang memfasilitasi lahirnya kreatifitas dan inovasi adalah: (1)
Kepemimpinan yang memiliki visi dan misi untuk melakukan perubahan yang lebih baik; (2)
Lingkungan kerja yang mendorong terciptanya kreativitas kerja,; (3) Budaya organisasi yang
menfasilitasi terjadinya inovasi, seperti budaya kerja dinamis, kreatif, tidak cepat puas, tidak cepat
menyerah, pekerja keras, malu jika tidak berbuat lebih baik, dan dapat mengapresiasi hasil karya
orang lain.14
Co-production mengubah hubungan di antara pengguna jasa dan penyedia, yang
memungkinkan pengguna untuk mengambil lebih banyak kontrol dan kepemilikan. Hal ini menjadi
penting untuk menyelaraskan hasil dengan aspirasi dan kebutuhan warga. Inovasi dalam pelayanan
publik sangat terkait dengan kapasitas organisasi dan tuntutan lingkungan eksternal untuk
melakukan perubahan yang lebih baik. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PBB Pelayanan
Publik Awards PBB terdapat sejumlah prinsip kunci dan strategi untuk inovasi dalam pemerintahan
sebagai sesuatu yang penting, yaitu: (1) Mengintegrasikan layanan; (2) Desentralisasi pelayanan; (3)
Memanfaatkan kemitraan; (4) Melibatkan warga negara; (5) Mengambil keuntungan dari Teknologi
Informasi dan Komunikasi (6), Inovasi dalam Pemerintahan dan Administrasi Umum. 14
Aparatur yang kreatif akan tercermin dari perilakunya yang memiliki dorongan kuat untuk
senantiasa mencari kebaruan, menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, dan
menciptakan keunikan yang berujung pada lahirnya karya inovatif. Kreativitas dalam pelayanan
merupakan aktualisasi hasil berpikir kreatif, untuk memberikan layanan yang memuaskan bagi
masyarakat sebagai customers. Layanan yang diberikan dapat memberikan manfaat dan nilai
tambah yang sesuai dengan harapan mereka.14
Berpikir kreatif menunjukkan kemampuan orang untuk menghasilkan atau menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Proses berpikir kreatif membutuhkan daya imajinasi yang tinggi,
yang mampu ke luar dari rutinitas atau berbeda dari kebiasaan sehari-hari.14
Penyelenggaraan kerja yang kreatif, inovatif, dan berkomitmen terhadap mutu, akan sangat
bermanfaat baik bagi aparatur, institusi, maupun masyarakat yang dilayani. Semua pihak akan
merasakan kepuasan dan nilai tambah atas layanan yang diberikan.14
E. ANTI KORUPSI
1. SADAR ANTI KORUPSI
Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau
kebrobokan. Dalam bahasa yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap,
tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, material, mental dan
umum. Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya
dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan suatu status atau yang menyangkut diri
pribadi atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi (Robert
dan Klitgaard).15
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian keuangan negara namun dapat
menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat pula
bersifat jangka panjang. Membahas fenomena dampak korupsi sampai pada kerusakan kehidupan
dan dikaitkan dengan tanggungjawab manusia sebagai yang diberi amanah untuk mengelolanya
dapat menjadi sarana untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk anti korupsi. 16
Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu ingat
akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang
dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat menjadi benteng kuat untuk anti
korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan menghasilkan niat yang baik dan mendorong
untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses
atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik, agar dapat dipertanggungjawabkan juga secara
publik.16
2. SEMAKIN JAUH DARI KORUPSI
Identifikasi nilai dasar anti korupsi adalah jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab,
kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Kata kunci untuk menjauhkan diri dari korupsi adalah
internalisasi integritas pada diri sendiri dan hidup atau bekerja dalam lingkungan yang menjalankan
sistem integritas dengan baik. Penanaman nilai integritas dapat dilakukan dengan pendekatan
beragam cara, diantaranya melalui : 1) Kesediaan, 2) Identifikasi dan 3) Internalisasi. Tingkat
permanensi penanaman ataupun perubahan sikap dan perilaku melalui pendekatan internalisasi
akan lebih permanen dibandingkan dengan identifikasi dan kesediaan.16
Nilai, keyakinan, kebiasaan, dan konsep diri manusia terdapat pada area bawah sadar.
Untuk melakukan penanaman atau perubahan nilai, keyakinan, kebiasaan dan konsep diri, perlu
dilakukan dengan pendekatan atau teknik khusus yang cocok untuk bawah sadar. Teknik-teknik
khusus untuk bawah sadar dapat dilakukan apabila kemampuan Anchoring, Utilisasi, Rileksasi,
Amplifiying, Modality, Asosiasi dan Sugesti dikuasai dengan baik, kemampuan tersebut disingkat
menjadi AURA MAS.16
Beragam jenis dan bentuk sistem integritas untuk menjaga suatu organisasi mencapai
tujuannya secara berintegritas, diantaranya : 1) Kebijakan perekrutan dan promosi, 2) Pengukuran
Kinerja, 3) Sistem dan Kebijakan Pengembangan SDM, 4) Pengadaan Barang dan Jasa, 5) Kode Etik
dan Pedoman Perilaku, 6) Laporan Harta Kekayaan Penyelengara Negara, 7) Program Pengendalian
Gratifikasi, 8) dan lain-lain.16
Dalam upaya sistem mampu memastikan organisasi mencapai tujuannya dan menjaga
individu dalam organisasi, maka kematangan pelaksanaan programnya dilaksanakan secara optimal
lewat tahapan :1) Not Performance (belum ada kinerja), 2) Adhoc, (sementara, reaktif , mendadak)
3) Planned (terencana dan teroganisasi dengan baik) 4) Institutionalized (menyatu dengan sistem
organisasi 5) Evaluated (telah dapat dievaluasi) 6) Optimized (dapat dioptimalkan).16

F. BUDAYA KERJA PEMERINTAH KOTA SALATIGA


Pemerintah Kota Salatiga menetapkan nilai-nilai budaya kerja yang yang harus dimiliki
setiap PNS Kota Salatiga melalui Peraturan Walikota salatiga Nomor 52 Tahun 2012 tentang budaya
kerja “SMART”.17
Nilai-Nilai Budaya Kerja pemerintah kota Salatiga “SMART” mengandung makna :17
a. Sembada, yaitu dalam setiap pikiran, perilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan tugas didasarkan
atas semangat bekerja secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab yang meliputi menepati
janji, rajin, pantang menyerah, dan siap menanggung risiko pekerjaan.
b. Mumpuni, yaitu dalam setiap pikiran, perilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan tugas dilakukan
secara baik, tuntas, dan sesuai kompetensi/ keahlian; yang meliputi prakarsa, mandiri, analitis,
berwawasan luas, tanggap terhadap kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi.
c. Andarbeni, yaitu dalam setiap pikiran, perilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan tugas didasarkan
atas rasa kekeluargaan, kesetiakawanan, dan rasa ikut memiliki yang meliputi tenggang rasa, rukun,
kerja sama, serta menjaga dan memelihara sarana prasarana kantor
d. Resik, yaitu dalam setiap pikiran, perilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan tugas didasarkan atas
norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum yang meliputi jujur, bersih
lingkungan, tertib, ramah, sopan santun, serta menjauhi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
e. Tresna, yaitu dalam setiap pikiran, perilaku, dan tindakan dalam pelaksanaan tugas didasarkan atas
kecintaan terhadap pekerjaan, lingkungan kerja, dan selalu berorientasi pada hasil kerja yang
maksimal.
BAB III
URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi
dan Uraian Tugas Pejabat Struktural pada Dinas Daerah Kota Salatiga disebutkan bahwa Dinas
Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang kesehatan.2
A. VISI DAN MISI ORGANISASI
1. VISI
Visi Dinas Kesehatan Kota Salatiga adalah : “Masyarakat KOTA SALATIGA yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan”
a. “Sehat” mempunyai arti meningkatnya Kondisi derajat Kesehatan masyarakat yang dapat dilihat
melalui indikator-indikator kesehatan yaitu: menurunnya Angka Kesakitan, menurunnya Angka
Kematian, meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat dan meningkatnya Umur Harapan hidup.
b. “Mandiri” mempunyai arti masyarakat di Kota Salatiga mengetahui permasalahan kesehatan dan
mampu mengatasi permasalahannya sendiri serta berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.
c. “Berkeadilan” mempunyai arti Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan kualitas
prima secara adil kepada seluruh lapisan masyarakat.
Visi diatas diatas menempatkan masyarakat Kota Salatiga sebagai subjek dan objek dalam
pembangunan kesehatan yang intinya semuanya berbasis masyarakat. Dalam hal ini Dinas
Kesehatan bergerak sebagai penggerak dan fasilitator kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan masyarakat.
Sebagai acuan moral pelaksanaan visi tersebut diatas Dinas Kesehatan berpedoman pada Nilai-Nilai
:
a. Berpihak pada Masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Salatiga akan selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan,dengan berupaya mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi tingginya bagi setiap orang tanpa membedakan suku, agama, golongan, dan status sosial
ekonomi.
b. Bertindak Cepat dan Tepat
Setiap masalah kesehatan diupayakan untuk diatasi secara tepat dengan didasarkan pertimbangan
yang cermat sehingga Dinas Kesehatan Kota Salatiga dapat melakukan intervensi yang tepat sasaran
terutama bagi masalah kesehatan yang bersifat darurat.
c. Kerjasama Tim
Dinas Kesehatan Kota Salatiga membangun tim yang utuh dan kompak serta membina kerjasama
tim yang menerapkan prinsip Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi.
d. Integritas Tinggi
Seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kota Salatiga berkomitmen mewujudkan visi dan melaksanakan
tugas penuh integritas, tulus, jujur, dan berkepribadian teguh serta bermoral tinggi.
e. Transparan dan Akuntabel
Seluruh kegiatan pembangunan kesehatan yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota
Salatiga harus dilaksanakan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
2. MISI
Misi adalah pernyataan tentang tujuan operasional SKPD Dinas Kesehatan Kota Salatiga yang
diwujudkan dalam bentuk Produk Pelayanan sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas, misi
mencerminkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan Misi Dinas Kesehatan
Kota Salatiga.
Untuk mewujudkan Visi, maka perlu disusun rumusan Misi yang merupakan uraian umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan kondisi kesehatan dimasa
mendatang.maka dirumuskan Misi Dinas Kesehatan Kota Salatiga untuk periode 2011-2016:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, keluarga dan lingkungan secara optimal.
b. Mendorong pembangunan yang berwawasan kesehatan
c. Meningkatkan Status Gizi Masyarakat.
d. Pemberdayaan masyarakat, Swasta/LSM dan Dunia Usaha dalam bidang Kesehatan.
e. Melindungi kesehatan masyarakat yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
Misi ini diajabarkan dalam beberapa tujuan antara lain:
a. Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Ibu, bayi, balita, keluarga secara optimal memiliki tujuan:
1) Menurunkan angka kematian ibu,bayi dan balita.
Penurunan angka kematian ibu atau AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup (KH) yang disebabkan oleh
kehamilan pengelolaannya,kecuali yang disebabkan oleh kecelakaan. AKI merupakan salah satu
indikator penting yang merefleksikan derajat kesehatan di suatu Negara yang mencakup tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat,status gizi dan kesehatan ibu,kondisi kesehatan lingkungan serta
tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas.
Penurunan Angka Kematian Bayi atau AKB memiliki korelasi yang erat dengan kesehtan bayi
dan AKB faktor kesehatan ibu saat hamil dan bersalin berkontribusi terhadap kondisi kesehtan bayi
yang dikandung serta resiko bayi yang dilahirkan dengan lahir mati. Angka kematian Bayi atau AKB
adalah Jumlah Kematian Bayi (Usia 0-11 bulan) setiap 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu,upaya penurunan Angka kematian Bayi atau AKB perlu dipacu untuk mencapai target AKB
berdasarkan Millenneum Development Goals atau MDGs. Komitmen untuk terus melakukan
percepatan penurunan AKB tetap diperlukan.Bayi sangat rentan terhadap keadaan kesehatan dan
kesejahteraan yang buruk ; karena itu Angka Kematian Bayi atau AKB merefleksikan derajat
kesehatan masyarakat sekaligus juga mencerminkan Umur harapan hidup pada saat lahir.
Penurunan AKB menunjukan adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Penurunan Angka Kematian Balita. AKABA adalah jumlah nak yang dilahirkan pada tahun
tertentu dan meninggal sebelum mecapai Usia 5 tahun,dan dinyatakan sebagai angka per 1000
kelahiran hidup. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi social,ekonomi dan lingkungan anak anak bertempat tinggal termasuk
pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Balita atau AKABA sering dipakai untuk
mengidentifikasikan kesulitan ekonomi penduduk.
2) Menurunkan Angka kesakitan Penyakit menular
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh
produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit
penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang
rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang
penjamu melalui vector atau melalui lingkungan. Angka kesakitan Penyakit menular
menggambarkan Perilaku masyarakat baik secara pengetahuan maupun secara sadar dalam
melaksanakan gaya hidup sehat serta gambaran pelayanan kesehatan.
3) Meningkatkan Survailens Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak menular (PTM) adalah penyakit yang dianggap tidak dapat menularkan atau
disebarkan melalui seseorang kepada orang lain,sehingga bukan merupakan sebuah ancaman bagi
orang lain.Penyakit Tidak Menular merupakan beban kesehatan utama di Negara Negara
berkembang dan di Negara Negara industry.Kebanyakan Penyakit Tidak Menular disebabkan karena
faktor-faktor pola hidup yang umumnya dapat dicegah. Angka Penyakit tidak menular dapat
menggambarkan pola hidup masyarakat mengenai sadar hidup sehat.
b. Mendorong Pembangunan yang berwawasan kesehatan dengan tujuan :
1) Meningkatkan peran serta lintas sector yang terkait dalam pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
2) Meningkatkan Kualitas Tempat Tempat Umum (TTU).Tempat pengolahan pangan, Industri, Institusi,
TP sampah, TP pestisida.
3) Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan keluarga
Tiga hal tersebut diatas adalah indikator lingkungan sehat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan yang
dapat menggerakan pembangunan lintas sektoral berwawasan kesehatan mencakup :
1) Penyediaan Air bersih dan sanitasi dasar
2) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
3) Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
4) Pengembangan Wilayah sehat.
c. Meningkatkan Status Gizi Masyarakat, bertujuan:
1) Menurunkan prevalensi Gizi buruk dan Gizi Kurang.
2) Gizi Buruk
Balita yang ukuran tinggi badan menurut umur dibawah standar 60 persen dari standart
Internasional yang diterapkan oleh WHO.
3) Gizi kurang
Pengertian Gizi kurang mengacu pada kondisi kekurangan energy dan protein tingkat ringan/sedang
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit.hal ini dapat dilihat
pada Berat badan menurut umur yang berada pada kisaran
d. Pemberdayaan masyarakat, swasta atau lembaga swadaya masyarakat memiliki tujuan:
Meningkatnya kesadaran masyarakat, swasta atau LSM dan dunia usaha dalam bidang besehatan.
Pengembangan dan pemberdayaan Kesehatan juga diarahkan melalui peran peran serta aktif
masyarakat termasuk swasta contohnya medirikan lembaga yang terakreditasi sesuai dengan
standarisasi pemerintah.
e. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna,
merata, bermutu dan berkeadilan, memiliki tujuan:
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan menitikberatkan pada pelayanan
prima. Serta upaya pelayanan Kesehatan terhadap masyarakat yang bermutu dari segala lini di
seluruh sarana prasana kesehatan.

B. STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan Pemerintahan Daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Adapun untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi :2
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang kesehatan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan
4. Pelaksanaan pelayanan kesekretariatan Dinas
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Dinas Kesehatan Bidang Pelayanan dan Pembinaan
Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan fungsi manajemen Bidang Pelayanan dan
Pembinaan kesehatan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Bidang Pelayanan dan Pembinaan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :2
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan pembinaan kesehatan
2. Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan bidang pelayanan dan pembinaan kesehatan
3. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas
4. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian, dan pengevaluasian pelaksanaan dibidang pelayanan
dan pembinaan kesehatan
5. Pengawasan, pengendalian, dan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan bidang pelayanan dan
pembinaan kesehatan
6. Pembinaan dan pengarahan pada bawahan
7. Penilaian prestasi kerja bawahan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan
Dinas Kesehatan Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan Seksi Pelayanan Dasar dan
Rujukan mempunyai tugas pokok menyusun rencana dan melaksanakan Seksi Pelayanan Dasar dan
Rujukan serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut
Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 2
1. Penyusunan rencana kegiatan sesuai bidang tugasnya menurut ketentuan yang berlaku sebagai
pedoman pelaksaan tugas
2. Penyusunan konsep perumusan kebijakan teknis dan prosedur kerja sesuai bidang tugas sebagai
pedoman pelaksanaan tugas
3. Penyusunan petunjuk operasional program Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan
4. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan pada petugas medis dan paramedis
5. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan calon pegawai dan calon mahasiswa
6. Penyelenggaraan pemantauan pemeriksaan kesehatan calon haji
7. Penyelenggaraan pemeriksaan (screening) kesehatan pada Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan
8. Pengembangan jaminan mutu (quality assurance) pelayanan kesehatan
9. Perencanaan tenaga, material, metode, dan alat bagi Puskesmas
10. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan dasar pada Unit Pelaksana
Teknis Daerah
11. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan rujukan pada Rumah Sakit
12. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan pada Rumah Sakit dan dokter praktek swasta tentang
pelayanan kesehatan utamanya program pemerintah
13. Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan pada sarana kesehatan lainnya
14. Penyelenggaraan pembinaan upaya pelayanan kesehatan pada daerah perbatasan
15. Penyelenggaraan pembinaan pelayanan kesehatan jiwa dan pelayanan kegawaatdaruratan pada
Puskesmas
16. Penyelenggaraan pembinaan pemenuhan dan keamanan darah di Rumah sakit
17. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai wujud pertanggungjawaban
D. URAIAN TUGAS
Sebagai staf pada Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan Bidang Pelayanan dan Pembinaan
Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Salatiga mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Menginput, meneliti, dan merekapitulasi data hasil tes kebugaran


2. Melakukan rekapitulasi laporan pelaksanaan PPPK
3. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan pelayanan kesehata gigi dan mulut di Puskesmas
4. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan Penjaringan Anak Sekolah di wilayah Puskesmas
5. Melakukan rekapitulasi laporan kesehatan olahraga di Puskesmas
6. Melakukan rekapitulasi laporan LB4 (Gigi) di Puskesmas
7. Melakukan rekapitulasi laporan LB2 (Kematian) di Puskesmas
8. Melakukan rekapitulasi laporan Laboratorium di Puskesmas
9. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan UKGS Selektif di wilayah Puskesmas
10. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan UKGS Inovatif di wilayah Puskesmas
11. Melakukan rekapitulasi laporan sarana, prasarana, dan obat-obatan PPPK
12. Melakukan rekapan saldo barang habis pakai di seksi Yandaru
13. Menyediakan data untuk laporan tahunan kegiatan seksi Yandaru
BAB IV
AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. KETERKAITAN NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN KEGIATAN AKTUALISASI
Analisis Dampak jika tidak
No. Kegiatan Nilai Dasar Uraian Kegiatan
dilakukan
Penyusunan SOP a. Akuntabilitas 1. Mencari bahan untuk pembuatan Alur permintaan petugas
1 Pemintaan petugas b. Nasionalisme SOP Permintaan PPPK kesehatan untuk PPPK dapat
Kesehatan untuk c. Etika Publik 2. Diskusi dengan atasan langsung menyalahi prosedur
Pertolongan Pertamad. Komiten Mutu dan seluruh staff di Seksi Yandaru
Pada Kecelakaan e. Anti Korupsi 3. Penyusunan draft SOP PPPK
(PPPK) 4. Pengajuan rancangan SOP kepada
atasan
5. Revisi SOP
6. Pengajuan SOP kepada atasan
7. Penandatanganan SOP oleh
Kepala Dinas
2 Pengelolaan Jadwal
a. Akuntabilitas 1. Merancang file pengelolaan Akan lebih sulit dalam
petugas kesehatan
b. Nasionalisme jadwal pengelolaan petugas kesehatan
Pertolongan Pertama
c. Etika Publik 2. Diskusi dengan atasan langsung PPPK yang dikhawatirkan terjadi
Pada Kecelakaan
d. Komiten Mutu 3. Revisi file tumpang tindih jadwal serta lebih
(PPPK) dengan teknik
e. Anti Korupsi 4. Diskusi dengan atasan langsung sulit untuk mencari data yang
komputerisasi 5. Kesepakatan file diperlukan karena masih manual
atau penggunaan buku dan
dikhawatirkan pembagian jadwal
tidak sama rata.
3 Penyusunan SOP Tesa. Akuntabilitas 1. Diskusi dengan atasan langsung Tes kebugaran jasmani dalam
Kebugaran Jasmani b. Nasionalisme 2. Mencari bahan untuk pembuatan pelaksanaannya masih kurang
c. Etika Publik SOP Tes Kebugaran Jasmani efektif dan efisien dalam
d. Komiten Mutu 3. Penyusunan SOP Tes Kebugaran persiapan, pelaksanaan,
e. Anti Korupsi Jasmani pengolahan hasil, sampai dengan
4. Pengajuan rancangan SOP kepada penyebarluasan hasil serta
atasan kebutuhan sumber dayanya.
5. Revisi SOP
6. Pengajuan SOP kepada atasan
7. Penandatanganan SOP oleh
Kepala Dinas
4 Pembuatan "Report
a. Akuntabilitas 1. Diskusi dengan atasan langsung Hasil tes kebugaran jasmani tidak
Card" Tes Kebugaran
b. Nasionalisme 2. Memodifikasi kartu kendali tes terpantau dari waktu ke waktu
Jasmani c. Etika Publik kebugaran menjadi lebih dan juga tindak lanjut dari tes
d. Komiten Mutu sederhana dan menampilkan kebugaran seperti saran
e. Anti Korupsi informasi yang lebih dibutuhkan pelaksanaan tidak dapat diketahui
terkait Tes Kebugaran Jasmani , sehingga kegiatan seperti
3. Mengkonsultasikan hasil formalitas saja.
modifikasi kepada atasan
langsung untuk mendapatkan
persetujuan
4. Mencetak kartu kendali tes
kebugaran jasmani sesuai dengan
kebutuhan;
5. Mengumpulkan hasil tes
kebugaran jasmani pegawai DKK
selama tahun 2015 (kegiatan
sudah dilakukan 2 kali tinggal 1
kali, tetapi jadwal belum
ditentukan)
6. Diskusi dengan atasan langsung
7. Memasukkan hasil tes di kartu dan
membuat identitas pemilik untuk
selanjutnya disesuaikan isinya
5 Pembuatan Aplikasi
a. Akuntabilitas 1. Menyiapkan bahan yang Pengolahan data belum efektif
Hasil Tes Kebugaran
b. Nasionalisme digunakan untuk pembuatan dan efisien serta belum bisa
Jasmani c. Etika Publik aplikasi seperti video tutorial meminimalisirkan kesalahan.
d. Komiten Mutu 2. Diskusi dengan atasan langsung
e. Anti Korupsi 3. Pembuatan aplikasi
4. Diskusi kepada atasan langsung
5. Memasukkan data yang telah ada
untuk diuji cobakan pada aplikasi
(jika kegiatan belum dilakukan
sebelum tanggal 28 november
2015)
6 Penyusunan Buku
1. Akuntabilitas 1. Diskusi dengan atasan langsung Kesulitan dalam meningkatkan
Pedoman Kesehatan
2. Nasionalisme 2. Mencari bahan untuk pembuatan pelaksanaan kesehatan olahraga
Olahraga Tingkat
3. Etika Publik draft buku pedoman kesehatan di tingkat Puskesmas karena
Puskesmas di Kota
4. Komiten Mutu olahraga di tingkat Puskesmas di belum mempunyai pedoman
Salatiga 5. Anti Korupsi Kota Salatiga
3. Penyusunan draft buku pedoman
kesehatan olahraga di tingkat
Puskesmas di Kota Salatigai
4. Pengajuan rancangan draft buku
pedoman kepada atasan
5. Revisi draft buku pedoman
6. Pengajuan draft buku pedoman
kepada atasan
7. Pengesahan buku oleh Kepala
Dinas
7 Pembuatan X-banner
a. Akuntabilitas 1. Mencari bahan pembuatan Kurangnya informasi mengenai
Sistem b. Nasionalisme Banner bertemakan SPGDT Kota SPGDT
Penanggulangan c. Etika Publik Salatiga
Kegawatdaruratan d. Komiten Mutu 2. Diskusi dengan atasan langsung
Medis (SPGDT) e. Anti Korupsi 3. Mendesaian banner
4. Diskusi dengan atasan langsung
5. Pencetakan X-banner
6. Pemasangan X-banner di markas
SPGDT
8 Papan Kontrol Kegiatan
a. Akuntabilitas 1. Menyiapkan bahan yang Serapan fisik maupun anggaran
Seksi Yandaru b. Nasionalisme dibutuhkan seperti POA anggaran tidak bisa terpantau dan kegiatan
c. Etika Publik DPA tidak tersiapkan dengan baik
d. Komiten Mutu 2. Diskusi kepada atasan langsung
e. Anti Korupsi 3. Menyiapkan papan yang akan
digunakan (whiteboard)
4. Merancang display papan
5. Mendesain papan kegiatan sesuai
yang telah dirancang;
6. Memasang papan kegiatan di
ruang seksi Yandaru
9 Analisis Hasil Tes
a. Akuntabilitas 1. Menyiapkan data analisis Kurang dapat mengetahui kualitas
Kebugaran Jasmani
b. Nasionalisme 2. Diskusi dengan atasan kebugaran peserta dan
Tahun 2015 c. Etika Publik 3. Menganalisis data yang ada kekurangan dari pelaksanaan
d. Komiten Mutu 4. Membuat laporandan telaahan program.
e. Anti Korupsi 5. Menyerahkan laporan kepada
atasan dan mentor
6. Telaahan diajukan kepada Kepala
Dinas
10 Re-design saldo obat
a. Akuntabilitas 1. Diskusi dengan atasan langsung Dalam pembuatan pelaporan
dengan penambahan
b. Nasionalisme 2. Membuka file saldo obat saldo obat yang dilakukan pada
item expired date c. Etika Publik 3. Merekap saldo obat bulan akhir bulan selama ini masih
d. Komiten Mutu november belum ada item atau kolom
e. Anti Korupsi 4. Menambah item expired pada expired (tanggal kadaluarsa) hal
pada setiap obat ini menjadi kurang efektif dan juga
5. Konsultasi dengan atasan langsung jika sewaktu-waktu dibutuhkan
6. Pencetakan rekapan saldo obat harus mencari satu-per satu.
Diharapkan jika sudah ada item
expired memudahkan pencarian
dan pengontrolan terhadap obat
yang mendekati expired.
B. TEKNIK AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL
Nilai Dasar dan Manfaat Bagi Pihak Lain dan Perwujudan
No Kegiatan
Uraian Penggunaan Teknik Aktualisasi Visi Organisasi
1 Penyusunan SOP
a. Akuntabilitas : dengan teknik konsistensi Manfaat :
Pemintaan petugas yang terdapat dalam cara menciptakan Bagi Dinas Kesehatan :
Kesehatan untuk lingkungan kerja yang akuntabel
1. Memiliki SOP permintaan petugas
Pertolongan Pertama (Akuntabilitas, LAN 2014). Penggunaan kesehatan untuk PPPK sebagai pedoman
Pada Kecelakaan (PPPK) teknik konsistensi dapat meningkatkan Bagi Masyarakat :
komitmen dan kredibilitas organisasi maka
1. kegiatan kegawatdaruratan medis untuk
dengan pembuatan SOP tahapan kegiatan masyarakat se-Kota Salatiga akan terlayani
dapat berjalan konsisten sesuai dengan SOP dengan prima
yang telah ada sebagai acuan kegiatan. Perwujudan Visi : SOP sudah tebentuk
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai maka kegiatan kegawatdaruratan medis
pelayan publik sesuai dengan UU ASN Nomor atau PPPK dapat memberikan pelayanan
5 Tahun 2014 pelayan publik diterangkan kesehatan secara paripurna dengan
pada teori Anderson (1975). Teknik ASN kualitas prima secara adil kepada seluruh
sebagai pelayan publik sesuai dengan teori lapisan masyarakat Kota Salatiga.
Anderson bahwa pembuatan SOP
permintaan petugas kesehatan untuk PPPK
lebih berorientasi pada pencapaian tujuan
(pelayanan kepada masyarakat) bukan
tindakan yang acak atau sporadis.
c. Etika Publik : dengan teknik profesionalisme
(Etika Publik, LAN 2014) sesuai dengan UU
ASN Nomor 5 Tahun 2014. Teknik
Profesionalisme pada nilai-nilai dasar etika
publik yaitu menjalankan tugas secara
profesional dan tidak berpihak bahwa
dengan pembuatan SOP maka kegiatan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada
tanpa membeda-bedakan identitas
pemohon.
d. Komiten Mutu dengan teknik inovasi
(Komitmen mutu, LAN 2014). Teknik Inovasi
bahwa inovasi merupakan sebuah
perubahan, yang sebelumnya permintaan
petugas kesehatan untuk PPPK belum ada
menjadi sudah ada SOP, dan teknik
efektivitas (Komitmen Mutu, LAN 2014):
bahwa dengan adanya SOP maka
persetujuan permintaan petugas kesehatan
untuk PPPK lebih terorganisir dan tanggap
dalam menghadapi permintaan yang
mendesak.
e. Anti Korupsi : dengan teknik tanggung jawab
(Anti Korupsi, LAN 2014) bahwa kegiatan
merupakan tupoksi sehingga tanggung
jawab moral harus dimiliki untuk
memastikan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan dan fungsinya untuk melindungi
sumber daya organisasi.
2 Pengelolaan Jadwal
a. Akuntabilitas : dengan teknik kejelasan Manfaat :
petugas kesehatan untuk (Akuntabilitas, LAN 2014) bahwa dengan Bagi Dinas Kesehatan
Pertolongan Pertama pengelolaan jadwal maka memiliki kejelasan
1. Dapat mengefektifkan proses pengambilan
Pada Kecelakaan (PPPK) sistem pelaporan dan lebih tersusun dengan keputusan dalam menentukan ketepatan
dengan teknik metode komputerisasi ini. jadwal agar tidak tumpang tindih
komputerisasi b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai
2. Efisien yaitu mengetahui kuantitas sumber
pelayan publik sesuai dengan UU ASN Nomor daya yang dibutuhkan.
5 Tahun 2014, pelayan publik pada buku Bagi Masyarakat :
Manajemen Pelayanan Masyarakat
1. Terpenuhinya pelayanan masyarakat
(Sianipar, 1998) bahwa manajemen dengan baik terkait kegawatdaruratan
pelayanan masyarakat yaitu sebagai pelayan medis
masyarakat harus mampu melayani, Perwujudan Visi : Pengelolaan Jadwal
membantu, menyiapkan, dan mengurus, petugas kesehatan untuk Pertolongan
meyelesaikan keperluan, kebutuhan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dengan
seseorang atau kelompok orang dalam hal teknik komputerisasi sudah tebentuk maka
PPPK yang bertujuan untuk menanggulangi kegiatan kegawatdaruratan medis atau
kegawatdaruratan medis masyarakat Kota PPPK dapat memberikan pelayanan
Salatiga. kesehatan secara paripurna dengan
c. Etika Publik : dengan teknik profesionalisme kualitas prima secara adil kepada seluruh
(Etika Publik, LAN 2014) sesuai dengan UU lapisan masyarakat Kota Salatiga.
ASN Nomor 5 Tahun 2014 pada nilai-nilai
dasar etika publik yaitu memberikan layanan
kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna,
dan santun bahwa dengan pengelolaan
jadwal yang lebih baik yaitu menggunakan
metode komputerisasi maka pelayanan
kepada pemohon dapat segera disetujui
tanpa membeda-bedakan identitas
pemohon.
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi
(Komitmen mutu, LAN 2014) bahwa inovasi
merupakan sebuah perubahan, yang
sebelumnya pengelolaan jadwal pernintaan
petugas kesehatan untuk PPPK manual
(buku) mencadi lebih inovatif dengan
menggunakan komputerisasi.
e. Anti Korupsi dengan teknik adil (Anti Korupsi,
LAN 2014) bahwa dengan pengelolaan
jadwal dengan metode komputerisasi dapat
memberikan jadwal secara adil tanpa ada
tumpang tindih.
3 Penyusunan SOP Tes a. Akuntabilitas : dengan teknik konsistensi Manfaat :
Kebugaran Jasmani yang terdapat dalam cara menciptakan Bagi Dinas Kesehatan
lingkungan kerja yang akuntabel
1. Memiliki standar operasional prosedur
(Akuntabilitas. LAN 2014) bahwa konsistensi kegiatan tes kebugaran jasmani
dapat meningkatkan komitmen dan Bagi Masyarakat
kredibilitas organisasi maka dengan
1. kegiatan tes kebugaran jasmani untuk calon
pembuatan SOP tahapan kegiatan dapat jamaah haji pegawai dinas kesehatan,
berjalan sesuai dengan SOP yang telah ada pejabat struktural pemkot salatiga, akan
sebagai acuan kegiatan. terlayani dengan primna karena mengacu
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai pada prosedur yang telah ada
pelayan publik sesuai dengan UU ASN Nomor Perwujudan Visi : SOP sudah tebentuk
5 Tahun 2014 pelayan publik diterangkan maka kegiatan tes kebugaran jasmani
pada teori Anderson (1975) memuat lima dapat memberikan pelayanan kesehatan
implikasi salah satu yang mendukung secara paripurna dengan kualitas prima
pembuatan draft SOP Tes Kebugaran secara adil kepada seluruh lapisan
Jasmani bahwa SOP kegiatan lebih masyarakat Kota Salatiga.
berorientasi pada pencapaian tujuan
(pelayanan kepada masyarakat) bukan
tindakan yang acak atau sporadis.
c. Etika Publik : dengan teknik profesionalisme
(Etika Publik, LAN 2014) sesuai dengan UU
ASN Nomor 5 Tahun 2014 pada nilai-nilai
dasar etika publik yaitu memberikan layanan
kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna,
dan santun bahwa dengan pembuatan SOP
maka kegiatan tes kebugaran jasmani dapat
berjalan dengan lancar dan berdaya guma
mulai dari persiapan hingga penyebarluasan
hasilnya.
d. Komiten Mutu dengan teknik inovasi
(Komitmen mutu, LAN 2014) bahwa inovasi
merupakan sebuah perubahan, yang
sebelumnya belum ada SOP Tes Kebugaran
Jasmani menjadi sudah ada SOPnya, dan
teknik efisiensi (Komitmen Mutu, LAN 2014):
bahwa dengan adanya SOP maka
mengetahui berapa sumber daya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan.
e. Anti Korupsi : dengan menggunakan teknik
adil (Anti Korupsi, LAN 2014) bahwa dengan
adanya SOP maka semua peserta tes baik
pejabat eselon maupun staff diperlakukan
sama dalam pelaksanaan tes kebugaran
jasmani.
4 Pembuatan "Report
a. Akuntabilitas : dengan teknik transparansi Manfaat :
Card" Tes Kebugaran pada cara menciptakan lingkungan kerja Bagi Dinas Kesehatan
Jasmani yang akuntabel (Akuntabilitas, LAN 2014)
1. Perbaikan kualitas mutu pelaporan hasil
mengacu pada Undang-Undang Nomor 14
2. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi karena dengan report card masyarakat
Publik) pasal 3 pada point mewujudkan dapat secara mandiri mendukung program
penyelenggaraan yang transparan, efektif pembangunan kesehatan
dan efisien, akuntabel serta Bagi Masyarakat
dipertanggungjawabkan bahwa hasil dari tes
1. Peserta tes kebugaran jasmani khususnya
kebugaran jasmani yang di tunjukkan untuk pegawai dinas kesehatan, dapat
dengan pembuatan dan pemberian Report mengetahui hasil tes, mengontrol
Card Tes Kebugaran Jasmani. kebugaran dari waktu ke waktu
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai
2. Mendapatkan advice yang tertera pada
pelayan publik sesuai dengan UU ASN Nomor kartu sehingga peserta tes dapat secara
5 Tahun 2014 bahwa pelayan publik harus mandiri melakukan olahraga untuk
berorientasi pada mutu atau kualitas hasil, menunjang kebugarannya
hal ini ditunjukkan dengan report card yang Perwujudan Visi : report card berguna
mana meningkatkan kualitas mutu laporan mengetahui permasalahan kesehatan dan
salah satunya peserta dapat mengontrol mampu mengatasi permasalahannya
kebugarannya sendiri. sendiri serta berperan aktif dalam
c. Etika Publik : dengan teknik pencapaian hasil pembangunan kesehatan sesuai dengan
(Etika Publik, LAN 2014) sesuai dengan UU visi organisasi mandiri.
ASN Nomor 5 Tahun 2014 pada nilai-nilai
dasar etika publik yaitu mengutamakan
pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai : dengan pemberian report card
diharapkan dapat mendorong untuk
meningkatkan kualitas kesehatan yang mana
dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi
(Komitmen mutu, LAN 2014) bahwa inovasi
merupakan sebuah perubahan,dengan
membuat report card menjadi lebih
sederhana dan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan, yang sebelumnya hasil hanya
ditempelkan pada papan pegumuman
sekarang diberi report card setiap peserta.
e. Anti Korupsi : dengan teknik kerja keras dan
peduli sesuai dengan nilai dasar anti korupsi
(Anti Korupsi, LAN 2014) yaitu bekerja keras
dalam membuat report card tes kebugaran
menjadi lebih sederhana dan sesuai dengan
kebutuhan serta teknik peduli bahwa adanya
kartu ini maka membantu peserta tes untuk
mengontrol kebugarannya.
5 Pembuatan Aplikasi Hasil
a. Akuntabilitas : dengan teknik transparansi Manfaat :
Tes Kebugaran Jasmani mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Bagi Dinas Kesehatan
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
1. Mempercepat kinerja karena hasil tes
Publik) pasal 3 pada point mewujudkan kebugaran jasmani dapat segera dilakukan
penyelenggaraan yang transparan, efektif pengolahan untuk selanjutnya didapatkan
dan efisien, akuntabel serta hasil dan dimasukkan kedalam report card
dipertanggungjawabkan ditunjukkan dengan
2. meminimalisir kesalahan dalam
pengolahan hasil tes kebugaran jasmani pengolahan hasil
diolah menggunakan aplikasi. Bagi masyarakat
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai
1. peserta tes tidak dirugikan dalam
pelayan publik sesuai dengan UU ASN Nomor penungguan hasil tes
5 Tahun 2014 bahwa pelayan publik harus Perwujudan Visi : Aplikasi pengolahan
berorientasi pada mutu atau kualitas hasil, hasil tes kebugaran jasmani dapat
hal ini ditunjukkan dengan kualitas mutu memberikan pelayanan kesehatan secara
pengolahan hasil dengan menggunakan paripurna dengan kualitas prima secara
aplikasi yang maan akan meminimalisir adil kepada seluruh lapisan peserta tes
kesalahan. kebugaran baik pejabat maupun staff di
c. Etika Publik : dengan teknik profesionalisme Pemerintah Kota Salatiga.
(Etika Publik, LAN 2014) sesuai dengan UU
ASN Nomor 5 Tahun 2014 pada nilai-nilai
dasar etika publik yaitu memberikan layanan
kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna,
dan santun bahwa hasil tes kebugaran dapat
diolah secara cepat dan minim kesalahan.
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi dan
Efisien (Komitmen mutu, LAN 2014) bahwa
inovasi merupakan sebuah perubahan
dengan membuat aplikasi pengolahan hasil
yang sebelumnya belum ada, efisien bahwa
dalam pengolahan tidak membutuhkan
banyak sumber daya.
e. Anti Korupsi : dengan teknik mandiri (Anti
Korupsi, LAN 2014) bahwa aplikasi dibuat
mandiri tanpa meminta bantuan pihak lain
sehingga tidak membutuhkan biaya.
6 Penyusunan Buku
a. Akuntabilitas : dengan teknik konsistensi Manfaat :
Pedoman Kesehatan (Akuntabilitas, LAN 2014) bahwa setiap Bagi Dinas Kesehatan
Olahraga Tingkat kegiatan harus memiliki pedoman dan
1. Memiliki pedoman kesehatan olahraga di
Puskesmas di Kota standar operasionalnya yang bertujuan tingkat Puskesmas
Salatiga untuk dapat meningkatkan komitmen dan
2. Memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan
kredibilitas kegiatan kesehatan olahraga. Bagi Masyarakat
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai
1. Perserta kesehatan olahraga akan terlayani
pelaksana kebijakan mengacu pada UU ASN dengan prima karena kegiatan yang
Nomor 5 Tahun 2014 yaitu berorientasi pada dilakukan sudah ada pedomannya.
kepentingan publik yaitu dengan membuat Perwujudan Visi : Buku Pedoman
buku pedoman kesehatan olahraga. Kesehatan Olahraga dapat memberikan
c. Etika Publik : dengan teknik profesionalisme pelayanan kesehatan secara mandiri
pada nilai-nilai dasar etika publik (Etika
Publik, LAN 2014) : dengan adanya buku kepada seluruh lapisan masyarakat Kota
pedoman maka pelaksanaan kesehatan Salatiga.
olahraga dapat dilakukan secara profesional
sesuai prosedur yang ada.
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi
(Komitmen mutu, LAN 2014) bahwa inovasi
merupakan sebuah perubahan dengan
membuat buku pedoman kesehatan
olahraga yang sebelumnya belum ada.
e. Anti korupsi : dengan teknik sederhana (Anti
Korupsi, LAN 2014) sederhana dalam
pembuatan karena sumber telah ada dari
Kementrian Kesehatan kemudian
disesuaikan dengan aturan yang terbaru dan
ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
Puskesmas di Kota Salatiga.
7 Pembuatan x-banner
a. Akuntabilitas : dengan teknik transparansi Manfaat :
Sistem Penanggulangan pada cara menciptakan lingkungan kerja Bagi Dinas Kesehatan
Kegawatdaruratan Medis yang akuntabel (Akuntabilitas, LAN 2014)
(SPGDT) mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 1. Memiliki media promosi

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi kesehatan x-banner mengenai

Publik) yaitu dengan memberikan informasi SPGDT

mengenai SPGDT melalui media promosi Bagi Masyarakat

kesehatan x-banner.
1. memberikan keterbukaan
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai
informasi kepada seluruh
pelaksana kebijakan menurut UU ASN
masyarakat Kota Salatiga tanpa
Nomor 5 Tahun 2014 dengan teori Gaspersz
membeda-bedakan terkait
dalam Lukman (1988 : 8) dalam dimensi
dengan informasi SPGDT (Sistem
kualitas pelayanan salah satunya adalah
Penanggulanagn
variasi model pelayanan dan atribut
Kegawatdaruratan Medis) untuk
pendukung lainnya dengan pembuatan x-
Kota Salatiga
banner.
Perwujudan Visi : x-banner SPGDT
c. Etika Publik : dengan teknik non diskriminatif
memberikan keterbukaan informasi
berdasarkan nilai-nilai kode etik (Etika
kepada seluruh masyarakat sehingga
Publik, LAN 2014) menciptakan lingkungan
diharapkan masyarakat Kota Salatiga dapat
kerja yang non diskriminatif karena semua
berperan aktif dalam rangka
dapat mengakses (membaca).
pembangunan kesehatan terkait visi
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi
organisasi “mandiri”.
(Komitmen Mutu, LAN 2014) bahwa
sebelumnya belum ada x-banner.
e. Anti Korupsi : dengan nilai peduli (Anti
Korupsi, LAN 2014) bahwa peduli untuk
membuat dan memberikan informasi
kepada masyarakat.
8 Papan Kontrol Kegiatan
a. Akuntabilitas : dengan teknik kejelasan pada Manfaat :
Seksi Yandaru cara menciptakan lingkungan kerja yang Bagi Dinas Kesehatan
akuntabel (Akuntabilitas, LAN 2014) bahwa
sumber daya yang ada mengetahui kegiatan
1. ASN sebagai pelaksana kebijakan harus
dan waktu pelaksanaan. mengetahui tupoksi masing-masing seksi
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai sehingga kegiatan yang utamanya adalah
pelaksana kebijakan sesuai dengan UU ASN pelayanan bagi masyarakat dapat terlayani
Nomor 5 Tahun 2014 bahwa harus dengan baik sesuai prosedur dan tepat
memahami seluruh kegiatan seksi yang waktu
harus dilakukan. Bagi Masyarakat
c. Etika Publik : dengan teknik pencapaian
1. Menerima pelayanan prima karena
kinerja (Etika Publik, LAN 2014) bahwa kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana
mengutamakan pencapaian hasil dan kebiajakan telah dipersiapkan dengan baik
mendorong kinerja pegawai karena dengan sebelumnya
adanya papan kegiatan dapat memantau Perwujudan Visi : Meningkatkan derajat
kapan kegiatan harus dilakukan, sehingga kesehatan masyarakat Kota Salatiga
ada persiapan untuk kegiatan tersebut. dengan upaya kegiatan-kegiatan yang
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi sudah diprogramkan sesuai dengan visi
(Komitmen Mutu, LAN 2014) bahwa organisasi “sehat”.
sebelumnya belum ada time table atau
papan kegiatan Seksi Yandaru.
e. Anti Korupsi : dengan teknik disiplin (Anti
Korupsi, LAN 2014) sehingga kegiatan dapat
berjalan sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan.
9 Analisis Hasil Tes
a. Akuntabilitas : dengan teknik transparansi Manfaat :
Kebugaran Jasmani pada cara menciptakan lingkungan kerja Bagi Dinas Kesehatan
Tahun 2015 yang akuntabel (Akuntabilitas, LAN 2014)
1. Tidak hanya melakukan kegiatan tes
mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 kebugaran saja akan tetapi melakukan
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi analisis terhadap kegiatan yang telah
Publik yaitu dengan membuat analisis hasil dilakukan sehingga dapat mengetahui
kegiatan tes kebugaran selama tahun 2015 kelemahan kegiatan yang perlu diperbaiki
sebagai dokumen seksi yandaru. Bagi Masyarakat
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai
pelayan publik mengacu pada UU ASN 1. Mendapatkan layanan dengan

Nomor 5 Tahun 2014 bahwa memberikan kualitas lebih baik karena kegiatan

pelayanan yang maksimal sampai dengan selalu dianalisis dan dilakukan

analisis hasilnya. perbaikan terhadap

c. Etika Publik : menggunakan teknik kelemahannya

profesional berdasarkan nilai-nilai etika Perwujudan Visi : meningkatkan derajat

publik (Etika Publik, LAN 2014) kesehatan berdasarkan hasil analis untuk

mengutamakan tindak lanjut pencapaian mewujudkan masyarakat Kota Salatiga

hasil terhadap program yang dijalankan yang sehat.

yaitu tes kebugaran jasmani.


d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi dan
kualitas mutu (Komitmen Mutu, LAN 2014)
bahwa inovasi yang merupakan perubahan
yang sebelunya belum pernah dianalisis hasil
tes kebugaran menjadi ada laporan analisis,
kualitas mutu mengacu pada kualitas mutu
yaitu hasil yang diperoleh dimanfaatkan
sebagai bahan analisis.
e. Anti Korupsi : dengan teknik kepedulian
sesuai dengan nilai dasar anti korupsi (Anti
Korupsi, LAN 2014) peduli atau sadar untuk
membuat analisis sehingga hasilnya dapat
dijadikan bahan telaah kegiatan selanjutnya.
10 Re-design saldo obat
a. Akuntabilitas : dengan teknik kejelasan pada Manfaat :
dengan penambahan cara menciptakan lingkungan yang Bagi Dinas Kesehatan :
item expired date akuntabel (Akuntabilitas, LAN 2014)
1. Mengefektifkan waktu dalam pengecekan
memiliki kejelasan sistem pelaporan yang obat
baik. 2. Mengontrol obat yang mendekati expired
b. Nasionalisme : dengan teknik ASN sebagai Bagi Masyarakat :
pelayan publik sesuai dengan UU ASN Nomor
1. Mendapatkan pelayanan yang baik karena
5 Tahun 2015 pelayan publik harus terdapat pengontrolan obat
memahami bidang tugasnya sebagai
pengelola sarana dan prasarana obat-obatan Perwujudan Visi : Peningkatan kondisi
PPPK untuk kepentingan masyarakat umum. derajat kesehatan masyarakat Kota
c. Etika Publik : dengan teknik profesionalisme Salatiga
sesuai dengan nilai dasar Etika Publik (Etika
Publik, LAN 2014) bahwa harus profesional
dalam setiap pelaksanaan yang sudah
menjadi tugas pokok dan fungsinya.
d. Komiten Mutu : dengan teknik inovasi dan
efektif (Komitmen Mutu, LAN 2014) bahwa
inovasi yang sebelumnya belum ada item
expired pada file menjadi ada dan efektif
tidak perlu membuka satu persatu obat
untuk melihat expirednya akan tetapi dapat
langsung memfilter dari file saldo obat di
komputer.
e. Anti Korupsi : dengan teknik peduli sesuai
dengan nilai dasar anti korusi (Anti Korupsi,
LAN 2014) peduli terhadap apa yang
diberikan oleh masyarakat (obat) dengan
pengontrolan expired date obatnya.

C. JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI


BULAN NOVEMBER 2015 Hasil
No Kegiatan
16 17 18 19 20 23 24 25 26 27 Kegiatan
1 Penyusunan SOP SOP
Pemintaan
petugas
Kesehatan untuk
Pertolongan
Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK)
2 Pengelolaan e-file
Jadwal petugas Pengelolaan
kesehatan Jadwal PPPK
Pertolongan
Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK)
dengan teknik
komputerisasi
3 Penyusunan SOP SOP
Tes Kebugaran
Jasmani
4 Pembuatan Report card
"Report Card" Tes
Kebugaran
Jasmani
5 Pembuatan Aplikasi
Aplikasi Hasil Tes Ms.Excel
Kebugaran
Jasmani
6 Penyusunan Buku Buku
Pedoman
Kesehatan
Olahraga Tingkat
Puskesmas di Kota
Salatiga
7 Pembuatan X- x-banner
banner Sistem SPGDT
Penanggulangan
Kegawatdaruratan
Medis (SPGDT)
8 Papan Kontrol Papan
Kegiatan Seksi kontrol
Yandaru kegiatan
9 Analisis Hasil Tes Laporan dan
Kebugaran Telaahan
Jasmani Tahun Staf
2015
10 Re-design saldo e-file saldo
obat dengan obat
penambahan item
expired date
BAB V
CAPAIAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR
PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Berdasarkan rancangan aktualisasi yang telah direncanakan, berikut laporan hasil capaian
aktualisasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
A. Penyusunan SOP Permintaan Petugas Kesehatan untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK)
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi, pembuatan SOP permintaan petugas kesehatan
untuk PPPK dilaksakan pada hari pertama dan selesai tepat pada jadwal yang telah ditentukan
selama 5 hari kerja. Adapun evidence SOP permintaan petugas kesehatan untuk PPPK terdapat pada
lampiran 1.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pada pasal 20, 21, dan 22 bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik baik yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung wajib
menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan sebagai tolok ukur dalam
penyelenggaraan pelayanan di lingkungan masing-masing.11
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan SOP permintaan petugas kesehatan untuk
PPPK adalah sebagai berikut : mencari bahan untuk pembuatan SOP permintaan PPPK. Dalam
pencarian bahan dilakukan pencarian hard maupun soft file penyusunan SOP, serta melakukan
browsing pedoman pembuatan SOP. Selain bahan tersebut kemudian penulis membuat rancangan
SOP permintaan petugas kesehatan untuk PPPK yang dapat dikonsultasikan oleh atasan langsung.
Karena kegiatan permintaan petugas kesehatan untuk PPPK sudah merupakan kegiatan sehari-hari
penulis sehingga tidak memberatkan penulis. Setelah membuat draft kemudian mendiskusikan
bersama atasan langsung dan juga seluruh Staff Seksi Yandaru. Dalam diskusi penulis mendapatkan
masukan untuk menjadi perbaikan dalam prosedur permintaan petugas kesehatan. Setelah sepakat
kemudian mencetak draft SOP dan berkonsultasi dengan mentor yang mana merupakan Kepala
Bidang Yanbinkes. Setelah berkonsultasi dan dilakukan revisi diajukan kembali untuk pemparafan
dan pengajuan tanda tangan oleh Kepala Dinas. Harapannya setelah terdapat SOP permintaan
petugas kesehatan untuk PPPK maka permohonan dapat sesuai dengan prosedur sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan. Serta dengan adanya SOP tersebut kegiatan kegawatdaruratan medis
atau PPPK dapat memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan kualitas prima secara
adil kepada seluruh lapisan masyarakat Kota Salatiga sesuai dengan visi Dinas Kesehatan Kota
Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Dengan adanya SOP maka kegiatan yang dijalankan akan menjadi konsisten sebagai acuan
kegiatannya. Dimana nilai konsistensi pada akuntabilitas akan meningkatkan komitmen dan
kredibilitas organisasi.
2. Nasionalisme
Nilai nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik bahwa pembuatan SOP permintaan
petugas kesehatan untuk PPPK lebih berorientasi pada pencapaian tujuan (pelayanan kepada
masyarakat) bukan tindakan yang acak atau sporadis. Serta terdapat diskusi yang merupakan
musyawarah untuk mencapai mufakat sesuai dengan sila ke-4 pada Pancasila.
3. Etika Publik
Pembuatan SOP menekankan pada nilai etika publik profesionalisme yaitu menjalankan tugas secara
profesional dan tidak berpihak bahwa dengan pembuatan SOP maka kegiatan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang ada tanpa membeda-bedakan identitas pemohon.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yang merupakan perubahan karena sebelumnya dalam
permintaan petugas kesehatan belum ada SOPnya hingga sudah terbentuk SOPnya. Serta efektif
karena dengan adanya SOP maka persetujuan permintaan petugas kesehatan untuk PPPK lebih
terorganisir dan tanggap dalam menghadapi permintaan yang mendesak.
5. Anti Korupsi
Terletak pada tanggung jawab moral yang harus dimiliki ASN dalam melayani publik.
B. Pengelolaan Jadwal Petugas Kesehatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dengan
Teknik Komputerisasi
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi, pengelolaan jadwal petugas kesehatan PPPK
dengan teknik komputerisasi dilaksakan pada tanggal 24 November 2015 dalam waktu satu hari.
Adapun evidence pembuatan pengelolaan jadwal petugas kesehatan PPPK terdapat pada lampiran
2.
Pembuatan pengelolaan jadwal ini karena banyaknya pemohon permintaan petugas
kesehatan dalam event-event yang diadakan oleh SKPD di Pemerintah Kota Salatiga maupun
masyarakat Kota Salatiga sendiri dari tingkat kecamatan, kelurahan, hingga RW. Sehingga dalam hal
ini diperlukan suatu manajemen pengelolaan jadwal berbasis komputerisasi yang mana
memudahkan pemegang program dalam membagi jadwal maupun menugaskan Tim Kesehatan
PPPK yang mana terdiri dari 6 Puskesmas di Kota Salatiga dan 1 BKPM Kota Salatiga.
Adapun langkah pembuatan pengeloaan jadwal petugas kesehatan PPPK dengan teknik
komputerisasi adalah berawal dari menerima surat permohonan PPPK dan melihat permohonan dari
siapa disini berfungsi jika permohonan berasal dari Dinas atau acara untuk masyarakat Kota Salatiga
maka permohonan cukup dengan koordinasi waktu dan tempat pelaksanaan dengan pengirim akan
tetapi jika berasal dari Event Organizer dilakukan koordinasi menyangkut biaya permintaan petugas
kesehatan, langkah ini sesuai dengan SOP permintaan petugas kesehatan untuk permintaan PPPK
yang telah dibuat pada kegiatan aktualisasi point A. Koordinasi dilakukan oleh atasan langsung
selaku Kepala Seksi Yandaru. Setelah koordinasi selesai maka dilakukan pembagian jadwal, pada
pembagian jadwal ini e-file pengelolaan jadwal petugas kesehatan PPPK dibutuhkan. Sesuai dengan
item yang dibutuhkan terdiri dari tanggal permintaan, hari permintaan, asal pemohon, nama
kegiatan, tempat, waktu, petugas, dan laporan. Jika terdapat kegiatan lebih dari satu dalam hari
tersebut maka insertkan dibawah tanggal. Item hari ditambahkan dengan maksud mengantisipasi
pada hari libur agar petugas dapat bergantian pada minggu-minggu sebelumnya. Kotak petugas
dibedakan warna-warnanya untuk memudahkan pembagian jadwal agak tidak tumpang tindaih dan
adil. Sedangkan item laporan berfungsi untuk memantau apakah hasil kegiatan sudah diserahkan
kepada Seksi Yandaru atau belum. File dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
E-file pengelolaan jadwal dikonsultasikan kepada atasan langsung selaku Kepala Seksi dan
mendapat persetujuan. Kemudian dikonsultasikan kepada mentor dan mendapat persetujuan. E-file
pengelolaan Jadwal petugas kesehatan untuk PPPK berguna pada kegiatan kegawatdaruratan medis
atau PPPK yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan kualitas prima
secara adil kepada seluruh lapisan masyarakat Kota Salatiga sesuai dengan perwujudan visi Dinas
Kesehatan Kota Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas dalam pengelolaan jadwal PPPK dengan teknik komputerisasi ini terletak pada
kejelasannya. Jelas dalam sistem pelaporan dan lebih tersusun rapi.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik dengan pengelolaan jadwal yang baik
maka akan menunjang sebagai pelayan masyarakat yang mampu melayani, membantu, menyiapkan,
dan mengurus, meyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang dalam hal PPPK
yang bertujuan untuk menanggulangi kegawatdaruratan medis masyarakat Kota Salatiga.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun bahwa dengan pengelolaan jadwal yang lebih
baik yaitu menggunakan metode komputerisasi pengelolaan jadwal PPPK maka pelayanan kepada
pemohon dapat segera disetujui tanpa membeda-bedakan identitas pemohon.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yaitu melakukan perubahan yang sebelumnya
pengelolaan jadwal pernintaan petugas kesehatan untuk PPPK dilakukan secara manual (buku)
mencadi lebih inovatif dengan menggunakan komputerisasi.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada pengelolaan jadwal dengan metode komputerisasi dapat
memberikan jadwal secara adil tanpa ada tumpang tindih
C. Penyusunan SOP Tes Kebugaran Jasmani
Jadwal kegiatan aktualisasi Penyusunan SOP tes kebugaran jasmani adalah tanggal18-
24 November akan tetapi dalam pelaksanaanya dilakukan pada tanggal 16-20 November selama lima
hari kerja karena untuk memudahkan konsultasi dengan mentor dalam satu topik yaitu penyususnan
SOP. Adapun evidence SOP tes kebugaran jasmani terdapat pada lampiran 3.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pada pasal 20, 21, dan 22 bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik baik yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung wajib
menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan sebagai tolok ukur dalam
penyelenggaraan pelayanan di lingkungan masing-masing.11
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan SOP tes kebugaran jasmani adalah sebagai
berikut : mencari bahan untuk pembuatan SOP tes kebugaran jasmani. Dalam pencarian bahan
dilakukan pencarian hard maupun soft file penyusunan SOP, serta melakukan browsing pedoman
pembuatan SOP. Selain bahan tersebut kemudian penulis membuat rancangan SOP tes kebugaran
jasmani yang dapat dikonsultasikan oleh atasan langsung. Karena kegiatan tes kebugaran jasmani
sudah merupakan kegiatan rutin yaitu enam kali dalam satu tahun maka pembuatan SOP tes
kebugaran jasmani tidak memberatkan penulis. Setelah membuat draft kemudian mendiskusikan
bersama atasan langsung dan juga seluruh Staff Seksi Yandaru. Dalam diskusi penulis mendapatkan
masukan untuk menjadi perbaikan dalam prosedur pelaksanaan tes kebugaran jasmani. Setelah
sepakat kemudian mencetak draft SOP dan berkonsultasi dengan mentor yang mana merupakan
Kepala Bidang Yanbinkes. Setelah berkonsultasi dan dilakukan revisi diajukan kembali untuk
pemparafan dan pengajuan tanda tangan oleh Kepala Dinas. Harapannya setelah terdapat SOP tes
kebugaran jasmani maka permohonan dapat sesuai dengan prosedur sehingga tidak ada pihak yang
merasa dirugikan. Serta dengan adanya SOP tersebut kegiatan tes kebugaran jasmani dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan kualitas prima secara adil kepada
seluruh lapisan masyarakat (peserta tes) Kota Salatiga sesuai dengan visi Dinas Kesehatan Kota
Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada konsisten, Konsistensi dapat meningkatkan komitmen dan
kredibilitas organisasi maka dengan pembuatan SOP tahapan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan
SOP yang telah ada sebagai acuan kegiatan.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik. SOP Tes Kebugaran Jasmani lebih
berorientasi pada pencapaian tujuan (pelayanan kepada masyarakat) bukan tindakan yang acak atau
sporadis.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada profesionalisme memberikan layanan kepada publik secara jujur,
tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun bahwa dengan pembuatan
SOP maka kegiatan tes kebugaran jasmani dapat berjalan dengan lancar dan berdaya guma mulai
dari persiapan hingga penyebarluasan hasilnya.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yaitu adanya perubahan yang sebelumnya pelaksanaan
tes kebugaran belum terdapat SOP nya menjadi ada SOPnya. Dan efisiensi yaitu dengan adanya SOP
maka mengetahui berapa sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada adil yaitu dengan adanya SOP maka semua peserta tes baik pejabat
eselon maupun staff diperlakukan sama dalam pelaksanaan tes kebugaran jasmani.
D. Pembuatan “Report Card” Tes Kebugaran Jasmani
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi pembuatan report card dilaksakan pada
tanggal 17-20 November 2015. Adapun evidence pembuatan pengelolaan jadwal petugas kesehatan
PPPK terdapat pada lampiran 4.
Pembuatan report card adalah karena tes kebugaran jasmani yang dilakukan oleh
peserta tidak dapat terpantau hasil tes dari waktu ke waktu. Selama ini hasil yang diperoleh
ditempelkan pada papan pengumuman jika peserta dari pegawai Dinas Kesehatan. Dan melalui surat
untuk pejabat struktural di lingkungan pemerintah Kota Salatiga. Sedangkan untuk calon jamaah haji
melalui surat yang ditujukan kepada Kantor Kementrian Agama Kota salatiga.
Adapun langkah-langkah pembuatan report card adalah mendiskusikan dengan atasan
langsung yang mana Kepala Seksi Yandaru dan selurtuh staff Seksi Yandaru yang sebelumnya
rancangan sudah dibuat. Setelah menerima masukan report card diperbaiki dan dikonsultasikan
kembali kepada Kepala Seksi setelah mendapat persetujuan selanjutnya mengkonsultasikan kepada
mentor selaku Kepala Bidang dan merevisi kembali. Setelah merevisi dan mendapat persetujuan
kemudian melakukan pencetakan report card. Report card antara laki-laki dan perempuan
dibedakan pada warnanya, laki-laki menggunakan warna biru dan perempuan pink Setelah report
card dicetak maka siap untuk digunakan kemudian memasukkan hasil tes kebugaran jasmani
pegawai DKK.
Setelah adanya report card ini diharapkan peserta tes kebugaran dapat mengontrol hasil
kebugarannya sendiri dan mengetahui permasalahan kesehatan dan mampu mengatasi
permasalahannya sendiri karena report card berisi saran latihan yang dianjurkan sesuai dengan hasil
kebugarannya, serta peserta dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan
visi Dinas Kesehatan Kota Salatiga yaitu mandiri.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada transparansi yaitu hasil dari tes kebugaran jasmani yang di tunjukkan
dengan pembuatan dan pemberian Report Card pada peserta tes kebugaran jasmani.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik harus berorientasi pada mutu atau
kualitas hasil, hal ini ditunjukkan dengan report card yang mana meningkatkan kualitas mutu laporan
salah satunya peserta dapat mengontrol kebugarannya sendiri.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai :
dengan pemberian report card diharapkan dapat mendorong untuk meningkatkan kualitas
kesehatan yang mana dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yang merupakan adanya sebuah perubahan,dengan
membuat report card menjadi lebih sederhana dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, yang
sebelumnya hasil hanya ditempelkan pada papan pegumuman sekarang diberi report card setiap
peserta.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada bekerja keras dalam membuat report card tes kebugaran menjadi
lebih sederhana dan sesuai dengan kebutuhan serta peduli bahwa adanya kartu ini maka membantu
peserta tes untuk mengontrol kebugarannya.
E. Pembuatan Aplikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi pembuatan aplikasi hasil tes kebugaran
jasmani dilaksakan pada tanggal 20-24 November 2015. Adapun evidence pembuatan aplikasi hasil
tes kebugaran jasmani terdapat pada lampiran 5.
Pembuatan aplikasi hasil tes kebugaran jasmani adalah karena kurang efektifnya dalam
mengolah hasil tes karena banyak item yang harus diolah salah satunya adalah Index Massa Tubuh
(IMT), kategori IMT, waktu tempuh yang harus dikaitkan dengan kode waktu, kemudian kode waktu
yang harus dikaitkan dengan umur yang akan menghasilkan peserta tes bugar atau tidak, dan saran
latihan yang harus dilakukan oleh peserta tes berdasarkan waktu yang diperoleh.
Langkah yang dilakukan dalam pebuatan aplikasi ini adalah mengumpulkan bahan,
adapun bahan seperti tutorial rumus yang diaplikasikan di program microsoft excel dan juga hasil
tes kebugaran sebelumnya yang hasilnya masih dihitung secara manual. Setelah bahan diperoleh
kemudian membuat aplikasi menggunakan program microsoft excel sesuai dengan yang dibutuhkan
seperti rumus penghitungan IMT, kategori IMT, kategori waktu, kategori waktu dikaitkan dengan
umur dan jenis kelamin yang akan menghasilkan hasil baik sekali, baik, cukup, kurag atau kurang
sekali, kemudian hasil dikaitkan dengan latihan yang harus dilakukan. Setelah rancangan selesai
kemudian mengkonsultasikan kepada atasan langsung selaku Kepala Seksi dan seluruh staff Seksi
Yandaru beserta mentor selaku Kepala Bidang. Setelah menerima masukan aplikasi diperbaiki
kembali kemudian dikonsultasikan kepada mentor. Setelah mencapai kesepakatan maka aplikasi
tersebut dapat digunakan untuk mengolah hasil tes kebugaran yang akan dilaksanakan pada periode
selanjutnya. Akan tetapi alikasi tersebut masih ada kekurangan yaitu masih dibedakan sheet file
aplikasi untuk laki-laki dan perempuan. Berikut ini aplikasi hasil tes kebugaran jasmani :
Setelah terdapat aplikasi pengolahan hasil tes kebugaran jasmani diharapkan dalam
pengolahan dapat lebih efektif waktu dan efisien sumber daya serta dapat meminimalisirkan
kesalahan dalam pengolahan hasil. Aplikasi pengolahan hasil tes kebugaran jasmani dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan kualitas prima secara adil kepada
seluruh lapisan peserta tes kebugaran baik pejabat maupun staff di Pemerintah Kota Salatiga sesuai
dengan visi Dinas Kesehatan Kota Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada transparansi yaitu mewujudkan penyelenggaraan yang transparan,
efektif dan efisien, akuntabel serta dipertanggungjawabkan ditunjukkan dengan pengolahan hasil
tes kebugaran jasmani diolah menggunakan aplikasi.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik harus berorientasi pada mutu atau
kualitas hasil, hal ini ditunjukkan dengan kualitas mutu pengolahan hasil dengan menggunakan
aplikasi yang maan akan meminimalisir kesalahan.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun bahwa hasil tes kebugaran dapat diolah
secara cepat dan minim kesalahan.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yang merupakan sebuah perubahan dengan membuat
aplikasi pengolahan hasil yang sebelumnya belum ada, dan efisien bahwa dalam pengolahan tidak
membutuhkan banyak sumber daya.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada mandiri tanpa meminta bantuan pihak lain (progamer) sehingga tidak
membutuhkan biaya.
F. Penyusunan Buku Pedoman Kesehatan Olahraga Tingkat Puskesmas di Kota Salatiga
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi penyusunan buku Pedoman Kesehatan
Olahraga di Puskesmas dilaksakan pada tanggal 16-26 November 2015 dalam waktu satu hari.
Adapun evidence penyusunan buku Pedoman Kesehatan Olahraga di Puskesmas terdapat pada
lampiran 6.
Penyusunan buku ini adalah karena belum adanya pedoman kesehatan olahraga yang
sesuai dengan kebutuhan untuk tingkat Puskesmas di Kota Salatiga walaupun kegiatan kesehatan
olahraga sudah berjalan. Untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan hendaknya terdapat suatu
pedoman untuk mendapatkan kualitas kegiatan maupun sistem pelaporan yang lebih baik.
Adapun langkah pembuatan buku pedoman kesehatan olahraga di Puskesmas ini
berawal dari diskusi dengan atasan langsung dalam mencari bahan untuk sumber buku. Sumber
buku ini mengacu pada Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga di Puskesmas yang diterbitkan oleh
Kementrian Kesehatan pada tahun 2006. Kemudian setelah mendapatkan bahan selanjutnya adalah
menyusun buku. Draft buku siap untuk didiskusikan bersama atasan langsung dan seluruh staff Seksi
Yandaru. Setelah menerima masukan salah satunya dengan menyesuaikan isi seperti Peraturan
Kementrian Kesehatan terbaru dan memasukkan form laporan bulanan serta instrumen monitoring
dan evaluasi draft dicetak kembali dan dikonsulkan kepada atasan langsung dan mentor yang
kemudian diajukan kepada Kepala Dinas untuk pengesahan buku.
Dengan adanya buku Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga ini diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan kesehatan olahraga di Puskesmas serta memberikan pelayanan kesehatan
secara mandiri kepada seluruh lapisan masyarakat Kota Salatiga sesuai dengan visi Dinas Kesehatan
Kota Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada konsistensi yaitu setiap kegiatan harus memiliki pedoman dan
standar operasionalnya yang bertujuan untuk dapat meningkatkan komitmen dan kredibilitas
kegiatan kesehatan olahraga di Puskesmas.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelaksana kebijakan berorientasi pada kepentingan
publik yaitu dengan membuat buku pedoman kesehatan olahraga.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada profesionalisme yaitu dengan adanya buku pedoman maka
pelaksanaan kesehatan olahraga dapat dilakukan secara profesional sesuai prosedur yang ada.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yang merupakan sebuah perubahan dengan membuat
buku pedoman kesehatan olahraga yang sebelumnya belum ada.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada kesederhanaan dalam pembuatan karena sumber telah ada dari
Kementrian Kesehatan yang kemudian disesuaikan dengan aturan yang terbaru dan ditambahkan
sesuai dengan kebutuhan Puskesmas di Kota Salatiga.
G. Pembuatan x-banner Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Medis (SPGDT)
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi pembuatan x-banner SPGDT dilaksakan pada
tanggal 23-24 November 2015 dalam waktu satu hari. Adapun evidence pembuatan x-banner SPGDT
terdapat pada lampiran 7.
Pembuatan x-banner SPGDT adalah karena masyarakat Kota Salatiga yang masih awam
dengan SPGDT yang merupakan program baru di Dinas Kesehatan Kota Salatiga. SPGDT sendiri
merupakan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) merupakan sistem
penanggulangan pasien gawat darurat, yang terdiri dari unsur pra Rumah Sakit, Rumah Sakit, dan
antar Rumah Sakit. SPGDT pada dasarnya merupakan layanan yang berbasis masyarakat untuk
memberikan kemudahan bagi masyarakat pasien gawat darurat mengetahui informasi pertolongan
pertama di rumah sakit atau puskesmas terdekat dan evakuasi menggunakan ambulan siaga 24 jam
bila diperlukan. Banyak fasilitas yang terdapat di SPGDT salah satunya call center gawat darurat,
ambulans gratis siaga 24 jam, informasi tempat tidur kosong di Rumah Sakit, stock darah PMI, dan
sebagainya. Layanan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sehingga pembuatan x-banner
diharapkan dapat sebgai media promosi kesehatan yang efektif untuk masyarakat terkait informasi
SPGDT.
Adapun langkah dalam pembuatan x-banner ini adalah mencari bahan melalui web
SPGDT Kota Salatiga, kemudian merancang x-banner SPGDT. Setelah rancangan jadi kemudian
mengkonsultasikan bersama atasan langsung dan mentor. Setelah mendapatkan masukan, didesign
kembali x-banner SPGDT dan di konsultasikan kepada mentor. Setelah mendapatkan persetujuan, x-
banner SPGDT dicetak dan dipasang di depan kantor SPGDT yang sekarang masih bergabung dengan
PMI Kota Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut adalah
:
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada keterbukaan informasi yaitu dengan memberikan informasi
mengenai SPGDT melalui media promosi kesehatan x-banner.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelaksana kebijakan dalam dimensi kualitas pelayanan
salah satunya adalah variasi model pelayanan dan atribut pendukung lainnya dengan pembuatan x-
banner.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada non diskriminatif yaitu menciptakan lingkungan kerja yang non
diskriminatif karena semua dapat mengakses (membaca).
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yang merupakan perubahan bahwa sebelumnya belum
ada x-banner.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada kepedulian untuk membuat dan memberikan informasi kepada
masyarakat.
H. Papan Kontrol Kegiatan Seksi Yandaru
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi papan kontrol kegiatan Seksi Yandaru
dilaksakan pada tanggal 24-25 November 2015. Adapun evidence papan kontrol kegiatan Seksi
Yandaru terdapat pada lampiran 8.
Pembuatan papan kontrol ini dibuat karena banyaknya kegiatan tahunan yang harus
dilakukan oleh Seksi Yandaru. Kegiatan dilakukan kadang melebihi target yang telah ditentukan
sehingga mempengaruhi serapan fisik maupun anggaran yang telah dibuat.
Adapun langkah-langkah pembuatah papan kontrol Seksi Yandaru adalah menyiapkan
bahan yang dibutuhkan seperti POA yang telah disusun diawal tahun. Setelah bahan terkumpul,
mendesign papan kontrol kegiatan yang berisi kegiatan di Seksi Yandaru beserta kolom target dan
realisasi kegiatan dengan pembedaan warna. Setelah design selesai kemudian mengkonsultasikan
kepada atasan langsung dan mentor, setelah mendapat persetujuan papan kontrol kegiatan siap
dicetak dan ditempelkan pada sterofoam yang ada di Seksi Yandaru.
Pembuatan papan kontrol ini berguna untuk mengontrol kegiatan yang ada di Seksi
Yandaru, yang mana setiap kegiatan yang dilakukan dapat dipersiapkan dengan baik karena jadwal
kegiatan dapat dilihat oleh seluruh staff Seksi Yandaru. Dan juga serapan fisik maupun anggaran
dapat sesuai dengan target yang telah ditentukan. Selain itu bagi masyarakat dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Kota Salatiga dengan upaya kegiatan-kegiatan yang sudah
diprogramkan sesuai dengan visi Dinas Kesehatan Kota Salatiga “sehat”.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada kejelasan pada cara menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel
yaitu sumber daya yang ada mengetahui kegiatan dan waktu pelaksanaan.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelaksana kebijakan harus memahami seluruh
kegiatan seksi yang harus dilakukan.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
karena dengan adanya papan kegiatan dapat memantau kapan kegiatan harus dilakukan, sehingga
ada persiapan untuk kegiatan tersebut.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi yang merupakan perubahan sebelumnya belum ada
menjadi ada time table atau papan kontrol kegiatan Seksi Yandaru.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada disiplin yaitu kegiatan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan.
I. Analisis Hasil Tes Kebugaran Jasmani Tahun 2015
Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi analisis hasil tes kebugaran jasmani tahun
2015 dilaksakan pada tanggal 24-27. Adapun evidence analisis hasil tes kebugaran jasmani terdapat
pada lampiran 9.
Analisis hasil tes kebuagran jasmani tahun 2015 dibuat untuk mempersiapkan evaluasi
dari pelaksanaan tes kebuagaran jasmani yang telah dilakukan pada tahun 2015. Sehingga dapat
mengetahui kelemahan dari program yang telah dilaksanakan dan dapat memperbaiki kelemahan
tersebut.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah menyiapkan hasil tes kebugaran jasmani yang
terdiri dari hasil tes kebugaran jasmani calon jamaah haji tahun 2015 sejumlah satu kali, hasil tes
kebugaran jasmani pegawai Dinas Kesehatan Kota Salatiga sejumlah dua kali, dan hasil tes kebugaran
jasmani pejabat struktural di lingkungan Pemkot Salatiga sejumlah dua kali. Kemudian membuat
analisis kehadiran, Indek Massa Tubuh (IMT), tekanan darah, dan hasil kebugaran. Terdapat
beberapa data yang kosong terutama pada pengukuran tekanan darah dan IMT pada pegawai Dinas
kesehatan dan pejabat struktural. Setelah itu membuat laporan analisis dan telaahan yang ditujukan
untuk Kepala Dinas. Sebelumnya mengkonsultasikan laporan analisis dan telahaan kepada atasan
langsung dan mentor. Setelah menerima masukan selanjutnya merevisi kembali dan
mengkonsultasikan kembali kepada mentor. Setelah mencapai kesepakatan selanjutnya telaahan
staff dan laporan analisis hasil tes kebugaran jasmani tahun 2015 diajukan kepada Kepala Dinas
untuk mendapatkan disposisi dari laporan yang telah disusun terutama pada solusi terhadap
permasalahan tes kebugaran jasmani.
Disposisi telaahan staff ini berguna untuk memperbaiki kelemahan pelaksanaan tes
kebugaran sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan visi
organisasi.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada transparansi dalam keterbukaan informasi publik yaitu dengan
membuat analisis hasil kegiatan tes kebugaran selama tahun 2015 sebagai dokumen seksi yandaru.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik yaitu memberikan pelayanan yang
maksimal sampai dengan analisis hasilnya.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada mengutamakan tindak lanjut pencapaian hasil terhadap program
yang dijalankan yaitu tes kebugaran jasmani.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi bahwa inovasi yang merupakan perubahan yang
sebelunya belum pernah dianalisis hasil tes kebugaran menjadi ada laporan analisis, dan kualitas
mutu yaitu hasil yang diperoleh dimanfaatkan sebagai bahan analisis.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada peduli atau sadar untuk membuat analisis sehingga hasilnya dapat
dijadikan bahan perbaikan kegiatan selanjutnya.

J. Re-design Saldo Obat dengan Penambahan Item Expired Date


Sesuai dengan jadwal kegiatan aktualisasi re-design saldo obat dengan penambahan
item expired date dilaksakan pada tanggal 25 November 2015 dalam waktu satu hari. Adapun
evidence re-design saldo obat dengan penambahan item expired date terdapat pada lampiran 10.
Re-design saldo obat dengan penambahan item expired date dilakukan karena tidak
efektifnya waktu dalam merekap dan mencari obat yang sudah mendekati expired.
Langkah dalam re-design saldo obat dengan penambahan item expired date adalah
mengumpulkan bahan salah satunya adalah file saldo obat kemudian merekap saldo obat dengan
menambah item expired. Setelah penambahan item selanjutnya mengkonsultasikan kepada atasan
langsung dan mentor. Setelah menerima masukan file diperbaiki kembali dan konsultasikan kepada
mentor. Setelah mendapat persetujuan file siap digunakan untuk merekap saldo bulan depan. Untuk
memudahkan pencarian obat yang mendekati expired dilakukan filter pada item expired date.
Berikut ini gambar file saldo obat yang siap digunakan untuk perekapan saldo obat bulan selanjutnya.
Dengan penambahan item expired date diharapkan dapat mempermudah dalam
mengontrol obat yang mendekati expired. Re-design ini dapat meningkatan kondisi derajat
kesehatan masyarakat Kota Salatiga sesuai dengan visi Dinas Kesehatan Kota Salatiga.
Nilai-nilai dasar profesi pegawai negeri sipil yang terkandung dalam kegiatan tersebut
adalah :
1. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas terletak pada kejelasan sistem pelaporan yang baik.
2. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme terletak pada ASN sebagai pelayan publik harus memahami bidang tugasnya
sebagai pengelola sarana dan prasarana obat-obatan PPPK untuk kepentingan masyarakat umum.
3. Etika Publik
Nilai etika publik terletak pada profesionalisme dalam setiap pelaksanaan yang sudah menjadi tugas
pokok dan fungsinya.
4. Komitmen Mutu
Nilai komitmen mutu terletak pada inovasi dan efektif, bahwa inovasi yang sebelumnya belum ada
item expired pada file menjadi ada dan efektif yaitu tidak perlu membuka satu persatu obat untuk
melihat expirednya akan tetapi dapat langsung memfilter dari file saldo obat di komputer.
5. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi terletak pada peduli terhadap apa yang diberikan oleh masyarakat (obat) dengan
pengontrolan expired date obatnya.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi Pegawai Negeri Sipil yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dari seluruh kegiatan aktualisasi yang berjumlah sepuluh dengan kategori kesemuanya merupakan
inovasi semuanya berjalan dengan baik dan menghasilkan evidence.
2. Capaian realisasi kegiatan 100% dari kegiatan yang telah dipresentasikan sebelumnya.
3. Peserta mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi Pegawai Negeri Sipil yaitu ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi) pada kegiatan aktualisasi
yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Salatiga.
4. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat karena kegiatan aktualisasi ini merupakan
perwujudan ASN sebagai pelayan publik dengan memperbaiki pelayanan yang ada menjadi optimal
mungkin.

B. SARAN
Saran yang berkaitan dengan kegiatan aktualisasi ini diharapkan bisa memberi bahan
masukan, diantaranya :
1. Peserta diklat dalam membuat laporan aktualisasi menjalin kerja sama dengan berbagai unsur
pimpinan yang ada maupun sebaliknya.
2. Peserta diklat mampu menerapkan nilai-nilai dasar yang berkesinambungan dalam kegiatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Kegiatan aktualisasi dilakukan sesuai dengan rancangan rekomendasi dari coach maupun mentor
serta dukungan dari kedua belah pihak maupun lingkungan SKPD terkait.

C. RENCANA TINDAK LANJUT


Rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan setelah kembali menjalankan tugas di SKPD
adalah sebagai berikut :
1. Sosialisasi SOP permintaan petugas kesehatan untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
2. Penggunaan e-file pengelolaan jadwal Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) untuk kegiatan
seterusnya.
3. Sosialisasi SOP pelaksanaan tes kebugaran jasmani.
4. Pencetakan kembali report card untuk seluruh peserta tes kebugaran jasmani dan untuk Puskesmas
sebagai pelaksana tes kebugaran jasmani di lingkup Kecamatan.
5. Penggunaan aplikasi hasil tes kebugaran jasmani untuk proses pengolahan hasil tes selanjutnya dan
mengadakan pelatihan internal mengenai penggunaan aplikasi terhadap pemegang program
kesehatan olahraga di Puskesmas agar aplikasi dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas.
6. Pencetakan kembali buku pedoman upaya kesehatan olahraga di Puskesmas dan penyerahan buku
kepada Kepala Puskesmas di Kota Salatiga.
7. Pembuatan papan kontrol kegiatan tahun 2016 dengan master seperti pada aktualisasi.
8. Melaksanakan solusi terhadap permasalahan tes kebugaran jasmani yang telah dianalisis.
9. Penggunaan e-file re-design saldo obat untuk merekap saldo obat bulan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Apartatur Sipil Negara (ASN)


2. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas
Pejabat Struktural
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/5015 Tentang
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019
4. Laporan Tahun 2014 Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan Bidang Pelayanan dan Pembinaan
Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Saltiga
5. Peraturan Kepala LAN-RI, Nomor 38 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan III
6. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai
Negeri Sipil. Jakarta : LAN. 2014
7. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Akuntabilitas : Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan I, II, dan III. Jakarta : LAN.
2014
8. M. Bovens. Analysing And Assessing Accountability : A Conceptual Framework’ Europan Law Journal,
Vol. 13 (4), pp447-468
9. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Nasionalisme : Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan I, II, dan III. Jakarta : LAN.
2014
10. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
11. Edi M Toha. Paper : Separatism and The Unity of Indonesia. 2009
12. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Etika Publik : Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan I, II, dan III. Jakarta : LAN.
2014
13. Paul Douglas. Ethics in Government. Cambridge : Havard University Press. 1993
14. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Komitmen Mutu : Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan I, II, dan III.
Jakarta : LAN. 2014
15. Robert Klitgaard. Membasmi Korupsi. Jakarta : Yyaasan Obor Indonesia. 2001
16. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Anti Korupsi Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan I, II, dan III. Jakarta : LAN.
2014
17. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 52 Tahun 2012 Tentang Budaya Kerja “SMART”.
BIODATA PENULIS

1 Nama Lengkap EKA RAHMAWATI, S.K.M


2 NIP 19921004 201501 1 002
3 Pangkat dan Golongan Ruang PENATA MUDA/ IIIA
4 Jabatan PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT PERTAMA
5 Nama SKPD DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA
6 Alamat SKPD JLN. HASANUDIN NO. 110 A SALATIGA
7 Tempat Tanggal Lahir KAB. SEMARANG, 4-10-1992
8 Jenis Kelamin PEREMPUAN
10 Agama ISLAM
11 Alamat Rumah
12 Status Perkawinan BELUM KAWIN
13 Nomor Hand Phone
14 Pendidikan SD SD NEGERI II SUMOWONO
15 Tahun Pendidikan 1998-2004
16 Pendidikan SLTP SMP N I SUMOWONO
17 Tahun Pendidikan 2004-2007
18 Pendidikan SMA SMA NEGERI I UNGARAN
19 Tahun Pendidikan 2007-2010
20 Pendidikan terakhir S1 KESEHATAN MASYARAKAT
21 Nama Universitas UNIVERSITAS DIPONEGORO
22 Tahun Pendidikan 2010-2014

Evidence aktualisasi dapat dilihat di


https://www.youtube.com/watch?v=nVudGn2sYXw&feature=share

Anda mungkin juga menyukai