Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN TIM ARTEFAK MAHAT KKL METODE 1 ARKEOLOGI

(PENGUMPULAN DATA)

Dosen Pengampu:

Asyhadi Mufsi Sadzali, S.S, M.A.

Disusun Oleh:

Engga Putri Yani (I1C118001) Ridho Putramadana (I1C118045)

Rika Apriani (I1C118007) Agmeysa Rizqi (I1C118047)

Nurul Haniyah (I1C118017) Haryanto Armadha (I1C118053)

Delfina Sibagariang (I1C118021) Yuli Nurul (I1C118026)

Endra Kurniawan (I1C118023) Wahyu Prasetiyo (I1C118040)

Aulia Utami (I1C118031) Geri Prasetyo (I1C118039)

Istiqomah (I1C118041)

Asisten Dosen:

M.Hadi Prasetyo (I1C114008)

Pendamping:

M.Fahri Amri (I1C116002)

Sri Yulia Nurnengsih (I1C115013)

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan judul “LAPORAN TIM ARTEFAK MAHAT METODE 1 ARKEOLOGI
(PENGUMPULAN DATA).” Kami sadar bahwa laporan masih banyak
kekurangan atau kesalahan oleh karna itu kritik dan saran kami harapkan agar
laporan ini menjadi lebih baik lagi. Dan kami berharap laporan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang arkeologi. Serta
pembaca dapat mengetahiu tentang bagaimana dan apa sebenarnya kebudayaan
megalit yang ada di kawasan Mahat.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi semua usaha kita,
Amin.

Jambi, 22 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………....2

DAFTAR ISI …………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………5

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………5


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………7
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………....7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………8
1.5 Metode Penelitian …………………………………....8
1.5.1 Survei ……………………………………9
1.5.2 Studi Litetarur ………………………………........9
1.5.3 Data Lapangan ………………………....................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………......................11

2.1 Gambaran Umum Lokasi …………………………………………...11

2.2 Penelitian Terdahulu …………………………………………..11

2.3 Penelitian Yang Relevan ………………………………………….12

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………14

3.1. Situs Ateh Sudu …………………………………………14

3.2. Situs Pangantiangan ……………………………....................20

3.3. Situs Ampang Gadang ……………………………………........32

3.4. Situs Bawah Parit …………………………………………37

3.5. Situs Padang Hilalang …………………………………………38

3.6. Situs Bukit Domo ……………………………...................42

3
3.7. Situs Koto Gadang ………………………………………..43

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………….45


4.1. Kesimpulan ……………………………………………….45

4.2. Saran ……………………………………………….46

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….46


LAMPIRAN ……………………………………………………….48

1. Lampiran I (Olah Digital)……………………………………….48


2. Lampiran II (Denah)…………………………………………….77
3. Lampiran III (Foto Kegiatan)……………………………………88

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Megalitik mempunyai ciri-ciri khas dan karakter yang kompleks


dibandingkan dengan artefak-artefak lainnya. Seringkali terjadi kesalahan dalam
penerapan pemberian nama untuk istilah bangunan batu yang mencirikan zaman
prasejarah. Sebagian orang mengatakan sebagian megalitik dan sebagian yang
lainnya lebih menyebutkannya dengan megalit atau tradisi megalitik, bahkan ada
juga yang mengatakan sebagai zaman megalitik. 1 Lalu bagaimana dengan
perbedaan penggunaan istilah megalitik dengan tradisi megalitik. Tradisi
megalitik lebih tepat dipakai untuk sebuah masyarakat yang masih melanjutkan
kebiasaan-kebiasaan yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya.

Sedangkan Megalitik pertama kali yang dikenal di wilayah sekitar


Mediterania, dan dengan meminjam peristilahan dari bahasa Yunani Kuno maka
bangunan batu itu diberi nama megalit yang merupakan pecahan dari kosa kata
megas yang berarti besar dan lithos yaitu batu. Konon penamaan ini muncul
pertama kali ditujukan kepada bangunan yang didirikan dengan menggunakan
batu-batu besar. Akhirnya istilah megalit terus dipakai untuk menyebutkan
bangunan-bangunan yang mencirikan batu-batu besar. Akan tetapi,
Frits.A.Wagner cenderung menyatakan pendapatnya bahwa pemaknaan batu besar
akan dapat menimbulkan pengertian yang keliru, karena objek berasal dari batu
yang kecil pun dapat dimasukkan sebagai megalit, asalkan objek-objek tersebut
jelas dibuat dengan tujuan sacral seperti pemujaan terhadap nenek moyang.

Sisa-sisa peninggalan megalitik hampir ditemukan diseluruh wilayah


Indonesia. Situs-situs megalitik yang telah ditemukan sampai saat ini antara lain

1
Bagyo Prasetyo, Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia, (Yogyakarta, Galang
Press, 2015), hlm 15.

5
Nias (Sumatera Utara), Nagari Mahat, Kabupaten Lima Puluh Koto (Sumatera
Barat), Cirebon, Kuningan, Sukabumi, Cianjur (Jawa Barat), Matesi, Terjan (Jawa
Tengah), Gunung Kidul (Yogyakarta), Besuki (Jawa Timur), Minahasa (Sulawesi
Utara), Toraja (Sulawesi Selatan), dan masih banyak lagi di berbagai daerah
Indonesia.

Schnitger dalam bukunya Forgotten Kingdom In Sumatera (1939) pernah


menyebut beberapa daerah yang ada di Kabupaten Lima Puluh Koto seperti Aur
Duri, Koto Tinggi, Koto Gadang, Suliki dan Belubus sebagai tempat-tempat yang
terdapat tradisi megalitik.2

Kematian dianggap tidak merubah kedudukan maupun martabat di alam


kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu orang-orang terkemuka atau mempunyai
jasa kepada masyarakat ketika meninggal arwahnya akan mendapatkan tempat
khusus di alam kemudian. Di sisi lain ada anggapan bahwa jasa atau kebaikan
sebagai bekal mendapatkan tempat khusus di alam selanjutnya dapat diperoleh
melalui pagelaran pesta yang diakhiri dengan pendirian megalit. Alhasil kehadiran
megalit dijadikan sebagai pengabdian jasa bagi si mati.3 Dan dijadikan sebagai
symbol perlindungan bagi manusia yang berbudi baik, medium penghormatan,
serta lambang si mati. Menempatkan si mati pada bangunan megalit merupakan
perilaku yang menguntungkan secara timbal balik antara si mati dengan keluarga
yang ditinggalkan. Tindakan ini didasarkan pada kepercayaan dan adanya
hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama pengaruh kuat dari si mati
bagi kesejahteraan masyarakat serta kesuburan tanaman. 4 Atas dasar konsep
tersebut, timbul adat kebiasaan bagi masyarakat pendukung budaya megalitik
melakukan pemujaan pada arwah leluhur.

2
Romi Hidayat, Bentuk Fungsi dan Makna Menhir di Nagari Mahat (Papua, Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Gorontalo, 2011), hlm 142.
3
Bagyo Prasetyo, Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia, (Yogyakarta, Galang
Press, 2015), hlm 16.
4
Bagyo Prasetyo, Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia, (Yogyakarta, Galang
Press, 2015), hlm 17.

6
Pengaruh lingkungan geografi kepulauan Indonesia membatasi kontak
dengan budaya luar semakin memperkuat ketergantungan dengan lingkungan,
sehingga memicu terjadinya pertumbuhan budaya-budaya khas kelokalan sebagai
proses adaptasi lingkungan. Dari beberapa situs megalit di Indonesia, menhir
merupakan bentuk paling tinggi keluasan persebarannya, kemudin disusul oleh
lumpang batu, arca manusia dan dolmen, altar batu, punden berundak, batu dakon,
dan lain-lain. Seperti halnya situs yang tersebar di Indonesia bagian Sumatra Barat
juga banyak ditemukan megalit berupa menhir, daerah tersebut terkenal sebagai
daerah seribu menhir. Selain budaya prasejarah, Sumatera Barat juga kaya akan
situs-situs Arkeologi.

Budaya batu besar ini begitu mendominasi dan melekat terhadap budaya
yang ada di Sumatera Barat. Tidak hanya di masa prasejarah, budaya batu besar
terus belanjut hingga masa-masa berikutnya. Penggunaan batu besar dalam
penyimbolan seseorang yang meninggal dan dianggap sebagai leluhur telah
bercampur baur dalam sendi keberagaman budaya maupun religi yang masuk
setelah masa prasejarah. Karena hal ini dirasa hanya sebagai asumsi dan dugaan
sementara maka penulis berusaha untuk menguraikan hal-hal ini pada penelitian
kali ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan kegiatan kuliah lapangan dan penelitian tersebut, maka


rumusan masalah yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut :

1. Apa saja artefak yang ada di mahat?

2. Bagaimana bentuk-bentuk menhir yang ada di mahat?

3. Bagaimana sistem tata letak menhir yang ada di situs tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pada kegiatan kuliah lapangan dan penelitian tersebut, membahas


tentang artefak-artefak yang ada di Mahat, meliputi :

7
1. Mengetahui bentuk-bentuk artefak

2. Mengetahui ragam artefak yang ada di mahat

3. Memahami sistem tata letak menhir yang ada di situs tersebut

4. Mengetahui jenis motif yang ada di setiap artefak

1.4 Manfaat Penelitian

Dari kegiatan kuliah lapangan dan penelitian ini, kami berharap semoga
kegiatan kuliah lapangan dan penelitian kami memberikan manfaat pada kami dan
masyarakat. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Menambah wawasan tentang bentuk-bentuk menhir.

2. Menambah literasi yang ada di kabupaten lima puluh koto.

3. Menambah pengetahuan megalith yang ada mahat.

4. Menambah pengetahuan tentang motih menhir yang ada di mahat.

5. Meningkatkan kerjasama antar individu.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-


langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian
adalah cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. 5 Metode penelitian
menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-
langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara
apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalis.6 Dalam implementasi di lapangan,
penelitian arkeologi memerlukan berbagai tahapan yang mutlak harus diikuti.
Tahapan penelitian tersebut dimulai dari proses pengumpulan data arkeologi

5
Prof.Dr.Suryana,M.Si, Metodologi Penelitian:Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Bandung,Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hlm 20.
6
Surya Dharma,MPA.,Ph.D, Pendekatan,Jenis, Dan Metode Penelitian
Pendidikan,(Jakarta,Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm 37.

8
melalui survey dan ekskavasi, serta diakhiri dengan publikasi sebagai upaya
sosialisasi hasil penelitian, baik untuk lingku ilmiah maupun masyarakat pada
umumnya. Adapun Metode penelitian yang digunakan di Kenagarian Mahat,
Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Koto, Provinsi Sumatera Barat,
sebagai berikut

1.5.1 Survei

Survei merupakan pengamatan tinggalan arkeologi disertai dengan


analisis yang dalam. Selain itu, survei juga dapat dilakukan dengan cara
mencari informasi dari penduduk. Tujuan survei untuk memperoleh benda
atau situs arekologi yang belum pernah ditemukan sebelumnya atau
penelitian ulang terhadap benda atau situs yang pernah diteliti.

1.5.2 Studi Literatur

Data kepustakaan berupa data-data mengenai menhir-menhir yang


mencakup pola, tipe, motif, ornament dan hiasan pada menhir. Data
mengenai ragam hias menhir yang di peroleh dari hasil penelitian
terdahulu dari berbagai sumber acuan. Berkaitan dengan itu data yang
akan di peroleh dari buku-buku, laporan dan hasil penelitian, artikel
ilmiah, junal ilmiah, foto, gambar, peta dan sebagainya.

1.5.3 Data lapangan

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara perekaman data.


Perekaman data terbagi dua yaitu penggambaran dan pemotertan atau dokumntasi,
kedua cara ini dapat diterapkan karena memiliki keunggulan dan kelebihan
masing-masing yang dianggap saling dilengkapi. Penggambaran merupakan
proses menggambar tentang megalit yang ditemukan dilapangan. Biasanya
penggambaran dilakukan dengan 2 cara yaitu pada millimeter blok dan olah
digital. Tujuan penggambaran ini untuk bukti data yang otentik. Dokumentasi
adalah teknik perekaman data melalui kamera dengan cara memvisualkan sebuah
objek atau peristiwa. Dan pengumpulan data yang terakahir yaitu deskirpsi untuk

9
memaparkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci tentang apa saja yang
ada dilapangan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Lokasi

Kawasan Mahat, termasuk dalam wilayah Kabupaten Lima Puluh Koto,


Provinsi Sumatera Barat. Secara Administratif Kabupaten Lima Puluh Koto
terletak antara 0025’28,71’’ LU dan 0022’14,51’’ LS serta antara 100015’44,10’’
– 100050’47,80’’ BT. Luas daratan mencapai 3.354,30 km² yang berarti 7,94
persen dari daratan Provinsi Sumatera Barat yang luasnya 42.229,64 km². Lokasi
situs ini seperti berada pada dasar bejana jika dilihat dari udara. Situs ini berada
pada dasar cekungan yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan. Mahat terletak
di lembah berpagar perbukitan, memiliki 12 kenagarian. Yakni: Koto Gadang,
Bungo Tanjuang, Aur Duri, Ampang Godang 1, Ampang Godang 2, Ronah, Koto
Tinggi 1, Koto Tinggi 2, Koto Tinggi 3, Nenan, Sapam Tanah dan Sapang
Godang. Wilayah Mahat merupakan sebuah wilayah yang subur dengan
ketinggian sekitar 250 Mdpl.

Memasuki wilayah kenagarian Mahat, hal pertama yang dijumpai adalah


hamparan gambir yang dijemur di pinggir jalan. Gambir ini merupakan salah satu
komoditas utama yang dihasilkan di wilayah ini dan merupakan salah satu
komoditas/ ekspor ke India, Pakistan, dan juga Negara-negara sekitarnya. Lokasi
situs megalitik pertama yang dijumpai saat memasuki nagari Mahat adalah situs
Koto Gadang atau Situs Balai-Balai Batu. Yang masuk wilayah administratif
jorong Koto Gadang.

2.2. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu di situs nagari Mahat di teliti oleh Tim Peneliti


Tradisi Megalitik Sumatera Barat yang diikuti oleh tenaga dari Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Denpasar, Bidang Permuseuman Sejarah dan
Kepurbakalaan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sumatera Barat serta Subdirektorat Pemeliharaan Direktorat

11
Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, pada tahun
1985 khusus di situs megalit Bawah Parit (Kota Tinggi), penelitian tersebut
berlangsung selama 20 hari yaitu dari tanggal 19 Agustus 1985 sampai dengan 7
September 1985. Ini merupakan penilitan tahap ke dua sebelumnnya dilakukan
survei di daerah Lima Puluh Kota yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juli sampai
dengan 1 Agustus 1984. Mengingat hasil penelitian pada tahun 1985 masih dalam
penanganan dan analisis lebih lanjut, maka dilanjut pada penilitan tahap 2 yang
dilaksanakan pada tanggal 24 September 1986 sampai dengan 14 Oktober 1986.
Pada tahun 2017 dilakukan penelitian mahasiswa, oleh mahasiswa Arkeologi
Universitas Jambi angkatan 2015 pada tanggal 18 Maret 2017 yang dilakukan di
Situs Padang Hilalang dan situs bawah parit.

2.3 Penelitian Yang Relevan

Lokasi situs budaya ini seperti berada pada dasar bejana jika di lihat dari
udara. Situs ini barada pada dasar cekungan yang di kelilimgi oleh pengunungan
yang merupakan bagian tengah punggung Pegunungan Bukit Barisan. Lokasi situs
megalitik pertama yang di jumpai saat memasuki Nagari Mahat adalah Situs Koto
Gadang.

Lokasi Situs Koto Gadang ini berada pada lahan seluas 4776 m2 dan
mempunyai 31 Menhir pada posisi berdiri dan tidur dengan ukuran yang
bervariasi. Menhir tertinggi berukuran 210 cm dengan lebar 45 cm dan ada juga
satu menhir yang berukuran 300 cm dengan posisi tidur / rebah dengan hiasan
sulur dan berbentuk seperti kepala binatang. Pada bagian tengah areal situs ini
terdapat sebuah batur yang memanfaatkan gundukan tanah yang kemudian di
kelilingi oleh susunan batu kali seluas 6 x 6 m2. Dari informasi warga yang di
dapatkan, menyebutkan bahwa dulu di batur tersebut terdapat menhir tinggi yang
di kramatkan oleh masyarakat ( Hidayat 2011, 148).

Setelah selesai melihat-lihat Situs Koto Gadang / Balai-Balai Batu,


perjalanan di lanjutkan ke situs lain yang berada di Jorong Koto Tinggi. Pada
situs ini setidaknya terdapat 311 buah menhir, sebagian besar terdiri, dengan 4

12
buah menhir berhias. Menhir tertinggi pada situs ini adalah berukuran 400 cm
namun ditemukan pada kondisi rebah/tidur. Menhir menhir tersebut berada pada
lahan seluas 80x125 m2 milik kaum Pasukuan Melayu. Secara umum, menhir
tersebut berasal dari batu alam yang diberdirikan, hanya beberapa yang tampak
bekas pengerjaannya (Hidayat 2011, 146).

Pusat Arkeologi Nasional pernah meneliti situs ini pada tahun 1985 dan
1986. Penelitian itu menemukan 7 rangka manusia berciri ras mongoloid dibagian
yang diberi menhir tersebut. Rangka manusia tersebut memiliki orientasi barat
laut-tenggara dan dikuburkanyya dengan menggunakan liang lahat (Yondri 1996,
5--9).

Pada situs ini terdapat satu buah menhir berhias motif segitiga dengan
tinggi 170 cm, lebar 45 cm dan tebal 30 cm, yang dipercaya sebagai nisan makam
dari salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Ronah (Hidayat 2011, 147).

Pada kawasan Nagari Mahat sebenarnya tidak hanya memiliki 3 situs itu
saja dari data yang telah diperoleh, wilayah ini memiliki 12 situs megalitik dengan
sebagian besar bangunan yang ada adalah menhir dengan jumlah mencapai 800
buah. 9 situs yang lain adalah Situs Bukit Domo 1, Situs bukit Domo 2, Situs
Rona 1, Situs Rona 2, Situs Kayu Kaciak, Situs Tanjung Masjid, Situs Kampung,
Situs Ampang Gadang 1, dan Situs Ampang Gadang 2 (Hidayat 2011, 145).

13
BAB III

PEMBAHASAN

Menhir-menhir yang terdapat di desa Mahat, Kecamatan Bukit Barisan,


Kabupaten Lima Puluh Koto, Provinsi Sumatera Barat terdapat beberapa situs
salah satunya adalah Ateh Sudu, Pangan Tiang, Ampang Gadang, Bawah Parit,
Padang Hilalang, Bukit Domo dan Koto Gadang.

3.1 Situs Ateh Sudu

3.1.1. Situs Ateh Sudu 1

Pada situs Ateh Sudu 1 memiliki titik koordinat 00⁰ 01’ 09,3” LU - 100⁰ 30’
48” BT dengan ketinggian 386 mdpl dan terdapat 4 menhir yang terdiri dari 1
menhir yang berdiri tegak dan 3 menhir yang rebah. keaadan lingkungan di situs
ini ditutupi semak belukar dan tumbuhan ilalang, pohon sengon, dan pohon karet.

Menhir 1:

Menhir 1 yang terbuat dari batu andesit yang berada dibukit Joro Koto
Gadang, pertama kali ditemukan dalam Menhir 1 ini berbentuk Hulu Keris dan
dalam posisi rebah bermotif. Menhir ini berorientasi ke arah selatan. Memiliki
ukuran panjang 208 cm dan lebar 44 cm. Menhir ini ditumbuhi lumut hijau dan
kerak lumut (Lumut Putih). Motif tampak atas menhir ini berjumlah 5 dengan
motif sulur-suluran dengan bentuk seperti wajik, tampak barat berjumlah 2 dengan
motif sulur-suluran dan tampak timur berjumlah 2 motif dengan motif sulur-
suluran yang sudah aus. Salah satu motif tampak atas yang ditemukan di menhir
ini berbentuk hiasan stupa pada pagar besi modern saat ini yang berukuran 17 cm.

14
Menhir 2:

Menhir ini terbuat dari batuan andesit dengan bentuk pakis dan menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahat. Menhir ini memiliki ukuran tinggi 113 cm dan
lebar 41 cm. Posisi menhir tegak dengan 3 sisi bermotif di bagian kaki menhir.
Menhir ini memiliki jenis motif, yatu motif sulur-suluran dan segitiga. Menhir ini
memiliki arah hadap ke dan berorientasi kearah selatan. Menhir ini sudah sedikit
aus dengan kondisi fisik berlumut hijau dan putih. Tidak jauh dari menhir ini
terdapat pohon pinang dibagian utara dan pohon karet dibagian selatan.

Menhir 2 Situs Ateh Sudu 1


Dok. Gery Prasetya

Menhir 3:

Menhir ini terbuat dari batuan andesit dengan bentuk kondisi fisik yang
sudah aus. Menhir ini berorientasi kearah selatan dengan posisi yang rebah.
Menhir ini polos tidak memiliki motif dan di tumbuhi lumut hijau di bagian alas.

15
Menhir 4:

Menhir ini terbuat dari batuan andesit dengan posisi rebah. Kondisi fisik
menhir ini aus dan bagian tengah menhir terbelah. Menhir ini tidak bermotif
dengan arah hadap ke timur. Jarak menhir ini dengan menhir 3 berjarak 1 meter.

Menhir 4 Situs Ateh Sudu 1


Dok. Gery Prasetya

3.1.2. Situs Ateh Sudu 2

Situs Ateh sudu 2 berbentuk Hulu keris dengan arah hadap Selatan dengan
bahan batu andesit dan memiliki motif yang berada di arah barat laut dengan
bentuk segitiga terbalik yang semakin mengerucut kebawah. Menhir tersebut
miring kearah Utara dengan sudut 20⁰. Menhir ini berwarna putih pucat dan
menhir tersebut telah ditumbuhi lumut kerak (lichens). Tinggi keseluruhan menhir
113cm dengan panjang atas 42cm, panjang badan 41, panjang kaki 21, dan
panjang bagian atas 55cm.

Menhir 1

Menhir 1 dalam keadaan tegak dengan kondisi fisik berlumut kehijauan.


tersusun dalam satuan himpunan menhir, berorientasi kearah selatan. Menhir 1
berbahan bantuan andesit dengan teknik pembuatan dipahatkan . dan menhir
memiki ukuran tinggi 53 cm dan lebar 19 cm dengan keadaan tegak dalam kondisi
fisik berlumut seleruh kering berarah hadap ke selatan.

Menhir 2

16
Menhir dalam keadaan tegak rendah dengan kondisi fisik berlumut. Menhir
ini berorientasi kearah selatan. Menhir ini memiliki ukuran paling kecil di situs
tersebut. Menhir tersebut berbahan batu andesit tanpa memiliki motif dan menhir
ini tidak di pahat melainkan cara pengerjaannya natural yang dapat di lihat dari
bentuknya.

Menhir 2 Situs Ateh Sudu 2


Dok. Geri Prasetya

Menhir 3

Menhir 3 mempunyai bentuk seperti pakis dan memiliki motif suluran


suluran. Keadaan fisik motif mulai aus dibagian kaki. Menhir ini berorientasi ke
arah . Dengan ukuran tinggi 1.78 cm dan lebar 39 cm. menhir 5 ini dalam konteks
himpunan menhir. Menhir ini berorientasi ke arah tenggara, berbahan batuan
andesit. Menhir ini berjumlah 4 sisi bermotif samping, Depan, Bawah, dan bagian
kaki dengan jumlah 4 jenis motif dalam satu menhir.

17
Menhir 3 Situs Ateh Sudu 2
Dok. Gery Prasetya

Menhir 4

Menhir 4 memiliki bentuk seperti pakis dengan kondisi pemukaan telah


aus dan berlumut. Dengan ketinggian 134 cm dan lebar 45 cm. Menhir ini
berorientasi ke arah barat.

Menhir 4 Situs Ateh Sudu 2


Dok. Gery Prasetya

18
Menhir 5

Menhir 5 dengan arah hadap timur namun keadaanya rebah. Menhir ini
berbahan batu andesit dan tidak memiliki motif, menhir ini di tumbuhi lumut
hijau, keadaan menhir sedikit haus dengan ukuran panjang keseluruhan 134cm,
dengan panjang kepala 47 cm, panjang badan 49 cm, dan panjang kaki 38 cm,
sejauh 2 meter kea rah barat terdapat menhir 4.

Menhir 5 Situs Ateh Sudu 2


Dok. Gery Prasetya

3.2 Situs Pangantiangan

Situs Pangantiangan terletak di desa Mahat, Kecamatan Bukit Barisan,


Kabupaten Lima Puluh Koto, Provinsi Sumatera Barat. Situs Pangantiangan
tersebut terdiri dari 6 situs. Menhir yang berada pada situs Pangantiangan kurang
lebih berjumlah 63. Untuk mencapai ke Situs ini harus melewati semak belukar
yang ditumbuhi pepohonan besar di sekitarnya. Situs ini berada di tengah-tengah
perkebunan warga yang dekat dengan bukit. Karet, coklat dan pinang
mendominasi flora yang berada disekitar situs ini. Terdapat beberapa bentuk
menhir yang terdapat di situs ini, yaitu hulu keris, phallus, oval dan kerucut. Dari
beberapa menhir yang ada, dapat dijumpai 2 menhir yang memiliki motif. Motif
yang terdapat pada menhir adalah motif sulur-suluran dan motif geometris. Secara
garis besar, bahan dari menhir yang terdapat di situs Pangantiangan berasal dari
batu andesit, batu konglomerat dan batu tuff. Kondisi permukaan menhir secara

19
keseluruhan dipenuhi lumut dan juga jamur kerak yang berasal dari cuaca yang
lembab.

3.2.1. Situs Pangantiang 1

Situs Pangantiang (Pangantiangan) 1 memiliki titik koordinat 00⁰ 00’ 892”


LU - 100⁰ 30’512” BT dengan ketinggian 307 mdpl dan terdiri dari 3 (tiga)
menhir yang berdekatan dan beberapa menhir lainnya yang menyebar di Situs 1.
3(tiga) menhir yang berdekatah rebah berbentuk hulu keris. Menhir di situs ini
berorientasi kearah selatan dan menghadap ke Bukit Pauruso. Denah pada situs
Pangantiangan 1 ini tidak beraturan. Menhir pada situs ini terbuat dari batuan
Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang utuh dan kondisi fisik yang baik.
Susunan menhir di situs Pangantiang 1 adalah tunggal, karena jumlah satuan
dalam himpunan ini adalah 1. Menhir pada situs ini semuanya tidak memiliki
motif hias dan rata-rata dalam posisi tegak. Situs ini terletak di perkebunan coklat
milik warga,

Menhir 1 yang berbentuk Hulu Keris berkonteks menhir dan dikerjakan


dengan cara di pahat. Menhir berorientasi kea arah selatan yang menghadap ke
arah Bukit Pauruso. Menhir ini berjarak 1020 kearah utara dan 2170 kearah timur.
Menhir ini berukuran panjang 84 cm dan lebar 37 cm. Menhir ini terbuat dari
bahan batu Andesit, Menhir ini dalam kondisi keadaan baik dan kondisi fisik yang
utuh.

Menhir 1, Situs20
Pangantiangan 1

Dok. Ridho Putramadana


Menhir 2 yang berada di situs ini berbentuk Hulu Keris dan berkonteks
menhir dan dikerjakan dengan cara di pahat. Menhir ini memiliki jarak kearah
Timur sejauh 420 cm. Menhir ini memiliki ukuran panjang 203 dan lebar 35 cm.
Bahan dari menhir ini adalah batu Andesit dan dikerjakan dengan cara di pahat.
Menhir ini dalam posisi rebah karena jatuh kearah tenggara. Kondisi menhir ini
baik dan kondisi fisik yang masih utuh. Hanya saja di menhir ini terdapat lumut
hijau yang menempel di bagian permukaan situs.

Menhir 2 Situs Pangantiangan 1


Dok. Ridho Putramadana

3.2.2. Situs Pangantiang 2

Situs Pangantiang 2 memiliki titik koordinat 00⁰00’936” LU - 100⁰30’483”


BT dengan ketinggian 291 mdpl dan terletak tidak terlalu jauh dengan situs
Pangantiang 1. Di situs ini terdapat 1 buah himpunan menhir yang berjumlah 4
menhir dalam 1 himpunan. Menhir yang terdapat di situs ini ditemukan dalam
posisi rebah dan berorientasi kearah selatan dengan arah hadap Bukit Pauruso.
Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik. Bentuk dari menhir ini

21
adalah hulu keris dengan berbahan batu andesit dan berkonteks menhir. Menhir
ini dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini memiliki ukuran panjang 230 cm
dan lebar 63 cm. Jarak antar artefak di Situs 2 ini terbagi menjadi 3 arah mata
angin. Jarak dari arah utara sejauh 50 cm, dari arah timur 120 cm dan dari arah
barat 40 cm.

3.2.3. Situs Pangantiang 3

Situs Pangantiang 3 terletak tepat berada di dekat Makam. Situs ini


memiliki titik koordinat 00⁰00’892” LU - 100⁰30’451” dengan ketinggian 289
mdpl. Susunan morfologi di situs ini adalah tunggal dan bentuk denah umum yang
tidak beraturan. Menhir yang ada di situs ini berbentuk hulu keris dan terbuat dari
bahan batuan andesit. Bentuk Denah umum situs ini tidak beraturan.

Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik. Menhir ini dikerjakan dengan teknik pahatan. Jarak antar artefak di Situs ini
hanya ada di arah selatan dengan jarak 605 cm.

Menhir 1 Situs Pangantiangan 3


Dok. Ridho Putramadana

Menhir 2 ini mempunyai bentuk seperti pakis dengan bahan batu andesit
dan menhir ini dikerjakan dengan teknik pahat. Menhir ini dalam posisi rebah

22
dengan kondisi fisik yang baik dan kondisi Menhir ini utuh. Menhir ini
mempunyai ukuran panjang 128 cm dan ukuran lebar 60. Jarak antar artefak di
Situs ini hanya ada di arah selatan dengan jarak 1505 cm.

Menhir 2 Situs Pangantiangan 3


3.2.4 Situs Pangantiang 4
Dok. Ridho Putramadana

Situs Pangantiang 4 memiliki titik koordinat 00⁰00’939” LU - 100⁰30’441”


BT dengan ketinggian 291 mdpl dan terdiri dari 7 menhir. Terdiri dari 4 menhir
dengan posisi tegak/berdiri dan 3 menhir dengan posisi rebah. Bentuk-bentuk dari
Menhir tersebut beragam. lingkungan disekitar situs Pangantiangan 4 dikelilingi
dengan semak belukar dan juga dikelilingi oleh bukit barisan. Arah hadap menhir-
menhir yang berada dikawasan Pangantiang 4 rata-rata menghadap ke arah Bukit
Pouruso yang berorientasi ke arah selatan dan denah dari menhir ini tidak
beraturan.

Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Jarak antar artefak ini hanya memiliki 1 arah
mata angin yaitu arah timur 200 cm.

23
Menhir 1 Situs Pangantiangan 4
Dok. Ridho Putramadana

Menhir 2 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi jatuh kearah barat dengan kemiringan 50⁰. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 130 cm
dan lebar 42 cm. Jarak antar artefak yang sesuai 2 arah mata angin yaitu timur 340
cm dan barat 200 cm.

Menhir 2 Situs Pangantiangan 4


Dok. Ridho Putramadana

24
Menhir 3 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris tetapi pada bagian kepala
mengalami kerusakan dengan bahan batu andesit dan berkonteks menhir. Kondisi
Menhir ini tidak utuh dan kondisi fisik yang mengalami kerusakan pada
permukaan menhir dengan orientasi jatuh kearah timur. Menhir ini dikerjakan
dengan teknik pahatan.

Menhir 3 Situs Pangantiangan 4


Dok. Ridho Putramadana

3.2.5 Situs Pangantiang 5

Situs Pangantiang 5 memiliki titik koordinat 00⁰00’94,6” LU - 100⁰30’42,2”


BT dengan ketinggian 201 mdpl dan terdiri dari 8 menhir. Terdiri dari 3 menhir
dengan posisi tegak/berdiri dan menhir 5 dengan posisi rebah. Denah dari situs
ini tidak beraturan. Bentuk-bentuk dari Menhir tersebut beragam. lingkungan
disekitaran Pangan Tiang tersebut dikelilingi dengan semak belukar dan juga
dikelilingi oleh bukit barisan. Arah hadap menhir-menhir yang berada dikawasan
Pangantiang 4 rata-rata menghadap ke arah Bukit Pouruso yang berorientasi ke
arah selatan.

Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi ke tenggara dengan arah hadap Gunung Sago. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 122 cm
dan lebar 42 cm. Jarak antar artefak yang sesuai 2 arah mata angin yaitu utara 110
cm dan barat 80 cm.

25
Menhir 1 Situs Pangantiangan 5
Dok. Ridho Putramadana

Menhir 2 ini mempunyai bentuk yang tidak teridentifikasi dengan bahan


batu andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik
yang baik dengan orientasi yang tidak ketahui. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak hanya memiliki 1 arah mata angin yaitu timur
dengan jarak 234 cm.

Menir 2 Situs Pagantiangan 5


Dok. Ridho Putramadana

Menhir 3 ini mempunyai bentuk yang tidak teridentifikasi dengan bahan


batu andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik

26
yang baik dengan orientasi yang tidak diketahui. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak hanya memiliki 1 arah mata angin yaitu arah
utara dengan jarak 560 cm.

Menhir 3 Situs Pangantiangan 5


Dok. Ridho Putramadana

3.2.6. Situs Pangantiang 6

Situs Pangantiang 6 terdiri dari 37 menhir dengan posisi tegak/berdiri 20


menhir dan dengan posisi rebah17 menhir. Denah situs ini bentuk oval. Bentuk-
bentuk dari Menhir tersebut beragam. lingkungan disekitaran Pangan Tiang
tersebut terdiri dari pohon jengkol, pohon pinang, bamboo, dan dikelilingi oleh
bukit barisan. Arah hadap menhir-menhir yang berada dikawasan Pangantiang 6
rata-rata menghadap ke arah Bukit Pouruso yang berorientasi ke arah selatan.

Menhir 1 ini mempunyai bentuk seperti phallus dengan bahan batu andesit
dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik
dengan orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan
dengan teknik pahatan. Jarak antar artefak yang sesuai 4 arah mata angin yaitu;
arah utara 204 cm, timur 60 cm, barat 66 cm, dan selatan 571 cm.

27
Menhir 2 ini mempunyai bentuk seperti phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 124 cm dan lebar 46 cm.
Jarak antar artefak yang sesuai 4 arah mata angin yaitu; arah utara 200 cm, timur
1100 cm, barat 600 cm, dan selatan 910 cm.

Menhir 2 Situs Pangantiangan 6


Dok. Ridho Putramadana

Menhir 3 ini mempunyai bentuk seperti hulu keris dengan bahan batu
andesit dan berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang
baik dengan orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini
dikerjakan dengan teknik pahatan. Menhir ini mempunyai ukuran panjang 44 cm
dan lebar 39 cm. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 3 arah mata angin yaitu;
timur 76 cm, barat 53 cm, dan selatan 365 cm.(rendah)

28
Menhir 3 Situs Pangantiangan 6 Dok.
Ridho Putramadana

Menhir 4 mempunyai bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan


berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. . Menhir ini mempunyai ukuran panjang 62 cm dan lebar 30 cm.
Jarak antar artefak yang sesuai 4 arah mata angin yaitu; arah utara 372 cm, timur
450 cm, barat 83 cm, dan selatan 279 cm.

Menhir 4 Situs Pangantiangan 6


Dok. Ridho Putramadana

29
Menhir 5 ini memiliki bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak hanya di 3 arah mata angin yaitu; arah utara
283 cm, timur 127 cm dan barat 63 cm.

Menhir 6 ini mempunyai bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 2 arah mata angin yaitu timur
80 cm dan barat 120 cm.

Menhir 7 ini mempunyai bentuk hulu keris dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan
teknik pahatan. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 3 arah mata angin yaitu utara
44 cm, timur 640 cm dan barat 566 cm.

Menhir 7 Situs Pangantiangan 6 Dok. Ridho


Putramadana

Menhir 8 ini mempunyai bentuk phallus dengan bahan batu andesit dan
berkonteks menhir. Kondisi Menhir ini utuh dan kondisi fisik yang baik dengan
orientasi selatan yang menghadap bukit pauruso. Menhir ini dikerjakan dengan

30
teknik pahatan. Jarak antar artefak ini sesuai dengan 2 arah mata angin yaitu
selatan 330 cm dan timur 100 cm.

3.3. Situs Bawah Parit

Situs Bawah Parit merupakan salah satu kawasan tradisi Megalith yang ada
di Kenagarian Mahat. Situs Bawah Parit ini berada pada ketinggian 318 mdpl.
Untuk dapat memasuki situs ini harus melewati jalan dengan persawahan dibagian
kiri dan kanan jalan. Selain itu juga terdapat beberapa jenis flora, yaitu pohon
kelapa, pohon pinang, mangga, bambu, kacang, papaya, cabe, keladi dan pohon
buah ceri. Terdapat pula beberapa jenis fauna, yaitu anjing, ayam dan sapi. Dan
juga dapat dijumpai beberapa rumah milik warga dan juga kolam ikan.
Tidak jauh dari rumah milik warga, untuk menuju situs Bawah Parit harus
melewati jalan yang mendaki dan terdapat beberapa batuan besar di pinggir jalan
tersebut. Setelah itu terdapat gapura yang menunjukkan Situs Bawah Parit
tersebut. Lokasi situs Bawah Parit terletak di sebelah kiri jalan yang
menghubungkan Desa Ronah dan Desa Koto Tinggi. Keadaan situs ini tidak
diolah (kosong) dan hanya ditumbuhi tanaman ilalang. Dibagian utara situs
terdapat Bukit Kosan dan di bagian Barat Daya& Selatan terdapat Bukit Takincir,
dibagian barat terdapat Bukit Gadang dan Bukit Sanggul dan dibagian Timur
terdapat Bukit Beranak sedangkan puncak tertinggi di kawasan Kabupaten Lima
Puluh Koto ini adalah Gunung Sago yang berada di arah Tenggara situs Bawah
Parit ini.
Di situs Bawah Parit ini terdapat 370 Menhir yang umumnya terbuat dari
batu andesit dan batuan konglomerat (padas). Diantara menhir yang ada terdapat
beberapa menhir dengan motif hias seperti motif sulur-suluran, motif zigzag,
seperti angka delapan serta hiasan seperti belalai. Menhir-menhir tersebut
memiliki bentuk yang beragam. Seperti, hulu keris, phallus, empat persegi, dan
kerucut. Jumlah menhir dengan bentuk hulu keris adalah 134 buah, bentuk phallus
sebanyak 68 buah, bentuk persegi empat sebanyak 59 buah dan bentuk kerucut
sebanyak 58 buah. Selain bentuk diatas, terdapat juga menhir dengan bentuk yang
tidak dapat diketahui secara jelas karena masih terpendam di dalam tanah dan
hanya sebagian kecil saja yang tampak atau muncul di permukaan tanah dengan
jumlah 44 menhir. Situs ini berbentuk persegi empat.
3.3.1. Menhir Bawah Parit 1
Menhir Bawah Parit 1 berorientasi kearah Tenggara dengan letak
Astronomis 00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah
hadap ke Gunung Sago. . Konteks pada artefak ini adalah Menhir. Jarak antar
menhir terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan menhir lainnya dari
arah utara 75 cm, dari arah selatan 589 cm, dari arah timur 240 cm dan dari arah

31
barat 670 cm. Denah Menhir Bawah Parit 1 ini berbentuk empat persegi panjang..
Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran panjang 117 cm dan
lebar 40 cm.
Menhir ini memiliki motif hias berjumlah 4 motif yang sama, yaitu motif
Sulur-suluran. Posisi motif hias ini berada di arah utara dengan teknik pembuatan
motif secara pahatan. Menhir ini berbentuk Phallus dan terbuat dari bahan batu
Andesit dengan kondisi menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang
mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini
berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur.

Menhir 1 Situs Bawah Parit


Dok. Ridho Putramadana

3.3.2. Menhir Bawah Parit 2

Menhir Bawah Parit 2 berorientasi kearah Tenggara dengan letak


Astronomis 00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah
hadap ke Gunung Sogu. Jarak antar menhir yang terdapat di 3 arah mata angin.
Jarak antar menhir yang terdapat di 3 arah mata angin Jarak menhir ini dengan
menhir lainnya dari arah utara 120 cm, dari arah selatan 360 cm dan dari arah
timur 255 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran
panjang 144 cm dan lebar 38 cm.

32
Menhir ini memiliki motif hias berjumlah 2 motif yang sama, yaitu motif
Pakis. Posisi motif hias ini berada di sebelah kiri dan kanan bagian Menhir dengan
teknik pembuatan motif secara pahatan. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan
terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh
dan kondisi fisik yang mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam
yang ada di menhir ini berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur
yang berada di bagian bawah.

3. 3. 3 . Menhir Bawah Parit 3

Menhir Bawah Parit 3 berorientasi kearah Tenggara dengan letak Atronomis


00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah hadap ke
Gunung Sogu. Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin. Jarak antar
menhir yang terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan menhir lainnya
dari arah utara 990 cm, dari arah selatan 535 cm, dari arah timur 255 cm dan dari
arah barat 293 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran
panjang 17 cm dan lebar 7 cm.

Pada menhir ini tidak dijumpai motif hias pada setiap bagiannya. Menhir
ini berbentuk Trapesium dan terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi
keadaan menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang mengalami beberapa
kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini berupa permukaan
menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian bawah.

3.3.4. Menhir Bawah Parit 4

Menhir Bawah Parit 4 berorientasi kearah Tenggara dengan letak


Atronomis 00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah
hadap ke Gunung Sogu. Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin.
Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan
menhir lainnya dari arah utara 330 cm, dari arah selatan 255 cm, dari arah timur
160 cm dan dari arah barat 510 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir
ini berukuran panjang 80 cm dan lebar 45 cm.

Pada menhir ini dijumpai 1 motif hias pada bagian kanan menhir dengan
motif hias Sulur-suluran. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat dari bahan
batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh tetapi menhir ini
mengalami perubahan posisi kea rah Tenggara sebesar 45⁰ dan kondisi fisik yang
mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini

33
berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian
bawah.

3.3.5. Menhir Sius Bawah Parit 5

Menhir Bawah Parit 5 berorientasi kearah Tenggara dengan letak


Atronomis 00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah
hadap ke Gunung Sogu. Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin.
Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan
menhir lainnya dari arah utara 990 cm, dari arah selatan 485 cm, dari arah timur
360 cm dan dari arah barat 640 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir
ini berukuran panjang 117 cm dan lebar 40 cm.

Pada menhir ini dijumpai 1 motif hias pada bagian atas menhir dengan
motif hias Sulur-suluran dan motif zig-zag. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan
terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh
dan kondisi fisik yang mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam
yang ada di menhir ini berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur
yang berada di bagian bawah.

3.3.6. Menhir Situs Bawah Parit 6

Menhir Bawah Parit 6 berorientasi kearah Tenggara dengan letak Atronomis


00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah hadap ke
Gunung Sago. Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin. Jarak antar
menhir yang terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan menhir lainnya
dari arah utara 398 cm, dari arah selatan 8 cm, dari arah timur 310 cm dan dari
arah barat 318 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran
panjang 117 cm dan lebar 40 cm.

Pada menhir ini tidak dijumpai motif hias pada setiap bagiannya. Menhir
ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat dari bahan batu Andesit dengan kondisi
keadaan menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang mengalami beberapa
kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini berupa permukaan
menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian bawah.

3.3.7. Menhir Situs Bawah Parit 7

Menhir Bawah Parit 7 berorientasi kearah Tenggara dengan letak Atronomis


00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah hadap ke
Gunung Sogu. Jarak antar menhir yang terdapat di 4 arah mata angin. Jarak antar
menhir yang terdapat di 4 arah mata angin Jarak menhir ini dengan menhir lainnya
dari arah utara 945 cm, dari arah selatan 290 cm, dari arah timur 157 cm dan dari

34
arah barat 1620 cm. Menhir ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran
panjang 200 cm dan lebar 20 cm.

Pada menhir ini tidak dijumpai motif hias pada setiap bagiannya. Menhir
ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat dari bahan batu Granit dengan kondisi
keadaan menhir yang masih utuh dan kondisi fisik yang mengalami beberapa
kerusakan yang disebabkan dari alam yang ada di menhir ini berupa permukaan
menhir yang aus dan terdapat jamur yang berada di bagian bawah.

3.3.8. Menhir Situs Bawah Parit 8

Menhir Bawah Parit 8 berorientasi kearah Tenggara dengan letak Atronomis


00⁰01’39,5’’ LU dan 100⁰29’39,6’’ BT. Menhir ini memiliki arah hadap ke
Gunung Sogu. Jarak antar menhir yang terdapat di 3 arah mata angin. Jarak antar
menhir yang terdapat di 3 arah mata angin Jarak menhir ini dengan menhir lainnya
dari arah utara 715 cm, dari arah timur 165 cm dan dari arah barat 504 cm. Menhir
ini memiliki susunan tunggal. Menhir ini berukuran panjang 161 cm dan lebar 39
cm.

Pada menhir ini dijumpai 8 motif hias pada bagian atas menhir dengan motif
hias Sulur-suluran sebanyak 6 dan motif zig-zag sebanyak 2 yang terletak di
bagian selatan, utara dan tenggara. Menhir ini berbentuk Hulu Keris dan terbuat
dari bahan batu Andesit dengan kondisi keadaan menhir yang masih utuh dan
kondisi fisik yang mengalami beberapa kerusakan yang disebabkan dari alam
yang ada di menhir ini berupa permukaan menhir yang aus dan terdapat jamur
yang berada di bagian bawah.

35
Menhir 8 Situs Bawah Parit
Dok. Ridho Putramadana

3.4. Situs Ampang Gadang

Situs Ampang Gadang berada pada kawasan Bukit Barisan Joro Koto
Gadang di Kenagarian Mahat Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh
Koto, Provinsi Sumatra Barat. Lebih tepatnya berada di tepian Sungai Batang
Mahat. Secara astronomis situs ini terletak pada titik koordinat 00º00.591º LU dan
100º29.304º LS. Untuk menuju Situs Ampang Gadang ini perlu mennyulusuri
Sungai Batang Mahat dapat ditemukan setiap sisi sungai terdapat pohon coklat,
pinang, kelapa, dan terdapat sawah di seberang Sungai Batang Mahat tersebut.
Menhir ini diperkirakan berasal dari perbukitan sekitar Kenagarian Mahat ini
banyak ditemukan bantuan andesit maupun limestone baik itu disungai Batang
Mahat maupun sepanjang jalan dipermukiman warga. Cikal bakal menhir ini situs
ini masih melekat pada batu induknya yang berukuran besar segi empat yang
posisinya berada di tepian Sungai Batang Mahat, dengan ketinggian batu tersebut
244 cm dan lebar 540 cm.

Cikal bakal menhir tersebut terletak disisi selatan kiri batu induk nya,
dengan ketinggian 96 cm dan lebar 46 cm. menhir tersebut tidak bermotif dan
polos masih melekat pada batuan induknya. Dilihat dari bentuknya teknik
pembuatan dikerjakan dengan di pahat. Keadaancikal bakal menhir ini masih utuh
dan baik, susunan menhir tersebut tunggal cikal bakal menhir tersebut dengan
bentuk berorientasi kearah utara, bahan batu tersebut yaitu batu andesit. Cikal
bakal menhir Ini mempunyai pontesi kerusakaan dalam segi biologis seperti
tumbuhnya lumut dan jamur berwarna putih hijauan dan juga akibat dari
pancaran sinar mantari dan 1'91,2" - 100°30'37,4'.

36
Cikal Bakal Menhir Situs Ampang
Gadang Dok. Gery Prasetya

3.5. Situs Padang Hilalang

Menhir pada situs padang hilalang berjumlah 32 menhir dengan memiliki


berbagai macam bentuk dan motif. Situs ini udah di lindungi cagar budaya dan
sekelilingnya telah di pagari dengan kawat berduri setinggi 1 meter. Situs ini
terletak di tengah perkebunan warga.

3.4.1. Menhir 1

Menhir 1 pada situs padang hilalang yang masih utuh berdiri tegak
berorientasi arah ke Selatan. Kondisi fisik menhir ini dalam keadaan aus dan pada
permukaannya terdapat lumut kerak hijauan dan menghitam. Menhir 1 berbentuk
hulu keris dengan ketinggian 107 cm dan lebar 21 cm berbahan batu andesit. Dari
bentuk segi motifnya dapat di pastikan bahwa cara pengerjaan menhir ini ialah
dengan cara dipahat karena hampir semua motif yang ada pada menhir ini
terbentuk dengan halus dan rapi. Motif menhir ini yaitu berbentuk segitiga dengan
rata-rata ukuran panjangnya 8,5 cm, yang terletak pada bagian bawah menhir atau
kaki menhir.

37
Menhir 1 Situs Padang Hilalang
Dok. Gery Prasetya

3.4.2. Menhir 2

Menhir 2 pada situs padang hilalang merupakan salah satu menhir yang
paling besar dalam keadaan rebah kondisi fisik dari menhir ini sangat aus dengan
lumut yang telah menutupi beberapa bagian dari menhir tersebut. Menhir terbuat
dari batuan andesit yang berbentuk seperti hulu keris yang berukuran sepanjang
249 cm . menhir ini tidak memiliki motif. Kerusakan menhir ini di karenakan
faktor biologis dan kemungkinan besar menhir ini rebah karena faktor keadaan
alam. Jarak antar menhir ini dengan menhir lain dari arah utara adalah 4 m.

Menhir 2 Situs Padang Hilalang


Dok. Gery Prasetya

38
3.4.3. Menhir 3

Diantara beberapa menhir yang terdapat di Padang Hilalang ini, menhir 3


merupakan menhir yang bisa dikatakan utuh diantara menhir yang lain dengan
bentuknya sedikit unik dan bagus karena berbahan batuannya andesit seperti yang
lain namun kondisi sangat baik seperti baru saja di ambil dari alam, apalagi teknik
pekerjaannya natural dengan warna hitam yang gelap mulus dan tidak ditumbuh
jamur dan lumut. Menhir 3 ini berukuran panjang 74 cm dengan lebar 30 cm
posisi menhir dengan keadaan rebah atau tergeletak di atas permukaan tanah
dengan bentuk seperti persegi oval arah hadapnya mengarah ke utara.

Menhir 3 Situs Padang Hilalang


Dok. Gery Prasetya

3.4.4. Menhir 4

Menhir 4 adalah menhir yang masih berdri tegak tapi bagian kepala sudah
terpotong sebagian yang kondisi fisik yang aus berlumut kehitaman hijau kerat
putih dengan ketinggian 143 cm dan lebar 45 cm yang miring agak ke kanan.
Menhir ini terbuat dari batuan limestone teknik pembuatan menhir ini dikerjakan
dengan di pahat. Bentuk bantuan Menhir tersebut berbentuk Hulu Keris.

39
Menhir 4 Situs Padang Hilalang
Dok. Gery Prasetya

3.4.5. Menhir 5

Menhir 5 adalah menhir yang terdapat di situs Padang Hilalang dalam


kondisi rebah dengan ukuran panjang 135 cm dan lebar 35 cm yang dalam kondisi
fisik baik dengan batu andesit yang kehitaman lumut di seluruh menhir. Bagian
atas menhir mengalami keretakan. Menhir tersebut berbentuk Hulu Keris.

Menhir 5 Situs Padang Hilalang


Dok. Geri Prasetya

3.4.6 Menhir 6

Menhir 6 adalah menhir yang dalam posisi tegak dengan panjang 162 cm
dan lebar 42 cm. bagian atas menhir ini sebagai tertutup lumut dengan warna
kehitaman pada batunya, bagian bawah menhir berwarna putih kerak. Menhir ini
terbuat dari batuan andesit. Arah orientasi menhir ini ke Selatan dan memiliki arah
hadap ke Bukit Pauruso.

40
Menhir 6 Situs Padang Hilalang
Dok. Geri Prasetya

3.6. Situs Bukit Domo

Situs Bawah Bukit Domo merupakan salah satu kawasan tradisi Megalith
yang ada di Kenagarian Mahat. Situs Bawah Parit ini berada pada ketinggian 292
mdpl dengan letak astronomis 0⁰1’53,6” LU- 100⁰30’9” BT. Untuk menuju ke
situs tersebut harus melewati perkebunan coklat warga dan juga melewati jalan
setapak yang menanjak dan terdapat pula beberapa menhir.

Menhir 1

Menhir 1 pada situs Bukit Domo merupakan salah satu menhir terbesar yang
berbentuk Hulu keris dalam kondisi rebah dan kondisi yang baik. Menhir ini
terbuat dari batuan granit yang berukuran panjang 313 cm dan lebar 80 cm dan
menhir ini dikerjakan dengan teknik pahat. Menhir ini memiliki motif sulur-
suluran pada bagian atas menhir.

Menhir 2

Menhir 2 pada situs Bukit Domo terletak dibawah menhir 1. Menhir ini
berbentuk Hulu Keris dengan bahan batu andesit. Menhir ini memiliki ukuran
panjang 195 cm dan lebar 40 cm. Menhir ini dikerjakan dengan teknik pahat.
Menhir ini terletak di tengah perkebunan coklat.

41
3.7. Situs Koto Gadang

Situs Koto Gadang berada di Jorong Koto Gadang, Kenagarian Mahat,


Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Koto, Provinsi Sumatera
Barat.. Secara astronomis letak situs Koto Gadang ini terletak pada koordinat
00⁰00’58” BT - 100⁰30’33,8” LU dengan ketinggian 284 mdpl. Situs ini
merupakan situs terdekat dari pemukiman warga lebih tepatnya berada di
belakang rumah warga, 3 rumah dari rumah juru peliharan megalit di kenagarian
Mahat. Jalan akses menuju ke situs sangat mudah di untuk dikunjungi.

Menhir 1 merupakan salah satu dari beberapa menhir yang yang ada di situs
koto gadang yang terletak di sebelah kanan gerbang masuk. Menhir 1 ini memiliki
ukuran panjang 84 cm dan lebar 57 cm. Menhir ini memiliki arah hadap Bukit
Pauruso dengan orientasi ke Selatan. Menhir ini berbahan batu andesit yang
bebentuk Hulu Keris. Namun kondisi menhir ini tidak terlalu baik karena
kerusakan biologis yang di sebabkan jamur dan berlumut membuat menhir
berwarna hitam kehijauan dan percak-percak putih.

Menhir 1 Situs Koto Gadang Dok.Ridho


Putramadana

42
Menhir 2 merupakan salah satu dari beberapa menhir yang ada disitus Koto
Gadang dalam keadaan rebah dengan kondisi fisik yang aus, bermotif suluran dan
pakis dengan teknik pembuatan yang di pahat. Berada pada sisi barat pagar besi
dengan panjang 244 cm dan lebar 45 cm. Menhir tersebut berbentuk Hulu Keris.
Menhir ini memiliki arah hadap ke Bukit Pauruso dan berorientasi kearah Barat.

Menhir 2 Situs Koto Gadang


Dok. Ridho Putramadana

Menhir 3 merupakan menhir terkecil pada situs Koto Gadang dengan


keadaan utuh condong kearah selatan dengan kemiringin 30 derajat yang kondisi
fisiknya baik, menhir ini tunggal dan tata letaknya dengan menhir lain tidak
beraturan dengan bentuk menhir ini berbentuk setengah oval. Menhir ini
berorientasi arah tenggara dengan arah hadap menghadap gunung sago. Menhir ini
berbahan konglomerat dengan teknik pengerjaan di kerjakan. Menhir ini dengan
jarak antar menhir lain yaitu 522 cm arah utara, 290 cm arah timur dan 1455 cm
arah selatan. Di setiap arah tersebut terdapat menhir yang berukuran pariasi ada
yang sedang, kecil dan besar, yang terbuat dari bahan batu andesit.

43
Menhir 3 Situs Koto Gadang
Dok. Ridho Putramadana
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Menhir merupakan salah satu jejak peninggalan Megalith yang ada di


kawasan Mahat. Berdasarkan pengumpulan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat 7 situs di Kenagarian Mahat. Dari berbagai macam menhir dengan
bentuk, ukuran, dan motif yang ada di kawasan Mahat, terdapat keberagaman nilai
yang memperlihatkan adanya makna kedudukan sosial masyarakat. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa pada masa berlangsungnya kebudayaan megalitik atau
khususnya pada waktu munculnya budaya ini telah ada sistem pelapisan
masyarakat, bahkan sudah mengenal adanya pemimpin atau kepala suku.
Pemujaan terhadap orang yang dihormati dan penghormatan terhadap roh leluhur
dengan melakukan upacara-upacara sesajian dan permohonan doa. Tetapi
pemujaan itu dilakukan dengan memberi suatu perlambangan pada seorang tokoh.
Maksud dari perlambangan itu tidak jauh berbeda sebagai sistem status sosial.

4.2. Saran

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan banyak kendala dalam


menemukan sumber-sumber tertulis dan juga mengenai data-data atau referensi
tentang hasil penelitian sebelumnya. Oleh karena itu data-data yang diambil
diharapkan pihak instansi yang berwenang harus cepat menindaklanjuti hal-hal
yang dapat merusak objek situs dari gangguang factor alam maupun dari
masyarakat setempat yang kurang mengerti tentang pentingnya merawat dan
menjaga situs. Selain itu masyarakat sekitar juga harus berpartisipasi dalam
merawat dan menjaga tinggalan yang berada di situs dan disekitar situs.
Memberikan edukasi tentang situs kepada masyarakat sekitar agar merasa lebih
peduli dan merasa bertanggung jawab atas pentingya situs. Dari pengumpulan
data tersebut diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada setiap situs
untuk memperoleh gambaran lebih jelas.

44
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo bagyo, 2015, “Megalitik: Fenomena Yang Berkembang di Indonesia”


:Yogyakarta, Galang Press.

Hidayat romi, 2011, “Bentuk Fungsi dan Makna Menhir di Nagari Mahat”
:Papua, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo.

Prof.Dr.Suryana,M.Si, 2010, “Metodologi Penelitian:Model Praktis Penelitian


Kuantitatif dan Kualitatif” :Bandung,Universitas Pendidikan Indonesia.

Surya Dharma,MPA.,Ph.D, 2008 “Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian


Pendidikan” : Jakarta,Departemen Pendidikan Nasional.

Made Angga Setiawan, 2014, “Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, Desa
Pakraman Kesian, Gianyar, Bali, dan Potensinya Sebagai Belajar Sejarah di
SMA Berdasarkan Kurikulum 2013”:Bali, Universitas Pendidikan Ganesha.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan Batusangkar.

Supsiloani,S.Sos, “Fungsi Budaya Megalitik Di Orahili-Gomo Kabupaten Nias


Selatan”.

Ardiansyah, 2010, “Lingkungan Dan Pemukiman Zaman Kerajaan Majapahit


Dalam CGI” :Jakarta Barat, Universitas Bina Nusantara.

Lutfi Yondri, 2011, “Temuan Kubur di Situs Bawah Parit (LIMAPULUH KOTO)
Corak Pengukuran Megalitik Masa Transisi” :Bandung, Balai Arkeologi
Bandung.

Slamet Sujud Purnawan Jati, “Situs-Situs Megalitik Di Malang Raya: Kajian


Bentuk dan Fungsi” :Malang, Universitas Negeri Malang.

Niken Wirasanti, “Patung Tau-Tau: Bentuk Manifestasi Kebudayaan Megalitik di


Tana Toraja” :Yogyakarta, Universitas Gajah Mada.

Rosita Amalia, 2017, “Situs Megalitik di Desa Penanggungan Kecamatan


Maesan Kabupaten Bondowoso sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah” :Jember,
Universitas Negeri Jember.

Martin Pradipta, 2017, “Ciri Budaya Megalitik Pada Arsitektur Candi di Pulau
Jawa(Dari Massa Klasik Tua, Klasik Tengah, Dan Klasik Muda)” :Parahyangan,
Universitas Katolik Parahyangan .

45
Kapata Arkeologi, 2015, “Nilai-Nilai Sosial Dan Religi Dalam Tradisi Megalitik
di Sulawesi Selatan” :Makasar, Balai Arkeologi Sulawesi Selatan.

Bagyo Prasetyo, 2016, “Peninggalan Megalitik Di Wilayah Perbatasan


Kalimantan: Kontak Budaya Antara Kepulauan Indonesia dan Serawak”, :Jakarta
Selatan, Puslit Arkenas.

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Tahun,


1999 “ Metode Penelitian Arkeologi”, Jakarta Selatan, Puslit Arkenas.

Bagyo Prasetyo, “Persebaran dan Bentuk-Bentuk Megalitik Indonesia:Sebuah


Pendekatan Kawasan”, :Jakarta Selatan, Pusat Arkeologi Nasional.

46
LAMPIRAN I

Situs Ateh Sudu I

Menhir I

47
Menhir II

Menhir III

48
Menhir IV

49
Situs Ateh Sudu II

Menhir I

50
Menhir II

51
Menhir III

52
Menhir IV

53
54
Menhir V

55
Situs Pangantiangan I

Menhir I

56
Situs pangantiangan III

57
58
Situs Pangantiangan IV

59
Situs Pangantiangan V

60
Situs pangantiangan VI

61
Situs Ampang Gadang

62
Situs Bawah Parit

Menhir I

63
Menhir II

64
Situs Padang Hilalang

Menhir I

65
Menhir II

66
Menhir III

67
Menhir IV

68
Menhir V

69
Menhir VI

70
Menhir VI

71
Situs Bukit Domo

72
Menhir

73
ISitus Koto GMenhir I

74
Menhir II

75
LAMPIRAN II

76
77
78
79
80
81
\

82
83
84
85
86
LAMPIRAN III

( FOTO KEGIATAN)

(Foto Kegiatan di Situs Padang Hilalang)

87
(Foto Kegiatan di Situs Ateh Sudu)

88
(Foto Kegiatan Hari Pertama/ Brieffing)

89
(Foto Kegiatan di Situs Ampang Gadang)

90
(Foto Kegiatan di BPCB Sumatera Barat)

91
(Foto Kegiatan Situs Bawah Parit)

92
(Foto Kegiatan di Situs Koto Gadang)

93
(Foto Kegiatan di Situs Pangantiangan)

94

Anda mungkin juga menyukai