(PENGUMPULAN DATA)
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Istiqomah (I1C118041)
Asisten Dosen:
Pendamping:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan judul “LAPORAN TIM ARTEFAK MAHAT METODE 1 ARKEOLOGI
(PENGUMPULAN DATA).” Kami sadar bahwa laporan masih banyak
kekurangan atau kesalahan oleh karna itu kritik dan saran kami harapkan agar
laporan ini menjadi lebih baik lagi. Dan kami berharap laporan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang arkeologi. Serta
pembaca dapat mengetahiu tentang bagaimana dan apa sebenarnya kebudayaan
megalit yang ada di kawasan Mahat.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi semua usaha kita,
Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
3.7. Situs Koto Gadang ………………………………………..43
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Bagyo Prasetyo, Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia, (Yogyakarta, Galang
Press, 2015), hlm 15.
5
Nias (Sumatera Utara), Nagari Mahat, Kabupaten Lima Puluh Koto (Sumatera
Barat), Cirebon, Kuningan, Sukabumi, Cianjur (Jawa Barat), Matesi, Terjan (Jawa
Tengah), Gunung Kidul (Yogyakarta), Besuki (Jawa Timur), Minahasa (Sulawesi
Utara), Toraja (Sulawesi Selatan), dan masih banyak lagi di berbagai daerah
Indonesia.
2
Romi Hidayat, Bentuk Fungsi dan Makna Menhir di Nagari Mahat (Papua, Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Gorontalo, 2011), hlm 142.
3
Bagyo Prasetyo, Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia, (Yogyakarta, Galang
Press, 2015), hlm 16.
4
Bagyo Prasetyo, Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia, (Yogyakarta, Galang
Press, 2015), hlm 17.
6
Pengaruh lingkungan geografi kepulauan Indonesia membatasi kontak
dengan budaya luar semakin memperkuat ketergantungan dengan lingkungan,
sehingga memicu terjadinya pertumbuhan budaya-budaya khas kelokalan sebagai
proses adaptasi lingkungan. Dari beberapa situs megalit di Indonesia, menhir
merupakan bentuk paling tinggi keluasan persebarannya, kemudin disusul oleh
lumpang batu, arca manusia dan dolmen, altar batu, punden berundak, batu dakon,
dan lain-lain. Seperti halnya situs yang tersebar di Indonesia bagian Sumatra Barat
juga banyak ditemukan megalit berupa menhir, daerah tersebut terkenal sebagai
daerah seribu menhir. Selain budaya prasejarah, Sumatera Barat juga kaya akan
situs-situs Arkeologi.
Budaya batu besar ini begitu mendominasi dan melekat terhadap budaya
yang ada di Sumatera Barat. Tidak hanya di masa prasejarah, budaya batu besar
terus belanjut hingga masa-masa berikutnya. Penggunaan batu besar dalam
penyimbolan seseorang yang meninggal dan dianggap sebagai leluhur telah
bercampur baur dalam sendi keberagaman budaya maupun religi yang masuk
setelah masa prasejarah. Karena hal ini dirasa hanya sebagai asumsi dan dugaan
sementara maka penulis berusaha untuk menguraikan hal-hal ini pada penelitian
kali ini.
7
1. Mengetahui bentuk-bentuk artefak
Dari kegiatan kuliah lapangan dan penelitian ini, kami berharap semoga
kegiatan kuliah lapangan dan penelitian kami memberikan manfaat pada kami dan
masyarakat. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
5
Prof.Dr.Suryana,M.Si, Metodologi Penelitian:Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Bandung,Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hlm 20.
6
Surya Dharma,MPA.,Ph.D, Pendekatan,Jenis, Dan Metode Penelitian
Pendidikan,(Jakarta,Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm 37.
8
melalui survey dan ekskavasi, serta diakhiri dengan publikasi sebagai upaya
sosialisasi hasil penelitian, baik untuk lingku ilmiah maupun masyarakat pada
umumnya. Adapun Metode penelitian yang digunakan di Kenagarian Mahat,
Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Koto, Provinsi Sumatera Barat,
sebagai berikut
1.5.1 Survei
9
memaparkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci tentang apa saja yang
ada dilapangan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, pada tahun
1985 khusus di situs megalit Bawah Parit (Kota Tinggi), penelitian tersebut
berlangsung selama 20 hari yaitu dari tanggal 19 Agustus 1985 sampai dengan 7
September 1985. Ini merupakan penilitan tahap ke dua sebelumnnya dilakukan
survei di daerah Lima Puluh Kota yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juli sampai
dengan 1 Agustus 1984. Mengingat hasil penelitian pada tahun 1985 masih dalam
penanganan dan analisis lebih lanjut, maka dilanjut pada penilitan tahap 2 yang
dilaksanakan pada tanggal 24 September 1986 sampai dengan 14 Oktober 1986.
Pada tahun 2017 dilakukan penelitian mahasiswa, oleh mahasiswa Arkeologi
Universitas Jambi angkatan 2015 pada tanggal 18 Maret 2017 yang dilakukan di
Situs Padang Hilalang dan situs bawah parit.
Lokasi situs budaya ini seperti berada pada dasar bejana jika di lihat dari
udara. Situs ini barada pada dasar cekungan yang di kelilimgi oleh pengunungan
yang merupakan bagian tengah punggung Pegunungan Bukit Barisan. Lokasi situs
megalitik pertama yang di jumpai saat memasuki Nagari Mahat adalah Situs Koto
Gadang.
Lokasi Situs Koto Gadang ini berada pada lahan seluas 4776 m2 dan
mempunyai 31 Menhir pada posisi berdiri dan tidur dengan ukuran yang
bervariasi. Menhir tertinggi berukuran 210 cm dengan lebar 45 cm dan ada juga
satu menhir yang berukuran 300 cm dengan posisi tidur / rebah dengan hiasan
sulur dan berbentuk seperti kepala binatang. Pada bagian tengah areal situs ini
terdapat sebuah batur yang memanfaatkan gundukan tanah yang kemudian di
kelilingi oleh susunan batu kali seluas 6 x 6 m2. Dari informasi warga yang di
dapatkan, menyebutkan bahwa dulu di batur tersebut terdapat menhir tinggi yang
di kramatkan oleh masyarakat ( Hidayat 2011, 148).
12
buah menhir berhias. Menhir tertinggi pada situs ini adalah berukuran 400 cm
namun ditemukan pada kondisi rebah/tidur. Menhir menhir tersebut berada pada
lahan seluas 80x125 m2 milik kaum Pasukuan Melayu. Secara umum, menhir
tersebut berasal dari batu alam yang diberdirikan, hanya beberapa yang tampak
bekas pengerjaannya (Hidayat 2011, 146).
Pusat Arkeologi Nasional pernah meneliti situs ini pada tahun 1985 dan
1986. Penelitian itu menemukan 7 rangka manusia berciri ras mongoloid dibagian
yang diberi menhir tersebut. Rangka manusia tersebut memiliki orientasi barat
laut-tenggara dan dikuburkanyya dengan menggunakan liang lahat (Yondri 1996,
5--9).
Pada situs ini terdapat satu buah menhir berhias motif segitiga dengan
tinggi 170 cm, lebar 45 cm dan tebal 30 cm, yang dipercaya sebagai nisan makam
dari salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Ronah (Hidayat 2011, 147).
Pada kawasan Nagari Mahat sebenarnya tidak hanya memiliki 3 situs itu
saja dari data yang telah diperoleh, wilayah ini memiliki 12 situs megalitik dengan
sebagian besar bangunan yang ada adalah menhir dengan jumlah mencapai 800
buah. 9 situs yang lain adalah Situs Bukit Domo 1, Situs bukit Domo 2, Situs
Rona 1, Situs Rona 2, Situs Kayu Kaciak, Situs Tanjung Masjid, Situs Kampung,
Situs Ampang Gadang 1, dan Situs Ampang Gadang 2 (Hidayat 2011, 145).
13
BAB III
PEMBAHASAN
Pada situs Ateh Sudu 1 memiliki titik koordinat 00⁰ 01’ 09,3” LU - 100⁰ 30’
48” BT dengan ketinggian 386 mdpl dan terdapat 4 menhir yang terdiri dari 1
menhir yang berdiri tegak dan 3 menhir yang rebah. keaadan lingkungan di situs
ini ditutupi semak belukar dan tumbuhan ilalang, pohon sengon, dan pohon karet.
Menhir 1:
Menhir 1 yang terbuat dari batu andesit yang berada dibukit Joro Koto
Gadang, pertama kali ditemukan dalam Menhir 1 ini berbentuk Hulu Keris dan
dalam posisi rebah bermotif. Menhir ini berorientasi ke arah selatan. Memiliki
ukuran panjang 208 cm dan lebar 44 cm. Menhir ini ditumbuhi lumut hijau dan
kerak lumut (Lumut Putih). Motif tampak atas menhir ini berjumlah 5 dengan
motif sulur-suluran dengan bentuk seperti wajik, tampak barat berjumlah 2 dengan
motif sulur-suluran dan tampak timur berjumlah 2 motif dengan motif sulur-
suluran yang sudah aus. Salah satu motif tampak atas yang ditemukan di menhir
ini berbentuk hiasan stupa pada pagar besi modern saat ini yang berukuran 17 cm.
14
Menhir 2:
Menhir ini terbuat dari batuan andesit dengan bentuk pakis dan menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahat. Menhir ini memiliki ukuran tinggi 113 cm dan
lebar 41 cm. Posisi menhir tegak dengan 3 sisi bermotif di bagian kaki menhir.
Menhir ini memiliki jenis motif, yatu motif sulur-suluran dan segitiga. Menhir ini
memiliki arah hadap ke dan berorientasi kearah selatan. Menhir ini sudah sedikit
aus dengan kondisi fisik berlumut hijau dan putih. Tidak jauh dari menhir ini
terdapat pohon pinang dibagian utara dan pohon karet dibagian selatan.
Menhir 3:
Menhir ini terbuat dari batuan andesit dengan bentuk kondisi fisik yang
sudah aus. Menhir ini berorientasi kearah selatan dengan posisi yang rebah.
Menhir ini polos tidak memiliki motif dan di tumbuhi lumut hijau di bagian alas.
15
Menhir 4:
Menhir ini terbuat dari batuan andesit dengan posisi rebah. Kondisi fisik
menhir ini aus dan bagian tengah menhir terbelah. Menhir ini tidak bermotif
dengan arah hadap ke timur. Jarak menhir ini dengan menhir 3 berjarak 1 meter.
Situs Ateh sudu 2 berbentuk Hulu keris dengan arah hadap Selatan dengan
bahan batu andesit dan memiliki motif yang berada di arah barat laut dengan
bentuk segitiga terbalik yang semakin mengerucut kebawah. Menhir tersebut
miring kearah Utara dengan sudut 20⁰. Menhir ini berwarna putih pucat dan
menhir tersebut telah ditumbuhi lumut kerak (lichens). Tinggi keseluruhan menhir
113cm dengan panjang atas 42cm, panjang badan 41, panjang kaki 21, dan
panjang bagian atas 55cm.
Menhir 1
Menhir 2
16
Menhir dalam keadaan tegak rendah dengan kondisi fisik berlumut. Menhir
ini berorientasi kearah selatan. Menhir ini memiliki ukuran paling kecil di situs
tersebut. Menhir tersebut berbahan batu andesit tanpa memiliki motif dan menhir
ini tidak di pahat melainkan cara pengerjaannya natural yang dapat di lihat dari
bentuknya.
Menhir 3
17
Menhir 3 Situs Ateh Sudu 2
Dok. Gery Prasetya
Menhir 4
18
Menhir 5
Menhir 5 dengan arah hadap timur namun keadaanya rebah. Menhir ini
berbahan batu andesit dan tidak memiliki motif, menhir ini di tumbuhi lumut
hijau, keadaan menhir sedikit haus dengan ukuran panjang keseluruhan 134cm,
dengan panjang kepala 47 cm, panjang badan 49 cm, dan panjang kaki 38 cm,
sejauh 2 meter kea rah barat terdapat menhir 4.
19
keseluruhan dipenuhi lumut dan juga jamur kerak yang berasal dari cuaca yang
lembab.
Menhir 1, Situs20
Pangantiangan 1
21
adalah hulu keris dengan berbahan batu andesit dan berkonteks menhir. Menhir
ini dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini memiliki ukuran panjang 230 cm
dan lebar 63 cm. Jarak antar artefak di Situs 2 ini terbagi menjadi 3 arah mata
angin. Jarak dari arah utara sejauh 50 cm, dari arah timur 120 cm dan dari arah
barat 40 cm.
Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik. Menhir ini dikerjakan dengan teknik pahatan. Jarak antar artefak di Situs ini
hanya ada di arah selatan dengan jarak 605 cm.
Menhir 2 ini mempunyai bentuk seperti pakis dengan bahan batu andesit
dan menhir ini dikerjakan dengan teknik pahat. Menhir ini dalam posisi rebah
22
dengan kondisi fisik yang baik dan kondisi Menhir ini utuh. Menhir ini
mempunyai ukuran panjang 128 cm dan ukuran lebar 60. Jarak antar artefak di
Situs ini hanya ada di arah selatan dengan jarak 1505 cm.
Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Jarak antar artefak ini hanya memiliki 1 arah
mata angin yaitu arah timur 200 cm.
23
Menhir 1 Situs Pangantiangan 4
Dok. Ridho Putramadana
Menhir 2 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi jatuh kearah barat dengan kemiringan 50⁰. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 130 cm
dan lebar 42 cm. Jarak antar artefak yang sesuai 2 arah mata angin yaitu timur 340
cm dan barat 200 cm.
24
Menhir 3 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris tetapi pada bagian kepala
mengalami kerusakan dengan bahan batu andesit dan berkonteks menhir. Kondisi
Menhir ini tidak utuh dan kondisi fisik yang mengalami kerusakan pada
permukaan menhir dengan orientasi jatuh kearah timur. Menhir ini dikerjakan
dengan teknik pahatan.
Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi ke tenggara dengan arah hadap Gunung Sago. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 122 cm
dan lebar 42 cm. Jarak antar artefak yang sesuai 2 arah mata angin yaitu utara 110
cm dan barat 80 cm.
25
Menhir 1 Situs Pangantiangan 5
Dok. Ridho Putramadana
26
yang baik dengan orientasi yang tidak diketahui. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak hanya memiliki 1 arah mata angin yaitu arah
utara dengan jarak 560 cm.
Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti phallus dengan bahan batu andesit
dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik
dengan orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan
dengan teknik pahatan. Jarak antar artefak yang sesuai 4 arah mata angin yaitu;
arah utara 204 cm, timur 60 cm, barat 66 cm, dan selatan 571 cm.
27
Menhir 2 ini mempunyai bentuk seperti phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 124 cm dan lebar 46 cm.
Jarak antar artefak yang sesuai 4 arah mata angin yaitu; arah utara 200 cm, timur
1100 cm, barat 600 cm, dan selatan 910 cm.
Menhir 3 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 44 cm
dan lebar 39 cm. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 3 arah mata angin yaitu;
timur 76 cm, barat 53 cm, dan selatan 365 cm.(rendah)
28
Menhir 3 Situs Pangantiangan 6 Dok.
Ridho Putramadana
29
Menhir 5 ini memiliki bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak hanya di 3 arah mata angin yaitu; arah utara
283 cm, timur 127 cm dan barat 63 cm.
Menhir 6 ini mempunyai bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 2 arah mata angin yaitu timur
80 cm dan barat 120 cm.
Menhir 7 ini mempunyai bentuk hulu keris dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 3 arah mata angin yaitu utara
44 cm, timur 640 cm dan barat 566 cm.
Menhir 8 ini mempunyai bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
30
teknik pahatan. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 2 arah mata angin yaitu
selatan 330 cm dan timur 100 cm.
Situs Bawah Parit merupakan salah satu kawasan tradisi Megalith yang ada
di Kenagarian Mahat. Situs Bawah Parit ini berada pada ketinggian 318 mdpl.
Untuk dapat memasuki situs ini harus melewati jalan dengan persawahan dibagian
kiri dan kanan jalan. Selain itu juga terdapat beberapa jenis flora, yaitu pohon
kelapa, pohon pinang, mangga, bambu, kacang, papaya, cabe, keladi dan pohon
buah ceri. Terdapat pula beberapa jenis fauna, yaitu anjing, ayam dan sapi. Dan
juga dapat dijumpai beberapa rumah milik warga dan juga kolam ikan.
Tidak jauh dari rumah milik warga, untuk menuju situs Bawah Parit harus
melewati jalan yang mendaki dan terdapat beberapa batuan besar di pinggir jalan
tersebut. Setelah itu terdapat gapura yang menunjukkan Situs Bawah Parit
tersebut. Lokasi situs Bawah Parit terletak di sebelah kiri jalan yang
menghubungkan Desa Ronah dan Desa Koto Tinggi. Keadaan situs ini tidak
diolah (kosong) dan hanya ditumbuhi tanaman ilalang. Dibagian utara situs
terdapat Bukit Kosan dan di bagian Barat Daya& Selatan terdapat Bukit Takincir,
dibagian barat terdapat Bukit Gadang dan Bukit Sanggul dan dibagian Timur
terdapat Bukit Beranak sedangkan puncak tertinggi di kawasan Kabupaten Lima
Puluh Koto ini adalah Gunung Sago yang berada di arah Tenggara situs Bawah
Parit ini.
Di situs Bawah Parit ini terdapat 370 Menhir yang umumnya terbuat dari
batu andesit dan batuan konglomerat (padas). Diantara menhir yang ada terdapat
beberapa menhir dengan motif hias seperti motif sulur-suluran, motif zigzag,
seperti angka delapan serta hiasan seperti belalai. Menhir-menhir tersebut
memiliki bentuk yang beragam. Seperti, hulu keris, phallus, empat persegi, dan
kerucut. Jumlah menhir dengan bentuk hulu keris adalah 134 buah, bentuk phallus
sebanyak 68 buah, bentuk persegi empat sebanyak 59 buah dan bentuk kerucut
sebanyak 58 buah. Selain bentuk diatas, terdapat juga menhir dengan bentuk yang
tidak dapat diketahui secara jelas karena masih terpendam di dalam tanah dan
hanya sebagian kecil saja yang tampak atau muncul di permukaan tanah dengan
jumlah 44 menhir. Situs ini berbentuk persegi empat.
3.3.1. Menhir Bawah Parit 1
Menhir Bawah Parit 1 berorientasi kearah Tenggara dengan letak
Astronomis 00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah
hadap ke Gunung Sago. . Konteks pada artefak ini adalah Menhir. Jarak antar
menhir terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan menhir lainnya dari
arah utara 75 cm, dari arah selatan 589 cm, dari arah timur 240 cm dan dari arah
31
barat 670 cm. Denah Menhir Bawah Parit 1 ini berbentuk empat persegi panjang..
Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran panjang 117 cm dan
lebar 40 cm.
Menhir ini memiliki motif hias berjumlah 4 motif yang sama, yaitu motif
Sulur-suluran. Posisi motif hias ini berada di arah utara dengan teknik pembuatan
motif secara pahatan. Menhir ini berbentuk Phallus dan terbuat dari bahan batu
Andesit dengan kondisi menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang
mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini
berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur.
32
Menhir ini memiliki motif hias berjumlah 2 motif yang sama, yaitu motif
Pakis. Posisi motif hias ini berada di sebelah kiri dan kanan bagian Menhir dengan
teknik pembuatan motif secara pahatan. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan
terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh
dan kondisi fisik yang mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam
yang ada di menhir ini berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur
yang berada di bagian bawah.
Pada menhir ini tidak dijumpai motif hias pada setiap bagiannya. Menhir
ini berbentuk Trapesium dan terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi
keadaan menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang mengalami beberapa
kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini berupa permukaan
menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian bawah.
Pada menhir ini dijumpai 1 motif hias pada bagian kanan menhir dengan
motif hias Sulur-suluran. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat dari bahan
batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh tetapi menhir ini
mengalami perubahan posisi kea rah Tenggara sebesar 45⁰ dan kondisi fisik yang
mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini
33
berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian
bawah.
Pada menhir ini dijumpai 1 motif hias pada bagian atas menhir dengan
motif hias Sulur-suluran dan motif zig-zag. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan
terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh
dan kondisi fisik yang mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam
yang ada di menhir ini berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur
yang berada di bagian bawah.
Pada menhir ini tidak dijumpai motif hias pada setiap bagiannya. Menhir
ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi
keadaan menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang mengalami beberapa
kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini berupa permukaan
menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian bawah.
34
arah barat 1620 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran
panjang 200 cm dan lebar 20 cm.
Pada menhir ini tidak dijumpai motif hias pada setiap bagiannya. Menhir
ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat dari bahan batu Granit dengan kondisi
keadaan menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang mengalami beberapa
kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini berupa permukaan
menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian bawah.
Pada menhir ini dijumpai 8 motif hias pada bagian atas menhir dengan motif
hias Sulur-suluran sebanyak 6 dan motif zig-zag sebanyak 2 yang terletak di
bagian selatan, utara dan tenggara. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat
dari bahan batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh dan
kondisi fisik yang mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam
yang ada di menhir ini berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur
yang berada di bagian bawah.
35
Menhir 8 Situs Bawah Parit
Dok. Ridho Putramadana
Situs Ampang Gadang berada pada kawasan Bukit Barisan Joro Koto
Gadang di Kenagarian Mahat Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh
Koto, Provinsi Sumatra Barat. Lebih tepatnya berada di tepian Sungai Batang
Mahat. Secara astronomis situs ini terletak pada titik koordinat 00º00.591º LU dan
100º29.304º LS. Untuk menuju Situs Ampang Gadang ini perlu mennyulusuri
Sungai Batang Mahat dapat ditemukan setiap sisi sungai terdapat pohon coklat,
pinang, kelapa, dan terdapat sawah di seberang Sungai Batang Mahat tersebut.
Menhir ini diperkirakan berasal dari perbukitan sekitar Kenagarian Mahat ini
banyak ditemukan bantuan andesit maupun limestone baik itu disungai Batang
Mahat maupun sepanjang jalan dipermukiman warga. Cikal bakal menhir ini situs
ini masih melekat pada batu induknya yang berukuran besar segi empat yang
posisinya berada di tepian Sungai Batang Mahat, dengan ketinggian batu tersebut
244 cm dan lebar 540 cm.
Cikal bakal menhir tersebut terletak disisi selatan kiri batu induk nya,
dengan ketinggian 96 cm dan lebar 46 cm. menhir tersebut tidak bermotif dan
polos masih melekat pada batuan induknya. Dilihat dari bentuknya teknik
pembuatan dikerjakan dengan di pahat. Keadaancikal bakal menhir ini masih utuh
dan baik, susunan menhir tersebut tunggal cikal bakal menhir tersebut dengan
bentuk berorientasi kearah utara, bahan batu tersebut yaitu batu andesit. Cikal
bakal menhir Ini mempunyai pontesi kerusakaan dalam segi biologis seperti
tumbuhnya lumut dan jamur berwarna putih hijauan dan juga akibat dari
pancaran sinar mantari dan 1'91,2" - 100°30'37,4'.
36
Cikal Bakal Menhir Situs Ampang
Gadang Dok. Gery Prasetya
3.4.1. Menhir 1
Menhir 1 pada situs padang hilalang yang masih utuh berdiri tegak
berorientasi arah ke Selatan. Kondisi fisik menhir ini dalam keadaan aus dan pada
permukaannya terdapat lumut kerak hijauan dan menghitam. Menhir 1 berbentuk
hulu keris dengan ketinggian 107 cm dan lebar 21 cm berbahan batu andesit. Dari
bentuk segi motifnya dapat di pastikan bahwa cara pengerjaan menhir ini ialah
dengan cara dipahat karena hampir semua motif yang ada pada menhir ini
terbentuk dengan halus dan rapi. Motif menhir ini yaitu berbentuk segitiga dengan
rata-rata ukuran panjangnya 8,5 cm, yang terletak pada bagian bawah menhir atau
kaki menhir.
37
Menhir 1 Situs Padang Hilalang
Dok. Gery Prasetya
3.4.2. Menhir 2
Menhir 2 pada situs padang hilalang merupakan salah satu menhir yang
paling besar dalam keadaan rebah kondisi fisik dari menhir ini sangat aus dengan
lumut yang telah menutupi beberapa bagian dari menhir tersebut. Menhir terbuat
dari batuan andesit yang berbentuk seperti hulu keris yang berukuran sepanjang
249 cm . menhir ini tidak memiliki motif. Kerusakan menhir ini di karenakan
faktor biologis dan kemungkinan besar menhir ini rebah karena faktor keadaan
alam. Jarak antar menhir ini dengan menhir lain dari arah utara adalah 4 m.
38
3.4.3. Menhir 3
3.4.4. Menhir 4
Menhir 4 adalah menhir yang masih berdri tegak tapi bagian kepala sudah
terpotong sebagian yang kondisi fisik yang aus berlumut kehitaman hijau kerat
putih dengan ketinggian 143 cm dan lebar 45 cm yang miring agak ke kanan.
Menhir ini terbuat dari batuan limestone teknik pembuatan menhir ini dikerjakan
dengan di pahat. Bentuk bantuan Menhir tersebut berbentuk Hulu Keris.
39
Menhir 4 Situs Padang Hilalang
Dok. Gery Prasetya
3.4.5. Menhir 5
3.4.6 Menhir 6
Menhir 6 adalah menhir yang dalam posisi tegak dengan panjang 162 cm
dan lebar 42 cm. bagian atas menhir ini sebagai tertutup lumut dengan warna
kehitaman pada batunya, bagian bawah menhir berwarna putih kerak. Menhir ini
terbuat dari batuan andesit. Arah orientasi menhir ini ke Selatan dan memiliki arah
hadap ke Bukit Pauruso.
40
Menhir 6 Situs Padang Hilalang
Dok. Geri Prasetya
Situs Bawah Bukit Domo merupakan salah satu kawasan tradisi Megalith
yang ada di Kenagarian Mahat. Situs Bawah Parit ini berada pada ketinggian 292
mdpl dengan letak astronomis 0⁰1’53,6” LU- 100⁰30’9” BT. Untuk menuju ke
situs tersebut harus melewati perkebunan coklat warga dan juga melewati jalan
setapak yang menanjak dan terdapat pula beberapa menhir.
Menhir 1
Menhir 1 pada situs Bukit Domo merupakan salah satu menhir terbesar yang
berbentuk Hulu keris dalam kondisi rebah dan kondisi yang baik. Menhir ini
terbuat dari batuan granit yang berukuran panjang 313 cm dan lebar 80 cm dan
menhir ini dikerjakan dengan teknik pahat. Menhir ini memiliki motif sulur-
suluran pada bagian atas menhir.
Menhir 2
Menhir 2 pada situs Bukit Domo terletak dibawah menhir 1. Menhir ini
berbentuk Hulu Keris dengan bahan batu andesit. Menhir ini memiliki ukuran
panjang 195 cm dan lebar 40 cm. Menhir ini dikerjakan dengan teknik pahat.
Menhir ini terletak di tengah perkebunan coklat.
41
3.7. Situs Koto Gadang
Menhir 1 merupakan salah satu dari beberapa menhir yang yang ada di situs
koto gadang yang terletak di sebelah kanan gerbang masuk. Menhir 1 ini memiliki
ukuran panjang 84 cm dan lebar 57 cm. Menhir ini memiliki arah hadap Bukit
Pauruso dengan orientasi ke Selatan. Menhir ini berbahan batu andesit yang
bebentuk Hulu Keris. Namun kondisi menhir ini tidak terlalu baik karena
kerusakan biologis yang di sebabkan jamur dan berlumut membuat menhir
berwarna hitam kehijauan dan percak-percak putih.
42
Menhir 2 merupakan salah satu dari beberapa menhir yang ada disitus Koto
Gadang dalam keadaan rebah dengan kondisi fisik yang aus, bermotif suluran dan
pakis dengan teknik pembuatan yang di pahat. Berada pada sisi barat pagar besi
dengan panjang 244 cm dan lebar 45 cm. Menhir tersebut berbentuk Hulu Keris.
Menhir ini memiliki arah hadap ke Bukit Pauruso dan berorientasi kearah Barat.
43
Menhir 3 Situs Koto Gadang
Dok. Ridho Putramadana
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat romi, 2011, “Bentuk Fungsi dan Makna Menhir di Nagari Mahat”
:Papua, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo.
Made Angga Setiawan, 2014, “Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, Desa
Pakraman Kesian, Gianyar, Bali, dan Potensinya Sebagai Belajar Sejarah di
SMA Berdasarkan Kurikulum 2013”:Bali, Universitas Pendidikan Ganesha.
Lutfi Yondri, 2011, “Temuan Kubur di Situs Bawah Parit (LIMAPULUH KOTO)
Corak Pengukuran Megalitik Masa Transisi” :Bandung, Balai Arkeologi
Bandung.
Martin Pradipta, 2017, “Ciri Budaya Megalitik Pada Arsitektur Candi di Pulau
Jawa(Dari Massa Klasik Tua, Klasik Tengah, Dan Klasik Muda)” :Parahyangan,
Universitas Katolik Parahyangan .
45
Kapata Arkeologi, 2015, “Nilai-Nilai Sosial Dan Religi Dalam Tradisi Megalitik
di Sulawesi Selatan” :Makasar, Balai Arkeologi Sulawesi Selatan.
46
LAMPIRAN I
Menhir I
47
Menhir II
Menhir III
48
Menhir IV
49
Situs Ateh Sudu II
Menhir I
50
Menhir II
51
Menhir III
52
Menhir IV
53
54
Menhir V
55
Situs Pangantiangan I
Menhir I
56
Situs pangantiangan III
57
58
Situs Pangantiangan IV
59
Situs Pangantiangan V
60
Situs pangantiangan VI
61
Situs Ampang Gadang
62
Situs Bawah Parit
Menhir I
63
Menhir II
64
Situs Padang Hilalang
Menhir I
65
Menhir II
66
Menhir III
67
Menhir IV
68
Menhir V
69
Menhir VI
70
Menhir VI
71
Situs Bukit Domo
72
Menhir
73
ISitus Koto GMenhir I
74
Menhir II
75
LAMPIRAN II
76
77
78
79
80
81
\
82
83
84
85
86
LAMPIRAN III
( FOTO KEGIATAN)
87
(Foto Kegiatan di Situs Ateh Sudu)
88
(Foto Kegiatan Hari Pertama/ Brieffing)
89
(Foto Kegiatan di Situs Ampang Gadang)
90
(Foto Kegiatan di BPCB Sumatera Barat)
91
(Foto Kegiatan Situs Bawah Parit)
92
(Foto Kegiatan di Situs Koto Gadang)
93
(Foto Kegiatan di Situs Pangantiangan)
94